Anda di halaman 1dari 11

BAB VI

PEMBAHASAN
Pada bab ini akan menjelaskan interpretasi hasil penelitian dan keterbatasan
penelitian. Interpretasi hasil akan membahas mengenai hasil penelitian yang
dikaitkan dengan teori yang ada pada tinjauan pustaka, sedangkan keterbatasan
penelitian akan memaparkan keterbatasan yang terjadi selama pelaksanaan
penelitian.
A Analisa Univariat
1 Data Demografi Responden
a

Usia
Berdasarkan usia, prevalensi DM sering muncul setelah usia
lanjut terutama setelah berusia 45 tahun (Hadibroto et ala, 2010).
Menurut Goldberg dan Coon (2006) yang menyatakan bahwa usia
sangat erat kaitannya dengan kenaikan kadar glukosa darah, sehingga
semakin meningkatnya usia maka prevalensi DM dan gangguan
toleransi gula darah semakin meningkat. Proses penuaan yang
berlangsung setelah usia 30 tahun mengakibatkan perubahan
anatomis, fisiologis dan biokimia. Menurut Riskesdas (2013),
prevalensi DM menurut usia mayoritas 55-64 tahun. Menurut Rven
dan De Fronzo dalam Rahmadiliyani (2009) pada usia lanjut terjadi
penurunan fungsi pankreas dan sekresi insulin yang berkurang.
Menurunnya toleransi glukosa pada usia lanjut berhubungan dengan
berkurangnya sensitivitas sel perifer terhadap insulin sehingga
menyebabkan peningkatan kadar gula darah pada usia lanjut. Hasil
penelitian ini

menunjukkan karakteristik yang sesuai dengan teori dimana didapatkan


responden mayoritas usia 45 tahun sebanyak 38 orang (80.85%) dari
responden dan usia < 45 tahun sebanyak 9 orang (19.15%) dari
responden. Dari hasil penilitiaan tersebut, hasil yang didapat sesuai
dengan teori.
b

Jenis Kelamin
Hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin diperoleh responden
perempuan berjumlah 30 orang (63.83%), sedangkan

laki-laki

berjumlah 17 orang (36.18%). Mayoritas responden yang terlibat


dalam penelitian ini yaitu perempuan. Hal ini tidak sesuai dengan teori
Creator (2010) yang mengatakan insiden diabetes adalah 1,1 per
1000 orang/tahun pada wanita dan 1,2 per 1000 orang/tahun pada
laki-laki. Namun sesuai dengan hasil penilitian Riskesdas (2013) yang
mengatakan prevalensi perempuan lebih tinggi daripada laki-laki,
hal ini dikarenakan beberapa faktor resiko seperti obesitas, kurang
aktivitas/latihan f isik, usia, dan riwayat DM saat hamil, menyebabkan
tingginya kejadian DM pada perempuan (Radi, 2007).
c

Penyakit Penyerta
Berdasarkan penyakit penyerta, diperoleh gambaran dari 47
responden pasien DM memiliki penyakit penyerta sebagai berikut
hiperkolestrolemia sebanyak 14 orang (29.79%), hipertensi sebanyak
12 orang (25.53%), gastritis sebanyak 3 orang (6.38%), hiperurisemia

sebanyak 1 orang (2.13%), dan tidak memiliki penyakit penyerta


sebanyak 17 orang (36.17%). Berdasarkan penilitian diatas mayoritas
yang tidak memiliki penyakit penyerta lebih besar daripada yang
memiliki penyakit penyerta, tetapi dari hasil yang memiliki penyakit
penyerta yang paling banyak adalah hiperkolestrolemia. Menurut Rven
dan De Fronzo, pada pasien DM mudah terkena penyakit hipertensi
dan jantung.

Mudahnya

terserang penyakit jantung

karena

peningkatan kadar kolestrol pada pembuluh darah sehingga


menyebabkan penyempitan dan

kelemahan

otot

jantung

oleh

karena kekurangan oksigen, sedangkan hipertensi pada pasien DM


terjadi karena peningkatan resistensi vaskular akibat peningkatan
insulin. Insulin selain merubah glukosa menjadi energi juga dapat
meningkatkan resistensi natrium pada ginjal dan meningkatkan aktifitas
saraf simpatis, Rven dan De Fronzo (2009).
d

Lama Menderita DM
Berdasarkan lama menderita DM, dari penelitian ini diperoleh
hasil rata-rata responden menderita DM selama 3.5 - 4.5 tahun.
Menurut Waspadji (2009) bahwa semakin lama pasien menderita DM
dengan kondisi hiperglikemia, maka semakin tinggi kemungkinan
terjadinya komplikasi kronik. Menurut penelitian Gultom (2012)
menyatakan responden dengan lama menderita > 3 tahun, sedangkan
menurut penelitian Yusra (2012) diperoleh mayoritas responden lama
menderita DM > 4 tahun. Dan hasil ini sesuai dengan teori yang

dijelaskan Gultom dan Yusra sebelumnya.


e

Pendidikan
Hasil penelitian berdasarkan pendidikan, diperoleh gambaran
bahwa 10 orang (21.28%) tidak sekolah, 20 orang (42.55%)
pendidikannya SD, 8 orang (17.02%) pendidikannya SMP, 7 orang
(14.89%) pendidikannya SMA dan 2 orang (4.26%) pendidikannya
perguruan tinggi. Dari hasil tersebut disimpulkan mayoritas responden
di

Puskesmas

Sangatta

Selatan

pendidikannya

SD.

Menurut

Notoatmodjo (2003) seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan


mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan
seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Sutanegoro dan
Suastika dalam Gultom (2011) mengatakan bahwa pendidikan
merupakan dasar utama untuk keberhasilan pengobatan.
f

Pekerjaan
Berdasarkan Pekerjaan, diperoleh hasil penelitian bahwa gambaran
responden mayoritas sebagai Ibu Rumah Tangga sebanyak 18 orang
(38.30%), pedagang 9 orang (19.15%), p e t a n i s e b a n ya k 7 o r a n g
( 1 4 . 8 9 % ) , swasta 6 orang (12.77%), buruh s e b a n y a k 2 orang
(4.26%), PNS sebanyak 2 orang (4.26%), pensiun s e b a n y a k 2
orang (4.26%), dan tidak bekerja sebanyak 1 orang (2.13%). Menurut
penelitian Gultom (2011) didapatkan bahwa penderita DM lebih tinggi
pada orang yang bekerja. Menurut Earnest dan Hu (2008) mengatakan
bahwa setiap orang yang memiliki jam kerja tinggi dengan jadwal

yang tidak teratur menjadi faktor penting dalam meningkatnya penyakit


diabetes mellitus. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian ini yang
memperoleh hasil penderita DM tertinggi adalah responden yang Ibu
Rumah Tangga.
2 Gambaran Pengetahuan tentang Penatalaksanaan DM
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
merupakan

penginderaan

terhadap

suatu

obyek

tertentu

(Notoatmodjo,2003). Berdasarkan penelitian tentang perilaku dari Rogers


yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan atau perilaku seseorang. Pengetahuan penderita tentang DM
merupakan sarana yang dapat membantu penderita

menjalankan

penanganan DM selama hidupnya sehingga semakin baik penderita


mengerti tentang penyakitnya semakin mengerti bagaimana

harus

berperilaku dalam penanganan penyakitnya (Waspadji, 2004).


Hasil

dari

penelitian

berdasarkan

pengetahuan

tentang

penatalaksanaan DM, diperoleh gambaran dari responden terdapat 1 9


orang (40.43%) baik, 21 orang (44.68%) sedang, dan 7 orang (14.89%)
kurang. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa gambaran pengetahuan
pasien DM di Puskesmas Sangatta Selatan mayoritas pengetahuannya
cukup atau sedang.
3 Gambaran Perilaku Penatalaksanaan DM
Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang

bersangkutan. Perilaku kesehatan adalah suatu respon terhadap stimulus


atau obyek yang bekaitan dengan sakit dan

penyakit

(Notoatmodjo,

2003). Menurut hasil konsesus PERKENI (2011), perilaku pasien yang


diharapkan adalah mengikuti pola makan sehat, meningkatkan kegiatan
jasmani, menggunakan obat diabetes dan obat-obatan dalam keadaan
khusus secara aman dan teratur, melakukan pemantauan gula darah
mandiri dan memanfaatkan data yang ada, melakukan perawatan kaki
secara berkala, memiliki kemampuan untuk mengenal dan memahami
keadaan sakit akut yang tepat, mempunyai keterampilan mengatasi
masalah yang sederhana, dan mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada.
Berdasarkan uraian diatas, pada penelitian ini sesuai penatalaksanaan
DM diperoleh gambaran perilaku sebagai berikut:
a

Perilaku Edukasi
Pasien DM di Puskesmas Sangatta Selatan yang mencari tahu
tentang penatalaksanaan DM sebanyak 28 orang (59.57%) dan
yang tidak mencari tahu sebanyak 19 orang (40.43%), dan mayoritas
mencari tahu melalui dokter sebanyak 27 orang (96.43%) dan mencari
tahu melalui media internet sebanyak 1 orang (3.57%). Sedangkan
perilaku edukasi yang mengikuti penyuluhan sebanyak 9 orang
(19.15%) dan tidak mengikuti penyuluhan sebanyak 38 orang
(80.85%). Edukasi DM adalah pendidikan dan pelatihan mengenai
pengetahuan dan keterampilan bagi pasien DM guna menunjang

perubahan

perilaku,

meningkatkan pemahaman pasien

tentang

penyakitnya, sehingga tercapai kesehatan yang optimal, penyesuaian


keadaan psikologis dan peningkatan kualitas hidup (Soegondo et al,
2009).
b

Perilaku Diet
Berdasarkan perilaku diet, diperoleh gambaran dalam rentang satu
minggu rata-rata mengkonsumsi sayur 5 hari, konsumsi tinggi gula 2
hari, membatasi porsi makan nasi 6 hari, mengganti nasi dengan
rendah gula 3 hari dan konsumsi makanan yang digoreng atau
bersantan 4 hari. Diet DM sangat dianjurkan untuk mempertahankan
kadar glukosa darah mendekati normal, mencapai kadar serum lipid
yang optimal, dan menangani komplikasi akut serta meningkatkan
kesehatan

secara

keseluruhan

(Sukardji,

2009).

Berdasarkan

PERKENI (2006), makanan yang tidak dianjurkan pada penderita DM


adalah

makanan

yang

banyak

mengandung

gula,

makanan

berlemak/goreng-gorengan dan makanan banyak mengandung garam.


Berdasarkan uraian perilaku pasien DM di Puskesmas Sangatta Selatan
tidak sesuai dengan ketentuan Perkeni (2006), karena masih banyaknya
pasien DM yang mengkonsumsi makanan yang tinggi kadar gula,
goreng-gorengan dan bersantan.
c

Perilaku Exercise/Latihan Fisik


Berdasarkan perilaku Exercise/ Latihan Fisik, diperoleh gambaran
dalam rentang 1 minggu rata-rata pasien DM melakukan olahraga

selama 2 hari, olahraga dilakukan minimal selama 30 menit.


Menurut PERKENI (2006) pasien DM dianjurkan latihan atau
olahraga secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30
menit. Latihan fisik pada pasien DM bertujuan untuk mengendalikan
berat badan, kadar gula darah, tekanan darah dan yang paling penting
memicu pengaktifan produksi insulin dan membuat kerjanya menjadi
lebih efisien. Kecuali untuk pasien DM yang tidak terkontrol akan
meningkatkan kadar gula darah (Yunir & ssoebardi, 2006). Hasil
penelitian perilaku Exercise/ Latihan Fisik pasien DM di Puskesmas
Sangatta Selatan t i d a k sesuai dengan teori.
d

Perilaku Kepatuhan Obat


Berdasarkan perilaku kepatuhan obat, diperoleh gambaran dalam
rentang satu minggu rata-rata pasien DM minum obat sesuai jadwal
dan dosis obat rutin 7 hari, dan apabila obat habis 41 orang
(87.23%) dari responden melakukan kontrol balik dan tidak kontrol
saat obat habis sebanyak 6 orang (12.77%). Kepatuhan obat ini
diperlukan untuk mempertahankan rasa nyaman mengendalikan
glukosa darah serta menghambat progresivitas penyakit penyulit DM
(PERKENI, 2006). Hasil penelitian perilaku kepatuhan obat pasien
DM di Puskesmas Sangatta Selatan sudah sesuai dengan tujuan
perilaku sehat menurut PERKENI.

Perilaku Pemeriksaan Pemantauan


a. Kadar Gula Darah
Berdasarkan Pemeriksaan Kadar Gula darah, diperoleh gambaran

mayoritas pasien DM di Puskesmas Sangatta Selatan melakukan


pemeriksaan gula darah 1 kali per bulan sebanyak 22 orang (46.81%)
dari responden, melakukan pemeriksaan gula darah 1 kali per 2
bulan sebanyak 11 orang (23.40%) dari

responden, melakukan

pemeriksaan gula darah 2 kali per bulan sebanyak 4 orang (8.51%)


dari responden, melakukan pemeriksaan gula darah 1 kali per 3
bulan sebanyak 1 orang (2.13%) dari responden, dan tidak melakukan
pemeriksaan gula darah sebanyak 9 orang (19.15%) dari responden.
Pasien DM di Puskesmas Sangatta Selatan mayoritas melakukan
kontrol Gula 1x per bulan karena di setiap RW 1 bulan sekali
diadakan posbindu, dan mayoritas pasien DM lebih memilih kontrol
di Posbindu. Hasil penelitian ini sesuai dengan tujuan perilaku sehat
menurut PERKENI (2006).
b. Berdasarkan pemeriksaan tekanan darah diperoleh gambaran
mayoritas pasien DM di Puskesmas Sangatta Selatan melakukan
pemeriksaan tekanan darah 1 kali per bulan sebanyak 2 2 orang
(46.81%) dari responden, melakukan pemeriksaan tekanan darah 1
kali per 2

bulan sebanyak 1 0 orang (21.28%) dari responden,

melakukan pemeriksaan tekanan darah 2 kali per bulan sebanyak


4 orang (8.51%) dari responden, melakukan pemeriksaan tekanan
darah 1 kali per 3 bulan sebanyak 1 orang (2.13%) dari responden,
dan tidak melakukan pemeriksaan tekanan darah sebanyak 1 0 orang
(21.28%) dari

responden. Hasil penelitian ini sesuai dengan tujuan

perilaku sehat menurut PERKENI (2006), dan mayoritas pasien


melakukan kontrol tekanan darah saat berkunjung di Puskesmas
Sangatta Selatan. Pemeriksaan kadar gula darah bertujuan untuk
mencegah dan mendeteksi kemungkinan terjadinya hipoglikemia dan
hiperglikemia sehingga dapat segera ditangani untuk menurunkan
resiko komplikasi dari DM (Smeltzer et al, 2008).
c. Berdasarkan pemeriksaan

kolestrol diperoleh gambaran

mayoritas pasien DM di Puskesmas Sangatta Selatan melakukan


pemeriksaan kolestrol 1 kali per bulan sebanyak 1 8 orang (38.30%)
dari responden, melakukan pemeriksaan kolestrol 1 kali per 2 bulan
sebanyak 6 orang (12.77%) dari responden, melakukan pemeriksaan
kolestrol 1 kali per 3

bulan sebanyak 2 orang (4.26%) dari

responden, dan tidak melakukan pemeriksaan kolestrol sebanyak 2 1


orang (44.68%) dari responden. Hasil penelitian ini sesuai dengan
tujuan perilaku sehat menurut PERKENI (2006). Pemeriksaan kadar
kolestrol bertujuan karena biasanya pasien dengan DM kadang disertai
dengan peningkatan kadar kolestrol, dan mayoritas pasien melakukan
kontrol kolestrol saat berkunjung di Puskesmas Sangatta Selatan.
f

Perilaku Perawatan Kaki


Berdasarkan perilaku perawatan kaki DM, diperoleh gambaran
rata-rata

pasien

DM

di

Puskesmas

Sangatta Selatan

dalam

melakukan perawatan kaki yang baik sebanyak 33 orang (70.21%), dan


melakukan perawatan kaki yang kurang baik sebanyak 14 orang

(29.79%). Perawatan kaki ini sangat baik untuk mencegah terjadinya


komplikasi pada kaki karena pada penderita DM sangat rentan untuk
mengalami gangguan sirkulasi darah (PERKENI, 2006), dan penelitian
ini sudah sesuai dengan teori.

B Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dari penelitian ini. Hal
ini disebabkan karena adanya beberapa keterbatasan penelitian dalam
pelaksanaan penelitian ini antara lain :
1 Kebanyakan responden tidak bisa mengisi sendiri kuesioner jadi disini
peneliti yang membacakan pertanyaan dan membantu mengisi sesuai
jawaban responden.
2 Responden banyak yang tidak ingat seperti materi tentang penyuluhan
sehingga hasil tidak dicantumkan pada hasil.
3 Responden yang tergesa-gesa dalam mengisi/menjawab kuesioner.

Anda mungkin juga menyukai