Anda di halaman 1dari 5

Patofisiologi Preeklampsia

Preeklampsia merupakan sindrom spesifik pada kehamilan yang secara teori


dapat memengaruhi seluruh sistem organ manusia (Cunningham et al., 2010).
Patogenesis terjadinya preeklamsia sendiri masih belum diketahui secara pasti.
Namun, sudah banyak penelitian terkait perjalanan sindrom ini. Secara umum,
setidaknya ada 4 faktor utama yang mungkin menjadi penyebab preeklampsia,
yaitu:
1.

Implantasi plasenta (plasentasi)


abnormal pada arteri spiralis

dengan

invasi

trofoblastik

yang

Pada kehamilan yang normal, terjadi invasi sel trofoblas ke dalam


lapisan otot arteri spiralis, menimbulkan degenerasi lapisan otot,
sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis (remodelling). Hal ini
menyebabkan aliran darah ke janin tercukupi (Cunningham et al., 2010).
Pada preeklampsia, diduga terjadi invasi sel trofoblas yang abnormal,
sehingga terjadi kegagalan remodelling dari arteri spiralis. Lumen arteri
spiralis yang demikian tidak memungkinkan untuk terjadi vasodilatasi,
sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, terjadilah hipoksia dan
iskemia plasenta. Penyebab invasi sel trofoblas yang abnormal ini belum
jelas, sehingga teori ini masih merupakan dugaan saja (Warrington et al.,
2013).

Gagalnya remodelling plasentasi menyebabkan darah maternal


masuk ke rongga antar vili dengan tekanan dan kecepatan yang tinggi.
Hal ini menyebabkan konsentrasi oksigen yang fluktuatif, terjadi hipoksia,
yang selanjutnya membentuk stres oksidatif yang akan menyebabkan
proses inflamasi pada ibu (Jebbink et al., 2012). Oleh karenanya teori
kegagalan plasentasi ini sangat berkaitan dengan teori stimulus inflamasi
sebagai penyebab preeklampsia.
2.

Maladaptasi maternal terhadap perubahan kardiovaskuler dan perubahan


terkait inflamasi dalam kehamilan normal
Pada kehamilan normal, pembuluh darah bersifat refrakter (tidak
peka) terhadap agen vasopressor. Hal ini disebabkan karena pembuluh
darah dilindungi oleh sintesis prostasiklin pada sel endotel pembuluh

darah. Pada kejadian preeklampsia, pembuluh darah kehilangan daya


refrakternya, sehingga lebih peka terhadap agen vasopressor. Oleh
karenanya pembuluh darah menjadi lebih mudah terjadi vasokonstriksi,
yang dapat menyebabkan hipoksia dan stress oksidatif (Cunningham et
al., 2010).

Stress oksidatif yang berlebihan menyebabkan penyebaran lipid


plasenta dan modifikasi protein oksidatif yang mana merupakan pro
inflamasi kuat. Stress oksidatif juga menyebabkan stres pada mitokondria
dan retikulum endoplasma, menyebabkan apoptosis dan nekrosis
jaringan. Nekrosis dan apoptosis dari trofoblas menghasilkan debrisdebris yang akan beredar dalam sirkulasi darah dan menyebabkan
terjadinya inflamasi. Selanjutnya respon inflamasi ini akan mengaktivasi
sel endotel (via IL-6), sel makrofag/ granulosit, sehingga terjadi reaksi
sistemik inflamasi yang menimbulkan gejala-gejala preeklampsia pada
ibu (Jebbink et al., 2012).
3.

Toleransi imunologi yang maladaptif antara jaringan maternal, paternal


(plasental), dan fetal
Pada kehamilan normal, sistem imunitas tidak menolak hasil
konsepsi yang seharusnya bersifat asing. Hal ini disebabkan karena
adanya human leukocyte antigen protein G (HLA-G) yang berperan
dalam modulasi respon imunitas, sehingga tubuh ibu menerima hasil
konsepsi. HLA-G ini melindungi trofoblas janin dari lisis oleh sel Natural
Killer (NK) ibu. HLA-G juga mempermudah invasi sel trofoblas ke dalam
jaringan desidua ibu. Invasi ini penting agar jaringan desidua menjadi
lunak dan gembur sehingga memudahkan terjadinya dilatasi arteri
spiralis. Pada preeklampsia, kemungkinan terjadinya sistem imunitas

yang maladaptif (gagal beradaptasi) sehingga proses di atas tidak terjadi


(Cunningham et al., 2010).
Selain HLA-G, HLA-C yang diekspresikan oleh sel trofoblas yang
invasif juga diduga berkaitan dengan toleransi imunologi yang maladaptif
pada kehamilan. HLA-C merupakan ligan yang dominan untuk Killer
Immunoglobulin-like Receptor (KIR) yang diekspresikan oleh sel NK ibu.
Hasil konsepsi yang sudah berupa embrio akan mengekspresikan antigen
paternal (HLA-C), yang mana merupakan sesuatu yang asing bagi ibu
(dikenali oleh sel T dan sel NK). Oleh karenanya diperlukan regulasi
sistem imunitas yang baik agar kehamilan dapat tetap berlangsung. HLAC yang polimorfis memiliki 2 haplotipe, yaitu A dan B. Menurut penelitian,
ibu dengan KIR genotip AA memiliki risiko lebih besar untuk terjadi
preeklampsia. Sedangkan fetus dengan paternal HLA-C2 juga berisiko
untuk menyebabkan preeklampsia. Kombinasi dari keduanya akan sangat
meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia (Jebbink et al., 2012).
4.

Faktor genetik (gen predisposing dan epigenetik)


Setidaknya ada sekitar 178 gen yang dicurigai berkaitan dengan
kejadian preeklampsia melalui berbagai proses biologis yang berbedabeda, mulai dari proses apoptosis, siklus sel, pertumbuhan sel, adhesi
sel, dan lain-lain (Jebbink et al., 2012). Belum jelas gen mana saja yang
memiliki andil besar dalam patofisiologi preeklampsia.

Komplikasi preeklampsia
1.

Proteinuria
Penurunan fungsi ginjal dapat disebabkan oleh menurunnya aliran
darah ke ginjal akibat hipovolemia dan kerusakan sel glomerulus. Hal ini
mengakibatkan meningkatnya permeabilitas membran basalis, terjadi
kebocoran, sehingga terjadi proteinuria. Selain itu, ketidakseimbangan
peroksida lipid akibat preeklampsia menghambat pembentukan
siklooksigenase dan prostasiklin sintase, yang akan menurunkan jumlah
prostasiklin, mengakibatkan proteinuria (Cunningham et al., 2010).

2.

Hipertensi
Peningkatan tekanan darah merupakan proses akhir dari
vasokonstriksi pembuluh darah akibat kerusakan endotel dan proses
inflamasi yang disebabkan oleh preeklampsia. Peningkatan diastol
utamanya diakibatkan oleh peningkatan resistensi perifer, sedangkan
sistol menunjukkan besarnya curah jantung (Cunningham et al., 2010).

3.

Eklampsia
Eklampsia merupakan kejang tonik-klonik yang merupakan akibat
akhir dari hipoperfusi jaringan, vasokonstriksi pembuluh darah, dan
pengaktifan kaskade koagulasi pada preeklampsia. Eklampsia merupakan
suatu ensefalopati hipertensif, yaitu ketika resistensi vaskuler serebral
berkurang, sehingga terjadi peningkatan aliran pembuluh darah ke otak,
oedema serebral, dan selanjutnya konvulsi (Cipolla, 2007).

4.

Hemolisis
Preeklampsia yang cukup parah sering diikuti dengan hemolisis,
yang mana dapat dilihat dari jumlah lactate dehydrogenase (LDH) atau
keberadaan sel ekinosit pada darah tepi. Hal ini disebabkan karena
hemolisis mikroangiopati akibat disrupsi endotelial dengan adhesi
platelet dan deposit fibrin, sehingga menyebabkan aliran darah yang
kencang (Cunningham et al., 2010).

5.

Trombositopenia
Karena banyaknya cedera jaringan akibat proses inflamasi dan
kerusakan sel endotel, konsumsi trombosit menjadi berlebihan (aktivasi
kaskade
koagulasi).
Kurangnya
jumlah
prostasiklin
juga
ikut
mengakibatkan trombositopenia (Cunningham et al., 2010).

6.

Peningkatan enzim hepar


Proses disfungsi multiorgan yang paling banyak terjadi pada
preeklampsia yaitu disfungsi hepar. Perdarahan pada sel periportal lobus
perifer menyebabkan nekrosis sel hepar dan peningkatan enzim hepar.
Perdarahan ini meluas hingga bawah kapsula hepar, subkapsular
hematoma, yang menimbulkan rasa nyeri di epigastrium (salah satu
tanda impending eklampsia) (Cunningham et al., 2010).

7.

Gangguan neurologik

Nyeri kepala, mual, muntah disebabkan oleh hipoperfusi otak,


menimbulkan vasogenik edema. Akibat vasospasme arteri retina dan
edema retina, terjadi gangguan visus (skotomata/ blurred vision/
diplopia) (Cunningham et al., 2010).

DAFPUS
Cipolla MJ. 2007. Cerebrovascular function in pregnancy and eclampsia.
Hypertension, 50(1): 14-24.
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. 2010.
William obstetrics 23
rd ed. New York: McGraw-Hill Medical.
Jebbink J, Wolters A, Fernando F, Afink G, van der Post J, Ris-Stalpers C. 2012.
Molecular genetics of preeclampsia and HELLP syndrome - a review. Biochim
Biophys Acta, 1822(12): 1960-9.
Warrington JP, George EM, Palei AC, Spradley FT, Granger JP. 2013. Recent
advances in the understanding of the pathophysiology of preeclampsia.
Hypertension, 62(4): 666-73.

Anda mungkin juga menyukai