Anda di halaman 1dari 8

PRESENTASI KASUS

LARINGOMALASIA

Presentator :dr. Hermawan Surya D


Moderator : dr. Dian Paramita W, M.Sc., Sp.THT-KL

Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher


Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/ RS DR.SardjitoYogyakarta
2016

PENDAHULUAN

berkembang adalah kelainan neuromuscular

Laringomalasia

atau laring flaksid

kongenital merupakan penyebab tersering dari


kelainan laring kongenital, berupa stridor

pada laring. Penegakan diagnosis didapatkan


melalui pemeriksaan menggunakan endoskopi
fleksibel selama respirasi spontan.1,2

inspiratoris pada bayi. Laringomalasia ini


terjadi karena belum matangnya

Frekuensi tidak diketahui secara pasti,


namun laringomalasia marupakan penyebab

kartilago dan / atau neuromuskuler dari laring

tersering timbulnya stridor inspiratoris pada

yang

supraglottis.

bayi. Insidens laringomalasia sebagai penyebab

Berdasarkan anatomi, penyebab obstruksi dapat

dari stridor inspiratoris berkisar antara 50%-

disebabkan oleh kolaps ke anterior dari lipatan

75%. Tidak terdapat predileksi ras ataupun

aryepiglottic, tubular epiglottis yang panjang,

jenis kelamin.2

menyebabkan

obstruksi

kolaps anteromedial dari corniculate dan


kartilago kuneiform,

Hawkins

dan pendeknya plika

dan

Clark

melakukan

ini

baru

fleksibel pada 453 pasien, menemukan 84

minggu

orang dengan laringomalasia primer dan 29

gejala

dilahirkan,

dan

setelah

pertama

kehidupan

pada

saat

beberapa
secara

bertahap

orang

dengan

dengan

yang

aryepiglottic. Biasanya, pasien dengan keadaan


menunjukkan

evaluasi

(1987)

laringoskopi

laringomalasia

sekunder.

berkembang stridor inspiratoris dan kadang

Sedangkan Nussbaum dan Maggi (1990)

kesulitan dalam pemberian makanan.1

melaporkan sebanyak 68% dari 297 anak

Laringomalasia merupakan penyakit


yang dapat sembuh sendiri, yang mula-mula

dengan

laringomalasia

juga

mempunyai

kelainan pernafasan lainnya. 3

terjadi segera setelah kelahiran, dan memberat

Pada penelitian Holinger pada 219

pada bulan keenam, serta membaik pada umur

pasien dengan stridor, kelainan kongenital pada

1-2 tahun. Stridor sering diperburuk oleh

laring dan trakea menempati urutan pertama

agitasi, menangis, makan, infeksi saluran

(60,3%) dan kedua (16%). Penyebab tersering

pernapasan atas atau posisi terlentang. Stridor

keadaan stridor pada bayi ialah laringomalasia

umunya berkurang atau membaik saat tidur

dan

pada kasus ringan sampai sedang.1,2

kongenital yang tersering pada laring (59,8%)

Terkadang
dapat

menjadi

kelainan
cukup

kongenital
berat

ini

sehingga

membutuhan penanganan bedah. Penyebab


pasti laringomalasia masih belum diketahui.
Ada

beberapa

teori

seperti

abnormalitas

trakeomalasia

sebagai

dua

kelainan

dan trakea (45,7%) pada neonatus, bayi dan


anak-anak. Kejadian laringomalasia pada lakilaki

dua

kali

lebih

banyak

daripada

perempuan.4
Beberapa
sebanyak

kolapsnya

disebabkan oleh laringomalasia. Pada 10-15%

dan

yang

terakhir

bayi

melaporkan

anatomi pada kartilago laring, immaturitas dan


kartilago

65-75%

penelitian

dengan

stridor

2
kasus

laringomalasia

bersifat

dan

dan pada orang dewasa. Hal ini biasanya

bedah untuk

berhubungan dengan trauma, operasi, lesi

penatalaksanaannya. Melissa dkk, menemukan

neurologis atau penyakit degeneratif seperti

dari 22 anak dengan laringomalasia, 2 (9,1%)

Parkinson, sklerosis atau penyakit jaringan

diantaranya membutuhkan intervensi bedah

amyotrophic seperti Elhers-Danlos syndrome.

karena laringomalasia berat.4

Biasanya, epiglotis saja yang terlibat, menjadi

dibutuhkan suatu intervensi

Kelainan

kongenital

berat

laring

pada

laringomalasia kemungkinan merupakan akibat


dari

kelainan

genetik

atau

kelainan

embriologik. Walaupun dapat terlihat pada saat

floppy dan kadang-kadang invaginating sampai


ke pita suara. Beberapa kasus, di mana tidak
ada penyebab medis dapat ditemukan, dianggap
"idiopatik".16

kelahiran, beberapa kelainan baru nampak

Exercise-induced

laryngomalacia

secara klinis setelah beberapa bulan atau tahun.

(EIL), pertama kali dilaporkan pada tahun 1995

Dua teori besar mengenai penyebab kelainan

oleh Smith et al didominasi atlet atau pekerja

ini adalah bahwa kartilago imatur kekurangan

keras terutama wanita. Ditandai dengan stridor

struktur kaku dari kartilago matur, sedangkan

inspirasi dan dyspnea saat berlatih atau bekerja,

yang kedua mengajukan teori inervasi saraf

khas membaik atau menghilang saat istirahat.

imatur yang menyebabkan hipotoni. Sindrom

Studi

ini banyak terjadi pada golongan sosio ekonomi

menunjukkan bahwa peningkatan kekuatan

rendah, sehingga kekurangan gizi mungkin

Bernoulli selama aktivitas berat membuat

merupakan salah satu faktor etiologinya. 5

prolapse

Laringomalasia merupakan penyebab


tersering dari stridor inspiratoris kronik pada
bayi. Bayi dengan laringomalasia memiliki
insidens

untuk

terkena

refluks

laring

dinamis

struktur

pada

supraglottic

EIL

ke

telah

dalam..

Mekanisme prolapse epiglottis, apakah ini


merupakan proses aktif atau pasif, masih sulit
untuk ditegakkan.16
Pada

bayi

dengan

laringomalasia

gastroesophageal, diperkirakan sebagai akibat

frekuensi

dari tekanan intratorakal yang lebih tinggi yang

meningkat dan memperburuk kondisi. Menurut

dibutuhkan

untuk

mengatasi

obstruksi

beberapa ahli pengobatan anti-reflux harus

inspiratoris.

Dengan

demikian,

anak-anak

diresepkan,

laryngealpharyngo refluks (LPR)

meskipun

literatur

yang

dengan masalah refluks seperti ini dapat

mendukung pendekatan ini masih lemah. Gaya

memiliki perubahan patologis yang sama

hidup dan pola makan harus disesuaikan (susu

dengan

pada

yang kental, posisi tubuh setelah makan, tidak

pembesaran dan pembengkakan dari kartilago

minum dengan botol sebelum/saat berbaring,

aritenoid.5

mengatur posisi bagian kepala tempat tidur atau

laringomalasia,

terutama

Laringomalasia sekunder ( acquired)


meskipun jarang, kadang-kadang dilaporkan,
dengan onset pada anak-anak yang lebih tua

kasur. Ranitidin dapat digunakan pada dosis 3


mg / kg / hari dan PPI dapat digunakan di dosis
1 sampai 2 mg / kg / hari. Keefektifan

3
pengobatan ini dilaporkan dalam beberapa

Riwayat

kehamilan

ibu

tidak

penelitian. Pada tahun 2011, kelompok ahli

mengalami sakit dan minum obat selain

SFORL

suplemen

merekomendasikan

pengobatan

hamil,

riwayat

keguguran

medikamentosa untuk laringomalasia dengan

sebelumnya disangkal. Riwayat kelahiran bayi

tanda-tanda keparahan, atau di muncul tanda

lahir prematur spontan normal saat usia

karakteristik pharyngolaryngeal refluks. PPI

kehamilan 29 minggu, langsung menangis,

juga

berat badan lahir 1900 gram. Riwayat penyakit

dianjurkan

pasca

operasi

17

supraglottoplasty.
Parsial

keluarga belum pernah mengalami sakit serupa.

epiglottectomy

CO2

laser

Pada pemeriksaan fisik bayi terlihat

berbentuk-V merupakan terapi pilihan yang

tenang compos mentis. Tanda vital nadi 110

simple untuk acquired laringomalasia, rendah-

x/menit, suhu 36,9 0C, Pernafasan 30 x/menit,

risiko dan pengobatan yang efektif.16

saturasi SpO2 : 99%.

Laringomalasia didiagnosis banding

Pada

pemeriksaan

dibidang

THT,

dengan penyebab stridor inspiratoris lain pada

aurikula dextra dan sinistra dalam batas normal,

anak-anak. Antara lain yaitu, hemangioma

kanalis akustikus eksterna dextra dan sinistra

supraglotik,

jaringan

dalam batas normal. Membran timpani dextra

intraluminal seperti laryngeal web dan kista

dan sinistra intak. Pada rhinoskopi anterior

laring, kelainan akibat trauma seperti edema

dalam batas normal. Pemeriksaan orofaring

dan stenosis supraglotik, maupun kelainan pada

dalam batas normal. Pada auskultasi dibagian

pita suara.6

leher, terdengar suara stridor inspiratoir ketika

massa

atau

adanya

posisi bayi tidur terlentang tetapi ketika posisi

LAPORAN KASUS
Pasien bayi laki-laki usia 1,5 bulan
datang ke Poli THT RS Sardjito bersama kedua
orang tuanya dengan keluhan utama sering
mendengar

suara

nafas

bunyi.

Keluhan

dirasakan sejak 1 minggu setelah kelahiran saat


sedang posisi terlentang dan menangis. Ketika
kepala diposisikan miring kanan dan kiri,
tengkurap suara nafas bunyi hilang. Orang tua

tengkurap, miring kanan dan kiri suara stridor


menghilang.
Dari pemeriksaan endoskopi laring
tampak epiglotis tegak, plika ariepiglotik tidak
memendek

tampak

redundancy

mukosa

arietenoid ke anterior, pergerakan plika vokalis


dalam batas normal.
Dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan

pasien tidak pernah merasakan ada gejala

penunjang,

pasien

didiagnosis

dengan

kebiruan pada kulit dan sesak nafas. Tidak ada

Laringomalasia tipe 1. Terapi pada pasien ini

gangguan saat menyusui, riwayat tersedak

adalah konservatif dan orang tua pasien diberi

disangkal. Keluhan di telinga, hidung dan

edukasi untuk tidur miring ke salah satu sisi,

tenggorokan disangkal.

ketika makan dan minum dianjurkan untuk


pada posisi setengah duduk dan dilakukan

4
sedikit demi sedikit, fisioterapi dan akan

depan. Stridor dapat disertai dengan retraksi

dievaluasi airway 1 bulan lagi dan jika ada

sternum, interkostal, dan epigastrium akibat

keadaan semakin jelek yaitu disertai adanya

usaha pernafasan. Pada beberapa bayi tidak

kebiruan dan atau ada sesak nafas diharapkan

menimbulkan gejala sampai anak mulai aktif

segera ke rumah sakit.

(sekitar 3 bulan) atau dipicu oleh infeksi

Masalah yang diangkat dalam kasus ini

saluran nafas. Stridor yang terjadi bersifat


bervibrasi dan bernada tinggi. Stridor akan

adalah penatalaksanaan dari pasien ini.

bertambah berat sampai usia 8 bulan, menetap

DISKUSI

sampai usia 9 bulan dan bersifat intermitten dan

Diagnosis pada kasus ini ditegakkan

hanya timbul bila usaha bernafas bertambah

berdasarkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik

seperti saat anak aktif, menangis, makan,

dan didukung oleh pemeriksaan penunjang.

kepala fleksi atau posisi supinasi. Setelah itu

Berdasarkan anamnesa, didapatkan suara nafas

keadaan makin membaik. Tidak ada korelasi

bunyi pada posisi terlentang, pemeriksaan fisik

antara lama berlangsungnya stridor dengan

didapatkan terdengar suara stridor inspiratoir

derajat atau waktu serangan.11

ketika posisi bayi tidur terlentang, pada


pemeriksaan

penunjang

endoskopi

laring

tampak epiglotis tegak, plika ariepiglotik tidak


memendek

tampak

redundancy

mukosa

arietenoid ke anterior, pergerakan plika vokalis


dalam

batas

normal

sehingga

pasien

didiagnosis dengan Laringomalasia tipe 1.


Menurut

Melissa,

et

al.,

Menurut Lee (2003), pemeriksaan fisik


bayi bisa tampak gembira dan berinteraksi
secara wajar. Dapat terlihat takipneu ringan.
Tanda-tanda vital normal, saturasi oksigen juga
normal. Biasanya terdengar aliran udara nasal,
suara ini meningkat jika posisi bayi terlentang.
Tangisan bayi biasanya normal, penting untuk

(2005)

mendengar tangisan bayi selama pemeriksaan.

laringomalasia adalah penyebab paling umum

Stridor

dari stridor pada bayi dan anak-anak, dan

terdengar

mempunyai kejadian 60% sampai 75% dari

sternalis. Umumnya, gejala menjadi lebih berat

semua

laring.

pada saat tidur dan beberapa variasi posisi

Laringomalasia dicirikan oleh adanya stridor

dapat terjadi; stridor lebih keras pada saat

inspirasi yang terdeteksi dalam 2 minggu

pasien dalam posisi supinasi dan berkurang

pertama kehidupan dan biasanya menghilang

pada saat dalam posisi pronasi. Baik proses

kasus

anomali

pada usia 2 tahun.

kongenital

Laringomalasia

murni

menelan
merupakan

suatu

lebih

berupa
jelas

maupun

inspiratoris.
di

sekitar

aktivitas

fisik

Suara
angulus

dapat

memperkeras stridor.

proses jinak yang dapat sembuh spontan pada

Berdasarkan letak prolaps dari struktur

70% bayi saat usia 1-2 tahun. Gejala stridor

supraglotis, Olney dkk membuat klasifikasi

inspirasi kebanyakan timbul segera setelah lahir

untuk laringomalasia. Klasifikasinya adalah:

atau dalam usia beberapa minggu atau bulan ke

Tipe 1, yaitu prolaps dari mukosa kartilago

5
arytenoid yang tumpang tindih; Tipe 2, yaitu

Pada keadaan ringan, bayi diposisikan

memendeknya plika ariepiglotika; Tipe 3, yaitu

tidur tengkurap, tetapi hindari tempat tidur

melekuknya epiglotis ke arah posterior.

yang terlalu lunak, bantal dan selimut. Jika

Laringoskopi fleksibel dapat membantu


menyingkirkan

diagnosis

anomali

laring

lainnya seperti kista laring, paralisis pita suara,


malformasi

pembuluh

darah,

neoplasma,

hemangioma subglotis, gerakan pita suara


paradoks, stenosis glotis dan web glotis.
Pemeriksaan laringoskopi fleksibel memiliki
beberapa kerugian, yaitu risiko terlewatkannya
diagnosis laringomalasia ringan bila pasien
menangis dan kurang akurat dalam menilai

secara klinis terjadi hipoksemia (saturasi


oksigen <90%), harus diberikan oksigenasi.
Sedangkan pada laringomalasia yang berat,
akan tampak gejala obstruksi nafas yang
disertai retraksi otot sternal dan interkosta, baik
saat tidur atau terbangun, sulit makan, refluks
berat dan gagal tumbuh. Anak-anak yang
mengalami hal ini berisiko mengalami serangan
apnea. Keadaan hipoksia akibat obstruksi nafas
dapat menyebabkan hipertensi pulmonal dan
terjadi korpulmonal.7

keadaan subglotis dan trakea.5

Olney dkk membuat kategori kandidat

Masih menjadi perdebatan di kalangan


ahli apakah setiap bayi dengan laringomalasia
harus

melalui

pemeriksaan

meskipun

pemeriksaan

merupakan

standar

baku

laringoskopi

tersebut

masih

untuk

menilai

obstruksi nafas, mengingat pemeriksaan ini


memiliki beberapa kelemahan bagi kelompok
umur neonatus, seperti resiko anestesi dan
instrumentasi, alat endoskopi yang khusus,
membutuhkan ahli anestesi yang handal, dan
biaya yang mahal.

yang sebaiknya dilakukan laringoskopi dan


bronkoskopi. Kriterianya adalah: 1. Bayi
laringomalasia dengan gangguan pernafasan
yang berat, gagal tumbuh, mengalami fase
apnea, atau pneumonia berulang. 2. Bayi
dengan gejala yang tidak sesuai dengan
gambaran laringomalasia yang ditunjukkan
oleh laringoskopi fleksibel. 3. Bayi dengan lesi
di laring. 4. Bayi yang akan dilakukan
supraglotoplasti.15
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan

Pada kasus ini penatalaksanaannya


adalah dengan konservatif. Sebagian besar anak
dengan kelainan ini dapat ditangani secara
konservatif. Jarang terjadi dimana seorang anak
memiliki kelainan yang signifikan sehingga
memerlukan operasi. Trakeostomi merupakan
prosedur pilihan untuk laringomalasia berat.
Supraglotoplasti dapat dilakukan pada kasuskasus yang lebih ringan. 7

adalah dengan trakeostomi yang dilakukan bila


terjadi komplikasi obstruksi jalan nafas dari
laringomalasia yang berat. Menurut Jackson
dan Jackson, 1942, pada keadaan yang berat ini
maka intervensi bedah tidak dapat dihindari dan
penatalaksanaan baku adalah membuat jalan
pintas berupa trakeostomi sampai masalah
teratasi.

Namun

pada

anak-anak,

resiko

morbiditas dan mortalitas trakeostomi berisiko


tinggi.11,15

6
Pada tahun 1922, Iglauer mempelopori
tindakan operasi pada laringomalasia dengan
cara membuang ujung epiglotis. Di tahun 1944,
Schwartz membuang sebagian epiglotis dengan
irisan

berbentuk

V.

Zalza

dkk,

RINGKASAN
Telah dilaporkan seorang bayi laki laki

1987

melaporkan pada akhir-akhir ini peran bedah

umur

endoskopi pada struktur supra glotis telah

laringomalasia tipe1. Terapi pada pasien ini

menjadi alternative dibanding trakeostomi, dan

adalah konservatif dan orang tua pasien diberi

memberikan harapan yang lebih baik. Peran

edukasi untuk tidur miring ke salah satu sisi,

bedah laring mikro dengan menggunakan laser

ketika makan dan minum dianjurkan untuk

CO2 telah mulai digunakan sejak tahun 1970-

pada posisi setengah duduk dan dilakukan

an.

orang

sedikit demi sedikit, fisioterapi dan akan

epiglotidektomi

dievaluasi airway 1 bulan lagi dan jika ada

Sedangkan

Vaugh

merupakan

pertama

yang

melakukan

dengan

laser

CO2

dengan

pendekatan

1,5

bulan

dengan

diagnosis

keadaan semakin jelek yaitu disertai adanya


kebiruan dan atau ada sesak nafas diharapkan

endoskopi pada tahun 1978.14,15


Berdasarkan klasifikasi Olney, pada

segera ke rumah sakit.

pasien ini juga tidak direncanakan untuk


tindakan

operasi

memiliki

supraglotoplasti

yang

epiglotoplasti

dan

sinonim

ariepiglotoplasti.

Terdapat

tiga

teknik

supraglotoplasti yang dapat dilakukan. Teknik


yang

dipilih

tergantung

pada

kelainan

laringomalasianya. Pada tipe 1, dimana terjadi


prolaps

mukosa

aritenoid

pada

kartilago

aritenoid yang tumpang tindih, dilakukan eksisi


jaringan mukosa yang berlebihan pada bagian
posterolateral

dengan

menggunakan

pisau

bedah atau dengan laser CO 2. Laringomalasia


tipe 2, dikoreksi dengan cara memotong plika
ariepiglotika yang pendek yang menyebabkan
mendekatnya struktur anterior dan posterior
supraglotis. Laringomalasia tipe 3, ditangani
dengan

cara

eksisi

melewati

ligamen

glosoepiglotika untuk menarik epiglotis ke


depan dan menjahitkan sebagian dari epiglotis
ke dasar lidah.11,15

DAFTAR PUSTAKA
1. Bailey BJ, Calhoun KH. Head and Neck
Surgery Otolaringology, Volume one, 5th
Edition. Lippincott Raven Publishers.
Philadelphia, USA. 2014
2. Marc C. Thorne, Susan L. Garetz.
Laryngomalacia: Review and Summary of
Current Clinical Practice in 2015. Pediatric
Respiratory Review. 2016. P: 3-8
3. Ballenger JJ. Penyakit Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala dan Leher, Jilid Satu,
Edisi 13. Binarupa Aksara. Jakarta. 2002
4. Melissa A. G. Avelino, Raquel Y. G.
Liriano,
Reginaldo
Fujita,
Shirley
Pignatari, Luc L. M. Weckx, Management
of laryngomalacia : Experience With 22
Cases, Rev Bras Otorrinolaringol. V.71,
n.3, 2005, 330-334.
5. Lalwani AK. Current Diagnosis and
Treatment in Otolaringology Head and
Neck Surgery. Lange Medical Book, Mc

6.

7.

8.

9.

10.

Graw-Hill Company. New York, USA.


2004.
Lee KJ. Essential Otolaringology Head
and Neck Surgery, 8th Edition. Mc GrawHill Medical Publishing Division. New
York, USA. 2003.
Bye MR. Laryngomalacia. (Update Jun 15,
2015: cited Jun 18, 2016). Available from:
http://www.emedicine.medscape.com/articl
e/1002527.
Paston
F.
Laringomalacia
and
Tracheomalacia. Available at
http:
//pedclerk.bsd.uchicago.edu/
tracheomalacia. html. Accessed on
December 11th 2006.
Texas Pediatric Surgical Associates.
Stridor and Laryngomalacia. Available
athttp://www.pedisurg.com/ PtEducENT/
Stridor & laryngomalacia.htm .
Novialdi, Rusdi D., Diagnosis dan
Penatalaksanaan
Laringomalasia
dan
Trakeomalasia, June 2011, cited Jun 16th,
2016,
available
http://repository.unand.ac.id/17089/1/
Diagnosis_dan_Penatalaksanaan_Laringom
alasia_dan_Trakeomalasia_-_Copy.pdf

11. Rawring BA, Derkay CS, Chu MW.


Surgical treatment of laryngomalacia.
Operative Tech in Otolaryngol. 20: 222-8.
2009;
12. Fauroux B., Pigeot J., Polkey I.M., Roger
G., Boul M., Clment A., et,al., Chronic

Stridor Caused by Laryngomalacia in


Children : Work of Breathing and Effects of
Noninvasive Ventilatory Assistance, Am J
Respir Crit Care Med. Vol 164, 2001, pp
18741878.
13. Manning C.S., Inglis F.A., Mouzakes J.,
Jeffrey Carron J., Perkins A.J., Laryngeal
Anatomic Differences in Pediatric Patients
With Severe Laryngomalacia, Arch
Otolaryngol
Head
Neck
Surg.
2005;131:340-343
14. Schwartz DS. Tracheomalacia. (Update
Aug 6, 2009: cited Feb 2, 2011). Available
from:
http://www.medscape.com/article/426003.
15. Olney DR, Greinwald JH, Smith RJ.
Laryngomalacia
and
its
treatment.
Laryngoscope 1999; 109: 1770-5

16. Robertson S, MacKenzie K.


Adult-onset
laryngomalacia:
case reports and review of
management.
Eur
Arch
Otorhinolaryngol.
2014.
271:31273132
17. S. Ayari, G. Aubertin. Management of
laryngomalacia. European Annals of
Otorhinolaryngology, Head and Neck
diseases . 2013. Vol 130 : 15-21.

Anda mungkin juga menyukai