Anda di halaman 1dari 17

Kasus:

Tn. Y umur 28 tahun mengeluh sakit pada telinga kirinya dan berdenging. Kemudian pasien
juga mengeluh adanya keluar cairan berwarna putih jernih, encer, tidak berbau, tidak terlalu
banyak dan tidak bercampur dengan darah. Klien juga mengeluh sakit kepala sebelah kiri dan
belakang telinga. Kurang lebih 1 bulan yang lalu pasien mengeluh cairan keluar lagi dari
telinga kiri, agak kental, berwarna kekuningan, tidak berbau dan tidak bercampur darah.
Pasien ada berobat ke puskesmas dan diberi obat. Cairan pada telinga dirasa berkurang
namunsakit pada telinga kiri dan pada kepala sebelah kiri masih terasa. Klien mengeluh
pendengaran sebelah kiri berkurang. TD: 120/80mm/Hg, N: 80x/menit, RR: 20x/menit, suhu:
37oC
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Definisi OMSK
Etiologi
Patofisiologi + pathway
Tanda dan gejala
Pemeriksaan diagnostic
Intervensi medis
Komplikasi
2 penelitian terkait penyakit
Asuhan Keperawatan

A. Definisi
Otitis media supuratifkronis (OMSK) dahulu disebut otitis media perforate
(OMP) atau dalam sebutansehari haricongek. Yang disebut otitis media supuratis
kronis ialahi nfeksi kronis di telingatengahdenganperforasi membrane timpani dan
secret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul.

Otitis media supuratifkronis (OMSK) adalah stadium dari penyakit telinga tengah
dimana terjadi peradangan kronis dari telinga tengah dan mastoid dan membran
timpani tidak intak (perforasi) dan ditemukan sekret (otorea), purulen yang hilang
timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah dan berlangsung
lebih dari 2 bulan. Perforasi sentral adalah pada pars tensa dan sekitar dari sisa
membran timpani atau sekurang-kurangnya pada annulus.
Menurut Ramalingam bahwa OMSK adalah peradangan kronis lapisan
mukoperiosteum dari middle ear cleft sehingga menyebabkan terjadinya perubahanperubahan patologis yang ireversibe.
Otitis media kronik merupakan kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan
ireversibel dan biasanya disebabkan karena episode berulang otitis media akut. Sering
berhubungan dengan perforasi menetap membrane timpani.
Otitis media kronik atau mastoiditis kronik ini lebih seing ditemukan, dan
beberapa
ahli infeksi kronik ini dapat mengakibatkan pembentukan kolesteatoma, yang
merupakan pertumbuhan kulit ke dalam (epitel skuasoma) dari lapisan luar membrane
timpani ke telinga tengah, hal inilah yang menyebabkan gangguan pada fungsi telinga
akibat otitis media kronik.

B. Etiologi
Otitis media (OM) sering terjadi setelah infeksi saluran nafas atas oleh bakteri atau
virus yang menyebabkan peradangan di mukosa, gangguan drainase telinga tengah
dan menyebabkan penumpukan cairan steril. Bakteri atau virus masuk ke telinga
tengah melalui tuba eustachius, yang menyebabkan infeksi telinga tengah. Agen-agen
infeksi tersebut diantaranya agen infeksi dari tenggorok yaitu streptococcus,
stapilococcus, diplococcus pneumonie, hemofilus influens, Gram (+), rongga mulut S.
Pyogenes, S. Albus, Gram (-), dan hidung meliputi Proteus spp, Psedomonas spp, E.
Coli, Kuman anaerob : Alergi, diabetes melitus, TBC paru.
Bakteri yang paling sering menyebabkan otitis media adalah S.Pneumoniae,
H.influenzae, dan M. catarrhalis. Bakteri pathogen yang lebih jarang meliputi
Streptococcus spp grup A, S. Aureus, dan spesies Gram-negatif. Pada 30% kasus tidak
ada bakteri pathogen yang ditemukan, dan pada 44% kasus, virus merupakan satusatunya organism yang ditemukan.

C. Patofisiolgi

Pathway :

Trauma, Infeksi, bakteri,


virus, jamur, ISPA dll
Infeksi Telinga tengah

Proses Inflamasi

Peningkatan
produksi cairan
serosa

Nyeri

Gg. Persepsi
Akumulasi
cairan
Sensori
Hantaran
suara
dan mukus /
Gangguan
Gg.
Komunikasi
udara
menurun

Tekanan udara
telinga tengah
negatif
Retraksi
membrane
Telinga
timpani

Tidaktahu,
kurang
Regimen
informasi
pengobatan tdk
penyakit,
tuntas
proses,
pengobatan
Kurang
Penyakit
dan
Pengetahuan
Prognosis
berulang
pencegahan
Ansietas
Memburuk

D. Manifestasi klinis
Terkadang gejala dapat dirasakan minimal, dengan berbagai derajat kehilangan
pendengaran dan terdapat otorea intermiten atau persisten yang berbau busuk.
Biasanya tidak ada nyeri kecuali paa kasus mastoisitis akut, dimana daerah postaurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan merah dan edema.
Kolesteatoma yang dilanjutkan dengan pertumbuhan kulit dari membrane timpani
lateral membentuk kantong luar, yang akan berisi kulit yang telah rusak dan
mengadung bahan sebaseus, kantong tersebut dapat melekat struktur telinga tengah
dan mastoid, biasanya tidak menyebabkan nyeri. Evaluasi pada otoskopik pada
membran timpani memperlihatkan adanya perforasi. Kolesteatoma terkadang dapat
juga tidak terlihat pada pemeriksaan oleh ahli otoskopi. Hasil audiometri pada kasus
kolesteatoma sering mempelihatkan kehilanga pendengaran konduktif atau campuran.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic yang sering dilakukan pada kasus otitis media kronis ini
diantaranya meliputi :
Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar
Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran timpany
Kultur dan uji sensitifitas: dilakukan bila dilakukan timpanosesntesis (Aspirasi
jarum dari telinga tengah melalui membrane timpany).
F. Intervensi Medis

Penanganan local meliputi pembersihan hati-hati telinga menggunakan


mikroskop dan alat penghisap. Pemberian antibiotika atau pemberian bubuk

antibiotika sering membantu bila terdapat cairan purulen.


Berbagai prosedur pembedahan dapat dilakukan bila dengan penanganan obat
tidk efektif. Dapat dilakukan timpanoplasti dan yang paling sering adalah
timpanoplasti-rekonstruksi bedah membrane timpani dan osikulus. Tujuan dari
timpanoplasti adalah mengembalikan fungsi telinga tengah, menutup lubang
perforasi, telinga tengah, mencegah infeksi berulang, dan memperbaiki
pendengaran. Timpanoplasti dilakukan melalui kanalis auditorius eksternus,
baik secara transkanal atau melalui insisi aurikuler. Isis telinga tengah
diinspeksi secara teliti, dan hubungan antara osikulus dievalusi. Terputusnya
rantai osikulus adalah yang paling sering terjadi pada otitis media, namun
masalah rekonstruksi juga akan muncul dengan adanya malformasi telinga
tengah dan dislokasi osikuler akibat cidera kepala. Perbaikan dramatis
pendengaran dapat terjadi stelah penutupan lubang perforasi dan perbaikan
kembali osikulus. Pembedahan biasanya dilakukan pada pasien rawat jalan

dengan anesthesia umum.


Selain tu dapat juga pembedahan mastoidektomi. Tujuan dari pembedahan ini
adalah untuk mengangkat kolesteatoma, mencapai struktur yang sakit, dan
menciptakan telinga yang aman, kering, dan sehat. Bila mungkin osikulus
direkontruksi selama prosedur pembedahan awal. Namun adang beratnya
penyakit mengharuskan hal ni dilakukan sebagai bagian operasikedua yang
terencana. Mastoidektomi biasanya dilakukan melalui insisi post-aurikuler,
dan infeksi dihilangkan dengan mengambil secara sempurna sel udara
mastoid. Nervus fasialis berjalan melalui telinga tengah dan mastoid dan dapat
mengalami bahaya selama pembedahan mastoid, meskipun jarang mengalami
cidera.

G. Komplikasi

H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Tanggal MRS

: 15 desember 2013

Tanggal Pengkajian

: 15 desember 2013

Pukul

: 09.00 wib

No. Medical Record

: 00124

a. Identitas pasien
Nama
: Tn. Y
TTL
: Pontianak, 17 april 1985
Umur
: 28 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pendidikan
: SMA
Alamat
: JL. A. Yani
Agama
: Islam
Suku
: Melayu
Pekerjaan
: Buruh
Status perkawinan
: menikah
b. Riwayat kesehatan
Alasan MRS
: Tn. Y mengeluh nyeri pada telinga dan kepala sebelah
kiri. Pada telinga kiri klien keluar cairan putih jernih, tidak berbau,

encer, dan tidak terlalu banyak.


Keluhan utama saat ini : (15 desember 2013 pukul 09.00 WIB) klien
mengatakan bahwa nyeri pada telinga dan kepala sebelah kiri. Pada
telinga kiri klien keluar cairan putih jernih, tidak berbau, encer, dan tidak
terlalu banyak. Kemampuan mendengar klien berkurang dan klien

merasa telinganya seperti berdenging.


Riwayat penyakit sekarang
: OMSK

Riwayat penyakit dahulu

: sekitar satu bulan yang lalu klien

menderita otitis media akut (OMA) dan 6 minggu yang lalu klien
mengalami flu dan batuk ringan namun tidak diobati. Klien juga
mengatakan bahwa sekitar 5 minggu yang lalu klien secara tidak sengaja
menusuk telinganya dengan alat pengorek telinga berbahan plastic
hingga terlalu dalam dan terasa sakit.
Riwayat penyakit keluarga
Ayah
: hipertensi
Ibu
: Hipertensi
c. Genogram

28
thn

Keterangan :
= sudah meninggal
= laki-laki
= perempuan
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Kesadaran : compos mentis

PASIEN

GCS ( E: 4 V: 5 M : 4)
Tubuh klien tampak ideal
Nafsu makan pasiennormal
TB
: 160 cm
BB
: 70 Kg
TD
: 120/80 mm/Hg
Suhu
: 370C
Nadi
: 80 x/menit
RR
: 20 x/menit
2) Kepala dan leher
saran Inspeksi: rambut bersih, kulit kepala bersih, wajah simetris,
wajah bersih, konjungtiva tidak anemis, tidak terpasang NGT
mukosa bibir baik, tidak terpasang selang oksigen, tidak ada lesi
pada wajah dan telinga, tidak ada goiter, telinga simetris, tidak ada
lesi pada telinga, telinga luar agak kotor, ada cairan jernih, tidak

kental, tidak berbau, tidak banyak pada telinga kiri.


Palpasi: tidak ada masa pada telinga, tidak ada masa pada leher.
Perkusi: Auskultasi: tidak ada suara bruit pada kelenjar tiroid, pernafasan
diafragma normal

3) Toraks dan abdomen


Inspeksi: dada simetris, tidak ada pembesaran pada abdomen, tidak

terpasang EKG, tidak ada lesi, RR: 20x/menit.


Palpasi: normal. iktus kordis tidak teraba, taktil fremitus teraba,
hepar tidak terba, ginjal tidak teraba, tidak ada pembesaran

kelenjar limfe
Perkusi: normal, resonance pada thorak bagian kanan ICS 1-8,

peka pada thorak kiri ICS 3-5, peka pada ICS 9-12 kanan.
Auskultasi: suara nafas normal, tidak ada suara tambahan. Suara
jantung normal, S1 dan S2 normal, tidak ada suara jantung
tambahan, HR: 80x/menit, Bising usus normal: 4x/menit

4) Panggul
Inspeksi: normal. Bentuk panggul simetris, genitalia normal, tidak

terpasang kateter urin


Palpasi: normal. Tidak ada massa abnormal pada area genitalia dan

tidak ada pembesaran pada vena hemoroid interna


Perkusi: Auskultasi: -

5) Ekstrimitas atas
Inspeksi: tidak terpasang infus, tidak ada lesi, ukuran simetris

antara kanan dan kiri, tidak ada lesi, tidak ada penumpukan cairan.
Palpasi: nadi brachialis dan radialis teraba normal, kapilari refill

normal (>3 detik), turgor kulit baik, kekuatan otot normal (6)
Perkusi: Auskultasi: 6) Ekstrimitas bawah
Inspeksi: tidak ada lesi, bentuk dan ukuran normal, tidak ada

penumpukan cairan, capillary refill normal


Palpasi: tidak ada krepitasi, nadi femuralis dan dorsalis pedis

teraba, tidak ada piting edem,


Perkusi: Auskultasi: e. Pengkajian perpola
1) Pola pernapasan:
Pernapasan normal, tidak ada penggunaan otot pernapasan tambahan,
tidak ada napas cuping hidung, pengembangan paru optimal, RR:
20x/menit.
2) Pola makan dan minum
Makan 3x sehari dengan porsi sedang, jarang makan sayur. Tidak ada
perubahan yang signifikan pada berat badan, BB: 70kg
Minum air putih 8 gelas sehari
3) Pola eliminasi
BAB: frekuensi 1x sehari, konsistensi normal, warna kuning
kecokelatan, bau khas
BAK: frekuensi 5-6x sehari, volume 1.000- 1.500 ml, warna kuning
jernih, bau khas, tidak terpasang kateter, tidak ada retensi urin, tidak
ada inkontinensia.
4) Pola reproduksi
Normal. Tidak ada penurunan libido, tidak ada masalah dalam
hubungan seksual
5) Pola aktivitas dan istirahat
Keseharian klien bekerja sebagai seorang buruh. Bekerja 10 jam sehari,
aktivitas sedikit terganggu karena sulit mendengar dan nyeri pada
telinga, Istirahat 5 jam sehari, semenjak sakit klien sulit tidur karena
sakit pada telinga dan kepala.
6) Pola persepsi dan sensori
Penglihatan: normal, tidak ada halusinasi, tidak ada gangguan
penglihatan

Pendengaran: kemampuan mendengar berkurang (nilai ambang


pendengaran: 25dB), klien merasa seperti telinganya berdenging
Penghidu: normal
Pengecap: normal
Nyeri pada telinga kiri dan kepala bagian kiri.
7) Pola Psikososial
a) Pasien gelisah
b) Emosi pasien labil
c) Pasien mudah tersinggung
f. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
- Pemeriksaan hematologi
Hasil:
Hemoglobin
: 16 gr/dl (n: 14-18 gr/dl)
Leukosit
: 9.000 mm3(n: 4.000-11.000)
Eritrosit
: 5 mm3(n: 4,6-6,2)
Trombosit
: 350.000 mm3( n: 200.000- 400.000)
LED
: 6,5 mm/jam (0-8)
-

Pembiakan cairan telinga


Hasil: ditemukan biakan bakteri Staphylococcus aureus
2) Pemeriksaan radiologi dan lain-lain
- Otoskop
Hasil: perforasi sentral pada membrane timpani kiri klien, saluran
telinga dipenuhi cairan mukoid (bening dan encer). Membrane
-

tampak tipis dan pucat.


Timpanogram
Hasil: tekanan negative pada saluran telinga (menandakan adanya
gangguan pada mobilitas membrane timpani dan tulang-tulang

pendengaran tengah)
X-ray
Hasil: tidak ada kolesteatoma dan tidak ada kekabruan mastoid
CT scan kepala
Hasil: tidak ada penyebaran infeksi pada area sekitar telinga
Audiometri
Hasil: penurunan intensitas pendengaran dengan frekuensi 25dB

(tuli konduktif)
3) Tes Pendengaran
- Tes suara bisikan
Hasil: klien tidak bisa mendengar bisikan pemeriksa saat melakukan
-

test
Rinnes test
Hasil: pada telinga kiri klien kurang bisa mendengar suara
dengungan garpu tala

2. Analisa Data
NO.
1.

Data

Etiologi

DS:
inflamasi
- Klien mengatakan telinganya
terasa sakit
- Klien
mengatakan
nyeri
menyebar hingga ke kepala
sebelah kiri dan di belakang
telinga
DO:
- Klien tampak meringis sembari
memegang telinga kirinya
- Klien tampak tidak nyaman
dengan keadaan telinganya
- skala nyeri: 5, nyeri seperti
ditekan pada telinga kiri bagian
dalam, nyeri sepanjang waktu
- telinga kiri klien mengeluarkan
cairan bening, encer, tidak
berbau
- hasil otoskop: perforasi sentral
membrane timpani, membrane
tipis dan pucat
- hasil biakan cairan telinga:
ditemukan
bakteri
Staphylococcus aureus

Masalah
nyeri

2.

DS:
Infeksidi telinga Perubahan
- klien mengatakan telinganya
tengah, obstruksi sensori
terasa berdenging
oleh
cairan
- klien mengatakan agak sedikit
telinga, kerusakan
sulit dalam mendengar
di
organ
DO:
pendengaran
-

Tes suara bisikan


Hasil: klien tidak

persepsi

bisa

mendengar bisikan pemeriksa


-

saat melakukan test


Rinnes test
Hasil: pada telinga kiri klien
kurang bisa mendengar suara

dengungan garpu tala


Audiometri
Hasil: penurunan intensitas
pendengaran dengan frekuensi

25dB (tuli konduktif)


telinga
kiri
klien
mengeluarkan cairan bening,
encer, tidak berbau
hasil otoskop: perforasi sentral
membrane timpani, membrane
tipis dan pucat

3.

DS:
Gangguan
- klien mengatakan bahwa klien
pendengaran
sulit dalam mendengar apa
yang
-

orang

bicarakan

kepadanya
klien mengatakan sulit dalam
mendengar

instruksi

diberikan

oleh

kesehatan

saat

yang
tenaga

melakukan

pemeriksaan
DO:
-

klien tidak dapat mendengar

Gangguan komunikasi

instruksi atau pertanyaan yang


diberikan oleh perawat dengan
4.

baik
klien melakukan lip reading

DS:
Diagnosa,
- klien mengatakan bahwa klien
Prognosis,
merasa
cemas
dengan
kemungkinan
keadaannya saat ini
penurunan
- klien mengatakan bahwa klien
pendengaran,
takut
akan
kehilangan
prosedur operasi
pendengarannya
- klien mengatakan bahwa klien

cemas

cemas jika harus dioperasi


DO:
-

klien tampak resah dan gelisah


klien tidak melakukan kontak
mata

saat

melakukan

anamnesa
klien mudah tersinggung jika
membahas

mengenai

kemampuan pendengarannya
5.

DS:
Kurang terpajan Kurangnya
- klien mengatakan bahwa klien
informasi
pengetahuan
tidak tahu penyebab sakitnya
mengenai pengobatan
telinga klien
dan
pencegahan
- klien mengatakan bahwa klien
penyakit berulang
tidak
tahu
mengapa
-

penyakitnya bisa berulang


klien mengatakan tidak tahu
mengenai
pencegahan

pengobatan

dan

penyakit

yang

sedang di deritanya
DO:
-

klien tidak tahu mengenai

penyakit
-

sedang

dideritanya
klien tidak paham mengenai
cara

yang

pencegahan

dan

pengobatan OMSK
klien tidak tanggap mengenai
pentingnya

menyelesaikan

regimen pengobatan
3. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri b/d inflamasi
2) Perubahan persepsi dan sensori b/d Infeksi di telinga tengah, obstruksi oleh cairan
telinga, kerusakan di organ pendengaran
3) Gangguan komunikasi verbal b/d gangguan pendengaran
4) Cemas b/d Diagnosa, Prognosis, kemungkinan penurunan pendengaran, prosedur
operasi
5) Kurang pengetahuan b/d kurangnya terpajan informasi

4. Intervensi keperawatan
1) Nyeri b/d inflamasi
Tujuan: nyeri yang dirasakan klien berkurang atau terkendali
KH:
a) Klien mengatakan nyerinya berkurang/ terkendali
b) Klien mengikuti regimen resep pengobatan
c) Klien dapat mendemonstrasikan penggunakan tekhnik relaksasi dan
distraksi
Intervensi:
a) Kaji letak, karakteristik, onset, frekuensi dan kualitas nyeri
b) Observasi adanya tanda nonverbal klien terhadap nyeri (spt meringis,
bagaimana klien memegang bagian tubuhnya, kontraksi otot, dll)
c) Monitor TTV klien
d) Kaji ulang pengalaman klien mengenai nyeri dan metode yang dapat atau
e)
f)
g)
h)
i)

tidak dapat digunakan dalam mengontrol nyeri


Berikan lingkungan yang tenang
Bujuk klien untuk mengekspresikan secara verbal mengenai nyerinya
Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi
Anjurkan klien untuk beristirahat dengan periode yang adekuat
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesic dan antibiotic
dalam mengatasi inflamasi

2) Perubahan persepsi dan sensori b/d Infeksi di telinga tengah, obstruksi oleh cairan
telinga, kerusakan di organ pendengaran
Tujuan:
a) Mempertahankan kebersihan dan kemampuan mendengar klien
KH:
a) Kemampuan mendengar klien dapat dipertahankan
b)Telinga klien bersih
Intervensi:
a) Identifikasi alasan yang mendasari gangguan persepsi pada klien, catat
faktor yang berhubungan.
b) Perhatikan faktor resiko yang dapat menyebabkan terganggunya
kemampuan persepsi sensori klien (gangguan telinga tengah).
c) Kurangi stimulus atau keributan seperti alaram, sinyal monitor, kebisingan
alat, jika bisa.
d) Ajarkan klien perawatan telinga yang sesuai indikasi.
e) Diskusikan rejimen pengobatan
f) Perbaiki cara komunikasi dengan bicara pelan didekat klien dan tidak
berteriak- teriak.
3) Gangguan komunikasi verbal b/d gangguan pendengaran
Tujuan:
a) Mengkaji bagaimana klien memanajemen komunikasi dan potensi kesulitan
dalam komunikasi
b) Meningkatkan kemampuan komunikasi klien
c) Mempromosikan komunikasi yang optimal
KH:
a) Klien secara verbal mengatakan mengerti mengenai kesulitan dalam
berkomunikasi dan rencana dalam penanganan masalah
b) Klien tahu metode komunikasi yang dapat digunakan
c) Klien dapat mendemonstasikan comunikasi verbal dan non verbal
Intervensi:
a) kaji faktor lingkungan yang dapat ebrdampak pada kemampuan komunikasi
(lingkungan yang ribut, gangguan pendengaran)
b) bina hubungan saling percaya dan dengarkan dengan hati-hati ungkapan
perasaan klien terhadap kondisinya
c) lakukan komunikasi yang sederhana, gunakan semua mode yang dapat
membantu dalam proses komunikasi seperti gambar atau tulisan
d) Minimalkan diskusi yang negatif terhadap klien dengan gangguan
pendengaran. Hal ini dapat disalah artikan oleh klien
e) pertahankan keadaan lingkungan yang tenang, bicara tidak terburu-buru.
Berikan waktu untuk klien merespon
f) pertahankan kontak mata ketika melakukan komunikasi

4) Cemas b/d Diagnosa, Prognosis, kemungkinan penurunan pendengaran, prosedur


operasi
Tujuan:
a) Mengkaji tingkat kecemasan
b) Membantu klien dalam mengidentifikasikan perasaan dan berhubungan
dengan masalah
c) Membantu klien dalam menggunakan koping yang adaptif
KH:
a) Klien tampak rileks dan mengatakan bahwa kecemasannya berkurang
b) Klien dan keluarga dapat mengidentifikasikan cara yang sehat dalam
mengekspresikan kecemasannya
Intervensi:
a) Bina hubungan saling percaya
b) Kaji tingkat kecemasan klien
c) Identifikasi persepsi klien dan keluarga mengenai kemungkinan terburuk
yang dapat terjadi
d) Catat adanya penggunaan obat-obatan, alcohol, insomnia, kurangnya
interaksi yang dapat menjadi indicator penggunaan koping maladaptive
e)
f)
g)
h)

dalam mengatasi masalah


Identifikasi kemampuan koping klien
Bantu klien dalam mengeksoresikan perasaanya
Bantu klien dalam mempelajari koping yang baru
Anjurkan kepada klien untuk menggunakan koping yang adaptif

5) Kurang pengetahuan b/d kurangnya terpajan informasi


Tujuan:
a) Mengkaji tingkat kemampuan klien dalam belajar
b) Meningkatkan pengetahuan klien tentang penyakit, proses pengobatan dan
cara pencegahan penyakit berulang
KH:
a) Klien berpartisipasi dalam proses pembelajaran
b) Klien mengatakan tahu dan mengerti mengenai kondisi/ proses penyakit,
pengobatan dan pencegahan penyakit berulang
c) Klien adapat menjelaskan prosedur yang diperlukan dengan benar, dan
dapat menjelaskan tujuan ari tindakan tersebut
Intervensi:
a) Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga mengenai penyakit dan proses
b)
c)
d)
e)

pengobatan
Kaji kemampuan klien untuk belajar
Berikan kondisi lingkungan yang tenang
Identifikasi informasi yang perlu untuk diingat oleh klien
Diskusikan mengenai penyakit, proses pengobatan dan cara pencegahan

berulang dengan klien


f) Evaluasi pemahaman klien terhadap materi

g) Berikan reinforcement positif

Daftar Pustaka
Abidin, Taufik. 2009. Otitis Media Akut (10 September 2009)
Chandrasoma, Parakrama, Clive R.Taylor. 2005. Ringkasan Patologi Anatomi. Dewi
Asih Mahanani dkk (eds). Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal: 441443
Djaafar, Z.A., Helmi, dan Restuti, R. 2007. Kelainan Telinga Tengah, dalam Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Eds. Soepardi,
E.A., Iskandar, N., Bashiruddin, J., Resturi, R.D. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. pp: 64-77

Anda mungkin juga menyukai