Anda di halaman 1dari 21

Proses Isotermal

Proses isotermal adalah proses perubahan keadaan gas pada suhu tetap. Dari
persamaaan keadaaan gas ideal pV=nRT diperoleh pV=konstan,karena nRT bernilai tetap
pV=kontan
atau
p1V1=p2V2
dengan p1=tekanan mula mula
V1= volum mula mula
P2=tekanan akhir
V2=volum akhir
Proses isotermal ini sesuai dengan hukum boyle. Grafik hubungan antara tekanan
(p) dengan volum(V) pada proses isotermal diperlihatkan pada gambar berikut:
p

V
Usaha luar yang dilakukan gas pada proses isotermal dapat ditentukan dari
persamaan pV=nRT dan W= pV.
W= pV
W=

nRt
V
V

W= nRT

V
V

Untuk perubahan yang kecil dapat dituliskan seperti dalam persamaan berikut:

DW=nRT
Atau

dV
V

V2

dW = V 1 nRT =

dV
V

Faktor nRT dapat dikeluarkan dari tanda integral, karena nilainya tetap.
V2

dW = nRT

V1

dV
V

Dengan menggunakan sifat integral

dx
= In x, mak diperoleh
x

W = nRT[In V] VV 12
W = nRT (In V2 In V1)
W = nRT In

V2
V1

Usaha luar yang dilakukan gas pada proses isotermal untuk berubah dari keadaan awal
(1) ke keadaan akhir (2) dapat ditentukan dari luar daerah di bawah grafik p-V(daerah
yang diarsir ), seperti diperlihatkan pada gambar berikut :
1
p1
2
p2

Proses Termodinamika
Dalam postingan sebelumnya, gurumuda sudah menjelaskan secara panjang pendek
mengenai Kalor (Q), Kerja (W), Sistem dan Lingkungan. Sebaiknya pelajari terlebih
dahulu materi sebelumnya, biar dirimu nyambung dengan penjelasan gurumuda dalam
pembahasan ini
Kalor (Q) merupakan energi yang berpindah dari satu benda ke benda yang lain akibat
adanya perbedaan suhu. Berkaitan dengan sistem dan lingkungan, bisa dikatakan bahwa
kalor merupakan energi yang berpindah dari sistem ke lingkungan atau energi yang
berpindah dari lingkungan ke sistem akibat adanya perbedaan suhu. Jika suhu sistem
lebih tinggi dari suhu lingkungan, maka kalor akan mengalir dari sistem menuju
lingkungan. Sebaliknya, jika suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu sistem, maka kalor
akan mengalir dari lingkungan menuju sistem.
Jika Kalor (Q) berkaitan dengan perpindahan energi akibat adanya perbedaan suhu, maka
Kerja (W) berkaitan dengan perpindahan energi yang terjadi melalui cara-cara mekanis
(mekanis tuh berkaitan dengan gerak) Misalnya jika sistem melakukan kerja terhadap
lingkungan, maka energi dengan sendirinya akan berpindah dari sistem menuju
lingkungan. Sebaliknya jika lingkungan melakukan kerja terhadap sistem, maka energi
akan berpindah dari lingkungan menuju sistem.
Salah satu contoh sederhana berkaitan dengan perpindahan energi antara sistem dan
lingkungan yang melibatkan Kalor dan Kerja adalah proses pembuatan popcorn. Dirimu
ngerti popcorn tidak ? biji jagung yang ada bunganya
Gurumuda kurang ngerti
proses pembuatan popcorn secara mendetail. Btw, garis besarnya seperti ini Biasanya
popcorn dimasukkan ke dalam wadah tertutup (panci atau alat masak lainnya).
Selanjutnya, wadah tertutup tersebut dipanasi dengan nyala api kompor. Adanya
tambahan kalor dari nyala api membuat biji popcorn dalam panci kepanasan dan meletup.
Ketika meletup, biasanya biji popcorn berjingkrak-jingkrak dalam panci dan mendorong
penutup panci. Gaya dorong biji popcorn cukup besar sehingga kadang tutup panci bisa
berguling ria Untuk kasus ini, kita bisa menganggap popcorn sebagai sistem, panci
sebagai pembatas dan udara luar, nyala api dkk sebagai lingkungan. Karena terdapat
perbedaan suhu, maka kalor mengalir dari lingkungan (nyala api) menuju sistem (biji
popcorn). Adanya tambahan kalor menyebabkan sistem (biji popcorn) memuai dan
meletup sehingga mendorong penutup panci (si biji popcorn tadi melakukan kerja
terhadap lingkungan). Dalam proses ini, keadaan popcorn berubah. Keadaan popcorn
berubah karena suhu, tekanan dan volume popcorn berubah saat memuai dan meletup
meletupnya popcorn hanya merupakan salah satu contoh perubahan keadaan sistem
akibat adanya perpindahan energi antara sistem dan lingkungan. Masih sangat banyak
contoh lain, sebagiannya sudah gurumuda ulas pada bagian pengantar Perubahan
keadaan sistem akibat adanya perpindahan energi antara sistem dan lingkungan yang
melibatkan Kalor dan Kerja, disebut sebagai proses termodinamika.

Energi dalam dan Hukum Pertama Termodinamika


Pada postingan sebelumnya, gurumuda sudah menjelaskan secara singkat mengenai
energi dalam (U). Energi dalam sistem merupakan jumlah seluruh energi kinetik molekul
sistem, ditambah jumlah seluruh energi potensial yang timbul akibat adanya interaksi
antara molekul sistem. Kita berharap bahwa jika kalor mengalir dari lingkungan menuju
sistem (sistem menerima energi), energi dalam sistem akan bertambah Sebaliknya, jika
sistem melakukan kerja terhadap lingkungan (sistem melepaskan energi), energi dalam
sistem akan berkurang
Dengan demikian, dari kekekalan energi, kita bisa menyimpulkan bahwa perubahan
energi dalam sistem = Kalor yang ditambahkan pada sistem (sistem menerima energi)
Kerja yang dilakukan oleh sistem (sistem melepaskan energi). Secara matematis, bisa
ditulis seperti ini :

Keterangan :
delta U = Perubahan energi dalam
Q = Kalor
W = Kerja
Persamaan ini berlaku untuk sistem tertutup (Sistem tertutup merupakan sistem yang
hanya memungkinkan pertukaran energi antara sistem dengan lingkungan). Untuk sistem
tertutup yang terisolasi, tidak ada energi yang masuk atau keluar dari sistem, karenanya,
perubahan energi dalam = 0. Persamaan ini juga berlaku untuk sistem terbuka jika kita
memperhitungkan perubahan energi dalam sistem akibat adanya penambahan dan
pengurangan jumlah zat (Sistem terbuka merupakan sistem yang memungkinkan
terjadinya pertukaran materi dan energi antara sistem tersebut dengan lingkungan).
Mengenai sistem terbuka dan tertutup telah gurumuda jelaskan pada postingan
sebelumnya
Hukum pertama termodinamika merupakan pernyataan Hukum Kekekalan Energi dan
ketepatannya telah dibuktikan melalui banyak percobaan (seperti percobaan om Jimi
Joule). Perlu diketahui bahwa hukum ini dirumuskan pada abad kesembilan belas, setelah
kalor dipahami sebagai energi yang berpindah akibat adanya perbedaan suhu.

Energi dalam merupakan besaran yang menyatakan keadaan mikroskopis sistem. Besaran
yang menyatakan keadaan mikroskopis sistem (energi dalam) tidak bisa diketahui secara
langsung. Yang kita analisis dalam persamaan Hukum Pertama Termodinamika hanya
perubahan energi dalam saja. Perubahan energi dalam bisa diketahui akibat adanya energi
yang ditambahkan pada sistem dan energi yang dilepaskan sistem dalam bentuk kalor dan
kerja. Jika besaran yang menyatakan keadaan mikroskopis sistem (energi dalam) tidak
bisa diketahui secara langsung, maka besaran yang menyatakan keadaan makroskopis
bisa diketahui secara langsung. Besaran yang menyatakan keadaan makroskopis adalah
suhu (T), tekanan (p), volume (V) dan massa (m) atau jumlah mol (n). Ingat ya, Kalor
dan Kerja hanya terlibat dalam proses perpindahan energi antara sistem dan lingkungan.
Kalor dan Kerja bukan merupakan besaran yang menyatakan keadaan sistem.
Aturan tanda untuk Kalor (Q) dan Kerja (W)
Aturan tanda untuk Kalor dan Kerja disesuaikan dengan persamaan Hukum Pertama
Termodinamika. Kalor (Q) dalam persamaan di atas merupakan kalor yang ditambahkan
pada sistem (Q positif), sedangkan Kerja (W) pada persamaan di atas merupakan kerja
yang dilakukan oleh sistem (W positif). Karenanya, jika kalor meninggalkan sistem,
maka Q bernilai negatif. Sebaliknya, jika kerja dilakukan pada sistem, maka W bernilai
negatif. Pahami perlahan-lahan.
Contoh soal 1 :
Jika kalor sebanyak 2000 Joule ditambahkan pada sistem, sedangkan sistem melakukan
kerja 1000 Joule, berapakah perubahan energi dalam sistem ?
Panduan jawaban :

Sistem mendapat tambahan kalor (sistem menerima energi) sebanyak 2000 Joule. Sistem
juga melakukan kerja (sistem melepaskan energi) 1000 Joule. Dengan demikian,
perubahan energi sistem = 1000 Joule.
Contoh soal 2 :
Jika kalor sebanyak 2000 Joule meninggalkan sistem dan sistem melakukan kerja 1000
Joule, berapakah perubahan energi dalam sistem ?
Panduan jawaban :
Ingat ya, jika kalor meninggalkan sistem, berarti Q bernilai negatif

Kalor meninggalkan sistem (sistem melepaskan energi)


sebanyak 2000 Joule. Sistem juga melakukan kerja (sistem melepaskan energi) sebesar
1000 Joule. Dengan demikian, energi dalam sistem berkurang sebanyak 3000 J.
Contoh soal 3 :
Jika kalor sebanyak 2000 Joule ditambahkan pada sistem dan kerja 1000 Joule dilakukan
pada sistem, berapakah perubahan energi dalam sistem ?
Panduan jawaban :
Ingat ya, jika kerja dilakukan pada sistem, berarti W bernilai negatif

Sistem mendapat tambahan kalor (sistem menerima energi) sebanyak 2000 Joule dan
kerja dilakukan pada sistem (sistem menerima energi) 1000 Joule. Dengan demikian,
energi dalam sistem bertambah sebanyak = 3000 Joule.
Pahami perlahan-lahan ya. Jangan pake hafal, nanti dirimu cepat lupa
Catatan :
Pertama, kebanyakan sistem yang kita analisis secara teoritis dalam pokok bahasan ini
adalah gas. Kita menggunakan gas, karena keadaan makroskopis gas (suhu, tekanan dan
volume) lebih mudah diketahui. Dalam menganalisis gas, kita tetap menganggap gas
sebagai gas ideal. Tujuannya hanya untuk mempermudah analisis saja. Kita tidak
menggunakan gas riil karena pada tekanan yang cukup besar, biasanya gas riil
berperilaku menyimpang. Karenanya analisis kita menjadi lebih sulit
Kedua, jika sistem yang kita analisis adalah gas ideal, maka energi dalam bisa dihitung
menggunakan persamaan yang menyatakan hubungan antara energi dalam gas ideal
dengan suhu gas ideal : U = 3/2 nRT (persamaan energi dalam gas ideal monoatomik).
Persamaan ini kita turunkan dari teori kinetik. Penurunannya telah dibahas dalam materi
Teori Kinetik Gas.

Sebaiknya pahami terlebih dahulu konsep-konsep dasar yang telah dijelaskan dalam Teori
Kinetik Gas, biar dirimu tidak kebingungan
ebook gratis (kelas XI).

Download saja ebooknya di halaman

Kerja yang dilakukan sistem selama perubahan volume


Sebelum melangkah lebih jauh, terlebih dahulu kita tinjau kerja yang dilakukan sistem
terhadap lingkungan. Untuk menghitung besarnya kerja (W) yang dilakukan sistem, kita
tinjau gas ideal yang berada dalam sebuah wadah yang ditutup dengan sebuah
penghisap/piston. Penghisap bisa digerakkan naik dan turun. Gambar ini disederhanakan
menjad dua dimensi. Anggap saja gambar ini tiga dimensi. Volume = panjang x lebar x
tinggi

Gas ideal diwakili oleh titik-titik yang terletak di dalam wadah. Alas wadah bersentuhan
dengan sebuah benda yang memiliki suhu yang lebih tinggi (mirip seperti air dalam
panci yang dipanaskan di atas nyala api). Benda bersuhu tinggi tidak disertakan dalam
gambar
, bayangkan saja dalam pikiran ya
Gas ideal dalam wadah merupakan
sistem, sedangkan benda-benda lainnya yang berada di luar wadah, termasuk benda
bersuhu tinggi yang bersentuhan dengan alas wadah, merupakan lingkungan. Karena
suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu sistem, maka kalor dengan sendirinya mengalir
dari lingkungan menuju sistem. Adanya sumbangan energi dari lingkungan menyebabkan
energi dalam sistem (gas ideal) bertambah. Energi dalam gas ideal berbanding lurus
dengan suhu (U = 3/2 nRT), karenanya ketika energi dalam gas ideal bertambah, suhu
gas ideal juga meningkat. Peningkatan suhu gas ideal menyebabkan gas ideal memuai
dan mendorong piston sejauh s. Ketika mendorong piston sejauh s, sistem (gas ideal)
melakukan kerja terhadap lingkungan (udara luar).

Pada mulanya tekanan sistem besar (P 1) dan volume sistem kecil (V1). Tekanan
berbanding terbalik dengan volume (ingat lagi materi teori kinetik gas). Setelah kalor
mengalir dari lingkungan menuju sistem dan sistem melakukan kerja terhadap
lingkungan, volume sistem bertambah (V2) dan tekanan sistem berkurang (P2).
Besarnya kerja yang dilakukan sistem pada proses di atas adalah :
Kerja (W) = Gaya dorong (F) x perpindahan (s). Karena gaya dorong (F) = tekanan (P) x
luas permukaan (A) piston, maka persamaan Kerja bisa ditulis menjadi :
W = Fs F = PA
W = PAs As = V
W = PV
Perlu diketahui bahwa kerja yang dilakukan sistem terjadi selama perubahan volume.
Karenanya, kerja total yang dilakukan sistem bisa diperoleh dengan mengalikan
perubahan tekanan dan perubahan volume. Secara matematis ditulis seperti ini :
W = (tekanan akhir tekanan awal)(volume akhir volume awal)
W = (P2-P1)(V2-V1)
Catatan :
Pertama, perubahan volume sistem (gas ideal) pada proses di atas bisa diketahui dengan
mudah. Volume awal dan volume akhir sistem bisa diketahui dengan menghitung volume
wadah. Dengan demikian, untuk menghitung besarnya kerja (W) yang dilakukan oleh
sistem, kita perlu mengetahui bagaimana perubahan tekanan selama berlangsungnya
proses.
Apabila tekanan (p) sistem berubah secara tidak teratur seiring terjadinya perubahan
volume (V), maka besarnya kerja yang dilakukan sistem bisa dihitung menggunakan
kalkulus. Kalau dirimu belum terbiasa dengan kalkulus, ada alternatif lain yang bisa
digunakan. Terlebih dahulu kita gambarkan grafik yang menyatakan hubungan antara
tekanan dan volume. Besarnya kerja yang dilakukan oleh sistem = luasan yang diarsir di
bawah kurva p-V.
Grafik tekanan vs volume untuk perubahan tekanan yang terjadi secara tidak teratur

Mula-mula tekanan sistem = p1 (tekanan


besar) dan volume sistem = V1 (volume kecil). Setelah sistem melakukan kerja terhadap
lingkungan, tekanan sistem berubah menjadi p2 (tekanan kecil) dan volume sistem
berubah menjadi V2 (volume besar). Besarnya kerja (W) yang dilakukan sistem = luasan
yang diarsir. Bentuk kurva melengkung karena tekanan sistem (gas ideal) berubah secara
tidak teratur selama proses.
Apabila tekanan (p) sistem tidak berubah alias selalu konstan seiring terjadinya
perubahan volume (V), maka besarnya kerja yang dilakukan sistem bisa dihitung dengan
mudah. Besarnya kerja yang dilakukan sistem bisa dihitung menggunakan persamaan
atau bisa diketahui melalui luasan yang diarsir di bawah kurva P-V. Untuk kasus ini,
persamaan kerja di atas bisa dimodifikasi seperti ini :
W = (P2-P1)(V2-V1)
Karena tekanan (p) selalu konstan, maka P2 = P1 = P
W = P(V2-V1)
Grafik tekanan vs volume untuk proses di mana tekanan selalu konstan alias tidak
berubah :

Mula-mula volume sistem = V1 (volume kecil).


Setelah sistem melakukan kerja terhadap lingkungan, volume sistem berubah menjadi V 2
(volume besar). Tekanan sistem selalu konstan alias tidak berubah. Besarnya kerja (W)
yang dilakukan sistem = luasan yang diarsir.
Kedua, sistem melakukan kerja terhadap lingkungan apabila volume sistem bertambah.
Demikian juga sebaliknya, lingkungan melakukan kerja terhadap sistem apabila volume
sistem berkurang. Jika volume sistem tidak berubah selama proses maka sistem tidak bisa
melakukan kerja terhadap lingkungan dan lingkungan juga tidak bisa melakukan kerja
terhadap sistem. Dalam hal ini, kerja (W) = 0.
Penerapan Hukum Pertama Termodinamika
pada beberapa proses Termodinamika
Sebelumnya kita sudah membahas Hukum Pertama Termodinamika dan menganalisis
usaha yang dilakukan oleh sistem. Kali ini kita mencoba meninjau beberapa penerapan
Hukum Pertama Termodinamika dalam empat proses termodinamika. Keempat proses
termodinamika yang dimaksud adalah proses isotermal, isokorik, isobarik dan
adiabatik. Istilah aneh ini berasal dari bahasa yunani. Isotermal = suhu yang sama atau
suhu selalu konstan, isokorik = volume yang sama atau volume selalu konstan, isobarik =
tekanan yang sama atau tekanan selalu konstan. Jangan pake hafal
Proses Isotermal (suhu selalu konstan)
Terlebih dahulu kita tinjau penerapan hukum pertama termodinamika pada proses
isotermal. Dalam proses Isotermal, suhu sistem dijaga agar selalu konstan Sistem yang
kita analisis secara teoritis adalah gas ideal. Suhu gas ideal berbanding lurus dengan
energi dalam gas ideal (U = 3/2 nRT). Karena T tidak berubah maka U juga tidak
berubah. Dengan demikian, jika diterapkan pada proses isotermal, persamaan Hukum
pertama termodinamika akan berubah bentuk seperti ini :

Dari
hasil
ini,
kita
bisa
menyimpulkan bahwa pada proses isotermal (suhu konstan), kalor (Q) yang ditambahkan
pada sistem digunakan sistem untuk melakukan kerja (W).
Perubahan tekanan dan volume sistem pada proses isotermal digambarkan melalui grafik
di bawah :

Mula-mula volume sistem = V1 (volume kecil)


dan tekanan sistem = P1 (tekanan besar). Agar suhu sistem selalu konstan maka setelah
kalor ditambahkan pada sistem, sistem memuai dan melakukan kerja terhadap
lingkungan. Setelah sistem melakukan kerja terhadap lingkungan, volume sistem berubah
menjadi V2 (volume sistem bertambah) dan tekanan sistem berubah menjadi P 2 (tekanan
sistem berkurang). Bentuk grafik melengkung karena tekanan sistem tidak berubah
secara teratur selama proses. Besarnya kerja yang dilakukan sistem = luasan yang
diarsir.

Proses Adiabatik
Dalam proses adiabatik, tidak ada kalor yang ditambahkan pada sistem atau
meninggalkan sistem (Q = 0). Proses adiabatik bisa terjadi pada sistem tertutup yang
terisolasi dengan baik. Untuk sistem tertutup yang terisolasi dengan baik, biasanya tidak
ada kalor yang dengan seenaknya mengalir ke dalam sistem atau meninggalkan sistem.
Proses adiabatik juga bisa terjadi pada sistem tertutup yang tidak terisolasi. Untuk kasus
ini, proses harus dilakukan dengan sangat cepat sehingga kalor tidak sempat mengalir
menuju sistem atau meninggalkan sistem.
Jika diterapkan pada proses adiabatik, persamaan Hukum pertama termodinamika akan
berubah bentuk seperti ini :

Apabila sistem ditekan dengan cepat (kerja dilakukan terhadap sistem), maka kerja
bernilai negatif. Karena W negatif, maka U bernilai positif (energi dalam sistem
bertambah). Sebaliknya jika sistem berekspansi atau memuai dengan cepat (sistem
melakukan kerja), maka W bernilai positif. Karena W positif, maka U bernilai negatif
(energi dalam sistem berkurang).
Energi dalam sistem (gas ideal) berbanding lurus dengan suhu (U = 3/2 nRT), karenanya
jika energi dalam sistem bertambah maka sistem juga bertambah. Sebaliknya, jika energi
dalam sistem berkurang maka suhu sistem berkurang.
Perubahan tekanan dan volume sistem pada proses adiabatik digambarkan melalui grafik
di bawah :

Kurva adiabatik pada grafik ini (kurva 1-2) lebih


curam daripada kurva isotermal (kurva 1-3). Perbedaan kecuraman ini menunjukkan
bahwa untuk kenaikan volume yang sama, tekanan sistem berkurang lebih banyak pada
proses adiabatik dibandingkan dengan proses isotermal. Tekanan sistem berkurang lebih
banyak pada proses adiabatik karena ketika terjadi pemuaian adiabatik, suhu sistem juga
berkurang. Suhu berbanding lurus dengan tekanan, karenanya apabila suhu sistem
berkurang, maka tekanan sistem juga berkurang. Sebaliknya pada proses isotermal, suhu
sistem selalu konstan. Dengan demikian pada proses isotermal suhu tidak ikut
mempengaruhi penurunan tekanan.
Salah satu contoh proses yang mendekati adiabatik terjadi pada mesin pembakaran
dalam, misalnya mesin diesel dan mesin motor yang pakai bensin. Pada mesin diesel,
udara dimasukan ke dalam silinder dan udara yang berada di dalam silinder ditekan
dengan cepat menggunakan piston (kerja dilakukan pada udara). Proses penekanan
adiabatik (pengurangan volume sistem) digambarkan melalui kurva 2-1. Karena ditekan
dengan cepat secara adiabatik maka suhu udara naik dengan cepat. Pada saat yang sama,
solar disemprotkan ke dalam silinder lewat injektor dan campuran terpicu seketika

(terjadi proses pembakaran) Pada mesin motor yang pakai bensin, campuran udara dan
bensin dimasukkan ke dalam silinder kemudian ditekan dengan cepat menggunakan
piston. Karena ditekan dengan cepat secara adiabatik maka suhunya naik dengan cepat.
Pada saat yang sama, busi memercikan bunga api sehingga terjadi proses pembakaran.
Selengkapnya akan dibahas pada episode berikutnya
Proses Isokorik (volume selalu konstan)
Dalam proses Isokorik, volume sistem dijaga agar selalu konstan. Karena volume sistem
selalu konstan, maka sistem tidak bisa melakukan kerja pada lingkungan. Demikian juga
sebaliknya, lingkungan tidak bisa melakukan kerja pada sistem.
Jika diterapkan pada proses isokorik, persamaan Hukum pertama termodinamika akan
berubah bentuk seperti ini :

Dari hasil ini, kita bisa


menyimpulkan bahwa pada proses isokorik (volume konstan), kalor (Q) yang
ditambahkan pada sistem digunakan untuk menaikkan energi dalam sistem.
Perubahan tekanan dan volume sistem pada proses isokorik digambarkan melalui grafik
di bawah :

Mula-mula tekanan sistem = p1 (tekanan kecil). Adanya


tambahan kalor pada sistem menyebabkan energi dalam sistem bertambah. Karena
energi dalam sistem bertambah maka suhu sistem (gas ideal) meningkat (U = 3/2 nRT).
Suhu berbanding lurus dengan tekanan. Karenanya, jika suhu sistem meningkat, maka
tekanan sistem bertambah (p2). Karena volume sistem selalu konstan maka tidak ada
kerja yang dilakukan (tidak ada luasan yang diarsir).
Catatan :

Sebelumnya dikatakan bahwa dalam proses isokorik, sistem tidak bisa melakukan kerja
terhadap lingkungan. Demikian juga sebaliknya, lingkungan tidak bisa melakukan kerja
terhadap sistem. Hal ini disebabkan karena pada proses isokorik, volume sistem selalu
konstan alias tidak berubah. Btw, terdapat jenis kerja tertentu yang tidak melibatkan
perubahan volume. Jadi walaupun volume sistem konstan alias tidak berubah, kerja
masih bisa dilakukan terhadap sistem. Misalnya terdapat sebuah kipas + baterai dalam
sebuah wadah tertutup. Kipas bisa berputar menggunakan energi yang disumbangkan
baterai. Untuk kasus ini, kipas, baterai dan udara yang berada di dalam wadah dianggap
sebagai sistem. Ketika kipas berputar, kipas melakukan kerja terhadap udara yang ada
dalam wadah. Pada saat yang sama, energi kinetik kipas berubah menjadi energi dalam
udara. Energi listrik pada baterai tentu saja berkurang karena sudah berubah bentuk
menjadi energi dalam udara. Contoh ini hanya mau menunjukkan bahwa pada proses
isokorik (volume selalu konstan), kerja masih bisa dilakukan terhadap sistem (kerja yang
tidak melibatkan perubahan volume).
Proses Isobarik (tekanan selalu konstan)
Dalam proses Isobarik, tekanan sistem dijaga agar selalu konstan. Karena yang konstan
adalah tekanan, maka perubahan energi dalam (delta U), kalor (Q) dan kerja (W) pada
proses isobarik tidak ada yang bernilai nol. Dengan demikian, persamaan hukum pertama
termodinamika tetap utuh seperti semula :
Perubahan tekanan dan volume gas pada proses isobarik
digambarkan melalui grafik di bawah :

Mula-mula volume sistem = V1 (volume kecil).


Karena tekanan dijaga agar selalu konstan maka setelah kalor ditambahkan pada sistem,
sistem memuai dan melakukan kerja terhadap lingkungan. Setelah melakukan kerja
terhadap lingkungan, volume sistem berubah menjadi V2 (volume sistem bertambah).
Besarnya kerja (W) yang dilakukan sistem = luasan yang diarsir.
Contoh soal 1 :

Kurva 1-2 pada dua diagram di bawah menunjukkan pemuaian gas (pertambahan volume
gas) yang terjadi secara adiabatik dan isotermal. Pada proses manakah kerja yang
dilakukan oleh gas lebih kecil ?

Guampang sekali kali


Kerja yang dilakukan gas pada proses adiabatik lebih kecil daripada kerja yang
dilakukan gas pada proses isotermal. Luasan yang diarsir = kerja yang dilakukan gas
selama proses pemuaian (pertambahan volume gas). Luasan yang diarsir pada proses
adiabatik lebih sedikit dibandingkan dengan luasan yang diarsir pada proses isotermal.

Contoh soal 2 :
Serangkaian proses termodinamika ditunjukkan pada diagram di bawah kurva a-b dan
d-c = proses isokorik (volume konstan). Kurva b-c dan a-d = proses isobarik (tekanan
konstan). Pada proses a-b, Kalor (Q) sebanyak 600 Joule ditambahkan ke sistem. Pada
proses b-c, Kalor (Q) sebanyak 800 Joule ditambahkan ke sistem. Tentukan :
a) Perubahan energi dalam pada proses a-b
b) Perubahan energi dalam pada proses a-b-c
c) Kalor total yang ditambahkan pada proses a-d-c

P1 = 2 x 105 Pa = 2 x 105 N/m2


P2 = 4 x 105 Pa = 4 x 105 N/m2
V1 = 2 liter = 2 dm3 = 2 x 10-3 m3
V2 = 4 liter = 2 dm3 = 4 x 10-3 m3
Panduan jawaban :
Sambil lihat diagram ya
a) Perubahan energi dalam pada proses a-b
Pada proses a-b, kalor sebanyak 600 J ditambahkan ke sistem. Proses a-b = proses
isokorik (volume konstan). Pada proses isokorik, penambahan kalor pada sistem hanya
menaikkan energi dalam sistem. Dengan demikian, perubahan energi dalam sistem
setelah menerima sumbangan kalor :

b) Perubahan energi dalam pada proses a-b-c


Proses a-b = proses isokorik (volume konstan). Pada proses a-b, kalor sebanyak 600 J
ditambahkan ke sistem. Karena volume konstan maka tidak ada kerja yang dilakukan
oleh sistem.
Proses b-c = proses isobarik (tekanan konstan). Pada proses b-c, kalor (Q) sebanyak 800
Joule ditambahkan ke sistem. Pada proses isobarik, sistem bisa melakukan kerja.
Besarnya kerja yang dilakukan sistem pada proses b-c (proses isobarik) adalah :
W = P(V2-V1) tekanan konstan

W = P2 (V2-V1)
W = 4 x 105 N/m2 (4 x 10-3 m3 - 2 x 10-3 m3)
W = 4 x 105 N/m2 (2 x 10-3 m3)
W = 8 x 102 Joule
W = 800 Joule
Kalor total yang ditambahkan ke sistem pada proses a-b-c adalah :
Q total = Qab + Qbc
Q total = 600 J + 800 J
Q total = 1400 Joule
Kerja total yang dilakukan oleh sistem pada proses a-b-c adalah :
W total = Wab + Wbc
W total = 0 + Wbc
W total = 0 + 800 Joule
W total = 800 Joule
Perubahan energi dalam sistem pada proses a-b-c adalah :

Perubahan energi dalam pada proses a-b-c = 600 J


c) Kalor total yang ditambahkan pada proses a-d-c
Kalor total yang ditambahkan pada sistem bisa diketahui melalui persamaan di bawah :

Kalor total yang ditambahkan pada proses a-d-c = perubahan


energi dalam pada proses a-d-c + kerja total yang dilakukan pada proses a-d-c

Sebelum melanjutkan acara pengoprekan, baca terlebih dahulu pesan-pesan berikut ini

Kalor dan kerja terlibat dalam perpindahan energi antara sistem dengan lingkungan,
sedangkan perubahan energi dalam merupakan korban
dari adanya perpindahan
energi antara sistem dan lingkungan. Karenanya perubahan energi dalam tidak
bergantung pada proses perpindahan energi. Sebaliknya, kalor dan kerja sangat
bergantung pada proses. Pada proses isokorik (volume sistem konstan), perpindahan
energi hanya dalam bentuk kalor saja, sedangkan kerja tidak. Pada proses isobarik
(tekanan konstan), perpindahan energi melibatkan kalor dan kerja
Walaupun tidak bergantung pada proses, perubahan energi dalam bergantung pada
keadaan awal dan keadaan akhir sistem. Apabila keadaan awal dan keadaan akhir sama
maka perubahan energi dalam juga selalu sama, walaupun proses yang ditempuh
berbeda-beda. Keadaan awal dan keadaan akhir untuk proses a-b-c pada grafik di atas =
keadaan awal dan keadaan akhir proses a-d-c. Sambil lihat grafik ya Dengan demikian,
perubahan energi dalam pada proses a-d-c = 600 J
Perubahan energi dalam sudah beres. Sekarang giliran kerja yang dilakukan sistem
Kerja (W) total yang dilakukan pada proses a-d-c = W pada proses a-d + W pada proses
d-c
Proses a-d merupakan proses isobarik (tekanan konstan), sedangkan proses d-c
merupakan proses isokorik (volume konstan). Karena volume konstan maka tidak ada
kerja yang dilakukan pada proses d-c. Terlebih dahulu kita hitung kerja yang dilakukan
pada proses a-d. Sambil lihat grafik ya, biar dirimu tidak pake bingung.
Wad = P(V2-V1) tekanan konstan
Wad = P1 (V2-V1)
Wad = 2 x 105 N/m2 (4 x 10-3 m3 - 2 x 10-3 m3)
Wad = 2 x 105 N/m2 (2 x 10-3 m3)
Wad = 4 x 102 Joule
Wad = 400 Joule
W total = W pada proses a-d + W pada proses d-c
W total = 400 Joule + 0
W total = 400 Joule

Dengan demikian, banyaknya kalor yang ditambahkan pada proses a-d-c adalah :

Contoh soal 3 :
1 liter air berubah menjadi 1671 liter uap ketika dididihkan pada tekanan 1 atm. Tentukan
perubahan energi dalam dan besarnya kerja yang dilakukan air ketika menguap (Kalor
penguapan air = LV = 22,6 x 105 J/Kg)
Panduan jawaban :
Massa jenis air = 1000 Kg/m3
LV = 22,6 x 105 J/Kg
P = 1 atm = 1,013 x 105 Pa = 1,013 x 105 N/m2
V1 = 1 liter = 1 dm3 = 1 x 10-3 m3 (Volume air)
V2 = 1671 liter = 1671 dm3 = 1671 x 10-3 m3 (Volume uap)
a) Perubahan energi dalam
Perubahan energi dalam = Kalor yang ditambahkan pada air Kerja yang dilakukan air
ketika menguap.
Terlebih dahulu kita hitung Kalor (Q) yang ditambahkan pada air
Q = mLV
Massa (m) air berapa ?
Massa jenis air = massa air / volume air
Massa air (m) = (massa jenis air)(volume air)
Massa air (m) = (1000 Kg/m3)(1 x 10-3 m3)
Massa air (m) = (1000 Kg/m3)(0,001 m3)
Massa air (m) = 1 Kg

Q = (1 Kg)(22,6 x 105 J/Kg)


Q = 22,6 x 105 J
Sekarang kita hitung Kerja (W) yang dilakukan oleh air ketika menguap. Ingat ya,
pendidihan air terjadi pada tekanan tetap (proses isobarik).
W = p (V2 V1)
W = 1,013 x 105 N/m2 (1671 x 10-3 m3 1 x 10-3 m3)
W = 1,013 x 105 N/m2 (1670 x 10-3 m3)
W = 1691,71 x 102 Joule
W = 1,7 x 105 Joule
Perubahan energi dalam air :

21 x 105 J kalor yang ditambahkan pada air digunakan


untuk menaikkan energi dalam (mengatasi gaya tarik antara molekul yang menjaga agar
air tetap cair). Dengan kata lain, 21 x 105 J digunakan untuk mengubah air menjadi uap.
Ketika air suah menjadi uap, 1,7 x 105 J yang tersisa dipakai untuk melakukan kerja
Hukum Pertama Termodinamika pada manusia
Kita bisa menerapkan hukum pertama termodinamika pada manusia :

Agar bisa bertahan hidup, setiap makhluk hidup, baik manusia, hewan atau tumbuhan
tentu saja membutuhkan energi. Kita tidak bisa belajar, jalan-jalan atau pacaran
kalau tubuh kita lemas tak berdaya karena kekurangan energi. Biasanya tubuh
memperoleh energi dari makanan. Ketika menyantap makanan, kita membawa energi
potensial kimia yang terkandung dalam makanan ke dalam tubuh. Adanya tambahan
energi dari makanan menyebabkan energi potensial kimia dalam tubuh kita bertambah
(delta U bertambah)

Selanjutnya energi tersebut dipakai untuk melakukan Kerja (W). Banyak sekali bentuk
kerja yang kita lakukan Pacaran, jalan-jalan, berlari mengejar tikus
dkk. Energi
yang kita peroleh dari makanan juga digunakan tubuh untuk menghasilkan sel-sel yang
baru, menggantikan sel-sel lama yang rusak Adanya sel-sel yang baru membuat dirimu
bisa bertambah panjang

, gendut. Piss

Selain dipakai untuk melakukan kerja, sebagian energi dibuang ke luar tubuh (udara dan
sekitarnya) dalam bentuk kalor alias panas. Setiap proses metabolisme dalam tubuh
biasanya menghasilkan kalor atau panas. Demikian juga ketika dirimu dan diriku
melakukan kerja, tubuh pun terasa panas Panas alias kalor tersebut dibuang melalui
keringat (melalui poses penguapan) dkk
Setelah melakukan kerja dan membuang-buang kalor ke luar tubuh, dirimu dan diriku
pun merasa lapar lagi. Ketika merasa lapar, tubuh memberi tahu kita bahwa stok energi
dalam berkurang. Segera ditambahkan secepatnya Makanan dan minuman pun
langsung disikat energi dalam tubuh bertambah lagi. Pacaran pun jalan terus,
belajarnya nanti saja, biar dapat nilai merah terus
Sekian dan sampai jumpa lagi di episode berikutnya cerita bersambungnya gak pernah
habis-habis
Referensi
Giancoli, Douglas C., 2001, Fisika Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penerbit Erlangga
Halliday dan Resnick, 1991, Fisika Jilid I, Terjemahan, Jakarta : Penerbit Erlangga
Tipler, P.A.,1998, Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penebit
Erlangga
Young, Hugh D. & Freedman, Roger A., 2002, Fisika Universitas (terjemahan), Jakarta :
Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai