Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
DIC dapat terjadi hampir pada semua orang tanpa perbedaan ras, jenis kelamin,
serta usia. Gejala-gejala DIC umumnya sangat terkait dengan penyakit yang
mendasarinya, ditambah gejala tambahan akibat trombosis, emboli, disfungsi organ,
dan perdarahan.( Susanne G. 2002)
Koagulasi intravaskular diseminata atau lebih populer dengan istilah aslinya,
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) merupakan diagnosis kompleks yang
melibatkan komponen pembekuan darah akibat penyakit lain yang mendahuluinya.
Keadaan ini menyebabkan perdarahan secara menyeluruh dengan koagulopati
konsumtif yang parah. Banyak penyakit dengan beraneka penyebab dapat
menyebabkan DIC, namun bisa dipastikan penyakit yang berakhir dengan DIC akan
memiliki prognosis malam. Meski DIC merupakan keadaan yang harus dihindari,
pengenalan tanda dan gejala berikut penatalaksanaannya menjadi hal mutlak yang
tak hanya harus dikuasai oleh hematolog, namun hampir semua dokter dari berbagai
disiplin.( Sean Stitham,.2008)
DIC merupakan kelainan perdarahan yang mengancam nyawa, terutama
disebabkan oleh kelainan obstetrik, keganasan metastasis, trauma masif, serta sepsis
bakterial. Terjadinya DIC dipicu oleh trauma atau jaringan nekrotik yang akan
melepaskan faktor-faktor pembekuan darah. Endotoksin dari bakteri gram negatif
akan mengaktivasi beberapa langkah pembekuan darah. Endotoksin ini pula yang
akan memicu pelepasan faktor pembekuan darah dari sel-sel mononuklear dan
endotel. Sel yang teraktivasi ini akan memicu terjadinya koagulasi yang berpotensi
menimbulkan trombi dan emboli pada mikrovaskular. Fase awal DIC ini akan diikuti
fase consumptive coagulopathy dan secondary fibrinolysis. Pembentukan fibrin yang
terus menerus disertai jumlah trombosit yang terus menurun menyebabkan
perdarahan dan terjadi efek antihemostatik dari produk degradasi fibrin. Pasien akan
mudah berdarah di mukosa, tempat masuk jarum suntik/infus, tempat masuk kateter,
atau insisi bedah. Akan terjadi akrosianosis, trombosis, dan perubahan pre gangren
pada jari, genital, dan hidung akibat turunnya pasokan darah karena vasospasme atau
mikrotrombin.( Levi M. 2005)
B. Permasalahan
Permasalahan yang timbul sehingga disusunnya asuhan keperawatan ini
adalah bagaimana seharusnya tindakan asuhan keperawatan pada kasus Disseminated
Intravascular Coagulation (DIC)?
C. Tujuan
Tujuan disusunnya asuhan keperawatan ini adalah:
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi kegiatan belajar mengajar dari mata kuliah sistem imun
2. Tujuan Khusus
2.1 Memperoleh gambaran mengenai Disseminated Intravascular Coagulation
(DIC)
2.2 Mahasiswa mampu
Coagulation (DIC)
2.3 Mahasiswa
mampu
mengetahui
gejala
Disseminated
Intravascular
Coagulation (DIC)
2.4 Dapat memahami tentang konsep asuhan keperawatan pasien dengan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Anatomi Fisiologi
Berikut ini adalah anatomi fisiologi yang berhubungan dengan DIC
dihasilkan
di
hati
berfungsi
mempertahankan
tekanan
Neutrofil : fungsi utamanya melindungi terhadap benda asing yang masuk tubuh
khususnya kuman dan melenyapkan bahan limbah. Sel-sel ini tertarik ketempat
infeksi ke tempat infeksi oleh substansi kimia yang dilepaskan oleh sel-sel cedera
Eosinofil : banyak diantaranya bermigrasi keluar pembuluh darah menuju daerah
tubuh yang terpapar misal, jar ikat dibawah kulit, membran mukosa saluran nafas
dan cerna, pelapis vagina dan rahim. Fungsi eosinofil melindungi tubuh terhadap
bahan asing (parasit).
Basofil : sel ini menggetahkan histamin, yang menimbulkan vasodilatasi dan
meningkatkan permeabilitas dinding kapiler. Hal ini mempermudah fagosit dan
substansi protektif lain spt zat anti, tiba dicelah jaringan bersama sel mast
mengumpul didaerah radang yang menyembuh.
Agranulosit : disebut demikian karena di dalam sitoplasmanya tidak terdapat
granula
Monosit : sel mononuklir besar asal sumsum tulang merah. Beredar didalam
darah, berfungsi terutama di jaringan sesudah berkembang menjadi makrofag.
Keduanya menghasilkan interleukin 1 yang bekerja pada hipotalamus, menaikkan
suhu badan pada infeksi dengan kuman, merangsang pembentukan globulin oleh hati
dan meningkatkan produksi limfosit T aktif.
Limposit : ada dua jenis limposit
- limposit-T, diaktifkan o/ timosin dalam kel timus
- limposit-B, diaktifkan dalam jaringan limpoid.
Sebagian beredar dalam darah dan lainnya menetap di jaringan limpoid,
bila limposit aktif bertemu anti gen maka masing2 dapat berkembang menjadi sel
efektor yang menghadapi anti gen itu dan sel memori yang menetap dalam jaringan
limpoid (apabila serangan kedua, sudah dikenali).
Eritrosit : sel ini berbentuk cakram bikonkaf, tanpa inti, berdiameter 7-8
mikrometer. Eritrosit mengandung hemoglobin yang memberinya warna merah
Hemoglobin : protein kompleks terdiri atas protein, globin dan pigmen hem
(mengandung besi). Jadi besi penting untuk Hb. Kebutuhan besi pria dan wanita
berbeda karena pria hanya kehilangan 1 mg besi/hari sedangkan wanita kehilangan
sampai 20 mg besi selama menstruasi normal.
Trombosit : merupakan keping darah, asalnya dari sel megakariosit dalam
sumsum tulang merah. Jumlah normalnya berkisar antara 200.000 350.000 per
mm3 darah.
- Fungsinya : berkaitan pembekuan darah. Pada penyakit demam berdarah,
jumlahnya sangat menurun (dikatakan trombositopeni) dan pasien cenderung
berdarah dibawah kulit (purpura) atau di selaput lendir.
4
Definisi
Disseminated Intravascular Coagulation adalah gangguan dimana terjadi
koagulasi atau fibrinolisis (destruksi bekuan). DIC dapat terjadi pada sembarang
malignansi, tetapi yang paling umum berkaitan dengan malignansi hematologi
seperti leukemia dan kanker prostat, traktus GI dn paru-paru. Proses penyakit tertentu
yang umumnya tampak pada pasien kanker dapat juga mencetuskan DIC termasuk
sepsis, gagal hepar dan anfilaksis. ( Brunner & Suddarth, 2002)
Keadaan ini diawali dengan pembekuan darah yang berlebihan, yang
biasanya dirangsang oleh suatu zat racun di dalam darah. Pada saat yang bersamaan,
terjadi pemakaian trombosit dan protein dari faktor-faktor pembekuan sehingga
jumlah faktor pembekuan berkurang, maka terjadi perdarahan yang berlebihan.
( DeLoughery TG 2005)
C.
Etiologi
Hal hal yang dapat memyebabkan DIC :
D.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari sindrom ini beragam dan bergantung pada system
organ yang terlibat dalam thrombus/infark atau episode perdarahan. DIC kronis bisa
menimbulkan sedikit gejala, seperti mudah memar, perdarahan lama dari tempat
tusukan pungsi vena, perdarahan gusi, dan perdarahan gastrointestinal lambat, atau
tidak ada gejala yang tidak dapat diamati.( .Gando S. A multicenter 2006)
E.
Patofisiologi
Koagulasi intravaskular diseminata (disseminated intravascular coagulation,
DIC) adalah efek dalam koagulasi yang ditandai dengan perdarahan dan koagulasi
simultan. DIC adalah hasil stimulasi abnormal dari proses koagulasi normal sehingga
selanjutnya terbentuk trombi mikrovaskular yang tersebuar luas dan kehabisan faktor
pembekuan. Sindrom ini dipicu oleh berbagai penyakit seperti sepsis, trauma
multipel, luka bakar, dan neoplasma. DIC dapat dijelaskan sebagai dua proses
koagulasi yang terkendali dengan tepat yang menjadi terakselerasi dan tidak
terkendali. Pada mulanya, cedera pada jaringan yang disebabkan oleh penyakit
primer (mis, infeksi atau trauma) mengaktifkan mekanisme yang membebaskan
trombin, yang diperlukan untuk pembentukan fibrin pembekuan, ke dalam sirkulasi.
Trombin juga mengaktifkan proses yang diperlukan untuk perombakan fibrin dan
fibrinogen sehingga terbentuk fibrin dan prduk degradasi fibrinogen (fibrinogen
degradation products, FDP). FDP dalam sirkulasi bekerja sebagai antikoagulan. DIC
ditandai dengan tiga gejala utama berikut : (1) perdarahan umum ; (2) iskemia yang
disebabkan oleh trombi, perubahan hemodinamik, dan kekacauan metablik, yang
turut berperan terhadap terjadinya gagal multiorgan, dan (3) anemia. Prognosis
bergantung pada berbagai faktor yang mencakup beratnya kondisi primer dan
sekunder. ( Farid 2007 )
F.
Pathway
G.
Pemeriksaan Penunjang
DIC adalah suatu kondisi yang sangat kompleks dan sangat sulit untuk
didiagnosa. Tidak ada single test yang digunakan untuk mendiagnosa DIC. Dalam
beberapa kasus, beberapa tes yang berbeda digunakan untuk diagnose yang akurat.
Tes yang dapat digunakan untul mendiagnosa DIC termasuk:
D-dimer
Tes darah ini membantu menentukan proses pembekuan darah dengan mengukur
fibrin yang dilepaskan. D-dimer pada orang yang mempunyai kelainan biasanya
lebih tinggi dibanding dengan keadaan normal.
Prothrimbin Time (PTT)
Tes darah ini digunakan untuk mengukur berapa lama waktu yang diperlukan
dalam proses pembekuan darah. Sedikitnya ada belasan protein darah, atau factor
pembekuan yang diperlukan untuk membekukan darah dan menghentikan
pendarahan. Prothrombin atau factor II adalah salah satu dari factor pembekuan
yang dihasilkan oleh hati. PTT yang memanjang dapat digunakan sebagai tanda
dari DIC.
Fibrinogen
Tes darah ini digunakan untuk mengukur berapa banyak fibrinogen dalam darah.
Fibrinogen adalah protein yang mempunyai peran dalam proses pemnekuan
darah. Tingkant fibrinogen yang rendah dapat menjadi tanda DIC. Hal ini terjadi
ketika tubuh menggunakan fibrinogen lebih cepat dari yang diproduksi.
Complete Blood Count (CBC)
CBC merupakan pengambilan sampel darah dan menghitung jumlah sel darah
merah dan sel darah putih. Hasil pemeriksaan CBC tidak dapat digunakan untuk
mendiagnosa DIC, namun dapat memberikan informasi seorang tenaga medis
untuk menegakkan diagnose.
Hapusan Darah
Pada tes ini, tetes darah adalah di oleskan pada slide dan diwarnai dengan
pewarna khusus. Slide ini kemudian diperiksa dibawah mikroskop jumlah,
ukuran dan bentuk sel darah merah, sel darah putih,dan platelet dapat di
identifikasi. Sel darah sering terlihat rusak dan tidak normal pada pasien dengan
DIC. (Bare, Brenda G dan Smelttzer, Susanne G. 2002)
<3
>1
Tidak
markers*
meningkat
(meningkat)
TOTAL
Jika 5, overt DIC- tes diulang setiap hari. Jika <5, non-
6
Meningkat
Peningkatan
sedang
yang tajam
Penatalaksanaan Medis
Penatalakasanaan KID yang utama adalah mengobati penyakit yang
mendasari terjadinya KID. Jika hal ini tidak dilakukan , pengobatan terhadap KID
tidak akan berhasil. Kemudian pengobatan lainnya yang bersifat suportive dapat
diberikan.
1. Antikoagulan
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
12
A. Pengkajian
1. Adanya faktor-faktor predisposisi:
Komplikasi obstetric
Neoplasia
Gigitan ular
Penyakit hepar
Beda kardiopulmonal
Trauma
2. Pemeriksaan fisik:
2.1 Perdarahan abnormal pada semua system dan pada sisi prosedur invatif
2.1.1
2.1.2
sistem GI
a. Mual dan muntah
b. Uji guayak positif pada emesis atau aspirasi
c. Nasogastrik dan feses
d. Nyeri hebat pada abdomen
e. Peningkatan lingkar abdomen
2.1.3
sistem ginjal
a. Hematuria
b. Oliguria
2.1.4
sistem pernafasan
a. Dispnea
b. Takipnea
c. Sputum mengandung darah
2.1.5
sistem kardiovaskuler
13
2.1.7
sistem muskuloskeletal
a. Nyeri : otot,sendi,punggung
2.1.8
b. Ginjal
c. Paru
d. Kulit
B. Diagnosa Keperawatan
1.
2.
pertukaran
gas
berhubungan
dengan
thrombus
mikrovaskuler
3.
4.
5.
6.
7.
8.
hemoragi sekunder.
K.H:
a. Menunjukan tidak ada manifestasi syok
b. Menunjukan pasien tetap sadar dan berorientasi
c. Menunjukan tidak ada lagi perdarahan
d. Menunjukan nilai-nilai laboraturium normal
No
Intervensi
1
Pantau hasil pemeriksaan koagulasi,
Rasional
Mengidentifikasi indikasi-indikasi
perdarahan.
Menentukan pengobatan
selanjutnya
mempertahankan volume sirkulasi
penatalaksanaan medis.
4. Instruksikan klien untuk menhindari
jaringan
menekan terjadinya perdarahan
lebih parah
15
perdarahan GIT.
karena sirosis
DIC subukat dapat terjadi
faktor pembekuan
pada adanya gangguan faktor
tindakan enema.
9. Hindari aspirin dan berbagai produk
perdarahan.
mencegah mengejan yang
negative).
vaskuler/perdarahan
pada adanya gangguan faktor
diinginkan.
mengurangi tekanan intrakranial
tidur ditinggikan
16
hipovolemia, hipoksemia.
meningkatkan sirkulasi lokal dan
sistemik
KH:
a. Kebutuhan oksigen klien terpenuhi
No.
Intervensi
Posisikan klien agar ventilasi udara
efektif.
Rasional
meningkatkan oksigenasi yang
adekuat antara kebutuhan dan
suplai.
meningkatkan oksigenasi yang
adekuat antara kebutuhan dan
suplai.
sering.
Kurangi kebutuhan oksigen dengan
K.H.:
a. Rasa nyeri yang dialami klien berkurang
No.
1
Intervensi
Rasional
Kaji lokasi, kualitas dan intensitas nyeri, Mengetahui tingkat nyeri klien
gunakan skala tingkat nyeri.
selanjutan.
Baringkan klien pada posisi yang
meningkatkan kemampuan
koping
4. Dx: Defisit volume cairan yang berhubungan dengan hemoragi perebesan darah
dan tepat fungsi kongesti jaringan dan perlambatan volume darah bersirkulasi.
K.H.:
a. Mempertahankan status hemodinamik yang adekuat.
No.
Interfensi Keperawatan
Rasional
perubahan TD dan nadi dapat digunakan untuk
perkiraan kasar kehilangan darah (mis., TD<90
mmHg, dan nadi >110diduga 25% penurunan
volume atau kurang lebih 1000 ml). Hipotensi
postural menunjukkan penurunan volume
sirkulasi
perubahan dapat menunjukkan efek hipovolemia
(perdarahan/dehidrasi)
irama jantung.
3
Pertahankan masukan
Berikan produk-produk
darah sesuai intruksi.
mencegah/mengobati perdarahan
bila jumlah trombosit kurang dari 20.000/mm
pembekuan.
5. Dx: Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan
Intervensi
Kaji semua permuakaan kulit setiap 4
Rasional
menentukan garis dasar dimana
kerusakan jaringan/infeksi.
Catatan balutan tekanan tidak
digunakan diatas lembaran kulit,
karena suplai darah mudah
dipengaruhi
meningkatkan sirkulasi dan
19
keperluan pemeriksaan
pengambilan darah.
laboraturium,
jika diperlukan.
6. Dx: Ansietas berhubungan dengan rasa takut mati karena perdarahan, kehilangan
Intervensi Keperawatan
Rasional
Indikator derajat ansietas/stress
penyebab stress.
3. Akui bahwa masalah ansietas dan masalahValidasi bahwa perasaan normal
mirip dengan diekspresikan orang lain,dapat membantu menurunkan
tingkatkan perhatian mendengarkan klien. stress.
4. Berikan informasi yang adekuat dan nyataKeterlibatan klien dalam
tentang apa yang akan dilakukan, misalnya perencanaan keperawatan
20
penyembuhan.
7. Bantu klien untuk mengidentifikasi perilakuPerilaku yang berhasil dapat
koping yang dilakukan pada masa lalu.
klien.
8. Bantu klien belajar mekanisme koping paru,Belajar cara untuk mengatasi
misalnya
teknik
mengatasi
stress
keterampilan berorganisasi.
9. Kolaborasi
Berikan
obat
sesuai
indikasi
Rasional
Penjelasan yang jelas dan
sederhana dan menggunakan
21
untuk bertanya.
persepsi klien.
Penjelasan tentang apa yang
ansietas.
8. Dx: Gangguan konsep diri berhubungan dengan kehilangan yang nyata akan
yang dirasakan
K.H.:
a. Peningkatan partisipasi klien dalam perawtan dirinya.
b. Perubahan gaya hidup.
No.
Intervensi Keperwatan
1. Biarkan klien dan oreng terdekat
Rasional
Mempermudah penyelesaian
mengungkapkan perasaannya.
kesedihan klien.
Interaksi terapi dapat
informasi berlebihan.
perawatan diri.
3. Beri nomor telepon orang yang bias dimintai Sistem pendukung kuat dapat
dukungan oleh klien dan kleuarga saat
pulang. Ingatkan klien untuk melihat dirinya kemajuan klien dalam proses
dengan pandangan yang berbeda. Katakana
berduka.
untuk meningkatkan
baru.
Meningkatkan kontrol diri.
mengungkapkan perasaan.
23
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
DIC adalah suatu sindrom ditandai dengan adanya perdarahan atau kelainan
pembekuan darah sehingga terjadi gangguan aliran darah yang menyebabkan
kerusakan pada berbagai organ. Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan salah
satunya adalah resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan
dengan hemoragi sekunder. Dari diagnose tersebut, intervensi keperawatan yang
dapat dilakukan adalah memantau hasil pemeriksaan koagulasi, tanda-tanda vital,
dan perubahan sisi baru dan potensial.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan DIC dengan tepat sehingga dapat mencegah
terjadinya kegawatdaruratan dan komplikasi yang tidak diinginkan.
24