Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Diajukan Kepada :
Pembimbing : dr. Rudiansyah, Sp.OT
Disusun Oleh :
Harits Hammam Adhadi
H2A011023
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
RSUD Dr. ADHYATMA, MPH
2016
Laporan Kasus
Fraktur Patologis Femur Sinistra 1/3 Proksimal
H2A011023
Nama pembimbing
Tanda Tangan
.............................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi,
tulang rawan epifise, baik yang bersifat total maupun parsial. Berbagai
penyebab fraktur diantaranya cidera atau benturan, faktor patologik, dan
yang lainnya karena faktor beban. Selain itu fraktur akan bertambah
dengan adanya komplikasi yang berlanjut diantaranya syok, sindrom
emboli lemak, sindrom kompartement, kerusakan arteri, infeksi, dan
avaskuler nekrosis. Komplikasi lain dalam waktu yang lama akan terjadi
mal union, delayed union, non union atau bahkan perdarahan.1
Fraktur patologis adalah yang terjadi pada tulang yang telah
melemah oleh kondisi sebelumnya. Kondisi yang paling sering
bertanggung jawab atas fraktur patologis diantaranya metastasis keganasan
atau multipel myeloma. Pada anak-anak, kondisi seperti osteogenesis
imperfekta, osteoporosis atau defisiensi nutrisi (penyakit Paget, scurvy)
bisa juga menyebabkan fraktur patologis. Bisa juga disebabkan oleh
penyakit-penyakit jinak pada tulang yang menyebabkan kelemahan,
seperti kiste, enchondroma, kiste aneurisma dan displasia fibrosa.
Kelainan metabolik yang menyebabkan hilangnya sebagian besar substansi
pada tulang seperti osteoporosis, osteomalasia, hyperthyroid juga
menyebabkan lebih mudah fraktur.1,2
BAB II
CATATAN MEDIS
I.
IDENTITAS PENDERITA
a. Nama
: Ny. S
b. Usia
: 50 tahun
c. Jenis kelamin
: Perempuan
d. Agama
: Islam
e. Suku
: Jawa
f. Alamat
: Senden, Jatiajar, Kab. Semarang
g. Pekerjaan
:h. Status
: Menikah
i. Nomor RM
: 504324
j. Tanggal masuk RS
: 30 Mei 2016
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 2 Juni 2016
pada pukul 14.00 WIB
a. Keluhan utama: nyeri pada paha kiri
b. RPS :
Pasien Ny. S datang ke poli bedah onkologi pada hari senin (30/5)
untuk kontrol sehabis operasi benjolan di leher. Kemudian pasien dirujuk
dari poli onkologi ke poli ortopedi karena paha kiri terasa nyeri dan tidak
bisa digerakkan.
5 bulan yang lalu pasien merasakan nyeri pada tungkai atas kanan
karena pasien terjatuh saat ingin ke kamar mandi. Setelah jatuh pasien
mengatakan kakinya nyeri dan bengkak, masih bisa berjalan tapi terseok
seok. Tidak ada keluhan BAB dan BAK. Pasien sudah mencoba berobat ke
Rumah sakit di Salatiga, kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Ken Saras.
Pasien disarankan operasi tapi dengan syarat pasien harus naik kelas.
Kemudian pasien menolak dan pulang atas keinginan sendiri.
2 minggu yang lalu, pada hari rabu ( 18/5 ) pasien menjalani operasi
tumor di leher di RS Tugu. Setelah di PA hasilnya adalah follicular
carcinoma thyroid. Setelah operasi pasien merasakan sakit sekali pada paha
kirinya. Pasien tidak bisa lagi menggerakkan kaki kirinya karena nyeri dan
tidak bisa berjalan.
c. RPD :
Riwayat fraktur
Riwayat operasi
Riwayat Hipertensi
: disangkal
: Operasi tumor di leher ( 18 - 05 - 2016 )
: disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 2 Juni 2016 pukul 14.30 WIB
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran
: GCS 15 (E4M6V5)
Tanda vital
TD
Nadi
RR
T
: 110/70 mmHg
: 90 x / menit (reguler, isi dan tegangan cukup)
: 22 x /menit (reguler)
: 37C (axiler)
Status Gizi
BB
: 51 kg
TB
: 150 cm
IMT
: 22,7 kg/m2
: kesan mesocepal
: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/: nafas cuping (-), deformitas (-), secret (-)
: serumen ( - ), nyeri tekan mastoid ( - ), nyeri tekan
tragus ( - )
Mulut
Leher
dextra
Batas kiri bawah jantung
sinistra
Pinggang jantung
sinistra
batas atas jantung
sinistra
Auskultasi
: bunyi jantung dalam batas nomal, tidak ada suara
tambahan.
Pulmo
Tampak Depan
Tampak Belakang
SD Vesikuler
SD
Vesikuler
Wheezing (-), ronki (-)
Paru
Depan
Inspeksi
Dextra
Sinistra
Palpasi
normal
normal
Pengembangan pernafasan paru Pengembangan pernafasan paru
normal
normal
Simetris, nyeri tekan (-), SIC Simetris, nyeri tekan (-), SIC
dalam
batas
normal,
taktil dalam
batas
normal,
taktil
Perkusi
fremitus normal. Gerak dada tidak fremitus normal. Gerak dada
Auskultasi
ada yang tertinggal, massa (-)
tidak ada yang tertinggal, massa
Ekstremitas
Warna kulit
:
Superior
Sama
daerah
Inferior
dengan Sama
sekitas
sama
/ sekitar
dengan
/
sama
Vulnus laserasi
sekitar
-/-
-/-
Hematom
-/-
-/-
Deformitas
-/-
-/+
Oedem
-/-
-/-
Parestesi
-/-
-/-
Nyeri
-/-
-/+
Gerak aktif
Bebas/bebas
bebas / Terbatas
Gerak pasif
Bebas/bebas
bebas / Terbatas
Capillary Refill
Akral dingin
-/-
-/-
Status Lokalis
Regio femoris sinistra
a. Inspeksi
Look :
Pemendekan 4 cm, luka (-), edema (-), tak tampak sianosis pada bagian
distal lesi.
b. Palpasi
Feel :
Nyeri tekan setempat (+),vaskularisasi baik a.dorsalis pedis (+) ,
capillary refil (+) < 2 detik, sensibilitas baik.
c. Movement
Nyeri pada saat digerakan (+) sendiri maupun saat digerakan oleh
pemeriksa. Gerakan aktif dan pasif terhambat nyeri
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
Pemeriksaan
Hematologi
darah rutin :
Hemoglobin
Leukosit
Eritrosit
Hematokrit
Hasil
Nilai Rujukan
11,50 L
9,23
3,86
34,80 L
11,7-15,5 g/dl
3,6-11 ribu
3,8-5,2 juta
35 47 %
MCV
MCH
MCHC
Trombosit
Calsium
T3
T4
TSH
b.
90,20
29,80
33,00
560 H
9,4
2,79 H
187,44 H
< 0,05 L
80 100
26 34
32 36
150 440 ribu
8,1-10,4 mg/dL
0,92-2,33 nmol/L
60-120 nmol/L
Euthyroid : 0.25 5
Hipothyroid : > 7
Hiperthyroid : < 0.15
Radiologi
X-foto pelvis
proksimal
Sela sendi tak menyempit
Sacro illiac joint (+)
Coxae tampak normal
RESUME
5 bulan SMRS pasien terjatuh dirumahnya saat ingin ke kamar
mandi. Setelah terjatuh pasien merasakan nyeri pada paha kirinya.
Pasien masih dapat berjalan walaupun terseok seok. 2 minggu SMRS
pasien menjalani operasi benjolan pada leher dan setelah dioperasi
pasien merasakan nyeri sekali pada paha kirinya sehingga membuat
pasien tidak bisa menggerakkan kaki kirinya dan tidak bisa berjalan.
Pada pemeriksaan status lokalis didapatkan pemendekan 4 cm,
nyeri tekan (+), Nyeri pada saat digerakan (+) sendiri maupun saat
digerakan oleh pemeriksa. Gerakan aktif dan pasif terhambat nyeri,
Pada X-foto pelvis didapatkan discontinuitas dan detruksi Femur kiri
1/3 proksimal, kesan Destruksi dan fraktur patologis femur kiri 1/3
proksimal.
III.
DIAGNOSIS
Fraktur patologis femur kiri 1/3 proksimal
IV.
INNISIAL PLAN
Diagnosis kerja : Fraktur patologis femur kiri 1/3 proksimal
a. Ip Terapi :
- Infus RL 20 tpm
- Propiltiourasil 3 x 100
- Inj. Dexketoprofen (3 x 1 ampul)
- Rujuk spesialis penyakit dalam Hipertiroid
- Rujuk spesialis onkologi Follicular carcinoma thyroid
- Rujuk bedah ortopedi pro ORIF
b. Ip Monitoring :
- Keadaan umum
- Tanda vital
c. Ip. Edukasi :
- Menjelaskan kepada keluarga dan pasien tentang penyakit
yang dialami pasien
- Menjelaskan kemungkinan perlunya tindakan operasi.
- Menjelaskan komplikasi jika patah tulang tidak segera
diperbaiki
V.
VI.
PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad sanam
Quo ad fungsionam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
RONTGEN POST OP
06 06 2016
10
PA 06 06 2016
- Metastase
karsinoma
thyroid
pada
subtrochanter
femur
sinistra
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Definisi3
Fraktur patologis adalah fraktur akibat lemahnya struktur tulang oleh
proses patologik, seperti neoplasia, osteomalasia, osteomielitis, dan penyakit
B.
11
jumlah yang sama oleh kalsium yang tersimpan. Osteosit dapat bertindak
sebagai mekanosensor yang memberikan signal yang dibutuhkan untuk
pemodelan tulang dan pembentukan kembali sebagai perbaikan dari
perubahan mikroarsitektural didalam matriks tulang. Osteosit dapat
mendeteksi level perubahan hormon, seperti esterogen dan glukokortikoid
yang berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup.
Tulang sebagai organ, dua tipe dari jaringan tulang yang selalu ada,
yaitu tulang kompakta yang bentuk sangat padat tetapi sangat terstruktur.
Tulang kompakta terbuat dari osteon atau sistem havers, keadaan
mikroskopik dari silinder tulang matriks dengan osteosit dalam cincin
konsentris mengelilingi kanalis havers sentralis. Didalam kanalis havers
terdapat pembuluh darah, osteosit terhubung dengan pembuluh darah dari
satu dengan yang lainnya sepanjang mikroskopis dari canaliculi pada
matriks.
12
C.
Etiologi5
Suatu fraktur yang terjadi pada tulang yang abnormal. Hal ini dapat di
karenakan oleh:5
D.
Diagnosis1,6,7,8,9,10
1. Osteogenesis Imperfekta
Golongan ini terdapat pada bayi yang lahir telah mati dengan tulang-
13
d.
sangat kecil.
Tulang kepala lebar pada kening kepala. Pada jenis ini anak
mungkin dapat mencapai umur belasan tahun, akan tetapi
2.
3.
Osteomielitis
Osteomielitis primer dapat dibagi menjadi osteomielitis akut dan
kronik. Fase akut ialah fase sejak terjadinya infeksi sampai 10-15 hari.
Pada fase ini anak tampak sangat sakit, panas tinggi, pembengkakan dan
gangguan fungsi anggota gerak yang terkena. Pada pemeriksaan
14
gambaran
radiologik
tidak
menunjukkan
kelainan.
Pada
osteomielitis kronik biasanya rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang
terkena merah dan bengkak atau disertai terjadinya fistel. Pemeriksaan
radiologik ditemukan suatu involukrum dan sequester.
4.
Enkhondroma
Merupakan tumor benigna sejati, terdiri dari sel-sel kartilago yang
timbul pada tulang walau asalnya kartilago epifisis. Paling sering pada
tulang panjang yang berukuran `pendek` pada tangan yang cenderung
memasuki medulla dan dikenal sebagai enkhondroma. Kadang-kadang
timbul pada tulang yang datar seperti pada ileum, yang menonjol kea rah
luar membentuk suatu ekkondroma. Secara klinis enkhondromata pada
tulang tangan sering terlewatkan kecuali korteks yang menipis
menyebabkan fraktura.
Khondroma
pada
tulang
panjang
utama
bisa
menjadi
Osteosarkoma
Gejala yang ditampilkan berupa nyeri yang bersifat tumpul dan
menetap dan ini sebaliknya bisa menarik perhatian ke pembengkakan
tulang. Kemudian karena pertumbuhan progresif dan destruksi tulang yang
normal meningkat, bisa terjadi fraktura patologik. Penyebaran metastatik
paru-paru tetapi kadang-kadang menyebar ke tulang yang lain. Prognosa
jelek, hanya kira-kira seperlima pasien dapat bertahan hidup untuk lima
tahun.
6.
Mieloma Multipel
Pasien biasanya orang dewasa usia pertengahan dan nyeri
merupakan gejala yang lazim. Bisa berupa nyeri yang tersebar karena
deposit tulang yang multipel atau timbul mendadak pada satu tempat,
15
Osteomalacia
Osteomalasia adalah karakteristik yang ditandai oleh kerusakan
mineralisasi dari kekurangan kalsium dan fosfat. Hal ini mengakibatakan
tidak cukupnya penyerapan oleh traktus gastrointestinal, kurangnya
paparan sinar matahari, dan gangguan metabolism vitamin D seperti
kekurangan
hydroxylase,
peningkatan
ekskresi
renal,
peningkatan
Gambar 12
16
8.
Osteoporosis
Gambaran Klinis :
Tidak ditemukan manifestasi klinis sampai ditemukan adanya
fraktur. Osteoporosis yang terkait dengan fraktur paling sering terjadi
pada daerah yang mempunyai massa tulang rendah.
Gambaran Radiologis :
Penilitian kepadatan tulang menggunakan dual foton X-ray
absorptiometry
(DEXA)
dapat
mengkonfirmasi
kehadiran
Penipisan dari
Penyakit Paget
Penyakit ini dinamakan juga osteitis deformans dan walaupun
gejala-gejalanya jelas, tetapi sebab musababnya belum diketahui. Penyakit
ini dapat bersifat monostotic atau poliostotic. Monostotic ialah jika gejalagejala terdapat pada satu tulang tertentu dan poliostotic jika gejala-gejala
terdapat pada beberapa tulang dari tubuh. Pada tulang yang terkena
17
18
Penatalaksanaan 7,8,13,14
1.
Osteogenesis Imperfekta
Pada kasus-kasus yang lebih ringan tak diperlukan pengobatan
spesifik. Fraktur yang terjadi akan menjalani jalan yang normal. Pada
kasus-kasus yang lebih berat, kadang-kadang mungkin mengkombinasi
koreksi deformitas dengan memperkuat tulang yaitu memasukkan pasak
intrameduler di seluruh panjang tulang.
2.
Displasia Fibrosa
Pengobatan penyakit ini berupa biopsi lesi diikuti tindakan
memadatkan defek ini dengan bone chips.
3.
Osteomielitis
Penatalaksanaan osteomielitis akut ialah :
a.
b.
c.
d.
19
Adanya sequester
Adanya abses
Rasa sakit yang hebat
Bila mencurigakan adanya perubahan kea rah keganasan (karsinoma
epidermoid).
Saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan adalah
Enkhondroma
Di tempat enkhondroma menyebabkan erosi kortikal tulang besar,
sebaiknya dikuret ke luar dan kavitasnya diisi dengan cancellous bone
chips tetapi biasanya tak memerlukan pengobatan. Fraktura spontan
terjadi untuk merangsang pembentukan tulang baru, sehingga seringkali
tak hanya terjadi union tetapi juga diikuti regresi tumor.
5.
Osteosarkoma
Bergantung pada staging (dari Enneking) yaitu dinilai keganasan
tumor dan kompartemen yang terkena metastasis dapat dilakukan limb
salvage atau limb ablation/amputation.
Eradikasi dengan mempertahankan anggota gerak.
- Reseksi tulang dan rekonstruksi.
- Pemberian kemoterapi, radioterapi, obat simptomatis.
Eradikasi dengan amputasi.
- Amputasi, kemoterapi, radioterapi dan obat simptomatis (adjuvant
therapy).
Paliatif :
- Dengan pembedahan/amputasi, kemoterapi, obat simptomatis/ajuvan.
- Tanpa pembedahan, kemoterapi, obat simptomatis.
20
6.
Mieloma Multipel
Lesi lokal bereaksi baik terhadap radioterapi, yang pada kasus
fraktura patologik tulang panjang bisa dikombinasi dengan fiksasi interna.
Tindakan umum untuk memperpanjang usia berupa penggunaan obat
sitotoksik misalnya siklofosfamid atau melfalan dan pemberian steroid
dosis besar. Anemia bisa dikontrol dengan transfusi darah secara berulang.
7.
Osteomalasia
Dapat diberikan metabolit vitamin D yang aktif. Absorpsi kalsium
diintestin meningkat dan kadar kalsium serum kembali normal serta
terdapat penurunan kadar fosfatase alkali yang telah meningkat tinggi
sebelumnya dan hormon paratiroid.
8.
Osteoporosis
Prinsip pengobatan pada osteoporosis adalah :
-
Meningkatkan
pembentukan
tulang,
obat-obatan
yang
dapat
minum
kopi,
mengandung aluminium.
9.
Penyakit Paget
21
minum
antasida
yang
Prognosis1
Kebanyakan fraktur patologis dapat menyatu, karena laju deposisi pada
penyembuhan fraktur lebih cepat daripada laju resorbsi penyakit yang
mendasari fraktur tersebut. Fraktur patologis pada osteomielitis tidak akan
menyatu sampai infeksi bisa terkontrol. Pada neoplasma ganas seperti
22
osteosarkoma, laju deposisi dan resorpsi tulang bisa sama cepat, sehingga
bisa terjadi delayed union dan merupakan suatu indikasi amputasi. Fraktur
patologis akibat metastasis neoplasma pada ekstrimitas biasanya memerlukan
G.
23
BAB IV
KESIMPULAN
5 bulan SMRS pasien terjatuh dirumahnya saat ingin ke kamar mandi.
Setelah terjatuh pasien merasakan nyeri pada paha kirinya. Pasien masih dapat
berjalan walaupun terseok seok. 2 minggu SMRS pasien menjalani operasi
benjolan pada leher dan setelah dioperasi pasien merasakan nyeri sekali pada paha
kirinya sehingga membuat pasien tidak bisa menggerakkan kaki kirinya dan tidak
bisa berjalan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pemendekan 4 cm, nyeri tekan (+), Nyeri
pada saat digerakan (+) sendiri maupun saat digerakan oleh pemeriksa. Gerakan
aktif dan pasif terhambat nyeri, Pada X-foto pelvis didapatkan discontinuitas dan
detruksi Femur kiri 1/3 proksimal, kesan Destruksi dan fraktur patologis femur
kiri 1/3 proksimal.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis sementara
suspek fraktur femur. Pasien dilakukan pemeriksaan X-foto pelvis .
Pada pemeriksaan penunjang X-foto pelvis didapatkan discontinuitas dan
detruksi Femur kiri 1/3 proksimal, kesan destruksi dan fraktur patologis femur kiri
1/3 proksimal. Diagnosis akhir didapatkan fraktur patologis femur kiri 1/3
proksimal. Pada Pasien dilakukan ORIF.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Soeharso, Penyakit-penyakit Orthopaedie dalam Pengantar Ilmu Bedah
Orthopaedie, Yayasan Essentia Medica, Yogyakarta, 1993, hal : 53-207.
2. Eisenberg, RL, Fractures and Joint Injuries in Diagnostic Imaging in
Surgery, McGraw-Hill Book Company, New York, 1987, pp. 707.
3. Douglas, MA, Fracture in Dorland`s Illustrated Medical Dictionary, 28th
Edition, W.B. Saunders Company, Philadelphia, 1994, pp. 662.
4. Rasjad C, Trauma dalam Pengantar Ilmu Bedah Orthopaedi, Bintang
Lamumpatue Ujung Pandang, 1998, hal : 343-525
5. Carter MA, Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi dalam Price SA,
Wilson LM, Patofisiologi Konsep-konsep Klinis Proses- proses Penyakit,
Buku II, edisi 4, EGC, Jakarta, 1994, hal 1175-80.
6. Ekayuda, I, Tumor Tulang dan Lesi yang Menyerupai Tumor Tulang
dalam Rasad, dkk, Radiologi Diagnostik, Gaya Baru, Jakarta, 2000, hal :
74-84
7. Aston, JN, Neoplasma dalam Kapita Selekta Traumatologik dan
Ortopedik, Edisi 3, EGC, Jakarta, 1983, hal :207-221,287-302.
8. Siregar, PUT, Osteomielitis dalam Reksoprodjo, S dkk, Kumpulan Kuliah
Ilmu Bedah FKUI, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta, 1995, hal : 472-484.
9. Enitza D. George, M.D., and Richard Sadovsky, M.D., M.S. Multiple
Myeloma: Recognition and Management, State University of New York
Health Science Center Brooklyn, New York,1999.
10. Aston, JN, Kelainan Metabolisme dalam Kapita Selekta Traumatologik
dan Ortopedik, Edisi 3, EGC, Jakarta, 1983, hal : 315-322.
11. Lee S. Simon, MD, Osteoporosis: Etiology and Pathogenesis, Associate
Professor of Medicine, Beth Israel Deaconess Medical Center, Harvard
Medical School, Boston, Massachusetts, 2004.
12. Aston, JN, Kelainan Kongenital dalam Kapita Selekta Traumatologik dan
Ortopedik, Edisi 3, EGC, Jakarta, 1983, hal : 207-221.
13. Nurhasan, Bedah Ortopedi dalam Standar Pelayanan Medik, Pengurus
Besar Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta, 1998, hal : 65-97.
25