Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN TEKANAN DARAH PADA

LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA MINAULA


KENDARI
Helmianti Busri*, Junuda RAF **, Indria Hafizah***
*Program Pendidikan Dokter FK UHO
**Bagian Psikiatri, RSUP Bahtermas
***Fakultas Kedokteran UHO
ABSTRACT
Anxiety is a condition feeling (mood) characterized by symptoms such as physical tension and worries about the
future. The correlation of anxiety to blood pressure played by angiotensin receptor II that is AT 1R. The purpose
of this study is determining the correlation of anxiety to blood pressure in TresnaWerdhaMinaulaSosial
Institution Kendari. This study is an observational analytic study with Cross-Sectional design. The population
study is all over elderly in TresnaWerdhaMinaulaSosial InstitutionKendari as many as 94people.The method is
use in taking sampling istotal sampling. The instrument is used in this study is theHamilton Rating Scale for
Anxiety (HARS) to assessanxiety and blood pressure measurement using a tension meter mercury. The data are
analyzed by Chi-Square test. The data means ifp value 0,05. The finding of this study is elderly person who
experiencedanxiety are 39 people (67,2%) and the elderly who are not experienced anxiety are 19 people
(32,8%) and the elderly who have hypertension as many as 30 people (51,7%) and the elderly who are not
hypertension as manyas 28 people (48,3%). Based on statistical test found that there is a significant correlation
of anxiety and blood pressure in the elderly (p=0,000). The conclusion of this study that there is acorrelation of
anxiety to blood pressure in the elderly in TresnaWerdhaMinaula Social InstitutionKendari.

Keywords: Anxiety, Elderly, Blood Pressure

PENDAHULUAN
Kecemasan adalah keadaan suasana
perasaan (mood) yang ditandai oleh gejalagejala jasmaniah seperti ketegangan fisik
dan kekhawatiran tentang masa depan
(Durand dan Barlow, 2006). Kecemasan
adalah suatu keadaan emosional yang tidak
menyenangkan yang ditandai oleh rasa
ketakutan serta gejala fisik yang
menegangkan serta tidak diinginkan.
Gejala tersebut merupakan respon
terhadap stres yang normal dan sesuai,
tetapi menjadi patologis, bila tidak sesuai
dengan tingkat keparahan stres, berlanjut
setelah stresor menghilang, atau terjadi
tanpa adanya stresor eksternal (Davies dan
Craig, 2009).
Indonesia
merupakan
negara
berkembang, setiap tahunnya angka
kecemasan semakin meningkat. Prevalensi
kecemasan diperkirakan 20% dari populasi

dunia dan sebanyak 47,7% remaja merasa


cemas (Gail,2002). Saat ini lebih dari 450
juta penduduk dunia hidup dengan
gangguan jiwa. Berdasarkan Data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,
menunjukkan prevalensi gangguan mental
emosional seperti gangguan kecemasan
sebesar 11,6% dari populasi orang dewasa
Indonesia lebih kurang 150.000.000
diketahui bahwa 1.740.000 orang saat ini
mengalami gangguan mental emosional
(Depkes RI, 2009). Faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan antara lain:
usia, jenis kelamin, status kesehatan jiwa
dan fisik, nilai-nilai budaya dan spiritual,
pendidikan, respon koping, dukungan
sosial, tahap perkembangan, pengalaman
masa lalu dan pengetahuan (Stuart &
Sundeen, 2005).

Seiring bertambahnya usia maka


fungsi-fungsi tubuh akan mengalami
penurunan dan mengakibatkan para lansia
jatuh dalam kondisi sakit. Penurunan
fungsi-fungsi tubuh ini disebut dengan
proses degeneratif. Salah satu proses
degeneratif yang terjadi adalah pada
system
kardiovaskuler.
Penyakit
kardiovaskuler yang paling banyak
dijumpai pada lansia adalah penyakit
jantung koroner, hipertensi, serta penyakit
jantung pulmonik (Prawiro, 2012).
Prevalensi hipertensi di Indonesia
yang didapat melalui pengukuran pada
usia diatas 18 tahun sebesar 25,8%.
Prevalensi hipertensi di Provinsi Sulawesi
Tenggara secara khusus pada tahun 2013
adalah 22,5% pada usia diatas 18 tahun.
Karakteristik
prevalensi
hipertensi
menurut usia 15-24 tahun adalah 85,7%,
usia 25-34 tahun adalah 14,7%, usia 35-44
tahun adalah 24,8%, usia 45-54 tahun
adalah 35,6%, usia 55-64 adalah 45,9%,
usia 65-74 adalah 57,6% dan usia diatas 75
tahun adalah 63,8% (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan studi pendahuluan yang
telah peneliti lakukan pada tanggal 8
Desember 2015 dengan menggunakan
sampel secara acak, dari 10 lansia 6
diantaranya
mengalami
gangguan
kecemasan. Oleh karena itu, peneliti
tertarik melakukan penelitian mengenai
hubungan kecemasan dengan tekanan
darah pada lansia Di Panti Sosial Werdha
Minaula Kendari.

Panti Sosial Tresna Werdha Minaula


Kendari. Populasi dari penelitian ini
adalah seluruh lansia dipanti sosial Tresna
werdha
Minaula
Kendari
yang
berjumlah 94 orang. Lansia yang tidak
berada ditempat pada saat dilakukannya
penelitian, lanjut usia yang memiliki
riwayat penyakit strok, tumor otak,
epilepsi, diabetes mellitus, dan gagal
ginjal, hipertensi, dan lansia yang sedang
menggunakan obat-obatan sedative masuk
dalam kriteria eksklusi. Depresi diukur
dengan kuesioner HARS (Hamilton Rating
Scale For Anxiety dan Tensi meter air
raksa untuk mengukur tekanan darah
lansia yang dilakukan secara auskultasi
dengan stetoskop dalam satuan mmHg.
Data dianalisi dengan menggunakan uji
Chi-square.

METODE PENELITIAN
Jenis dari penelitian ini adalah analitik
observasional dengan rancangan penelitian
yaitu
Cross
sectional
dimana
pengumpulan data dilakukan pada satu
saat atau pada satu periode tertentu dan
pengamatan subjek studi hanya dilakukan
satu kali selama satu penelitian. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Januari 2016,
dengan lokasi atau tempat penelitian yaitu

Berdasarkan
tabel
2
dapat
dikemukakan bahwa dari 58 responden di
Panti Sosial Tresna Werdha Minaula
Kendari, responden yang mengalami
kecemasan sebanyak 39 orang (67,2%),
responden
yang
tidak
mengalami
kecemasan sebanyak 19 orang (32,8%).
Responden yang mengalami hipertensi
sebanyak 30 orang (51,7%), responden
yang tidak hipertensi sebanyak 28 (48,3%)

HASIL
Tabel 2.Distribusi Kecemasan dan
Tekanan Darah
Jumlah Persentase
Distribusi
(n)
(%)
Kecemasan
39
67.2
Tidak ada
19
32.8
kecemasan
Total
58
100.0
hipertensi
30
51.7
tidak hipertensi
28
48,3
Total
58
100.0
Sumber : Data Primer, Januari 2016

Tabel 3. Hubungan Kecemasan dengan Tekanan Darah


Tekanan darah
Total
Variabel
Hipertensi
Tidak hipertensi
N
%
n
%
n
%
Kecemasan
29
50.0
10
17,2
39
67,2
Tidak ada
1
1.7
18
31.0
19
32,8
kecemasan
Sumber: Data Primer, Januari 2016, nilai p menggunakan uji Chi Square
Berdasarkan
tabel
3
dapat
dikemukakan
dari
58
responden,
responden yang mengalami kecemasan
dan hipertensi sebanyak 29 orang (50.0) ,
sedangkan respon yang mengalami
kecemasan dan tidak hipertensi sebanyak
10 orang (17,2%). Sedangkan responden
yang tidak mengalami kecemasan dan
hipertensi sebanyak 1 orang (1,7%) dan
responden
yang
tidak
mengalami
kecemasan dan tidak hipertensi sebanyak
18 orang (31,0%).

PEMBAHASAN
Pada penelitian ini peneliti ingin
mengetahui hubungan kecemasan dengan
tekanan darah pada lanjut usia di Panti
Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari.
Responden dalam penelitian adalah lanjut
usia yang berusia 60 tahun. 94 orang
lanjut usia, di dapatkan 58 responden yang
masuk dalam kriteria inklusi dan 12
responden masuk kriteria eksklusi. 10
orang responden berada di ruang isolasi
dan 14 orang responden berada diluar
panti. Dalam penelitian ini menggunakan
teknik total sampling dengan uji statistik
Chi-square.
Berdasarkan hasil penelitian yang
menggunakan kuesioner Hamilton Rating
Scale for Anxiety (HARS) yang terdiri dari
14 item pertanyaan kecemasan terjadi pada
lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha
Minaula Kendari karena beberapa faktor
yaitu kurangnya perhatian dari keluarga
dan pihak panti, sebagian lanjut usia
mengalami gangguan tidur seperti
(terbangun pada malam hari, mimpi buruk,
gelisah), takut akan kematian, riwayat
penyakit yang di derita. Sedangkan untuk

p value

0.000

lansia yang mengalami hipertensi karena


beberapa faktor yaitu penyakit yang di
derita serta makanan yang dikonsumsi.
Sedangkan korelasi tekanan darah pada
pasien hipertensi terhadap kejadian
kecemasan. Salah satu mekanismenya
adalah melalui keterlibatan angiotensin II
yang dimediasi oleh Hypothalamic
Pituitary Adrenal (HPA) dan Sympathoadrenal axis. Selain diekspresikan oleh
ginjal, angiotensin II ini juga ada di otak.
Efek angiontensin II ini ditentukan oleh
reseptornya, yaitu AT1R dan AT2R. AT1R
ini diekspresikan di organ subfornical,
paraventricular nucleus, nucleus tractus
solitaries, HPA axis, dan amigdala. AT1R
inilah yang memegang peranan penting
dalam korelasi tekanan darah pada pasien
hipertensi terhadap kecemasan. Penelitian
ini didapatkan 1 orang responden yang
mengalami
hipertensi
tetapi
tidak
mengalami kecemasan. Hal ini disebabkan
karena adanya beberapa faktor yang
mempengaruhi diantaranya yaitu faktor
usia dan asupan makanan.
Hasil penelitian pada lansia di Panti
Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari
yang dilakukan oleh peneliti bermakna
dengan
nilai
p=0,000.
Hal
ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara kecemasan dengan
tekanan darah pada lanjut usia di Panti
Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian
Amaliyah
(2009)
yang
mengemukakan bahwa terdapat hubungan
antara kecemasan dengan tekanan darah
pada pasien pre operasi di Bangsal Melati
RSD Panembahan Senopati Bantul
Yogyakarta dengan nilai p=0,325 yaitu
tingkat kecemasan ringan sebesar 65,71%

dan yang mengalami peningkatan tekanan


darah sebesar 65,71%. Pada penelitian ini
menjelaskan bahwa tindakan pembedahan
merupakan pengalaman yang sulit bagi
hampir semua pasien karena berbagai
kemungkinan buruk dapat terjadi yang
akan membahayakan pasien, maka tidak
heran bila sering kali pasien menunjukkan
sikap berlebihan dengan kecemasan yang
mereka alami terkait dengan segala macam
prosedur pembedahan, sikap yang
berlebihan dari pasien berupa kecemasan
mempengaruhi tekanan darah.
Penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kaldie
(2014) yang mengemukakan bahwa
semakin tinggi tingkat kecemasan lansia
maka semakin tinggi angka kejadian
hipertensi. Mayoritas lansia mengalami
kecemasan berat, dan mayoritas lansia
yang tidak memiliki keluarga menderita
hipertensi.
Sejalan dengan penelitian Nursanti,
2014 bahwa persentasi tingkat kecemasan
pada pasien hipertensi 3,1% tidak ada
kecemasan, ringan 13%, sedang 23,6%,
berat 75%. Pada penelitian ini menjelaskan
bahwa kecemasan pada pasien yang datang
berobat ke puskesmas atau yang akan
bertemu langsung dengan dokter memiliki
sifat subyektif.
Secara sadar perasaan tentang
kecemasan serta ketegangan yang disertai
perangsangan sistem saraf otonom
menyebabkan peningkatan tekanan darah,
denyut jantung, dan tingkat respirasi.
Berdasarkan hasil analisis statistic p value
<0,05 yang menginterpretasikan terdapat
perbedaan tingkat kecemasan dengan
kejadian hipertensi (Nursanti, 2014).

SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan dari penelitian ini, maka
dapat disimpulkan:
1. Distribusi kecemasan pada lanjut usia
sebanyak 39 orang (67,2%) dan yang
tidak mengalami kecemasan sebanyak
19 orang (32,8%) di Panti Sosial Tresna
Werdha Minaula Kendari.

2. Distribusi hipertensi pada lanjut usia


sebanyak 30 orang (51,7 %), dan lanjut
usia yang tidak mengalami hipertensi
sebanyak 28 (48,3%) di Panti Sosial
Tresna Werdha Minaula Kendari.
3. Terdapat hubungan yang signifikan
antara kecemasan dengan tekanan darah
pada lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Minaula Kendari dengan
nilai (p=0,000).

SARAN
1. Perlu tindak lanjut dari pengelola Panti
Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari
untuk lebih memperhatikan kondisi
kesehatan lanjut usia yang berada di
panti.
2. Untuk peneliti selanjutnya perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut di
masyarakat agar didapatkan hasil yang
lebih presentatif contohnya hubungan
kecemasan dengan kualitas tidur.

DAFTAR PUSTAKA
Amaliyah, Ziadatul,2009. Hubungan
tingkat kecemasan dengan tekanan
darah pada pasien pre operasi di
Bangsal melati RSD panembahan
senopati Bantul Yogyakarta. Bantul
Yogyakarta
Davies, T., 2009. ABC Kesehatan Mental.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC
DepartemenKesehatan
RI,
2009.
Kesehatan Jiwa Sebagai Prioritas
Global.Jakarta
:
Departemen
Kesehatan RI
Dinas Kesehatan SulawesiTenggara, 2013.
ProfilKesehatan Sulawesi Tenggara.
Kendari : Dinkes Provinsi Sultra
Durand, V, M, dan David H. Barlow. 2006.
Intisari
Psikologi
Abnormal.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Gail, Stuart W., 2002. Buku Saku
Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Kaldie,2014.
Hubungan
kecemasan
dengan kejadian hipertensi pada
lansia di wilayah kerja puskesmas

poris plawad kota Tangerang 2014.


Hal.33-119.
Nursanti, sitti,2014. Hubungan tingkat
kecemasan
dengan
kejadian
hipertensi di puskesmas poasia.
Kendari : Fakultas Kedokteran
Universitas Halu Oleo

Prawiro, M. D., 2012. Usia Harapan


Hidup
Bertambah
Panjang.
Gemari,57 (137), 56-57.
Stuart & Sundeen. 2005. Buku saku
asuhan keperawatan. Edisi 3.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Anda mungkin juga menyukai