Analisa Tabel 1.
Table diatas adalah data dari ruangan rawat inap yang diakumulasikan dan dibagi jumlahnya per item di
kalikan 100. Telah ditetapkan yaitu dibawah 2% jika kita melihat pelayanan SPM Kemenkes tahun 2011
untuk angka infeksi tidak boleh lebih dari 1,5%
Bahwa pada table tersebut terlihat angka infeksi yang paling tinggi adalah akibat tusukan jarum infuse/ IV
Catheter yaitu mencapai 2.9% disusul infeksi luka operasi 0.6 %, decubitus 0,5% pneumoni
sebesar 0.8%, infeksi saluran kemih 0.4%. Adapun selanjutnya infeksi luka WSD sebanyak 0,0 %, dan
angka sepsis belum pernah dilaporkan, sehingga angka tersebut kami anggap nihil.
Bila kita lihat angka di setiap bulannya maka pada bulan Juni 2013 adalah angka yang paling tinggi dan
terburuk pada 5 tahun terakhir, dan ini dipicu dari angka plhebitis yang mencapai 6.1%.
No
Bulan
Insiden rate
Maret
1.94%
April
2.72%
Mei
2.06%
Juni
5.67%
Rata-rata
2.71%
infeksi akibat pemasangan catheter urin 0,4 % ini menunjukan, perlu diingatkan kembali bahwa
prosedur pemasangan dan prosedur cuci tangan harus sudah terbiasa.
3. KEGIATAN YANG SUDAH DILAKSANAKAN
1. Kampanye Cuci tangan (hand Hygiene campain)
Adalah masih menjadi sasaran awal untuk pengendalian infeksi pada tanggal 17 dan 21 Mei 2013
telah dilaksanakan kegitan pelatihan cuci tangan yang diikuti oleh seluruh unsur karyawan mulai dari
direktur utama, direktur dan stafnya, para dokter, farmasi, laboratorium, perawat, radiolagi, bag
umum, securiti, dan tidak terkecuali cleaning servise.
Meskipun pada akhirnya peserta yang mengikuti pelatihan dunyatakan lulus namun pada proses
observasi dilapangan terdapat
i.
86,7 % sudah mengikuti pelatihan
ii.
80.2 % mencuci tangan dengan benar
iii.
12.1 % mencuci tangan salah
iv.
2.36 % mencuci tangan dengan tahapan yang terlewat
v.
1.4 % mencuci tangan dengan tahapan yang melompat
vi.
Dan ada 13.3 % (64) orang belum mengikuti pelatihan, akan disusulkan
pelatihannya.
2. Kegiatan sosialisasi dan orientasi PPIRS bagi karyawan baru
1. Pada 6 April 2015 melaksanakan kegiatan orientasi pada karyawan baru
2. Pada 22 April 2015 kami melakukan kegitan sosialisasi kepada teman-teman perawat di ruang
bersamaan dg diklat keperawatan
3. Evaluasi Program Dari Kegiatan Pokok Program
Program kepada pasien dan pengunjung rumah sakit:
Program pendidikan dan pelatihan kepada pasein dan penunggunya belum dilaksanakan secara
berkesinambungan. Sosialisasi tentang pengendalian infeksi masih sangat minim dilakukan, memberikan
informasi tentang pengendalian infeksi kepada pengunjung menjadi bagian yang cukup penting untuk
bisa terkendalinya infeksi nosokomial (HAIs)
Program pendidikan kepada petugas sedikit demi sedikit sudah berjalan, orientasi petugas/karyawan
baru, sudah dilaksanakan meskipun belum sepenuhnya. Untuk tahap awal program sudah dilaksanakan
kegiatan pelatihan cuci tangan.
Program immunisasi belum dapat dilaksanakan pada bulan ini karena terbentur dengan anggaran,
demikian juga dengan immunisasi bagi petugas/karyawan yang rencananya akan dilakukan immunisasi
Hep.B
Beberapa pelatihan tindakan invasif, penanganan pasien infeksius dan pelatihan sterilisasi bagi petugas
CSSD belum dapat dilaksanakan karena terbentur dengan anggaran untuk mengikuti pelatihan CSSD.
Untuk Survey dapat terlaksana secara rutin untuk melihat mutu pelayanan ditinjau dari beberapa angka
infeksi yang antara lain ISK, ILO, pneumania, tusukan jarum infus, sepsis, dan angka infeksi pada
pemasangan WSD.
Terkait dengan program penyehatan lingkungan dirasakan masih perlu banyak koreksi
4.
juga bangunan Radiologi yang baru dibuka banyak ruangan yang tidak ada ventilasinya sehingga
perputaran udara menjadi sangat minimal.
Selain itu juga disyaratkan untuk menutup area yang sedang dibanagun /direnovasi terkait dengan
menjaga /meminimalisir kontaminasi udara dari debu, sehingga protap yang dibuat belum tersosialisasi
dengan baik.
4. PENGGUNAAN ANTI MIKROBA
Penggunaan antibiotika dan antimikroba di RS Syafira belum ada standarisasi / formularium yang
disepakati. Pada umumnya antimikroba yang digunakan adalah sepalosforin generasi III, karena dokter
lebih mengutamakan kesembuhan pasiennya dengan cara pemberian antimikroba yang dipercaya.
Sepalosporin gen III adalah antimikroba yang banyak dipilih, kemudian golongan quinolon dan gol
penisilin adalah pilihan ke 3.
Bahwa pemetaan kuman di RS Syafira belum pernah dilakukan dimana hasil peta kuman dapat
digunakan untuk keperluan penggunaan antibiotika dan antimikroba yang wajar. Karena biaya untuk peta
kuman cukup mahal maka boleh juga disepakati berdasarkan empiris yang dikumpulkan oleh praktisi
disepakati dan diusulkan menjadi standar / formularium yang berlaku, sehingga antibiotika di RS Syafira
dapat di kendalikan.
Hal ini diperlukan karena pada umumnya kuman akan bermutasi menjadi resisten ketika terpapar, dan
sedikit demi sedikit kuman akan membuat pertahan dirinya dengan bermutasi dan
akhirnya kuman resisten.
5. PEMBATASAN PENGUNJUNG
Sampai saat ini bila kita perhatikan pembatasan waktu berkunjung masih belum terlaksana.
Pembatasan pengunjung selain waktu juga pada anak-anak dibawah 12 tahun masih banyak yang lolos.
Diruang rawat inap belum bisa dilaksanakan pembatasan pengunjung, sehingga terkadang ruangan
menjadi penuh dan pengap, sehingga tidak salah jika ruang rawat inap secara keseluruhan menjadi
ruangan yang memberikan kontribusi meningkatnya angka infeksi. Juga diruangan lain yang seharusnya
menjadi ruangan isolasi digunakan juga oleh keluarga pasein untuk tidur dan menunggu pasien
diruangan yang sama/diruang rawat. Sehingga sudah sering ditemukan yang dulunya menunggu pasien
sekarang menjadi pasien.
6. LAPORAN PENGUJIAN BBLK JAKARTA
Pada tanggal 17 Mei 2013 telah dilakukan uji bakteri udara.
Disemua ruangan terdapat jamur
Pada pemeriksaan usap linen di kamar bedah terdapat Bacillus sp pada baju oprasi
Pemeriksaan air bersih cliform memenuhi standar yang dipersyaratkan, sehingga kualitas air masih baik.
Pada pemeriksaan usap alat dapur, jumlah kuman pada nampan, mangkok, pisin lauk, piring, dan plato
semua terdapat kuman diatas ambang batas yang dipersyaratkan.
7(Tujuh) orang yang diperiksa rectal swab semuanya negatif
Pada nasi putih, pepes ayam, sayur sop oyong, tempe bacem terdapat escherichia coli <1,0x101 dan
angka yang dipersyaratkan 0.
Dari hasil pemeriksaan udara dan usap alat dan makanan maka kita dapat mengantisipasi beberapa hal
antara lain tidak terjadi wabah diare di rumah sakit.
1.
2.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
3.
Dr. ASRIZAL.SpPD
Nip. 197406032009121001