Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan


perubahan pola hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat yang
ada di dalam makanan. Salah satu penyakit alergi yang banyak terjadi di masyarakat
adalah penyakit asma.
Asma adalah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara
total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak menjamin dalam waktu dekat akan
terbebas dari ancaman serangan berikutnya. Apalagi bila karena pekerjaan dan
lingkungannya serta faktor ekonomi, penderita harus selalu berhadapan dengan faktor
alergen yang menjadi penyebab serangan. Biaya pengobatan simptomatik pada waktu
serangan mungkin bisa diatasi oleh penderita atau keluarganya, tetapi pengobatan
profilaksis yang memerlukan waktu lebih lama, sering menjadi problem tersendiri.
Peran dokter dalam mengatasi penyakit asma sangatlah penting. Dokter sebagai
pintu pertama yang akan diketuk oleh penderita dalam menolong penderita asma, harus
selalu meningkatkan pelayanan, salah satunya yang sering diabaikan adalah memberikan
edukasi atau pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan kepada penderita dan
keluarganya akan sangat berarti bagi penderita, terutama bagaimana sikap dan tindakan
yang bisa dikerjakan pada waktu menghadapi serangan, dan bagaimana caranya
mencegah terjadinya serangan asma.

BAB II
PEMBAHASAN

SKENARIO II
Ibu Arsi membawa anaknya laki-laki 7 tahun ke UGD RS Unizar dengan keluhan
sesak nafas sejak tadi pagi secara tiba-tiba. Anak ibu Arsi dalam bulan ini sudah 3 kali
dibawa berobat karena sesak nafas. Jika tidak kumat anaknya tidak ada sesak nafas sama
sekali dan bermain seperti biasa. Di keluarganya tidak ada yang menderita sesak nafas
seperti anaknya tetapi suami ibu arsi sering menderita gatal-gatal di kulitnya jika salah
makan. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter UGD didapatkan vital sign nadi
150kali/ menit, RR 42kali/ menit dan suhu tubuh 36,80C, setelah diberikan terapi inhalasi
sesak nafas anak ibu Arsi berkurang.
Anamnesa

Anak Lelaki 7 tahun

Keluhan Utama

Riwayat keluarga : Ayahnya menderita alergi terhadap makanan dengan jenis

: Sesak nafas sejak pagi secara tiba-tiba

tertentu
Pemeriksaan Fisik:

Nadi 150kali/ menit

RR 42kali/ menit

Suhu tubuh 36,80C

IDENTIFIKASI MASALAH
1. Mengapa frekuensi pernafasannya meningkat? Apa yang terjadi?
2. Mengapa justru suhu tubuhnya normal?
2

3. Mengapa anak Ibu Arsi mengalami sesak nafas berulang?


4. Apa hubungan antara ayah yang menderita alergi dengan anak yang mengalami sesak
nafas?
BRAINSTORMING
1. Orang yang menderita sesak nafas (dalam kasus ini asma) memiliki ketidak mampuan
mendasar dalam mencapai angka aliran udara normal selama pernafasan (saat
ekspirasi). Ketidakmampuan ini tercermin dengan rendahnya volume udara yang
dihasilkan sewaktu melakukan usaha ekspirasi paksa pada detik pertama.
2. Karena pada kasus asma ini tidak terjadi infeksi yang mengakibatkan timbulnya
demam, oleh karena itu tidak terjadi demam.
3. Asma yang ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang
menyebabkan sukar bernafas ini akan terjadi apabila antibodi berinteraksi dengan
antigen yang masuk ke dalam saluran pernafasan. Apabila pasien dalam keadaan tidak
terpajan dengan benda asing (alergen spesifiknya) maka tidak akan terjadi sesak
nafas.
4. Kecenderungan alergi diturunkan secara genetis dari orang tua ke anak dan ditandai
dengan adanya sejumlah besar antibodi IgE dalam darah. Sifat khusus antibodi IgE
adalah adanya kecenderungan yang kuat untuk melekat pada sel mast dan basofil.
Ketika terpapar dengan alergen, maka terjadi perubahan pada membran sel mast/
basofil sehingga mengalami ruptur. Dilepaskanlah substansi khusus seperti histamin,
protease, substansi anafilaktik bereaksi lambat, faktor kemotaktik asidofilik, dan
bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor ini terutama substansi anafilaksis yang
bereaksi lambat menghasilkan edema lokal pada dinding bronkiolus kecil maupun
sekresi mukus yang kental ke dalam lumen bronkiolus, serta spasme otot polos
bronkiolus.
SKEMA

Alergen APC mempresentasikan sel T helper menghasilkan sitokin InterLeukin


4, 5, 6 dan 10 sel (aktif) antibodi IgE melekat di sel mast atau basofil
terpajan allergen HIPERSENSITIFITAS Tipe 1
Hipersensitifitas Tipe 1

Merangsang pelepasan mediator lainnya

Histamin

Bradikinin

peningkatan pengeluaran mukosa

Zat anafilaksis
spasme otot

Inflamasi
Penyempitan jalan nafas
Penumpukan udara pada alveolus
Melemahkan dinding alveolar
SESAK

DEFINISI

Asma bronkhial merupakan penyakit gangguan inflamasi kronis saluran


pernafasan yang dihubungkan dengan hiperresponsif, keterbatasan aliran udara yang
reversible dan gejala pernafasan. Pemicu yang berbeda-beda dapat menyebabkan
eksaserbasi asma oleh karena inflamasi saluran nafas atau bronkhospasme akut atau
keduanya. Sesuatu yang dapat memicu ini sangat bervariasi antara satu individu yang lain
dan dari satu waktu ke waktu yang lain. Beberapa hal di anataranya adalah allergen,
polusi udara, infeksi saluran nafas, kecapaian, perubahan cuaca, makanan, obat atau
ekspresi emosi yang berlebihan.
Asma bronkhial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon bronkus
terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang
luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari
pengobatan.
Asma dapat dibagi dalam tiga kategori. Asma ekstrinsik atau alergik ditemukan
pada sejumlah kecil pasien dewasa dan disebabkan oleh allergen yang diketahui. Bentuk
ini biasanya dimulai pada masa kanak-kanak dengan keluarga yang mempunyai riwayat
penyakit atopic termasuk hay fever, ekzema, dermatitis dan asma. Asma alergik
disebabkan oleh kepekaan individu terhadap allergen (biasanya protein) dalam bentuk
serbuk sari yang dihirup, bulu halus binatang, spora jamur, debu, serat kain, atau yang
lebih jarang terhadap makanan seperti susu atau coklat. Pajanan terhadap allergen,
meskipun hanya dalam jumlah yang sangat kecil, dapat mengakibatkan serangan asma.
Sebaliknya pada asma intrinsik atau idiopatik, ditandai dengan sering ditemukannya
faktor-faktor pencetus yang jelas. Faktor non spesifik (seperti flu biasa, latihan fisik, atau
emosi) dapat memicu serangan asam. Asma intrinsik lebih sering timbul sesudah usia 40
tahun dan serangan timbul sesudah terjadi infeksi sinus hidung atau pada percabangan
trakeobronkial. Makin lama serangan makin sering dan makin hebat, sehingga akhirnya
keadaan ini berlanjut menjadi bronkhitis kronik dan kadang-kadang emfisema. Banyak
pula pasien yang menderita asma campuran, yang terdiri dari komponen-komponen asma
ekstrinsik dan intrinsik.
ETIOLOGI
5

Sampai saat ini etiologi dari asma bronchial belum diketahui. Berbagai teori
sudah diajukan, akan tetapi yang paling disepakati adalah adanya gangguan parasimpatis
(hiperaktivitas saraf kolinergik), gangguan Simpatis (blok pada reseptor beta adrenergic
dan hiperaktifitas reseptor alfa adrenergik).

Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :


1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang
spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin)
dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi
genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti
yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang
tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh
adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan

sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik
dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non-alergik.
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan
asma bronkhial :
1. Faktor predisposisi
Genetik. Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit
alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial
jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor presipitasi
a. Alergen, dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan (debu, bulu binatang, serbuk
bunga, spora jamur, bakteri dan polusi)

Ingestan, yang masuk melalui mulut (makanan dan obat-obatan)

Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit (perhiasan, logam dan jam
tangan)

b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya
serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti

musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah
angin serbuk bunga dan debu.
c. Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma
yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguan
emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika
stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
d. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma.
Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini
membaik pada waktu libur atau cuti.
e. Olahraga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan
serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah
selesai aktifitas tersebut.

PATOFISIOLOGI
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang
menyebabkan

sukar

bernafas.

Penyebab

yang

umum

adalah

hipersensitivitas

bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe
alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai
kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody IgE abnormal dalam jumlah besar
dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya.
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial
paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang
menghirup alergen maka antibody IgE orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan
8

antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan
berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang
merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.

Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada
dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mukus yang kental dalam lumen
bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran
napas menjadi sangat meningkat.

Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama
inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian
luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan
selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat
terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi
dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan
dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat
selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini
bisa menyebabkan barrel chest.

KLASIFIKASI

Derajat

Gejala

Gejala malam

Faal
paru

Intermiten

Gejala kurang dari 1x/minggu

Kurang dari 2 kali APE


dalam sebulan

>

80%

Asimtomatik

Mild persistan

-Gejala lebih dari 1x/minggu tapi Lebih dari 2 kali dalam APE
kurang dari 1x/hari
-Serangan

dapat

sebulan

>80%

menganggu

Aktivitas dan tidur

Moderate

-Setiap hari,

Lebih 1 kali dalam APE 60-

persistan

seminggu
-serangan

kali/seminggu,

80%

bisa

berahari-hari.

10

-menggunakan obat setiap hari


-Aktivitas & tidur terganggu

Severe

- gejala Kontinyu

Sering

persistan

APE
<60%

-Aktivitas terbatas
-sering serangan

GEJALA KLINIS
Penyakit asma mempunyai manifestasi fisiologis berbentuk penyempitan yang
meluas pada saluran udara pernafasan yang dapat sembuh spontan atau sembuh dengan
terapi. Penyakit ini brsifat episodik dengan eksaserbasi akut yang diselingi oleh periode
tanpa gejala.
Keluhan utama penderita asma adalah sesak napas mendadak disertai inspirasi
yang lebih pendek dibandingkan dengan fase ekspirasi dan diikuti oleh bunyi mengi
(wheezing), batuk yang disertai serangan sesak napas yang kumat-kumatan. Pada
beberapa penderita asma keluhan tersebut dapat ringan, sedang atau berat dan sesak
napas penderita timbul mendadak, dirasakan makin lama makin meningkat atau tiba-tiba
menjadi berat. Hal ini sering terjadi terutama pada penderita dengan rhinitis alergika atau
radang saluran napas bagian atas. Sedangkan pada sebagian besar penderita keluhan
utama ialah sukar bernapas disertai rasa tidak enak di daerah retrosternal.
DIAGNOSA BANDING
1. Bronkitis kronis
Ditandai dengan batuk kronik menegluarkan sputum 3 bulan dalam setahun paling
sedikti terjadi dua tahun. Gejala utama batuk disertai sputum biasanya terjadi pada
penderita > 35 tahun dan perokok berat. Gejalanya berupa batuk di pagi hari, lama11

lama disertai mengi, menurunya kemampuan kegiatan jasmani pada stadium lanjut
ditemukan sianosis dan tanda-tanda kor pumonal.
2. Emfisema paru
Sesak merupakan gejala utama emfisema, sedangkan batuk dan mengi jarang
menyertainya. Penderita biasanya kurus. Berbeda dengan asma, emfisema biasanya
tida ada fase remisi, penderita selalu merasa sesak pada saat melakukan aktivitas. Pada
pemeriksaan fisik di dapat dada seperti tong, gerakan nafas terbatas, hipersonor, pekak
hati menurun, suara vesikuler sangat lemah. Pada foto dada di dapat adanya
hiperinflasi.

DIAGNOSIS
1. Anamnesa
a. Keluhan sesak nafas, mengi, dada terasa berat atau tertekan, batuk berdahak
yang tak kunjung sembuh, atau batuk malam hari.
b. Semua keluhan biasanya bersifat episodik dan reversible.
c. Mungkin ada riwayat keluarga dengan penyakit yang sama atau penyakit alergi
yang lain.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : penderita tampak sesak nafas dan gelisah, penderita lebih
nyaman dalam posisi duduk.
b. Jantung : pekak jantung mengecil, takikardi.
c. Paru :

Inspeksi : dinding torak tampak mengembang, diafragma terdorong ke


bawah.

Auskultasi : terdengar wheezing (mengi), ekspirasi memanjang.

Perkusi : hipersonor

Palpasi : Vokal Fremitus kanan=kiri


12

3. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah rutin didapat peningkatan eosinofil dan IgE
b. Sputum didapat adanya eosinofil, spiral crushman, kristal charcot Leyden.
c. Foto toraks dapat normal diluar serangan, hiperinflasi saat serangan, adanya
penyakit lain
d. Faal paru (spirometri /peak flow meter) menilai berat obstruksi, reversibilitas,
variabilitas
e. Uji provokasi bronkus untuk membantu diagnosis
Status Asmatikus adalah keadaan darurat medik paru berupa serangan
asma yang berat atau bertambah berat yang bersifat refrakter sementara
terhadap pengobatan yang lazim diberikan. Refrakter adalah tidak adanya
perbaikan atau perbaikan yang sifatnya hanya singkat, dengan waktu
pengamatan antara satu sampai dua jam.
PENATALAKSANAAN
Terapi awal
1. Pasang Oksigen 2-4 liter/menit dan pasang infuse RL atau D5.
2. Bronkodilator (salbutamol 5 mg atau terbutalin 10 mg) inhalasi dan pemberian
dapat diulang dalam 1 jam.
3. Aminofilin bolus intravena 5-6 mg/kgBB, jika sudah menggunakan obat ini
dalam 12 jam sebelumnya cukup diberikan setengah dosis.
4. Anti inflamasi (kortikosteroid) menghambat inflamasi jalan nafas dan
mempunyai efek supresi profilaksis
5. Ekspektoran : adanya mukus kental dan berlebihan (hipersekresi) di dalam
saluran pernafasan menjadi salah satu pemberat serangan asma, oleh karenanya
harus diencerkan dan dikeluarkan, misalnya dengan obat batuk hitam (OBH),
obat batuk putih (OBP), gliseril guaiakolat (GG)
13

6. Antibiotik : hanya diberikan jika serangan asma dicetuskan atau disertai oleh
rangsangan infeksi saluran pernafasan, yang ditandai dengan suhu yang
meninggi.
Antibiotika yang efektif adalah :
1. Pengobatan berdasarkan saat serangan :
a. Reliever/Pelega:

Gol. Adrenergik, seperti Adrenalin/epinephrine

Short Acting beta 2-agonis (SABA), seperti Salbutamol dan


Terbutaline

Gol. Methylxantine, seperti Aminophylline, dan Theophylline

Gol. Antikolinergik, seperti Atropin, dan Ipratropium bromide

Gol. Steroid, seperti Methylprednisolone, Dexamethasone, dan


Beclomethasone

b. Controller/Pengontrol seperti Golongan Adrenergik, Long-acting beta 2agonis,

Golongan

Methylxantine,

Golongan

Steroid,

Leukotriene

Modifiers, Cromolyne sodium, Kombinasi LABA dan Steroid.

14

DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W.A Newma. 2006. Kamus Kedokteran Dorland Edisi XXIX.Jakarta : EGC.
Guyton, Arthur C. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi XI. Jakarta : EGC.
Katzung, Bertram G. 1998. Farmokologi Dasar dan Klinik Edisi VI. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi Edisi VI Volume 2. Jakarta : EGC.
Sudoyo,Aru W., dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV jilid 3. Jakarta : FK
UI

15

16

Anda mungkin juga menyukai