4)
5)
6)
7)
8)
Surga
Catumaharajika
Varuttha dan Kuvera. Mereka yang terlahir di surga ini akan menjadi
pengikut dari salah satu raja-dewa tersebut. Empat raja langit ini serta
beberapa dewa lainnya mempunyai istana (vimana) khusus bagi diri
mereka masing-masing. Bagi yang tak mempunyai istana secara khusus,
maka sungai, danau, lautan, gunung dan pohon yang ditinggali itulah
istana bagi mereka. Beberapa jenis dewa-dewi catumaharajika ini antara
lain : 1) Gandhabbo/Gandhabbi: umumnya tinggal dipohon-pohon yang
berbau
harum,
oleh
orang-orang
Jawa
disebut
"GANDARUWA"/"GENDERUWA". Meskipun pohon tempat tinggalnya
ditebang, ia masih tetap mengikuti ke mana pohon itu dipindahkan tidak
seperti dewa-dewi lainnya, yang akan mengungsi ke pohon lain yang
masih hidup; 2) Kumbhanno/Kumbhanni: dewa-dewi penjaga harta
pusaka, hutan, dan sebagainya; 3) Nago/Nagi: dewa-dewi berbentuk
naga yang memiliki kesaktian, yang mampu menyalin rupa dalam wujud
makhluk lain seperti manusia, binatang dan sebagainya; 4)
Yakkho/Yakkhini:
dewa-dewi
berbentuk
raksasa
yang
gemar
menganiaya para penghuni neraka. Panjang usia makhluk yang hidup di
surga catumaharajika ini 50 tahun svarga = 9 juta tahun manusia.
2)
Surga
Tavatimsa
Surga
Yama
Merupakan surga tingkat ketiga.Surga inimenjadi tempat bagi para dewadewi yang terbebas dari segala kesukaran, yang terberkahi dengan
kebahagiaan surgawi. Pemegang kekuasaan dalam surga ini ialah Deva
Suyama. Alam ini berada di angkasa namun tidak berhubungan dengan
planet bhumi. Tubuh para dewa-dewi di alam surga Yama ini jauh lebih
indah dan halus daripada yang bertinggal di Tavatimsa. Panjang usia
makhluknya 2000 tahun surgawi = 200 juta tahun manusia.
4)
Surga
Tusita
Merupakan
surga
tingkat
keempat.
Tusita
berarti
penuh
kesenangan/kenikmatan. Semua Bodhisattva sebelum turun ke bhumi
untuk menjadi Buddha terlahir di surga Tusita ini. Saat ini yang bertahta di
surga Tusita adalah Bodhisattva Maitreya, hingga pada saatnya Beliau
akan turun ke bhumi untuk menjadi Buddha ketika ajaran Buddha Gotama
telah punah (tidak dikenal lagi oleh manusia dan dewa). Ibunda Buddha
Gotama yakni Ratu Maya terlahir di surga Tusita. Panjang usia makhluknya
4000
tahun
surgawi
=
576
juta
tahun
manusia.
5)
Surga
Nimmanarati
Surga
Paranimmitavatti
Merupakan surga tingkat ke-enam. Makhluk surga ini tinggal dan hidup
dengan memanfaatkan ciptaan-ciptaan dari deva-devi lainnya yang
bermanfaat untuk tujuan-tujuan mereka sendiri. Panjang usianya 16000
tahun
surgawi
=
9216
juta
tahun
manusia.
Jika kita telaah dan kita kaji penjelasan alam neraka dan alam surga
menurut ajaran agama samawi terutama agama Islam, surga disebut
dalam bahasa arab dengan istilah "Al Jannah" yang berarti kebun/taman
dan terdapat 7 tingkatan surga, dimana surga merupakan tempat para
manusia yang beramal-soleh, bajik, kelak akan terlahir, yang digambarkan
seorang laki-laki akan mendapatkan hak bidadari-bidadari cantik sebagai
istrinya, dan adanya aliran sungai yang dialiri air susu, taman dan kebun
yang indah bahkan terdapat minuman anggur yang lezatnya tiada tara
yang disebut sura (lihat penjelasan makhluk Asura). Sedangkan neraka
tempat untuk menyiksa orang-orang yang jahat disebut "naar" yang
berarti api yang menyala dan terdapat 7 tingkatan "naar".
Hampir mirip gambaran surga dan neraka dalam agama Buddha dan
Islam, bedanya dalam agama Buddha makhluk-makluk yang terlahir di
alam neraka, alam binatang, alam peta, alam asura, alam manusia, alam
surga, 16 alam brahma rupaloka maupun 4 alam brahma arupaloka (alam
Rupa-loka & alam Arupa-loka akan saya tuliskan pada bagian ke-2) tunduk
pada hukum kematian yang berarti mereka tidak hidup kekal selamanya
di alam-alam tersebut. Jika karma yang mengakibatkan untuk terlahir di
salah satu alam tersebut habis atau karena batas usia untuk hidup di
alam tersebut habis maka kita akan terlahir kembali ke alam sesuai
dengan tumpukan
pengembaraan
buah
kita lakukan
hidup
dalam
ini.
kesinambungan
yang
kebahagiaan nimitta.
terus-menerus
tanpa
disengaja
terhadap
(1 kappa =
Selain itu pencapaian jhana akan memunculkan kemampuan-kemampuan
batin tingkat tinggi (abhinna/abhijna) seperti mampu mengunjungi alamalam kehidupan (alam ghaib), mata-batin / telinga-batin (bisa melihat dan
mendengar objek yang jaraknya jauh sekali), mampu mengingat
kelahiran-kelahiran kehidupan sebelumnya, mampu membaca pikiran
makhluk
lain,
bisa
terbang
diudara,
dll.
Itulah 31 alam kehidupan dan cara pencapaiannya menurut ajaran
Buddha dimana ke-31 alam tersebut juga tunduk pada hukum perubahan
(Anicca/Anitya) karena itu makhluk-makhluk juga tidak kekal adanya.
Yang sangat menarik adalah pencapaian keadaan jhana hampir mirip
dengan pengalaman mistik dalam beberapa tradisi keagaaman yang ada
di dunia. Pada jaman Buddha Gotama hidup sepertinya pada jaman itu
manusia dibelahan bumi ini mengalami suatu revolusi spiritual, beberapa
pakar sejarah mengistilahkan dengan zaman kapak yaitu jaman antara
tahun 600 - 500 tahun Sebelum Masehi. Di India lahir ajaran Buddha, di
China lahir ajaran Lao Tze dan Kungfu Tze, di Persia (Iran-Irak) lahir ajaran
Zoroasterisme, di Yunani lahir filsuf-filsuf ternama seperti Sokrates,
Heraclitus, Plato.
Jika kita kaji lebih jauh lagi terdapat kemiripan antara ajaran jhana dengan
jalan makrifat yang diajarkan oleh kaum sufi dari tradisi Islam (ajaran
Tasawuf). Beberapa pendapat mengatakan bahwa banyak metode
meditasi Buddhis yang digunakan juga oleh kaum sufi. Hal ini tidak aneh,
mengingat jauh sebelum Islam lahir ajaran Buddha telah berkembang
pesat di daerah yang banyak melahirkan sufi-sufi terkenal dalam dunia
sufisme.
Sekilas ulasan mengenai pertemuan ajaran Islam dan Buddha.
Pada masa-masa awal setelah Buddha Parinibbana ajaran Buddha telah
berkembang hingga sampai ke Afghanistan, Persia, Uzbekistan,
Turkmenistan, Tajikistan, Turkistan bahkan sampai ke Yunani dan Mesir,
beberapa Kaisar Yunani seperti kaisar Menander menjadi pengikut setia
ajaran Buddha. Bahkan pakar-pakar sejarah dunia menyakini teks-teks
suci Buddha telah sampai dan berada di perpustakaan Alexadria yang
didirikan sekitar tahun 300 SM, sayang perpustakaan ini telah dibakar
sehingga banyak koleksi-koleksi bukunya juga ikut terbakar.
Saat wilayah-wilayah Persia (Iran-Irak), Afghanistan, dan Turkistan Barat,
tempat menyebarnya agama Buddha, jatuh ke dalam kekuasaan Khilafah
Ummaiyyah Arab (661 - 750 Masehi) para cendekiawan Muslim,
menunjukkan minat yang besar terhadap tradisi dan ajaran Buddha yang
mereka temui di saat Islam menyebar ke luar Jazirah Arab. Pendiri ajaran
guru-guru Sufi terkenal sepertil Al-Ghazali, Al-Hallaj bahkan Syeh Siti Jenar
bahwa mereka pasti mengenal ajaran Buddha dan mencoba
menggunakan metode meditasi Buddha untuk mencapai kemanunggalan,
kemutlakan. Metode meditasi Buddha banyak sekali salah satunya
pengulangan kata-kata, katakanlah kita menggunakan kata "Tuhan" dalam
menditasi kita mengulang terus-menerus kata Tuhan dengan sambil
mevisualisasikan sifat Tuhan dalam diri kita seperti cinta kasih dengan
dilandasi moralias yang baik pula dalam kehidupan sehari-hari, niscaya
cahaya nimitta (cahaya gambaran batin murni) akan berkembang
stabil, cerah, halus dan indah yang menyelimuti batin kita dan
dengan keuletan dan kegigihan dalam mengembangkan vitakavicara, meditasi tersebut akan menghasilkan ekagatta dan pitisukha yang membawa pada pencapaian jhana pertama.
Pada dasarnya objek-objek verbal apapun yang kita ucapkan
dalam meditasi selama objek tersebut kita maknai dengan
sesuatu yang positif dan ditunjang oleh moralitas yang baik serta
dilatih dalam meditasi yang benar, objek tersebut mampu
memunculkan nimitta.
Sufi sendiri adalah kaum yang sangat menghargai kebijaksanaan, ajaran
Buddha bisa diringkas dalam 3 jalan, yaitu SILA - SAMADHI - PANNA
(PRAJNA) / MORALITAS - MEDITASI - KEBIJAKSANAAN. Dengan
moralitas yang baik, dengan pengembangan cinta kasih dan welas asih
yang universal (metta-karuna) dan untuk mengembangkan ini tidak
dibutuhkan kepercayaan kepada Tuhan, Buddha, Dewa / Brahma atau
pada agama tertentu.
Landasan moralitas Buddha adalah PRINSIP KESETARAAN dan
TIMBAL-BALIK (Sebab-Akibat). Prinsip kesetaraan, menganggap
semua makhluk setara dan memandang bahwa semua makhluk hidup
menginginkan kebahagiaan, menikmati kehidupan dan menghindari
penderitaan dan kematian dengan memahami ini semua tindakan akan
digerakkan oleh prinsip timbal-balik yaitu sebagaimana yang kita
inginkan (kita tidak ingin disakiti, tidak ingin dijahati, dilukai, difitnah,
dibunuh) demikian juga ternyata semua makhluk juga menginginkan hal
yang sama, maka jangan pernah melakukan hal yang tidak kita inginkan
tersebut kepada makhluk lain.
SILA memperkuat SAMADHI, samadhi memperkuat sila, sila dan samadhi
memunculkan prajna (kebijaksanaan), prajna memperkuat sila dan
samadhi. Inilah lingkaran sila-samadhi-prajna yang saling memperkuat
yang akhirnya akan menghantar setiap mahkluk untuk mencapai PANTAI
SEBERANG (NIBBANA/NIRVANA - kebahagiaan sejati yang kekal
abadi.
Sekilas Periode Penghitungan Waktu dalam ajaran Buddha
1 Maha Kappa (MK) = 4 Asankheyya Kappa (AK); 1 AK = 20 Antara
Kappa (AnK)
1 Antara Kappa = lamanya proses perubahan batasan umur
manusia dari 10 tahun lalu naik hingga menjadi 84.000 tahun,
kemudian turun lagi hingga menjadi 10 tahun. (makhluk hidup
menempati bhumi hanya selama 1 AK saja)
1 Kappa = 1 periode kehidupan bhumi, terdapat 4 periode yaitu
Periode Pembentukan, Periode Bertahan, Periode Kehancuran,
Periode Kekosongan. Lamanya masing-masing periode tidak sama.
(beberapa pakar Buddhis menjelaskan bahwa 1 periode bisa
mencapai 650 juta tahun)
1 Maha Kappa = 12.800 Triliun Tahun (para cendikiawan Buddhis
mengartikan sebagai 1 masa kehidupan semesta hingga hancur dan
mengalami masa kekosongan sampai menjadi semesta lain lagi)