Anda di halaman 1dari 40

BAB I

GLAUKOMA
1. 1 Latar Belakang
Glaukoma merupakan penyakit yang ditandai dengan neuropati saraf optik dan
defek lapangan pandang yang seringkali disebabkan karena peningkatan tekanan
intraokuler. Glaukoma dapat mengganggu fungsi penglihatan dan bahkan pada akhirnya
dapat mengakibatkan kebutaan. Para ahli mengklasifikasikan glaukoma menjadi tiga tipe,
yaitu glaukoma sudut terbuka, glaukoma tertutup dan yang terakhir adalah childhood
glaucoma.1
Pada tahap awal penyakit, tidak ditemukan gejala-gejala yang menandakan
terjadinya peningkatan tekanan intraokuler. Hal ini biasa terjadi pada penderita glaukoma
sudut terbuka. Para ahli memperkirakan kurang lebih setengah dari penderita glaukoma
tidak menyadari bahwa proses penyakit sedang berlangsung sampai akhirnya terjadi
pengecilan lapangan pandang yang ekstensif. Lain halnya dengan glaukoma sudut
tertutup, umumnya ditemukan gejala berupa sakit kepala, rasa nyeri hebat di dalam mata
terutama pada pagi hari, susah melihat sewaktu berpindah dari tempat terang ke tempat
gelap, mual dan muntah.2
Seseorang dapat didiagnosis sebagai penderita glaukoma dengan melakukan
serangkaian pemeriksaan, meliputi tonometri, oftalmoskopi, gonioskopi, pemeriksaan
lapang pandang. Pada keadaan dimana seseorang dicurigai menderita glaukoma
dilakukan tes provokasi, seperti tes minum air dan tes midriasis.1,2
Penatalaksanaan yang diterapkan kepada penderita, berupa medikamentosa,
tindakan pembedahan, dan laser hanya ditujukan untuk memperlambat atau mencegah
hilangnya penglihatan (kebutaan). Namun, berkurangnya lapang pandang yang telah
terjadi tidak bisa dikembalikan.3 Glaukoma merupakan penyakit yang tidak dapat
dicegah, namun bila diketahui secara dini dan diobati maka glaukoma dapat diatasi untuk
mencegah kerusakan lebih lanjut. Penemuan dan pengobatan sebelum terjadinya
gangguan penglihatan adalah cara terbaik untuk mengontrol glaukoma.1 Glaukoma dapat
bersifat akut dengan gejala yang sangat nyata dan bersifat kronik yang hampir tidak

menunjukkan gejala, seorang dokter harus mampu mengenali gejala dan tanda glaukoma
sehingga dapat memberikan penatalaksanaan yang tepat.3
Kebutaan menempati urutan ketiga diseluruh dunia sebagai ancaman yang
menakutkan setelah kanker dan penyakit jantung koroner.3 Sebuah penelitian di Amerika
menyebutkan sejumlah dua juta orang Amerika menderita glaukoma. Diantaranya,
889.000 orang terganggu penglihatannya yang ditandai dengan defek penglihatan yang
bersifat kronis atau permanen. Sedangkan 67.150 orang telah dinyatakan buta yang
ditandai dengan visus 20/200 atau lapangan pandang <20%. Penelitian ini juga
menyebutkan bahwa setiap tahun sekitar 50.500 orang di Amerika menjadi buta akibat
glaukoma.4
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mneytakan bahwa angka kebutaan di Indonesia
menduduki peringkat pertama untuk kawasan Asia Tenggara dimana angka kebutaan di
Indonesia mencapai 1,5% atau sekitar 3 juta orang. Persentase itu melampaui negara Asia
lainnya seperti Bangladesh dengan 1%, India 0,7% dan Thailand 0,3%. 5 Menurut Survei
Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993-1996, kebutaan tersebut
disebabkan oleh katarak (0,78%), glaukoma (0,2%), kelainan refraksi (0,14%) dan
penyakit lain yang berhubungan dengan usia lanjut (0,38%).6

BAB II
LAPORAN KASUS
1.

2.

IDENTIFIKASI
Nama

: Ny. R

Umur

: 52 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Bangsa

: Indonesia

Pekerjaan

: Tidak bekerja

Alamat

: Dalam kota

Tanggal Berobat

: 11 Agustus 2009

ANAMNESIS

Keluhan Utama
Mata kanan terasa sakit
Riwayat Perjalanan Penyakit
1 bulan yang lalu penderita mengeluh mata kanan terasa nyeri, penglihatan
kanannya semakin kabur dan mata kanannya hanya dapat melihat dari sebelah kanan,
berair (+), keluar kotoran mata (+), penglihatan seperti melihat kabut (+), keluhan melihat
pelangi (+), melihat seperti terowongan (-).

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit darah tinggi disangkal.

Riwayat penyakit kencing manis disangkal

Riwayat memakai kacamata (+) yaitu kaca mata baca.

Riwayat Penyakit dalam Keluarga


Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga diakui
3.

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum

: baik

Sens

: kompos mentis

Tekanan darah

: 120/80 mmHg

Nadi

: 80 x/menit

Respiratory rate

: 20 x/menit

Suhu

: 36,30C

Status Oftalmologikus
Visus

OD
2/60

OS
6/6 false 2

Tekanan intraokuler

3/7,5= 35,8 mmHg

7/7,5 = 18,5 mmHg

5/10 = 37,2 mmHg

Ortophoria
KBM
0
GBM

0
0

0
0

Segmen anterior
- Palpebra

Tenang

Tenang

- Konjungtiva

Mix injeksi

Tenang

- Kornea

Oedema minimal

Tenang

- COA

Dangkal

Dangkal

- Iris

Gambaran baik

Gambaran baik

- Pupil

Bulat, center, RC (+) d = Bulat, center, RC (+) d =

- Lensa

3 mm

3 mm

Keruh, ST (+)

Keruh, ST (+)

Segmen Posterior:
RFODS (+)
Papil

Bulat; batas tegas; pucat; Bulat; batas tegas; merah


c/d=0,8 ; a:v = 2:3 ; normal; c/d = 0,3 ; a;v =
nasalisasi

splinter 2:3 ; nasalisasi (-)

haemorhagic (-)
RF (+)
RF (+)
Kontur pembuluh darah Kontur pembuluh darah

Makula
Retina

baik

4.

(+),

baik

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Gonioskopi:
OD

OS

1
1

3
2

Kesan:

OD : sudut sempit, PAS (-)

OS : sudut sempit, PAS (-)

Kampimetri:

5.

DIAGNOSIS
Diagnosis kerja

: Glaukoma fakomorfik OD + Katarak senilis immatur ODS

Diagnosis banding :
o PACG OD + Katarak senilis immatur ODS
o Glaukom fakolitik OD + Katarak senilis immatur ODS

6. PENATALAKSANAAN

Inform consent

MRS pasien menolak


Rencana pemberian obat

8.

Timolol maleate 0,5% ED 2x1 tetes ODS/hari

Polimiksin, Neomisin, deksamethasone 6x1 tetes OD/hari

Brinzolamide ED 2x1 tetes ODS/hari

Pro ekstraksi katarak

PROGNOSIS
Quo ad vitam

: bonam

Quo ad functionam : dubia ad malam

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1

Sebab Terjadinya Glaukoma


Setiap hari mata memproduksi sekitar 1 sendok teh humor akuos yang

menyuplai makanan dan oksigen untuk kornea dan lensa dan membawa produk sisa
keluar dari mata melalui anyaman trabekulum ke Canalis Schlemm. Normalnya, produk
dan drainase berjalan seimbang dengan tekanan intraokuler berkisar antara 12-22
mmHg.3
Bola mata yang mengandung banyak humor akuos akan mengembang di daerah
yang paling lemah yaitu pada papil optik atau pada sklera tempat syaraf optik keluar.
Syaraf optik yang membawa informasi penglihatan ke otak terdiri atas jutaan sel syaraf
yang panjang. Serabut atau sel syaraf ini sangat tipis dengan diameter kira-kira 1/20.000
inci. Bila tekanan bola mata naik serabut syaraf ini akan tertekan dan rusak serta mati.
Kematian sel tersebut akan mengakibatkan hilangnya penglihatan yang permanen.1

Gambar 1. Normal dan abnormal aliran humor akuos


(A). Aliran normal melalui anyaman trabekula (panah besar) dan rute
uveasklera (panah kecil) dan anatomi yang berhubungan. Kebanyakan aliran
humor akuos melewati anyaman trabekula. Setiap rute dialirkan ke sirkulasi
vena mata.
(B). Pada glaukoma sudut terbuka primer, aliran humor akuos melalui rute ini
terhalang.
(C). Pada glakuoma sudut tertutup, posisi abnormal iris sehingga memblok
aliran humor akuos melewati sudut bilik mata depan (iridocorneal).

Gambar dari: http://www.aafp.org/afp/20030501/1937.html

Pada glaukoma sudut terbuka maupun tertutup cairan mata yang terus
dihasilkan badan siliar selama 24 jam sehari pengeluarannya terganggu. Cairan mata
yang berlebihan dalam bola mata akan meningkatkan tekanan bola mata. Tekanan bola
mata yang tinggi akan menekan syaraf optik beserta seluruh serabut syaraf dan sel
penglihatan yang disebut sebagai glaukoma.1
9

III.2

Faktor Risiko Terjadinya Glaukoma


Beberapa faktor risiko yang dapat mengarah pada glaukoma adalah: 1,3,5,6

1.

Epidemiologi
- Glaukoma lebih banyak di alami oleh etnis Afrika dan Hispanics daripada orang
kulit putih, insidennya bertambah sesuai dengan peningkatan usia. Risiko kulit
hitam 7 kali dibanding orang kulit putih.
- Pada etnis Asia, glaukoma sudut tertutup lebih sering dibanding sudut terbuka.

2.

Usia di atas 45 tahun


- Pada seluruh penelitian disebutkan prevalensi glaukoma sekitar 1% pada
penduduk yang berusia 40 sampai 49 tahun, sementara pada usia 70 tahun,
prevalensinya meningkat 10% pada orang kulit putih dan 20% pada etnis Afrika.

3.

Keluarga dengan riwayat glaukoma (herediter)


- Seseorang yang keluarganya menderita glaukoma memiliki risiko 4 kali lebih
tinggi untuk mendapat glaukoma.

4.

Penyakit sistemik lain seperti hipertensi dan diabetes


- Hipertensi memiliki 6 kali lebih sering menderita glaukoma sementara diabetes
memiliki risiko 2 kali lebih banyak dibanding orang dengan kadar gula darah
terkontrol.

5.

Miopia berbakat untuk terjadi glaukoma sudut terbuka sementara hipermetropia


memiliki kecenderungan menderita glaukoma sudut tertutup.

6.

Kortikosteroid inhalasi
- Pada sebuah penelitian disebutkan pengunaan kortikosteroid inhalasi pada
penderita asma atau kortikosteroid spray pada penderita rhinitis memiliki risiko
untuk mengalami peningkatan tekanan intraokuler dan glaukoma sudut terbuka.
Proses yang terjadi kemungkinan karena adanya hambatan pada drainase humor
akuos.
Sangat berguna untuk mendeteksi glaukoma secara dini pada penderita yang

memiliki risiko tinggi. Penemuan dan pengobatan sebelum terjadinya gangguan


penglihatan merupakan cara yang terbaik untuk mengontrol glaukoma. Bila seseorang

10

termasuk ke dalam kelompok berisiko tinggi maka pemeriksaan perlu lebih sering
dilakukan.1
Menurut American Academy of Ophtalmology (AAO), screening penderita
glaukoma sebagai bagian dari pemeriksaan mata secara menyeluruh yang profesional
pada orang dewasa adalah cara yang paling efektif untuk mendiagnosis glaukoma. 6
Seorang dokter umum sebaiknya merujuk pasien dengan faktor risiko atau diduga
menderita glaukoma kepada spesialis mata untuk menjalani berbagai pemeriksaan,
termasuk perimetri dan funduskopi, sebab penderita glaukoma sudut terbuka seringkali
menunjukkan pengukuran tekanan intraokuler yang normal.6
Tabel 1. Glaukoma : Indikasi klinik untuk merujuk ke ahli mata
Tujuan Merujuk
Indikasi Klinik
Screening pasien dengan risiko Orang kulit hitam yang berusia 40 tahun
tinggi

Orang kulit putih yang berusia 65 tahun


Keluarga dengan riwayat glaukoma
Riwayat penyakit hipertensi, diabetes dan miopia
tinggi
Peningkatan TIO dengan tonometri

Evaluasi pasien dengan tersangka Kecurigaan peningkatan rasio C/D > 0,5 dengan
glaucoma

funduskopi
Abnormalitas yang nyata pada lapang pandangan

Dikutip dari: http://www.aafp.org/afp/20030501/1937.html

III.3

Jenis-Jenis Glaukoma 1,3,4,6,7


Dua tipe utama glaukoma adalah glaukoma sudut terbuka primer dan glaukoma

sudut tertutup. Glaukoma ini ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler atau
tekanan dalam mata. Glaukoma sekunder merupakan glaukoma yang disebabkan karena
penyakit lain yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler yang diikuti dengan
kerusakan syaraf optik dan kehilangan penglihatan. Ada juga glaukoma bertekanan
rendah dengan tekanan intraokuler tidak pernah lebih besar dari 22 mmHg. Berikut
dipaparkan mengenai jenis-jenis glaukoma.
III.3.1 Glaukoma Sudut Terbuka
11

Glaukoma sudut terbuka merupakan jenis yang paling banyak ditemui,


mengenai sekitar 3 juta orang penduduk Amerika Serikat (hampir 90% dari kasus
glaukoma di Amerika Serikat). Pada glaukoma sudut terbuka cairan mata setelah melalui
pupil masuk ke dalam bilik mata depan dan tidak dapat melalui anyaman trabekulum.
Glaukoma sudut terbuka seringkali tidak memberikan gejala. Penderita tidak
menyadari menderita glaukoma karena tidak memberikan keluhan. Pada akhir dari
penyakit biasanya pasien baru mengeluh pada dokter penglihatannya kabur. Benda yang
terletak di bagian sentral masih terlihat jelas tetapi yang di perifer tidak terlihat sama
sekali. Tekanan bola mata yang > 25 mmHg terus-menerus akan merusak syaraf optik
sehingga sering disebut maling penglihatan, tetapi walaupun tekanan bola mata sudah
teratasi, penglihatan yang telah hilang tidak dapat diperbaiki lagi.
Pada pemeriksaan dengan gonioskopi terlihat sudut bilik mata depan tempat
mengalirnya cairan mata keluar terbuka lebar, bendungan cairan mata untuk keluar
disebabkan karena rusaknya fungsi sel trabekula atau jumlahnya yang berkurang karena
bertambahnya usia. Pendapat lain juga menyebutkan adanya gangguan pada enzim
trabekula.
Glaukoma sudut terbuka primer merupakan penyakit kronik yang tidak dapat
diobati hanya dapat diperlambat progresivitasnya dengan pengobatan.

12

Gambar dari: Atlas Ilmu Penyakit Mata karangan Sidarta Ilyas

III.3.2 Glaukoma Sudut Tertutup


Terdapat dua tipe glaukoma sudut tertutup yaitu akut dan kronik. Glaukoma
sudut tertutup terjadi karena adanya aposisi iris perifer terhadap serabut mesenkim yang
mengakibatkan berkurangnya drainase humor akuos ke sudut bilik depan.
Glaukoma sudut tertutup biasanya bersifat:
- Herediter
- Lebih sering pada pasien rabun dekat (hipermetropia)
13

- Bilik mata depan dangkal sehingga makin dekat hubungan iris dengan tepi kornea
- Pada gonioskopi terlihat iris menempel pada tepi kornea
- Bila tekanan mata tinggi iris akan lebih terdorong ke depan sehingga makin menutup
jalan keluar cairan mata dan akibatnya dapat menimbulkan serangan glaukoma akut
Adapun suatu keadaan yang dinamakan Glaukoma Absolut yang merupakan
stadium terakhir suatu glaukoma dengan kebutaan total. Apabila disertai nyeri yang tidak
tertahan, dapat dilakukan suntikan alkohol retrobulber atau cyclocryotherapy.
A. Glaukoma Sudut Tertutup Akut
Pada glaukoma sudut tertutup tipe akut tekanan bola mata naik secara tiba-tiba
akibat terjadinya penutupan pengaliran keluar cairan mata secara mendadak. Tekanan
mendadak ini akan memberikan rasa sakit yang hebat terutama pada sisi mata yang
mendapat serangan akut. Beberapa gejala lain yang timbul yaitu rasa mual dan muntah,
mata menjadi merah, kornea keruh dan edematous, penglihatan kabur disertai adanya
halo. Kasus akut ini sering ditemukan dokter di ruang gawat darurat rumah sakit.
Serangan glaukoma dapat terjadi pada keadaan:
- Ruang gelap (bioskop) yang memungkinkan pupil melebar
- Memakai obat yang melebarkan pupil, atau obat-obat tertentu seperti anti depresan,
antihistamin dan anti muntah
Glaukoma akut merupakan keadaan darurat dimana penglihatan tidak akan
kembali bila tekanan tidak dapat diatasi dalam beberapa jam.
B. Glaukoma Sudut Tertutup Kronik
Tidak semua dengan glaukoma sudut tertutup akan mengalami serangan akut.
Glaukoma ini berjalan perlahan tanpa adanya peringatan, keluhan sering tidak jelas
sehingga penderita datang terlambat untuk mendapatkan perawatan dokter.
Pada glaukoma sudut tertutup kronik ini iris berangsur-angsur menutupi jalan
keluar tanpa gejala yang nyata. Pada keadaan ini perlahan-lahan terbentuk jaringan parut
antara iris dan jalan keluar cairan mata. Tekanan bola mata akan naik bila terjadi
gangguan jumlah cairan keluar akibat bertambahnya jaringan parut.

14

III.3.3 Glaukoma Sekunder


Glaukoma ini terjadi karena keadaan kesehatan lainnya, seperti:
- Katarak imatur atau hipermatur
Katarak imatur menimbulkan glaukoma karena lensa mencembung akibat menyerap
air sehinga mendorong iris ke depan yang akan menutup sudut bilik mata, sementara
pada katarak hipermatur akibat lensa yang matang, bahan lensa akan keluar dari
kapsulnya dan menutupi jalan keluar cairan pada sudut bilik mata (glaukoma
fakolitik).
- Cedera atau trauma pada mata
Cedera pada mata dapat mengakibatkan perdarahan ke dalam bilik mata depan
(hifema) yang menutupi cairan mata keluar.
- Uveitis
Uveitis dapat mengakibatkan perlengketan antara iris dengan lensa (sinekia posterior)
atau perlengketan antara pangkal iris dan tepi kornea (goniosinekia).
- Tumor di dalam mata
- Diabetes yang mengakibatkan glaukoma neovaskuler
Glaukoma neovaskuler selalu berhubungan dengan abnormalitas yang lain, terutama
diabetes, glaukoma neovaskuler tidak pernah berdiri sendiri. Terbentuk pembuluh
darah baru menghambat aliran cairan mata menuju ke jaringan trabekula. Glaukoma
tipe ini sangat sulit diterapi.
Tabel Diagnosis diferensial dari glaukom fakomorfik 20
Glaukoma fakomorfik

Sub akut, penurunan tajam penglihatan


perlahan, bentukan katarak, konfigurasi
sudut iridokornea yang teratur, penutupan
sudut yang menetap walau telah diterapi

Galukoma Sudut tertutup primer

dengan iridotomi
Nyeri akut, nasea, penurunan penglihatan
yang

cepat, biasanya

dapat sembuh

dengan iridotomi

15

Gambar dari: Atlas Ilmu Penyakit Mata karangan Sidarta Ilyas

II.3.4 Glaukoma Bertekanan Rendah atau Glaukoma Normotensif


Glaukoma normotensif atau dikenal juga dengan glaukoma bertekanan rendah
adalah glaukoma dengan kerusakan syaraf optik tanpa peningkatan tekanan intraokuler
mata, tekanan normal antara 10-20 mmHg. Penyebabnya sering tidak diketahui.
Penelitian labih lanjut terus dilakukan untuk mengetahui kenapa tekanan intraokuler yang
normal dapat menyebabkan kerusakan syaraf optik.
Riwayat keluarga menderita glaukoma, etnik Jepang dan memiliki penyakit
kardiovaskuler memiliki risiko lebih besar menderita glaukoma normotenif. Di Amerika
Utara diketahui prevalensi glaukoma ini lebih banyak menyerang wanita.
16

III.3.5 Glaukoma pada Usia Muda


Schele mengemukakan pembagian glaukoma pada usia muda yaitu:
-

Glaukoma infantum: yang dapat tampak pada waktu lahir atau pada umur 1-3 tahun
dan menyebabkan pembesaran bola mata karena elastisitasnya. Bola mata membesar
mengikuti meningginya TIO.

Glaukoma juvenil: didapatkan pada anak yang lebih besar (usia 3 tahun remaja
atau dewasa muda).
Glaukoma kongenital mulai terlihat sejak lahir dan kebanyakan didiagnosis

dalam tahun-tahun pertama kehidupan. Glaukoma kongenital dan infantil dapat tidak
disertai kelanan pada mata lain (primer) dan dapat terjadi pasca trauma, pasca operasi
ataupun karena proses radang. Glaukoma kongenital primer dapat disebabkan karena
gagal atau tidak terbentuknya anyaman trabekulum dan seringkali ditemukan adanya pola
herediter (diduga bersifat autosomal resesif). Pengobatan atau pembedahan sangat perlu
segera dilakukan.
Glaukoma juvenil biasanya bersifat herediter yang terdapat pada kromosom 1
lengan pendek, ditemukan pada usia 10-25 tahun dan cenderung pada orang-orang yang
menderita miopia tinggi.
Ada beberapa pendapat yang menerangkan patogenesis terjadinya suatu
glaukoma pada usia muda.
Menurut Anderson :
Adanya jaringan mesenkim embrional yang persisten di bagian

perifer bilik mata depan, menutup trabekula


Canalis Schlemm tidak terbentuk

Sedangkan menurut Seefelder : iris berinsersi pada garis Schwalbe (akhir dari membran
descemet) atau 1/3 anterior trabekula.
Adapun pendapat dari W.B. Clark : M. Siliaris Longitudinal berjalan ke muka dan
berinsersi pada trabekula sehingga bila serat-serat ini berkontraksi, menyebabkan Canalis
Schlemm tertutup.
Untuk menegakkan diagnosis, maka harus diperhatikan tanda-tanda dini yaitu:
fotofobi, lakrimasi, blefarospasme, kemudian timbul pengeruhan kornea, penambahan
17

diameter kornea, penambahan diameter bola mata dan peninggian TIO. Pada keadaan
lanjut dapat ditemukan:
-

Diameter kornea yang besar, 13-15 mm (buftalmus)

Robekan membran descemet

Kornea keruh secara difus


Pada keadaan seperti ini harus juga dipikirkan megalokornea dan kekeruhan

kornea akibat trauma forceps atau juga keratitis. Untuk menyingkirkan diagnosis banding
ini, perlu pemeriksaan tonometri, gonioskopi, dan ophtalmoskop.
III.4

Pemeriksaan Mata pada Glaukoma 1,6,7


Diagnosis glaukoma hanya dapat dilihat setalah melakukan beberapa

pemeriksaan pada mata, meliputi:


1.

Membuat anamnesis pribadi atau riwayat pada keluarga

2.

Melakukan pemeriksaan tekanan bola mata dengan tonometer

3.

Ophtalmoskopi untuk melihat kerusakan syaraf optik

4.

Perimetri untuk melihat keadaan lapang pandangan

5.

Gonioskopi untuk menentukan jenis glaukoma

6.

Uji provokasi
Sesungguhnya sukar menentukan tekanan bola mata seseorang dengan

glaukoma karena setiap mata mempunyai ukuran dan daya tahan yang berbeda. Tekanan
bola mata tidak tetap dari hari ke hari ataupun dari jam ke jam. Akibat fluktuasi ini
pemeriksaan tonometri saja tidaklah cukup. Penderita glaukoma dengan sudut terbuka
seringkali menunjukkan tekanan intraokuler yang normal sehingga diperlukan
pemeriksaan lain.
III.4.1 Mengukur Tekanan Bola Mata (Tonometri)
Tekanan bola mata diukur dengan berbagai cara, seperti:
1.

Cara Digital
Cara yang paling mudah, tetapi paling tidak cermat, karena bersifat subyektif.
Digunakan bila terpaksa dan tidak ada alat lain.

18

Caranya: Kedua jari telunjuk diletakkan di atas bola mata sambil penderita diminta
melihat ke bawah. Satu jari menekan, sedangkan jari lainnya menahan secara
bergantian. Tinggi rendahnya tekanan dicatat sbb:
TIO = N (normal)
N + 1 (agak tinggi)
N 1 (agak rendah)
N + 2 (tinggi)
2.

Cara Mekanik dengan Tonometer Schiotz


Keunggulan: harga terjangkau, praktis.
Kelemahan: ketelitian dalam beberapa hal kurang dapat diandalkan.
Caranya: Penderita berbaring dan mata ditetesi pantokain 1-2 %. Penderita diminta
melihat lurus ke suatu titik di langit-langit, atau diminta melihat ke salah satu jarinya
yang diacungkan di depan hidungnya. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan penderita.
Dengan ibu jari tangan kiri kelopak mata digeser ke atas tanpa menekan bola mata,
jari kelingking tangan kanan menahan kelopak inferior. Perlahan-lahan tonometer
diletakkan di atas kornea. Jarum tonometer akan menunjuk pada suatu angka di atas
skala. Tiap angka pada skala sesuai dengan jumlah Hg tekanan bola mata yang dapat
dibaca dari suatu tabel yang telah disediakan.
Apabila beban 5,5 gram tertera angka 3 atau kurang, perlu diukur dengan beban 7,5
atau 10 gram.

3.

Tonometer Non Kontak


Dengan tekanan udara pada permukaan kornea. Pemeriksaan ini kurang teliti karena
alat pengukur tidak berkontak dengan bola mata.

4.

Tonometer Aplanasi
Dilakukan dengan mata terlebih dahulu ditetes obat yang memberikan rasa baal
disertai zat warna fluoresein
Tekanan bola mata normal berkisar antara 15-20 mmHg. Penderita glaukoma

sebagian besar memiliki tekanan bola mata > 20 mmHg. Kadang-kadang terlihat
pengecualian dimana tekanan bola mata > 25 mmHg tapi tidak memperlihatkan kelainan
syaraf optik, keadaan ini disebabkan karena orang tersebut mempunyai daya tahan yang
lebih tinggi dibandingkan orang normal (hipertensi okuli).
19

Pada hipertensi okuli didapatkan tekanan intraokuler yang meninggi, tanpa


disertai suatu kelainan papil syaraf optik dan lapang pandangan. Tekanan intraokuler
antara 20-30 mmHg. Kerusakan papil baru terjadi dalam waktu yang lama. Tekanan
intraokuler yang tinggi perlu dikontrol dengan pengobatan dan secara teratur dikaji
keadaan papil dan lapang pandangan.
Sebaliknya dapat juga terjadi orang dengan tekanan bola mata < 20 mmHg
memperlihatkan kerusakan pada syaraf optik (glaukoma normotensif).

Gambar dari: Atlas Ilmu Penyakit Mata karangan Sidarta Ilyas

20

III.4.2 Ophtalmoskopi
Jika tersangka glaukoma ditemukan baik karena keluhan penderita ataupun
screening berdasarkan faktor risiko, seorang dokter bila memungkinkan sebaiknya
melakukan pemeriksaan ophtalmoskopi pada kedua mata, khusunya pada diskus optik
sebelum dirujuk.
Kerusakan pada syaraf optik seringkali ditemukan sebelum defisit lapang
pandangan ditemukan. Penemuan diagnostik termasuk pelebaran simetris cup and disc
(C/D) ratio lebih besar dari 0,5 dan rasio C/D asimetri antara dua mata 0,2 atau lebih.

Gambar 2. Diskus optikus


normal. Lihat batas tegas dari
diskus optikus, demarkasi yang
jelas dari cup, dan warna pink
cerah dari sisi neuroretinal.

Gambar 3. Rasio C/D pada


nervus optikus ini mendekati 0,6.
Hubungan klinis dengan riwayat
dari
pasien
dan
juga
pemeriksaan
menunjukkan
bahwa
nervus
optikus
ini
abnormal.

Gambar 4. Cup nervus optikus


yang bersifat glaukomatous.
Cup pada nervus optikus ini
membesar sampai 0,8, dan
terdapat penipisan yang khas
pada sisi inferior neuroretinal,
terbentuk suatu takik.

Gambar dari: http://www.aafp.org/afp/20030501/1937.html

III.4.3 Pemeriksaan Lapang Pandangan (Parametri)


Bila tekanan bola mata tidak normal dan terlihat kelainan pada papil syaraf
optik seharusnya dilakukan pemeriksaan lapang pandangan. Dengan melihat kerusakan
atau penyempitan lapang pandangan dapat diketahui adanya kerusakan syaraf optik
akibat glaukoma.
Pasien duduk santai dengan satu mata ditutup sedang mata yang lain menatap
sebuah titik di pusat suatu alat berbentuk parabola. Sebuah sumber cahaya kecil dipindahpindahkan dan bila mata melihat titik tersebut maka pasien diminta untuk menekan
tombol yang memberikan suatu bunyi. Dengan cara ini maka akan terlihat lapang

21

pandangan yang dapat dilihat, bercak hitam pada lapang pandangan dan bintik mata. Pada
keadaan yang parah yang terlihat hanya penglihatan sentral saja.

Gambar 5. Analisa lapang pandangan secara komputerisasi menunjukkan kerusakan lapang


pandangan yang progresif pada mata kiri pasien dengan glaukoma yang tidak terkontrol. (A)
Lapang pandangan pertama normal dan menunjukkan lokasi bintik buta dari nervus optikus. (B)
abnormalitas lapang pandangan pertama pada pasien ini adalah kerusakan lapang pandangan
daerah superior dan nasal. (C) Gangguan yang progresif, kerusakan lapang pandangan meluas
melibatkan bagian superior dan inferior. (D) Akhirnya, pada keadaan lebih lanjut, kerusakan luas
pada seluruh lapang pandangan, menyisakan bagian paling sentral dari penglihatan.

Gambar dari: http://www.aafp.org/afp/20030501/1937.html

III.4.4 Pemeriksaan Sudut Bilik Mata (Gonioskopi)


Gonioskopi adalah pemeriksaan untuk menilai sudut bilik mata depan dengan
menggunakan suatu lensa kontak khusus. Gonioskopi diperlukan untuk menilai lebar
sempitnya sudut bilik mata depan. Dengan gonioskopi dapat dibedakan antara glaukoma
22

sudut terbuka atau sudut tertutup. Dapat pula diperiksa apakah terjadi sinekia anterior
perifer serta meramalkan apakah suatu sudut mata akan mudah tertutup dikemudian hari.
Pada gonioskopi terdapat 5 area spesifik yang dievaluasi di semua kuadran yang
menjadi penanda anatomi dari sudut bilik mata depan:
a.

Iris perifer, khususnya insersinya ke badan siliar.

b.

Pita badan siliar, biasanya tampak abu-abu atau coklat.

c.

Taji sklera, biasanya tampak sebagai garis putih prominen di atas pita
badan silier.

d.

Trabekulum meshwork

e.

Garis Schwalbe, suatu tepi putih tipis tepat di tepi trabekula Meshwork.
Pembuluh darah umumnya terlihat pada sudut normal terutama pada biru.

Gambar dari: American Academy of Ophtalmology

23

Menurut Gori dan Posner, sudut BMD diklasifikasikan sebagai luas, sedang,
dan sempit.

Sudut luas (sekitar 40o) semua struktur dapat dilihat.

Sudut sedang (25o) hanya struktur di anterior taji sklera yang


dapat dilihat.

Sudut sempit (10o) hanya struktur di depan trabekulum


meshwork yang dapat terlihat.
Menurut Shaffer, sudut BMD diklasifikasikan sebagai:

Grade 4 (35-45o)
Merupakan sudut terluas khas untuk myopia dan afakia, dimana badan siliar dapat
dilihat dengan mudah.

Grade 3 (20-35o)
Sudut terbuka, setidaknya taji sklera dapat diidentifikasi.

Grade 2 (20o)
Sempit moderat, trabekulum dapat diidentifikasi. Penutupan sudut mungkin terjadi
tetapi jarang.

Grade 1 (10o)
Sangat sempit hanya garis Schawlbe yang terlihat, mungkin juga bagian atas
trabekulum dapat diidentifikasi.

Celah
Suatu keadaan tidak terdapatnya kontak iridokorneal yang nyata, tetapi tidak ada
struktur sudut yang dapat diidentifikasi. Sudut sperti ini memiliki ancaman
penutupan yang paling besar.

Grade 0
Penutupan dihasilkan dari kontak iridokorneal.

24

III.4.5 Uji Provokasi


A. Untuk Glaukoma Sudut Terbuka

Uji minum air


Penderita berpuasa, tanpa pengobatan selama 24 jam. Penderita minum air 1 liter
dalam 5 menit. Tekanan intraokuler diukur setiap 15 menit selama 1,5 jam.
Kenaikan > 8 mmHg dianggap glaukoma.

Pressure congestion test


Pasang tensi meter pada ketinggian 50-60 mmHg selama 1 menit. Kemudian ukur
tekanan intraokuler. Kenaikan > 9 mmHg mencurigakan, bila > 11 mmHg pasti
patologis.

Kombinasi uji minum air dengan pressure congestion test


Setengah jam setelah uji minum air dilakukan pressure congestion test. Kenaikan
> 11 mmHg mencurigakan, kenaikan > 39 mmHg pasti patologis.

Uji steroid
Diteteskan larutan dexamethasone 3-4 dd gtt I, selama 2 minggu. Kenaikan TIO 8
mmHg menunjukkan glaukoma.

B. Untuk Glaukoma Sudut Tertutup

Uji kamar gelap


Penderita duduk di tempat gelap selama 1 jam, tidak boleh tidur. Terjadi midriasis
yang mengganggu aliran cairan bilik mata ke trabekulum. Kenaikan > 10 mmHg
pasti patologis, sedangkan kenaikan 8 mmHg mencurigakan.

Uji membaca
Penderita diminta membaca huruf kecil pada jarak dekat selama 45 menit.
Kenaikan tensi 10-15 mmHg patologis.

Uji midriasis
Dengan meneteskan midriatika seperti kokain 2 %, homatropin 1%. TIO diukur
setiap 15 menit selama 1 jam. Kenaikan 5 mmHg mencurigakan sedangkan > 7
mmHg pasti patologis.

25

Uji bersujud (prone position test)


Penderita disuruh besujud selama 1 jam. Kenaikan TIO 8-10 mmHg menandakan
mungkin ada sudut yang tertutup.

III.5

Pengobatan Glaukoma dan Efek Sampingnya 1,3,6,7,8,9


Pengobatan glaukoma bertujuan untuk mengontrol tekanan bola mata sehingga

tidak memberikan kerusakan pada syaraf optik dan lapang pandangan, penderita
glaukoma perlu diperiksa secara teratur dan memakai obat antiglaukoma seumur hidup.
Uraian antara pasien dan dokter perlu jelas karena akan diketahui kondisi dan pengaruh
obat terhadap pasien serta merencanakan pengobatannya, perlu diberikan penjelasan
mengenai manfaat obat dan efek samping yang dapat timbul.
Tujuan pengobatan untuk mencegah berlanjutnya gangguan penglihatan atau
lapang pandangan. Penglihatan yang telah hilang pada glaukoma tidak akan dapat
menjadi normal kembali. Tekanan yang direndahkan tidak berarti memperbaiki
penglihatan akan tetapi bertujuan untuk mempertahankan sisa penglihatan agar kebutaan
tidak terjadi.
III.5.1 Medikamentosa
Terdapat variasi pengobatan glaukoma yang dapat diberikan baik tunggal
ataupun kombinasi dengan obat lain atau bersama-sama terapi operatif/laser untuk
mengontrol tekanan bola mata.
Beberapa tetas mata yang dipakai adalah:
1.

Beta Bloker
-

Golongan ini telah digunakan bertahun-tahun. Timolol merupakan jenis beta


bloker yang paling dikenal. Pemakaiannya 1-2 kali sehari untuk menurunkan
pembentukan cairan mata dan membantu menurunkan tekanan intraokuler.

Beberapa efek samping yang biasa ditemukan:


Menurunkan heart rate
Menurunkan tekanan darah
26

Lemas
Sesak nafas
Menurunkan libido
Depresi
2.

Analog Prostaglandin
Golongan ini merupakan jenis pengobatan terbaru glaukoma
-

Termasuk Travaprost dan Latanoprost


Pertama kali diperkenalkan pada tahun 1996 dan bekerja dengan cara
meningkatkan aliran cairan mata keluar dan membantu menurunkan tekanan
intraokuler.

Efek samping yang biasa ditemukan:


Hiperemia (merah pada mata)
Rasa menyengat
Gatal
Pandangan kabur

3.

Alfa Agonis
-

Golongan ini berfungsi untuk menurunkan produksi cairan mata dan


meningkatkan aliran cairan keluar dari mata sehingga menurunkan tekanan
intraokuler. Pemakaiannya 3 kali sehari. Brimonidine merupakan jenis yang
biasa digunakan.

Efek samping yang biasa ditemukan:


Rasa menyengat pada mata
Mual, lemas
Sakit kepala
Rasa kering pada mulut dan hidung

4.

Inhibitor Karbonik Anhidrase


-

Golongan ini tersedia dalam bentuk tablet ataupun tetes mata seperti Brizolamide
atau Dorzolamide. Tetes mata digunakan 3 kali sehari. Golongan ini menurunkan
produksi cairan mata dan menurunkan tekanan intraokuler.

Efek samping yang biasa ditemukan:


27

Rasa nyeri pada mata


Diare
Batu ginjal
Depresi dan pelupa
5.

Miotik
-

Pilokarpin adalah pengobatan yang sering digunakan dan telah lama tersedia.
Digunakan 3-4 kali sehari. Miotik meningkatkan aliran cairan mata keluar
dengan cara menurunkan ukuran pupil dan tekanan intraokuler.

Efek samping yang biasa ditemukan:


Pandangan kabur
Penglihatan berkurang pada malam hari

Tabel 2. Pengobatan Glaukoma


Obat topikal

Efek

pada Efek sistemik

mata

Kontra

Interaksi

Catatan

indikasi

obat

klinis

Efek nokturnal

Beta Bloker
Nonselektif
Timolol

Rasa terbakar/

Menurunkan

Asma, PPOK,

Gunakan

maleate

menyengat,

denyut

gagal jantung,

secara

(Timoptic,

mata

cardiac output,

sinus

hati

dengan

Timoptic-XE)

sementara

bronkospasme,

bradikardia,

oral

beta

(terutama pada

hipotensi,

blok

bloker,

gel), fotofobia,

depresi,

atrioventrikul

kalsium

konjunctivitis,

menurunkan

er derajat 2/3,

channel

blepharitis,

libido,

hipersensitif

bloker,

keratitis

impotensi,

terhadap beta

quinidine,

pungtata,

memperburuk

bloker

digitalis

dermatitis

profil

kontak,

menurunkan

katekolamin

eritema

respon terhadap

(seperti

kelopak mata

hipoglikemia,

reserpin)

kabur

nadi/

lipid,

hati-

kurang,
takifilaksis

dan

obat penurun

pembedahan
atau anafilaksis
Levobunolol

Meningkatkan

Sama

seperti

Sama seperti

Sama seperti

Tetesan ukuran

28

(Betagan)

timolol

timolol

timolol, plus

timolol

terbesar

Sama seperti

Sama seperti

Memiliki

timolol

timolol

beberapa

hipersensitif
pada
preservatif
sulfit
Carteolol

Sama

(Ocupress)

timolol

seperti

Sama

seperti

timolol

aktivitas
simpatomimetik
Metipranolol

Memiliki efek

Sama

(Optipranolol)

pada

timolol

mata

terbesar
beta

seperti

Sama seperti

Sama seperti

timolol

timolol

dari
bloker

pada grup ini,


uveitis anterior
Selektif
Betaxolol

Meningkatkan

Jarang,

efek

Sinus

Sama seperti

(Betoptic,

timolol

samping

pada

bradikardia,

timolol, plus

kardiopulmoner

blok

obat

lebih

atrioventrikul

antagonis

dibandingkan

er derajat 2/3,

psikotrofik

timolol

gagal jantung

adrenergik

Betoptic S)

sedikit

seperti
thioridazine
(Mellaril)

Miotik
Pilocarpine

Rasa terbakar,

Berkeringat,

Hipersensitif,

Bisa menjadi

Mata

(Isoptocarpine,

mata

salivasi, sering

asma

presipitat jika

meningkat pada

Ocusert Pilo)

kesulitan

BAK,

tak terkontrol,

dipakai

sediaan

penglihatan

diare,

iritis akut

dengan

miosis menurun

malam

hari,

bronkospasme,

sodium

pada

Ocusert

miosis

atau

kolik

sulfacetamide

Pilo,

lepasnya

kabur,

nausea,

biliaris,

yang

kabur
gel,

berakomodasi,

perubahan

retina

opasitas lensa

status

mental,

meningkat pada

(jarang),

variasi

respon

pasien myopia,

lepasnya retina

kardiovaskuler

(jarang),

gunakan secara
hati-hati

pada

29

berisiko terjadi

pasien

dengan

glaukoma

katarak,

sudut tertutup

hipertiroid,

(jarang)

parkinson

atau

obstruksi
saluran kemih
Inhibitor
Karbonik
Anhidrase
Dorzolamide

Rasa terbakar,

Gangguan

Hipersensitif

Tidak

Lensa

kontak

(Trusopt)

keratitis

pengecapan,

pada

dianjurkan

harus

dilepas,

pungtata,

sakit

sulfonamide,

penggunaan

boleh

dipakai

sistemik, bisa

lagi setelah 15

kepala,

alergi

mata,

nausea, astenia,

cedera

lebih

tinggi

batu

atau

meningkatkan

menit

pembedahan

efek

pengobatan,

efeknya

ginjal

(jarang)

mata

terapi

setelah

dibanding

salisilat, bisa

tidak dianjurkan

timolol

meningkatkan

pada

keasaman

dengan

obat,

dan

menghambat
ginjal

untuk

eksresi

obat

pasien

disfungsi hepar
atau renal

dasar
Brinzolamide

Efeknya lebih

Gangguan

Hipersensitif

Sama seperti

Sama

(Azopt)

rendah

pengecapan,

pada

dorzolamide

dorzolamide

dibandingkan

sakit

sulfonamide

dengan

seperti rhinitis

Lebih

kepala,

seperti

dorzolamide,
blepharitis,
sensasi seperti
benda asing
Simpatomime
tik
Epinefrin-like
Dipivefrin

Rasa terbakar,

Meningkatkan

Glaukoma

Gunakan

(Propine)

konjunctivitis

tekanan

sudut tertutup

secara

folikuler,

aritmia, tremor

darah,

hati

hatidengan

efeknya
mata

rendah
pada
dan

30

edema makula

obat

kardio

sistemik

vaskuler atau

dibandingkan

stimulansia

epinefrin,
gunakan

hati-

hati pada pasien


dengan penyakit
kardiovaskuler
Clonidin-like

Takifilaksis

Brimodine

Gangguan

Sakit

(Alphagan)

konjunctiva,
alergi

mata

(kurang

dari

apraclonidine,
lebih

kepala,

Krisis

Gunakan

mengantuk,

hipertensi,

secara

lelah,

terapi dengan

hati

respon tekanan

inhibitor

pengobatan

disfungsi hepar

darah

monoamine

antihipertensi

atau renal

oksidase,

dan digitalis

variasi

dari

timolol)

(jarang),
hati-

dengan

tidak

dianjurkan pada
pasien

dengan

hipersensitif
pada clonodin
(Catapres)

Takifilaksis

Apraclonidine

Alergi/reaksi

Meningkatkan

Sama seperti

Sama seperti

(sering),

(Iopidine)

lokal,

efek dari SSP,

Brimonidine

Brimonidine

adjunctif jangka

perubahan

perubahan

pendek,

aktivitas visual

aktivitas visual

terapi

sementara

obat
bukan
lini

pertama

Analog
Prostaglandin

Prodrug,

Latanoprost

Rasa terbakar/

Sakit

kepala,

(Xalatan)

menyengat,

gejala

ISPA,

pigmentasi

nyeri

dada

iris,

keratitis

pungtata

Hipersensitif,

Bisa menjadi

menurunkan

glaukoma

presipitat

tekanan

sudut

dengan tetes

intraokuler

(jarang),

tertutup,

mata

diurnal,

mialgia (jarang)

infeksi

mata

atau inflamasi

yang

tidak

berisi

dianjurkan pada

thimerosol

pasien

(antiseptik)

disfungsi hepar

dengan

atau renal

Dikutip dari: http://www.aafp.org/afp/990401ap/1871.html

31

Kegagalan hasil pengobatan dapat disebabkan oleh kesalahan dalam tehnik


pemakaian obat, walaupun pasien memakai semua obat sesuai resep. Menutup saluran
nasolakrimal berguna karena bila obat diteteskan pada mata, obat akan masuk ke rongga
hidung. Obat yang masuk hidung akan masuk ke dalam peredaran darah dan memberikan
efek samping. Untuk mencegah hal ini maka pada saat meneteskan obat ke mata maka
tempat pengaliran obat masuk hidung (pungtum lakrimal) ditutup dengan jari selama 1-2
menit.

Gambar 6. Absorbsi sistemik obat topikal antiglaukoma terjadi secara primer melalui duktus
nasolakrimal

Gambar dari: http://www.aafp.org/afp/990401ap/1871.html

III.5.2 Laser pada Glaukoma


Bedah laser dilakukan pada berbagai jenis glaukoma dan dapat dilakukan
sebagai tambahan pengobatan media. Susunan mata yang terdiri atas kornea yang jernih
mengakibatkan mudahnya sinar laser diarahkan pada jaringan yang akan diperbaiki di
dalam mata. Bedah laser memberikan hasil cepat, sederhana, yang biasanya tidak sakit.

32

Beberapa tahun terakhir ini terdapat pendapat yang menyatakan bahwa bedah
laser merupakan bedah alternatif yang aman dibanding pengobatan pada pasien
glaukoma.
A. Bedah Laser Pada Glaukoma Sudut Terbuka
Tehnik

laser

yang

digunakan

adalah

dengan

trabekuloplasti

laser.

Trabekuloplasti laser dilakukan dengan membakar daerah anyaman trabekulum yang


akan mempercepat pengaliran cairan mata keluar. Tindakan ini dilakukan dengan berobat
jalan dimana tindakan laser memakan waktu tidak lebih dari 1 jam, tanpa memberikan
rasa sakit.
Hasil trabekuloplasti laser akan lebih baik pada keadaan berikut:
-

Pasien usia lanjut

Belum pernah mendapat pembedahan

Glaukoma bertekanan rendah

Tidak ada peradangan


Tindakan laser akan menurunkan tekanan pada 80% pasien dengan glaukoma

sudut terbuka. Pada pasien yang tidak berhasil laser tidak akan memberikan kesulitan
baru.
B. Bedah Laser Pada Glaukoma Sudut Tertutup
Tehnik laser yang digunakan adalah dengan iridotomi laser. Iridotomi laser ini
dilakukan untuk mendapatkan lubang pada bagian iris yang berwarna. Pada keadaan ini
dibuat sebuah lubang kecil pada selaput pelangi perifer.
Iridotomi laser adalah prosedur yang terbaik dilakukan pada glaukoma sudut
tertutup. Pada glaukoma sudut tertutup secara rutin tidak dipakai tetes mata kecuali bila
tekanan tinggi. Pada keadaan kemungkinan terjadinya glaukoma sudut tertutup maka
dilakukan iridotomi perifer.
III.5.3 Tindakan Bedah pada Glaukoma
Beberapa penderita glaukoma tidak dapat diatasi dengan pengobatan tetes mata,
tablet dan laser untuk menurunkan tekanan bola mata. Keadaan ini dapat ditolong dengan
33

tindakan bedah yang mempergunakan mikroskop untuk menurunkan tekanan bola mata.
Tujuan pembedahan pada glaukoma adalah membuat filtrasi jalan keluar cairan mata.
Terdapat berbagai tehnik bedah glaukoma dalam upaya agar pasien tidak
memakai obat untuk glaukoma yang dideritanya. Seperti setiap tindakan bedah, maka
operasi glaukoma dapat saja memberikan beberapa penyulit atau komplikasi seperti
infeksi, perdarahan, perubahan tekanan bola mata yang diharapkan dan hilangnya
penglihatan.
Pemilihan jenis operasi yang baik untuk setiap pasien tegantung banyak faktor
seperti tipe dan beratnya glaukoma.
A. Bedah Filtrasi
Bedah filtrasi dilakukan dengan anestesi lokal dan kadang-kadang sedikit obat
tidur, tanpa perlu pasien dirawat.
Dengan memakai alat sangat halus diangkat sebagian kecil sklera sehingga
terbentuk satu lubang. Melalui celah sklera yang dibentuk, cairan mata akan keluar
sehingga tekanan bola mata berkurang, yang kemudian diserap di bawah konjuctiva.
Pasca bedah pasien harus memakai penutup mata dan mata yang di bedah tidak
boleh kena air. Untuk sementara pasien pasca bedah glaukoma dilarang bekerja berat.
B. Trabekulektomi
Bedah trabekulektomi merupakan tehnik bedah untuk mengalirkan cairan
melalui saluran yang ada. Pada trabekulektomi ini cairan mata tetap terbentuk normal
akan tetapi pengaliran keluarnya dipercepat atau salurannya diperluas.
Bedah trabekulektomi membuat katup sklera sehingga cairan mata keluar dan
masuk di bawah konjunctiva. Untuk mencegah jaringan parut yang terbentuk diberikan 5
fluorouracil atau mitomisin. Dapat dibuat lubang filtrasi yang besar sehingga tekanan
bola mata sangat menurun.
Pembedahan ini memakan waktu tidak lebih dari 30 menit. Setelah pembedahan
perlu diamati pada 4-6 minggu pertama. Untuk melihat keadaan tekanan mata setelah
pembedahan. Biasanya pengobatan akan dikurangi secara perlahan-lahan.

34

C. Bedah Filtrasi Dengan Implan


Pada keadaan tertentu adalah tidak mungkin untuk membuat filtrasi secara
umum sehingga perlu dibuatkan saluran buatan (artifisial) yang ditanamkan ke dalam
mata untuk drainase cairan mata keluar.
Beberapa ahli berusaha membuat alat yang dapat mempercepat keluarnya cairan
bilik mata depan. Upaya di dalam membuat alat ini adalah:
-

Dapat mengeluarkan cairan mata yang berlebihan

Keluarnya tidak hanya dalam jumlah dan persentase

Mengatur tekanan maksimum, minimum optimal, seperti hidrostat

Tahan tehadap kemungkinan penutupan

Minimal terjadinya hipotensi

Desain yang menghindarkan migrasi dan infeksi

Bersifat atraumatik

D. Siklodestruksi
Tindakan lain yang dapat dilakukan adalah mengurangkan produksi cairan mata
oleh badan siliar yang masuk ke dalam bola mata. Diketahui bahwa cairan mata ini
dikeluarkan terutama oleh pembuluh darah di badan siliar dalam bola mata. Pada
siklodestruksi dilakukan perusakan sebagian badan siliar sehingga pembentukan cairan
mata berkurang. Tindakan ini jarang dilakukan karena biasanya tindakan bedah utama
adalah bedah filtrasi.
III.6

Prognosis 1,8
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga di Indonesia, terdapat

sekitar 0,40% penderita glaukoma di Indonesia yang mengakibatkan kebutaan pada


0,16% penduduk. Glaukoma sering terdapat pada usia lanjut walaupun dapat mengenai
semua umur.
Glaukoma disebut juga sebagai maling penglihatan, karena sering tidak
menunjukka gejala atau keluhan pada penderitanya sampai terjadinya kerusakan syaraf
optik yang mengakibatkan gangguan lapang pandangan sehingga terjadi kebutaan.
Kerusakan syaraf mata pada glaukoma merupakan kelainan syaraf yang tidak dapat
35

normal kembali. Apabila diagnosis glaukoma sudah ditegakkan maka usaha yang
dilakukan mempertahankan agar tidak terjadi kerusakan saraf optik selanjutnya.
Pengobatan yang tepat akan mencegah terjadi kerusakan lapang pandangan dan
penglihatan.
Yang terpenting dalam pengobatan glaukoma adalah untuk menjalani
pengobatan, pasien glaukoma perlu diperiksa secara teratur dan memakai obat
antiglaukoma seumur hidupnya. Gangguan yang telah berat masih perlu mendapat
pengobatan untuk mencegah kerusakan lanjut. Sebagai seorang dokter, perlu untuk
menjelaskan manfaat dan efek samping dari pengobatan yang diberikan, selain itu pasien
juga harus mendapatkan informasi mengenai tehnik pemakaian obat.
Pada glaukoma akut tindakan operatif merupakan pilihan utama, terapi dengan
pengobatan hanya merupakan pendahuluan sebelum operasi dilakukan. Pengobatan harus
diberikan secara cepat karena jika lebih dari 2 hari maka sinekia anterior perifer sudah
kuat dan pengobatan yang diberikan tidak berguna lagi. Tindakan operatif juga dilakukan
apabila penderita menjalani pengobatan tidak teratur. Pada glaukoma anak yang
asimptomatik saat lahir dan onset timbul pada usia kurang dari 24 bulan memiliki
prognosis lebih baik terutama bila segera dilakukan tindakan operatif.
Tanpa pengobatan, glaukoma dapat berkembang secara perlahan sehingga
akhirnya menimbulkan kebutaan. Apabila obat tetes antiglaukoma dapat mengontrol
tekanan intraokuler pada mata yang belum mengalami kerusakan luas prognosis akan
baik. Apabila proses penyakit terdeteksi secara dini, sebagian besar pasien glaukoma
dapat ditangani dengan baik secara medis.

36

BAB IV
ANALISIS KASUS
Glaukoma merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh pencekungan diskus
optikus dan pengecilan lapangan pandang yang biasanya disebabkan karena peningkatan
tekanan intraokuler. Mekanisme peningkatan tekanan intraokuler pada glaukoma adalah
akibat produksi cairan akuos yang berlebihan, adanya gangguan aliran keluar cairan
akuos akibat kelainan sistem drainase sudut bilik mata depan atau gangguan akses cairan
akuos ke sistem drainase dan akibat tekanan yang tinggi pada vena episklera.
Berdasarkan penyebabnya, glaukoma sudut tertutup dapat dibedakan menjadi
primer dan sekunder. Terminologi primer digunakan jika tidak ditemukan penyebab yang
mendasari terjadinya glaukoma, sedangkan sekunder dipakai jika suatu kelainan yang
berperan dalam patogenesis terjadinya glaukoma dapat diidentifikasi. Glaukoma sudut
tertutup dapat diklasifikasikan menjadi akut, subakut, dan kronik. Glaukoma sudut
tertutup akut timbul jika tekanan intra okuler meningkat dengan cepat akibat penutupan
trabekula secara tiba-tiba. Pada subakut didapatkan episode pandangan kabur, halo, nyeri
ringan disebabkan peningkatan tekanan inraokuler yang hilang timbul secara spontan.
Kondisi kronis dapat berkembang setelah serangan akut dimana terdapat penutupan sudut
bilik mata depan oleh sinekia secara bertahap disertai peningkatan tekanan intraokuler
secara perlahan. Pada kondisi ini sering didapatkan Peripheral Anterior Synechiae (PAS)
yang permanen, peningkatan tekanan intraokuler, penggaungan papil nervus optikus dan
gangguan lapangan pandang.
Pada mata dengan pmbentukan katarak yang lanjut, terjadi pembngkakan dari
lensa atau intumensent. Penurunan sudut iridokorneal berlangsung secara progresif. Pada
beberapa kasus, glaukoma sudut tertutup disebabkan oleh perubahan pada ukuran
daripada lensa dan posisi permukaan anterior lensa.18 Pada PACG primer didapatkan
penyempitan sudut yang tidak merata di setip bagian, sedangkan pada galukoma
fakomorfik, penyempitan sudut terjadi secara merata disetiap bagian.19
Seorang wanita berumur 53 tahun, tidak bekerja dan bertempat tinggal di dalam
kota, datang ke RSMH dengan keluhan utama nyeri pada mata kanan. Riwayat perjalanan
penyakit penderita didapatkan keluhan penurunan tajam penglihatan disertai penglihatan
37

seperti melihat kabut sejak 1 tahun yang lalu. Dari keluhan utama dan riwayat perjalanan
penyakit ini dapat dipikirkan beberapa diagnosis banding untuk penyakit mata dengan
mata

merah visus menurun, diantaranya erosi, keratitis uluks, glaukoma akut, dan

uveitis. Seadangkan diagnosa banding untuk penyakit mata dengan peningkatan tekanan
okuli, defek lapangan pandang, dan katarak antara lain glaukima fakomorfik, galukoma
fakolitik, dan galukoma fakoanafilaktik. Untuk keluhan nyeri kepala yang dirasakan oleh
penderita, dapat dipikirkan diagnosis bandingnya antara lain hipertensi, migrain, kelainan
refraksi dan glaukoma. Nyeri kepala yang dirasakan meliputi seluruh kepala terutama di
sekitar mata kanan sehingga hipertensi dan migraine dapat disingkirkan. Karena biasanya
nyeri kepala pada hipertensi terutama dirasakan seperti rasa berat di tengkuk, sedangkan
nyeri kepala pada migraine hanya dirasakan di sebelah kepala. Nyeri yang datang tibatiba pada saat penderita sedang beristirahat dapat menyingkirkan diagnosis banding
kelainan refraksi karena pada kelainan refraksi seperti hipermetropia nyeri kepala
biasanya timbul pada saat penderita membaca terlalu lama, disertai dengan keluhan mata
terasa lelah.
Diagnosis pasti ditegakkan dengan cara menyingkirkan differensial diagnostik
berdasarkan anmnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Penderita ini kami
diagnosa sebagai glaukoma fakomorfik sudut sempit OD dan katarak immature ODS.
Pada pemeriksaan anamesis didapatkan keluhan nyeri didalam dan disekitar mata kanan,
penglihatan kabur, mata berair-air, penglihatan seperti melihat kabut, pengelihatan halo
positif, dan mix injeksi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan bilik mata kanan dangkal,
lensa mata kiri dan kanan keruh dengan shadow test positif, segmen posterior OD papil
bulat, batas tegas, warna pucat, dan rasio cup per disk 0,8; tonometri didapatkan
peningkatan tekanan intraokuler; pemeriksaan perimetri didapatkan penyempitan
lapangan pandang OD, dan pada gonioskopi didapatkan gambaran sudut tertutup OD.
Pada mata kanan didiagnosis glaukoma fakomorfik sudut tertutup karena sudah terjadi
defek lapangan pandang, peningkatan tekanan intra okuler, optic neruropati, dan katarak
immatur. Pada pemeriksaan dengan sinar sentelop, didapatkan bilik mata depan yang
dangkal. Dengan gonioskopi didapatkan sudut bilik mata depan sempit yaitu Shaffer 1
mata kanan tanpa disertai pembentukan PAS.

38

Tujuan utama terapi glaukoma adalah untuk memperlambat dan menghentikan


kerusakan dari nervus optikus yang disebabkan oleh proses glaukoma. Satu-satunya jalan
adalah dengan menurunkan tekanan intraokuler sampai batas dimana tidak terjadi
kerusakan nervus optikus. Penentuan batas tekanan intraokuler yang aman terhadap papil
nervus ptikus masih belum mencapai kesepakatan. Kerusakan yang minimal ditentukan
penurunan 15-20 mmHg, kerusakan sedang diturunkan mencapai 11-15 mmHg.
Pengobatan glaukoma untuk tahap awal menggunakan terapi medikamentosa. Setiap jenis
obat glaukoma mempunyai persentase sendiri untuk menurunkan tekanan intraokuler.
Berdasarkan hal tersebut dapat diperkirakan terapi apa yang akan diberikan kepada
penderita. Untuk penderita ini diberikan terapi awal berupa Timolol maleate 0,5% ED
2x1 tetes ODS/hari, Polimiksin, Neomisin, deksamethasone 6x1 tetes OD/hari,
Brinzolamide ED 2x1 tetes ODS/hari, dan dilanjutkan dengan tindakan operasi Pro
ekstraksi katarak.20
Timolol maleate merupakan suatu agen topikal golongan penghambat beta non
selektif yang menurunkan tekanan intraokuler dengan menghambat cAMP pada epitel
siliaris sehingga menurunkan sekresi humor akuos sebanyak 20-30%. Tetapi obat ini
tidak direkomendasikan pada penderita asma dan kelainan jantung karena dapat memicu
terjadinya bronkspasme, bradikardi, penurunan tekanan darah, depresi system saraf pusat
dan meningkatkan blok jantung.
Azopt/Brinzolamide merupakan agen yang menurunkan produksi akuos humor
melalui aktifitas langsung menghambat enzim karbonik anhidrase di epitel siliaris. Pada
kondisi glaukoma akut atau tekanan yang terlalu tinggi pemberian sistemik lebih berguna.
Polimiksin, Neomisin, dan deksamethasone di berikan untuk mengurangi reaksi
peradangan yang terjadi akibat proses akut yang terjadi.
Pada

glaukoma

fakomorfik

sudut

sempit

dan

tertutup

dipilih

terapi

medikamentosa dikuti dengan terapi operatif sesuai dengan etiologi. Tindakan operatif
bertujuan untuk menurunkan resiko terjadinya kerusakan nervus optikus lebih lanjut serta
mencegah serangan akut pada glaukoma sudut sempit.20

39

Glaukoma fakomorfik pada pasien menimbulkan keluhan berupa nyeri pada bola
mata dan sakit kepala, sehingga pada kasus ini diobati dengan pilihan terapi
medikamentosa dan ekstraksi katarak pada keadaan tekanan intraokuler normal. Hal ini
dilakukan dengan pertimbangan kondisi mata kanan yang tenang dan kosmetik.

40

Anda mungkin juga menyukai