Anda di halaman 1dari 54

KUSTA, DERMATOFITOSIS, DERMATITIS ATOPIK,

DERMATITIS KONTAK ALERGIKA (DKA),


DERMATITIS SEBOROIK, GONORE,
HERPES ZOSTER
Oleh
Dr.Rizqa Haerani S,SpKK,MKes
27 Mei 2014

KUSTA

DIAGNOSIS
Tanda Patognomonis
Tanda-tanda pada kulit
Perhatikan setiap bercak,
bintil
(nodul),
Bercak
berbentuk plakat dengan
kulit mengkilat atau kering
bersisik.
Kulit
tidak
berkeringat dan berambut.
Terdapat baal pada lesi
kulit, hilang sensasi nyeri
dan suhu, bercak putih.
Pada kulit dapat pula
ditemukan nodul.

DIAGNOSIS
Tanda Patognomonis
Tanda-tanda pada saraf
Penebalan nervus perifer,
nyeri tekan dan atau
spontan
pada
saraf,
kesemutan,
tertusuktusuk dan nyeri pada
anggota
gerak,
kelemahan anggota gerak
dan atau wajah, adanya
deformitas, ulkus yang
sulit sembuh.

Tanda Lain
Bercak keputihan atau
kemerahan
Mati rasa/ kurang rasa
Bercak berbatas tegas
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan
mikroskopis kuman
BTA pada sediaan
kerokan
jaringan
kulit.

PENEGAKAN DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan apabila terdapat satu dari tandatanda utama atau cardinal (cardinal signs), yaitu:
Kelainan (lesi) kulit yang mati rasa
Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi
saraf
Adanya basil tahan asam (BTA) dalam kerokan jaringan
kulit (slit skin smear)
Sebagian besar pasien kusta diDiagnosis berdasarkan
pemeriksaan klinis

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan
Berikan informasi mengenai kondisi pasien saat ini, serta
pengobatan serta pentingnya kepatuhan untuk eliminasi
penyakit.
Higiene diri dan pola makan yang baik perlu dilakukan.
Pasien dimotivasi untuk memulai terapi hingga selesai
terapi dilaksanakan.
Terapi menggunakan Multi Drug Therapy (MDT). Salah
satu obatnya adalah rifampisin.
Terapi PB lebih pendek daripada terapi MB

Penatalaksanaan
Rifampisin: 10-15 mg/kgBB
Dapson: 1-2 mg/kgBB
Lampren: 1 mg/kgBB
Obat penunjang ( vitamin/ roboransia )
Untuk yang alergi dapson dapat diganti
lampren
Pasien PB minum obat sampai 6-9 bulan
Pasien MB minum obat selama 12 18 bulan

DERMATOFITOSIS

Definisi
Dermatofitosis: infeksi jamur dermatofita
mencernakan keratin di jaringan yang mengandung
zat tanduk str korneum pd epidermis,rambut,kuku
Penularan --kontak langsung
Sumber penularan:
manusia (jamur antropofilik)
binatang (jamur zoofilik)
tanah (jamur geofilik).

Keluhan
Bercak merah bersisik yang gatal.
Adanya riwayat kontak dengan orang yang
mengalami dermatofitosis.
Faktor Risiko

Lingkungan yang lembab dan panas


Imunodefisiensi
Obesitas
Diabetes Melitus

Pemeriksaan Fisik
Gambaran umum:
Lesi berbentuk infiltrat eritematosa, berbatas tegas,
dengan bagian tepi lebih aktif, dan konfigurasi polisiklik.

Lesi dapat dijumpai di daerah kulit berambut


terminal, berambut velus (glabrosa) dan kuku.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan KOH: hifa panjang dan
artrospora.

Penegakan Diagnosis (Assessment)


Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis
dan Pemeriksaan Fisik.
Bila diperlukan dilakukan pemeriksaan
penunjang.

Klasifikasi Dermatofitosis
Berdasarkan lokasi:
Tinea kapitis -- pd kulit dan rambut kepala
Tinea barbe -- pada dagu dan jenggot
Tinea kruris -- genitokrural, sekitar anus, bokong, perut bawah.
Tinea pedis et manum -- pada kaki dan tangan
Tinea unguium -- pada kuku jari tangan dan kaki
Tinea korporis, pada bagian lain yang tidak termasuk bentuk 5
tinea di atas.
Bila terjadi di seluruh tubuh disebut dengan tinea
imbrikata.

Penatalaksanaan

Hygiene diri
Topikal :
Antifungal topikal seperti krim klotrimazol, mikonazol, atau
terbinafin
Pengobatan sistemik dengan:
Griseofulvin : dosis 0,5-1 g untuk orang dewasa dan 0,25
0,5 g untuk anak-anak sehari atau 10-25 mg/kgBB/hari,
terbagi dalam 2 dosis.
Golongan azol, seperti:
Ketokonazol: 200 mg/hari,
Itrakonazol: 100 mg/hari, atau
Terbinafin: 250 mg/hari
Pengobatan diberikan 10-14 hari pada pagi hari setelah makan.

DERMATITIS ATOPIK

Dermatitis Atopik (DA) adalah peradangan


kulit berulang dan kronis dengan disertai
gatal.
Pada umumnya terjadi selama masa bayi dan
anak-anak dan sering berhubungan dengan
peningkatan kadar IgE dalam serum serta
riwayat atopi pada keluarga atau penderita.

Keluhan
Gatal yang bervariasi - hilang timbul sepanjang hari, (lebih
hebat pada malam hari).
Pasien biasanya mempunyai riwayat juga sering merasa
cemas, egois, frustasi, agresif, atau merasa tertekan.

Pemeriksaan Fisik
Tanda Patognomonis
Kulit penderita DA
Perabaan Kering,
Pucat/redup,
Jari tangan teraba dingin.
Terdapat papul, likenifikasi, eritema, erosi,
eksoriasi, eksudasi dan krusta pada lokasi
predileksi.

Pemeriksaan Penunjang: (bila diperlukan)


Pemeriksaan IgE serum

Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan:
anamnesis dan
Pemeriksaan fisik : 3 kriteria mayor dan 3 kriteria
minor dari kriteria Williams (1994)

Kriteria Mayor:
1. Pruritus
2. Dermatitis di muka atau
ekstensor pada bayi dan anak
3. Dermatitis di fleksura pada
dewasa
4. Dermatitis kronis atau berulang
5. Riwayat atopi pada penderita
atau keluarganya

Kriteria minor:
1. Xerosis.
2. Infeksi kulit (khususnya oleh S. aureus atau virus
herpes simpleks).
3. Iktiosis/ hiperliniar palmaris/ keratosis piliaris.
4. Pitriasis alba.
5. Dermatitis di papilla mamae.
6. White dermogrhapism dan delayed blanchresponse.
7. Kelilitis.
8. Lipatan infra orbital Dennie-Morgan.
9. Konjunctivitis berulang.
10. Keratokonus.
11. Katarak subskapsular anterior.
12. Orbita menjadi gelap.
13. Muka pucat atau eritem.
14. Gatal bila berkeringat.
15. Intolerans terhadap wol atau pelarut lemak.
16. Aksentuasi perifolikular.
17. Hipersensitif terhadap makanan.
18. Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh factor
lingkungan dan atau emosi.
19. Tes kulit alergi tipe dadakan positif.
20. Kadar IgE dalam serum meningkat.
21. Mulai muncul pada usia dini.

Pada bayi, kriteria Diagnosis dimodifikasi


menjadi 3 kriteria mayor berupa:
1. Riwayat atopi pada keluarga.
2. Dermatitis pada muka dan ekstensor.
3. Pruritus.

ditambah 3 kriteria minor berupa:


1. Xerosis/iktiosis/hiperliniaris palmaris, aksentuasi perifolikular.
2. Fisura di belakang telinga.
3. Skuama di scalp kronis.

DERMATITIS KONTAK ALERGIKA


(DKA)

Dermatisis kontak alergi (DKA) adalah reaksi


peradangan kulit imunologik karena reaksi
hipersensitivitas.
Kerusakan kulit : didahului oleh (fase sensitisasi) -terjadi pajanan ulang fase elisitasi.
Alergen paling sering berupa bahan kimia dengan
berat molekul kurang dari 500-1000 Da.

Keluhan
gatal.
bercak kemerahan.
riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal yang
pernah digunakan, obat sistemik, kosmetik,
bahan yang dapat menimbulkan alergi,
riwayat alergi di keluarga

Pemeriksaan Fisik
Tanda Patognomonis
Lokalisasi dan pola kelainan kulit: seperti di ketiak oleh
deodorant, di pergelangan tangan oleh jam tangan, dst.

Faktor Predisposisi
Pekerjaan atau paparan seseorang terhadap suatu bahan yang
bersifat iritan.

Pemeriksaan Penunjang
patch test/ tes tempel

Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis
dan Pemeriksaan Fisik.

DERMATITIS SEBOROIK

Dermatitis Seboroik : kelainan kulit yang


berhubungan erat dengan keaktifan glandula
sebasea.

Keluhan
bercak merah dan kulit kasar.
ketombe ringan pada kulit kepala (pitiriasis
sika) -- keluhan lanjut berupa keropeng yang
berbau tidak sedap dan terasa gatal

Tanda Patognomonis
1. Papul sampai plak eritema.
2. Skuama berminyak agak kekuningan.
3. Berbatas tidak tegas

Penatalaksanaan
Perhatikan faktor predisposisi: stres emosional
dan kurang tidur.
Diet : makanan rendah lemak.

Topikal
Bayi:
a. lesi di kulit kepala bayi: as salisilat 3% dlm miny kelapa atau
vehikulum yang larut air atau kompres minyak kelapa
hangat 1x/hari slm bbrp hr
b. Dilanjutkan dengan krim hidrokortison 1% atau lotion
selama beberapa hari.
c. Selama pengobatan, rambut tetap dicuci

Dewasa:
a. Pada lesi di kulit kepala : shampo selenium sulfida 1.8 (Selsun-R) atau
ketokonazol 2% shampo, zink pirition (shampo anti ketombe), atau pemakaian
preparat ter (liquor carbonis detergent) 2-5 % dalam bentuk salep dengan
frekuensi 2-3 kali seminggu selama 5-15 menit per hari.
b. Pada lesi di badan diberikan kortikosteroid topikal: Desonid krim 0.05% (catatan:
bila tidak tersedia dapat digunakan fluosinolon asetonid krim 0.025%) selama
maksimal 2 minggu.
c. Pada kasus dengan manifestasi dengan inflamasi yang lebih berat diberikan
kortikosteroid kuat (betametason valerat krim 0.1%).
d. Pada kasus dengan infeksi jamur, perlu dipertimbangkan pemberian krim
ketokonazol 2% topikal.

Oral sistemik
a. Antihistamin sedatif yaitu: hidroksisin (2 x 1 tablet) selama maksimal 2 minggu,
atau
b. Loratadine 1x10 mg/ hari selama maksimal 2 minggu

Gonore
Pada wanita :
Gejala subyektif jarang ditemukan dan hampir tidak
pernah didapati kelainan obyektif.
Wanita umumnya datang setelah terjadi komplikasi atau pada
saat pemeriksaan antenatal atau Keluarga Berencana (KB).
Keluhan yang sering adalah keluarnya cairan hijau
kekuningan dari vagina, disertai dengan disuria, dan nyeri
abdomen bawah.
Keluhan selain di daerah genital yaitu : rasa terbakar di daerah
anus (proktitis), mata merah pada neonates dan dapat terjadi
keluhan sistemik (endokarditis, meningitis, dan sebagainya
pada gonore diseminata 1% dari kasus gonore)

Pada pria :
keluhan tersering adalah kencing nanah.
Gejala diawali oleh rasa panas dan gatal di distal uretra,
disusul dengan disuria, polakisuria dan keluarnya
nanah dari ujung uretra yang kadang disertai darah.
Selain itu, terdapat perasaan nyeri saat terjadi ereksi.
Gejala terjadi pada 2-7 hari setelah kontak seksual.
Apabila terjadi prostatitis, keluhan disertai perasaan
tidak enak di perineum dan suprapubis, malaise,
demam, nyeri kencing hingga hematuri, serta retensi
urin, dan obstipasi.

Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
Tanda Patognomonis :
Tampak eritem, edema dan ektropion pada
orifisium uretra eksterna, terdapat duh
tubuh mukopurulen, serta pembesaran KGB
inguinal uni atau bilateral.
Apabila terjadi proktitis, tampak daerah anus
eritem, edem dan tertutup pus mukopurulen

Diagnosis
Pada pria:
Pemeriksaan rectal toucher dilakukan untuk
memeriksa prostat: pembesaran prostat dengan
konsistensi kenyal, nyeri tekan dan bila terdapat
abses akan teraba fluktuasi.
Pada wanita:
Pemeriksaan in speculo dilakukan apabila wanita
tesebut sudah menikah. Pada pemeriksaan
tampak serviks merah, erosi dan terdapat secret
mukopurulen

Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan mikroskopis sediaan langsung
duh tubuh dengan pewarnaan gram untuk
menemukan kuman gonokokus gram negatif,
intra atau ekstraseluler.
Pada pria sediaan diambil dari daerah fossa
navikularis, dan wanita dari uretra, muara
kelenjar bartolin, serviks dan rektum.

Diagnosis
Pemeriksaan lain bila diperlukan:
1. Kultur
2. Tes oksidasi dan fermentasi
3. Tes beta-laktamase
4. Tes Thomson dengan sediaan urine

Herpes Zooster

Keluhan
Nyeri radikular dan gatal terjadi sebelum
erupsi.
Keluhan dapat disertai dengan gejala
prodromal sistemik berupa demam, pusing,
dan malaise.
Setelah itu timbul gejala kulit kemerahan yang
dalam waktu singkat menjadi vesikel
berkelompok dengan dasar eritem dan edema.

Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
Sekelompok vesikel dengan dasar eritem
yang terletak unilateral sepanjang distribusi
saraf spinal atau kranial.
Lesi bilateral jarang ditemui, namun seringkali,
erupsi juga terjadi pada dermatom di
dekatnya

Diagnosis
Pemeriksaan penunjang
Bila diperlukan, pemeriksaan mikroskopis
dengan menemukan sel Tzanck yaitu sel
datia berinti banyak

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai