Preceptor Fakultas
: dr. Joko Mulyanto, M.Sc
Preceptor Lapangan : dr. Tulus Budi Purwanto
Disusun Oleh
Fikri Fajrul Falah
G4A013013
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA
Nama
NIM
Preseptor Lapangan
Preseptor Fakultas
Tanda Tangan
NIP. 19820327.200903.1.006
NIP. 19790502.200312.1.001
BAB I
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
: Tn. Kaslim
Alamat lengkap
Bentuk Keluarga
: Nuclear Family
Tn.
Kaslim
Ny.
Karsem
An. Tias
KK
50 th
SD
Supir
Pasien
Klinik
DM
Istri
48 th
SD
IRT
Anak
12 th
SD
Pelajar
BAB II
STATUS PENDERITA
Ket
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn. K
Umur
: 50 tahun
Jenis kelamin
: laki-laki
Status
: Sudah menikah
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Kewarganegaraan
: Indonesia
Pekerjaan
: Supir
Pendidikan
: SD
Penghasilan/bulan
: Rp 1.000.000
Alamat
Tanggal periksa
: 5 September 2014
B. ANAMNESIS
1.
Keluhan Utama
dan tangan
2.
Keluhan Tambahan
mudah lelah
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang sendiri ke puskesmas dengan keluhan baal pada ujung jari
kaki dan tangan sejak bulan yang lalu, keluhan dirasakan sepanjang hari.
Karena baal nya pasien tidak dapat membedakan permukaan benda dengan
ujung jari kaki maupun tangan. Selain itu pasien juga mengeluhkan sering
buang air kecil dimalam hari. Pasien juga mudah lelah, serta penglihatan
kabur.
4.
Riwayat penyakit
Riwayat mondok
: Disangkal
: Disangkal
Riwayat pengobatan
5.
6.
Riwayat operasi
: Disangkal
Riwayat hipertensi
: Disangkal
: Disangkal
Riwayat DM
: Disangkal
Community
Hobby
spesifik
Personal habit :
pasien
mengaku
tidak
terbiasa
Diet
Drug
Riwayat Gizi
Pasien makan sebanyak 3 x sehari. pasien mengurangi mengkonsumsi
nasi. Pasien makan disertai makan sayur-sayuran seperti kangkung dan buncis,
dan lauk pauk sederhana seperti tahu, tempe dan telur ayam.
8.
Riwayat Psikologi
Pasien termasuk orang yang memiliki sifat terbuka. Apabila ada
masalah, pasien senang menceritakan masalah pribadinya kepada istrnya.
Penyakit tampak tidak mengganggu psikologis pasien. Namun penyakit ini
mengganggu aktifitasnya. Sehingga pasiem berharap penyakitnya dapat
sembuh. Terkadang pasien takut penyakitnya semakin parah.
9.
Riwayat Ekonomi
Pasien berasal dari keluarga ekonomi kelas bawah. Pekerjaan suami
pasien sebagai supir. Sedangkan istri hanya sebagai ibu rumah tangga
10.
Riwayat Demografi
Hubungan antara pasien dengan keluarganya dapat dikatakan harmonis.
Hal tersebut dapat terlihat dari cara berkomunikasi pasien dengan istri dan
anak nya yang tampak baik.
11.
Riwayat Sosial
Family Genogram
Tn S
64 th
Ny K
62 th
Ny M
60 th
Tn K Ny S Tn S
58 th 54 th 52 th
Tn N
46 th
Tn K
50 th
Ny W Nn N
27 th 24 th
Nn S
22 th
Ny K
48 th
An T
12 th
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meinggal
: Pasien
: Tinggal serumah
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Baik, kesadaran Compos Mentis, status gizi kesan kurang.
2. Tanda Vital
a.
b.
Nadi
c.
RR
: 76 x /menit, regular
: 20 x /menit
d.
: 36,4O C
Suhu
3. Status gizi
a.
BB
: 50 kg
b.
TB
: 165 cm
: kurang (IMT=18.4 kg/m2)
4. Kulit
7. Telinga
8. Hidung
9. Mulut
10. Tenggorokan
: Radang (-)
11. Leher
(-)
12. Thoraks
Jantung
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
: Kardiomegali (-),
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
14. Abdomen
Inspeksi
: Datar, asites (-), benjolan (-), lesi (-), jejas (-), tanda
radang (-)
Auskultasi
Palpasi
: Nyeri tekan pada ulu hati (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi
: Timpani normal
15. Genitalia
: Tidak dilakukan
16. Anorektal
: Tidak dilakukan
17. Ekstremitas
Superior
Inferior
Fungsi Vegetatif
Fungsi Sensorik
Fungsi motorik
KM
RF
+ +
+
RP
Kesadaran
Afek
: Appropriate
Psikomotor
: Normoaktif
Insight
: Baik
10
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Disarankan untuk melakukan pemeriksaan penunjang:
1. Cek GDS teratur untuk monitor kadar gula darah. Pemeriksaan kadar gula
darah sewaktu terakhir 1 minggu yang lalu adalah sebesar 278 mg/dl.
F. RESUME
Penderita Tn. K usia 50 tahun, tinggal dalam satu rumah bersama istri, dan
anak sehingga bentuk keluarga disebut nuclear family. Diagnosis pasien adalah
Diabetes Melitus tipe 2. Kondisi psikologi keluarga cukup baik, yang terlihat dari
komunikasi antara pasien dan keluarga. Status ekonomi pasien termasuk kelas
rendah. Tidak cukup memenuhi kriteria rumah sehat.
G. DIAGNOSTIK HOLISTIK
1. Aspek Personal
Pasien mengeluh baal pada ujung-ujung jari tangan dan kaki yang sudah
berlangsung selama 1 bulan yang dirasa mengganggu aktivitas.
Idea
Concern
Expectacy
Anxiety
2. Aspek Klinis
Diagnosa
11
Apabila ditinjau dari faktor usia, usia pasien merupakan usia yang sudah
memasuki masa rentan untuk mengidap penyakit DM tipe II. Usia seseorang
yang telah memasuki usia 50 tahun keatas memiliki kecenderungan mengidap
penyakit DM tipe II lebih tinggi dari pada yang berusia kurang dari 50 tahun.
Kebiasaan hidup pasien yang tidak baik seperti jarang berolah raga dan dulu
gemar makan berlebih juga merupakan faktor resiko intrinsik untuk
munculnya penyakit DM tipe II.
4. Aspek Faktor Resiko Ekstrinsik Individu
Pelayanan kesehatan di sekitar rumah pasien cukup mudah dijangkau,
hal ini dikarenakan rumah pasien dekat dari sarana pelayanan kesehatan
seperti dokter umum dan puskesmas. Pasien menyelesaikan mendidikan
sampai jenjang sekolah dasar (SD) sehingga tingkat pengetahuan yang rendah
dapat mempengaruhi penyakit pasien. Pasien berasal dari golongan ekonomi
kelas rendah. Hal tersebut membuat pasien terkadang terlambat dalam
mengakses pelayanan kesehatan.
5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial
Pasien mengeluh baal, lemas, poliuri dan penyakit DM-nya dirasa
cukup mengganggu pekerjaan pasien sebagai supir dan beraktivitas dirumah.
Skala penilaian fungsi sosial adalah 2, pasien membatasi aktivitas bekerja
sebagai supir.
F. PENATALAKSANAAN
1.
Promotif
1) Menghimbau untuk melakukan perilaku sehat seperti berolahraga, pola
makan sehat, serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang
ada
2) Edukasi mengenai penyakit yang diderita pasien seperti perjalanan
penyakit DM, perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara
berkala, pengobatan serta komplikasinya.
12
b.
Preventif
1) Olah raga secara teratur seperti bersepeda santai dan jogging minimal
3 kali dalam seminggu selama kurang lebih 30 menit.
2) Membatasi asupan gula, asupan gula maksimal adalah 1 sendok teh,
jadi pemberian gula sebagai bumbu masakan masih isa ditolelir.
c.
Kuratif
1) Metformin 500 mg tablet 3x1
2) Vitamin B compleks tablet 2x1
d.
Rehabilitatif
Tetap rutin untuk konsumsi obat diabetes, dan secara teratur
kontrol ke pelayanan kesehatan.
Keluarga hendaknya
bisa memilih makanan yang akan dimakan oleh Tn.K. Seperti mengurangi
makanan yang manis-manis
b.
Selama
menjalani
H. FOLLOW UP
Jumat 5 September 2014
S : Keluhan baal belum berkurang, lemes (+), poliuri (+)
O : Keadaan umum tampak baik, mata cekung (-), air mata (+), mulut basah,
tidak tampak haus, turgor kulit kembali cepat (<1 detik), nyeri tekan pada
bagian ulu hati (-),
VS
: Tensi
110/70
mmHg
RR
: 20 x/mnt, reguler
13
Nadi
: 76
x/mnt
Suhu : 36.6 C
RR
: 20 x/mnt, reguler
Suhu : 36,5 C
RR
: 20 x/mnt, reguler
Suhu : 36,5 C
14
Kesimpulan :
Dari follow up yang telah dilakukan pada hari Jumat 5 September 2014, Senin
8 September 2014, dan Sabtu 20 September 2014 pasien mengalami
perkembangan ke arah yang lebih baik.
I. FLOW SHEET
Nama
: Tn. K
Tgl
Problem
1.
5/9/
14
Baal
pada
ujungujung
jari kaki
dan
tangan
2.
8/0
9/1
4
baal
sudah
berkura
ng,
hilang
timbul
T
mmHg
110/70
N
x/1
76
BB
kg
50
TB Lab
165
120/70
76
50
165
Planning
Habiskan
obat yang
diberikan,
makan
makanan
berindeks
gula rendah
dan bergizi,
berolahraga
secara teratur,
penderita
dianjurkan
istirahat
cukup
Habiskan
obat yang
diberikan,
makan
makanan
berindeks
gula rendah
Target
Baal
berkurang
Gula darah
terkontrol,
gejala baal
hilang
15
3.
20/0
9/14
Problem
Number
1.
Baal
minimal
Approx.
Date of
Onset
5-08-14
120/80
76
50
165 GDS
158
dan bergizi,
berolahraga
secara teratur,
penderita
dianjurkan
istirahat
cukup
Habiskan
obat yang
diberikan,
makan
makanan
berindeks
gula rendah
dan bergizi,
berolahraga
secara teratur,
penderita
dianjurkan
istirahat
cukup
Gula darah
terkontrol,
gejala baal
hilang
Date
Resolved
20-09-14
16
BAB III
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
A. FUNGSI HOLISTIK
1.
Fungsi Biologis
Keluarga terdiri dari penderita (Tn K), yang merupakan seorang
kepala rumah tangga dan Ny. K adalah istri dari Tn K, berumur 50 tahun.
Tn K dan Ny.K mempunyai 4 orang anak W (27 tahun), N (24 tahun), S
(22 tahun) dan T (12 tahun). W, N, S telah meninggalkan rumah karena
berkeluarga, sedangkan T masih sekolah. Keluarga Tn K merupakan
keluarga yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang kesehatan. Pada
awal diketahui menderita DM 4 tahun lalu, pasien mengeluhkan gejala
klasik
DM
(polidipsi,
polifagi,
poliuri)
dan
ditemani
suaminya
Fungsi Psikologis
Hubungan pasien dan keluarga secara umum terjalin cukup baik,
terbukti dengan permasalahan-permasalahan yang ada diatasi dengan
bersama-sama dalam keluarga ini. Hubungan di antara mereka cukup dekat
satu sama lain. Tn K tinggal serumah dengan istrinya dan seorang anaknya.
3.
Fungsi Sosial
17
masyarakat.
4.
Kesimpulan :
Tn K merupakan seorang supir dan hanya tinggal di rumah dengan
istri dan seorang anaknya. Ibu K memiliki 2 orang anak. Keluarga Tn K
nampak harmonis. Tn K masih sering terlibat dalam kegiatan ke masyarakat.
Tn K berasal dari kalangan ekonomi rendah. Penghasilan berasal dari hasil
kerjanya sebagai supir dan juga pekerjaan tambahan. Tn K mengaku
penghasilanya masih bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
B. FUNGSI FISIOLOGIS (A.P.G.A.R SCORE)
Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R
SCORE dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0.
A.P.G.A.R SCORE disini akan dilakukan pada masing-masing anggota keluarga
dan kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara
keseluruhan. Nilai rata-rata 1-5 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10 = baik.
ADAPTATION
Dalam menghadapi masalah selama ini penderita selalu mendapatkan
dukungan berupa nasehat dari keluarganya. Jika penderita menghadapi suatu
masalah selalu menceritakan kepada suaminya. Penyakitnya ini kadang
mengganggu aktivitasnya sehari-hari sebagai ibu rumah tangga.
18
PARTNERSHIP
Komunikasi terjalin satu sama lain, meskipun waktu kebersamaan dirasa singkat.
Setiap ada permasalahan didiskusikan bersama dengan anggota keluarga lainnya,
komunikasi dengan suami dan anggota keluarga lainnya berjalan dengan baik.
GROWTH
Pasien merasa bersyukur masih dapat mengurusi kebutuhan rumah tangganya.
AFFECTION
Pasien merasa hubungan kasih sayang dan interaksi dengan suami, anakanaknya dan cucu-cucunya berjalan dengan lancar. Pasien juga sangat menyayangi
keluarganya, begitu pula sebaliknya.
RESOLVE
Rasa kasih sayang yang diberikan kepada pasien cukup, baik dari keluarga
maupun dari saudara-saudara.
A.P.G.A.R Tn K Terhadap Keluarga
A
P
G
Hampir
selalu
Kadang
-kadang
Hampir tidak
pernah
19
Hampir
selalu
Kadang
-kadang
Hampir tidak
pernah
20
KET
-
21
Cultural (-) artinya keluarga Tn K masih aktif dalam pergaulan seharihari. Keluarga Tn K masih menganut tradisi jawa, hal ini terbukti keluarga Tn
K masih mengikuti tradisi yasinan, mauludan, menggunakan bahasa jawa, tata
krama dan kesopanan.
Kesimpulan :
Dalam keluarga Ibu K fungsi patologis yang positif adalah fungsi Fungsi
Ekonomi dan Edukasi.
D. Informasi Pola Interaksi Keluarga
Diagram 2. Pola Interaksi Keluarga Tn K
Tn. K
Ny K
22
hubungan baik
Kesimpulan :
Hubungan antara anggota keluarga di keluarga Ibu K dinilai cukup harmonis
dan saling mendukung.
BAB IV
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga
1. Faktor Perilaku
Perilaku di dalam keluarga ini sebagian besar dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan pada anggota keluarga, terutama perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan. Keluarga ini menyadari arti penting kesehatan, namun belum memiliki
standar hidup sehat. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan di bidang
kesehatan. Menurut anggota keluarga ini, yang dimaksud dengan sehat adalah
keadaan terbebas dari sakit yang dapat menghalangi aktivitasnya. Keluarga ini
menyadari pentingnya kesehatan karena apabila mereka sakit, mereka menjadi
tidak dapat bekerja lagi sehingga otomatis pendapatan keluarga akan
berkurang. Keluarga ini meyakini bahwa sakitnya disebabkan oleh kuman
atau bakteri, bukan dari guna-guna, sihir, supranatural atau takhayul. Mereka
tidak terlalu mempercayai mitos, apalagi menyangkut masalah penyakit, lebih
mempercayakan pemeriksaan atau pengobatannya pada dokter umum atau
kadang datang ke Puskesmas yang terletak dekat dengan rumah.
Pola makan Tn K sebelum mengetahui jika dia mengidap DM
merupakan salah satu faktor resiko yang bisa mencetuskan penyakit yang
23
sekarang beliau derita yaitu Diabetes Melitus. Sebelum sakit, setiap harinya
Tn K termasuk tipikal orang yang banyak makan. Selain itu, setiap harinya Tn
K gemar mengkonsumsi teh manis. Beliau mengkonsumsi teh kurang lebih 34 gelas per harinya.
2. Faktor Non Perilaku
Faktor genetik merupakan salah satu faktor non perilaku yang
memiliki andil paling besar terhadap kejadian penyakit diabetes mellitus yang
sekarang diderita oleh Tn K. Meskipun dari hasil anamnesis tidak didapatkan
keluarga yang mengalami keluhan serupa, belum tentu tidakada keluarga yang
menderita DMPengetahuan :
Lingkungan:
Kurangnya pengetahuan baik pasien itu sendiriDipandang
maupun keluarga
mengenai
penyakit
Faktor
diabetes
lingkungan
melitus
(dimasa
tidak
didapatkan
lampau).
suatu
faktor resiko yang berpen
dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga
Pelayanan Kesehatan:
Penderita mematuhi pola diet DM, namun tidak membiasakan berolahraga teratur, tidak patuh kontrol dan minum obat
Jika sakit menunda berobat ke dokter dan pusk
Keluarga Tn K
Tindakan:
Keluarga tidak mengontrol makan dan pengobatan penderita secara rutin.
Keturunan:
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit y
24
: Faktor Perilaku
: Faktor Non Perilaku
B. Identifikasi Lingkungan Rumah
1. Gambaran Lingkungan
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 5x4 m2. Rumah pasien
dekat dengan rumah tetangganya. Tidak memiliki pekarangan rumah dan
pagar pembatas. Rumah ini mempunyai 1 lantai dan terdiri dari ruang tamu,
kamar tidur, beserta dapur. Lantai dari tanah, tembok dari kayu dan atap
rumah memakai genteng dan bagian dalam belum menggunakan langit-langit.
Memiliki sumber air bersih dari sumur timba milik pribadi. Jendela rumah
ditutup dengan kaca namun tidak bias dibuka.
2. Denah Rumah
Kamar mandi
Dapur
Kamar
Tempat
makan
25
BAB V
DAFTAR MASALAH & PEMBINAAN KELUARGA
A. Masalah medis :
Diabetes Melitus Tipe 2
B. Masalah non medis :
1. Tn K merupakan tipikal orang yang malas atau bahkan hampir tidak pernah
berolahraga.
2. Tn K kurang memiliki kesadaran untuk kontrol tepat waktu, dan minum obat
sesuai aturan
3. Kondisi ekonomi keluarga adalah menengah ke bawah, untuk kebutuhan
primer dapat tercukupi tapi kebutuhan sekunder belum.
C. Diagram Permasalahan Pasien
(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada
dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien).
1. Ibu K kurang memiliki kesadaran untuk kontrol dan minum obat DM sesuai waktu yang disarankan
2. Kondisi ekonomi menengah kebawah
Tn K 50 tahun
Diabetes Melitus Tipe 2
26
D. Matrikulasi Masalah
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks (Azrul, 1996).
No.
Daftar Masalah
Jumlah
IxTxR
1.
2.
3.
P
5
S
5
SB
5
Mn
4
Mo
4
Ma
5
585
360
507
Keterangan :
I
27
Kriteria penilaian :
1
: tidak penting
: agak penting
: cukup penting
: penting
: sangat penting
E. Prioritas Masalah
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga Tn K
adalah sebagai berikut :
1. Tn K kurang memiliki kesadaran untuk kontrol tepat waktu, dan minum obat
sesuai aturan
2. Tn K merupakan tipikal orang yang malas atau bahkan hampir tidak pernah
berolahraga.
3. Kondisi ekonomi keluarga adalah menengah ke bawah, untuk kebutuhan
primer dapat tercukupi tapi kebutuhan sekunder belum.
Kesimpulan :
Prioritas masalah yang diambil dalam kasus DM tidak terkontrol yang dialami
oleh Ny K adalah kebiasaan Ibu K untuk menunda pergi ke pelayanan kesehatan
untuk kontrol, dan minum obat tidak sesuai aturan.
E. Rencana Pembinaan Keluarga
1.
Tujuan
Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan penderita dan keluarga lebih
memahami mengenai Diabetes Mellitus dan mengerti tentang dukungan dari
pihak keluarga sangatlah penting guna proses perawatan Tn. K yang
membutuhkan kedisiplinan dalam mengontrol penyakitnya.
Tujuan Khusus
28
Materi
Materi yang akan diberikan kepada penderita dan keluarga pasien
adalah dalam bentuk penyuluhan dan edukasi mengenai modifikasi
pengertian, gejala dan tanda, faktor risiko timbulnya penyakit DM,
kegunaan/efek samping obat OHO dan cara pembinaan bagaimana
pentingnya pola hidup sehat bagi penderita DM.
Kunjungan pembinaan pembinaan keluarga :
Penjelasan dari penyakit DM?
Menjelaskan bahwa DM adalah penyakit yang tidak menular dan
merupakan penyakit keturunan, serta menjelaskan bahwa DM tidak dapat
disembuhkan namun bisa dikontrol.
Gejala dan tanda penyakit DM?
Menjelaskan bahwa penyakit memiliki tanda dan gejala yang khas yaitu
polidipsi (sering minum), polifagi (sering makan), dan poliuri (sering
kencing).
Apa saja faktor risiko penyakit DM?
Menjelaskan bahwa penyakit DM memiliki factor risiko antara lain
memiliki anggota keluarga yang menderita DM, melakukan pola hidup
yang salah yaitu pola makan yang salah dan juga jarang melakukan
aktivitas fisik dan olahraga.
29
Cara Pembinaan
Pembinaan dilakukan di rumah pasien dalam waktu yang telah
ditentukan bersama. Pembinaan dilakukan dengan cara memberikan
penyuluhan dan edukasi pada penderita dan keluarga, dalam suatu
pembicaraan santai sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima.
4.
Sasaran Individu
Sasaran dari pembinaan keluarga ini adalah pasien dan keluarganya.
5.
Target Waktu
1.
Hari
2.
Tanggal
: Jumat
: 17 September 2014
30
3.
Tempat
Desa
Banteran
Waktu
: 16:30 WIB
04/05
Wangon,
Banyumas
4.
6.
Cara Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan memberikan post test.
Evaluasi
1. Apa yang saudara ketahui tentang penyakit DM?
a.
b.
c.
Pusing kepala
b.
c.
b.
c.
Merokok
Istirahat
31
BAB VI
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Diabetes mellitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit yang
ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat
tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.
B. Kadar Gula Dalam Darah
Normalnya kadar gula dalam darah berkisar antara 70 - 150 mg/dL
{millimoles/liter (satuan unit United Kingdom)} atau 4 - 8 mmol/l
{milligrams/deciliter (satuan unit United State)}, dimana 1 mmol/l = 18 mg/dl.
Namun demikian, kadar gula tentu saja terjadi peningkatan setelah makan dan
mengalami penurunan diwaktu pagi hari bangun tidur. Seseorang dikatakan
mengalami hyperglycemia apabila kadar gula dalam darah jauh diatas nilai
normal, sedangkan hypoglycemia adalah suatu kondisi dimana seseorang
mengalami penurunan nilai gula dalam darah dibawah normal.
32
Diagnosa Diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan gula darah puasa
mencapai level 126 mg/dl atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam
setelah puasa (minimal 8 jam) mencapai level 180 mg/dl. Sedangkan pemeriksaan
gula darah yang dilakukan secara random (sewaktu) dapat membantu diagnosa
diabetes jika nilai kadar gula darah mencapai level antara 140 mg/dL dan 200
mg/dL, terlebih lagi bila diatas 200 mg/dl.
Tingkat kadar glukosa darah menentukan apakah seseorang menderita DM
atau tidak. Tabel berikut menunjukkan kriteria DM atau bukan :
Bukan DM
Gangguan Toleransi
Glukosa
DM
Puasa
Vena
< 100
Kapiler < 80
Vena 100 - 140
Kapiler 80 - 120
Vena
> 140
Kapiler > 120
2 Jam PP
Vena 100 - 140
Kapiler 80 120
Vena > 200
Kapiler > 200
33
therapi
insulin
yang
dilakukan
secara
terus
menerus
34
35
penanganan level gula dalam darah, maka obat suntik mulai dipertimbangkan
untuk diberikan.
E. Komplikasi Diabetes Melitus
Jika tidak tepat ditangani, dalam jangka panjang penyakit diabetes bisa
menimbulkan berbagai komplikasi. Maka bagi penderita diabetes jangan sampai
lengah untuk selalu mengukur kadar gula darahnya, baik ke laboratorium atau
menggunakan alat sendiri. Bila tidak waspada maka bisa
berakibat pada
36
penderita diabetes., pengendalian kadar gula dalam darah belum cukup untuk
mencegah gangguan jantung pada penderita diabetes.
Sebagaimana rekomendasi Asosiasi Diabetes Amerika (ADA) serta
perkumpulan sejenis di Eropa atau Indonesia (Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia/Perkeni), penderita diabetes diharapkan mengendalikan semua
faktor secara bersama-sama untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Tekanan darah harus diturunkan secara agresif di bawah 130/80
mmHg, trigliserida di bawah 150 mg/dl, LDL (kolesterol buruk) kurang dari
100 mg/dl, HDL (kolesterol baik) di atas 40 mg/dl. Hal ini memberi proteksi
lebih baik pada jantung.
2. Gangren dan impotensi
Penderita diabetes yang kadar glukosanya tidak terkontrol respons
imunnya menurun. Akibatnya, penderita rentan terhadap infeksi, seperti
infeksi saluran kencing, infeksi paru serta infeksi kaki.
Banyak hal yang menyebabkan kaki penderita diabetes mudah kena
infeksi, terkena knalpot, lecet akibat sepatu sesak, luka kecil saat memotong
kuku, kompres kaki yang terlalu panas. Infeksi kaki mudah timbul pada
penderita diabetes kronis dan dikenal sebagai penyulit gangren atau ulkus.
Jika dibiarkan, infeksi akan mengakibatkan pembusukan pada bagian
luka karena tidak mendapat aliran darah. Pasalnya, pembuluh darah penderita
diabetes banyak tersumbat atau menyempit. Jika luka membusuk, mau tidak
mau bagian yang terinfeksi harus diamputasi.
Penderita diabetes yang terkena gangren perlu dikontrol ketat gula
darahnya serta diberi antibiotika. Penanganan gangren perlu kerja sama
dengan dokter bedah. Untuk mencegah gangren, penderita diabetes perlu
mendapat informasi mengenai cara aman memotong kuku serta cara memilih
sepatu.
Impotensi juga menjadi momok bagi penderita diabetes, impotensi
disebabkan pembuluh darah mengalami kebocoran sehingga penis tidak bisa
37
ereksi. Impotensi pada penderita diabetes juga bisa disebabkan oleh faktor
psikologis atau gabungan organis dan psikologis.
3. Nefropati diabetik
Nefropati diabetik adalah gangguan fungsi ginjal akibat kebocoran
selaput penyaring darah. Sebagaimana diketahui, ginjal terdiri dari jutaan unit
penyaring (glomerulus). Setiap unit penyaring memiliki membran/selaput
penyaring. Kadar gula darah tinggi secara perlahan akan merusak selaput
penyaring ini.
Gula yang tinggi dalam darah akan bereaksi dengan protein sehingga
mengubah struktur dan fungsi sel, termasuk membran basal glomerulus.
Akibatnya, penghalang protein rusak dan terjadi kebocoran protein ke urin
(albuminuria). Hal ini berpengaruh buruk pada ginjal.
Menurut situs Nephrology Channel, tahap mikroalbuminuria ditandai
dengan keluarnya 30 mg albumin dalam urin selama 24 jam. Jika diabaikan,
kondisi ini akan berlanjut terus sampai tahap gagal ginjal terminal. Karena itu,
penderita diabetes harus diperiksa kadar mikroalbuminurianya setiap tahun.
Penderita diabetes tipe 1 secara bertahap akan sampai pada kondisi
nefropati diabetik atau gangguan ginjal akibat diabetes. Sekitar 5 sampai 15
persen diabetes tipe 2 juga berisiko mengalami kondisi ini.
Gangguan ginjal, menyebabkan fungsi ekskresi, filtrasi dan hormonal
ginjal terganggu. Akibat terganggunya pengeluaran zat-zat racun lewat urin,
zat racun tertimbun di tubuh. Tubuh membengkak dan timbul risiko kematian.
Ginjal juga memproduksi hormon eritropoetin yang berfungsi
mematangkan sel darah merah. Gangguan pada ginjal menyebabkan penderita
mengalami anemia.
Pengobatan progresif sejak dini bisa menunda bahkan menghentikan
progresivitas penyakit. Repotnya penderita umumnya baru berobat saat
gangguan ginjal sudah lanjut atau terjadi makroalbuminuria (300 mg albumin
dalam urin per 24 jam).
38
39
40
41
42
: BBR 90 110 %
Sedang
200-350 kkal/ jam
Rumah tangga
Bersepeda
Bowling
Jalan cepat
Berkebun
Golf
Sepatu roda
Berat
400-900 kkal/jam
Aerobik
Bersepeda
Memanjat
Menari
Lari
Sepak bola
Tenis
43
Kerja santai
25
30
35
44
b. Penentraman Hati
Menentramkan hati sangat diperlukan untuk Ibu K dan keluarga, hal ini
berkaitan manakala terjadi keputus asaan pengobatan penyakit diabetes
yang cukup lama bahkan selamanya. Tenaga kesehatan harus mampu
menentramkan jiwa pasien dan keluarga mengenai penyakit dan
pengobatan diabetes yang memerlukan ketelatenan. Tenaga medis juga
harus menjelaskan prosedur pemberian obat yang benar dan jangan sampai
berhenti karena berhentinya minum obat dapat menyebabkan suatu
kefatalan. Selain edukasi dalam hal pengobatan, pasien juga perlu
diedukasi untuk menjaga pola makan. Diet yang dianjurkan adalah dengan
mengkonsumsi makanan yang memiliki indeks gula (kalori) rendah dan
beraktivitas fisik minimal 3 kali seminggu selama 30 menit.
c. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan Pasien.
Diberikan penjelasan yang benar mengenai persepsi yang salah tentang
diabetes melitus. Pasien dan keluarganya perlu tahu tentang penyakit,
pengobatannya dan pencegahannya. Sehingga persepsi yang salah dan
merugikan bisa dihilangkan. Hal ini bisa dilakukan melalui konseling
setiap kali pasien kontrol dan melalui kunjungan rumah baik oleh dokter
maupun oleh petugas Yankes kepada pasien dan keluarganya.
Beberapa persepsi yang harus diluruskan yaitu :
a. Penyakit diabetes melitus merupakan penyakit menular.
b. Penyakit diabetes melitus dapat sembuh hanya dengan minum obat.
Maka pasien harus diberi pengertian untuk terus mengupayakan
kesembuhannya melalui program pengobatan dan rehabilitasi yang
dianjurkan oleh dokter. Juga harus dilakukan pendalaman terhadap
berbagai masalah penderita termasuk akibat penyakitnya (diabetes
melitus) terhadap hubungan dengan keluarganya, pemberian konseling
jika dibutuhkan. Penderita juga diberi penjelasan tentang pentingnya
menjaga diet atau konsumsi makanannya yang benar dalam rangka
45
pasien
diabetes
yang
terutama
disebabkan
oleh
karena
46
Semua
aktivitas
yang
ditujukan
untuk
pencegah
timbulnya
hiperglikemia pada individu yang berisiko untuk jadi diabetes atau pada
populasi umum.
Pencegahan Sekunder
Menemukan pengidap DM sedini mungkin, misalnya dengan tes
penyaringan terutama pada populasi risiko tinggi. Dengan demikian pasien
diabtes yang sebelumnya tidak terdiagnosis dapat terjaring, hingga dengan
demikian dapat dilakukan upaya untuk mencegah komplikasi atau kalupun
sudah ada komplikasi masih reversible.
Pencegahan Tersier
Semua upaya untuk mencegah komplikasi atau kecacatan akibat komplikasi
itu. Usaha ini meliputi:
a. Mencegah timbulnya komplikasi
b. Mencegah progresi dari pada komplikasi itu supaya tidak menjadi
kegagalan organ.
c. Mencegah kecacatan tubuh.
Strategi Pencegahan
Dalam menyelenggarakan upaya pencegahan ini diperlukan suatu
strategi yang efisien dan efektif untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Seperti juga pada pencegahan penyakit menular, ada 2 macam strategi untuk
dijalankan, antara lain:
Pendekatan populasi / masyarakat (Population/ Community approach)
Semua upaya yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat
umum. Yang dimaksud adalah mendidik masyarakat agar menjalankan cara
hidup sehat dan menghindari cara hidup berisiko. Upaya ini ditujukan tidak
hanya untuk mencegah diabetes tetapi juga untuk mencegah penyakit lain
sekaligus. Upaya ini sangat berat karena target populasinya sangat luas, oleh
karena itu harus dilakukan tidak saja oleh profesi tetapi harus oleh segala
47
48
sampi ke pelosok, misalnya di tiap sekolahan harus ada sarana olahraga yang
memadai.
Pencegahan Sekunder
Mencegah timbulnya komplikasi, menurut logika lebih mudah karena
populasinya lebih kecil, yaitu pasien diabetes yang sudah diketahui dan sudah
berobat, tetapi kenyataannya tidka demikian. Tidak gampang memotivasi
pasien untuk berobat teratur, dan menerima kenyataan bahwa penyakitnya
tidak bisa sembuh. Syarat untuk mencegah komplikasi adalah kadar glukosa
darah harus selalu terkendali mendekati angka normal sepanjang hari
sepanjang tahun. Di samping itu seperti tadi sudah dibicarakan, tekanan darah
dan kadar lipid juga harus normal. Dan supaya tidak ada resistensi insulin,
dalam upaya pengendalian kadar glukosa darah dan lipid itu harus diutamakan
cara-cara nonfarmakologis dulu secara maksimal, misalnya dengan diet dan
olahraga, tidak merokok dan lain-lain. Bila tidak berhasil baru menggunakan
obat baik oral maupun insulin.
Pada pencegahan sekunder pun, penyuluhan tentang perilaku sehat
seperti pada pencegahan primer harus dilaknsakan, ditambah dengan
peningkatan pelayanan kesehatan primer di pusat-pusat pelayanan kesehatan
mulai dari Rumah Sakit kelas A sampai unit paling depan yaitu Puskesmas. Di
samping itu juga diperlukan penyuluhan kepada pasien dan keluarganya
tentang berbagai hal mengenai penatalaknsaan dan pencegahan komplikasi.
Penyuluhan ini dilakukan oleh tenaga yang terampil baik oleh dokter atau
tenaga kesehatan lain yang sudah dapat pelatihan untuk itu (diabeter
educator). Usaha ini akan lebih berhasil bilacakupan pasien diabetesnya juga
luas, artinya selain pasien yang selama ini sudah berobat juga harus dapat
mencakup pasien diabetes yang belum berobat atau terdiagnosis, misalnya
kelompok penduduk dengan risiko tinggi. Kelompok yang tidak terdiagnosis
ini rupanya tidak sedikit. Di AS saja kelompok ini sama besar dengan yang
terdiagnosis, bisa diabayangkan di Indonesia.
49
50
pencegahan baik primer, sekunder, maupun tersier adalah yang paling baik.
Karena upaya itu sangat berat, adalah tidak mungkin dilakukan hanya oleh
ahli diabetes atau endokrinologis.oleh karena itu diperlukan tenaga terampil
yang dapat berperan sebagai perpanjangan tangan dokter endokrinologis itu.
Di luar negeri tenaga itu sudah lama ada yang disebut diabetes educator yang
terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi atau pekerja social dan lain-lain yang
berminat. Di Indonesia atau tepatnya di Jakarta olehPusat Diabetes dan Lipid
FKUI/RSCM melalui SIDL-nya (Sentral Informasi Diabetes dan Lipid) sejak
tahun 1993 telah diselenggarakan kursus penyuluh diabtes yang sampai saat
ini masih berlangsung secara teratur. Dalam pelaksanaannya para penyuluh
diabetes itu sebaiknya memberikan pelayanan secara terpadu dalam suatu
instansi misalnya dalam bentuk sentral informasi yang bekerja 24 jam sehari
dan akan melayani pasien atau siapapun yang ingin menanyakan seluk-beluk
tentang diabtes terutama sekali tentang penatalaknsaannya termasuk diet dan
komplikasinya.
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Tn K adalah pasien Diabetes Mellitus Tipe II.
Penderita menjalani terapi nonmedikamentosa dengan baik, akan tetapi terapi
medikamentosa tidak dijalankan dengan baik, sehingga kadar gula darah
penderita sering naik. Ibu K mengaku sudah jarang datang ke pelayanan
kesehatan untuk mengontrol gula darah dan tidak minum obat DM secara teratur.
1. Segi Biologis
51
B. Saran
1. Promotif : Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit DM serta perlunya
pengendalian dan pemantauan DM. Mengenalkan pola hidup sehat, meliputi
pola makan dan olahraga teratur untuk penderita DM dan keluarga karena
faktor keturunan sangat mempengaruhi timbulnya DM.
2. Preventif : Makan makanan yang cukup bergizi dan diet diabetes yang harus
dilaksanakan, rutin control gula darah, merawat luka sehingga tidak terjadi
komplikasi lebih lanjut dari penyakit DM.
52
3. Kuratif : Pasien minum OAD (Obat Anti Diabetes) yang diberikan dokter
secara rutin dan teratur. Istrinya harus selalu mengingatkan dan mengawasi
untuk minum obat dan mengontrol pola makan penderita dan ikut mendukung
dengan mengantarkan berobat ke pelayanan kesehatan.
4. Rehabilitatif : Penyesuaian aktivitas sehari-hari sangatlah penting dan
membantu penderita memiliki kembali rasa percaya diri untuk percaya
terhadap intervensi medis dan memberikan motivasi untuk terus merubah
sikap dan prilaku yang tidak sehat menjadi lebih sehat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, 2005. Bahaya Mengintip dari Pola Makan Tak Seimbang. Available
at: http://www.kompas.com/kesehatan/news/0412/27/051039.htm
2. Anonim,
2009.
Penyakit
Diabetes
Melitus
(DM).
Available
at:
http://www.infopenyakit.com/2008/03/penyakit-diabetes-mellitus-dm.html on
18 August 2009.
53