Anda di halaman 1dari 43

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit pada sistem pernafasan merupakan masalah yang sudah
umum terjadi di masyarakat. Sesuai dengan kasus yang ada paru merupakan
penyakit infeksi yang menyebabkan kematian dengan urutan atas atau angka
kematian (mortalitas) tinggi, angka kejadian penyakit (morbiditas), diagnosis
dan terapi yang cukup lama. Penyakit ini biasanya banyak terjadi pada negara
berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah ke
bawah. Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki,
perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia
bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000
kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia
adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia.
Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun
1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara
0,2 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang
dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun
2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46%
diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah menyelesaikan

blok

ini

mahasiswa

mampu

untuk

memberikan Asuhan Keperawatan Pada pasien dengan Gangguan sistem


Pernafasan.
2. Tujuan Instruksional Khusus
1) Mampu mengetahui anatomi ,fisiologi sistem Pernafasan
2) Mampu menjelaskan patofisiologi pada berbagai kasus gangguan sistem
pernafasan.
3) Mampu melakukan pengkajian (pemeriksaan Fisik) pada berbagai
kasus dengan ganggu sistem kardiovaskuler
4) Mampu merumuskan masalah pada berbagai kasus gangguan sistem
1

Pernafasan.
5) Mampu menetapkan perencanaan,Implementasi dan evaluasi pada
berbagai kasus gangguan sistem pernafasan.
6) Mampu mendokumentasikan berbagai kasus

gangguan

sistem

keperawatan.
7) Mampu mengetahui sistem rujukan pada layanan kesehatan,dengan me
manfaatkan asuransi kesehatan pada masyarakat tidak mampu seperti:
PM,gakin dan jamkesmas,jamkesda, jamkestan,dan jamipersal,
jamkesmas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

TINJAUAN BERDASARKAN TEORI


2.1.1 ANATOMI SISTEM RESPIRASI

Sistem pernafasan secara garis besarnya terdiri dari paru-paru dan


susunan yang menghubungkan paru-paru dengan yang lainnya, yaitu
hidung, tekak, pangkal tenggorok, tenggorok, cabang tenggorok.
Respirasi adalah suatu proses pertukaran gas oksigen (O2) dari
udara oleh organisme hidup yang dgunakan untuk serangkaian
metabolisme yang akan menghasilkan karbondioksida (CO2) yang harus
dikeluarkan, karena tidak dibutuhkan oleh tubuh. Setiap makluk hidup
melakukan pernafasan untuk memperoleh oksigen O2 yang digunakan
untuk pembakaran zat makanan di dalam sel-sel tubuh. Alat pernafasan
setiap makhluk tidaklah sama, pada hewan invertebrata memiliki alat
pernafasan dan mekanisme pernafasan yang berbeda dengan hewan
vertebrata.
Organ-Organ pernafasan yang dimiliki oleh manusia meliputi
semua struktur yang menghubungkan udara dari dan ke paru-paru. Organ
tersebut antara lain:

1) Nasal

Hidung terdiri dari lubang hidung, rongga hidung, dan ujung


rongga

hidung. Rongga hidung banyak memiliki kapiler darah, dan

selalu lembap dengan adanya lendir yang dihasilkan oleh mukosa.


Didalam hidung udara disaring dari benda-benda asing yang tidak berupa
gas agar tidak masuk ke paru-paru. Selain itu udara juga disesuaikan
1.

suhunya agar sesuai dengan suhu tubuh. Fungsi Nasal yaiutu :


Bekerja sebagai saluran udara pernafasan
2. Sebagai Penyaring Udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu bulu
hidung.
3. Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa
2) Faring

Faring merupakan ruang dibelakang rongga hidung, yang merupakan


jalan masuknya udara dari ronggas hidung. Pada ruang tersebut terdapat
klep (epiglotis) yang bertugas mengatur pergantian perjalanan udara
pernafasan dan makanan. Rongga Faring terbagi menjadi 3 bagian yaitu :
1. Nasofaring : Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana
2. Orofaring : Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan istimus
kausium.
3. Laringofaring : Bagian bawah
3) Laring

Laring / Pangkal tenggerokan ditutupi oleh sebuah empang


tenggorok

yang

disebut

EPIGLOTIS

yang

terdiri

atas

tulang

rawan,epiglotis, (tulang rawan penutup) dan tulang rawan trikoid (cincin


stempel) yang letaknya paling bawah. Pita suara terletak di dinding laring
bagian dalam. Epiglotis berfungsi pada saat kita menelan makanan
menutupi laring sehingga makanan tidak masuk ke saluran pernafasan.
4) Trakea

Trakea atau batang teggorokan kira-kira 9 cm panjangnya. Trakea


berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima
dan ditempat ini bercabanf menjadi dua bronkus (bronki). Trakea tersusun
atas 16 sampai 20 lingkaran tak sempurna lengkap berupa cincin tulang
rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi
lingkaran di sebelah belakang trakea; selain itu juga memuat beberapa
jaringan otot.

5) Bronkus

Merupakan cabang batang tenggorokan yang jumlahnya sepasang,


yang satu menuju ke paru-paru kiri dan yang satunya menuju paru-paru
kanan. Dinding bronkus terdiri atas lapisan jaringan ikat, lapisan
jaringan epitel, otot polos dan cincin tulang rawan. Kedudukan bronkus
yang menuju kekiri lebih mendatar dari pada ke kanan. Hal ini
merupakan salah satu sebab mengapa paru-paru kanan lebih mudah
terserang penyakit.
6) Bronkiolus

Bronkeolus merupakan cabang dari bronkus, dindingnya lebih tipis


dan salurannya lebih tipis. Bronkeolus bercabang-cabang menjadi
bagian yang lebih halus.
7) Alveolus

Saluran akhir dari saluran pernafasan yang berupa gelembunggelembung udara. Dinding aleolus sanat tipis setebal silapis sel, lembap
dan
berdekatan

dengan

kapiler-kapiler

darah.

Adanya

alveolus

memungkinkan terjadinya luasnya daerah permukaan yang berperan

penting dalam pertukaran gas. Pada bagian alveolus inilah terjadi


pertukaran gas-gas O2 dari udara bebas ke sel-sel darah, sedangkan
perukaran CO2 dari sel-sel tubuh ke udara bebas terjadi.
Paru-paru terletak dalam rongga dada dibatasi oleh otot dada dan
tulang rusuk, pada bagian bawah dibatasi oleh otot dafragma yang kuat.
Paru-paru merupakan himpunana dari bronkeulus, saccus alveolaris dan
alveolus. Diantara selaput dan paru-paru terdapat cairan limfa yang
berfungsi untuk melindungi paruparu pada saat mengembang dan
mengempis. Mengembang dan mengempisnya paru-paru disebabkan
karena adanya perubahan tekana rongga dada.
Paru-paru kanan berlobus tiga Bronkus kanan bercabang tiga.
Sedangkan paru-paru kiri berlobus dua Bronkuis kiri bercabang dua
Posisinya lebih mendatar Dibungkus oleh lapisan pleura yang berfungsi
menghindari gesekan saat bernafas.
2.1.2

FISIOLOGI ORGAN RESPIRASI

Pada awalnya kita menghirup udara melalui rongga hidung yang kemudian
melewati tekak dan pangkal tenggorok kemudian terus ke tenggorokan.
Tenggorok bentuknya seperti pipa yang kuat, terletak di depan kerongkongan,
melalui leher sampai mencapai rongga dada sebelah atas. Dinding tenggorok
diperkuat oleh beberapa cincin rawan yang pada bagian belakangnya terbuka.
Dalam rongga dada, tenggorok bercabang dua yaitu tenggorok kanan dan kiri
yang masing-masing cabang memasuki paru-paru kanan dan paru-paru kiri.
Kedua cabang tenggorok tersebut mempunyai ranting-ranting seperti pada
7

pohon. Pada ranting-rantingnya yang terakhir terdapat gelembung-gelembung


paru-paru yang amat kecil dan amat tipis dindingnya. Gelembung-gelembung
itu hanya dapat dilihat dengan mikroskop.
Dalam dindingnya mengalir darah melalui pembuluh-pembuluh kapiler,
sehingga mudah terjadi pertukaran gas dari darah ke udara yang terdapat
dalam gelembung paru-paru dan sebaliknya. Darah tersebut mengambil zat
pembakar (oksigen) dan mengeluarkan karbondioksida.
Dari penjabaran di atas dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan yaitu
pertama, fungsi utama dari adanya sistem pernafasan kita adalah untuk
memberikan darah gas oksigen yang nantinya disalurkan keseluruh tubuh.
Kedua, ketika kita bernafas maka yang kita hirup adalah gas oksigen
(lambang kimianya O2 ) sedangkan gas yang dilepaskan diesbut gas
karbondioksida dengan lambang kimianya CO2.
Beberapa hal yang berhubungan dengan pernafasan :
(1). Refleks Batuk merupakan cara menghembuskan nafas dengan tiba
tiba yang kekuatannya luar biasa, akibat dari satu rangsangan baik yang
berasal dari dalam dan dari luar. Misalnya dari luar bahan bahan kimia yang
merangsang selaput lendir dijalan pernafasan.
(2). Refleks Bersin meerpakan pengeluaran nafas dengan tiba tiba
akibat dari terangsangnya selaput lendir hidung, dalam hal ini udara keluar
dari hidung dan mulut.
Fisiologi pernafasan dibagi menjadi tiga proses mekanisme utama yaitu
sebagai berikut :
1) Ventilasi pulmonal
Ventilasi pulmonal yaitu keluar masuknya udara antara atmosfir
dan alveoli paru-paru.
2). Difusi oksigen dan Karbondioksida
Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan darah.

3). Transportasi Oksigen dan Karbondioksida


Transportasi oksigen dan karbondioksida dalam darah dan cairan
tubuh dan dari sel-sel.
Mekanisme pernafasan diatur dan di kendalikan dua faktor utama :
1). pengendalian oleh saraf.
2). Pengendalian Kimiawi.
Beberapa faktor tertentu merangsang pusat pernafasan yang terletak
di dalam mendula oblongata, dan kalau dirangsang, pusat itu mengeluarkan
impuls yang disalurkan saraf spinalis ke otot pernafasan yaitu otot
diafragama dan otot interkostalis.
(1) Pengendalaian oleh saraf
Pusat pernafasan ialah suatu pusat otomatik di dalam medula
oblongata yang mengeluarkan impuls eferen ke otot pernapasan. Melalui
beberapa radiks saraf servikalis impuls ini di antarrkan ke diafragma
oleh saraf frenikus: Dibagian yang lebih rendah pada sumsum
belakang ,impulsnya berjalan dari daerah toraks melalui saraf
interkostalis

untuk

merangsang

otot

interkostalis.

Impuls

ini

menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma dan interkostal yang


berkecepatan kira-kira lima belas setiap menit. Impuls aferen yang
dirangsang pemekaran gelembung udara diantarkan saraf vagus ke pusat
pernapasan di dalam medula.
(2) Pengendalian secara kimiawi
Faktor kimiawi ini adalah faktor utama dalam pengendalian dan
pengaturan frekuensi, kecepatan,& kedalaman gerakan pernapasan. Pusat
pernapasan di dalam sumsum sangat peka pada reaksi: kadar alkali daah
harus dipertahankan. Karbon dioksida adalah produksi asam dari
metabolisme, dan bahan kimia yang asam ini merangsang pusat
pernapasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang bekerja atas otot
pernapasan.
Kedua pengendalian, baik melalui saraf maupun secara kimiawi,
adalah penting. Tanpa salah satunya orang tak dapat bernapas terus. Dalam
hal paralisa otot pernapasan ( interkostal dan diafragma) digunakan

ventilasi paru-paru atau suatu alat pernapasan buatan yang lainnya untuk
melanjutkan pernapasan, sebab dada harus bergerak supaya udara dapat
dikeluarmasukkan paru-paru.
Faktor tertentu lainnya menyebabkan penambahan kecepatan dan
kedalaman pernapasan. Gerakan badan yang kuat yang memakai banyak
oksigen dalam otot untuk memberi energi yang diperlukan dalam
pekerjaan akan menimbulkan kenaikan pada jumlah karbon dioksida di
dalam darah dan akibatnya pembesan ventilasi paru-paru.
Emosi, rasa sakit,dan takut,misalnya, menyebabkan impuls yang
merangsang pusat pernapasan dan menimbulkan penghirupan udara secara
kuat-hal yang kita ketahui semua. Impuls aferen dari kulit mengasilkan
efek serupabila badan di celup dalam air dingin atau menerima guyuran
air dingin, penarikan pernapasan kuat menyusul.
Pengendalian secara sadar atas gerakan pernapasan mungkin, tetapi
tidak dapat dijalankan lama karena gerakannya otomatik. Suatu usaha
untuk menahan napas dalam waktu lama akan gagal karena pertambahan
karbon dioksida yang melebihi normal di dalam darah akan menimbulkan
rasa tak enak.
Proses fisiologi respirasi memindahkan oksigen dan udara ke
dalam jaringan dan karbondioksida yang dikeluarkan ke udara dapat
dibagi menjadi tiga stadium yaitu :
1) Difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi
eksterna).
2) Distribusi darah dalam sirkulasi pulmoner dan menyesuaikan dengan
distribusi udara dalam alveolus-alveolus.
3) Reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan darah.
Pernafasan pada manusia terbagi menjadi dua yaitu :

10

Pernapasan dada
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot
antartulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Fase inspirasi. Fase ini diawali berkontraksinya otot antartulang
rusuk sehingga rongga dada terangkat atau membesar, akibatnya
tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di
luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
2. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya
otot antara tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya
tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya,
tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan
luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida
keluar.
Pernapasan Perut
Pernapasan perut adalah pernapasan yang melibatkan otot
diafragma. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut :
1) Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot diafragma
sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga
dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar
yang kaya oksigen masuk.
2) Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya
otot diaframa ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang
rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya,
tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar.

11

2.1.3

Patofisiologi Penyakit Sistem Pernafasan.


1. Patofisiologi penyaki TBC Paru

Bacteri Tubercolosis
Ketika seorang klien TB paru batuk, bersin, atau berbicara,
maka secara tak sengaja keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah,
lantai, atau tempat lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu
udara yang panas, droplet nuklei tadi menguap. Menguapnya droplet
bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan angin akan membuat
bakteri tuberkolosis yang terkandung dalam droplet nuklei terbang ke
udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat, maka orang itu
berpotensi terkena infeksi bakteri tuberkolosis. Penularan bakteri lewat
udara disebut dengan air-borne infection. Bakteri yang terisap akan
melewati pertahanan mukosilier saluran pernapasan dan masuk hingga
alveoli.
Pada titik lokasi di mana terjadi implantasi bakteri, bakteri akan
menggandakan diri (multiplying). Bakteri tuberkolosis dan fokus ini
disebut fokus primer atau lesi primer (fokus Ghon). Reaksi juga terjadi
pada jaringan limfe regional, yang bersama dengan fokus primer
disebut sebagai kompleks primer. Dalam waktu 3-6 minggu, inang
yang baru terkena infeksi akan menjadi sensitif terhadap tes tuberkulin
atau tes Mantoux.
Berpangkal dari kompleks primer, infeksi dapat menyebar ke

12

seluruh tubuh melalui berbagai jalan, yaitu:


1)

Percabangan bronchus
Dapat mengenai area paru atau melalui sputum menyebar
ke laring (menyebabkan ulserasi laring), maupun ke saluran

2)

pencernaan.
Sistem saluran limfe
Menyebabkan adanya regional limfadenopati atau akhirnya
secara tak langsung mengakibatkan penyebaran lewat darah
melalui duktus limfatikus dan menimbulkan tuberkulosis milier.

Aliran darah
Aliran vena pulmonalis yang melewati lesi paru dapat
membawa atau mengangkut material yang mengandung bakteri
tuberkulosis dan bakteri ini dapat mencapai berbagai organ melalui
aliran darah, yaitu tulang, ginjal, kelenjar adrenal, otak.
2. Patofisiologi Penyakit Asma
Perubahan patologis yang menyebabkan obstruksi saluran napas
terjadi pada bronkus ukuran sedang dan bronkiolus dengan diameter
1mm. Penyempitan jalan napas disebabkan oleh bronkospasme, edema
mukosa dan hipersekresi mukus yang kental.
Kesulitan

utama

terlatak

pada

ekspirasi.

Percabangan

traneobronkial melebar dan memanjang selama inspirasi, tetapi sulit


untuk memasukkan udara keluar dari bronkiolus yang sempit,
mengalami edema dan terisi mukus, yang dalam keadaan normal akan
berkontraksi sampai pada tingkatan tertentu pada ekspirasi.
Udara terperangkap pada bagian distal tempat penyumbatan,
sehingga terjadi hiperinflasi progresif dari paru-paru. Sewaktu pasien
berusaha memaksakan udara keluar akan timbul mengi ekspirasi
memanjang yang merupakan ciri khas asma.

13

3. Patofisiologi Penyakit Pneumonia

Peradangan akut yang biasanya berasal dari suatu infeksi,


disebut pneumonia atau pneumonitis. Pneumonia dapat terjadi akibat
menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di tenggorokan terisap
masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari luka di
tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran napas, agen (bibit
penyakit) yang masuk akan dilawan oleh berbagai sistem pertahanan
tubuh manusia. Misalnya, dengan batuk-batuk, atau perlawanan oleh
sel-sel pada lapisan lendir tenggorokan, hingga gerakan rambut-rambut
halus (silia) untuk mengeluarkan mukus (lendir) tersebut keluar.
4. Patofisiologi Penyakit Sindrom Distres Respirasi Dewasa (ARDS)
Acute Respiratory Distress Syndrome Adalah bentuk khusus
dari kegagalan pernapasan yang ditandai dengan hipoksemia yang jelas
dan tidak dapat diatasi dengan penanganan konvensional. Kerusakan
sistemik

menyebabkan

terjadi hipoksia

seluler

penurunan
dan

perfusi

jaringan

terjadipelepasan

sehingga

faktor-faktor

biokimia( enzim lisosom, vasoaktif, system komplemen, asam


metabolic, kolagen, histamine ) yang menyebabkan peningkatan
permiabilitas kapiler paru yang berakibat terhadap penurunan aktivitas
surfaktan sehingga terjadi edema interstisial alveolar paru dan
menyebabkan Kolaps alveolar yang progresif sehingga compliance
paru menurun (Stiff lung) dan meningkatkan shunting sehingga
terjadi hipoksia arterial
BEBERAPA PENYAKT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN :
1. Patofisilogi Penyakit Faringitis
Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus
dapat secara langsung menginvasi mukosa faring menyebabkan respon
inflamasi lokal. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila
epitel terkikis makan jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi
pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonklear.
Pada stadium awal terdapathiperemi, kemudian edema dan sekresi
yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan

14

kemudian cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding


faring.

Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi


lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu
terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel
limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak
lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak. Virus-virus
seperti Rhinovirus dan Coronavirus dapat menyebabkan iritasi
sekunder pada mukosa faring akibat sekresi nasal. Streptococcal
infeksi/peradangan ditandai oleh pelepasan dan invasi toksin ekstra
seluler lokal dan proteases.
2. Patofisiologi Penyakit Laringitis
Laringitis merupakan inflamasi dari mukosa laring dan pita
suara yang berlangsung kurang dari 3 minggu. Para influenza virus,
yang merupakan penyebab terbanyak dari laringitis, masuk melalui
inhalasi dan menginfeksi sel dari epitelium saluran nafas lokal yang
bersilia, ditandai dengan edema dari lamina propria, submukosa, dan
adventitia , diikuti dengan infitrasi selular dengan histosit, limfosit,
selplasma

dan

lekosit

polimorfonuklear

(PMN).

Terjadi

pembengkakan dan kemerahan dari saluran nafas yang terlibat,


kebanyakan ditemukan pada dinding lateral dari trakea dibawah pita
suara. Karena trakea subglotis dikelilingi oleh kartilago krikoid, maka
pembengkakan terjadi pada lumen saluran nafasdalam, menjadikannya
sempit, bahkan sampai hanya sebuah celah. Membran pelindung plika
vokalis biasanya merah dan membengkak. Puncak terendah pada
pasien dengan laringitis berasal dari penebalan yang tidak beraturan
sepanjang seluruh plika vokalis.
3. Patofisiologi Penyakit Bronkitis
Bronkitis akut terjadi karena adanya respon inflamasi dari
membran mukosa bronkus. Pada bronkitis kronis maupun empisema
terjadi

penyempitan

saluran pernapasan.Penyempitan

ini

dapat

menyebabkan abstruksi jalan napas dan menimbulkan sesak. Pada


orang dewasa, bronkitis kronik terjadi akibat hipersekresi mucus dalam
bronkus karena hipertrofi kelenjar submukosa dan penambahan jumlah
15

sel goblet dalam epitel saluran nafas. Pada sebagian besar pasien
pembersihan mukosiliar menjadi terhambat karena produksi mucus
yang

berlebihan

dan

kehilangan

silia, menyebabkan

batuk

produktif . Pada anak-anak, bronchitis kronik disebabkan oleh respon


endogen, trauma akut saluran pernafasan, atau paparan alergen atau
iritan secara terus-menerus.
2.1.4

ASURANSI KESEHATAN
BPJS

Kesehatan

(Badan

Penyelenggara

Jaminan

Sosial

Kesehatan) merupakanBadan Usaha Milik Negara yang ditugaskan


khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan
kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk Pegawai Negeri
Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis
Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya ataupun
rakyat biasa. BPJS Kesehatan bersama BPJS Ketenagakerjaan (dahulu
bernama

Jamsostek)

merupakan

program

pemerintah

dalam

kesatuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diresmikan pada


tanggal 31 Desember 2013. Untuk BPJS Kesehatan mulai beroperasi
sejak tanggal 1 Januari 2014, sedangkan BPJS Ketenagakerjaan mulai
beroperasi sejak 1 Juli 2014. BPJS Kesehatan sebelumnya bernama
Askes (Asuransi Kesehatan), yang dikelola oleh PT Askes Indonesia
(Persero), namun sesuai UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS, PT. Askes
Indonesia

berubah

menjadi

BPJS

Kesehatan

sejak

tanggal 1

Januari 2014.
1. Kepesertaan umum
Setiap warga negara Indonesia dan warga asing yang sudah
berdiam di Indonesia selama minimal enam bulan wajib menjadi
anggota BPJS. Ini sesuai pasal 14 UU BPJS.
Setiap perusahaan wajib mendaftarkan pekerjanya sebagai
anggota BPJS. Sedangkan orang atau keluarga yang tidak bekerja

16

pada perusahaan wajib mendaftarkan diri dan anggota keluarganya


pada BPJS. Setiap peserta BPJS akan ditarik iuran yang besarnya
ditentukan kemudian. Sedangkan bagi warga miskin, iuran BPJS
ditanggung pemerintah melalui program Bantuan Iuran.
Menjadi peserta BPJS tidak hanya wajib bagi pekerja di sektor
formal, namun juga pekerja informal. Pekerja informal juga wajib
menjadi anggota BPJS Kesehatan. Para pekerja wajib mendaftarkan
dirinya dan membayar iuran sesuai dengan tingkatan manfaat yang
diinginkan.
Jaminan kesehatan secara universal diharapkan bisa dimulai
secara bertahap pada 2014 dan pada 2019, diharapkan seluruh warga
Indonesia sudah memiliki jaminan kesehatan tersebut. Menteri
Kesehatan Nafsiah

Mboi menyatakan

BPJS

Kesehatan

akan

diupayakan untuk menanggung segala jenis penyakit namun dengan


melakukan upaya efisiensi.

2.2 TINJAUAN BERDASARKAN KASUS


2.2.1 KONSEP DASAR MEDIS
1. Definisi
TB Paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil
mikobakterium tuberkulosa tipe humanus ( jarang oleh tipe M.
Bovinus). TB paru merupakan penyakit infeksi penting saluran napas
bagian bawah. Basil mikobakterium tuberculosa tersebut masuk
kedalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet infeksion)
sampai alveoli, terjadilah infeksi primer (ghon). Selanjutnya
menyebar ke kelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer
kompleks (ranke). (ilmu penyakit paru, muhammad Amin).
Tb paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi.
Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan
oleh basil Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu

17

penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang sebagian besar basil


tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection
dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer
dari ghon ( Hood Alsagaff, th 1995. hal 73)
2. Etiologi
Penyebabnya adalah kuman mycobacterium tuberculosa. Sejenis
kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 /mm dan
tebal 0,3-0,6 /mm. sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak
(lipid). Lipid ini adalah yang membuat kuman lebih tahan terhadap
gangguan kimia dan fisik.
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan
dingin (dapat bertahan-tahan dalam lemari es).
3. Patofisiologi
Port deentri kuman microbakterium tuberculosis adalah saluran
pernapasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit.
Kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi melalui udara (air borne),
yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil
tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di
inhalasi terdiri dari satu sampai tiga gumpalan basil yang lebih besar
cenderung tertahan disaluran hidung dan cabang besar bronkus dan
tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus
biasanya dibagian bawah lobus atau paru-paru atau dibagian atas
lobus bawah atau paru-paru tau dibagian bawah atas lobus bawah.
Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit
polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit
bacteria namun tidak membunuh org anisme tersebut. Sesudah harihari pertama maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang
terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia
akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh denagn sendirinya sehingga
tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus
dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil
juga menyebar melalui getah bening regional. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu

18

membentuk sel tuberkel epitolit yang dikelilingi leh fosit. Reaksi ini
biasanya membutuhkan waktu 1 sampai 10 hari.
4. Manifestsi klinik
1) Batuk disertai dahak lebih dari 3 minggu
2) Sesak napas dan nyeri dada
3) Badan lemah, kurang enak badan
4) Berkeringat pada malam hari walau tanpa kegiatan berat badan
menurun (Penyakit infeksi TB paru dan ekstra paru, Misnadiarly)
5. Pemeriksaan penunjang
1) Kultur Sputum adalah Mikobakterium Tuberkulosis Positif pada
tahap akhir penyakit
2) Tes Tuberkalin adalah Mantolix test reaksi positif (area indurasi
10-15 mm terjadi 48-72 jam)
3) Poto Thorak adalah Infiltrasi lesi awal pada area paru atas : pada
tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan
batas tidak jelas : pada kavitas bayangan, berupa cincin : pada
klasifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas
tinggi.
4) Bronchografi adalah untuk melihat kerusakan bronkus atau
kerusakan paru karena Tb paru
5) Darah adalah peningkatan leukosit dan laju Endap darah (LED)
6) Spirometri adalah Penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital
menurun
6. Pengobatan
Secara garis besar penatalaksanaan TBC dibagi menjadi 2 yaitu
farmakologi dan nonfarmakologi
Farmakologi
1) Kategori I
Obat 2HRZE / 4H3R3
(1) Untuk kasus baru
(2) BTA (-)
(3) Hasil rongsen (+) / Extra Pulmoner
2) Kategori II
Obat 2 HRZES / 1 HRZE / 5 H3R3E3
(1) Kasus kambuh BTA (+)
(2) Kasus gagal pengobatan

19

3) Kategori III
Obat 2HRZ / 4H3R3
(1) Kasus BTA (-)
(2) Rongsen (+) klinis
(3) Kasus extra pulmoner ringan
Nonfarmakologi
1)
2)
3)
4)

Modifikasi diet : banyak makan makanan yang bergizi (diet TKTP)


Mengurangi aktivitas berlebihan
Hindari merokok dan minum alkohol
Jika terjadi sesak duduk semifowler dan latihan batuk efektif

7. Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat
terjadi pada penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :
1) Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena
tersumbatnya jalan napas.
2) Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari
lobus akibat retraksi bronchial.
3) Bronkiektasis

(pelebaran

broncus

setempat)

dan

fibrosis

(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada


paru.
4) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan
ginjal.
8. Pencegahan
1) Imunisasi BCG pada anak balita, Vaksin BCG sebaiknya diberikan
sejak anak masih kecil agar terhindar dari penyakit tersebut.
2) Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus segera
diobati sampai tuntas agar tidak menjadi penyakit yang lebih berat
dan terjadi penularan.
3) Jangan minum susu sapi mentah dan harus dimasak.
4) Bagi penderita untuk tidak membuang ludah sembarangan.

20

5) Pencegahan terhadap penyakit TBC dapat dilakukan dengan tidak


melakukan kontak udara dengan penderita, minum obat pencegah
dengan dosis tinggi dan hidup secara sehat. Terutama rumah harus
baik ventilasi udaranya dimana sinar matahari pagi masuk ke dalam
rumah.
6) Tutup mulut

dengan

meludah/mengeluarkan

sapu
dahak

tangan
di

bila

batuk

sembarangan

serta

tidak

tempat

dan

menyediakan tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang
dianjurkan dokter dan untuk mengurangi aktivitas kerja serta
menenangkan pikiran.
2.2.2

KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian
1) Aktivitas /Istirahat
(1). Kelemahan umum dan kelelahan.
(2). Napas pendek dgn. Pengerahan tenaga.
(3). Sulit tidur dgn. Demam/kerungat malam.
(4). Mimpi buruk.
(5). Takikardia, takipnea/dispnea.
(6). Kelemahan otot, nyeri dan kaku.
2) Integritas Ego :
(1).
Perasaan tak berdaya/putus asa.
(2).
Faktor stress : baru/lama.
(3).
Perasaan butuh pertolongan
(4).
Denial.
(5).
Cemas, iritable.
3) Makanan/Cairan :
(1). Kehilangan napsu makan.
(2). Ketidaksanggupan mencerna.
(3). Kehilangan BB.
(4). Turgor kulit buruk, kering, kelemahan otot, lemak subkutan
tipis.
4) Nyaman/nyeri :
(1). Nyeri dada saat batuk.
(2). Memegang area yang sakit.
(3). Perilaku distraksi.
5) Pernapasan :
(1). Batuk (produktif/non produktif)
(2). Napas pendek.
(3). Riwayat tuberkulosis
(4). Peningkatan jumlah pernapasan.
(5). Gerakan pernapasan asimetri.
(6). Perkusi : Dullness, penurunan fremitus pleura terisi cairan)
(7). Suara napas : Ronkhi

21

(8). Sputum : hijau/purulen, kekuningan, pink.


6) Kemanan/Keselamatan :
(1). Adanya kondisi imunosupresi : kanker, AIDS, HIV positip.
(2). Demam pada kondisi akut.
7) Interaksi Sosial :
(1). Perasaan terisolasi/ditolak.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret
kental atau sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema
trakeal/faringeal.
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya
keefektifan permukaan paru, atelektasis, kerusakan membran
alveolar kapiler, sekret yang kental, edema bronchial.
3) Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan
antara suplai oksigen / kebutuhan, Kelemahan umum, Tirah baring
lama / immobilisasi
4) Gangguan keseimbangan

nutrisi,

kurang

dari

kebutuhan

berhubungan dengan kelelahan, batuk yang sering, adanya


produksi sputum, dispnea, anoreksia, penurunan kemampuan
finansial.
5) Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi aktif.
3. Intervensi
Diagnosa
Keperawatan
Bersihan jalan
napas tidak efektif
berhubungan
dengan sekret
kental atau sekret
darah, kelemahan,
upaya batuk buruk,
edema
trakeal/faringeal.

Tujuan

Intervensi

Setelah diberikan tindakan


keperawatan kebersihan jalan
napas efektif, dengan criteria
hasil:

a. Kaji ulang fungsi


pernapasan: bunyi napas,
kecepatan, irama, kedalaman dan
penggunaan otot aksesori.
b. Catat kemampuan untuk
mengeluarkan secret atau batuk
efektif, catat karakter, jumlah
sputum, adanya hemoptisis.
c. Berikan pasien posisi semi
atau Fowler, Bantu/ajarkan batuk
efektif dan latihan napas dalam.
d. Bersihkan sekret dari mulut
dan trakea, suction bila perlu.

22

Mempertahankan jalan
napas pasien.
Mengeluarkan sekret
tanpa bantuan.
Menunjukkan prilaku
untuk memperbaiki
bersihan jalan napas.
Berpartisipasi dalam

program pengobatan
sesuai kondisi.
Mengidentifikasi
potensial komplikasi
dan melakukan
tindakan tepat.

Gangguan
Setelah diberikan tindakan
pertukaran gas
keperawatan pertukaran gas
berhubungan
efektif, dengan kriteria hasil:
dengan
berkurangnya
Melaporkan tidak
keefektifan
terjadi dispnea.
permukaan paru,
Menunjukkan
atelektasis,
perbaikan ventilasi dan
kerusakan
oksigenasi jaringan
membran alveolar
adekuat dengan GDA
kapiler, sekret
dalam rentang normal.
yang kental, edema
Bebas dari gejala
bronchial.
distress pernapasan.

Gangguan
keseimbangan
nutrisi, kurang dari
kebutuhan
berhubungan
dengan kelelahan,
batuk yang sering,
adanya produksi
sputum, dispnea,
anoreksia,
penurunan

23

Setelah diberikan tindakan


keperawatan diharapkan
kebutuhan nutrisi adekuat,
dengan kriteria hasil:

Menunjukkan berat
badan meningkat
mencapai tujuan
dengan nilai
laboratoriurn normal
dan bebas tanda

e. Pertahankan intake cairan


minimal 2500 ml/hari kecuali
kontraindikasi.
f. Lembabkan udara/oksigen
inspirasi.
Kolaborasi:
g. Berikan obat: agen
mukolitik, bronkodilator,
kortikosteroid sesuai indikasi.
a. Kaji dispnea, takipnea,
bunyi pernapasan abnormal.
Peningkatan upaya respirasi,
keterbatasan ekspansi dada dan
kelemahan.
b. Evaluasi perubahan-tingkat
kesadaran, catat tanda-tanda
sianosis dan perubahan warna
kulit, membran mukosa, dan
warna kuku.
c. Demonstrasikan/anjurkan
untuk mengeluarkan napas
dengan bibir disiutkan, terutama
pada pasien dengan fibrosis atau
kerusakan parenkim.
d. Anjurkan untuk bedrest,
batasi dan bantu aktivitas sesuai
kebutuhan.
e. Monitor GDA.
f. Kolaborasi: Berikan oksigen
sesuai indikasi.
a. Catat status nutrisi paasien:
turgor kulit, timbang berat
badan, integritas mukosa mulut,
kemampuan menelan, adanya
bising usus, riwayat
mual/rnuntah atau diare.
b. Kaji ulang pola diet pasien
yang disukai/tidak disukai.
c. Monitor intake dan output
secara periodik.
d. Catat adanya anoreksia,

kemampuan
finansial.

mual, muntah, dan tetapkan jika


ada hubungannya dengan

medikasi. Awasi frekuensi,


volume, konsistensi Buang Air
Besar (BAB).
e. Anjurkan bedrest.
f. Lakukan perawatan mulut
sebelum dan sesudah tindakan
pernapasan.
g. Anjurkan makan sedikit dan
sering dengan makanan tinggi
protein dan karbohidrat.
Kolaborasi:
h. Rujuk ke ahli gizi untuk
menentukan komposisi diet.
i. Awasi pemeriksaan
laboratorium. (BUN, protein
serum, dan albumin).
Hipertermi
Setelah diberikan tindakan
a.
Kaji suhu tubuh pasien
berhubungan
keperawatan diharapkan suhu
b.
Beri kompres air hangat
dengan proses
tubuh kembali normal dengan
c.
Berikan/anjurkan pasien
inflamasi aktif.
KH :
untuk banyak minum 1500-2000
cc/hari (sesuai toleransi)
Anjurkan pasien untuk
Suhu tubuh 36C-37C d.
menggunakan pakaian yang tipis
dan mudah menyerap keringat
e.
Observasi intake dan
output, tanda vital (suhu, nadi,
tekanan darah) tiap 3 jam sekali
atau sesuai indikasi
f.
Kolaborasi : pemberian
cairan intravena dan pemberian
obat sesuai program.
Intoleransi
Setelah diberikan tindakan
a. Evaluasi respon pasien
aktivitas
keperawatan pasien diharapkan terhadap aktivitas. Catat
berhubungan
mampu melakukan aktivitas
laporan dispnea, peningkatan
dengan
dalam batas yang ditoleransi
kelemahan atau kelelahan.
ketidakseimbangan dengan kriteria hasil:
b. Berikan lingkungan tenang
antara suplai dan
dan batasi pengunjung selama
kebutuhan
fase akut sesuai indikasi.
Melaporkan atau
oksigen.
c. Jelaskan pentingnya istirahat
menunjukan
dalam rencana pengobatan dan
peningkatan toleransi

24

malnutrisi.
Melakukan perubahan
pola hidup untuk
meningkatkan dan
mempertahankan berat
badan yang tepat.

terhadap aktivitas yang


dapat diukur dengan
adanya dispnea,
kelemahan berlebihan,
dan tanda vital dalam
rentan normal.

4. Penyimpangan KDM

25

perlunya keseimbangan aktivitas


dan istirahat.
d. Bantu pasien memilih posisi
nyaman untuk istirahat.
e. Bantu aktivitas perawatan
diri yang diperlukan. Berikan
kemajuan peningkatan aktivitas
selama fase penyembuhan.

26

BAB III
STUDI KASUS
SKENARIO 1 :
Seorang pria 57 th, datang bersama keluarga ke puskesmas dengan
keluhan batuk sejak 3 minggu yang lalu. Karakteristik batuk lebih sering
pada mlam hari, banyak mengeluarkan keringat dan disertai oleh sesak
napas. Hasil pemeriksaan auskultasi diperoleh adanya ronchi pada kedua
lapangan paru.

Hasil pemeriksaan penunjang foto rongent diperoleh

adanya infiltrate dan hasil labolatorium pada sputum diperoleh BTA (+).
Keluhan lain yang dirasakan mual,tidak nafsu makan dan pasien merasa
lemas dan kepala tearasa pusing. Observasi TTV diperoleh TD :90/60
mmHg, Nadi : 120x/m, Pernapasan : 20x/m, suhu : 36o C dan capilary >3.

1. Kata kunci
Batuk 3 minggu yang lalu
Batuk lebih sering pada malam hari
Berkeringat disertai sesak nafas
Hasil pemeriksaan auskultasi diperoleh adanya ronchi pada
kedua lapangan paru
Hasil Rontgen diperoleh adanya Infiltrate
Hasil lab pada Sputum diperoleh BTA (+)
Mual, Nafsu makan menurun, Lemas dan Pusing
Ttv diperoleh :
TD : 90/60 mmHg
Fn :120 x/menit
Fp:28 x/menit
S :36
CRT > 3 detik.

27

2. Pertanyaan penting:
1. Berdasarkan skenario diatas, penyakit tersebut lebih mengarah ke
penyakit apa ?
2. Mengapa karakteristik batuk klien lebih sering pada malam hari ?
3. Mengapa klien banyak mengeluarkan keringat pada malam hari
dan disertai dengan sesak nafas ?
4. Mengapa hasil pemeriksaan Auskultasi diperoleh adanya ronchi
pada lapangan paru ?
5. Mengapa hasil pemeriksaan Foto Rontgen diperoleh adanya
infiltrate ?
6. Mengapa hasil pemeriksaan Laboratorium Pada Sputum diperoleh
BTA (+) ?
2. Jawaban
Pertanyaan
Penting
7. Mengapa
Frekuensi
Tekanan darah klien menurun diperoleh
1. Berdasarkan scenario, penyakit yang dialami oleh pasien lebih
mengarah pada penyakit TB paru
2. Karena disebabkan oleh factor eksternal yaitu penurunan suhu
malam hari sehingga menyebabkan batuk klien lebih sering terjadi.
3. Karena terdapat sekret di kedua lapang paru yg menyebabkan
klien sesak nafas dan berkeringat di malam hari
4. Karena terdapat penumpukan secret pada kedua lapang paru
sehingga menghasilkan bunyi ronchi pada saat pemeriksaan
auskultasi
5. Karena terdapat secret pada lapang paru sehingga pada waktu
dilakukan poto rontgen maka akan diperoleh hasil rontgen dengan
adanya infiltrate
6. Mycobacterium tuberculosis merupakan salah satu dari
BTA(Bakteri Tahan Asam). Jika pada sputum pasien terdapat
BTA, maka diperoleh BTA(+). Karena pasien menderita TB maka,
diperoleh BTA(+)
7. Karena pasien anoreksia sehingga menyebabkan suplai nutrisi
jantung berkurang.

28

8.Resiko terjadinya penyakit jantung koroner pada pasien


dengan DM sebesar 2- 4 lebih tinggi dibandingkan orang
biasa. Hal ini berkaitan dengan adanya abnormalitas
metabolisme lipid, obesitas, hipertensi sistemik, peningkatan
.4. Informasi Tambahan

trombogenesis (peningkatan tingkat adhesi platelet dan

peningkatan trombogenesis).
1) Infiltrate
Yaitu gambaran akibat adanya dahak atau mucus di paru-paru. Di
foto rontgen, infiltrate ini tampak seperti kabut putih tipis.

2) BTA (bakteri tahan asam)


Yaitu merupakan bakeri yang memiliki ciri-ciri yaitu yang berantai
karbon (C) yang panjangnya 8-95. Dan memiliki dinding sel yang
tebal yang terdiri dari lapisan lilin dan asam lemak nikolat,lipid

.5. Analisa Sintesa:

Tanda dan gejala

29

Nama Penyakit
Asma

TBC

Ispa

Batuk

Berkeringat

Sesak napas

Ronci paru

BTA (+)

Mual

Nafsu makan

Lemas

.6. Tujuan Pembelajaran :

Mahasiswa mampu menerapkan serta memecahkan masalah


gangguan sistem respirasi dan mampu mengaplikasikan konsep
berpikir kritis dalam proses keperawatan.

30

7. Informasi Baru :
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak diperoleh :
1. TBC Paru BTA positif

Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya positif

1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada
menunjukan gambaran tcb aktif

1 spesimen dahak hasilnya BTA positif dan biakan positif

2. TBC Paru BTA negatif

Pemeriksaan dahak 3 kali hasilnya negatif, gambaran klinik dan


kelainan radiologik menunjukkan tbc aktif, tidak respon dengan
pemberian antibiotik spektrum luas, pertimbangan klinis untuk
diberikan obat tuberkulosis siklus penuh

Pemeriksaan dahak hasilnya BTA negatif dan biakan positif tb paru

BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN DATA DASAR DAN FOKUS


Pengkajian tgl :
Jam
Tanggal MRS

No. RM

Ruang / Kelas

Dx. Masuk

Identitas

31

Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama

: Tn. X
: 57 tahun
:L
: Islam

WITA

Tempat / tgl / lhr


Pendidikan
Pekerjaan
Suku/bangsa
Status perkawinan
Penanggung biaya

:
:
:
:
:
:

Riwayat Sakit dan Keluhan utama


: Batuk
Riwayat
keluhan
utama
: keluhan batuk sejak 3
Kesehatan
minggu yang lalu dengan karakteristik batuk lebih
sering pada malam hari, banyak mengeluarkan
keringat dan disertai sesak napas.
Keluhan saat ini
: pasien mengeluh mual,
tidak nafsu makan, merasa lemas dan kepala terasa
pusing.
Diagnosa Medis : TB Paru
Penyakit yang pernah diderita : pasien belum pernah
menderita penyakit ini sebelumnya
Penyakit yang pernah diderita keluarga : keluarga
pasien belum pernah menderita penyakit yang sama
dengan pasien
ROS

Riwayat alergi:
Observasi dan pemeriksaan Fisik (RoS: Reviev of
System)
Keadaan Umum :
baik
sedang
lemah
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital
Tekanan darah : 90/60 mmHg Nadi : 120 x/m
Suhu : 36 oC pernapasan : 28 x/m

Pernapasan
B1 ( Breath)

Pola nafas
Irama :
Jenis stokes :
ceyne

32

teratur
Dispnea

tidak
kusmaul

Suara nafas :

vesikuler

wheezing

ronchi

Sesak nafas :
Batuk :

stridor
dll:

ya

tidak

ya

tidak

Masalah : Pasien mengalami gangguan pada


pernapasan
Kardiovaskular
B2 (Blood)

Irama jantung :
S1/S2

regular

ireguler

ya

Bunyi jantung :

tidak

normal

murmur

gallop dll:
CRT :

<3detik

Akral :

>3detik

hangat

dingin kering

panas

dingin

basah

Masalah : CRT pasien > 3 detik


Persyarafan B3
(Brain)
penginderaan

GCS :

Eye :4 Verbal :5 Motorik :6

Refleks fisiologis :
biceps

patella

total:15
triceps

lain-lain :

Refleks patologis :

babinsky

kernig lain-lain
Istirahat / tidur :

jam/hari

gangguan tidur: ya

Masalah : pasien susah untuk tidur karena sering batuk


Penglihatan

33

Pupil

isokor

anisokor

Lain-lain
Sclera/konjungtiva :

anemis

ikterus
Lain-lain:
Pendengaran / telinga
Gangguan pendengaran :

ya

tidak
Jelaskan:
Lain-lain
Penciuman (hidung)
Bentuk :

normal

tidak

Jelaskan :
Gangguan penciuman :

ya

tidak
Jelaskan
Masalah: tidak mengalami gangguan
Perkemihan B4
(Bladder)

Kebersihan :
Urin :

cc/hari,

bersih

kotor

warna :

bau:

Alat bantu (kateter dan lain-lain): jelaskan :


Kandung kencing : membesar

ya

tidak
Nyeri tekan

ya

tidak

Gangguan :

34

anuria

oliguria

retensi

inkontinesia

nokturia
Pencernaan (B5)
Bowel

Masalah :
Nafsu makan :
Frekuensi :

baik

menurun

x hari

Porsi makan :

habis

tidak

Ket :
Minum

cc/hari

Jenis :

Mulut dan tenggorokan


Mulut

bersih

kotor

lembab

kering

berbau
Mukosa

:
stomatitis

Tenggorokan :

sakit menelan/ nyeri tekan

kesulitan menelan
tonsil

pembesaran

lain-lain

Abdomen perut

tegang

ascites

nyeri tekan

Lokasi : lambung
Peristaltic :
Pembesaran hepar :
Pembesaran lien :
Buang air besar

kembung

: x/hari

x/menit
ya

tidak

ya

tidak
teratur :

ya
tidak

35

Konsistensi :

bau:

warna:

Lain-lain:
Masalah : pasien tidak nafsu makan
Musculoskeletal /
integumen B6
(Bone)

Kemampuan pergerakan sendi

bebas

terbatas
Kekuatan otot :
Kulit
warna kulit

ikterus

sianosis

kemerahan

pucat

Hiperpigmentasi :
Turgor :

baik

sedang

jelek
Oedema :

ada

tidak ada

Lokasi:
Lain-lain
Masalah :
B. IDENTIFIKASI DATA
1. Keluhan (Data Subjektif)
1) Pasien mengeluh batuk lebih sering pada malam hari
2) Pasien mengeluh sesak napas
3) Pasien mengeluh mual
4) Pasien mengeluh lemas
5) Pasien mengeluh kepalanya terasa pusing
6) Pasien mengeluh tidak nafsu makan
2. Data objektif
1) Pasien nampak berkeringat banyak
2) Hasil foto rontgen diperoleh adanya infiltrate
3) Hasil laboratorium pada sputum diperoleh BTA (+)
4) Hasil auskultasi diperoleh adanya ronchi pada kedua lapangan paru
5) CRT > 3 detik
6) TTV:

36

Tekanan darah 90/60 mmHg


Frekwensi nadi 120 x/m
Suhu 36 oC
Frekwensi pernapasan 28 x/m
C. KLASIFIKASI/ PENGELOMPOKKAN DATA BERDASARKAN
GANGGUAN KEBUTUHAN
NO

DATA

1.

DS:
1. Pasien mengeluh
sesak napas

KEBUTUHAN YANG
TERGANGGU
Bersihan jalan napas tidak efektif

DO:
1. Hasil auskultasi
diperoleh adanya
ronchi pada kedua
lapangan paru
2. Frekwensi napas 28
x/m
2.

3.

DS:
1. Pasien mengeluh
mual
2. Pasien mengeluh
lemas
3. Pasien mengeluh
tidak nafsu makan

DO:
DS:
1. Pasien mengeluh
lemas

Ketidakseimbangan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh

Intoleran aktivitas

DO:
1. Tekanan darah
90/60 mmHg
4.
37

DS:

Ansietas

1. Pasien mengeluh
batuk lebih sering
pada malam hari
2. Pasien mengeluh
sesak napas
DO:
1. Frekuensi nadi 120
x/m
D. ANALISA DATA BERDASARKAN PATOFISIOLOGI DAN
PENYIMPANGAN KDM
Penyakit: TB Paru
Respon Utama: Batuk darah
Penyimpangan KDM:
Mycobacterium tuberculosis
Masuk ke paru-paru(alveoli)
Bakteri berkembang biak dialveoli
Infeksi
TBC
Reaksi inflamasi dan kerusakan parenkim paru
Bersihan
jalan napas
tidak
efektif

Produksi secret dan


Reaksi sistematis
pecahnya pembuluh darah
anoreksia
batuk produktif dan
batuk darah
intake makanan
BB

Lemah

ansietas
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan

E. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


38

Intoleran
aktivitas

1.
2.
3.
4.

Bersihan jalan nafas tidak efektif


Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Intoleran aktivitas
Ansietas

F. INTERVENSI
NO
1.

DIAGNOSA
Bersihan jalan napas tidak
efektif
Definisi : ketidakmampuan
untuk membersihkan secret atau
obstruksi saluran napas guna
mempertahankan jalan napas
yang bersih

NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
x 24 jam, pasien akan:
1. Mengeluarkan secret secara efektif
2. Pada pemeriksaan auskultasi, memiliki
suara napas yang jernih
3. Mempunyai irama dan frekwensi
pernapasan dalam rentang normal

Batasan karakteristik:
DS:

NIC

1.
2.

3.

4.
5.

1. Pasien mengeluh sesak


napas
DO:
2. Hasil auskultasi
diperoleh adanya ronchi
pada kedua lapangan
paru
3. Frekwensi napas 28 x/m
2.

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
Definisi : asupan nutrisi tidak
mencukupi kebutuhan metabolic
Batasan karakteristik:
DS:
1. Pasien mengeluh
mual
2. Pasien mengeluh lemas
3. Pasien mengeluh tidak
nafsu makan

39

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama


x 24 jam, pasien akan:
1. Mempertahankan BB
2. Melaporkan tingkat energy yang adekuat

1.
2.

3.

4.

Intoleran aktivitas
Definisi: ketidakcukupan energy
fisioogis atau psikologis untuk
melanjutkan atau menyelesaikan
aktivitas sehari-hari yang ingin
atau harus dilakukan.

Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama


X 24 jam pasien dapat memenuhi kebutuhan
aktivitasnya , dengan indicator:
1) klien berpartisipasi dalam aktifitas sesuai
kemampuan klien
2) Frekuensi jantung 60-100 x/ m
3) TD 120-80 mmHg

1.

2.
3.

Batasan karakteristik:
DS:
1. Pasien mengeluh lemas

5.

DO:
Tekanan darah 90/60 mmHg
Frekuensi nadi 120 x/m
Ansietas
Definisi: perasaan tidak nyaman
yang samar disertai respon
autonom; perasaan takut yang
disebabkan oleh antisipasi
terhadap bahaya..
Batasan karakteristik:
DS:
1. Pasien mengeluh batuk
lebih sering pada malam
hari
2. Pasien mengeluh sesak
napas
DO:
3. Frekuensi nadi 120 x/m

40

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama


x 24 jam, pasien akan :
1. Meneruskan aktivitas yang dibutuhkan
meskipun mengalami kecemasan
2. Memiliki tanda-tanda vitas dalam batas
normal

1.

2.

3.

4.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan kasus yang ada serta tanda dan gejala dapat
disimpulkan bahwa pasien mengalami penyakit TBC yang merupakan
suatu penyakit yang di akibatkan oleh bakteri Myocardium tubercolosis.
TB paru dapat terjadi dengan peristiwa sebagai berikut: Ketika seorang
klien TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak sengaja
keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya.
Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet nuklei
tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan
pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkolosis yang terkandung
dalam droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh
orang sehat, maka orang itu berpotensi terkena infeksi bakteri
tuberkolosis.
Adapun diagnosa yang kami angkat dalam penyakit ini berupa
diagnosa diantaranya :
1.
2.
3.
4.
5.

Dx.Bersihan jalan nafas tidak efektif


Dx.Ketidakefektifan pola napas
Dx.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Dx.Intoleran aktivitas
Dx. Gangguan pola tidur

5.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kami meminta agar pembaca berkenan memberikan kritik
dan saran demi kesempurnaan dimasa mendatang . AMIN

41

Kepada pihak prodi


Agar dapat memberikan bimbingan kepada mahasiswa terutama
jurusan keperawatan dalam segala sesuatu yang berhubungan dengan

keperawatan baik itu teori maupun praktek.


Kepada pihak perawat
Untuk memberikan pelayanan berkualitas yang berorentasi pada
kebutuhan klien dengan upaya Meningkatkan pelayanan kepada klien
dengan sikap yang ramah dan juga bisa mengerti dan memahami
keadaan

klien,

serta

dapat

hubungan saling percaya terhadap klien,

menjalin

bina

serta dapat memberikan

penjelasan kepada pihak-pihak yang bersangkutan tentang masalah

yang terjadi.
Kepada pihak keluarga
Untuk dapat memberikan kenyamanan terhadap klien sehingga
klien yang bersangkutan merasa nyaman dalam kondisi yang dialami

sekarang.
Kepada pihak pembaca
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
sangat jauh dari yang namanya kesempurnaan, karena masih memiliki
kekurangan yang harus di perbaiki, untuk itu dengan tangan tebuka
kami memerlukan kritikan maupun masukan dari rekan-rekan yang
bersifat membangun untuk perbaikan makalah yang nantinya akan

kami buat selanjutnya.


Kepada para penulis
Pada rekan-rekan yang bersangkutan dalam pembuatan makalah ini
agar dapat menjunjung tinggi rasa soldaritas, kekompakan dan lebih
aktif lagi dalam pembuatan makalah serta menjadi pelajaran dalam
pembuatan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner&Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 1&2.


42

Jakarta: Penerbit buku kedokteran : EGC


Crofton, John. 2002. Pedoman penanggulangan TB, Widya Medika: Jakarta
Departemen

Kesehatan.

Republik

Indonesia.

2002.

Pedoman

Nasional

Penanggulangan TB. Jakarta


Doenges, ME at. All., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan, Edisi III, Cetakan I, EGC,
Jakarta.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid 1. Jakarta:
FKUI
http://bio-franata.blogspot.com/2008/11/Pernapasan-pada-manusia.html
http://id.wikipedia.org/wiki/sistem_pernapasan

43

Anda mungkin juga menyukai

  • Leaflet Rematik
    Leaflet Rematik
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Rematik
    Digit Gitalovers Selalu
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Rom Gambar
    Leaflet Rom Gambar
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Rom Gambar
    Digit Gitalovers Selalu
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Rematik
    Leaflet Rematik
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Rematik
    Digit Gitalovers Selalu
    Belum ada peringkat
  • Tugas Mulok Athifa Kelas 8
    Tugas Mulok Athifa Kelas 8
    Dokumen22 halaman
    Tugas Mulok Athifa Kelas 8
    Digit Gitalovers Selalu
    Belum ada peringkat
  • Nar Koba
    Nar Koba
    Dokumen42 halaman
    Nar Koba
    Digit Gitalovers Selalu
    Belum ada peringkat
  • Vany
    Vany
    Dokumen7 halaman
    Vany
    Digit Gitalovers Selalu
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Diit DM
    Leaflet Diit DM
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Diit DM
    Digit Gitalovers Selalu
    Belum ada peringkat
  • Askep Thypoid 2
    Askep Thypoid 2
    Dokumen42 halaman
    Askep Thypoid 2
    Digit Gitalovers Selalu
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Dispepsia
    Leaflet Dispepsia
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Dispepsia
    Digit Gitalovers Selalu
    Belum ada peringkat
  • Addin
    Addin
    Dokumen10 halaman
    Addin
    Digit Gitalovers Selalu
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Bronchopnemonia
    Leaflet Bronchopnemonia
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Bronchopnemonia
    Digit Gitalovers Selalu
    Belum ada peringkat
  • Askep Gadar Gastritis Erosiva
    Askep Gadar Gastritis Erosiva
    Dokumen21 halaman
    Askep Gadar Gastritis Erosiva
    Digit Gitalovers Selalu
    Belum ada peringkat
  • Leaflet GGK CKD
    Leaflet GGK CKD
    Dokumen2 halaman
    Leaflet GGK CKD
    Digit Gitalovers Selalu
    Belum ada peringkat
  • Leaflet HT Fix
    Leaflet HT Fix
    Dokumen2 halaman
    Leaflet HT Fix
    nafisyarifah
    Belum ada peringkat
  • Ratu HD
    Ratu HD
    Dokumen7 halaman
    Ratu HD
    Digit Gitalovers Selalu
    Belum ada peringkat
  • Satuan Acara Penyuluhan
    Satuan Acara Penyuluhan
    Dokumen1 halaman
    Satuan Acara Penyuluhan
    Digit Gitalovers Selalu
    Belum ada peringkat
  • OPTIMASI SISTEM MUSKULOSKELETAL
    OPTIMASI SISTEM MUSKULOSKELETAL
    Dokumen55 halaman
    OPTIMASI SISTEM MUSKULOSKELETAL
    Digit Gitalovers Selalu
    Belum ada peringkat
  • Askep Gadar Gastritis Erosiva
    Askep Gadar Gastritis Erosiva
    Dokumen21 halaman
    Askep Gadar Gastritis Erosiva
    Digit Gitalovers Selalu
    Belum ada peringkat
  • Edithing Modul
    Edithing Modul
    Dokumen43 halaman
    Edithing Modul
    Digit Gitalovers Selalu
    Belum ada peringkat
  • PANDUAN PERSALINAN
    PANDUAN PERSALINAN
    Dokumen7 halaman
    PANDUAN PERSALINAN
    Maman Hendra
    Belum ada peringkat
  • Batuk Efektif
    Batuk Efektif
    Dokumen13 halaman
    Batuk Efektif
    Digit Gitalovers Selalu
    Belum ada peringkat
  • Modul Neuro
    Modul Neuro
    Dokumen43 halaman
    Modul Neuro
    Digit Gitalovers Selalu
    Belum ada peringkat
  • Partograf Makalahku
    Partograf Makalahku
    Dokumen17 halaman
    Partograf Makalahku
    wimbydea
    Belum ada peringkat
  • Alur Ronde Keperawatan
    Alur Ronde Keperawatan
    Dokumen1 halaman
    Alur Ronde Keperawatan
    Digit Gitalovers Selalu
    Belum ada peringkat
  • 5 Alur Supervisi
    5 Alur Supervisi
    Dokumen1 halaman
    5 Alur Supervisi
    Digit Gitalovers Selalu
    Belum ada peringkat
  • Chapter II 22
    Chapter II 22
    Dokumen41 halaman
    Chapter II 22
    'Okha SeHrie NutT'
    Belum ada peringkat
  • Hubungan Amnesia Post Trauma Kepala Jurnal PDF
    Hubungan Amnesia Post Trauma Kepala Jurnal PDF
    Dokumen11 halaman
    Hubungan Amnesia Post Trauma Kepala Jurnal PDF
    arya
    Belum ada peringkat
  • Askep Stroke
    Askep Stroke
    Dokumen13 halaman
    Askep Stroke
    Digit Gitalovers Selalu
    Belum ada peringkat
  • Askep Stroke
    Askep Stroke
    Dokumen13 halaman
    Askep Stroke
    Digit Gitalovers Selalu
    Belum ada peringkat