Anda di halaman 1dari 19

Pengaturan Suhu Tubuh dan Peningkatan Metabolisme

Mahasiswa Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510
No. Telp (021) 5694-2061
Fax: (021) 563-1731
___________________________________________________________________________
Pendahuluan
Agar laju proses kimia dan sistem enzim yang berlangsung di dalam tubuh
dapat berfungsi optimal tergantung kepada rentang suhu tubuh yang sempit. Maka suhu tubuh
harus dipertahankan relatif konstan. Agar suhu tubuh berada pada rentang relatif konstan
(seimbang) tersebut tergantung kepada keseimbangan antara produksi panas dan pengeluaran
panas yang berlangsung dalam tubuh.
Yang mengatur keseimbangan antara pembentukan panas dan kehilangan panas
tersebut adalah hipotalamus yang merupakan pusat pengaturan suhu tubuh. Saraf-saraf yang
terdapat pada bagian hipotalamus anterior dan hipotalamus posterior memperoleh dua sinyal,
satu berasal dari saraf perifer yang menghantarkan sinyal dari reseptor panas/dingin dan yang
lain berasal dari suhu darah yang memperdarahi bagian hipotalamus itu sendiri.
Apabila

terjadi

gangguan

keseimbangan

terhadap

pembentukan

panas

dan pengeluaran panas maka akan menimbulkan perubahan terhadap suhu tubuh seperti
demam. Demam berupa kenaikan terhadap suhu tubuh. Dimana apabila terjadi peningkatan
suhu di dalam tubuh dapat meningkatkan sistem metabolisme tubuh yang dipacu karena suhu
di tubuh telah naik dari kisaran suhu tubuh normal.
Berikut adalah pembahasan lebih lanjut mengenai pengaturan suhu tubuh dan
peningkatan metabolisme.

Pembahasan
Skenario E

1 Pengaturan Suhu Tubuh dan Peningkatan Metabolisme

Seorang wanita usia 35 tahun sejak 2 hari yang lalu menderita demam yang kadang-kadang
disertai menggigil. Ia sudah minum obat warung tetapi tidak sembuh sehingga akhirnya ia
berobat ke dokter. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan : TD 110/70 mmHg, N 100 x/menit,
suhu 390C, RR 19x/menit.
Pusat dan Pengaturan Suhu Tubuh
Pengeluaran energi menghasilkan panas, yang penting dalam regulasi suhu. Manusia
biasanya berada di lingkungan yang lebih dingin daripada tubuhnya, sehingga harus secara
terus-menerus menghasilkan panas untuk mempertahankan suhu tubuhnya. Mereka juga
harus memiliki mekanisme mendinginkan tubuh jika mendapat terlalu banyak panas dari
aktivitas otot rangka yang menghasilkan panas atau dari lingkungan eksternal yang panas.
Suhu tubuh harus diatur karena laju reaksi kimia sel bergantung pada suhu, dan panas
berlebihan merusak protein-protein sel.
Suhu tubuh sendiri diatur oleh hipotalamus. Hipotalamus berfungsi sebagai pusat
integrasi termoregulasi tubuh, menerima informasi aferen tentang suhu di berbagai bagian
tubuh dan memicu penyesuaian yang sangat kompleks dan terkoordinasi dalam mekanisme
penerimaan panas dan pembuangan panas sesuai dengan kebutuhan untuk mengoreksi setiap
penyimpangan suhu inti tubuh normal. Hipotalamus dapat berespon terhadap perubahan suhu.
Derajat responsivitas hipotalamus terhadap penyimpangan suhu tubuh disesuaikan secara
tepat sehingga panas yang dihasilkan atau dikeluarkan cukup untuk mempertahankan suhu
tubuh tetap normal.1
Untuk menyeimbangkan mekanisme pengeluaran panas dan mekanisme pembentuk
dan penghemat panas, hipotalamus harus diberi secara terus-menerus tentang suhu inti dan
suhu kulit oleh reseptor peka suhu khusus yang disebut termoreseptor. Suhu ini dipantau oleh
termoreseptor sentral yang terletak dihipotalamus itu sendiri serta di tempat lain di susunan
saraf pusat. Termoreseptor perifer memantau suhu kulit diseluruh tubuh dan menyalurkan
tentang perubahan suhu tubuh ke permukaan ke hipotalamus.
Dihipotalamus terdapat dua pusat regulasi suhu. Regio posterior diaktifkan oleh
dingin dan kemudian memicu refleks-refleks yang memerantai produksi dan penghematan
panas. Regio anterior yang diaktifkan oleh panas memicu refleks-refleks yang memerantarai
pengeluaran panas. Sedangkan pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan di beberapa bagian
2 Pengaturan Suhu Tubuh dan Peningkatan Metabolisme

tubuh tertentu seperti diketiak, mulut, dan rektum. Dimana didapatkan suhu tertinggi berada
di rektum dan suhu terendah di ketiak.
Suhu tubuh yang diukur dimulut secara tradisional sebesar 37 0C dianggap normal.
Namun studi baru-baru ini menunjukkan bahwa suhu tubuh bervariasi di antara individu dan
bervariasi sepanjang hari. Berkisar dari 35,50C pada pagi hari hingga 37,70C sedangkan pada
malam hari dengan rerata keseluruhan 36,70C.1
Selain itu, tidak ada satu suhu tubuh karena suhu bervariasi dari organ ke organ. Dari
sudut pandang termoregulasi tubuh dapat dianggap sebagai suatu inti sentral yang dikelilingi
oleh selubung luar. Suhu didalam inti sentral yang terdiri dari organ abdomen dan thoraks,
susunan saraf pusat, dan otot rangka, umumnya relatif lebih konstan. Suhu inti internal ini
berada di bawah regulasi ketat untuk dipertahankan secara homeostatik. Jaringan inti
berfungsi paling baik pada suhu relatif konstan sekitar 37,80C.
Suhu inti sebagian besar orang normalnya bervariasi sekitar 1 0C pada siang hari
dengan suhu terendah pada pagi hari sebelum bangun saat jam 6 sampai jam 7 pagi dan
tertinggi pada sore hari saat jam 5 sampai jam 7 sore. Karena itu suhu inti dapat bervariasi,
suhu yang relatif konstan dimungkinkan oleh adanya mekanisme termoregulasi multiple yang
dikoordinasikan oleh hipotalamus.2
Suhu inti adalah cerminan dari kandungan panas total tubuh. Asupan panas ketubuh
harus diseimbangkan dengan pengeluaran panas agar kandung panas total konstan sehingga
suhu inti juga konstan. Asupan panas berasal dari panas yang beroleh dari lingkungan luar
dan produksi panas internal dengan yang terakhir merupakan sumber yang terpenting panas
tubuh. Sebagian besar pengeluaran energi tubuh akhirnya muncul sebagai panas. Panas ini
penting untuk mempertahankan suhu inti. Pada kenyataannya panas yang dihasilkan biasanya
lebih besar daripada yang dibutuhkannya untuk mempertahankan suhu tubuh pada kisaran
normal sehingga kelebihan panas harus dikeluarkan dari tubuh.
Keseimbangan antara asupan dan pengeluaran panas sering terganggu oleh perubahan
panas internal untuk tujuan yang tidak berkaitan dengan regulasi suhu tubuh terutama oleh
olahraga yang sangat meningkatkan produksi panas dan perubahan suhu lingkungan eksternal
yang mempengaruhi derajat penambahan atau pengurangan panas yang terjadi antara tubuh
dan lingkungan sekitar. Harus dilakukan penyesuaian pada mekanisme pembentukan dan
3 Pengaturan Suhu Tubuh dan Peningkatan Metabolisme

pengeluaran panas agar suhu tubuh dapat dipertahankan dalam kisaran yang sempit meskipun
produksi panas metabolik dan suhu lingkungan mengalami perubahan. Jika suhu inti mulai
turun maka produksi panas ditingkatkan dan kehilangan panas diminimalkan sehingga suhu
dapat dipertahankan normal. Sebaliknya jika suhu inti mulai meningkat melebihi normal
maka diperlukan koreksi dengan peningkatan pengeluaran panas sementara produksi panas
dikurangi.
Semua penambahan atau kehilangan panas antara tubuh dan lingkungan eksternal
harus berlangsung antara permukaan tubuh dan lingkungannya. Hukum-hukum fisika yang
sama yang mengatur perpindahan panas antara benda-benda mati juga mengontrol
perpindahan panas antara permukaan tubuh dan lingkungan. Suhu suatu benda dapat
dianggap sebagai suatu ukuran konsentrasi benda panas tersebut. Karena itu panas selalu
mengalir mengikuti penurunan gradien konsentrasinya.
Tubuh sendiri menggunakan empat mekanisme untuk memindahkan panas yaitu
radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi. Radiasi adalah emisi energi panas dari permukaan
suatu benda hangat dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau gelombang panas yang
merambat dalam ruang. Ketika suatu energi radiasi mengenai sebuah benda dan diserap maka
energi gerakan gelombang akan diubah menjadi panas didalam benda. Tubuh manusia
memancarkan dan menyerap energi radiasi. Apakah tubuh memperoleh dan kehilangan panas
melalui radiasi bergantung bergantung antara suhu dengan permukaan kulit dan permukaan
benda lain dilingkungan. Karena pemindahan panas melalui radiasi selalu dari benda yang
lebih hangat ke benda yang lebih dingin maka tubuh memperoleh panas dari benda yang lebih
hangat daripada permukaan kulit, misalnya matahari atau kayu yang terbakar. Sebaliknya
tubuh kehilangan panas dari melalui radiasi ke benda-benda dilingkungan yang
permukaannya lebih dingin daripada permukaan kulit.
Konduksi atau hantaran adalah pemindahan panas antara benda-benda yang berbeda
suhunya yang berkontak langsung satu sama lain, dengan panas yang lain menuruni gradien
suhu dari benda yang lebih hangat ke benda yang lebih dingin melalui pemindahan dari
molekul ke molekul. Semua molekul terus menerus bergetar dengan molekul yang lebih
hangat bergerak cepat daripada yang dingin. Ketika molekul-molekul dengan kandungan
yang lebih panas berbeda saling bersentuhan maka molekul yang lebih hangat akan bergerak
lebih cepat memicu molekul yang lebih dingin tersebut menjadi lebih hangat. Selama proses
4 Pengaturan Suhu Tubuh dan Peningkatan Metabolisme

ini molekul yang lebih hangat kehilangan sebagian dari energi suhunya karena melambat dan
menjadi lebih dingin. Karena itu asalkan waktunya cukup maka suhu dua benda yang saling
bersentuhan akhirnya akan sama.
Laju pemindahan panas melalui konduksi bergantung pada perubahan suhu antara
benda-benda yang bersentuhan dan bahan antar panas bahan yang terlibat yaitu seberapa
mudah panas dihantarkan oleh molekul bahan. Panas dapat bertambah atau berkurang melalui
konduksi ketika kulit berkontak dengan suatu konduktor atau penghantar yang baik.
Contohnya ketika anda memegang bola es misalnya, tangan anda menjadi dingin karena
panas mengalir dari tangan ke bola es sebaliknya, ketika anda menempelkan bantal pemanas
ke bagian tubuh anda maka bagian tubuh tersebut menghangat sewaktu panas dipindahkan ke
tubuh anda.
Kemudian konveksi, konveksi merujuk kepada pemindahan energi panas oleh arus
udara. Sewaktu tubuh kehilangan panas melalui konduksi ke udara sekitar yang lebih dingin,
udara yang berkontak langsung dengan kulit menjadi hangat. Karna udara hangat lebih ringan
daripada udara dingin, maka udara yang telah dihangatkan tersebut naik sementara udara
yang lebih dingin berpindah ke dekat kulit menggantikan udara yang telah hangat tersebut.
Proses ini kemudian berulang. Pergerakan udara ini yang dikenal sebagai arus konveksi,
membantu membawa panas menjauhi tubuh. Jika tidak terjadi arus konveksi maka tidak lagi
terjadi pembebasan panas setelah suhu lapisan udara yang tepat berada disekitar tubuh
menyamai suhu kulit.
Proses kombinasi pengeluaran panas dari suhu tubuh dengan konduksi-konveksi
diperkuat oleh pergerakan udara di atas permukaan tubuh, baik oleh gerakan udara eksternal
seperti yang ditimbulkan oleh angin atau kipas, atau oleh gerakan tubuh menerobos udara,
misalnya sewaktu naik sepeda. Karena pergerakan paksa udara menyapu udara yang telah
dihangatkan oleh hantaran dan menggantinya dengan udara yang lebih dingin secara lebih
cepat maka jumlah panas yang dapat dikeluarkan dari tubuh dalam jangka waktu tertentu juga
lebih banyak. Karena itu angin membuat kita lebih dingin pada cuaca panas dan hari-hari
berangin pada musim salju akan terasa lebih dingin daripada hari-hari tenang dengan suhu
dingin yang sama.

5 Pengaturan Suhu Tubuh dan Peningkatan Metabolisme

Pemindahan energi panas melalui arus udara itu dikenal dengan konveksi. Udara
dingin yang dihangatkan oleh tubuh melalui konduksi naik dan diganti oleh udara yang lebih
dingin. Proses ini ditingkatkan oleh perpindahan paksa udara melalui permukaan tubuh.
Lalu evaporasi atau biasa disebut dengan penguapan adalah metode terakhir
pemindahan panas yang digunakan oleh tubuh. Ketika udara menguap dari permukaan kulit,
panas yang diperlukan untuk mengubah air dari keadaan cair menjadi gas diserap dari kulit
sehingga tubuh menjadi lebih dingin. Pembuangan panas dengan evaporasi menyebabkan
anda merasa lebih dingin ketika baju renang anda basah daripada ketika kering. Pengeluaran
panas secara evaporatif terjadi terus menerus dari lapisan dalam saluran pernapasan dan dari
permukaan kulit. Panas secara terus menerus keluar melalui uap H2O diudara ekspirasi akibat
kelembaban udara sewaktu udara melewati sistem pernapasan.2,3
Demikian juga, karna kulit bukan lapisan yang sama sekali kedap air maka molekulmolekul H2O secara terus menerus berdifusi menembus kulit dan menguap. Evaporasi dari
kulit yang terus menerus ini sama sekali tidak berkaitan dengan kelenjar keringat. Proses
pengeluaran panas pasti melalui evaporasi ini tidak berada dibawah kontrol fisiologik dan
berlangsung terus bahkan pada cuaca yang sangat dingin, saat masalahnya adalah bagaimana
mempertahankan panas tubuh. Penguapan adalah perubahaan suatu cairan misalnya keringat
menjadi uap air, sewaktu proses yang memerlukan panas yang diserap dari kulit.
Selanjutnya yang berhubungan adalah berkeringat. Berkeringat adalah proses
pengeluaran panas evaporatif dibawah kontrol saraf simpatis. Laju pengeluaran panas
evaporatif dapat diubah dengan mengubah banyaknya keringat yaitu mekanisme homeostatik
penting untuk mengeluarkan kelebihan panas sesuai kebutuhan. Pada kenyataanya, ketika
suhu lingkungan melebihi suhu kulit berkeringat adalah satu-satunya cara untuk
mengeluarkan panas, karna pada keadaan ini tubuh memperoleh panas melalui radiasi dan
konduksi.
Keringat adalah larutan garam encer yang dikeluarkan ke permukaan kulit oleh
kelenjar keringat yang tersebar di seluruh tubuh. Keringat harus diuapkan dari kulit agar
terjadi pengeluaran panas. Jika keringat hanya menetes dari permukaan kulit atau dihapus
maka tidak terjadi pengeluaran panas. Ketika kelembaban relatif tinggi, maka udara hampir
jenuh oleh H2O sehingga kemampuan udara menerima tambahan kelembaban dari kulit
menjadi terbatas. Karena itu, pada hari yang panas dan lembab tidak banyak panas yang dapat
6 Pengaturan Suhu Tubuh dan Peningkatan Metabolisme

dikeluarkan dari tubuh. Kelenjar keringat terus mengeluarkan cairannya, tetapi keringat
hanya menempel dikulit atau menetes dan tidak menguap dan menimbulkan efek
mendinginkan sebagai ukuran untuk rasa tidak nyaman yang berkaitan dengan kombinasi
panas dan kelembaban yang tinggi.
Pembentukan Energi Karbohidrat dan Lemak
Karbohidrat
- Glikolisis dan Oksidasi Piruvat
Semua enzim glikolisis ditemukan di sitosol. Glukosa memasuki glikolisis melalui
fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat yang dikatalis oleh heksokinase dengan menggunakan
ATP sebagai donor fosfat. Dalam kondisi fisiologis, fosforilasi glukosa menjadi glukosa 6fosfat dapat dianggap bersifat ireversibel. Heksokinase dihambat secaara alosterik oleh
produknya, yaitu glukosa 6-fosfat.
Di jaringan selain hati ketersediaan glukosa untuk glikolisis dikontrol oleh tinggi
untuk glukosa, dan di hati dalam kondisi normal enzim ini mengalami saturasi sehingga
bekerja dengan kecepatan tetap untuk menghasilkan glukosa 6-fosfat untuk memenuhi
kebutuhan sel. Sel hati juga mengandung suatu isoenzim heksokinase, glukokinase yang
memiliki Km yang jauh lebih tinggi daripada konsentrasi glukosa intrasel normal. Fungsi
glukokinase di hati adalah untuk mengeluarkan glukosa dari darah setelah makan dan
menghasilkan glukosa 6-fosfat yang melebihi kebutuhan glikolisis, yang digunakan untuk
sintesis glikogen dan lipogenesis.
Glukosa 6-fosfat adalah suatu senyawa penting yang berada di pertemuan beberapa
jalur metabolik. Pada glikolisis, senyawa ini diubah menjadi fruktosa 6-fosfat oleh
fosfoheksosa isomerase yang melibatkan suatu isomerasi aldosa-ketosa. Reaksi ini diikuti
oleh fosforilasi lain yang dikatalis oleh enzim fosfofruktokinase untuk membentuk fruktosa
1,6-bifosfat. Reaksi fosfofruktokinase secara fungsional dapat dianggap ireversibel dalam
kondisi fisiologi reaksi ini dapat diinduksi dan diatur secara alosterik, dan memiliki peran
besar dalam mengatur laju glikolisis. Fruktosa 1,6-bifosfat dipecah oleh aldolase menjadi dua
triosa fosfat, gliseraldehida 3-fosfat dan dihidroksiaseton fosfat. Gliseraldehida 3-fosfat dan
dihidrokaseton fosfat dapat saling terkonversi oleh enzim fosfotriosa isomerase.4
7 Pengaturan Suhu Tubuh dan Peningkatan Metabolisme

Glikolisis berlanjut dengan oksidasi gliseraldehida 3-fosfat mejadi 1,3-bifosfogliserat.


Enzim yang mengkatalisis reaksi oksidasi ini, gliseraldehid 3-fosfat dehidrogenase, bersifat
dependen-NAD. Secara struktual, enzim ini terdiri dari empat polipeptida identik yang
membentuk suatu tetramer. Empat gugus -SH terdapat di masing-masing polipeptida dan
berasal dari residu sistein di dalam rantai polipeptida. Salah satu gugus -SH terdapat di
tempat aktif enzim. Substrat yang awalnya berikatan dengan gugus -SH ini, membentuk
suatu tiohemiasetal yang dioksidasi menjadi satu ester tiol hidroghen yang dikeluarkan saat
oksidasi ini dipindahkan ke NAD. Ester tiol kemudian mengalami fosforolisis fosfat
anorganik ditambahkan yang membentuk 1,3-bifosfo-gliserat ke ADP, membentuk ATP dan
3-fosfogliserat.4
Karena untuk setiap molekul glukosa yang mengalami glikolisis dihasilkan 2 molekul
triosa fosfat, pada tahap ini dihasilkan 2 molekul ATP per molekul glukosa yang mengalami
glikolisis. Toksisitas arsen terjadi karena kompetisi arsenat dengan fosfat anorganik dalam
reaksi

di atas untuk menghasilkan 1-arseno-3-fosfogliserat, yang mengalami o spontan

menjadi 3-fosfogliserat tanpa pembentukan ATP. 3-fosfogliserat mengalami isomerasi


menjadi 2-fosfogliserat oleh fosfogliserat mutase. Besar kemungkinannya bahwa 2,3bisfosfogliserat (difosfogliserat, DPG) merupakan zat antara dalam reaksi ini.4
Langkah berikutnya dikatalisis oleh enolase dan melibatkan suatu dehidrasi yang
membentuk fosfoenolpiruvat. Enolase dihambat oleh fluorida, dan jika pengambilan sampel
darah untuk mengukur glukosa dilakukan, tabung penampung darah tersebut diisi oleh
fluorida untuk menghambat glikolisis. Fosfat pada fosfoenolpiruvat dipindahkan ke ADP oleh
piruvat kinase untuk membentuk 2 molekul ATP per satu molekul glukosa yang dioksidasi.
Keadaan redoks jaringan kini menentukan jalur mana dari dua jalur yang diikuti.
Pada kondisi anaerob, NADH tidak dapat direoksidasi melalui rantai respiratorik menjadi
oksigen. Piruvat direduksi oleh NADH menjadi laktat yang dikatalis oleh laktat
dehidrogenase. Terdapat berbagai isoenzim laktat dehidrogenase spesifik-jaringan yang
pentig secara klinis. Pada keadaan aerob, piruvat diserap ke dalam mitokondria, dan setelah
menjalani dekarboksilasi oksidatif menjadi asetil KoA, dioksidasi menjadi CO 2 oleh siklus
asam sitrat.
Piruvat yang terbentuk di sitosol diangkut ke dalam mitokondria oleh suatu simporter
proton. Di dalam mitokondria, piruvat mengalami dekarboksilasi oksidatif menjadi asetil8 Pengaturan Suhu Tubuh dan Peningkatan Metabolisme

komplekspiruvat piruvat dehidrogenase ini analog dengan kompleks alfa ketoglutarat


dehidrogenase pada siklus asam sitrat. Piruvat mengalami dekarboksilasi oleh komponen
piruvat dehirogenase pada kompleks enzim tersebut menjadi turunan hidroksietil cincin tiazol
tiamin difosfat, yang kemudian bereaksi dengan lipoamida teroksidasi, yakni gugus prostetik
pada dihidrolipoil transasetilase, untuk membentuk asetil lipoaamida. Tiamin adah vitamin B 1
dan jika jumlahnya kurang, metabolisme glukosa akan terganggu dan mungkin terjadi
asidosis laktat dan piruvat yang signifikan. Asetil lipoamida bereaksi dengan koenzim A
untuk membentuk asetil-KoA dan lipoamida tereduksi. Reaksi ini tuntas apabila lipoamida
yang tereduksi direoksidasi oleh suatu flavoprotein yaitu dihidrolipoil dehidrogenase, yang
mengandung FAD. Akhirnya, flavoprotein tereduksi mengalami oksidasi oleh NAD, yang
kemudian memindahkan ekuivalen pereduksi ke rantai respiratorik.
Piruvat + NAD+ + KoA

Asetil-KoA + NADH + H+ + CO2

- Siklus Asam Sitrat: Katabolisme Asetil-KoA


Reaksi awal antara asetil-KoA dan oksaloasetat untuk membentuk sitrat dikatalis oleh
sitrat sintase yang membentuk ikatan karbon ke karbon antara karbon metil pada asetil-KoA
dan karbon karbonil pada oksaloasetat. Ikatan tioester pada sitril-KoA yang terbentuk
mengalami hidrolisis dan membebaskan sitrat dan KoASH suatu reaksi eksotermik. Sitrat
mengalami isomerasi menjadi isositrat oleh enzim akonitase. Racun fluorida bersifat toksik
karena fluoroasetil-KoA berkondensasi dengan oksaloasetat untuk membentuk fluorositrat,
yaitu menghambat akonitase sehingga terjadi penimbunan sitrat.
Isositrat mengalami dehidrohenase yang dikatalisis oleh isositrat dehidrogenase
untuk membentuk, oksalosuksinat pada awalnya, yang tetap berikatan pada enzim dan
mengalami dekarboksilasi menjadi alfa ketoglutarat. Alfa ketoglutarat mengalami
dekarboksilasi oksidatif dalam suatu rekasi yang dikatalis oleh suatu kompleks multienzim
yang mirip dengan kompleks multienzim yang berperan dalam dekarboksilasi oksidatif
piruvat. Kompleks alfa ketoglutarat dehidrogenase memerlukan kofaktor yang sama dengan
kofaktor yang diperlukan kompleks piruvat dehidrogenase tiamin difosfat, lipoat, NAD, FAD,
dan KoA serta menyebabkan terbentuknya suksinil KoA. Kesetimbangan reaksi ini jauh lebih
menguntungkan pembentukan suksinil KoA sehingga secara fisiologis reaksi ini harus
dianggap berjalan satu arah. seperti halnya oksidasi piruvat, arsenit menghambat reaksi ini
yang menyebabkan akumulasi substrat yaitu alfa ketoglutarat.4
9 Pengaturan Suhu Tubuh dan Peningkatan Metabolisme

Suksinil KoA diubah menjadi suksinat oleh enzim suksinat tiokinase. Reaksi ini
adalah satu-satunya contoh fosforilasi tingkat substrat dalam siklus asam sitrat. Metabolisme
suksinat yang menyebabkan terbentuknya oksaloasetat, memiliki rangkaian eaksi kimia yang
sama seperti yang terjadi pada oksidasi beta asam lemak: enzim idrogenase untuk membentuk
ikatan rangkap karbon-ke-karbon, penambahan air untuk membentuk gugus hidroksil, dan
dehidrogenasi lebih lanjut untuk menghasilkan gugus okso pada oksaloasetat.
Reaksi dehidrogenasi pertama yang mebentuk fumarat

dikatalis

oleh suksinat

dehidrogenase yang terikat pada permukaan dalam membran dalam mitokondria. Enzim ini
mengandung FAD dan protein besi-sulfur, dan secara langsung mereduksi ubikuinon dalam
rantai transpor elektron. Fumarase mengkatalisis penambahan air pada ikatan rangkap
fumarat sehingga menghasilkan malat. Malat diubah menjadi oksaloasetat oleh malat
dehidrogenase, suatu reaksi yang memerlukan NAD. Meskipun keseimbangan reaksi ini jauh
menguntungkan malat, namun aliran netto reaksi tersebut adalah ke oksaloasetat karena
oksaloasetat terus dikeluarkan membentuk sitrat, sebagai substrat glukoneogenesis, atau
mengalami transaminasi menjadi aspartat serta reoksidasi NADH terjadi scara kontinu.
- Glikogenesis & Glikogenolisis
Seperti pada glikolisis, glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat yang
dikatalis heksokinase di otot, dan glukokinase di hati. Glukosa 6-fosfat mengalami isomerasi
menjadi glukosa 1-fosfat oleh fosfoglukomutase. Enzim itu sendiri mengalami fosforilasi dan
gugus fosfo ikut serta dalam suatu reaksi reversibel dengan glukosa 1,6-bifosfat sebagai zat
antaranya adalah. Kemudian, glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin trifosfat untuk
membentuk nukleotida aktif uridin difosfat glukosa dan pirofosfat yang dikatalis oleh
UDPGlc pirofosforilase. Reaksi berlangsung dalam arah pembentukan UDPGlc karena
pirofosfatase menggkatalisis hidrolisis pirofosfat menjadi 2 kali fosfat sehingga salah satu
produk tersebut reaksi dihilangkan.
Glikogen sintase mengkatalisis pembentukan sebuah ikatan glikosida antara C1
glukosa UDPGlc dan C4 residu glukosa terminal glikogen yang membebaskan uridin difosfat.
Suatu molekul glikogen yang sudah ada, atau primer glikogen harus ada agar reaksi ini dapat
berlangsung. Primer glikogen ini pada gilirannya dapat dibentuk pada suatu primer protein
yang dikenal sebgai glikogenin. residu glukosa lain melekat pada posisi 1

4 untuk

membentuk suatu rantai pendek yang merupakan substrat untuk glikogen sintase.
10 Pengaturan Suhu Tubuh dan Peningkatan Metabolisme

Penambahan sebuah residu glukosa ke rantai glikogen yang sudah ada, atau primer, terjadi di
ujung luar molekul sehingga cabang-cabang molekul nonreproduksi glikogen memanjang
seiring dengan terbentuknya ikatan 1

4. Ketika rantai memiliki panjang sedikit 11 residu

glukosa, sebagian rantai 1

4 dipindah kan ke rantai di dekatnya oleh branching enzyme

untuk membentuk ikatan 1

6 sehingga terbentuk titik percabangan.4

Glikogen fosforilase mengkatalisis tahap penentu kecepatan glikogenolisis dengan


mengkatalisis pemecahan fosforoilitik ikatan 1

4 glikogen untuk menghasilkan glukosa 1-

fosfat. Reduksi glukosil terminal dari rantai terluar molekul glikogen dikeluarkan secara
sekuensial sampai tersisa sekitar empat residu glukosa di kedua sisi suatu cabang 1

6.

Enzim lain memindahkan 1 unit trisakarida dari suatu cabang ke cabang lain yang
menyebabkan terpajannya titik cabang 1

6. Hidrolisis ikatan

6 memerlukan

debranching enzyme, glukan transferase dan debranching enzyme mungkin merupakan kedua
bentuk aktivitas dari suatu protein tunggal. Reaksi yang dikatalisis oleh fosfoglukomutase
bersifat reversibel sehingga glukosa 6-fosfat dapat dibentuk dari glukosa 1-fosfat. Di hati
tetapi tidak di otot, glukosa 6-fosfatase menghidrolisis glukosa 6-fosfat yang menghasilkan
glukosa yang diekspor sehingga kadar glukosa darah meningkat.4
Lemak (Lipid)
Lipid merupakan konstituen makanan yang penting tidak saja karena nilai energinya
yang tinggi, tetapi juga karena vitamin larut-lemak dan asam lemak esential yang terkandung
di dalam lemak makanan alami. Berfungsi sebagai insulator panas di jaringan subcutan. Lipid
non polar berfungsi sebagai insulator listrik. Kombinasi lipid dan protein (lipoprotein) adalah
konstituen sel yang penting, yang terdapat baik di membran sel maupun di mitokondria, dan
juga berfungsi sebagai transport lipid dalam darah.
Lipid diklasifikasikan menjadi lipid sederhana atau kompleks. Lipid sederhana: Ester
asam lemak dengan berbagai alkohol. Lemak (fat): ester asam lemak dengan gliserol. Minyak
(oil) adalah lemak dalam keadaan cair. Wax (malam) adalah ester asam lemak dengan alkohol
monohidrat berberat molekul tinggi.
Lipid kompleks: ester asam lemak yang mengandung gugus gugus selain alkohol
dan asam lemak. Fosfolipid adalah lipid yang mengandung suatu residu asam fosfor, selain
asam lemak dan alkohol. Glikolipid adalah lipid yang mengandung asam lemak, sfingosin,
dan karbohidrat. Lipid kompleks lain adalah lipid seperti sulfolipid dan aminolipid.
11 Pengaturan Suhu Tubuh dan Peningkatan Metabolisme

Prekursor dan lipid turunan. Kelompok ini mencakup asam lemak, gliserol, steroid,
alkohol lain, aldehid lemak, dan badan keton.
Metabolisme Lemak
Secara ringkas, hasil akhir dari pemecahan lipid dari makanan adalah asam lemak dan
gliserol. Jika sumber energi dari karbohidrat telah mencukupi, maka asam lemak mengalami
esterifikasi yaitu membentuk ester dengan gliserol menjadi trigliserida sebagai cadangan
energy jangka panjang. Jika sewaktu-waktu tak tersedia sumber energi dari karbohidrat
barulah asam lemak dioksidasi, baik asam lemak dari diet maupun jika harus memecah
cadangan trigliserida jaringan. Proses pemecahan trigliserida ini dinamakan lipolisis.
Proses oksidasi asam lemak dinamakan oksidasi beta dan menghasilkan asetil KoA.
Selanjutnya sebagaimana asetil KoA dari hasil metabolisme karbohidrat dan protein, asetil
KoA dari jalur inipun akan masuk ke dalam siklus asam sitrat sehingga dihasilkan energi. Di
sisi lain, jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat mengalami lipogenesis
menjadi asam lemak dan selanjutnya dapat disimpan sebagai trigliserida.
Beberapa lipid non gliserida disintesis dari asetil KoA. Asetil KoA mengalami
kolesterogenesis menjadi kolesterol. Selanjutnya kolesterol mengalami steroidogenesis
membentuk steroid. Asetil KoA sebagai hasil oksidasi asam lemak juga berpotensi
menghasilkan badan-badan keton (aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton). Proses ini
dinamakan ketogenesis. Badan-badan keton dapat menyebabkan gangguan keseimbangan
asam-basa yang dinamakan asidosis metabolik. Keadaan ini dapat menyebabkan kematian.

Metabolisme Gliserol
Gliserol sebagai hasil hidrolisis lipid (trigliserida) dapat menjadi sumber energi.
Gliserol ini selanjutnya masuk ke dalam jalur metabolisme karbohidrat yaitu glikolisis. Pada
tahap awal, gliserol mendapatkan 1 gugus fosfat dari ATP membentuk gliserol 3-fosfat.
Selanjutnya senyawa ini masuk ke dalam rantai respirasi membentuk dihidroksi aseton fosfat,
suatu produk antara dalam jalur glikolisis.
12 Pengaturan Suhu Tubuh dan Peningkatan Metabolisme

Gambar 1. Reaksi-reaksi kimia dalam metabolisme gliserol


Sumber:(http://www.google.co.id/imgres?q=metabolisme+gliserol&um=1&hl=id&biw=1525&bih=728&tbm)

Oksidasi asam lemak (oksidasi beta)


Untuk memperoleh energi, asam lemak dapat dioksidasi dalam proses yang
dinamakan oksidasi beta. Sebelum dikatabolisir dalam oksidasi beta, asam lemak harus
diaktifkan terlebih dahulu menjadi asil-KoA. Dengan adanya ATP dan Koenzim A, asam
lemak diaktifkan dengan dikatalisir oleh enzim asil-KoA sintetase (Tiokinase).

Gambar 2. Aktivasi asam lemak menjadi asil KoA


Sumber: (http://www.google.co.id/imgres?q=aktivasi+asam+lemak&um=1&hl=id&biw=1525&bih=)

Asam lemak bebas pada umumnya berupa asam-asam lemak rantai panjang.
Langkah-langkah masuknya asil KoA ke dalam mitokondria dijelaskan sebagai
berikut:

Asam lemak bebas (FFA) diaktifkan menjadi asil-KoA dengan dikatalisir oleh enzim
tiokinase.
13 Pengaturan Suhu Tubuh dan Peningkatan Metabolisme

Setelah menjadi bentuk aktif, asil-KoA dikonversikan oleh enzim karnitin palmitoil
transferase I yang terdapat pada membran eksterna mitokondria menjadi asil karnitin.
Setelah menjadi asil karnitin, barulah senyawa tersebut bisa menembus membran interna
mitokondria.

Pada membran interna mitokondria terdapat enzim karnitin asil karnitin translokase yang
bertindak sebagai pengangkut asil karnitin ke dalam dan karnitin keluar.

Asil karnitin yang masuk ke dalam mitokondria selanjutnya bereaksi dengan KoA dengan
dikatalisir oleh enzim karnitin palmitoiltransferase II yang ada di membran interna
mitokondria menjadi Asil Koa dan karnitin dibebaskan.

Asil KoA yang sudah berada dalam mitokondria ini selanjutnya masuk dalam proses
oksidasi beta.
Dalam oksidasi beta, asam lemak masuk ke dalam rangkaian siklus dengan 5 tahapan

proses dan pada setiap proses, diangkat 2 atom C dengan hasil akhir berupa asetil KoA.
Selanjutnya asetil KoA masuk ke dalam siklus asam sitrat. Dalam proses oksidasi ini, karbon
asam lemak dioksidasi menjadi keton.4
Telah dijelaskan bahwa asam lemak dapat dioksidasi jika diaktifkan terlebih dahulu
menjadi asil-KoA. Proses aktivasi ini membutuhkan energi sebesar 2P. (-2P)
Setelah berada di dalam mitokondria, asil-KoA akan mengalami tahap-tahap perubahan
sebagai berikut:
1. Asil-KoA diubah menjadi delta2-trans-enoil-KoA. Pada tahap ini terjadi rantai respirasi
dengan menghasilkan energi 2P (+2P)
2. delta2-trans-enoil-KoA diubah menjadi L(+)-3-hidroksi-asil-KoA
3. L(+)-3-hidroksi-asil-KoA diubah menjadi 3-Ketoasil-KoA. Pada tahap ini terjadi rantai
respirasi dengan menghasilkan energi 3P (+3P)
4. Selanjutnya terbentuklah asetil KoA yang mengandung 2 atom C dan asil-KoA yang telah
kehilangan 2 atom C.
Dalam satu oksidasi beta dihasilkan energi 2P dan 3P sehingga total energi satu kali
oksidasi beta adalah 5P. Karena pada umumnya asam lemak memiliki banyak atom C, maka
asil-KoA yang masih ada akan mengalami oksidasi beta kembali dan kehilangan lagi 2 atom
14 Pengaturan Suhu Tubuh dan Peningkatan Metabolisme

C karena membentuk asetil KoA. Demikian seterusnya hingga hasil yang terakhir adalah 2
asetil-KoA.4
Asetil-KoA yang dihasilkan oleh oksidasi beta ini selanjutnya akan masuk siklus asam
sitrat.
Sintesis asam lemak
Makanan bukan satu-satunya sumber lemak kita. Semua organisme dapat men-sintesis
asam lemak sebagai cadangan energi jangka panjang dan sebagai penyusun struktur
membran. Pada manusia, kelebihan asetil KoA dikonversi menjadi ester asam lemak. Sintesis
asam lemak sesuai dengan degradasinya (oksidasi beta).
Sintesis asam lemak terjadi di dalam sitoplasma. ACP (acyl carrier protein) digunakan
selama sintesis sebagai titik pengikatan. Semua sintesis terjadi di dalam kompleks multi
enzim-fatty acid synthase. NADPH digunakan untuk sintesis.
Tahap-tahap sintesis asam lemak ditampilkan pada skema berikut :

Gambar 3. Tahap-tahap sintesis asam lemak


Sumber:(http://www.google.co.id/imgres?
q=tahap+sintesis+lemak&um=1&hl=id&biw=1525&bih=728&tbm=isch&tbn)

Penyimpanan lemak dan penggunaannya kembali


Asam-asam lemak akan disimpan jika tidak diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
energi. Tempat penyimpanan utama asam lemak adalah jaringan adiposa. Adapun tahap-tahap
penyimpanan tersebut adalah:

15 Pengaturan Suhu Tubuh dan Peningkatan Metabolisme

Asam lemak ditransportasikan dari hati sebagai kompleks VLDL.


Asam lemak kemudian diubah menjadi trigliserida di sel adiposa untuk disimpan.
Gliserol 3-fosfat dibutuhkan untuk membuat trigliserida. Ini harus tersedia dari glukosa.
Akibatnya, kita tak dapat menyimpan lemak jika tak ada kelebihan glukosa di dalam tubuh.

Jika kebutuhan energi tidak dapat tercukupi oleh karbohidrat, maka simpanan trigliserida
ini dapat digunakan kembali. Trigliserida akan dipecah menjadi gliserol dan asam lemak.
Gliserol dapat menjadi sumber energi (lihat metabolisme gliserol). Sedangkan asam lemak
pun akan dioksidasi untuk memenuhi kebutuhan energi pula (lihat oksidasi beta).4
Patogenesis Demam
Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh sebagai akibat dari infeksi atau
peradangan, sebagai respon invasi terhadap mikroba, sel-sel darah putih tertentu
mengeluarkan suatu zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen, yang memiliki banyak
efek untuk melawan infeksi dan juga bekerja pada pusat termogulasi hipotalamus untuk
meningkatkan patokan termostat. Hipotalamus sekarang mempertahankan suhu di titik
patokan yang baru dan bukan di suhu tubuh normal. Jika sebagai contoh, pirogen endogen
meningkatkan titik patokan menjadi 38,9C, hipotalamus merasa bahwa suhu normal
prademam sebesar 37C terlalu dingin, dan orang ini memicu mekanisme-mekanisme respon
dingin untuk meningkatkan suhu menjadi 38,9C.5-7
Menggigil ditimbulkan agar dengan cepat meningkatkan produksi panas, sementara
vasokontriksi kulit juga berlangsung untuk dengan cepat mengurangi pengeluaran panas.
Kedua mekanisme tersebut mendorong suhu naik. Mekanisme-mekanisme tersebut
menimbulkan adanya rasa dingin menggigil yang mendadak pada permulaan demam. Karena
merasa kedinginan orang tersebut memakai selimut sebagai

mekanisme volunter untuk

meningkatkan suhu tubuh dengan mengkonversi panas. Setelah suhu baru tercapai, suhu
tubuh diatur seperti pada keadaan normal sebagai respon terhadap pajanan dingin atau panas,
tetapi dengan patokan yang lebih tinggi.
Dengan demikian, pembentukan demam sebagai respon terhadap infeksi adalah
sesuatu yang disengaja dan bukan disebabkan oleh kerusakan mekanisme termogulasi.
Walaupun makna fisiologis dari demam masih belum jelas, banyak pakar medis berpendapat

16 Pengaturan Suhu Tubuh dan Peningkatan Metabolisme

bahwa peningkatan suhu tubuh bersifat menguntungkan untuk melawan infeksi. Demam
memperkuat respon peradangan dan mungkin mengganggu multiplikasi bakteri.
Pirogen endogen meningkatkan titik patokan termostat hipotalamus selama demam
dengan memicu pengeluaran lokal prostaglandin, yaitu zat perantara kimiawi lokal yang
bekerja langsung di hipotalamus. Aspirin menurunkan demam dengan menghambat sintesis
prostaglandin. Aspirin tidak menurunkan suhu pada orang yang tidak demam, karena tanpa
adanya pirogen endogen tidak terdapat prostaglandin dalam jumlah berarti di hipotalamus.
Penyebab molekuler pasti "hilangnya" demam secara alamiah tidak diketahui,
walaupun diperkirakan bahwa hal tersebut terjadi karena penurunan pengeluaran pirogen atau
terjadi vasodilatasi kulit yang diikuti oleh berkeringat. Orang yang bersangkutan merasa
panas oleh hipotalamus ini menurunkan suhu ke normal.
Demam dibagi menjadi 2 tingkatan, yang pertama adalah stage of chill. Stage of chill
adalah fase dimana timbulnya rasa dingin disertai menggigil, mengakibatkan pengeluaran
panas dari dalam tubuh ditekan sementara produksi panas dalam tubuh terus meningkat
sehingga terjadi demam. Kedua adalah stage of fastigium, fase yang merupakan tingkat dari
penyakit. Terjadi pengeluaran panas yang tinggi dan pembentukan panas yang rendah.5-7
Laju Metabolik
Laju metabolik adalah laju pemakaian energi. Laju pemakaian energi oleh tubuh
selama kerja eksternal dan internal dikenal sebagai laju metabolik. Karna sebagian besar
pengeluaran energi tubuh akhirnya muncul sebagai panas maka laju metabolik normalnya
dinyatakan sebagai laju produksi panas dalam kalori per jam satuan dasar energi adalah
kalori, yaitu jumlah panas yang diperlukan untuk meningkatkan suhu sebesar 1 0C. Satuan ini
terlalu kecil untuk digunakan di dalam membahas tubuh manusia karena besarnya panas yang
terlibat sehingga digunakan kilo kalori atau kalori yang setara dengan 1000 kalori.5-7
Laju metabolik dan karenanya jumlah panas yang diproduksi bervariasi bergantung
pada beragam faktor misalnya olahraga, rasa cemas, menggigil, dan asupan makanan.
Peningkatan aktifitas otot rangka adalah faktor yang dapat meningkatkan laju metabolik
paling besar. Bahkan peningkatan ringan tonus otot menyebabkan peningkatan laju metabolik
yang nyata dan berbagai tingkat aktifitas fisik secara mencolok mengubah pengeluaran energi
dan produksi panas. Karena itu, laju metabolik seseorang ditentukan dibawah kondisi basal
17 Pengaturan Suhu Tubuh dan Peningkatan Metabolisme

terstandar yang diciptakan untuk mengontrol sebanyak mungkin variabel yang dapat
mengubah laju metabolik. Dengan cara ini, aktifitas metabolik yang diperlukan untuk
mempertahankan fungsi tubuh basal saat istirahat dapat ditentukan karena itu, apa yang
disebut disebagai laju metabolik basal adalah cerminan dari tubuh atau laju pengeluaran
energi internal minimal saat terjaga.
BMR diukur dibawah kondisi khusus berikut yaitu, yang bersangkutan harus
beristirahat secara fisik beristirahat setelah olahraga paling sedikit 30 menit untuk
menghilangkan kontribusi kontraksi otot terhadap produksi panas, yang bersangkutan harus
beristirahat secara mental untuk memperkecil tonus otot rangka dan mencegah peningkatan
epinefrin suatu hormon yang dikeluarkan sebagai respon terhadap stress yang meningkatkan
laju metabolik. Pengukuran harus dilakukan pada suhu kamar yang nyaman sehingga yang
bersangkutan tidak menggigil, karna akan meningkatkan laju metabolik. Dan yang
bersangkutan jangan makan apapun dalam 12 jam sebelum pengukuran BMR untuk
menghindari produksi panas dari makanan atau peningkatkan wajib laju metabolik yang
terjadi sebagai konsekuensi asupan makanan.5-7
Peningkatan singkat kurang dari 12 jam laju metabolik ini bukan disebabkan oleh
aktifitas pencernaan tetapi peningkatan aktifitas metabolik yang berkaitan dengan
pemrosesan dan penyimpanan nutrient terutama oleh pabrik biokimia utama dihati. Setelah
ditentukan dibawah kondisi basal, laju produksi panas perlu dibandingkan dengan nilai
normal untuk orang dengan jenis kelamin, usia, berat, dan tinggi yang sama, karena faktorfaktor ini mempengaruhi laju pengeluaran energi basal. Faktor yang mempengaruhi laju
metabolik basal salah satunya adalah hormon tiroid. Hormon tiroid adalah penentu utama
meskipun bukan satu-satunya penentu laju metabolisme basal. Peningkatan hormon tiroid
menyebabkan peningkatan BMR. Seperti telah disebutkan, epinefrin juga meningkatkan
BMR.5-7
Kesimpulan
Hipotesis diterima. Melalui makalah ini dapat disimpulkan bahwa keseimbangan suhu
tubuh diatur oleh hipotalamus anterior dan posterior yang masing-masing bertanggung jawab
terhadap panas dan dingin, dengan mengatur keseimbangan antara produksi panas dan
pengeluaran panas.
18 Pengaturan Suhu Tubuh dan Peningkatan Metabolisme

Keadaan yang dapat meningkatkan produksi panas adalah pembentukan energi


melalui makanan, aktivitas otot, peningkatan aktivitas saraf simpatis dan sekresi hormon.
Pelepasan panas dari tubuh dilakukan secara radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi
melalui kulit berupa keringat atau pernafasan. Salah satu keadaan gangguan keseimbangan
suhu tubuh berupa demam. Dimana apabila terjadi peningkatan suhu di dalam tubuh dapat
meningkatkan sistem metabolisme tubuh yang dipacu oleh karena suhu di tubuh telah naik
dari kisaran suhu tubuh normal.
Daftar Pustaka
1.

Sloane Ethel. Anatomi dan fisiologi. Jakarta: EGC; 2004.h. 92-124.

2.

Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2011.h.702-17.

3.

Sherwood Lauralee. Fisiologi manusia. Jakarta: EGC; 2011.h.277-304.

4.

Murrary KR, Granner KD, Rodwell WV. Biokimia harper. 27 th. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2009.h.152-225.

5.

Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 2nd. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2001.h.597-606.

6.

Ganong W. Review of medical physiology. 21st. California: Mc-Graw Hillcompany;


2003.h.522-9.

7.

Guyton A. Textbook of medical physiology. Eleventh ed. Pennsylvania:


Elsevier saunders; 2006.h.132-8.

19 Pengaturan Suhu Tubuh dan Peningkatan Metabolisme

Anda mungkin juga menyukai