Anda di halaman 1dari 16

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

PADA PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN


DI RSJD AMINO GONDOHUTOMO

DISUSUN OLEH :
Sukiswoyo

(1.1.20299)

Kunnika Mujhana

(1.1.20277)

Turochman

(1.1.20274)

Aprilia Kurnianti

(1.1.20243)

Indarwati

(1.1.20255)

Sri Purwati

(1.1.20270)

Anik Riris

(1.1.20242)

Hermin Kristiyani

(1.1.20254)

Umi Anisah

(1.1.20275)

Kismanto

(1.1.20287)

Kismun

(1.1.20288)

Slamet Riyadi

(1.1.20298)

POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEMARANG
2005

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


PADA PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN
1. Pengertian
Merupakan suatu jenis terapi aktivitas kelompok yang dilaksanakan oleh pasien
dengan perilaku kekerasan secara bersama dalam usaha penyaluran energi
secara benar dalam bentuk senam.
2. Tujuan
a. Tujuan umum
Klien dapt menyalurkan energinya secfara konatruktif dan memberikan
stimulasi pada klien agar mampu mengekspresikan perasaannya melalui
gerakan badan (olah raga, membersihkan ruangan, merapikan pakaian dan
lain- lain).
b. Tujuan khusus
Setelah

dilakukan

TAK,

pasien

diharapkan

mampu

mengontrol

marahnya dengan cara :


1.

Menarik nafas dalam.

2.

Menghindar dari stressor marah.

3.

Mengungkapkan marah secara verbal dan asertif.

4.

Mengekspresikan marah dengan cara olah raga yang

dapat

menyehatkan tubuhnya.
3. Kriteria klien
Klien dengan perilaku kekerasan, menarik diri, hipoaktif, halusinasi dan
agresif : dengan jumlah 8- 10 orang.

PRE PLANNNING TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SENAM


(TAKS)
1. Jenis kegiatan

: Senam

2. Bentuk kegiatan

: Fase I, II, III.

3. Tujuan
Pasien mampu mengontrol emosinya dengan cara :
a) Menarik nafas dalam.
b) Menghindar dari stressor marah.
c) Mengungkapkan marah secara verbal dan asertif.
d) Mengekspresikan marah dengan cara olah raga yang dapat menyehatkan
tubuhnya.
4. Tempat dan Waktu
Hari

: Selasa

Tanggal

: 11 januari 2005

Jam

: 10.00 WIB

Tempat

: Ruang 6 RSJD Amino Gondohutomo

5. Alokasi waktu
Pembukaan

: 05 menit

Pelaksanaan

: 15 menit

Penutup

: 10 menit

6. Kriteria pasien
1. Pasien dengan perilaku kekerasan yang sudah kooperatif.
2. Pasien dengan halusinasi yang sudah kooperatif.
3. Pasien dengan menarik diri yang sudah kooperatif.
7. Peserta
1. Edo

2. Saefudin

6. Karsani 7. Bahrun

3. Sukardi

4. Daryanto

5. Buang

8. Sunaryo

9. Edi W

10. Solikun

8. Pengorganisasian
a. Leader

: Anik Riris

b. Co Leader

: Kunnika Mujhana

c. Observer

: Kismun dan Slamet R

d. Fasilitator

: Kismanto, Sukiswoyo, Umi Anisah, Hermin, Sri purwati,


Aprilia, Indarwati.

e. Operator/ teknisi : Turochman


9. Peran dan tugas dalam TAKS
a. Leader
Membuka acara TAKS.
Menjelaskan maksud dan tujuan terapi aktivitas kelompok.
Memotivasi anggota untuk menungkapkan pikiran dan perasaannya.
Mengatasi masalah yang mungkin timbul dalam kelompok.
b. Co Leader
Menyampaikan informasi fasilitator kepada leader.
Mengingatkan leader bila permainan menyimpang.
Mengingatkan leader tentang lama waktu pelaksanaan kegiatan.
c. Fasilitator
Memotivasi pasien yang kurang / tidak aktif dalam kegiatan.
d. Observer
Mengamati

lamanya

proses

kegiatan

sebagai

acuan

untuk

mengevaluasi.
Mengamati jalannya kegiatan, kekurangan dan kelebihan sesuai
dengan tujuan.
Mencacat perilaku verbal/ non verbal pasien selama berlangsungnya
kegiatan dan dilaporkan pada leader.

10. Setting
L
O
F

Keterangan :

: Leader

: Pasien

: Fasilitator

: Observer

: Teknisi

11. Alat bantu


Tape recorder dan kaset.
12. Metode
1. Demonstrasi.
2. Bermain peran.
13. Pelaksanaan
1. Mengumpulkan pasien pada satu ruangan.
2. Terapis memberikan salam, Selamat pagi
3. Leader memperkenalkan diri dan perawat lain yang ikut dalan TAK.
4. Menjelaskan tujuan TAK dan aturan kegiatan
Semua pasien yang ikut didalam kegiatan TAKS mendengarkan
penjelasan dari leader serta menerima aturan kegiatan yaitu pasien harus
menirukan semua yang dicontohkan oleh leader.

5. Pasien mengikuti gerakan- gerakan senam atau kegiatan yang diajarkan


oleh instruktur dengan dibantu oleh fasilitator.
6. Setelah itu senam

dihentikan, kemudian pasien diminta untuk

mengekpresikan perasaannya setelah mengikuti kegiatan senam..


7. Perawat memberi reinforcement positif pada pasien.
8. Meminta pasien secara bersama- sama untuk membersihkan ruangan yang
telah digunakan untuk bersenam.
9. Pasien disuruh istirahat.
10. Memotivasi pasien untuk melakukan hal- hal yang sama pada saat akan
atau sedang marah.
11. Leader menyimpulkan dan menutup kegiatan.
14. Fase terminasi
a. Evaluasi struktur
1. Perawat ada yang berperan sesuai kegiatan.
2. Waktu dan tempat tersedia.
3. Pasien siap melakukan kegiatan.
b. Evaluasi proses
1. 75 % peserta dapat mengikuti kegiatan sampai selesai.
2. Perawat mampu melakukan kegiatan sesuai perannya.
c. Evaluasi hasil
50 % peserta mampu mendemonstrasikan dengan benar sesuai tujuan.

LAPORAN PENDAHULUAN
I. Masalah utama
Perilaku kekerasan
II. Proses terjadinya masalah
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik terhadap diri sendiri maupun
orang lain (Tourcen, 1998).
Tanda dan gejala yaitu klien mengatakan benci atau kesal dengan
seseorang, suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknyajika
sedang kesal/ marah, mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi
dan keras, bicara menguasai, pandangan tajam, suka merampas barang milik
oaring lain dan ekspresi marah saat membicarakan oaring (Tourcen, 1998).
Penyebab perilaku kekerasan adalah harga diri rendah, harga diri rendah
adalah suatu respon maladaptive dimana individu kesulitan atau gagal
mengembangkan rasa percaya diri/ kemampuan bersosialisasi.
Tanda dan gejala ; apatis, ekspresi sedih, efek tumpul, menyendiri,
komunikasi kurang, tidak ada kontak mata, berdiam diri dikamar, menolak
berhubungan dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari- hari, posisi
janin saat tidur.
Akibat perilaku kekerasan adalah resiko menciderai diri sendiri, orang lain
dan lingkungan, yaitu suatu keadaan dimana individu mengalami perilaku
yang dapat membahayakan secara fisik pada diri sendiri atau orang lain.
Tanda dan gejala antara lain wajah tegang, berfikir delusional, rasa curiga
pada orang lain, disorientasi, kerusakan pada kontrol impuls, reaksi
kemarahan, perilaku merusak diri, tindakan bunuh diri, agresif, peningkatan
aktivitas motorik, mondar- mandir, agitasi peka rangsang, depresi.
Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
1. Resiko mencerai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
DS : - Klien mengatakan ingin memukul sesuatu

- Klien mengatakan ingin membunuh.


- Klien mengatakan benci semua orang.
DO : - Ekspresi wajah tegang.
- Pandang wajah klien penuh curiga.
- Perilaku merusak diri.
- Peningkatan aktivitas.
- Agitasi/ mondar- mandir.
- Peningkatan aktivitas motorik.
2.

Perilaku kekerasan.
DS : - Klien mengatakan ingin memukul orang.
- Klien mengatakan ingin membanting sesuatu.
DO : - Mengepalkan tangan.
- Merusak benda disekitar.
- Sikap tampak kaku.
- Tegang, agresif, agitasi.

3. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah


DS : - Klien mengatakan malu.
- Klien mengatakan tidak mampu menghadapi pristiwa.
DO : - Kurang kontak mata.
- Ekspresi rasa malu.
- Merasa bersalah mengevaluasi diri.
- Membuang rasionalisasi.
- Rasa tidak berharga.
- Rasionalisasi kegagalan pribadi.
- Hipersensitivitas terhadap kritik.
- Waham kebesaran.

III. Pohon masalah


Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan

akibat

Perilaku kekerasan

core problem

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

penyebab
(Keliat, 1998)

IV. Diagnosa keperawatan


1.

Resiko tinggi menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan


berhubungan dengan perilaku kekerasan.

2.

Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan konsep diri : harga


diri rendah.

V. Fokus intervensi
Diagnosa keperawatan : Resiko menciderai diri sendiri, orng lain dan
lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
A. Tujuan Umum
Klien tidak menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
B. Tujuan Khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria evaluasi :
-

Klien mau membalas salam

Klien mau berjabat tangan

Kllien mau menyebut nama

Klien mau tersenyum

Klien ada kontak mata

Klien mau mengetahui nama perawat

Klien mau menyediakan waktu untuk perawat

Intervensi keperawatan :
1.1 Beri salam dan panggil nama klien
1.2 Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan
1.3 Jelaskan maksud hubungan interaksi
1.4 Jelaskan kontrak yang akan dibuat
1.5 Beri rasa aman dan tunjukkan sikap empati
1.6 Lakukan kontak singkat tetapi sering
Rasionalisasi :
Hubungan

saling percaya merupakan dasar untuk hubungan

selanjutnya.

2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan


Kriteria Evaluasi :
-

Klien mengungkapkan perasaannya

Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan marah,


jengkel/ kesal ( diri sendiri, orang lain dan lingkungan)

Intervensi keperawatan :
2.1 Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaanya
2.2 Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan marah,
jengkel/ kesal
Rasionalisasi :
Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya dapat
membantu mengurangi stress dan penyebab marah, jengkel/ kesal
dapat diketahui.

3. Klien dapat mengidentifikasi tanda perilaku kekerasan


Kriteria evaluasi :
-

Klien dapt mengungkapkan tanda-tanda marah, jengkel/ kesal

Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda marah, jengkel/ kesal


yang dialami

Intervensi keperawatan :
3.1 Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami soal marah,
jengkel/ kesal.
3.2 Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien
3.3 Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/ kesal yang
dialami klien.
Rasionalisasi :
-

Untuk mengetahui hal yang dialami dan dirasakan saat


jengkel

Untuk mengetahui tanda-tanda klien jengkel/ kesal

Menarik

kesimpulan

bersama

klien

supaya

kllien

mengetahui secara garis besar tanda- tanda marah / kesal.


4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
Kriteria evaluasi:
-

klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa


dilakukan klien.

Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang


biasa dilakukan

Klien mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan


masalah/ tidak

Intervensi:
4.1. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan klien
4.2. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan
4.3. Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien
lakukan masalahnya selesai.

Rasionalisasi:
-

mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku kekerasan


yang biasa dilakukan

untuk mengetahui perilaku kekerasan yang biasa klien lakukan


dan dengan bantuan perawat bisa membedakan perilaku
konstruktif dengan destruktif

dapat membantu klien, dapat menggunakan cara yang dapat


menyelesaikan masalah.

5. klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan


Kriteria evaluasi:
Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien.
Intervensi keperawatan:
5.1. Bicarakan akibat/ kerugian dari cara yang telah dilakukan klien
5.2. Bersama klien simpulkan akibat cara yang digunakan oleh
klien.
5.3. Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru
yang

sehat.

Rasionalisasi:
-

membantu klien menilai perilaku kekerasan yang dilakukan.

Dengan mengetahui akibat perilaku kekerasan diharapkan klien


dapat mengubah perilaku destruktidf menjadi konstruktif.

Agar klien dapat mempelajari perilaku konstruktif yang lain.

6. klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon


terhadap kemarahan.
Kriteria evaluasi:
Klien dapat melakukan cara berespon terhdap kemarahan secara
konstruktif.

Intervensi:
-

Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru


yang sehat

Berikan pujian bila klien mengetahui cara lain yang sehat.

Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.


a. secara fisik: tarik nafas dalam saat kesal, memukul kasur/
bantal, olah raga, melakukan pekerjaan yang penuh tenaga.
b. Secara verbal: katakan pada perawat atau orang lain
c. Secara sosial: latihan asertif, manajemen PK.
d. Secara spiritual: anjurkan klien sembahyang, berdoa,/
ibadah lain

Rasionalisasi:
-

dengan mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespon


terhadap kemarahan dapat membantu klien menemukan cara
yang baik untuk mengurangi kekesalannya sehingga klien tidak
stress lagi.

Reinforcement

positif

dapat

memotivasi

klien

dan

meningkatkan harga dirinya.


-

Berdiskusi dengan klien untuk memilih cara yang lain dan


sesuai dengan kemampuan klien.

7. klien

dapat

mendemonstrasikan

cara

mengontrol

perilaku

kekerasan
kriteria evaluasi:
-

klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku


kekerasan.
a. fisik: tarik nafas dalam, olah raga, menyiram tanaman.
b. Verbal: mengatakan langsung denhan tidak menyakiti.
c. Spiritual : sembahyang, berdoa, ibadah lain

Intervensi keperawatan:
7.1. Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.
7.2. Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih
7.3. Bantu klien menstimulasi cara tersebut (role play).
7.4.

Beri

reinforcement

positif

atas

keberhasilan

klien

menstimulasi cara tersebut.


7.5. Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari
saat marah.
Rasionalisasi:
-

memberikan stimulasi kepada klien untuk menilai respon


perilaku kekerasan secara tepat.

Membantu klien dalam membuat keputusan untuk cara yang


telah dipilihnya dengan melihat manfaatnya.

Agar klien mengetahui cara marah yang konstruktif

Pujian dapat meningkatkan motifasi dan harga diri klien.

Agar klien dapat melaksanakan cara yang telah dipilihnya jika


sedang kesal.

8. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku


kekerasan.
Kriteria evaluasi:
-

Keluarga klien dapat:


a. menyebutkan

cara

merawat

klien

yang

berperilaku

kekerasan
b. mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien
Intervensi keperawatan:
8.1. Identifikasi kemampuan keluarga klien dari sikap apa yang
telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini.
8.2. Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.

8.3. Jelaskan cara-cara merawat klien.


8.4. Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.
8.5.

Bantu

keluarga

mengungkapkan

perasaannya

setelah

melakukan demonstrasi.
Rasionalisasi:
-

kemampuan

keluarga

dalam

mengidentifikasi

akan

memungkinkan keluarga untuk melakukan penilaian terhadap


perilaku kekerasan
-

meningkatkan pengetahuan keluarga tentang cara merawat


klien sehingga keluarga terlibat dalam perawatan klien.

Agar keluarga dapat klien dengan perilaku kekerasannya

Agar keluarga mengetahui cara merawat klien melalui


demonstrasi yang dilihat keluarga secara langsung.

Mengeksplorasi

perasaan

keluarga

setelah

melakukan

demonstrasi.

9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program


pengobatan)
Kriteria evaluasi:
-

klien dapat menyebutkan obat- obatan yang diminum dan


kegunaan (jenis, waktu, dosis, dan efek)

klien dapat minum obat sesuai program terapi

Intervensi keperawatan:
9.1.jelaskan jenis- jenis obat yang diminum klien (pada klien dan
keluarga)
9.2. diskusikan menfaat minum obat dan kerugian jika berhenti
minum obat tanpa seijin dokter
9.3. jelaskan prinsip benar minum obat (nama, dosis, waktu, cara
minum).

9.4. anjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu.
9.5. anjurkan klien melapor kepada perawat/ dokter bila merasakan
efek yang tidak menyenangkan.
9.6. berikan pujian pada klien bila minum obat dengan benar.
Rasionalisasi:
-

klien dan keluarga dapat mengetahui mana-mana obat yang


diminum oleh klien.

Klien dan keluarga dapat mengetahui kegunaan obat yang


dikonsumsi oleh klien.

Klien dan keluarga dapat mengetahui prinsip benar agartidak


terjadi kesalahan dalam mengkonsumsi obat.

Klien dapat memiliki kesadaran pentingnya minum obat dan


bersedia minum obat dengan kesadaran sendiri.

Mengetahui efek samping obat sedini mungkin sehingga


tindakan dapat dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari
komplikasi.

Reinforcement positif dapat memotivasi keluarga dan klien


serta meningkatkan harga diri.

Anda mungkin juga menyukai