PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam perkembangan dunia perbankan dan dunia usaha sekarang ini
timbul lembaga keuangan seperti lembaga pembiayaan. Lembaga pembiayaan
tersebut berbentuk perusahaan. Perusahaan merupakan badan usaha yang
menjalankan kegiatan di bidang perekonomian (keuangan, industri, dan
perdagangan), yang dilakukan secara terus menerus atau teratur (regelmatig),
terang-terangan (openlijk), dan dengan tujuan memperoleh keuntungan dan/atau
laba.1
Dalam Pasal 1 huruf (b) UU Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib
Daftar Perusahaan dijelaskan bahwa perusahaan adalah setiap bentuk
usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus
menerus dan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah
Republik Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba.
Sedangkan, pengertian dari Perusahaan Pembiayaan diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan
Pembiayaan, dalam Pasal 1 huruf (b) dikatakan bahwa Perusahaan
Pembiayaan adalah badan usaha di luar Bank dan Lembaga Keuangan Bukan
Bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam
bidang usaha Lembaga Pembiayaan. Lembaga pembiayaan yang berkembang
pada saat ini seperti:
1 Abdul R Saliman, SH, MM, dkk, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan (Teori dan
ContohKasus), Kencana Renada Media Group, Jakarta 2005. hlm. 100.
a.
b.
c.
d.
e.
1)
2)
3)
4)
dan sudah relevan, kecuali apabila dalam perjanjian diatur secara khusus
menyimpang.9
PT. Federal International Finance Cabang Siak, merupakan salah satu
perusahaan pembiayaan yang melakukan kegiatan usahanya di bidang
pembiayaan konsumen (consumer finance), yang berfokus pada pembiayaan
sepeda motor dan pembiayaan barang-barang elektronik serta furniture. Kegiatan
pembiayaan dilakukan melalui sistempem berian kredit yang pembayarannya oleh
konsumen dilakukan secara angsuran atau berkala.
Dalam memberikan debitur pembiayaan konsumen tersebut lembaga
pembiayaan harus bersifat hati-hati dalam menilai konsumen. Sebelum
mendapatkan fasilitas tersebut konsumen diharuskan mengikuti dan memenuhi
segala syarat dan prosedur yang telah ditentukan oleh lembaga pembiayaan
tersebut yaitu PT. Federal International Finance Cabang Siak.
Hukum perjanjian memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada
masyarakat untuk membuat perjanjian yang berisi apa saja, asalkan tidak
melanggar dari syarat yang telah diatur dan ditetapkan oleh undang-undang.
Namun pada kenyataannya, kedudukan Kreditur lebih tinggi daripada
kedudukan konsumen. Karena pihak konsumen hanya menerima dan menyetujui
isi perjanjian yang telah ditetapkan oleh Kreditur yang dalam hal ini yaitu PT.
Federal International Finance Cabang Siak. Dapat diketahui, berdasarkan azas
kebebasan berkontrak bahwa isi perjanjian itu dibuat dan ditentukan oleh kedua
belah pihak sehingga dapat dikatakan pada kenyataannya azas kebebasan
berkontrak tersebut tidak berjalan.
9 Sunaryo., Loc.cit., hlm. 99
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dibahas sebelumnya,
maka oleh karena itu penulis merumuskan beberapa masalah yang akan dibahas
dalam penelitian skripsi ini nantinya. Permasalahan yang akan diangkat adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen oleh PT.
Federal International Finance Cabang Siak?.
D. Kerangka Teori
1. Kerangka Teoritis
11
4) Orang yang belum dewasa yang dimaksud dalam hal ini adalah seperti
yang ditunjuk oleh pasal 330 KUHPerdata yakni mereka yang belum
mencapai umur genap 21 tahun dan tidak lebih dahulu kawin.
Pasal 433 KUHPerdata menentukan mereka yang ditaruh di bawah
pengampuan adalah setiap orang dewasa yang selalu berada dalam keadaan
dungu, sakit otak atau mata gelap atau terlalu boros sehingga tidak mampu
bertanggung jawab atas kepentingan sendiri karena itu dalam melakukan suatu
perbuatan hukum mereka diwakili oleh pengampunya (curator).
c) Suatu Hal tertentu
Didalam berbagai literatur disebutkan bahwa yang menjadi objek
perjanjian adalah prestasi. Prestasi adalah apa yang menjadi kewajiban debitur dan
apa yang menjadi hak Kreditur.13
Dalam hal ini undang-undang menentukan bahwa objek yang
diperjanjikan haruslah dapat ditentukan, paling tidak jenisnya. Lebih lanjut Pasal
1333 KUH Perdata menjelaskan bahwa tidaklah menjadi halangan jumlah barang
yang belum tentu, asal saja jumlah itu pada kemudian dapat ditentukan atau
dihitung.
Menurut M.Yahya tentang objek/prestasi perjanjian harus dapat
ditentukan adalah suatu yang logis atau praktis. Tak akan ada arti dari perjanjian
jika undang-undang tidak menentukan hal demikian.14
14
15
untuk mengusai kembali barang itu jika pembeli lalai sebelum hak milik
berpindah kepadanya.19
Dalam hal si berhutang (debitur) tidka melakukan apa yang diperjanjikan
maka ia dikatakan melakukan wanprestasi, kelalaian atau kealpaan. Menurut R.
Subekti, kealpaan seorang debitur dapat berupa :
1. tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya
2. melaksanakan apa yang sijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana
dijanjikan
3. melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat
4. melakukan seseatu menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.20
Akibat wanprestasi yang dilakukan oleh pihak yang berhutang sebagai
pihak yang diwajibkan melakukan sesuatu, maka akan diancamkan beberapa
sanksi yaitu :
a.membayar kerugian yang diterima oleh Kreditur atau dengan singkat
dinamakan ganti rugi
b. pembatalan perjanjian atau juga dinamakan pemecahan perjanjian
c.membayar biaya perkara, kalau sampai diperkirakan pemecahan
perjanjian.
Karena wanpresitasi (kelalaian) mempunyia akibat-akibat yang begitu
penting, maka harus ditetapkan lebih dahulu apakah siberhutang melakukan
wanprestasi atau lalai, dan kalau hal itu disangkal olehnya, harus dibuktikan
dimuka hakim. Kadang-kadang juga tidak mudah untuk mengatakan seorang lalai
karena kali juga tidak dijanjikan dengan tepat waktu karena seirng kali juga tidak
tidak dijanjikan dengan tepat kapan sesuatu pihak diwajibkan melakukan prestasi
yang dijanjikan.
Tentang bagaimana memperingatkan seseorang debitur jika ia tidak
memenuhi prestasinya dan dapat dikatakan lalai, bila ia dengan surat perintah atau
dengan sebuah akata yang sejenis itu telah dinyatakan lalai dengan lwatnya wajut
yang telah ditentukan.
Pelaksanaan perjanjian kredit kendaraan bermotor oleh PT Federal
International Finance cabang Siak disertai dengan hak dan keajibannya serta
upaya hukum yang dapat dilakukan apabila terjadi wanprestasi dari pihak yang
terhutang dalam memenuhi kewajibannya.
E. Kerangka Konseptual
1. Perjanjian adalah perbuatan persetujuan pembiayaan yang diadakan antara
perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen, serta jual beli antara
pemasok dan konsumen, perjanjian ini didukung oleh dokumen-dokumen.
2. Pembiayaan konsumen adalah suatu pinjaman atau kredit yang diberikan
oleh suatu perusahaan kepada debitur untuk pembelian barang dan jasa
yang akan langsung dikonsumsikan oelh konsumen, dan bukan untuk
tujuan produksi atau distribusi. Perusahaan yang memberikan pembiayaan
18
F. Metode Penelitian
Metode dalam sebuah penelitian sangatlah penting guna menentukan
keberhasilan suatu penelitian tersebut, baik dalam memberikan jawaban terhadap
permasalahan yang diajukan, maupun tujuan serta manfaat dalam penelitian.
Oleh karena itu, sesuai dengan masalah pokok yang dirumuskan, maka
penulis menyusun metode penelitian sebagai berikut:
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini memakai metode pendekatan yuridis empiris yang
artinya meninjau keadaan permasalahan yang ada di lapangan dikaitkan dengan
aspek hukum yang berlaku dan yang mengatur permasalahan tersebut. Jika dilihat
dari sifatnya maka penelitian ini tergolong kepada deskriptif, maksudnya
penelitian ini menjelaskan bagaimana pelaksanaan pembiayaan konsumen itu
pada PT. Federal International Finance (F.I.F) Cabang Siak, bagaimanakah
penyelesaian masalah jika terjadi wanprestasi oleh debitur dalam pelaksanaan
pembiayaan konsumen pada PT. Federal International Finance (F.I.F) Cabang
Siak.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi dilakukannya penelitian adalah pada PT. Federal International
Finance (F.I.F) Cabang Siak.
3. Populasi dan Sampel
21 http://zonaekis.com/pengertian-pembiayaan-konsumen/
19
a. Populasi
Populasi adalah sejumlah manusia atau unit yang mempunyai ciri-ciri atau
karakteristik yang sama.22 Dalam penelitian ini populasi yang akan dijadikan
sumber data adalah Manajer PT. Federal International Finance (F.I.F) Cabang Siak
dan nasabah PT. Federal International Finance (F.I.F) Cabang Siak.
b. Sampel
Sampel (Sub-populasi) adalah sejumlah manusia atau unit yang menjadi
bagian dari populasi yang akan dijadikan sumber data.23 Hingga saat ini belum ada
kesepakatan para pakar penelitian dibidang ilmu-ilmu sosial mengenai besarnya
sampel penelitian di satu sisi, dan di sisi lain sampel harus menggeneralisir dan
kepada seluruh populasi.24
Metode penarikan sampel pada penelitian ini adalah metode Purposive
Sampling, yaitu menetapkan sejumlah sampel yang akan mewakili jumlah
populasi yang ada, yang kategori sampelnya itu ditetapkan sendiri oleh
penulisnya.25
Untuk lebih jelasnya gambaran antara populasi dengan sampel tersebut
dilihat pada tabel berikut dibawah ini:
22 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press,
Jakarta: 2007, hlm. 172.
23 Ibid.
24 Sudarwan Danim, Metode Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Perilaku,
Bumi Aksara, Jakarta:2000, hlm.90.
25 Irawan Suhartono, Metode Penelitian Sosial: Teknik Penelitian
Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial lainnya, PT Remaja
Rosdakarya Offset, bandung: 2002, hlm. 35.
20
Tabel I.1
Populasi dan Sampel
N
No
Responden
1 Manajer PT. Federal
International Finance
2 Nasabah PT. Federal
International Finance yang
melakukan peminjaman dana
Populasi
Sampel
Persentase
100%
220
22
10%
4. Sumber data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang akan diperoleh secara langsung di
lapangan (sumber pertama) yang diperoleh dari hasil kuesioner (angket)
yang dikembalikan responden dan dari dokumen-dokumen serta berkasberkas data mengenai nasabah yang melakukan perjanjian dengan
Lembaga Pembiayaan konsumen.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui penelitian
perpustakaan antara lain berasal dari:
1) Bahan Hukum Primer
Yaitu bahan-bahan penelitian yang berasal dari peraturan-peraturan dan
ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan judul dan permasalahan yang
dirumuskan. Bahan hukum ini berasal dari perundang-undangan, KUH Perdata,
Perpres Nomor 09 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, dan lainnya yang
berkaitan dengan masalah penelitian.
2) Bahan Hukum Sekunder
21
c. Data Tersier
Yaitu bahan-bahan penelitian yang diperoleh dari ensiklopedia dan
sejenisnya yang berfungsi mendukung data primer dan data sekunder seperti
Kamus Bahasa Indonesia dan Internet.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi dilakukan pada PT Federal International Finance cabang Siak
b. Kuesioner
Kuesioner adalah metode pengumpulan data dengan cara membuat daftardaftar pertanyaan yang memiliki korelasi dengan permasalahan yang diteliti, yang
pada umumnya dalam daftar pertanyaan itu telah disediakan jawaban-jawaban
(pertanyaan terstruktur), yang disebarkan secara khusus kepada sebagian
masyarakat yang pernah melakukan perjanjian.
c. Wawancara
Wawancara yaitu dengan bertanya langsung kepada Manajer, Karyawan,
dan Nasabah pada PT. Federal International Finance (F.I.F) maupun dengan
sebagian masyarakat yang pernah melakukan perjanjian.
d. Studi Pustaka
Studi pustaka yang dilakukan yaitu berupa mengumpulkan teori-teori dan
data berupa bahan hukum yang terdapat pada buku-buku dan bahan pustaka
lainnya yang relevan dengan masalah yang terjadi.
6. Analisis Data
22
Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah kualitatif yang
tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu apa yang dinyatakan
responden secara tertulis atau lisan dan perilaku nyata yang diteliti dan dipelajari
sebagai sesuatu yang utuh.26 Kualitatif menggunakan data yang diperoleh dengan
kalimat serta penajaman pada logika sehingga dapat dimengerti semua pihak.
Setelah semua data berhasil dikumpul, kemudian data tersebut disajikan dalam
bentuk uraian yang terang dan rinci.27 Selanjutnya dianalisis dengan cara
membandingkan dengan teori-teori dan pendapat para ahli. Kemudian penulis
menarik suatu kesimpulan yang bersifat deduktif, yaitu menarik kesimpulan dari
hal-hal yang bersifat umum kepada hal-hal yang bersifat khusus.28
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
24
25
26
Hal ini dilandasi pada ketentuan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata
yang menyatakan bahwa suatu perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi yang membuatnya.
Dasar dari pembiayaan konsumen adalah perjanjian. Berdasarkan azas
kebebasan berkontrak, setiap orang bebas untuk membuat perjanjian tentang apa
saja asal tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban
umum. Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang
bagi mereka yang membuatnya.34
Azas atau prinsip kebebasan berkontrak menjadi landasan/dasar hukum
dari pembiayaan konsumen. Asas ini mengandung makna bahwa setiap orang
mempunyai kebebasan untuk membuat kontrak/ perjanjian dengan siapa saja yang
dikehendakinya. Selain itu, para pihak juga bebas untuk menentukan isi
perjanjian dan syarat-syaratnya dengan pembatasan bahwa perjanjian tersebut
tidak boleh bertentangan dengan ketentuan undang-undang yang bersifat
memaksa, ketertiban umum dan kesusilaan.35
2. Dasar Perjanjian Administratif
Seperti juga terhadap kegiatan lembaga pembiayaan lainnya, maka
pembiayaan konsumen ini mendapat dasar dan momentumnya dengan
dikeluarkannya Keppres No. 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan yang
kemudian ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Keuangan No.
34 H. Salim HS, 2006, Perkembangan Hukum Kontrak Diluar KUH
Perdata, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm 48.
35 J. Satrio, 1995, Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian,
Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 74.
27
28
29
30
3. Dalam hal ini berbeda dengan kontrak leasing, dimana secara yuridis
barang leasing tetap menjadi milik lessor, terkecuali pihak lessee
menggunakan hak pilih (opsinya) untuk memiliki barang tersebut pada
akhir kontrak.
4. Hubungan pihak konsumen dengan supplier
5. Antara pihak konsumen dengan pihak supplier terdapat suatu hubungan
jual beli, dalam hal ini jual beli bersyarat, dimana pihak supplier selaku
penjual menjual barang kepada pihak konsumen selaku pembeli,
dengan syarat bahwa harga akan dibayar oleh pihak ketiga, yaitu pihak
perusahaan pembiayaan. Syarat tersebut mempunyai arti bahwa apabila
pihak perusahaan pembiayaan tidak jadi (batal) memberikan dana,
maka jual beli antara supplier dengan konsumen menjadi batal pula.
6. Hubungan Perusahaan Pembiayaan dengan Supplier.
7. Antara pihak perusahaan pembiayaan dengan suppler tidak mempunyai
hubungan hukum yang khusus, kecuali pihak perusahaan pembiayaan
hanya pihak ketiga yang disyaratkan, yaitu disyaratkan untuk
menyediakan dana untuk dipergunakan dalam perjanjian jual beli antara
pihak supplier dengan pihak konsumen. Karena itu, jika perusahaan
pembiayaan wanpresiasi (ingkar janji) dalam menyediakan dananya,
sementara kotrak jual beli maupun kontrak pembiayaan sudah selesai
dibuat, maka jual beli bersyarat antara supplier dengan konsumen itu
akan batal.
Selanjutnya di dalam pengaturan Menteri keungan tersebut terdapat juga
lembaga pembiayaan yang dinamakan dengan lembaga pembiayaan konsumen
yang juaga merupakan salah satu badan usaha yang bergerak dalam bentuk
31
penyediaan barang sama halnya dengan Lembaga pembiayaan lainya yang diatur
didalam Keputusan Presiden RI No.61 tahun 1988 Tentang Lembaga Pembiayaan.
Lembaga pembiayaan konsurnen ( Consumer Finance ) adalah merupakan
kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen
dengan pembayaran secara angsuran.
Perusahaan yang memberikan pembiayaan di atas disebut perusahaan
pembiayaan konsumen atau consumer finance company.
Perusahaan pembiayaan konsumen yang berbentuk lembaga keuangan
bukan Bank dapat didirikan oleh suatu institusi Non-Bank maupun oleh sebuah
Bank. Tetapi, pada dasasrnya antara Bank yang mendirikan dengan perusahaan
pembiayaan konsumen yang didirikan merupakan suatu badan usaha yang
terpisahsatu dengan yang lainnya.
Kegiatan pembiayaan konsumen dilakukan dalam bentuk penyediaan dana
untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan
pembayaran secara angsuran.38
Kebutuhan konsumen sebagai mana dimaksud di atas tadi, antara lain
meliputi:
1)
2)
3)
4)
Indonesia dan juga dapat dimiliki oleh Badan Usaha Asing dan Warga Negara
Indonesia atau Badan Hukum Indonesia (Usaha Patungan ).
Lembaga pembiayaan konsumen pada prinsipnya memiliki persamaan
dengn sewa beli karena sama-sama membayar barang konsumen dengan cara
angsuran. Hanya perbedaannya dalam sewa beli tidak ada pihak ketiga yang ikut
serta dalam perjanjian pembiayaan tersebut.
33
34
Adapun Visi dan Misi PT. Federal International Finance Cabang Siak
sebagai berikut:
VISI
Menjadi lembaga pembiayaan kendaraan bermotor roda dua yang terbaik
dengan kualitas pelayanan melebihi harapan konsumen.
MISI
1. Membantu masyarakat merniliki alat transportasi melalui fasilitas
pembiayaan
2. Memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada keditur, pemegang
saham dan karyawan
Perusahaan PT. Federal International Finance Cabang Siak di dalam
menjalankan perusahaan mempunyai struktur organisasi, dengan tujuan agar para
personil dapat melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan tugas masingmasing.
Setelah itu pihak konsumen harus melengkapi data-data yang harus
dilampirkan, yaitu :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
35
36
kewajiban bagi debitur, hal ini dalam hukum perjanjian dikenal dengan unsur
pasif dan unsur aktif.40
Dalam konsep ini debitur adalah pihak yang pasif atau pihak yang
berutang berkewajiban melaksanakan sesuatu sedangkan kerditur adalah pihak
yang aktif atau pihak yang berpiutang yang berhak atas sesuatu.
Dalam penjanjian pembiayaan konsumen kendaraan bermotor yang telah
disetujui dan di tanda tangani oleh kedua belah pihak terhadap hak maupun
kewajiban antara kedua belah pihak yang telah dilakukan diketahui bahwa
perjanjian ini berbentuk baku dalam arti perjanjian telah terlebih dahulu
disediakan formulir perjanjian, meskipun terdapat pihak yang tidak
mengetahuinya maupun setengah yang mengetahui secara umum ia harus tunduk
kepada perjanjian yang telah ditandatangani.
37
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Nama lengkap
Umur
Jenis kelamin
Pekerjaan
Alamat
39
4) Bentuknya tertulis,
5) Dipersiapkan terlebih dahulu secara massal atau individual.41
Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Didi Arianto selaku
CMO PT. FIF (Federal International Finance) Cabang Siak, sebagai berikut :
"Para calon pembeli yang berkeinginan membeli sepeda motor, perusahaan
telah menyediakan perjanjiannya dan calon pembeli hanya membacanya
dan apabila disetujui maka perjanjian tersebut baru ditandatangani oleh
kedua belah pihak."42
Mengenai bentuk perjanjian pembiayaan konsumen yang dilakukan oleh
PT. FIF (Federal International Finance) Cabang Siak dengan pihak konsumen
dapat dilihat dari pertanyaan penulis yaitu :Bagaimanakah bentuk perjanjian
pembiayaan konsumen yang dilakukan oleh PT. FIF (Federal International
Finance) Cabang Siak dengan pihak konsumen?. Berdasarkan penelitian yang
penulis lakukan terhadap l6 orang konsumen yang dijadikan sampel dari
kuesioner yang diberikan kepada mereka mengenai bentuk perjanjian pembiyaan
konsumen pada PT. FIF (Federal International Finance) Cabang Siak dapat
diperoleh data seperti terlihat pada tabel berikut ini :
Tabel III.1
Jawaban Responden Tentang Bentuk
Perjanjian Pembiyaan Konsumen
1
2
Bentuk Perjanjian
Tertulis
Jawaban
22
Lisan
Jumlah
0
22
%
100
0
100
Dari tabel III.I di atas dapat penulis tegaskan bahwa bentuk perjanjian
pembiayaan konsumen atas kendaraan bermotor pada PT. FIF (Federal
International Finance) Cabang Siak adalah berbentuk tertulis, terbukti dari 22
responden (l00%) seluruhnya mengatakan bahwa perjanjian pembiayaan
konsumen tersebut adalah tertulis. Dengan adanya bentuk perjanjian secara
tertulis akan memberikan kepastian hukum bagi kedua beklah pihak bila ada
gugatan dikemudian hari.
Berdasarkan wawancara penulis dengan CMO menyatakan bahwa :
Perjanjian yang dibuat dalam pembiayaan konsurnen kendaraan bermotor
antara perusahaan dengan konsumen dilakukan secara tertulis, hal ini
dilakukan agar perjanjian yang telah dibuat dan ditandatangani menjadi
pegangan bagi kedua belah pihak sebagai bukti bila ada gugatan
dikemudian hari, selama ini belum ada perjanjian yang dibuat kedua belah
pihak yang dilakukan secara lisan43
Tentang prosedur dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen
yang dilakukan dapat dilihat dari jawaban responden atas penanyaan penulis yaitu,
bagaimanakah prosedur dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen
yang dilakukan oleh konsumen?. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut:
41
Tabel III.2
Jawaban Responden Tentang Prosedur
Pembelian Kendaraan Bermotor Pada
PT Federal International Finance Cabang Siak
Prosedur
Jawaban
%
Cukup Mudah
14
63.6
Berbelit
Membingungkan
13.6
22.7
22
100
3
Jumlah
Dari tabel III.2 setelah diolah Tahun 2011 diatas dapat ditegaskan bahwa
prosedur perjanjian pembiayaan konsumen pada PT. Federal International Finance
Cabang Siak cukup mudah, hal ini berdasarkan dari jawaban responden yaitu
sebanyak 8 orang (63.6%) prosedurnya cukup mudah sehingga memberikan
kemudahan bagi pihak konsumen dalam melaksanakan perjanjian pembiayaan
konsumen ini, akan tetapi juga adanya keluhan secara langsung sebanyak 5 orang
(22.7%) yang disampaikan oleh Debitur terkait sulitnya memahami tata cara yang
diajukan pihak Kreditur, dan sebanyak 3 orang (13.6%) menyatakan berbelit
karena tingkat atau kemampuan daya serap Debitur yang notebene nya
berpendidikan rendah, sehingga setiap proses yang diajukan Kreditur dalam
Pembelian Kendaraan Bermotor mengalami kendala yang cukup berarti.
Berdasarkan wawancara penulis dengan CMO PT. Federal International Finance
Cabang Siak tentang prosedur perjanjian pembiayaan konsumen dapat dilihat di
bawah ini:
"Dalam melaksanakan pembelian kendaraan bermotor pihak perusahaan
berusaha untuk memberikan kemudahan dan pelayanan yang baik kepada
para pihak konsumen. Dengan cara seperti ini calon konsumen tidak
42
43
Tabel III.3
Jawaban Responden Tentang
Pengetahuan Mengenai Isi Perjanjian
Pengetahuan Responden
Jawaban
Mengetahui
12
%
54,5
Setengah Mengetahui
18.3
Tidak Mengetahui
Jumlah
6
22
27.2
100
No
1
44
Tabel III.4
Jawaban Responden Mengenai
45
Jawaban
1
Pada Saat Perjanjian ditanda Tangani
22
100
22
100
Jumlah
Berdasarkan data yang tersaji pada tabel III.4, diketahui bahwa seluruh
responden yaitu sebanyak 22 orang (100%) menjawab bahwa penyerahan barang
dilakukan pada saat setelah di tandatanganinya surat perjanjian. Berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan penulis dengan CMO PT. Federal International
Finance Cabang Siak menyatakan bahwa pihak konsumen langsung dapat
membawa pulang kendaraan bermotor yang mereka beli setelah perjanjian
ditandatangani.
Menurut Pasal 1257 KUHPerdata, disebutkan bahwa semua syarat harus
terpenuhi secara yang mungkin dikehendaki dan dimaksudkah oleh kedua belah
pihak. Menurut pasal ini dalam perjanjian sedapat mungkin kewajiban dari
Kreditur agar dapat memenuhi semua ketentuan dari perjanjian yang telah
ada'untuk dapat meneruskan perjanjian tersebut. Jadi, dalam perjanjian
yangterdapat pada PT. Federal International Finance Cabang Siak telah
didasarkan pada pasal tersebut. Namun di sini ada perbedaan di mana perjanjian
yang terdapat pada PT. Federal International Finance Cabang Siak adalah
perjanjian baku. Sehingga tidak ada kemungkinan pihak Kreditur tidak
46
menyetujui salah satu dari syarat-syarat yang telah ditentukan, di sini apabita
pihak konsumen telah menandatangani perjanjian yang telah ada tersebut maka
pihak konsumen tersebut telah menyetujui semua isi dari perjanjian itu.
Penyerahan barang merupakan kewajiban dari penjual pada saat lahirnya
perjanjian telah langsung dikuasai oleh pembeli, namun penguasaan disini bukan
berstatus sebagai pemilik barang melainkan sebagai penyewa saja. pembeli tidak
menguasai secara mutlak sebelum angsuran terkhir dibayar lunas.
b) Menyerahkan hak milik atas sepeda motor setelah angsuran
terakhir selesai.
Pertanggung jawaban terhadap sepeda motor yang rusak atau hilang di luar
kemauannya, pembeli sewa diharuskan untuk mengganti.46
Hal ini dapat dipedomani dengan ketentuan yang diatur dalam pasal 1444
KUH Perdata yang menyatakan :
jika barang tertentu menjadi bahn persetujuan musnah dan tak lagi dapat
diperdagangkan atau hilang sedemikian hingga sekali tak diketahui apakah
barang itu masih ada maka hapuslah perikatannya, asal barang itu musnah
atau hilang diluar salahnya si berhutang, dan sebelum ia lalai
menyerahkannya47
Berdasarkan ketentuan pasal di atas maka si berutang bebas dari segala
kewajiban asal musnah atau hilangnya barang tersebut diluar kesalahannya.
Namun demikian jika dilihat dari surat perjanjian pembiayaan kendaran bermotor
antara PT. Federal International Finance Cabang Siak dengan pihak konsumen,
menyatakan :
46 Wawancara dengan Didi Arianto ( CMO PT. Federal International
Finance Cabang Siak), 15 September 2011
47 R, Subekli clan Tjitro Sudibyo, KitabUndang-Undang Hukum Perdata,
Jakarta, Pratya Pramita.l986 , hlm. 302
47
"Kreditur dengan ini menegaskan bahwa segala kejadian yang terjadi atas
sepeda motor tersebut adalah menjadi tanggung jawab Kreditur
sepenuhnya dan tidak menjadi alasan untuk penundaan pembayaran uang
sewa yang telah ditetapkan pada Pasal III ayat I ( Surat perjanjian, Pasal
VI ayat III )"
Berdasarkan ketentuan dari surat perjanjian di atas pihak konsumen tetap
harus menanggung segala kewajiban walaupun hilang atau musnahnya
barang (kendaraan bermotor) di luar kesalahannya. Namun, rnesti diingat bahwa
kesemuanya itu adalah semata-mata tergantung kepada isi perjanjian yang dibuat
dengan mengingat azas kebebasan berkontrak.
b. Pelaksanaan Hak Dan Kewajiban Debitur.
Dalam pelaksanaan perjanjian tersebut dapat diketahui bahwasanya hak
dan kewajiban dari penerima fasiiitas adalah. sebagai berikut :
1. Hak konsumen atau Kreditur yaitu :
a) Berhak untuk mendapatkan barang setelah uang muka dibayar
b) Berhak untuk mendapatkan penyerahan hak milik atas objek
perjanjian setelah angsuran lunas.
2. Kewajiban Debitur yaitu :
a) Membayar uang muka beserta angsurannya kepada pemilik
b) Membayar keterlambatan 2 % (permil) perhari terhitung mulai
tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran tersebut.
c) Membayar biaya penarikan sebesar Rp.50.000 setiap keterlambatan
pembayaran angsuran.48
Kreditur dan debitur, secara bersama-sama selanjutnya disebut dengan
para pihak, sepakat dan saling mengikatkan diri dalam perjanjian pembiayaan
48 Wawancara dengan Didi Arianto ( CMO PT. Federal International Finance
Cabang Siak), l5 September 2011.
48
dengan terlebih dahulu menerangkan hal hal yang menjadi dasar dari perjanjian
pembiayaan ini, yaitu :
1. Fasilitas pembiayaan konsumen
Kreditur sepakat untuk memberikan fasilitas pembiayaan konsumen
kepada Kreditur guna pembelian barang berupa kendaraan bermotor.
2. Struktur pembiayaan konsumen
Fasilitas pembiayaan konsumen diberikan kepada Kreditur oleh
Kreditur dengan struktur pembiayaan konsumenyang disepakati.
3. Debitur pembiayaan konsumen
Dengan ditandatanganinya perjanjian pembiayaan ini oleh para pihak,
maka para pihak telah sah saling mengikatkan diri dalam perjanjian
pembiayaan, karenanya dengan demikian:
a. Debitur sah menerima fasilitas pembiayaan dan menyetujui fasilitas
pembiayaan tersebut langsung dibayarkan kepada dealer oleh
Kreditur. Atas penerimaan fasilitas pembiayaan konsumen tersebut,
perjanjian pembiayaan ini berlaku sebagai kwitansi/tanda bukti
penerimaan yang sah.
b. Kreditur dengan ini menyatakan sah berhutang kepada Kreditur dan
Kreditur mempunyai piutang kepada Kreditur atas hutang
pembiayaan sebagaimana dinyatakan dalam perjanjian pembiayaan
ini.
c. Debitur telah menerima barang yang dibiayai Kreditur dari dealer.
4. Pembayaran angsuran
a. Debitur wajib membayar angsuran selambat-lambatnya pada saat
jatuh tempo secara tertib dan peraturan tanpa terlebih dahulu
dilakukan penagihan/ pemberitahuan oleh Kreditur dengan cara
apapun.
49
50
51
52
53
54
55
Mengenai surat-surat kepemilikan kendaraan bermotor maupun suratsurat lainnya seperti BPKB, STNK di urus oleh pihak perusahaan. Hal ini
berdasarkan wawancara penulis dengan CMO PT. Federal International Finance
Cabang Siak sebagai berikut :
"Surat-surat kepemilikan kendaraan bermotor maupun surat-surat lainnya
akan di urus oleh perusahaan, namun surat-surat kendaraan seperti BPKB,
akan dipegang oleh perusahaan, hal ini dilakukan adalah sebagai jaminan
dari kendaraan tersebut."
Menurut wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa mengenai suratsurat tersebut mengenai kendaraan bermotor tersebut merupakan tanggung jawab
dari perusahaan penjual kendaraan bermotor untuk memprosesnya, apabila suratsurat dari kendaraan bermotor telah selesai maka surat-surat tersebut akan
diserahkan kepada konsumen, namun ada pengecualian terhadap BPKB. Untuk
BPKB akan dipegang oleh perusahaan Kreditur yaitu PT.Federal International
Finance Cabang Siak, hal ini dilakukan sebagai jaminan dari Kreditur kepada
pemberi fasilitas agar terhindar dari wanprestasi.
56
Saat penyerahan
Ya
Jawaban
18
%
81,8
Tidak
Jumlah
4
22
18,2
100
51 Salim H.S., Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar
Grafika, 2003. hlm. 98
57
58
penulis dengan CMO PT. Federal International Finance Cabang Siak, menyatakan
sebagai berikut:
Apabila kendaraan bermotor telah ditarik dalam hal terjadinya
penunggakan pembayaran angsuran maka seluruh uang muka dan menurut yang
telah dibayar menjadi hilang." Hal ini dilakukan karena kondisi kendaraan
bermotor tersebut telah berkurang selama dipakai oleh Kreditur, dan uang
angsuran yang telah dibayar dianggap sebagi uang sewa.
Dalam hal terjadinya perselisihan antara kedua belah pihak maka 60%
terlebih dahulu diselesaikan secara musyawarah, jika tidak berhasil diselesaikan
lewat pengadilan. Selama ini belum pernah terjadi perselisihan yang diselesaikan
lewat Pengadilan Negeri, karena perusahaan lebih mengutamakan musyawarah.53
Menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang diatur atas, Kreditur selalu
berhak untuk membayar sekaligus beberapa uang sewa sebelum jatuh tempo
pembayaran seperti yang telah ditetapkan di atas, dan pemilik akan memberikan
potongan uang sewa sebesar 1,5% perbulan dari jumlah angsuran yang telah
dipercepat pembayaran tersebut. Hal ini dilakukan agar pihak Kreditur lebih
termotivasi untuk melakukan pembayaran lebih cepat sebelum jatuh tempo
pembayaran sehingga secara tidak langsung dapat mengurangi terjadinya
keterlambatan atau penunggakan pembayaran.
Menurut Salim H.S.,ada empat akibat yang terjadi karena adanya
wanprestasi, yaitu sebagai berikut :
1. Perikatan tetap ada,
53 Wawancara dengan Didi Arianto, CMO PT. Federal International Finance
Cabang Siak, 15 September 2011
59
60
Siak. Hal ini terlihat dari daftar kuesioner yang penulis sebarkan kepada 16 orang
responden, yang penulis tanyakan apakah mereka menemui hambatan dalam
melaksanakan angsuran setiap bulannya.
Mengenai wanprestasi dapat terjadi dalam beberapa hal :
l. Debitur sama sekali tidak melakukan prestasi
2. Melaksanakan prestasi tetapi tidak sebagaimana diperjanjikan
3. Terlambat melaksanakan prestasi
4. Melakukan perbuatan bertentangan dengan apa yang diperjanjikan.54
Dan dalam kenyataan dimasyarakat, wanprestasi yang terjadi sering
diakibatkan oleh ketidakmampuan konsumen dalam memenuhi kewajibannya.
Berdasarkan jumlah tersebut diperoleh data sebagaimana terlihat pada
tabel berikut:
Tabel.III.6
Jawaban Responden Ada Atau Tidaknya Hambatan
Yang Ditemui Untuk Memenuhi Angsuran Tiap Bulan
N
1
2
Saat penyerahan
Ya
Jawaban
10
%
45.4
Tidak
12
54.5
Jumlah
22
100
Dari data tabel III.6 diatas dapat dilihat bahwa 4 orang responden (18,2
%) menemui hambatan dalam membayar angsuran tiap bulannya. Sedangkan 18
orang (81,8%) tidak menemui hambatan untuk membayar angsuran tiap bulannya.
Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa sebagian besar dari responden tidak
memenuhi hambatan dalam memenuhi angsuran tiap bulannya.
54 R. Subekli, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, 2002
61
62
Tabel III.7
Jawaban Responden Ada Atau Tidaknya Dikenakan Denda
Atas Keterlambatan Angsuran
N
1
2
Saat penyerahan
Ada
Jawaban
22
%
100
Tidak
Jumlah
22
100
63
Jawaban
10
%
45.4
Tidak
12
54.5
Jumlah
22
100
65
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah penulis uraikan pada bab-bab
sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pembiayaan konsumen terjadi tidak sebagaimana mestinya..
Dimana pada kondisi ini pihak Kreditur tidak melakukan pelaksanaan
ketentuan yang telah ditetapkan, karena hanya mengharapkan tercapainya
target penjualan untuk Kreditur dengan mengeyampingkan prinsip kehatihatian terhadap calon debitur yang akan melaksnakan perjanjian. Begitu
juga sebaliknya, debitur dianggap lalai dalam melaksanakan perjanjian
pembiayaan konsumen, karena tidak memperhatikan secara seksama isi
dari perjanjian yang disepakati, sehingga apabila dalam hal terjadinya
wanprestasi debitur akan berada pada posisi yang dirugikan.
Dimana semestinya, perjanjian pembiayaan konsumen ini tunduk pada
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata secara umumnya dan belum ada
Undang-Undang khusus yang mengaturnya, namun ada Keputusan
Menteri Keuangan No 1251/KMK.031/1988 tanggal 20 Desember 1988
Keputusan Menteri Keuangan NO.468/I/KMK.017/1995 tentang ketentuan
dan Tata Cara Pelaksanaan Pembiayaan yang menjadi acuannya.
2. Mengenai wanprestasi yang terjadi pada perjanjian pembiayaan konsumen
atas kendaraan bermotor antara pihak Kreditur dengan PT. Federal
International Finance Cabang Siak adalah keterlambatan tunggakan
angsuran setiap bulannya yang tidak sesuai dengan apa yang telah
66
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan yang telah uraikan, saran penulis adalah
sebagai berikut :
l. Perusahaan pembiayaan hendaknya lebih selektif dalam menentukan pihak
penerima pembiayaan yang layak dari segi ekonomi untuk menghindari
terjadinya keterlambatan atau tunggakan angsuran yang dapat merugikan
perusahaan. Dan Penerima pembiayaan (konsumen) sebaiknya lebih teliti
dalam memahami isi dari perjanjian pembiayaan yang diajukan oleh
perusahaan pembiayaan untuk mengetahui hak dan kewajibannya sebagai
penerima pembiayaan.
2. Pemerintah hendaknya lebih mempertegas peraturan mengenai perjanjian
pembiayaan konsumen dimana nantinya bagi para pelaku pelanggaran
pembiayaan konsumen diberikan sanksi yang tegas. Dan sebaiknya lebih
berhati-hati dalam menentukan siapa calon kensumennya sehingga
pelanggaran-pelanggaran pembiayaan konsumen yang serius tidak terjadi
67
DAFTAR PUSTAKA
68
Buku-buku :
A. Qirom Syamsuddin Meliala, 1985, Pokok-Pokok Hukum
Perkembangannya, Liberty, Yogyakarta
Abdulkadir Muhamad, Rilda Mumiati, 2004, Lembaga Keuangan , Citra
Aditya Bakti, Bandung,.
Dahlan, 1999, Manajemen Lembaga Keuangan edisi IV, Fakultas Ekonomi
Indonesia.
Eddy Soeka, 1990, Mekanisme Leasing, Ghalia, Indonesia.
Hadari Nawawi, 2003, Metode Penyusunan Penulisan Skripsi, Padang.
Husein Umar, 2003, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Komar Andasasmita, 1983, Suplemen Leasing (Teori dan Praktek), Ikatan
Notaris Indonesia, Bandung.
Mariam Darus Badrulzaman, 2001, Kompilosi Hukum Perikatan, PT.
Aditya Bakti, Bandung
Masri Singarimbun, Sofian Effendi, 1989, Metode Penelitian Survei,
LP3ES, Jakarta.
Munir Fuady, 2002, Hukum tentang Pembiayaan (dalam teori dan
praktek), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
M. Yahya Harahap, 1986, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni Bandung.
Rianto Adi, 2004, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Granit,
Jakarta
R. Subekti, 2002, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta
69
70