Sample 1
Sample 1
Oleh
ELMANSYAH
08 / PS / 3039
TESIS
Untuk memenuhi salah satu syarat ujian
Guna memperoleh gelar Magister Sains
Program Pendidikan Magister Program Studi Ilmu Pemerintahan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT berkat rahmat dan
anugerah-Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini sebagai
bagian terakhir dari kegiatan akademik pada Program Magister Ilmu
Pemerintahan Universitas Islam Riau.
Hasil yang diperoleh dari penulisan tesis ini bukan merupakan hal yang
baru, namun diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu sumbangan pemikiran
secara akademis bagi pemerintahan dan dapat menjadi rujukan untuk melihat
kepemimpinan dan hal-hal yang berdekatan dengannya.
Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang berperan dan telah banyak
membantu selama penulis mengikuti pendidikan sampai penyusunan tesis ini.
Untuk itu perkenankanlah penulis memberikan penghargaan dan ucapan terima
kasih yang tak terhingga kepada :
1. Prof. Dr. Detri Karya, SE, MA Rektor Universitas Islam Riau - Pekanbaru
2. Prof. Dr. Syafrinaldi, SH, M.C.L, Direktur Program Pasca Sarjana Universitas
Islam Riau - Pekanbaru
3. Dr. H. Azam Awang, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan
dan Pembimbing I penulis dalam penyelesaian Karya ilmiah ini.
4. Drs. Syafhendri, M.Si., sebagai Pembimbing II penulis dalam penyelesaian
Tesis ini, yang telah banyak memberikan sumbangsih pemikiran, kritikan dan
semangat yang memacu peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini.
ELMANSYAH
NPM. 08 / PS / 3039
DAFTAR ISI
ii
ABSTRAK ...........................................................................................
iii
iv
vi
viii
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
DAN HIPOTESIS
10
16
17
20
22
25
28
2.2.
30
2.3
Hipotesis ..
30
31
3.1.
Bahan/Objek Penelitian .
31
3.2.
Metode Penelitian ..
31
32
32
33
36
37
40
47
48
4.1.
48
48
54
61
4.2.
63
63
64
66
69
Pembahasan ......... ..
72
72
76
77
79
5.1.
Kesimpulan ...............
79
5.2.
Saran .....................................................................................
80
DAFTAR PUSTAKA....
82
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
10
yang dimiliki pegawai, hal ini menjadi isu yang utama berkembang dimasyarakat.
Sebagaimana yang dikutip dalam tribun pekanbaru1, bahwa:
Plt Sekretaris Daerah (Sekda) Pekanbaru Zulkifli, mengaku cukup gerah dengan
cukup tingginya angka pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Kota
Pekanbaru yang kurang disiplin. Oleh karena itu. dalam waktu dekat dia akan
segera membentuk tim khusus yang akan bertugas memantau dan sekaligus
merazia para pegawai yang berkeliaran dalam jam kerja. "Kami akan merazia
PNS yang berkeliaran pada jam kerja. Sekarang sedang dibentuk tim untuk
mengawasi disiplin pegawai. Memang saya akui selama ini pengawasan agak
kendor. Apalagi sudah ada insentif, bukannya termotivasi malah tambah loyo,"
katanya, Senin (10/8). Ketika ditanyakan apakah PNS kurang disiplin karena
sanksi yang diberikan tidak terlalu kuat sehingga terkesan disepelekan, Zulkifli
membantahnya. Menurutnya, potongan intensif sudah ada aturannya dari wali
kota dan jika bicara sanksi terhadap PNS, harus merujuk pada PP No 30 tahun
1980 tentang Pokok-pokok Kepegawaian. Sebelumnya, Kepala BKD Pekanbaru
Hermanius beberapa waktu lalu menyatakan, sangsi yang lebih berat hanya
diberikan kepada PNS jika kedapatan tidak masuk kerja selama 10 hari berturutturut. Hukuman yang diberikan juga beragam, mulai dari yang ringan hingga
berat. Dalam PP No 30 tahun 1980 itu disebutkan, hukuman sedang berupa
penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama satu tahun, penurunan gaji
sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama satu tahun dan
penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama satu tahun. Seperti diberitakan
sebelumnya, dalam satu bulan, di lingkungan Pemko Pekanbaru terdapat 10
hingga 15 persen PNS yang tidak masuk kerja tanpa kabar. Sebagian besar PNS
yang sering bolos tersebut menurut Hermanius berasal dari kalangan guru.
Tribunpekanbaru,com, minggu 9 agustus 2009 pukul 18.06 wib, diakses tanggal 11 Desember
2009
11
12
3. Hukuman disiplin,
4. Pejabat yang berwenang menghukum,
5. Penjatuhan hukuman disiplin,
6. Keberatan atas hukuman disiplin,
7. Berlakunya keputusan hukuman disiplin.
Disamping itu, dari fenomena yang terlihat kendala yang dihadapi oleh
Pemerintah Kota dalam rangka peningkatan disiplin kerja saat ini adalah
disebabkan tanggung jawab dan kreativitas pegawai masih relatif rendah.
Sehingga tidak memiliki inisiatif untuk menyiasati hal-hal yang menjadi
kewajiban. Hal ini dapat dilihat dari kondisi riil yang ada
yakni manakala
pimpinan melakukan tugas (dinas) luar, maka ada anggapan bahwa tugas dan
tanggungjawab yang ada dapat ditunda pelaksanaannya atau dengan kata lain
selalu menunggu pimpinan kembali untuk meminta petunjuk dan pengarahannya.
Dengan kondisi demikian maka proses pengurusan yang ada dibirokrasi akan
berjalan tidak sebagaimana mestinya.
Kalau kita amati dari beberapa faktor yang telah dikemukakan diatas,
maka faktor kepemimpinan mempunyai pengaruh yang besar terhadap disiplin
kerja pegawai. Sebab didalam organisasi apapun bentuknya baik besar maupun
kecil pasti memerlukan seorang pemimpin. Oleh karena itu pemimpin yang baik
dapat menjadi panutan atau teladan bagi bawahan dalam bekerja dan sekaligus
dapat memberikan motivasi dan semangat kerja didalam organisasi. Menurut
Kerlinger dan Padhazur faktor kepemimpinan mempunyai peran yang sangat
penting dalam meningkatkan disiplin kerja pegawai karena kepemimpinan yang
13
Kerlinger dan Padhazur dalam Hendri Simamora, 1995, Manajemen Sumber Daya Manusia,
Yogyakarta, hal. 15
3
Davis dalam Ruvendi, Ramlan. 2005. Imbalan Dan Gaya Kepemimpinan Pengaruhnya
Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan di Balai Besar Industri Hasil Pertanian Bogor. Jurnal
Ilmiah Binaniaga Vol 01 No 1 Tahun 2005
4
Edwin Ghiselli Handoko T. Hani, 1995, Manajemen, Yogyakarta : BPFE, hal. 297
14
mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi. Hal tersebut dapat dilihat dari
keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada kewibawaan, dan juga
pimpinan itu dalam menciptakan motivasi dalam diri setiap orang bawahan,
kolega, maupun atasan pimpinan itu sendiri.
Seorang pemimpin didalam organisasi formal disamping harus dipatuhi
oleh bawahannya ia juga harus memiliki prestasi lebih agar dapat memperkuat
kepatuhan bawahan terhadap dirinya. Potensi lebih ini dapat berupa kewibawaan
pribadi maupun berupa kelebihan pengetahuan atau kecakapan terutama yang
menyangkut bidang tugasnya, kemampuan ini sering disebut managerial skill.
Penerapan kekuasaan, kewibawaan, dan managerial skill akan terlihat dari gaya
ataupun perilaku kepemimpinan yang dirasakan oleh bawahannya.
Batasan dalam penelitian ini secara mendalam akan meneliti tentang
faktor dominan pemimpin yang di nilai oleh bawahan yang dapat merubah disiplin
kerja organisasi dalam pemerintahannya.organisasi ini melibatkan struktural yang
dibawahi dalam rangka mencapai tujuan visi yang telah di gambarkan. Seperti
yang telah dipaparkan pada beberapa alenia diatas tampak jelas bahwa adanya
keterkaitan yang kuat antara faktor kepemimpinan karena pemimpin dalam hal ini
dapat menciptakan atau merobah disiplin kerja yang berkembang didalamnya.
Dari apa yang telah dikemukakan diatas penulis mencoba melihat lebih
jauh bagaimana faktor kepemimpinan dapat memberikan kontribusi atau pengaruh
terhadap disiplin kerja pegawai di dalam organisasi adalah dengan judul
15
16
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
17
18
kacau balau.7 Dari sini dapat dianalisa bahwa dalam pemerintahan yang
memegang peranan penting adalah kepemimpinan.
2.1.1 Kepemimpinan
Pada dasarnya kegiatan manusia secara bersama-sama membutuhkan
pemimpin. Terry8 menyebutkan Keberhasilan dan kegagalan sebuah organisasi
dalam menjalankan misinya sangat tergantung kepada tanggung-jawab dari
seorang pemimpin. Untuk itu kepemimpinan dapat diartikan sebagai sebuah
aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang agar diarahkan mencapai suatu tujuan
organisasi. Lebih lanjut Thoha9 mengemukakan bahwa seorang pemimpin apapun
wujudnya,
dimanapun
letaknya
akan
selalu
mempunyai
beban
untuk
11
19
Kepemimpinan
Karismatik,
Teori
Kepemimpinan
Visioner,
dan
Teori
20
Rale), Peran yang Berhubungan dengan Informasi (Informational Role), dan Peran
Pembuat Keputusan (Decisional Role).12
Jadi seseorang baru dapat dikatakan pemimpin apabila ia dapat
mempengaruhi orang lain untuk melakukan tindakan-tindakan atau melakukan
kegiatan dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu meskipun tidak ada ikatanikatan yang formal dalam organisasi. Salah satu cara untuk menilai suksesnya atau
gagalnya pemimpin dalam memimpin antara lain dapat dilakukan dengan
mengamati dan mencatat sifat-sifat dan kualitas/mutu prilakunya yang dipakai
sebagai kriteria untuk menilai kepemimpinannya. Sebagaimana yang dikemukan
oleh Sugandha13 sebagai berikut :
Seorang pemimpin memiliki sifat-sifat unggul sehingga mampu
menempatkan diri pada posisinya secara efektif terhadap segala hubungan
yang terjadi antaa sesama anggota atau antara kelompok. Masalah-masalah
yang dihadapi serta kondisi dan situasi organisasi yang dipimpinnya. Oleh
karena itu dalam usaha mempengaruhi orang-orang yang dipimpin agar
bersedia melaksanakan tugas pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Tidak
mustahil apabila tiap-tiap pemimpin mempunyai gaya atau cara tersendiri
dalam memimpin atau mendorong bawahannya.
Adanya hubungan yang baik antara atasan dan bawahan dinilai
merupakan keberhasilan dari pimpinan seperti yang dikemukan oleh Demock dan
Koeng14 mengatakan bahwa hubungan antara manusia (human relation) dapat
dijabarkan sebagai berikut :
a. Mengetahui hubungan tugasnya
b. Peka terhadap perubahan lingkungan
12
Thoha, 2001, Prilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasi, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, hal. 232
13
Sugandha, Dann, 1986, Kepemimpinan Dalam Administrasi, Sinar Baru, Bandung, hal. 70
14
Demock dan Koeng dalam Siagian, Sondang P, 2000, Manajemen Abad 21, Bumi Aksara,
Jakarta, hal. 15
21
seseorang
kepemimpinan
dapat
dalam
digolongkan
memimpin.
kedalam
Secara
dua
umum
kategori,
gaya
yaitu
dari
gaya
Davis dalam Thoha, 2001, Prilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasi, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
22
dipandang sebagai gaya yang berdasarkan atas kekuatan posisi dan penggunaan
otokritas, sedangkan gaya kepemimpinan demokratis dikaitkan dengan kekuatan
personal dan keikutsertaan para pengikutnya dalam proses pemecahaan masalah
dan pengambilan keputusan.16
Lebih lanjut Thoha17 membagi model gaya ini menjadi dua yakni gaya
yang efektif dan gaya yang tidak efektif. Gaya yang efektif dibagi menjadi empat
yaitu :
1. Eksekutif, yaitu memberikan perhatian kepada tugas-tugas pekerjaan dan
hubungan kerja, biasanya gaya ini disebut dengan gaya motivator yang
baik, mau menetapkan standar kerja yang tinggi, mengenal perbedaan
antar individu, dan keinginan mempergunakan kerja tim dalam
menajemen.
2. Pencinta pengembangan (developer), yakni memberikan perhatian yang
maksimum terhadap hubungan kerja, dan perhatian minimum terhadap
tugas-tugas pekerjaan
3. Otokratis yang baik hati (Benevolent autocrat), yakni memberikan
perhatian maksimum kepada tugas, dan perhatian minimum terhadap
hubungan kerja
4. Birokrat, yakni gaya yang memberikan perhatian yang minimum baik
terhadap tugas maupun terhadap hubungan kerja. Pada gaya ini pemimpin
sangat tertarik kepada peraturan-peraturan dan menginginkan
memeliharanya dan mengontrol situasi secara teliti.
Selanjutnya gaya yang tidak efektif dapat dilihat antara lain :
1. Pencinta kompromi (Compromiser), yakni gaya yang memberikan
perhatian yang besar terhadap tugas dan hubungan kerja dalam suatu
situasi yang menekankan pada kompromi.
2. Missionari, yakni gaya yang memberikan penekanan yang maksimum
pada orangorang dan hubungan kerja, tetapi memberikan perhatian yang
minimum terhdapat prilaku yang tidak sesuai.
3. Otokrat, gaya seperti ini tidak mempunya kepercayaan kepada orang lain,
tidak menyenangkan dan hanya tertarik kepada jenis pekerjaan yang
segera selesai
4. Lari dari tugas (Deserter), gaya yang sama sekali tidak memberika
perhatian baik kepada tugas maupun pada hubungan kerja, pemimpin
seperti ini hanya bersifat pasif.
16
17
Ibid, hal.256
Thoha, 2003, Birokrasi dan Politik di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
23
organisasi
pemerintahan
serta
mengarahkan
pegawai
dalam
2.1.2
18
19
24
Bass, B.M, Avolio, BJ, 1993, Tranformasional Lesdership and Organizational Culture Public
Administration Quarterly (PAQ), Jurnal. Jakarta
21
Robbins, P. Stephen, 1989, Prilaku Organisasi, Jilid 1 (terjemahan), Jakarta, hal. 27-28
25
masalah
lama
dengan
cara-cara
baru;
dan
mampu
menggairahkan,
mencapai
trasaksional,
tujuan
dimana
kelompok.
pemimpin
Sedangkan
yang
didalam
memandukan
kepemimpinan
atau
memotivasi
teori
kepemimpinan
tranformasional
terdapat
beberapa
22
Ancok, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Hand Out Perkuliahan Manajemen SDM,
MAP, UGM, Yogyakarta,
26
pemanfaatan
simbol
untuk
memfokuskan
usaha,
dan
Yulk, GA, 1998, Ledership In Organisation (secon edition), Englewood Clips, New Jersey
Prencice Hull, Inc.
24
Bas, op cit. hal. 87
25
Yulk, op cit. 297
27
dimana pemimpin
Robins, 1996, Organizational Theory; Tax and Case, addison Wesley Publishing Company,
Massachusetts, hal. 27
28
29
30
ajaran-ajaran ke pada yang lain. Kata discipline dapat berarti sebagai suatu tingkat
penurutan atau kepatuhan (obedience) seseorang atau sekelompok komunitas
terhadap ajaran atau keyakinan yang mereka sepakati menjadi pedoman proses
interaksi sosial yang berlangsung di dalam kelompok. Di dalam penegakan
disiplin setiap perusahaan atau organisasi memiliki atau memiliki garis besar kode
etik, peraturan-peraturan komunikasi, prosedur kerja yang tertuang pada setiap
cabang-cabang struktur manajemen, sehingga dalam tingkat global kata disiplin
itu dikaitkan erat dengan profesi yang ditekuni di dalam pekerjaan. Kata disiplin
ilmu mengingatkan bahwa ilmu hanya akan bermanfaat untuk siapapun bila ia
dimanfaatkan secara disiplin yaitu patuh, setia pada prinsipdasar dari keilmuan.
Menurut Wursanto27mengemukakan disiplin adalah :
Keadaan yang menyebabkan atau memberikan dorongan (motivasi) pegawai
untuk berbuat dan menjalankan kegiatan sesuai norma-norma atau aturan
yang telah ditetapkan. Penetapan disiplin kerja dalam kehidupan organisasi
agar semua pegawai yang ada dalam organisasi bersedia punya kepribadian
dan berperilaku denagan sukarela untuk mematuhi dan mentaati segala
peraturan dan tata tertib yang berlaku dalam perusahaan tanpa paksaan.
Apabila setiap pegawai dapat mengendalikan diri dan mematuhi semua norma
yang berlaku dan ini dapat dijadikan modal utama untuk pencapaian tujuan
organisasi.
Pendapat ini dapat di simpulkan bahwa disiplin merupakan ketaatan
terhadap peraturan dan norma kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara
yang berlaku dan dilaksanakan dengan kesukarelaan hati, ikhlas sehingga timbul
rasa malu bila kena sanksi dan rasa takut pada Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan
Siswanto menyatakan disiplin kerja adalah suatu sikap menghormati patuh, dan
taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun yang
27
31
tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima
sanksi-sangksinya, apabila ia melanggar tugas dan wewenang diberikan
kepadanya28.
Selanjutnya Sutisna29 memberikan empat definisi tentang disiplin kerja
adalah:
1. Latihan untuk mengembangkan pengendalian diri keteraturan atau keadaan
yang serba teratur dan efisien.
2. Hasil latihan berupa pengendalian diri dan perilakuyang tertib.
3. Penerimaan atau kepetuhan terhadap kekuasaan dan kontrol.
4. Perlakuan yang menghukum dan menyiksa.
Secara umum dapat dilihat bahwa tujuan utama pembinaan disiplin kerja
adalah demi kelangsungan (continue) organiasi. Kemudian tujuan khusus
pembinaan disiplin kerja para pegawai adalah :
a. Agar para pegawai menepati segala peraturan dan kebijaksanaan ketenaga
kerjaan perusahaan maupun peraturan dan kebijaksanaan perusahaan yang
berlaku, baik tertulis maupun tidak tertulis serta melaksanakan perintah
atasan.
b. Dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya serta mampu
memberikan service yang maksimal kepada pihak yang berkepentingan
dengan perusahaan sesuai dengan bidang pekerjaan.
c. Dapat bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku
pada perusahaan dimana ia berada.
28
Siswanto, 1997, Manajemen Tenaga Kerja, Yogyakarta, Sinar bau, hal. 321
Sutisna, O. 1998. Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional. Cetakan
keempat. Bandung: Angkasa, hal. 382
29
32
Hani Handoko, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Ghalia Indonesia, hal. 105
33
e. Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi
kedisiplinan pegawai, seorang pimpinan harus berani tegas bertindak untuk
menghukum pegawai yang tidak disiplin sesuai dengan sangsi hukuman yang
telah diterapkan organisasi.
f. Hubungan kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama pegawai ikut
menciptakan kedisiplinan bagi organisasi.
Disiplin kerja yang baik tergambar pada suasana sebagai berikut:
1. Tingginya rasa kepedulian pegawai terhadap pencapaian tujuan perusahaan.
2. Tingginya semangat dan kegairahan kerja, prakarsa para pegawai dalam
melakukan pekerjaan.
3. Besarnya rasa tanggung jawab para pegawai untuk melaksanakan tugas
dengan sebaik-baiknya.
4. Berkembangnya rasa memilikidan rasa kesetia kawanan yang tinggi
kekalangan pegawai.
Seterusnya menurut Handoko31 disiplin yaitu menguraikan ada type
kegiatan disiplin yaitu :
1. Disiplin Preventif yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mendorong para
pegawai agar mengikuti berbagai standar serta aturan, sehingga
penyelewengan dapat dicegah, sasaran pokoknya yaitu untuk mendorong
disiplin diri mereka bukan semata karena dipaksa manajemen.
2. Disiplin korektif yaitu kegiatan yang diambil untuk menangani
pelanggaran terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari
pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif seiring berupa
suatu bentuk hukuman dan disebut tindakan pendisiplinan bisa berupa
peringatan atau skorsing.
3. Disiplin progresif yang berarti memberikan hukuman yang lebih berat
berulang, tujuannya yaitu memberikan kesempatan kepada pegawai untuk
mengambil tindakan korektif sebelum hukuman yang lebih sering
dilaksanakan.
31
34
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
35
s.
t.
u.
v.
w.
x.
y.
z.
menjadi dua
pengertian, yaitu pengertian dalam arti luas dan pegertian dalam arti sempit.
Dalam arti luas, menunjuk kepada aparatur negara, alat-alat perlengkapan negara,
yakni sebagai kesatuan yang melaksanakan seluruh tugas atas kekuasaan negara
atau pemerintahan. Sedangkan dalam arti sempit menunjukan aparat dan organ
atau pemerintahan.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa aparat/aparatur adalah
keseluruhan organ pemerintahan atau pejabat negara serta pemerintahan negara
yang bertugas melaksanakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan tugas dan
kewajiban sebagai tanggung jawab yang dibebankan negara kepadanya. Untuk itu
sumber daya manusia dalam organisasi pemerintahan sering disebut aparatur
yaitu pegawai negeri yang melaksanakan tugas-tugas kelembagaan. Sehingga
32
Poerwadarminta, W.J.S, 1982, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hal. 6
36
kontribusinya
dalam
bekerja
untuk
mengkongkritkan
rencana
operasional bisnis menjadi kegiatan bisnis tidak sama satu dengan lainya.
3. Manusia sebagai sumber daya adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
sebagai penggerak organisasi/perusahaan berbeda dengan sumber daya
lainnya. Nilai kemanusian yang dimilikinya mengharuskan sumber daya
manusia diperlakukan secara berlainan. Dalam nilai-nilai kemanusiaan itu
terdapat potensi berupa keterampilan dan keahlian, kepribadian termasuk
harga diri, sikap, motivasi, kebutuhan lain-lain yang mengharuskan dilakukan
perencanaan sumber daya manusia agar bekerja sesuai dengan kebutuhan
organisasi.
Berangkat dari beberapa pengertian diatas, yang dimaksud dengan
pegawai dalam penulisan ini adalah pegawai Sekretariat Kota Pekanbaru yang
37
tenaga kerja yang bukan hanya terlatih dan profesional namun juga disiplin
dengan setiap tanggung jawab dalam merespon tuntutan arus globalisasi dan
perubahan lingkungan yang strategik (politik, ekonomi sosial, teknologi dll).
2.2
Kerangka Pemikiran
Gambar II.1 Kerangka pemikiran
Gaya Kepemimpinan
Transformasional
Transaksional
38
Regresi
2.3
Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap permasalahan yang
39
33
34
35
40
Indikator
2
1. Transformasional
Gaya Kepemimpinan
2. Transaksional
1
Variabel Terpengaruh
(Dependen Variabel)
Imbalan
Pemantauan kerja
Perbaikan
3
Waktu masuk kantor
Waktu memulai pekerjaan
Waktu pulang kantor
2. Pemanfaatan sarana -
3. Tanggungjawab
kerja
4. Ketaatan
2
1. Ketepatan waktu
Disiplin kerja
Sub indicator
3
Karismatik,
Stimulasi intelektual,
Perhatian individual
Motivasi Inspirasional
36
Arikunto, Suharsimi, 1998, Prosedur Penelitian Suatu Perndekatan Praktek, Rineka Cipta,
Jakarta, hal. 132
41
(PNS) yang berada pada biro-biro yang ada pada Sekretariat Daerah Kota
Pekanbaru yang masih aktif sewaktu penelitian ini dilakukan.
Populasi menurut Sugiono adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas;
objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan37. Adapun yang
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah para pegawai yang mempunyai
eselon III dan IV (Kabag dan Kasubbag), dan para staf bawahan yang berjumlah
228 orang dengan komposisi sebagai berikut :
Eselon III
13 Orang
Eselon IV
38 Orang
Staf Bawahan
177 Orang
Jumlah
228 orang
42
Tabel 3.2
Ukuran sampel Untuk Batas-batas Kesalahan
Dan Jumlah Populasi Yang Ditetapkan
POPULASI
1%
500
*
1500
*
2500
*
3000
*
4000
*
5000
*
6000
*
7000
*
8000
*
9000
*
10000
5000
50000
8333
Sumber : Umar (2004)41
40
BATAS-BATAS KESALAHAN
2%
3%
4%
5%
*
*
*
222
*
638
441
316
1250
769
500
345
1364
811
517
353
1538
870
541
364
1667
909
556
370
1765
938
566
375
1842
959
574
378
1905
976
580
381
1957
989
584
383
2000
1000
588
385
2381
1087
617
387
10 %
83
94
96
97
98
98
98
99
99
99
99
100
Sutrisno hadi, 1995, Metodologi Riset Jilid 1, Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM,
Yogyakarta, hal. 73
41
Husein Umar, 2004, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Cetakan ke-6, Jakarta,
PT Raja Grafindo Persada, hal. 66
43
Dari tabel diatas dan berdasarkan jumlah populasi yang ada, penulis
menetapkan jumlah sampel yang diambil adalah mendekati 83
orang
dengan
Ni
n
N
Dimana :
ni
Ni
N
n
=
=
=
=
Jenis Populasi
Jumlah Populasi
Jumlah Sampel
Persentase
44
Kabag
13
30%
Kasubag
38
14
35%
Staf
177
63
37%
Jumlah
228
81
36%
45
43
46
hasil
tabulasi
tersebut
digunakan
untuk
mendeskripsikan
serta
K = B/N x 100%
Dimana :
K
= Skor rata-rata
Untuk
menentukan
besarnya
penggolongan
prosentase
terendah
digunakan ketentuan nilai skor terendah dibagi dengan skor tertinggi dikali
seratus persen. Besarnya prosentase dapat diklasifikasikan menjadi tiga kriteria,
yakni kurang, cukup, dan baik. Klasifikasi tersebut adalah :
44
Winarno Surakhmad, 1987, Dasar dan Teknik Riset, CV. Tarsito, Bandung, hal. 207
47
33,33
Kurang Baik
33,33 66,66
Cukup Baik
66,67 100
Sangat Baik
2. Teknik Observasi
Merupakan teknik dimana peneliti mengamati fenomena yang terjadi
dilapangan pada saat proses peneltian sedang berjalan. Pengamatan dialakukan
dengan cara mengkaitkan dua hal, yaitu informasi (apa yang terjadi) dengan
konteks (hal-hal yang terjadi disekitarnya) sebagai proses pencarian makna.
Menurut Nasution45, informasi yang terlepas dari konteknya akan kehilangan
makna yan berarti. Observasi ini menyangkut pula pengamatan aktivitas atau
kondisi prilaku (behavioral observation) maupun pengamatan non prilaku
(nonbehavioral observation). Dengan pengamatan ini diharapkan dapat mencatat
peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan kinerja pegawai; memahami
situasi-situasi sulit yang berkembang dilapangan; dan sebagai re-chek data yang
ada sebagaimana dikemukakan oleh Guba dan Lincoln46. Selain itu menurut
Patton47 dalam pengamatan dibutuhkan juga sentizising consep (konsep yang
dirasakan) yang memberikan kerangka dasar guna menarik inti dari suatu
peristiwa, kegiatan atau prilaku tertentu.
45
48
49
dalam proses ini adalah pemberian skor terhadap item-item tertentu yang perlu
diberikan skor.
Analisis ini adalah teknik statistik yang umum digunakan untuk
menganalisis hubungan antar variabel independen dan dependen. Metode ini
memasukkan semua variabel yang dicakup dalam tabel dengan tanpa
memperhatikan kriteria pemasukkannya dalam model baik yang signifikan
maupun tidak.
d.
Pretes
Untuk mengetahui validitas dan kebutuhan dalam penyempurnaan kuesioner
yang telah disusun, maka peneliti perlu melakukan pretes sebelum kuesioner
tersebut disebar. Disamping itu pretes dimaksudkan untuk menguji item
pertanyaan, pemahaman responden, kesahihan, relevansi, dan kemungkinan
perobahannya.
Dalam perhitungan pretest digunakan perhitungan validitas dengan
menggunakan perhitungan product moment dengan tingkat signifikansinya 5%
dan perhitungan reliabilitas dengan cronbach.
Teknik korelasi product moment yang dipakai untuk mengukur validitas
adalah dengan rumus sebagai berikut :
N ( XY ) ( X Y )
N X
N Y 2 Y 2
50
k .r
1 ( k 1) r
ini
digunakan
untuk
menganalisis
hubungan
variabel
adalah
variabel
Budaya
Organisasi
(Power
Dontance)
yang
Ryx1 x 2
48
r 2 yx1 r 2 x 2 rx1 x 2
1 r 2 x1 x 2 1 r 2 yx 2
51
rp
n3
1 r p
52
variabel
independen
terhadap
variabel
dependen
lebih
mudah
dibandingkan.
b. Pengolahan kuadrat kecil (least squard)
Proses ini mempunyai model sebagai berikut :
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + .... + bp Xp + e
Dimana :
Y = Variabel dependen
X1 = Variabel dependen ke p
b0 = Konstanta persamaan regresi
b1 ...bp = Koefesien kemiringan regresi ke p
e = Kesalahan (eror).
Tujuan dari proses diatas adalah untuk mencari koefesien kemiringan
regresi atau disebut sebagai koefesien regresi untuk setiap variabel
independen sehingga dapat diketahui kontribusi variabel independen yang
satu dibandingkannya dengan variabel independen yang lainnya.
c. Perhitungan nilai R2, nilai t, dan nilai F.
Perhitunghan nilai R2 merupakan proses pengujian apakah variabel Y
sebagai variabel dependen bergantung linier terhadap variabel independen
yang ada. Nilai koefesien R2 diperoleh dengan menggunakan rumus :
R2
SS regresi
SS total
R2
SS total SS resedu
SS total
dimana :
53
SS regresi
SS resedu
SS total
= SS regresi + SS resedu
dapat diperoleh
R2
k (1 R 2 )
N k 1
Dimana :
R2 adjust
= ukuran sampel
Nilai t merupakan uji signifikansi koefesien regresi beta ( ) terhadap
model regresi yang diperoleh. Dengan tingkat kepercayaan tertentu kita dapat
54
Kegiatan
Pengumpulan Data
Analisis data
Penyelesaian tesis
Konsultasi tesis
Ujian Tesis
X X X
X
X X X
X X X
X X
X
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Penelitian
56
57
58
meningkatnya
kegiatan
pembangunan
menyebabkan
Sebelah Utara
Sebelah Selatan :
Sebelah Timur
59
Sebelah Barat
Kabupaten Kampar
3. Sungai
Kota Pekanbaru dibelah oleh Sungai Siak yang mengalir dari barat ke
timur. Memiliki beberapa anak sungai antara lain : Sungai Umban Sari, Air
Hitam, Siban, Setukul, Pengambang, Ukui, Sago, Senapelan, Limau, Tampan dan
Sungai Sail. Sungai Siak juga merupakan jalur perhubungan lalu lintas
perekonomian
rakyat
pedalaman
ke
kota
serta
dari
daerah
lainnya.
4. Iklim
Kota Pekanbaru pada umumnya beriklim tropis dengan suhu udara
maksimum berkisar antara 34,1 C - 35,6 C dan suhu minimum antara 20,2 C 23,0 C Curah hujan antara 38,6 - 435,0 mm/tahun dengan keadaan musim
berkisar :
Musim hujan jatuh pada bulan Januari s/d April dan September s/d
Desember.
5. Pemerintahan
Kota Pekanbaru sebaga Ibu Kota Perovinsi Riau telah berkembang dengan
pesat seiring dengan kemajuan pembangunan dewasa ini. Secara administrasi
Kota Pekanbaru dipimpin oleh Walikota dan bertanggung jawab langsung kepada
Gubernur. Kota Pekanbaru dalam melaksanakan roda pemerintahan dan
pembangunan menjadi harapan untuk dapat menjawab setiap permasalahan dan
60
tantangan yang muncul sesuai dengan perkembangan sosial ekonomi, politik dan
lainnya dalam masyakat. Keberadaan Kota Pekanbaru merupakan dasar
dekonsentrasi sebagaimana dimaksud dalam Perda Kota Pekanbaru N. 3 Tahun
2003, Kota Pekanbaru dibagi atas 12 (dua belas) Kecamatan yang terdiri dari 58
Kelurahan.
Tabel 4.1
Nama-Nama Kelurahan Dirinci Menurut Status dan Kecamatan Tahun 2007
Kecamatan
1.Tampan
2. Payung Sekaki
3. Bukit Raya
4. Marpoyan Damai
Kelurahan
Simpang Baru
Sidomulyo Barat
Tuah Karya
Delima
Status Pemerintahan
Kelurahan
Kelurahan
Kelurahan
Kelurahan
Kelurahan
Kelurahan
Kelurahan
Kelurahan
Simpang Tiga
Tangkerang Selatan
Tangkerang Utara
Tangkerang Labuai
Kelurahan
Kelurahan
Kelurahan
Kelurahan
Tangkerang Tengah
Tangkerang Barat
Maharatu
Sidomulyo Timur
Wonorejo
Kelurahan
Kelurahan
Kelurahan
Kelurahan
Kelurahan
Kulim
Kelurahan
61
5. Tenayan Raya
Kelurahan
Kelurahan
Kelurahan
Tangkerang Timur
Rejosari
Sail
Kecamatan Dan
62
Sekretaris Daerah
63
64
(2) Sekretariat Daerah dipimpin oleh seorang Sekretaris Daerah yang berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota.
(3) Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Asisten Perekonomian dan
Pembangunan dan Asisten Administrasi Umum berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Sekretaris Daerah;
(4) Bagian dipimpin oleh seorang Kepala Bagian yang bertanggung jawab
kepada Asisten yang membawahinya;
(5) Sub Bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang bertanggung
jawab kepada Kepala Bagian;
(6) Sekretaris Daerah, Staf Ahli, Asisten, Kepala Bagian dan Kepala Sub Bagian
diangkat dan diberhentikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku;
(7) Jumlah dan jenis jabatan fungsional akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Walikota;
Pada bagian ketiga dari dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2008
menjelaskan tentang tugas pokok Sekretaria Daerah Kota Pekanbaru, yakni;
Pasal 5
Sekretariat Daerah mempunyai tugas dan kewajiban membantu Walikota dalam
menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan dinas daerah dan lembaga teknis
daerah.
Pasal 6
(1) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan mengenai masalah
pemerintahan daerah sesuai dengan bidang tugasnya yaitu bidang hukum dan
politik, bidang pemerintahan, bidang pembangunan, bidang kemasyarakatan
dan sumber daya manusia, bidang ekonomi dan keuangan diluar tugas
perangkat daerah.
(2) Hubungan kerja staf ahli dengan perangkat daerah bersifat konsultasi dan
koordinasi.
Pasal 7
Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat mempunyai tugas
mengkoordinasikan dan melaksanakan :
a. Pembinaan administrasi pemerintahan umum dengan ruang lingkup meliputi
bidang pengawasan, tugas pembantuan, ketenteraman dan ketertiban,
perlindungan masyarakat, penanggulangan bencana, kependudukan, agraria
dan kerjasama;
b. Pembinaan administrasi kemasyarakatan dengan ruang lingkup meliputi
bidang kesatuan bangsa, politik, pemuda dan olahraga serta pemberdayaan
masyarakat;
c. Pembinaan administrasi kesejahteraan rakyat dengan ruang lingkup meliputi
bidang pendidikan, kesehatan, sosial, tenaga kerja dan transmigrasi,
pemberdayaan perempuan, keluarga berencana dan agama;
65
66
67
68
69
: 14 Orang
Golongan II
: 73 Orang
Golongan III
: 125 Orang
Golongan IV
: 25 Orang
Berdasarkan Pendidikan formal aparatur dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.2
Tingkat Pendidikan Formal Pegawai
Sekretariat Daerah Kota Pekanbaru
No
Tamatan
1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
2
Tamatan SD
Tamatan SLTP
Tamatan SMU
Tamatan D-I
Tamatan D-III
Tamatan S-1
Tamatan S-2
Tamatan S-3
Jumlah
Jumlah
Persentase (%)
3
12
10
68
1
31
86
28
1
237
4
13,55
10,10
50,74
10,34
27,83
1,48
100%
70
: 0 Orang
Pim II
: 13 Orang
Pim III
: 17 Orang
Pim IV
: 29 Orang
Kalau kita lihat dari keadaan esenoringnya, yang tertinggi adalah eselon
Unit Kerja
1
1
2
3
4
2
Sekretaris Daerah
Asisten
Kepala Bagian
Kepala Sub Bagian
I
B
3
II
A
b
4
III
a
6
IV
a
7
1
8
13
Total
Sumber : Bagian Kepegawaian Daerah Kota Pekanbaru, 2010
4.1.2 Uji Hipotesis
4.1.2.1 Identifikasi Variabel Penelitian
Kuesioner yang ditanyakan terdiri dari tiga bagian yaitu :
38
Jlh
8
1
8
13
38
60
71
Variabel
2
No Pertanyaan
3
Gaya Kepemimpinan
1 sampai 10
Disiplin Kerja
1 sampai 13
Data mentah yang diproses dari jawaban responden disusun dalam matrik
data mentah yang memiliki format m x n , dimana m adalah menyatakan jumlah
baris (jumlah responden) dan n menyatakan umlah kolom (jumlah pertanyaan).
Dalam penulisan dibentuk matrik 81 x 10 untuk variabel penelitian penilaian gaya
kepemimpinan, 81 x 13 untuk variabel penelitian disiplin kerja.
Data mentah ini merupakan angka yang berbentuk skala likert, yaitu
jawaban responden yang dikonfersikan dalam bentuk skala penilaian yang
72
berkisar antara 1 sampai dengan 5. Ketentuan penilaian untuk kuesioner ini dapat
dilihat bada Bab III.
N ( XY ) ( X Y )
N X
N Y 2 Y 2
73
Gaya
Kepemimpinan
Item Kuesioner
2
Item 1
Item 2
Item 3
Item 4
Item 5
Item 6
Item 7
Item 8
Item 9
Item 10
r hitung
3
0,809
0.528
0,535
0,639
0,523
0,649
0,718
0,714
0,702
0,608
Keterangan
4
Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Untuk validitas variabel gaya kepemimpinan, Nilai r tabel product moment (pada
signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi dan N 10), nilai r tabel yang didapat adalah
0,632. Jadi item 2, 3 dan 5 berada dibawah 0,632, namun masih dapat ditolerir
dikarenakan mendekati r tabel sebesar 0,632.
Tabel 4.7
Validitas Variabel Disiplin Kerja
Variabel
1
Disiplin Kerja
Item Kuesioner
2
Item 1
Item 2
Item 3
Item 4
Item 5
Item 6
Item 7
Item 8
Item 9
Item 10
Item 11
Item 12
Item 13
3
0,629
0.833
0,491
0,545
0,619
0,619
0,711
0,566
0,680
0,631
0,738
0.752
0,586
Keterangan
4
Valid
Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
74
Untuk validitas variabel disiplin kerja, Nilai r tabel product moment (pada
signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi dan N 13), nilai r tabel yang didapat adalah
0,553. Jadi item 3 dan 4 berada dibawah 0,632, namun masih dapat ditolerir
dikarenakan mendekati r tabel sebesar 0,553.
Valid
%
81
Excluded
Total
100.0
.0
81
100.0
N of Items
.838
10
Item Statistics
Mean
item1
4.00
Std. Deviation
.758
N
81
75
item2
4.01
.602
81
item3
item4
item5
item6
3.94
3.52
3.67
3.65
.731
.882
1.000
.883
81
81
81
81
item7
item8
item9
item10
4.12
4.01
3.83
3.98
.797
.783
.905
.741
81
81
81
81
Output ini menjelaskan tentang jumlah data yang valid untuk diproses dan
data yang dikeluarkan. Dapat dilihat bahwa data atau case yang valid berjumlah
10 dengan persentase 100% dan tidak ada data yang dikeluarkan (exclude). Output
ini sebagai hasil dari analisis reliabilitas dengan teknik croncbach alpa. Diketahui
nilai croncbach alpa adalah 0,838. Menurut Sekaran49, reliabilitas kurang dari 0,6
adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 adalah baik.
Karena nilai 0,838 lebih dari 0,6, maka hasil reliabel. Sedangkan jumlah item (N)
adalah 10 item pertanyaan.
Tabel 4.9
Reliability Disiplin Kerja Variable
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
%
81
100.0
.0
81
100.0
Excludeda
Total
49
N of Items
Uma Sekaran, 1992, Research Methodes for Business, A Skill Building Approach, second
edition. Jhon Wiley n Sons, New York, dalam Duwi Priyanto, 2009, 5 Jam Belajar Olah Data
Dengan SPSS 17, Andi, Yogyakarta, hal. 172
76
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.880
13
Item Statistics
Mean
item1
item2
item3
item4
item5
item6
item7
item8
item9
item10
item11
item12
item13
4.01
4.00
4.00
3.52
3.80
3.80
3.83
3.68
3.32
3.64
4.01
4.00
3.60
Std. Deviation
.716
.742
.671
.882
.714
.714
.685
.819
1.023
.826
.783
.758
.890
N
81
81
81
81
81
81
81
81
81
81
81
81
81
Output ini menjelaskan tentang jumlah data yang valid untuk diproses dan
data yang dikeluarkan. Dapat dilihat bahwa data atau case yang valid berjumlah
13 dengan persentase 100% dan tidak ada data yang dikeluarkan (exclude). Output
ini sebagai hasil dari analisis reliabilitas dengan teknik croncbach alpa. Diketahui
nilai croncbach alpa adalah 0,880. Menurut Sekaran50, reliabilitas kurang dari 0,6
adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 adalah baik.
Karena nilai 0,880 lebih dari 0,6, maka hasil reliabel. Sedangkan jumlah item (N)
adalah 13 item pertanyaan.
50
Ibid
77
Tabel 4.10
Regresi Linear Sederhana
b
Variables Entered/Removed
Variables
Entered
Model
1
Variables
Removed
Method
gaya
a
kepemimpinan
. Enter
Model Summary
Model
1
Adjusted R
Square
R Square
a
.821
.674
.670
3.79278
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
2347.572
2347.572
Residual
1136.428
79
14.385
Total
3484.000
80
F
163.194
Sig.
.000a
78
Std. Error
(Constant)
8.866
3.187
gaya kepemimpinan
1.042
.082
Standardized
Coefficients
Beta
.821
Sig.
2.782
.007
12.775
.000
79
Pembahasan
80
pemimpin
dengan
kepuasan
kerja
yang
dicapai
oleh
karyawan/bawahan.
Hal ini tergambar pula dari hasil wawancara dengan salah responden yang
ditemui oleh penulis mengemukakan bahwa :
...selama ini atasan selalu memotivasi saya dalam hal apa yang akan saya
kerjakan misalnya dalam membuat konsep surat agar dilakukan dengan teliti
dan benar, dan beliau selalu mempelajarinya dan meneliti terlebih dahulu
terhadap hasil yang telah dikerjakan itu. ....atasan selalu meminta klarifikasi
terhadap hasil kerja yang telah saya lakukan jika hal itu dianggabnya kurang
berkenan. (Wawancara, 12 Juni 2010)
51 51
Bass, B.M, Avolio, BJ, 1993, Tranformasional Lesdership and Organizational Culture Public
Administration Quarterly (PAQ), Jurnal. Jakarta, hal. 176
81
siknifikan bagi kinerja aparatur selama ini. Dapat diartikan pula bahwa semakin
tinggi gaya atau prilaku stimulasi intelektual pimpinan didalam organisasi, maka
semakin tinggi pula kinerja yang dicapai oleh aparatur dalam bekerja. Demikian
pula sebaliknya semakin rendah gaya atau perilaku stimulasi intelektual dari
pimpinan, maka semakin rendah pula kinerja aparatur dalam bekerja.
Stimulasi intelektual dapat diartikan bahwa pimpinan selalu meningkatkan
kesadaran diri dari bawahan terhadap masalah-masalah yang sedang dihadapi dan
mengatakan bahwa masalah yang sedang diahadapi adalah sebagai perspektif
yang baru dan merupakan pelajaran yang perlu diambil hikmahnya.
82
Dari hasil observasi terlihat bahwa kinerja yang dihasilkan oleh pegawai
selama ini adalah disebabkan oleh prilaku stimulasi intelektual dari pemimpin
mereka. Dengan kata lain pemimpin selalu menanamkan rasa memiliki dari diri
bawahan bahwa pekerjaan yang diemban selama ini dapat memberi arti penting
bagi diri mereka. Kelihatannya bawahan merasa senang akan perlakuan dari pihak
atasan/pemimpin yang sering memberikan motivasi yang bersifat membangun ini.
Perhatian yang diberikan pimpinan selama ini dapat meningkatkan kinerja
bawahan karena mereka merasa dibimbing dan diperhatikan serta dimotivasi
untuk meningkatkan pengetahuan yang selama ini telah mereka miliki.
Hasil penelitian di atas dapat mendukung pendapat para ahli yang
menyatakan bahwa pemimpin tranformasional adalah pemimpin yang mampu
mendorong karyawan/bawahan/aparatur untuk memunculkan ide-ide baru dan
solusi kreatif atas masalah-masalah yang dihadapi52
c.
pengaruh
yang
posisitif
dan
siknifikan
dari
gaya
Yulk, GA, 1998, Ledership In Organisation (secon edition), Englewood Clips, New Jersey
Prentice Hull, Inc. Hal. 68
83
Tinggi atau rendahnya kinerja yang dicapai oleh aparatur selama ini dapat
dilihat dari tinggi atau rendahnya kemampuan pemimpin dalam memberikan
perhatian secara individual pada kebutuhan untuk berprestasi. Kemampuan dalam
menghargai perbedaan individual, dan kemampuan pemimpin dalam memberikan
penghargaan kepada bawahannya selama ini memberikan pengaruh yang kuat
terhadap kinerja yang dicapai. Hal ini tergambar dari apa yang telah dikemukakan
oleh salah seorang responden tentang tanggapannya terhadap perhatian individual
pemimpin selama ini mengatakan:
...atasan saya sering memberikan nasehat disela-sela jam istirahat, beliau
mengatakan kepada saya bahwa jika tidak ada lagi yang dikerjakan, maka
ada baiknya melihat-lihat atau membaca koran-koran atau buku pengetahuan,
bukankah hal ini lebih baik untuk pengetahuan kita dari pada keluar pada jam
kantor untuk tujuan yang tidak jelas. (wawancara, 13 Juni 2010).
Dari hasil analisis maupun observasi diatas, dapat mendukung pendapat
para ahli yang mengatakan bahwa pemimpin yang tranformasional adalah
pemimpin yang memiliki kemampuan yang dapat memberikan perhatian khusus
pada kebutuhan setiap karyawan atau bawahan untuk berprestasi dan
mengembangkan diri.
84
85
86
Y = 8,866 + 1,042X
Secara kuantitatif, persamaan regresi ini mengandung makna bahwa apabila X
dalam kondisi 0 (nol) maka nilai Y adalah 8,866. Setiap pertambahan nilai X
sebesar 1 satuan, maka nilai Y akan bertambanh dari setiap harga X yaitu 1,042.
Secara kualitatif persamaan regresi diatas menggambarkan adanya pola hubungan
linier yang bersifat positif antara gaya kepemimpinan tranformasional terhadap
disiplin kerja pegawai Sekretariat Daerah Kota Pekanbaru.
Pola hubungan linier posistif, mengandung makna bahwa semakin tinggi
gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin maka semakin baik disiplin
yang dihasilkan oleh pegawai atau bawahan. Karena didalam gaya kepemimpinan
tranformasional
dimana
pemimpin selalu
mengaspirasi
dan
memotivasi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
87
5.1. Kesimpulan
1. Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan analisis regresi linier, maka
dari tabel anova terlihat bahwa
5.2. Saran
Dari berbagai hal yang telah diperoleh pada bagian-bagian diatas ada
beberapa saran yang kiranya dapat memberikan input bagi organisasi pada
umumnya dan pada organisasi Sekretariat Daerah Kota Pekanbaru pada
88
khususnya serta pihak lain yang akan melanjutkan penelitian ini yakni sebagai
berikut :
1. Bagi para pimpinan baik pada level atas maupun bawah dalam organisasi
diharapkan dapat kiranya memberikan perhatian yang serius terhadap
pengembangan sumber daya manusia aparaturnya, karena
dengan adanya
89
survei awal terlebih dahulu sehingga penelitiannya diharapkan akan lebih baik
dari penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Ancok. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: UGM
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Perndekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta
Asad, Muhammad. 1991. Kinerja Sebagai Media Peningkatan Drajad Dalam
Konteks Industrialisasi. Bandung: Ganesa
Bass, B.M, Avolio, BJ. 1993. Tranformasional Lesdership and Organizational
Culture Public Administration Quarterly (PAQ). Jakarta
90
91
92