Anda di halaman 1dari 2

Hubungan suami yang memiliki aktivitas seksual resiko tinggi dengan keluhan

infertilitas pasien.
Penyebab infertilitas sendiri sangat beragam, namun sekitar 70-75% penyebab infertilas
diperoleh dari masalah yang terjadi pada wanita. Faktor terbesar penyebab infertilitas pada
wanita diduga dikarenakan banyaknya wanita yang menunda kehamilan di awal-awal usia
produktif, dan sebagian besar menikah pada akhir bahkan diluar usia produktif. Namun
demikian dari banyak hasil studi menyatakan oklusi tuba dan perlengketan pada adneksa
terjadi pada 30-35% wanita infertil baik yang terjadi pada wanita usia muda maupun yang
lebih tua. Hal ini menempatkan faktor tuba sebagai salah satu masalah terbesar dalam
infertilitas. PRP (Penyakit Radang Panggul), endometriosis, riwayat operasi didaerah
abdomen bagian bawah merupakan beberapa penyebab gangguan pada tuba.
Pada beberapa studi terdahulu didapatkan risiko infertil tuba meningkat seiring dengan
derajat keparahan dari infeksi yang terjadi di area panggul, dengan insiden diperkirakan 1012% setelah satu serangan, 23-35% setelah dua serangan dan 54- 75% setelah tiga serangan
PRP akut. Meskipun banyak wanita dengan penyakit tuba ataupun perlengketan pelvik tidak
mempunyai riwayat infeksi sebelumnya, namun data membuktikan secara kuat bahwa
ascending infection tanpa gejala merupakan penyebab tersering kerusakan pada tuba. Banyak
dari wanita dengan riwayat PRP didapatkan terdeteksi memiliki antibodi klamidia pada
infeksi sebelumnya.
Infeksi klamidia, salah satu penyakit menular seksual, merupakan komplikasi inflamasi
jangka panjang dari infeksi ascending klamidia yang menyebabkan terbentuknya jaringan
parut pada tuba. Banyak peneliti yang menemukan adanya organisme ini pada tuba falopii
setelah berbulan-bulan atau bertahun-bertahun setelah infeksi yang pertama. Belum dapat
dimengerti bagaimana mekanisme yang menjelaskan kenapa klamidia trakomatis menjadi
persisten. Dibawah ini dijelaskan mengenai mekanisme evasi imun dari klamidia trakomatis.
Infeksi kronik klamidia dapat memicu kerusakan tuba yang dari beberapa penelitian in vitro
diperkirakan dapat diakibatkan oleh:
a. Badan elementer klamidia trakomatis yang terdapat pada semen pria yang terinfeksi
menularkan ke perempuan pasangan seksualnya.
b. Klamidia naik ke traktus reproduksi wanita dan menginfeksi sel epitel pada tuba
falopii.

c. Didalam sel badan elementer berubah menjadi badan retikulat dan mulai untuk
bereplikasi.
d. Jalur apoptosis dihambat, yang menyebabkan sel yang terinfeksi dapat bertahan.
e. Ketika jumlah badan elementer mencapai tingkat densitas tertentu, maka badan
elementer tersebut akan terlepas dari sel epitel dan menginfeksi sel disebelahnya.
f. Badan elementer ekstaseluler akan mengaktivasi sistem imun berupa diproduksinya
IFN-, TNF- dan sitokin-sitokin proinflamasi lainnya.
g. Respon imun akan menurunkan jumlah badan elementer dan menghambat replikasi
intraseluler dari badan retikulat.
h. Interupsi replikasi badan retikulat menyebabkan klamidia tetap ada dalam bentuk
intaseluler sehingga dapat menimbulkan respon imun yang bersifat destrruksif. Pada
bentuk persisten ini, potein-60 (CHSP60) dilepaskan, yang dapat menyebabkan
respon inflamasi.
i. Ketika jumlah badan elementer berada di bawah kadar kritis tertentu maka aktivasi
sistem imun berhenti dan replikasi badan retikulat mulai kembali.
j. Perubahan siklus infeksi badan elementer dengan destruksi dari sel epitel baru dan
persisten dalam intaseluler dengan pelepasan CHSP60 menyebabkan pembentukkan
jaringan parut dan merusak patensi tuba falopii.

Sumber: Anomsuardika, 2015. Infeksi Klamidia Trachomatis Sebagai Salah Satu Penyebab
Oklusi Tubafalopi. [pdf]

Anda mungkin juga menyukai