Anda di halaman 1dari 13

Oksigen Aliran Tinggi melalui Nasal Kanul pada Gagal Nafas

Hipoksemia Akut
Jean-Pierre Frat, M.D., Arnaud W. Thille, M.D., Ph.D., Alain Mercat, M.D., Ph.D., Christophe
Girault, M.D., Ph.D., Stphanie Ragot, Pharm.D., Ph.D., Sbastien Perbet, M.D., Gwnael Prat,
M.D., Thierry Boulain, M.D., Elise Morawiec, M.D., Alice Cottereau, M.D., Jrme Devaquet,
M.D., Saad Nseir, M.D., Ph.D., Keyvan Razazi, M.D., Jean-Paul Mira, M.D., Ph.D., Laurent
Argaud, M.D., Ph.D., Jean-Charles Chakarian, M.D., Jean-Damien Ricard, M.D., Ph.D., Xavier
Wittebole, M.D., Stphanie Chevalier, M.D., Alexandre Herbland, M.D., Muriel Fartoukh, M.D.,
Ph.D., Jean-Michel Constantin, M.D., Ph.D., Jean-Marie Tonnelier, M.D., Marc Pierrot, M.D.,
Armelle Mathonnet, M.D., Gatan Bduneau, M.D., Cline Deltage-Mtreau, Ph.D., JeanChristophe M. Richard, M.D., Ph.D., Laurent Brochard, M.D., and Ren Robert, M.D., Ph.D.,
for the FLORALI Study Group and the REVA Network*
Abstrak
Latar Belakang
Apakah ventilasi noninvasif sebaiknya diberikan pada pasien dengan gagal nafas
hipoksemia akut masih diperdebatkan, namun demikian, terapi dengan oksigen aliran tinggi
melalui nasal kanul mungkin dapat menjadi alternatif pada pasien dengan hipoksemia.
Metode
Penulis melakukan multicenter, open-label trial dimana secara acak memilih pasien
tanpa hiperkapnia yang memiliki kegagalan pernafasan hipoksemia akut dan rasio tekanan
parsial oksigen arteri terhadap fraksi oksigen inspirasi sebesar 300 mmHg atau kurang untuk
memperoleh terapi oksigen aliran tinggi, terapi oksigen standar melalui sungkup wajah, ataupun
noninvasif ventilasi tekanan positif. Hasil utama ialah proporsi pasien diintubasi pada hari ke 28.
Hasil penunjang diantarannya ialah seluruh kasus mortalitas di unit perawatan intensif dan pada
90 hari serta jumlah hari bebas penggunaan ventilator pada hari ke 28
Hasil
Sebanyak 310 pasien diikutsertakan dalam analisis. Tingkat intubasi (hasil utama) adalah
38% (40 dari 106 pasien) pada kelompok oksigen aliran tinggi, 47% (44 dari 94) pada kelompok
standar, dan 50% (55 dari 110) dalam kelompok ventilasi noninvasif (P = 0,18 untuk semua
perbandingan). Angka hari bebas penggunaan ventilator pada hari ke 28 secara signifikan lebih
tinggi pada kelompok oksigen aliran tinggi (24 8 hari, vs 22 10 pada kelompok oksigen
standar dan 19 12 pada kelompok ventilasi non-invasif; P = 0,02 untuk semua perbandingan).
Rasio risiko kematian di 90 hari adalah 2,01 (95% confidence interval [CI], 1,01-3,99) dengan
oksigen standar dibandingkan oksigen aliran tinggi (P = 0,046) dan 2,50 (95% CI, 1,31-4,78)
dengan ventilasi noninvasif dibandingkan oksigen aliran tinggi (P = 0,006).
Kesimpulan
Pada pasien dengan gagal nafas hipoksemia non-hiperkapnia akut, perlakuan dengan
oksigen aliran tinggi, oksigen standar, atau ventilasi noninvasif tidak menghasilkan perbedaan
tingkat intubasi secara signifikan. Terdapat suatu perbedaan signifikan yang mendukung

penggunaan oksigen aliran tinggi, yakni angka kematian pada 90 hari (Ditemukan oleh
Programme Hospitalier de Recherche Clinique Interrgional 2010 of the French Ministry of
Health; FLORALI ClinicalTrials.gov number, NCT01320384).

Ventilasi tekanan positif noninvasif (ventilasi noninvasif) mengurangi kebutuhan akan


intubasi endotrakeal dan mortalitas pada pasien dengan chronic obstructive pulmonary disease
(COPD) eksaserbasi akut1,3 atau edema paru kardiogenik berat4. Efek fisiologis ventilasi
noninvasif ialah menurunkan kerja pernapasan dan perbaikan dalam pertukaran gas. Pada pasien
dengan gagal nafas hipoksemia akut, kebutuhan akan ventilasi mekanik dikaitkan dengan
mortalitas yang tinggi5, akan tetapi data dari keseluruhan efek ventilasi mekanik noninfasif
sehubungan dengan pencegahan intubasi dan perbaikan hasil masih bertentangan.6-10
Penelitian sebelumnya kerap mengikutsertakan populasi pasien dengan gagal nafas secara
heterogen yang memiliki penyakit paru kronis atau edema paru kardiogenik, pemilihan pasien
tersebut dapat menyebabkan estimasi yang berlebih terhadap keuntungan efek dari ventilasi
mekanik noninvasif dibandingkan dengan terapi oksigen standar. Pada penelitian observasional
yang terfokus pada pasien dengan gagal nafas hipoksemia akut, tingkat kegagalan terapi dengan
ventilasi mekanik noninfasif cukup tinggi, yakni sekitar 50%1-13 dan kerap dikaitkan dengan
mortalitas yang tinggi14,15. Saat ini, literatur tidak meyakini untuk mendukung penggunaan
ventilasi noninvasif pada pasien dengan gagal nafas hipoksemia nonhiperkapnia akut.
Terapi oksigen aliran tinggi melalui nasal kanul adalah teknik dimana oksigen yang telah
dihangatkan dan dilembabkan dialirkan ke dalam hidung pada kecepatan aliran tinggi. Kecepatan
aliran tinggi tersebut menghasilkan tekanan positif dengan tingkat rendah di saluran nafas atas
dan fraksi inspirasi oksigen (Fio2) dapat disesuaikan dengan mengubah fraksi oksigen dalam gas.
16-18

Kecepatan aliran tinggi juga dapat mengurangi dead space fisiologis dengan cara mendorong

ekspirasi CO2 pada saluran pernafasan atas, suatu proses yang dapat mengurangi kerja
pernafasan. Pada pasien gagal napas akut dengan berbagai macam faktor penyebab, oksigen
aliran tinggi telah terbukti memberikan kenyamanan dan oksigenasi yang lebih baik
dibandingkan terapi oksigen standar yang dialirkan melalui sungkup wajah.20-25
Sejauh ini, belum ada penelitian sebelumnya yang menilai efek penggunaan oksigen
aliran tinggi terhadap tingkat intubasi atau mortalitas pada pasien yang dirawat di ICU dengan
gagal nafas hipoksemia akut. Peneliti melakukan prospective, multicenter, randomized,
controlled trial dengan melibatkan pasien yang dirawat di ICU dengan gagal nafas hipoksemia
akut untuk menentukan baik terapi oksigen aliran tinggi ataupun ventilasi noninfasif, sebagai

pembanding terhadap terapi oksigen standar, dapat mengurangi tingkat penggunaaan intubasi
endothrakeal serta menunjukkan perbaikan hasil.
Metode
Peneliti melakukan penelitian di 23 ICU di Prancis dan Belgia. Untuk seluruh pusat
penelitian di Prancis, protokol penelitian telah disetujui oleh komisi etik di Centre Hospitalier
Universitaire de Poitiers. Khusu penelitian di Cliniques Universitaires Saint-Luc, Brussels,
protokol telah disetujui oleh komisi etik di pusat penelitian setempat. Persetujuan tertulis
diperoleh langsung dari pasien, atau keturunannya langsung, ataupun melalui persetujuan pihak
lain sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Penelitian ini diawasi oleh komite pengawas yang menyajikan informasi terkait
perkembangan dan pemantauan kegiatan penelitian di Rseau Europen de Recherche en
Ventilation Artificielle (REVA) yang dilaksanakan tiap 4 bulan. Komite pengawas keamanan
independen turut dibentuk. Asisten peneliti secara berkala melakukan pengecekan terhadap
seluruh pusat penelitia terkait ketaatan protokol dan keakuratan data yang diperoleh. Seorang
investigator di tiap-tiap pusat bertanggung jawab dalam proses seleksi pasien untuk penelitian,
memastikan sesuai dengan protokol, dan melengkapi berkas laporan kasus elektronik. Seluruh
analisis dilakukan oleh para ahli statistik, berdasarkan acuan International Conference on
Harmonisation and Good Clinical Practice. Sungkup wajah, mesin penghangat dan pelembab,
serta nasal kanul didonasikan kepada partisipan di ICU, sedangkan air-oxygen blenders
diberikan selama periode penelitian.
Pasien
Pasien yang berusia 18 tahun atau lebih dan memenuhi seluruh kriteria dipilih secara
konsekutif. Adapun kriterianya sebagai berikut : laju respirasi > 25 kali per menit, rasio
PaO2:FIO2 300 mmHg saat pasien menghirup oksigen dengan kecepatan aliraan 10 liter per
menit atau lebih, minimal selama 15 menit, tekanan parsial CO2 arteri (PaCO2) tidak lebih tinggi
dari 45 mmHg, dan tidak terdapat riwayat gagal nafas sebelumnya. FIO2 diukur menggunakan
analisis oksigen portable (MX300, Teledyne Analytical Instruments) yang telah diperkenalkan
sebagai nonbreather face mask.

Kriteria eksklusi utama yakni PaCO2 > 45 mmHg, asma eksaserbasi atau chronic
respiratory failure, edema kardiogenik pulmonal, neutropenia berat, ketidakstabilan
hemodinamik, penggunaan vasopressor, dan GCS 12 (dari skala 3 sampai 15, dengan nilai
yang lebih rendah mengindikasikan penurunan kesadaran), kontra indikasi untuk ventilasi
noninfasif, kebutuhan mendesak akan intubasi endotrakeal, dan menolak untuk berpartisipasi.
Rendomisasi
Rendomisasi dilakukan dengan cara merubah urutan 6 blok, dengan stratifikasi
berdasarkan pusat penelitian dan ada tidaknya riwayat insufiensi jantung. Dalam waktu 3 jam
setelah validasi kriteria inklusi, pasien secara acak dikelompokkan dengan rasio 1:1:1,
menggunakan centralized Web-based management system, terhadap satu dari 3 strategi berikut :
Terapi oksigen aliran tinggi, terapi oksigen standar, dan ventilasi noninfasif.
Intervensi
Pada kelompok oksigen standar, terapi oksigen diberikan secara kontinu melalui
nonrebreather face mask dengan kecepatan aliran 10 liter per menit atau lebih. Kecepatan
tersebut disesuaikan untuk mempertahankan tingkat saturasi oksigen sebesar 92% atau lebih,
yang dihitung berdasarkan rata-rata pulse oximetry (SpO2). Hingga pasien stabil atau telah
diintubasi.
Pada kelompok pasien dengan oksigen aliran tinggi, oksigen dialirkan melalui humidifier yang
dihangatkan dan diberikan secara kontinu melalui nasal kanul pada lubang besar, dengan laju
aliran okssigen sebesar 50 liter per menit dan FIO2 awal sebesar 1.0. Fraksi oksigen dalam aliran
gas pada sistem kemudian disesuaikan untuk mempertahankan SpO2 sebesar 92% atau lebih.
Oksigen aliran tinggi diberikan minimal selama 2 hari, kemudian dapat dihentikan dan beralih ke
terapi oksigen standar.
Pada kelompok ventilasi noninfasif, ventilasi noninfasif diberikan kepada pasien melalui
sungkup wajah yang terhubung dengan ventilator ICU, dengan tekanan penunjang diterapkan
dalam mode ventilasi noninvasif. Tingkat tekanan penunjang disesuaikan dengan tujuan
memperoleh volume tidal ekspirasi (VTE) sebesar 7 sampai 10 ml/kgBB, dengan tekanan positif
akhir ekspirasi awal (PEEP) diantara 2 sampai 10 cm H20. FIO2 atau PEEP (atau keduanya)
disesuaikan untuk mempertahankan SpO2 sebesar 92% atau lebih. Durasi minimum yang

diperlukan untuk ventilasi noninfasif ialah selama 8 jam per hari atau minimal selama 2 hari.
Ventilasi noninvasif diberikan minimal selama 1 jam tiap sesinya dan dapat dilanjutkan jika laju
pernapasan lebih dari 25 kali per menit atau SpO2 kurang dari 92%. Diantara sesi pemberian
ventilasi noninfasif, pasien memperoleh oksigen aliran tinggi seperti yang telah dijelaskan di
atas.
Hasil Penelitian
Hasil utama pada penelitian ini ialah proporsi pasien yang membutuhkan intubasi
endothorakal dalam kurun waktu 28 hari setelah rendomisasi. Untuk memastikan tidak adanya
intubasi yang tertunda, berikut merupakan ketentuan kriteria yang digunakan dalam intubasi
endothorakal : ketidakseimbangan hemodinamik, penurunan status neurologis, dan tanda gagal
nafas yang menetap atau memburuk yang ditentukan berdasarkan minimal dua kriteria berikut :
laju pernafasan > 40 kali per menit, kurangnya perbaikan pada kerja berat otot pernafasan,
peningkatan sekresi trakea yang berlebih, asidosis dengan pH < 7,35 dan SpO2 < 90% dalam
waktu lebih dari lima menit tanpa disertai disfungsi mekanis, atau buruknya respon terhadap
mekanisme oksigenasi. Pada kelompok dengan oksigen aliran tinggi, dan kelompok oksigen
standar, percobaan ventilasi noninvasif diperbolehkan atas kebijaksanaan dokter pada pasien
yang memiliki tanda-tanda gagal nafas yang menetap atau memburuk tanpa disertai adanya
disfungsi organ sebelum intubasi endothorakal diberikan atau ventilasi noninfasif dimulai.
Hasil penunjang pada penelitian ini ialah mortalitas di ICU, mortalitas pada 90 hari, dan
angka hari bebas penggunaan ventilator (hari hidup dan tanpa ventilasi mekanik infasif) antara
hari pertama hingga hari ke 28, dan lamanya pasien dirawat di ICU. Hasil yang ditentukan
sebelumnya termasuk komplikasi selama dirawat di ICU, seperti syok septik, pneumonia
nosokomial, aritmia jantung, dan henti jantung. Dispneia ditetapkan menggunakan 5 poin skala
Likert, dan dikonfersikan dengan menggunakan 100-mm visual-analogue scale.
Analisis Statik
Dengan asumsi tingkat intubasi sebesar 60% pada populasi yang diberikan terapi oksigen
standar,7,9,10 penulis memperhitungkan bahwa perekrutan sejumlah 300 pasien akan menghasilkan
penelitian dengan kekuatan 80% yang dapat menunjukkan perbedaan absolut sebesar 20% pada

hasil utama antara kelompok oksigen standar dengan kelompok oksigen aliran tinggi ataupun
kelompok ventilasi noninfasif pada nilai alfa () 0.05.
Seluruh analisis dilakukan berdasarkan intention-to-treat. Kurva Kaplan-Meier diplotkan
untuk menilai waktu dari awal pasien diikutsertakan dalam penelitian hingga dilakukan intubasi
endotrakheal atau pasien meninggal, dan dibandingkan dengan cara uji log-rank.
Perlakuan (oksigen standar, oksigen aliran tinggi, dan ventilasi noninfasif), ditetapkan
sebagai dua variabel dummy untuk memperoleh dua odds ratio atau rasio risiko sebagai
perbandingan dengan kelompok referensi, yang didefinisikan sebagai kelompok dengan risiko
terendah. Variabel yang terkait dengan intubasi pada hari ke 28 dan mortalitas di ICU dinilai
dengan cara analisis multivariat regresi logistik, dan yang berhubungan dengan kematian pada 90
hari dinilai menggunakan analisis regresi Cox proposional risiko dengan menggunakan
prosedur backward-selection. Model akhir termasuk riwayat insufisiensi jantung dan variabel
secara signifikan berhubungan dengan intubasi atau mortalitas dengan nilai P < 0,05.
Peneliti melakukan satu analisis subgroup post hoc yang mengikutsertakan pasien dengan
PaO2:FiO2 sebesar 200 mmHg atau kurang pada saat masuk ICU untuk menganalisis hasil pada
pasien dengan hipoksemia berat. Ambang batas PaO2:FiO2 tersebut berdasarkan pada kalsifikasi
ARDS.26-28 Nilai P two-tail < 0,05 dianggap signifikan secara statistik. Kami menggunakan
software SAS versi 9.2 (SAS institute) untuk seluruh analisis.
Hasil
Pasien
Sejak Februari 2011 hingga April 2013, total terdapat 2.506 pasien dengan gagal
pernafasan hipoksemia akut dirawat di 23 ICU yang berpartisipasi; sebanyak 525 pasien
memenuhi syarat untuk diikutsertakan dalam penelitian, dan 313 diantarannya terpilih melalui
rendomisasi (Gbr. 1). Setelah melalui proses eksklusi sekunder dimana terdapat 3 pasien yang
menarik diri dari persetujuan, diperoleh sebanyak 310 pasien yang diikutsertakan dalam analisis.
Sebanyak 94 pasien memperoleh terapi oksigen standar, 106 pasien memperoleh terapi oksigen
aliran tinggi, dan 110 pasien memperoleh ventilasi noninvasif. Interval median antara
rendomisasi dan awal perlakuan ialah 60 menit (kisaran interkuartil, 11-120).

Karakteristik Inklusi
Karakteristik pasien pada saat perekrutan serupa di ketiga kelompok (Tabel 1). Penyebab
utama gagal nafas akut ialah pneumonia komunitas, dimana terdiagnosis pada 197 pasien (64%).
Infiltrat pulmonal bilateral terdapat di 244 pasien (79%), dan 238 pasien (77%) memiliki PaO2:
Fio2 sebesar 200 mm Hg atau kurang pada saat perekrutan. Batas mean ( SD) FIo2 yang diukur
melalui nonrebreather mask pada 286 pasien adalah 0,65 0,13.

Perlakuan
Rerata hasil dari perlakuan awal adalah sebagai berikut: pada kelompok oksigen standar,
laju aliran oksigen 13 5 liter per menit; pada kelompok oksigen kecepaatan tinggi, laju aliran
oksigen 48 11 liter per menit, menghasilkan rata-rata FIO2 sebesar 0.82 0.21; dan pada
kelompok ventilasi noninvasif, tingkat tekanan penunjang 8 3 cm H2O, PEEP 5 1 cm H2O,
dan FIO2 0,67 0,24, menghasilkan volume tidal 9,2 3,0 ml/kgBB. Ventilasi noninvasif
diberikan selama 8 jam (kisaran interkuartil, 4 sampai 12) pada hari pertama dan selama 8 jam
(kisaran interkuartil, 4 sampai 13) pada hari ke- 2.
Hasil Utama dan Penunjang
Tingkat intubasi pada hari ke 28 adalah 38% pada kelompok oksigen aliran tinggi, 47%
pada kelompok oksigen standar, dan 50% pada kelompok ventilasi noninfasif (P = 0,18; P =
0,17, menggunakan uji long-rank). Interval antara perekrutan dan intubasi, serta alasan
dilakukannya intubasi, tidak berbeda secara signifikan antara ketiga kelompok (Tabel 2).
Secara garis besaar, mortalitas di ICU dan mortalitas pada 90 hari berbeda secara
signifikan antara ketiga kelompok (Tabel 2 ). Rasio risiko kematian kelompok oksigen standar
pada 90 hari adalah 2,01 (95% confidence interval [CI], 1,01-3,99), dibandingkan dengan
kelompok oksigen aliran tinggi (P = 0,046) dan 2,50 (95% CI, 1,31-4,78) pada kelompok
ventilasi noninvasif dibandingkan dengan kelompok oksigen aliran tinggi (P = 0,006; P = 0.02
dengan uji long-rank). Risiko kematian pada 90 hari secara signifikan tetap lebih rendah pada
kelompok oksigen aliran tinggi setelah disesuaikan dengan batas minimum Simplified Acute
Physiology Score II dan riwayat insufisiensi jantung (Tabel 2). Empat pasien meninggal di ICU
tanpa menjalani intubasi (dua orang di kelompok oksigen standar dan satu orang masing-masing
pada dua kelompok lain). Mortalitas pada 90 hari diantara pasien yang memerlukan intubasi
tidak berbeda secara signifikan antar kelompok (Tabel 2). Angka hari bebas penggunaan
ventilator pada hari ke 28 secara signifikan lebih tinggi pada kelompok oksigen aliran tinggi
dibandingkan dua kelompok lainnya (Tabel 2).
Dalam analisis post hoc, terdapat hubungan yang signifikan antara PaO2:FiO2 pada saat
perekrutan pasien (200 mm Hg vs > 200 mm Hg) dan kelompok perlakuan dengan
memperhatikan status intubasi (P = 0,01). Pada subgroup pasien dengan PaO2:FiO2 sebesar 200

mmHg atau kurang, tingkat intubasi lebih rendah secara signifikan pada kelompok dengan
oksigen aliran tinggi dibandingkan dua kelompok lainnya. Risiko intubasi tetap lebih rendah
secara signifikan pada kelompok oksigen aliran tinggi setelah mempertimbangkan infiltrat paru
bilateral, laju pernapasan, dan riwayat insufisiensi jantung sebelumnya

Oksigen Aliran Tinggi pada Gagal Nafas Akut

Gambar 2. KaplanMeier Plots Kumpulan Insidensi Intubasi berdasarkan Randomisasi pada


Hari ke 28

Jumlah komplikasi yang beragam selama di ICU tidak berbeda secara signifikan antar
kelompok. Rincian pasien yang memperoleh intubasi ialah 40 pasien pada kelompok ventilasi
noninfasif, 19 dari 26 pasien (73%) pada kelompok oksigen standar dan 9 dari 14 (64%) pada
kelompok oksigen aliran tinggi.

Kenyamanan dan Keselamatan Pasien


Setelah 1 jam pasien di ICU, intensitas ketidaknyamanan pernapasan pada pasien
berkurang dan skor dispneia meningkat dengan penggunaan oksigen aliran tinggi, dibandingkan
dengan dua strategi oksigenasi lainnya. Tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap kejadian
efek sampaning diantara seluruh kelompok. Pada 18 kejadian henti jantung, 3 diantarannya
terjadi sebelum intubasi (1 pada kelompok oksigen standar dan 2 pada kelompok oksigen aliran
tinggi). Dua pasien meninggal selama proses intubasi.
Pembahasan
Pada multicenter, randomized, open-label trial, ventilasi noninvasif maupun oksigen
aliran tinggi tidak menurunkan tingkat intubasi (hasil utama) di antara pasien dengan gagal napas
hipoksemia akut. Terapi oksigen aliran tinggi, billa dibandingkan dengan terapi oksigen standar
atau ventilasi noninvasif, menghasilkan penurunan mortalitas di ICU dan pada 90 hari.
Saat perencanaan penelitian, penulis mengasumsikan tingkat intubasi sebesar 60% pada
kelompok oksigen standar berdasarkan data dari penelitian randomize control trial (RCT)
sebelumnya. Hasil penelitian kami menunjukkan tingkat yang lebih rendah dari yang diharapkan
pada kelompok oksigen standar (47%), namun memperoleh tingkat yang lebih tinggi dari yang
diharapkan pada pasien dengan ventilasi noninvasif (50%). Tingkat intubasi pada kelompok
ventilasi noninvasif dalam penelitian kami konsisten dengan tingkat 46-54%, sesuai dengan
penelitian sejenis yang mengikutsertakan pasien dengan gagal nafas hipoksemia akut. Pada
beberapa studi observasional, tingkat intubasi yang lebih rendah tampak pada pasien dengan
hipoksemia yang meperoleh terapi oksigen aliran tinggi dibandingkan kelompok yang menerima
ventilasi noninfasif atau terapi oksigen standar. Mortalitas yang lebih rendah teramati pada
kelompok dengan oksigen aliran tinggi mungkin disebabkan karena efek kumulatif dari intubasi
yang lebih sedikit, terutama pada pasien dengan hipoksemia berat (PaO2:FiO2 200 mm Hg),
bila dibandingkan dengan pasien lain, serta mortalitas yang sedikit lebih rendah diantara pasien
yang diintubasi, yang sebelumnya diberi terapi oksigen aliran tinggi dibandingkan dengan pasien
yang memperoleh terapi oksigen standar ataupun ventilasi noninfasif (Tabel 2). Dua penelitian
sebelumnya juga menunjukkan bahwa kegagalan ventilasi noninvasif mungkin mengakibatkan
tingginya mortalitas, kemungkinan besar disebabkan oleh intubasi yang tertunda, namun peneliti
tidak menemukan perbedaan yang signifikan antar kelompok dalam hal waktu hingga

dilakukannya intubasi atau alasan dilakukan intubasi. Dalam penelitian kami, ventilasi
noninvasif yang diberikan pada pasien dengan cedera paru berat dapat meningkatkan kejadian
cedera paru yang diinduksi ventilator oleh karena peningkatan volume tidal melebihi 9 ml/kgBB.
Oksigen aliran tinggi juga dikaitkan dengan peningkatan derajat kenyamanan, mengurangi
tingkat keparahan dispneia, dan penurunan laju pernapasan. Temuan ini mungkin merupakan
hasil dari penghangatan dan pelembaban gas terinspirasi, yang mana mencegah sekresi kental
dan atelektasis lebih lanjut, selain itu juga berasal dari tingkat PEEP yang rendah yang dihasilkan
oleh laju alir gas tinggi dan flushing pada dead space saluran napas atas.
Penelitian kami memiliki kelebihan yakni memungkinkan hasil dapat digeneralisasikan
pada pasien dengan kegagalan pernafasan non hiperkapnia akut hipoksemia di ICU lainnya.
Kelebihan ini termasuk desain multicenter dan sealed randomizatio terhadap strategi yang
ditetapkan, protokol penelitian yang terdefinisi dengan baik, yang memasukkan kriteria spesifik
untuk intubasi, follow up lengkp pada 90 hari, dan analisis tujuan untuk pengobatan.
Keterbatasan utama dari penelitian kami adalah rendahnya kekuatan untuk mendeteksi
perbedaan signifikan antar kelompok pada tingkat intubasi, pada populasi secara keseluruhan.
Berkurangnya tingkat intubasi terdeteksi pada analisis post hoc dalam subgroup pasien dengan
PaO2:FiO2 sebesar 200 mmHg atau kurang, yang dinilai berdasarkan hubungan signifikan antara
tingkat PaO2:FiO2 dengan perlakuannya
Kesimpulan penelitian ini ialah, terapi dengan oksigen aliran tinggi meningkatkan
survival rate diantara pasien dengan gagal napas hipoksemia akut, meskipun tidak ada perbedaan
hasil utama yang signifikan (yaitu, tingkat intubasi), yang diamati pada kelompok dengan terapi
oksigen aliran tinggi, dibandingkan dengan terapi oksigen standar atau ventilasi noninvasif.

Anda mungkin juga menyukai