UMK2015 Peraturan Kepegawaian
UMK2015 Peraturan Kepegawaian
Pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang
diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat:
bukan Warga Negara Indonesia dan tidak menerima penghasilan lain di luar pekerjaannya tersebut.
Organisasi-organisasi Internasional yang ditetapkan dengan KeputusanMenteri Keuangan dengan syarat :
Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut, tidak menjalankan usaha untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia
Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional dengan syarat : bukan Warga Negara Indonesia dan tidak
menjalankan usaha untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia
4. Apa perbedaan antara subjek pajak dan wajib pajak?
Subjek pajak akan dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan. Subjek pajak yang menerima
atau memperoleh penghasilan, dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan disebut
Wajib Pajak. Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam
bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.
5. Apa yang dimaksud dengan objek pajak dan apa saja yang menjadi objek pajak?
Objek Pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak (WP), baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan. Berikut adalah apa saja yang termasuk dalam objek pajak menurut
pasal 4 ayat 1 UU No. 36 Tahun 2008 :
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji,
upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali
ditentukan lain dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan;
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan
c. Laba usaha
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti
saham atau penyertaan modal
Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya karena pengalihan harta kepada
pemegang saham, sekutu atau anggota
Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan atau pengambilalihan usaha
Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada
keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau
badan sosial atau pengusaha kecil.
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya
f. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian utang
g. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada
pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi
h. Royalty atau imbalan atas penggunaan hak
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah
l. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Peenyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak
tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
Sumber :
Indonesia. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan
Contoh:
BAB II: U M U M
Pasal 2: Istilah istilah
Dalam Perjanjian Kerja Bersama ini yangdimaksud dengan :
1. Perusahaan ialah PT. MULIA CEMERLANG ABADI MULTI INDUSTRI (MCA). Yang berkedudukan di Jl.
Industri No. 12 Kp. Cirewed Sukadamai Cikupa Tangerang Propinsi Banten.
2. Pengusaha ialah Direktur Utama PT. MULIA CEMERLANG ABADI MULTI INDUSTRI (MCA) dan atau pejabat
lainnya yang ditunjuk untuk dan atas nama Direksi dalam pelaksanaan atau pengelolaan perusahaan.
3. Pekerja ialah setiap orang yang bekerja di PT. MULIA CEMERLANG ABADI MULTI INDUSTRI (MCA) dengan
menerima upah serta tunjangan atau penerimaan lainnya berdasarkan suatu hubungan kerja.
4. Serikat pekerja ialah: Serikat Pekerja Nasional PT. MULIA CEMERLANG ABADI MULTI INDUSTRI (MCA)
yang dicatatkan pada kantor Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tangerang dengan pencatan nomor : 34/Bis
naker/VIII/2009 yang berhak mewakili seluruh anggota SPN PT. MCA.
5. Pimpinan Serikat Pekerja Nasional ialah anggota Serikat Pekerja Nasional PT. MCA yang dipilih oleh anggota
melalui KONFERTA dan atau forum-forum resmi yang diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga SPN, dan disahkan oleh DPC SPN Kabupaten Tangerang dengan SK Nomor :
6. Perwakilan Anggota (PA) ialah: perwakilan anggota SPN yang dipilih langsung oleh anggota SPN PT. MCA
dari setiap bagian atau line atau departemen yang merupakan bagian dari Struktur Organisasi PSP SPN PT.
MCA.
7. Anggota Serikat Pekerja ialah: seluruh pekerja PT. MCA yang terdaftar sebagai anggota PSP SPN PT. MCA.
8. Keluarga pekerja ialah: istri/suami dan anak yang terdaftar di perusahaan.
9. Istri/ Suami ialah istri/ suami yang menurut hukum perkawinan yang berlaku dan sudah terdaftar di
perusahaan.
10. Anak ialah anak kandung, anak tiri, anak angkat yang menjadi tanggungan Pekerja dengan ketentuan:
bahwa anak tersebut belum berumur 21 (dua puluh satu) tahun, belum menikah, belum bekerja..
11. Ahli waris ialah: keluarga pekerja atau orang lain yang ditunjuk pekerja untuk menerima setiap pembayaran
dari perusahaan dalam hal pekerja yang bersangkutan sakit atau meninggal dunia.
12. Hari kerja ialah: Hari dimana pekerja wajib melakukan pekerjaan sesuai jadwal kerja yang telah ditetapkan
13. Hari libur ialah: hari libur resmi, hari istirahat mingguan dimana pekerja tidak diwajibkan untuk bekerja.
14. Waktu kerja shift ialah: waktu kerja yang diatur menurut jadwal kerja bergilir secara teratur.
15. Lokasi perusahaan ialah: seluruh ruangan, halaman, lapangan dan sekelilingnya yang berhubungan dengan
tempat kerja.
16. Tempat kerja ialah: bagian atau tempat dimana pekerja melaksanakan kewajibannya untuk bekerja.
17. Kecelakaan kerja ialah: kecelakaan kerja yang terjadi dalam hubungan kerja termasuk di dalamnya
perjalanan berangkat dan pulang kerja.
18. Istirahat ialah: istirahat antara jam kerja selama 1 jam setelah bekerja selama 4 jam berturut-turut dan waktu
istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja.
19. Mutasi ialah: pemindahan pekerja dari unit kerja yang satu ke unit kerja yang lain dalam lingkup perusahaan
atas kebutuhan untuk kelancaran kerja, efektivitas kerja dan efisiensi kerja.
20. Mangkir ialah: tidak masuk bekerja tanpa alasan yang dapat dipertanggung jawabkan.
a. Pekerja berhak dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi, dengan penilaian prestasi dan pertimbangan
kondisi kerja
b. Pekerja yang dipromosikan berhak mendapat penyesuaian upah sesuai standar upah pada jabatan barunya.
c. Penyesuaian pada huruf b berlaku mulai yang bersangkutan menduduki jabatan barunya.
d. Pengusaha berwenang memindahkan pekerja dari satu jabatan ke jabatan lain yang lebih tinggi, baik di
departemen sendiri maupun ke lain departemen, yang bertujuan untuk memberikan tanggungjawab yang besar
kepada pekerja yang berpotensi dan berprestasi baik, sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
e. Dalam hal promosi sebagaimana disebut pada ayat (1) pasal ini, diberlakukan masa orientasi tugas
maksimum selama 3 (tiga) bulan.
f. Jika setelah 3 (tiga) bulan Pekerja yang bersangkutan tidak berhasil melewati masa orientasi tugas dengan
baik dan/atau dinyatakan tidak memenuhi syarat, maka pekerja yang bersangkutan dikembalikan ke jabatan
semula.
2. Mutasi :
a. Pengusaha berwenang memindahkan dan atau menugaskan pekerja ke departemen lain untuk memberikan
kesempatan bagi pekerja menambah pengetahuan, ketrampilan dan menimba pengalaman yang berguna bagi
kemajuan pekerja sesuai dengan kebutuhan perusahaan dengan memperhatikan kemampuan dan kesanggupan
pekerja yang bersangkutan.
b. Pemindahan / mutasi dilaksanakan dengan suatu Surat Keputusan Mutasi, dengan pemberitahuan terlebih
dahulu kepada pekerja yang bersangkutan dalam waktu yang cukup yaitu minimum satu bulan sebelumnya.
c. Bilamana terjadi mutasi pekerja antar divisi, departemen, bagian, atau seksi maka upah, fasilitas dan hak-hak
yang diterima oleh pekerja yang bersangkutan minimum sama dengan yang diterima sebelumnya. Apabila di
tempat baru memiliki fasilitas yang lebih baik dari tempat lama maka pekerja yang bersangkutan berhak
mendapatkan fasilitas tersebut.
d. Pekerja mempunyai hak menolak untuk di mutasi apabila tidak sesuai dengan keahlian yang bersangkutan.
e. Mutasi tidak diberlakukan sebagai sanksi atau hukuman.
: masuk pukul
: istirahat
: masuk kembali
: masuk pukul
: istirahat
: masuk kembali
10
: masuk pukul
: istirahat
: masuk kembali
: masuk pukul
: istirahat
: masuk kembali
: Masuk pukul
Minggu
11
3. Pekerja yang melakukan kerja lembur berhak atas pembayaran upah lembur sebagaimana diatur oleh
KEP.102/MEN/VI/2004 tentang waktu dan upah kerja lembur.
4. Pekerja yang melakukan kerja lembur pada hari cuti bersama, hari raya Idul Fitri, Hari Natal dan Hari
kemerdekaan RI (17 Agustus) atas kehendak pengusaha diberikan tambahan uang insentif khusus.
5. Pekerja yang melakukan kerja lembur sebagaimana dimaksud ayat (4) pengusaha wajib membayar upah
lembur sebesar 3 kali upah sejam.
BAB VI: HAK CUTI, UPAH SELAMA SAKIT DAN IJIN MENINGGALKAN
PEKERJAAN
Pasal 18: Cuti Tahunan
1. Pekerja yang telah mempunyai masa kerja 12 (dua belas) bulan terus menerus berhak atas cuti tahunan
selama 12 (dua belas) hari.
2. Dasar pengambilan cuti bersama adalah Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri ( Agama, Tenaga Kerja
dan Pendayaguna Aparatur Negara ).
3. Jumlah pengambilan cuti tahunan bersama adalah :
a. Pada Hari Raya Idul Fitri selama 5 (lima) hari.
b. Pada Hari Natal dan Tahun Baru selama 3 (tiga) hari
4. Sisa cuti tahunan selama 4 (empat) hari diambil sendiri-sendiri dengan ketentuan :
a. Sisa cuti tahunan dapat digunakan dalam waktu 12 bulan setelah timbulnya hak cuti tahunan tersebut.
b. Dalam hal ada penundaan pengambilan cuti karena kehendak pengusaha, maka jangka waktu tersebut dapat
diperpanjang.
c. Dalam pengambilan cuti baik secara bersama maupun sendiri-sendiri maka pekerja berhak mendapat upah.
d. Pengusaha wajib memberitahukan secara tertulis kepada pekerja pada saat timbulnya hak cuti dan jumlah
sisa hari cutinya.
e. Dalam hal pekerja yang belum timbul hak cutinya tetapi pekerja ternyata punya kepentingan yang sangat
mendesak, maka pekerja tetap dapat mengajukan permohonan cuti dan diperhitungkan setelah timbul hak
cutinya.
f. Sisa hak Cuti tahunan dapat diambil setiap waktu tanpa dihalang-halangi.
a. Pelaksanaan pengambilan cuti bersama dimulai paling lambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal hari raya.
b. Sisa cuti tahunan yang belum diambil tetapi masa cutinya habis, maka sisa cuti yang belum diambil tersebut
bisa diganti dengan uang.
12
5. Dalam hal pengambilan cuti melahirkan dan keguguran atau kelahiran prematur bagi pekerja wanita
sebagaimana dimaksud ayat I dan 2 pasal ini maka pekerja tersebut berhak mendapat upah.
6. Bagi pekerja wanita yang mengalami haid, berhak mendapatkan cuti pada hari pertama dan hari kedua waktu
haid.
7. Apabila pekerja wanita yang sedang mengalami haid dan yang bersangkutan diharuskan bekerja pada hari
pertama dan kedua masa haid maka diperhitungkan sebagai kerja lembur.
13
3. Peninjauan upah secara umum dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya satu tahun sekali paling lambat
bulan Januari setiap tahun.
4. Peninjauan upah periodik dilakukan dengan penerapan yang berlaku disesuaikan dengan skala upah.
Dasar perhitungan sebagai standart skala upah adalah sebagai berikut:
a. Kurang dari 1 (satu) tahun UMK
b. 1 tahun lebih tetapi kurang dari 2 tahun Rp. 3,5 %
c. 2 tahun lebih tetapi kurang dari 3 tahun Rp. 4,25 %
d. 3 tahun lebih tetapi kurang dari 4 tahun Rp. 5%
e. 4 tahun lebih tetapi kurang dari 5 tahun Rp. 5,75%
f. 5 tahun lebih tetapi kurang dari 6 tahun Rp. 6,5%
g. 6 tahun lebih tetapi kurang dari 7 tahun Rp. 7,25%
h. 7 tahun lebih tetapi kurang dari 8 tahun Rp. 8%
i. 8 tahun lebih tetapi kurang dari 9 tahun Rp. 8,25%
j. 9 tahun lebih tetapi kurang dari 10 tahun Rp. 9%
k. 10 tahun atau lebih Rp.10%
5.Pembayaran upah/gaji Pekerja dilakukan dengan sisitem transfer bank ke rekening Pekerja dengan ketentuan
administrasi bank ditanggung perusahaan.
14
b. Premi shift malam: diberikan untuk pekerja yang bekerja pada malam sebesar Rp. 5000 (lima ribu rupiah) per
kehadiran.
5. Tunjangan Khusus
Diberikan kepada pekerja tertentu sebagai kompensasi atas tingkah laku atau resiko dan prestasi kerja sebesar
Rp.60.000 (enam puluh ribu rupiah) per bulan ...........
6. Tunjangan Hari Raya
6.1. Pengusaha wajib memberikan Tunjangan Hari Raya kepada Pekerja yang sudah bekerja selama 3 (tiga)
bulan atau lebih.
6.2. Besar nilai Tunjangan Hari Raya diperhitungkan berdasarkan masa kerja Pekerja, dengan ketentuan
sebagai berikut:
a.3 bulan lebih tetapi kurang dari 1 tahun proporsional dengan rumus (Gaji : 12) x masa kerja).
b.1 tahun lebih tetapi kurang dari 2 tahun 100% x upah.
c.2 tahun lebih tetapi kurang dari 3 tahun 110% x upah.
d.3 tahun lebih tetapi kurang dari 4 tahun 120% x upah.
e.4 tahun lebih tetapi kurang dari 5 tahun 130% x upah.
f.5 tahun lebih tetapi kurang dari 6 tahun 140% x upah.
g.6 tahun lebih tetapi kurang dari 7 tahun 150% x upah.
h.7 tahun lebih tetapi kurang dari 8 tahun 160% x upah.
i.8 tahun lebih tetapi kurang dari 9 tahun 170% x upah.
j.9 tahun lebih tetapi kurang dari 10 tahun 180% x upah.
k.10 tahun lebih tetapi kurang dari 11 tahun 190% x upah.
l.11 tahun lebih 200% x upah.
6.3.Pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR) dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum Hari Raya.
15
16
Pasal 32: Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Santunan akibat kecelakaan
kerja
1. Tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja berhak atas jaminan kecelakaan kerja sebagaimana diatur
oleh UU No. 3/1992 dengan seluruh peraturan turunannya serta cakupan isi seluruh manfaat yang diberikan
kepada Peserta.
2. Pekerja yang mengalami kecelakaan kerja berhak atas santunan akibat kecelakaan kerja sesuai dengan UU
No. 3/1992 dengan seluruh peraturan turunannya serta cakupan isi seluruh manfaat yang diberikan kepada
Peserta
17
f. Setiap pekerja wajib memelihara dan memegang teguh rahasia perusahaan terhadap siapapun mengenai
segala hal yang diketahuinya mengenai perusahaan, kecuali untuk kepentingan negara.
g. Setiap pekerja wajib melaporkan kepada pimpinan, apabila ada perubahan-perubahan akan status dirinya,
susunan keluarganya, perubahan alamat tempat tinggal dan sebagainya.
h. Setiap pekerja wajib memeriksa semua alat-alat kerja sebelum mulai bekerja atau meninggalkan pekerjaan
sehingga benar-benar tidak akan menimbulkan kerusakan atau bahaya yang akan menggangu pekerjaan.
i. Setiap pekerja memelihara kebersihan dan memelihara kekeluargaan diantara teman kerja lainnya, sehingga
tidak menimbulkan kegaduhan, huru-hara yang dapat merugikan perusahaan.
j. Apabila akan meninggalkan pekerjaan/ perusahaan wajib memberitahukan dan meminta izin tertulis dari atasan
masing-masing dengan form yang sudah disediakan.
k. Meminta petunjuk kepada pimpinan perusahaan/ atasan apabila menghadapi kesulitan kerja yang tidak dapat
diatasinya.
2. Larangan-larangan bagi pekerja
a. Setiap pekerja dilarang membawa/ menggunakan barang-barang milik perusahaan keluar dari lingkungan
perusahaan tanpa izin dari pimpinan.
b. Setiap pekerja dilarang melakukan pekerjaan yang bukan tugasnya dan tidak diperkenankan memasuki
ruangan lain yang bukan bagiannya kecuali atas perintah/ izin atasan nya.
c. Setiap pekerja dilarang minum minuman keras, mabuk di tempat kerja, membawa/ menyimpan dan
menyalahgunakan bahan narkotika.
d. Setiap pekerja dilarang merokok/ menyalakan korek api di tempat-tempat yang terlarang kecuali tempat yang
telah disediakan.
e. Setiap pekerja dilarang membawa senjata api/ tajam ke dalam lingkungan perusahaan.
f. Setiap pekerja dilarang mengabsenkan pekerja lain apalagi pekerja yang tidak masuk kerja.
g. Menghilangkan atau merusak dengan sengaja alat-alat kerja atau alat keselamatan kerja yang disediakan.
h. Melakukan perbuatan asusila di tempat kerja atau di dalam lingkungan perusahaan.
i. Membujuk, mengajak, menyuruh, memaksa unsur pimpinan perusahaan atau teman sekerja untuk melakukan
hal-hal yang bertentangan dengan hukum dan kesusilaan.
j. Berjudi pada waktu kerja di dalam lingkungan perusahaan.
k. Menolak perintah atasan/ pimpinan yang yang sesuai dengan bidang kerjanya serta layak untuk dikerjakan.
3. Pelanggaran atas ketentuan Tata Tertib ini dapat diberikan sanksi berupa surat peringatan.
18
b. Mengikutsertakan seluruh pekerja untuk menjadi peserta Jamsostek (JK, JKK, JHT, dan JPK).
c. Mentaati peraturan perundang-undangan serta persyaratan lainnya yang berlaku di bidang ketenaga kerjaan.
d. Memperhatikan dan memberikan rasa aman pekerja dalam bekerja.
e. Memperhatikan dan memberikan peningkatan kesejahteraan pekerja PT. MCA.
f. Memberikan pembinaan terhadap pekerja PT. MCA.
3. Hak Pekerja
a. Mendapat pekerjaan sesuai yang diperjanjikan.
b. Mendapatkan upah sebagai akibat hubungan kerja.
c. Menjadi anggota atau tidak menjadi anggota Serikat Pekerja.
d. Mendapat cuti yang timbul pada dirinya.
e. Mengundurkan diri dari perusahaan.
f. Mendapatkan bantuan dan fasilitas yang diberikan perusahaan termasuk fasilitas JPK.
g. Memperoleh ganti rugi atas gangguan/ cacat badan yang diakibatkan kecelakaan kerja sesuai ketentuan UU
No. 3/1992 dengan seluruh peraturan turunannya serta cakupan isi seluruh manfaat yang diberikan kepada
Peserta.
h. Mendapat santunan apabila meninggal dunia baik karena kecelakaan kerja ataupun kematian dalam kondisi
normal, santunan tersebut diserahkan kepada ahli waris yang sah.
i. Bebas mengeluarkan pendapat, saran-saran yang membangun, baik melalui atasan langsung, kotak saran
maupun melalui Serikat Pekerja Nasional.
4. Kewajiban Pekerja
a. Berlaku sopan sesuai dengan norma agama maupun norma sosial yang berlaku dalam masyarakat Indonesia
pada umumnya dan lingkungan sekitar pada khususnya.
b. Taat peraturan yang berlaku di lingkungan kerja PT. MCA.
c. Memberikan keterangan yang sebenarnya mengenai dirinya dan pekerjaannya dalam hubungan dengan
tugasnya.
d. Menjalankan tugas dan pekerjaan yang diamanatkan oleh perusahaan kepadanya dengan penuh
tanggungjawab.
e. Menjaga, merawat dan menyelamatkan barang-barang milik perusahaan yang dipergunakan dan/ atau
dipercayakan kepadanya, serta wajib mengembalikan kepada perusahaan apabila telah berakhir hubungan
kerja.
f. Menjalin hubungan harmonis antara teman sekerja, bawahan maupun atasan.
g. Saling menghormati kepada bawahan atasan maupun rekan sekerja agar tercipta hubungan kerja yang
harmonis, menjaga ketenangan kerja serta ketentraman di lingkungan perusahaan.
h. Aktif menjaga kebersihan lingkungan perusahaan serta menjaga keselamatan dan kesehatan kerja.
19
20
21
22
05. Untuk merealisasikan hak pensiun bagi pekerja, maka perlu diatur prosedur sebagai berikut :
a. Pengusaha melalui department personalia memberitahukan kepada pekerja bahwa yang bersangkutan telah
berhak atas pensiun minimal 1 (satu) tahun dimuka harus sudah diberitahukan kepada pekerja yang
bersangkutan.
b. Setelah memperoleh pemberitahuan dari pengusaha, pekerja mengisi formulir isian yang disediakan untuk
keperluan pensiun, di tandatangani oleh yang bersangkutan dan di ketahui oleh atasan langsung pekerja yang
bersangkutan.
c. Apabila Pengusaha belum melaksanakan tentang isi dari ayat 1 dan ayat 2 pasal ini, maka si Pekerja berhak
mengajukan hak pensiunnya ke Departemen personalia.
d. Paling lambat dalam waktu 1 bulan setelah tanggal penandatanganan formulir isian tersebut, pengusaha
harus merealisasikan kompensasi pensiun.
06. Sebagai dasar menghitung usia pekerja adalah tanggal, bulan dan tahun lahir pekerja yang tercantum dalam
buku regester perusahaan.
07. Seluruh pembayaran konpensasi dilakukan pada tanggal diakhirinya hubungan kerja.
23
02. Seluruh pembayaran konpensasi dilakukan pada tanggal diakhirinya hubungan kerja.
24
2. Enam bulan sebelum berakhirnya Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ini kedua belah pihak sudah mengadakan
perbaikan pada bab, pasal, dan ayat yang dianggap perlu.
3. Apabila sampai masa berakhirnya masa berlaku Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ini kedua belah pihak
menyelesaikan perundingan PKB baru, maka kedua belah pihak membuat surat kesepakatan untuk
memperpanjang pemberlakuan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ini paling lam satu tahun dan dicatatkan kembali
pada Kantor Disnaker Kabupaten Tangerang.
4. Pencetakan buku Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ini ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan.
25
2. Serikat Pekerja PT Sarana Meditama Metropolitan (RS. Omni Medical Center) yang telah terdaftar di kantor
Sudinakertrans Kodya Jakarta Timur dengan nomor bukti pencatatan 448/l\/fP/Ill/2004 tanggal 31 Maret 2004
beralamat di JI. Pulomas Barat VI No. 20 Jakarta Timur 13210 yang diwakili oleh:
1. Sofian Hardi selaku Ketua Umum SP
2. Hendra selaku Wakil Ketua I
3. Merwan Eiendi selaku Wakil Ketua ll
selanjutnya disebut Serikat Pekerja yang mewakili anggota-anggotanya.
26
- Anak-anak yang sah berdasarkan akte lahir, Kartu Keluarga dan terdaftar di BSDM, sebanyaknya 3 orang anak
pertama, berusia maksimai 21 tahun dan belum menikah atau belum berpenghasilan/bekerja.
12.Ahli Waris adalah keluarga dan atau Orang Tua yang ditunjuk Pekerja Secara tertulis untuk menerima
pembayaran yang timbul dari adanya klaim karena kematian. Dalam hal tidak ada penunjukkan ahli warisnya,
maka hal tersebut diatur menurut hukum yang berlaku.
13.Waktu Kerja adalah waktu kerja yang ditetapkan Perusahaan untuk melakukan Pekerjaan sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepada Pekerja dengan memperhatikan ketentuan Ketenagakerjaan yang
berlaku.
14.Hari kerja di Rumah Sakit adalah 24 jam Sehari, 365 hari Setahun.
15.Kerja Lembur adalan kerja yang dilakukan Pekerja yang melebini jam Kerja yang telah ditetapkan bagi
Pekerja atau yang ditetapkan sebagai kerja lembur berdasarkan ketentuan berdasarkan kesepakatan bersama.
Kerja lembur harus ada surat perintah sebelumnya secara tertulis dari atasan langsung yang disetujui Bagian
S.D.M.
16.Hari Istirahat Mingguan adalah hari diluar hari kerja yang telah ditentukan.
17.Hari Libur Resmi adalah hari-hari besar dimana Pekerja tidak diwajibkan untuk bekerja sesuai dengan
Ketetapan Pemerintah Rl kecuali bagi Pekerja apabila karena tugasnya shift kerja harus menjalankan tugas.
18.Upah adalah hak Pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari
pengusaha atau pemberi kerja kepada Pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian
kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, yang terdiri dari Upah Pokok (tidak termasuk
tunjangan yang bersifat tidak tetap).
19.Tempat Kerja
Tempat kerja adalah :
(i) semua gedung / ruangan / halaman kantor dan keseiuruhan tempat yang berada di bawah penguasaan
Perusahaan, termasuk halamannya yang dipergunakan untuk menunjang segala kegiatan usaha Perusahaan.
(ii) tempat kerja / kantor operasional Serta tempat kerja milik instansi negara maupun swasta tempat Pekerja
ditugaskan untuk bekerja menjalankan Pekerjaannya.
27
28
29
4. Memenuhi tuntutan persyaratan jabatan / jenjang / posisi / level pada saat penerimaan.
5. Menandatangani surat pernyataan untuk mematuhi segala ketentuan-ketentuan dan peraturan tata tertib yang
berlaku di Perusahaan.
6. Tidak tertibat dalam kegiatan / keanggotaan dari partai/organisasi terlarang.
7. Tidak terikat dalam hubungan kerja dengan pihak yang lain.
8. Memberikan keterangan palsu sehubungan dengan informasi mengenai data
30
PasaI 15 : Promosi
1.Perusahaan memberikan kepada setiap Pekerja kesempatan yang sama untuk mengembangkan karir dalam
Perusahaan termasuk untuk memperoleh promosi sesuai dengan kompetensi (teknis dan non teknis/soft skill),
kedisiplinan, kerjasama dalam tim, kematangan, sikap dan kinerjanya. Promosi juga mempertimbangkan kondisi
usaha dan kemampuan Perusahaan pada saat ini maupun prakiraan kinerja Perusahaan di masa depan serta
mempertimbangkan kemampuan dan kebutuhan untuk menambah posisi dan atau adanya/tidak adanya posisi
kosong yang perlu diisi.
2.Promosi adalah kesempatan yang diberikan secara terbuka kepada Pekerja untuk dapat memperlihatkan
prestasi kerja dalam jabatannya yang terakhir bahwa mereka mempunyai kecakapan yang cukup, kemampuan
dan rasa tanggung jawab untuk dapat dipertimbangkan menduduki jabatan/pangkat dengan tanggung jawab
yang lebih besar atau lebih tinggi.
3.Promosi dilaksanakan berdasarkan asas terbuka, bebas, obyektif, serta adil tanpa diskriminasi.
4.Promosi tidak dapat dilakukan untuk Pekerja yang mendapat surat peringatan pada periode penilaian atau
masih berlaku.
5.Pekerja yang dipromosikan akan dikenakan masa acting selama maksimal 1 (satu) tahun. Yang dimaksud
dengan masa acting adalah kurun waktu dimana seorang pekerja ditunjuk untuk menjadi pejabat sementara
diposisi tertentu yang lebih tinggi dari posisi sebelumnya. Adapun ketentuan lain yang menyangkut promosi
dimaksud akan diatur dengan ketentuan tersendiri.
31
4.Mutasi Pekerja dari satu bagian ke bagian lain atau dari satu lokasi ke lokasi lain dalam lingkungan
Perusahaan, dilakukan selain berdasarkan pertimbangan kriteria di atas juga dengan memperhatikan evaluasi
atas kompetensi dan rekomendasi atasan dan kinerja Pekerja yang bersangkutan.
5.Manajemen berhak untuk melakukan mutasi di luar ketentuan di atas, jika mengetahui adanya potensi conflict
of interest yang dapat mengganggu kinerja Pekerja maupun Perusahaan yang dapat ditimbulkan antara lain
akibat adanya hubungan keluarga/ikatan darah diantara Pekerja (misal kakak-adik; menantu-mertua; suami-istri;
orang tua-anak).
6.Pekerja tidak berhak untuk menolak keputusan Perusahaan atas penempatan dan pemindahan dirinya di
dalam lingkungan Perusahaan sebagaimana telah ditentukan dalam peraturan/kebijakan Perusahaan.
7.Penolakan terhadap mutasi dapat dijadikan dasar pemberian Surat peringatan terakhir atau pemutusan
hubungan kerja dengan tetap mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8.Pekerja dapat mengajukan permohonan mutasi dan untuk selanjutnya akan dipertimbangkan Perusahaan
sesuai dengan kebutuhan Perusahaan serta kinerja Pekerja yang bersangkutan.
Pasal 17 : Demosi
1.Demosi adalah pemindahan Pekerja dari satu posisi/jabatan ke posisi/jabatan lain yang Iebih rendah kepada
seorang Pekerja dengan upah pokok tidak mengalami perubahan tetapi fasilitas dan tunjangan lain akan
berubah mengikuti posisi baru. Demosi dilakukan berdasarkan pertimbangan antara Iain:
a. Kesalahan / kelalaian Pekerja
b. Hasil kinerja Pekerja dinilai oleh Perusahaan tidak memuaskan
2.Pemberian demosi dilakukan oleh Direksi seteiah mendapat laporan tertulis dari atasan langsung Pekerja yang
bersangkutan.
32
c. Jadwal waktu kerja yang diluar ayat 2 butir a dan b pasal ini yang selama ini telah berjalan tetap berlaku
(jadwal jam kerja terlampir).
d. Waktu kerja tersebut dapat diubah dengan mempertimbangkan kelaziman mengenai waktu kerja sesuai sifat
usaha Perusahaan dan kebutuhan Perusahaan.
3.Pekerja dapat mengikuti waktu kerja klien dengan izin dari Pimpinan Perusahaan yang bertanggung jawab
memimpin tim penugasan pemberian jasa (engagement team) bagi klien tersebut.
4.Pekerja wajib memanfaatkan waktu kerja secara efektif dan produktif bagi Perusahaan. Pekerja harus secara
proaktif melaporkan penugasan (assignment) kepada atasan langsung atau atasan tidak langsung di bagian
masing-masing dalam hal penugasannya sudah selesai dan belum ada penugasan lainnya (atau disebut sebagai
dalam kondisi unassigned).
5.Waktu kerja tidak dapat dipakai untuk melakukan aktivitas diluar kepentingan Perusahaan tanpa izin atasan
langsung.
6.Bagi Pekerja yang mempunyai sifat Pekerjaan yang khusus (seperti: Pekeria bagian keamanan, operator
telepon, Sales / Marketing, pengemudi, pelayan, ekspedisi dan lain-lain), ketentuan waktu kerjanya akan diatur
dengan ketentuan tersendiri tergantung pada kepentingan dan tingkat urgensinya di Perusahaan dengan
berpedoman kepada perundangan yang berlaku.
7.Dalam hal Pekerja ditugaskan untuk bekerja di tempat selain tempat kerja, Pekerja wajib mendapat izin tertulis
dari atasan atau diatur sesuai dengan kondisi unit kerja/proyek masing-masing.
8.Perusahaan memberikan kesempatan kepada karyawan yang nendak melakukan sholat Jumat ketempat
sholat yang terdekat dan dengan sepengetahuan atasannya, dari pukul 11.30 WIB dan sudah harus kembali
selambatnya pukul 13.30 WIB.
9.Perusahaan dapat mempekerjakan Pekerja untuk bekerja pada hari-hari libur resmi dengan mendapatkan
upah lembur atau diganti hari iain. Ketentuan ini tidak berlaku bagi Pekerja yang sedang berdinas pada hari libur
resmi tersebut.
33
3. Kerja lembur dilaksanakan atas perintah dari atasan yang berwenang sebelum Pekerjaan dilakukan dengan
melengkapi Surat perintah kerja lembur.
4. Bagi Karyawan dengan jabatan mulai dari sebagai koordinator ke atas tidak diberikan uang lembur mengingat
tanggung jawab Pekerjaannya.
5. Upah lembur tidak diberikan kepada Pekerja yang tengah menjalani pelatihan apabila pelatihan tersebut
dilakukan di luar waktu kerja.
6. Perhitungan Upah Kerja Lembur dibuat sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja No:
Kep.102/Men/Vl/2004. Cara perhitungan Upah Kerja Lembur adalah sebagai berikut:
a. Apabila jam kerja lembur dilakukan pada hari biasa :
Upah jam kerja lembur pertama harus dibayar sebesar 1,5 (satu setengah) kali upah sejam.
Untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar sebesar 2 (dua) kali upah sejam.
b. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan atau hari raya resmi :
Untuk setiap jam dalam batas 7 (tujuh) jam atau 5 (lima) jam apabila hari raya tersebut jatuh pada hari
kerja terpendek pada salah satu hari dalam 6 (enam) hari kerja seminggu, harus dibayar upah 2 (dua)
kali upah sejam.
Untuk jam kerja pertama selebihnya 7 (tujuh) jam atau 5 (lima) jam apabila hari raya tersebut jatuh pada
hari kerja terpendek pada salah satu hari dalam 6 (enam) hari kerja seminggu, harus dibayar upah
sebesar 3 (tiga) Kali upah sejam.
Untuk jam kerja kedua setelah 7 (tujuh) jam atau 5 (lima) jam apabila hari raya tersebut jatuh pada hari
kerja terpendek pada salah satu hari dalam 6 (enam) hari kerja seminggu dan seterusnya, harus
dibayar upah sebesar 4 (empat) kali upah sejam.
Pasal 22 : Cuti
Pada dasarnya Perusahaan mendorong Pekerja untuk menggunakan hak cutinya, agar kesegaran jasmani dan
rohani Pekerja tetap terjaga. Oleh karena itu Perusahaan mengatur pemberian cuti tahunan sebagai berikut:
1.Pekerja yang telah bertugas sebagai Pekerja tetap yang telah menjalani masa kerja selama 12 bulan berturutturut dengan memenuhi jam kerja 40 jam per minggu, maka berhak atas cuti/istirahat tahunan sebagai berikut:
a. Bagi Pekerja Tetap yang bekerja 3-4 hari dalam seminggu atau 12 jam per hari akan mendapat cuti selama 12
hari kerja.
b. Bagi Pekerja Tetap yang bekerja 5 hari dalam seminggu akan mendapat cuti selama 16 hari kerja.
c. Bagi Pekerja Tetap yang bekerja 6 hari dalam seminggu akan mendapat cuti selama 18 hari kerja.
2.Bagi Pekerja yang menjalani cuti tetap mendapatkan upah.
34
3.Setiap hari libur resmi (libur nasional) yang jatuh pada hari ketika Pekerja menjalani cuti dianggap tidak
menjadi bagian hari cuti.
4.Jumlah hari izin, yaitu izin tidak masuk kerja baik secara tertulis atau telepon, izin sakit tanpa surat keterangan
dokter maksimal 1 (satu) hari dan izin meninggalkan tugas Pekerjaan, akan diperhitungkan dengan jumlah hari
hak cutinya.
5.ljin tidak masuk bekerja lebih dari 4 jam akan dihitung sebagai cuti 1 hari.
6.Tata Cara pengambilan cuti tahunan:
a.Cuti tahunan dapat diambil oleh Pekerja Tetap setelah hak cutinya diperoleh berdasarkan peraturan yang
berlaku, dimana hak cuti ini boleh diambil selama kurun waktu 15 (lima belas) bulan terhitung saat hak cutinya
berlaku. Apabila dalam kurun waktu tersebut hak cuti tidak dipergunakan, maka hak cuti tersebut akan dianggap
hangus dan tidak dapat diganti dengan uang.
b.Pekerja yang akan mengambil cuti harus memperoleh izin tertulis dari atasan langsung, pengajuannya 10
(sepuluh) hari sebelum menjalankan cuti dan diserahkan pada Bagian SDM.
c.Pada prinsipnya Perusahaan berhak mengatur hari-hari cuti Pekerja dalam tahun takwim, demi menjamin
kelangsungan operasional Perusahaan dan sehubungan dengan sifat usaha Perusahaan yang tingkat
kesibukannya tidak sama sepanjang tahun. Pada saat Pekerja mempunyai kepentingan yang mengharuskan
Pekerja yang bersangkutan mengambil cuti maka hendaknya Pekerja membicarakan rencana cuti dengan
atasan langsung sedini mungkin agar dapat diatur jadwal cuti yang memuaskan keinginan Pekerja maupun
kepentingan Perusahaan. Keinginan Pekerja dan kepentingan Perusahaan akan dipertimbangkan oleh atasan
langsung dalam menyetujui permohonan cuti. Atas penimbangan operasional, atasan langsung dapat meminta
Pekerja untuk mengubah tanggal cutinya, permohonan cuti harus diajukan secara tertulis dengan menggunakan
formulir cuti. Formulir asli yang diisi lengkap dengan mencantumkan hak atau sisa hak cuti Pekerja sesuai
dengan catatan Perusahaan, harus dimintakan tanda tangan kepada Pimpinan Perusahaan sebagai persetujuan.
Asli dari permohonan yang sudah disetujui harus dikirim ke Bagian Sumber Daya Manusia.
d.Apabila karena satu atau lain hal cuti yang sudah disetujui Pimpinan Perusahaan tidak jadi diambil, Pekerja
wajib memberitahukan kepada Bagian Sumber Daya Manusia. Jika tidak maka Pekerja dianggap menjalankan
cuti yang telah disetujui.
e.Apabila Pekerja kehilangan hak cuti tahunan yang disebabkan oleh tugasnya yang dinyatakan secara tertulis
oleh atasan langsung (penundaan minimal 2 kali) sampai dengan berakhirnya periode pengambilan cuti, maka
Pekerja tersebut berhak mendapatkan penggantian uang cuti yang, pelaksanaannya diatur berdasarkan
ketentuan :
Sisa hari cuti yang digantikan x upah pokok / Total hari kerja
f.Rincian dari hal-hal yang bersifat prosedural dan teknis administratif mengenai cuti diatur dalam ketentuan
tersendiri.
35
Pasal 25 : Keguguran
Pekerja wanita yang mengalami keguguran berhak atas cuti berdasarkan Surat dokter, maksimal selama 1 1/2
(Satu Setengah) bulan sesudah keguguran berdasarkan Surat keterangan dokter kandungan/bidan yang
disetujui oleh dokter Perusahaan dan ketentuan pelaksanaannya disesuaikan dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
36
4.Biaya perawatan Pekerja selama sakit diberikan oleh pihak Perusahaan sesuai dengan ketentuan Perusahaan.
5.Apabila setelah lewat 12 (dua betas) bulan Pekerja tidak sembuh total atau tidak mampu untuk kembali
bekerja, maka Perusahaan dapat melakukan PHK sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6.Apabila Dokter yang ditunjuk Perusahaan menyatakan bahwa karena penyakit yang diderita pekerja atau
akibat kecelakaan yang dialaminya, dipandang secara medis tidak mampu atau tidak layak bekerja lagi, maka
Perusahaan akan memutuskan hubungan kerja dengan Pekerja tersebut, tanpa harus menunggu lewatnya masa
12 (dua belas) bulan.
7.Apabila dalam masa 12 (duabelas) bulan tersebut pekerja yang bersangkutan oleh dokter yang ditunjuk
Perusahaan dinyatakan sembuh dari sakitnya dan dapat melaksanakan tugas-tugasnya sebagaimana biasa,
maka pekerja tersebut dapat dipekerjakan kembali dengan upah seperti semula. Namun demikian penempatan
Pekerja dimaksud dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan tenaga kerja saat itu dan kemampuan yang
dimiliki Pekerja.
BAB VI : PENGUPAHAN
Pasal 28 : Sistem Pengupahan
1.Pembayaran upah dilakukan tiap-tiap akhir bulan selambat-lambatnya hari terakhir bulan yang bersangkutan.
2.Bagi Pekerja baru yang masa kerjanya belum mencapai 1 (satu) bulan kerja, maka dasarnya imbalan jasa
diperhitungkan sebagai berikut:
Hari kerja selama satu bulan tersebut x upah / total hari kerja
3.Sistem pengupahan Pekerja menggunakan sistem pengupahan yang ditetapkan oleh Perusahaan.
4.Pembayaran upah terendah tidak akan kurang dari ketentuan Upah Minimum Propinsi (UMP) yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah.
37
dan/atau maksimum 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) tahun, selebihnya akan dikurangkan dari cuti tahunan atau
dari upah.
38
Calon Pekerja harus bersedia diperiksa kesehatannya oleh dokter yang ditunjuk Perusahaan bila
Biaya pemeriksaan kesehatan bagi calore Pekerja sepenuhnya menjadi beban calon Pekerja.
39
Guna menjaga kesehatan Pekerja, pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan bila dipandang perlu oleh
Perusahaan.
3.Semua biaya atas pemeriksaan kesehatan Pekerja yang diminta oleh Perusahaan akan menjadi beban
Perusahaan.
40
3.Perusahaan mengakui sampai anak ke 3 (tiga) yang sah (anak kandung, anak tiri, anak angkat sesuai
ketentuan hukum), berusia maksimum 21 (dua puluh satu) tahun, tidak bekerja dan belum pernah menikah. Anak
tanggungan tidak boleh dipertukarkan dengan anak lainnya, jika ada, anak kembar dihitung satu kecuali jika
salah satu meninggal dunia.
4.Perusahaan mengakui anak tiri sebagai tanggungan apabila anak tersebut adalah anak dari seorang janda
yang menikah dengan Pekerja dengan ketentuan perempuan tersebut tercatat sebagai isteri di bagian Sumber
Daya Manusia.
41
42
6.Pekerja yang masa kerjanya kurang dari satu tahun tetapi lebih dari 6 (enam) bulan diberikan secara
proporsional.
7.Pekerja yang putus hubungan Kerja sebeium saat pembayaran bonus tahunan, tidak memenuhi persyaratan
untuk menerima bonus tahunan.
8.Pekerja yang dipindah tugaskan ke Perusahaan lain dalam satu grup, berhak mendapatkan bonus tahunan
atas tahun sebelumnya.
43
2.Keberhasilan Perusahaan dan kemajuan karir Pekerja sangat tergantung pada kompetensi, kinerja dan mutu
pelayanan dari Pekerja. Bagi Pekerja yang menunjukkan prestasi Kerja di bawah standar atau mendapatkan
penilaian dengan rating terendah (E) akan dikenakan surat peringatan III dan akan dilakukan re-evaluasi 6
(enam) bulan kemudian dengan pemberian target. Apabila Pekerja tidak mencapai target tersebut maka akan
diproses pemutusan hubungan kerja.
Yang mempunyai hubungan sewa menyewa dengan atau penugasan dari Perusahaan.
Yang kepadanya Perusahaan menjuai atau menyewa hasil produksinya, bahan-bahan, jasa, fasilitas
atau kekayaannya.
b. Seorang Pekerja atau anggota keluarganya, baik secara langsung ataupun tidak langsung mempunyai atau
mengendalikan usaha yang sejenis dengan usaha Perusahaan.
2. Seluruh Pekerja wajib mengikuti peraturan bebas pertentangan kepentingan yang dikeluarkan Perusahaan
dari waktu ke waktu.
Pasal 53 : Transaksi
Transaksi berikut ini menurut ketentuan Perusahaan dianggap sebagai suatu pertentangan kepentingan,
sehingga dilarang :
1.Pinjaman
Pekerja tidak diperbolehkan meminjam uang dari klien, perorangan atau Perusahaan dengan pihak mana
Perusahaan mempunyai hubungan, kecuali dengan bank, Perusanaan asuransi, dan lembaga keuangan yang
diakui.
2.Pemberian Hadiah
Pekerja tidak diperbolehkan meminta atau menerima, langsung ataupun tidak langsung, pemberian atau hadiah
yang dapat mempengaruhi atau diperkirakan dapat mempengaruhi tingkah laku mereka dalam mewakili
Perusahaan. Kebijakan Perusahaan adalah bahwa urusan bisnis didasarkan semata-mata pada kecakapan dan
persaingan terbuka. Oleh karena itu, Pekerja harus menghindarkan diri dari tindakan-tindakan yang mungkin
dapat mengganggu kebebasan keputusannya.
3. Informasi
44
Pekerja tidak diperbolehkan, demi keuntungan pribadinya atau kepentingan pihak ketiga, menggunakan
keterangan-keterangan yang tidak diketahui oleh umum yang diperoleh karena hubungan kerjanya dengan
Perusahaan atau klien, termasuk data-data teknik, keterangan mengenai usaha, kegiatan operasional, rencanarencana yang akan datang, investasi, dan keadaan keuangan.
Ketentuan Iebih rinci mengenai pertentangan kepentingan/independensi diatur dalam ketentuan tersendiri.
Pasal 54 : Sanksi
1.Apabila seorang Pekerja atau anggota keiuarganya mempunyai kepentingan atau hubungan lain, di luar yang
dapat menimbulkan pertentangan kepentingan, Pekerja bertanggung jawab untuk segera melaporkan kepada
atasannya semua keterangan yang berhubungan dengan hal tersebut.
2.Setiap Pekerja, jika diminta oleh Perusahaan, bersedia untuk menandatangani pernyataan tahunan tentang
pertentangan kepentingan.
3.Pelanggaran atas ketentuan-ketentuan dalam bab ini dapat menjadi dasar pengambilan sanksi disiplin sampai
dengan pemutusan hubungan kerja tanpa uang pesangon, penghargaan masa kerja, uang ganti rugi dan uang
pisah.
45
46
7.Memelihara kebersihan dan kerapian lingkungan tempat Kerja; rapi dalam menempatkan dan menyimpan,
perlengkapan dan peralatan kerja, kertas kerja dan barang inventaris Perusahaan lainnya atau meletakkannya di
tempat yang telah ditentukan untuk keperluan itu.
8.Selalu berada di tempat kerja selama jam kerja dan bilamana tidak bertugas, (unassigned) tidak dibenarkan
pergi ke tempat lain atau pergi pada waktu kerja, kecuali atas izin atasannya.
9.Bertanggung jawab dan melakukan pengawasan atas Pekerjaan yang dilakukan/dipercayakan kepada
bawahannya dan memberikan tindakan atas pelanggaran-pelanggaran tata-tertib.
10.Melaporkan dengan segera (paling lama 1 bulan dari tanggal perubahan status dimaksud) kepada
Perusahaan setiap perubahan yang terjadi atas alamat, status penambahan atau pengurangan anggota
keluarganya dan pergantian-pergantian atau perubahan-perubahan lainnya yang dipandang perlu untuk
diketahui oleh Perusahaan walaupun tidak diminta.
11.Mentaati ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
12.Memakai kartu identitas jika berada di tempat kerja.
13.Menerima tugas atau mutasi ke lokasi lain di dalam lingkungan Perusahaan.
14.Mentaati aturan Perusahaan mengenai berbusana dan penampilan untuk bekerja.
15.Memperkenankan bagian keamanan untuk memeriksa barang yang dibawa Pekerja, bila pemeriksaan
tersebut diperlukan oleh Perusahaan dan atau klien.
16.Makan pada waktu yang telah ditentukan atau waktu lain yang diizinkan oleh atasan.
17.Menjaga citra serta martabat sebagai profesional, menjaga etika dan menjaiankan Kode Etik Perusahaan.
18.Menjaga kerahasiaan klien dan Perusahaan, baik mengenai keuangan maupun segala informasi yang
diketahui.
19.Bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang milik Perusahaan sebagai akibat
penyalahgunaan atau kelalaian Pekerja.
20.Melaporkan dengan segera kepada Perusahaan apabila tidak ada penugasan (unassignment) walaupun
tidak diminta.
21.Melakukan Absensi tepat waktu.
22.Bersedia bekerja lembur bila diperlukan Perusahaan.
23.Bersedia melakukan perjalanan dinas ke Iuar kota
2.Pekerja Dilarang :
1.Bekerja untuk/pada Perusahaan lain tanpa seizin Pimpinan Perusahaan.
2.Melakukan kegiatan-kegiatan di Iuar kepentingan Perusahaan selama jam kerja kecuali atas izin khusus dari
atasannya.
3.Mengalihkan atau mendelegasikan tugas yang diperolehnya kepada Pekerja lain kecuali dengan persetujuan
atasannya.
4.Menerima tamu pribadi atau mantan Pekerja/orang Iain bukan dalam rangka dinas selama jam Kerja dan tidak
pada tempat yang telah ditentukan kecuali atas izin khusus dari atasannya.
5.Menyalahgunakan perlengkapan atau peralatan, fasilitas internet dan kekayaan intelektual milik Perusahaan
dan klien untuk kepentingan pribadi atau untuk kepentingan orang lain.
6.Membawa dan/atau menggunakan senjata api dan seniata tajam atau jenis-jenis senjata lainnya ke tempat
Kerja.
7.Menghilangkan atau merusak alat-alat Kerja milik Perusahaan/klien yang masih dapat dipergunakan.
47
8.Menyalahgunakan kesempatan dan fasilitas kesehatan, memberikan ketefangan palsu mengenai biaya-biaya
yang diajukan untuk memperoleh penggantian dari Perusahaan.
9.Memberikan keterangan palsu atau memalsukan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan kepentingan
Perusahaan / pribadi.
10.Pada saat perjanjian Kerja diadakan memberikan keterangan palsu atau dipalsukan sehubungan data pribadi.
11.Mabuk, minum minuman keras, membawa, memiliki, menyalahgunakan obat bius dan narkotika di tempat
kerja.
12.Melakukan perbuatan asusila di lingkungan tempat kerja.
13.Melakukan penipuan, pencurian dan penggelapan barang/uang milik Perusahaan atau milik teman sekerja;
tindakan kejahatan memperdagangkan/membawa barang terlarang di wilayah Perusahaan.
14.Menganiaya, menghina, mencemarkan nama baik, mengancam Pengusaha, petugas Perusahaan serta
teman sekerja atau keluarga mereka yang berdampak secara materi ataupun inmateri, mental maupun fisik.
15.Membujuk, mempengaruhi, mengajak, menyuruh, memaksa Pengusaha, petugas Perusahaan atau teman
sekerja (baik secara langsung maupun tidak langsung) untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan
hukum atau kesusilaan atau peraturan perundang-udangan yang berlaku.
16.Dengan sengaja mengubah, merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya harta mllik Perusahaan.
17.Dengan sengaja atau ceroboh membiarkan diri atau teman sekerjanya dalam bahaya atau mengakibatkan
tidak dapat melakukan Pekerjaan yang diberikan kepadanya.
18.Membocorkan rahasia klien atau Perusahaan (termasuk didalamnya menggunakan keterangan yang tidak
diketahui umum yang diperoleh karena hubungan kerjanya dengan Perusahaan atau klien) demi kepentingan
pribadlnya ataupun kepentingan pihak ketiga; atau mencemarkan nama baik Perusahaan maupun Pimpinan
Perusahaan dan keluarganya.
19.Melakukan/mencoba menyuap dan menerima suap atau menerima tip atau menerima hadiah dalam bentuk
apapun dan dari siapapun.
20.Main judi, melakukan kegiatan rentenir di dalam Perusahaan baik dalam waktu jam kerja maupun diluar jam
Kerja.
21.Merokok dan atau menyalakan api di tempat yang terlarang di tempat Kerja.
22.Berkelahi/pukul-mernukul secara fisik di tempat kerja.
23.Menempel, mencoret, menyebar-luaskan pamflet-pamflet, pengumuman-pengumuman, isu-isu dan lain
sebagainya di tempat Kerja yang dapat menimbulkan keresahan, kerawanan dan gangguan keamanan lainnya
bagi Perusahaan atau Pekerja.
24.Berdagang atau berjualan di wilayah Perusahaan kecuali mendapat izin tertulis dari Pimpinan Perusahaan.
25.Menggunakan waktu Kerja untuk kegiatan yang tidak produktif, misalnya tidur, main game, beristirahat
padajam Kerja dan lain-Iain.
26.Menunjukkan prestasi kerja di bawah standar atau mendapatkan hasil Performance Appraisal/Evaluation di
bawah stanclar yang dapat diterima oleh Perusahaan (mendapatkan nilai E).
27.Makan sebelum dan sesudah waktu jam makan; masih berada diluar kantor pada jam kerja/sudah melebihi
waktu istirahat, kecuali dengan seizin atasan.
28.Menggunakan telephone, fasilitas yang dlpercayakan kepada Pekerja sebagai pelengkap tugas untuk
keperluan pribadi.
29.Menyalahgunakan kepercayaan dan kedudukan antara lain 1 menerima uang, barang, fasilitas atau jasa-jasa
untuk kepentingan memperkaya atau menguntungkan diri sendiri dan/atau pihak ketiga.
30.Lamban dalam melaksanakan tugas yang mengasbatkan teamwork terganggu.
48
31.Menerima pinjaman yang mengakibatkan tidak dapat metaksanakan kewajiban melunasi dengan baik
sehingga melibatkan Perusahaan (kecuali dari bank atau lembaga keuangan yang diakui/diijinkan oleh
Perusahaan) dalam bentuk apapun dan dari siapapun.
32.Menggunakan waktu kerja untuk kegiatan organisasi politik/non politik untuk kepentingan diri sendiri.
3.Pelanggaran terhadap kewajiban dan larangan ayat 1 dan 2 dimaksud dapat dikenakan sanksi seperti diatur
dalam pasal 62.
49
Mangkir atau tidak masuk kerja tanpa izin atau alasan yang sah dalam masa 1 (satu) bulan sebanyak 1
(satu) kali.
Mengemudikan/membawa kendaraan milik Perusahaan tanpa hak dan seizin dari yang beewenang
dalam masa 3 (tiga) bulan sebanyak 1 (satu) kali.
Menolak perintah Kerja yang layak dari atasan mengabaikan atau melalaikan atau tidak menjalankan
tugas Pekerjaan sebagaimana telah diperintahkan atasan dalam masa 3 (tiga) bulan sebanyak 1 (satu)
kali.
Sering tidak dapat menjaga kerapian tempat Kerja berupa peralatan kerja, kertas kerja dan tidak
bertanggungjawab atas peralatan Kerja dan kertas kerja yang dibebankan/dipercayakan kepadanya
berserakan/tidak ditempatkan pada tempat yang telah disediakan.
Tidak membaca, tidak memperhatikan, tidak mengikuti dan tidak mentaati sebagian atau semua
pengumuman, instruksi kerja dan informasi-informasi lainnya yang dikeluarkan oleh Perusahaan melalui
berbagai media, termasuk melalui intranet dan e-mail, sejauh tidak menyimpang dari Perjanjian Kerja
Bersama ini.
Tidak mematuhi dan tidak mentaati sebagian atau semua ketentuan, tata-tertib kehadiran serta disiplin
waktu skrja sebagaimana tercantum dalam Peraturan Perusahaan ini sepanjang tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan mengenai ketenagakerjaan.
Tidak menjaga sopan santun di lingkungan tempat Kerja misalnya: mengumpat atasan/teman sekerja
dengan kata-kata yang tidak pantas/senonoh.
Membuat coret-coretan, tulisan-tulisan atau melakukan perbuatan lainnya yang mengotori dinding/lantai
bangunan Rumah Sakit dalam masa 3 (tiga) bulan sebanyak 1 (satu) kali.
Meninggalkan tempat Pekerjaan/tugas kerja dan berada ditempat kerja lainnya yang tidak ada
hubungan dengan tugas pekerjaan tanpa izin dalam masa 1 (satu) bulan sebanyak1 (satu) kali.
Tidak melaporkan dengan segera (paling lama 1 (satu) bulan dari tanggal perubahan status dimaksud)
kepada Perusahaan setiap perubahan yang terjadi atas alamat, status penambahan atau pengurangan
anggofa keluarganya dan pergantian-pergantian atau perubahan-perubahan lainnya yang dipandang
perlu untuk diketahui oleh Perusahaan.
Tidak mentaati ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Menerima tamu pribadi atau mantan Pekerja/orang lain bukan dalam rangka dinas selama jam Kerja
dan tidak pada tempat yang telah ditentukan tanpa izin khusus dari atasannya.
Berdagang atau berjualan di wilayah Perusahaan tanpa izin tertulis dari Pimpinan Perusahaan.
Makan sebelum dan sesudah waktu jam makan, masih berada di luar kantor pada jam kerja/sudah
melebihi waktu istirahat tanpa seizin atasan.
Menerima pinjaman yang mengakibatkan tidak dapat melaksanakan kewajiban melunasi dengan baik
sehingga melibatkan Perusahaan (kecuali dari bank tau lembaga keuangan yang diakui/diijinkan oleh
Perusahaan) dalam bentuk apapun dan dari siapapun.
50
Mengabaikan, tidak menggunakan pakaian seragam dinas/pakaian kerja beserta atribut lainnya, tanda
pengenal dan PIN (logo) Perusahaan dalam masa 3 (tiga Bulan) sebanyak 1 (satu) kali.
Tidak memperkenankan bagian keamanan untuk memeriksa barang yang dibawa Pekerja, bila
pemeriksaan tersebut diperlukan oleh Perusahaan dan atau klien.
Tidak melaporkan dengan segera kepada Perusahaan apabila tidak ada penugasan (unassignment)
walaupun tidak diminta.
3. Surat Peringatan I;
1. Merupakan Sanksi yang diberikan oleh Pimpinan Perusahaan atau pejabat yang berwenang untuk bobot
pelanggaran yang memberikan atau akan memberikan dampak immaterial bagi Perusahaan.
2.Surat Peringatan I berlaku untuk masa paling Iama 6 (enam) bulan.
3.Surat Peringatan I dapat diberikan kepada Pekerja, jika:
Selama masa berlakunya Teguran Tertulis, Pekerja kembali melakukan pelanggaran dalam kategori
Teguran Tertulis.
Pekerja telah menerima 3 (tiga) kali Teguran Tertulis selama periode 3 (tiga) bulan dan pada bulan ke 4
(empat) melanggar ketentuan kategori Teguran Tertulis.
Datang terlambat tanpa alasan yang san dalam waktu 3 bulan Sebanyak 5 (lima) kali.
Mangkir atau tidak masuk Kerja tanpa izin atau alasan yang sah dalam masa 1 bulan sebanyak 2 (dua)
kali.
Tidak cakap melakukan Pekerjaan, walaupun telah dicoba di bidang tugas lain yang ada.
Tidak bertanggung jawab dan tidak melakukan pengawasn atas pekerjaan yang dilakukan/dipercayakan
kepada bawahannya dan tidak memberikan tindakan atas pelanggaran-peianggaran tata-tertib.
Menyalahgunakan jabatan/wewenang tanpa hak atas suatu perbuatan atau Pekerjaan yang belum
menjadi tugas Pekerjaannya yang merugikan Perusahaan. Untuk kategori kesalahan ringan.
Meninggalkan tempat Pekerjaan/tugas Kerja dan berada di tempat kerja lainnya yang tldak ada
hubungan dengan tugas Pekerjaan tanpa izin dalam masa 1 (satu) bulan sebanyak 2 (dua) kali.
Melakukan kegiatan-kegiatan di luar kepentingan Perusahaan selama jam kerja tanpa izin khusus dari
atasannya.
Mengalihkan atau mendelegasikan tugas yang diperolehnya kepada Pekerja lain tanpa persetujuan
atasannya.
Menyalahgunakan pemakaian alat barang atau perlengkapan kerja dan lain-lain milik Perusahaan tanpa
hak untuk kategori kesalahan ringan yang mengganggu aktifitas pekerjaannya.
Mengemudikan/membawa kendaraan miiik Perusahaan tanpa hak dan seizing atasan yang berwenang
dalam masa 3 (tiga) bulan sebanyak 2 (dua) kali.
Apabila pelanggaran tersebut ad. 3.3.12 menimbulkan kecelakaan, tabrakan, kerusakan atau cacat dan
kerugian. Untuk kategori kesalahan ringan.
Ceroboh, lalai, mengabaikan atau tidak mengindahkan peraturan atau petunjuk-petunjuk dari atasan
dalam menjaiankan tugas Pekerjaan sehingga menimbulkan kerugian, kerusakan, kehilangan atau
menimbulkan cacat pada alat / barang / bahan, kendaraan dan sebagainya milik Perusahaan dan atau
milik orang lain untuk kategori kesalanan ringan.
51
Tidak bertanggungjawab atas peralatan kerja dan atau kertas Kerja yang dibebankan / dipercayakan
kepadanya yang mengakibatkan kerugian immaterial bagi Perusahaan.
Tidak menjaga sopan santun di lingkungan tempat kerja dan/atau mempunyai niat untuk melakukan
perbuatan asusila di lingkungan tempat Kerja.
Sengaja merusak, menghilangkan, menjualbelikan alat, barang perlengkapan kerja miiik Perusahaan
untuk kategori kesalahan ringan.
Membiarkan perlengkapan atau peralatan, fasilltas internet dan kekayaan intelektual milik Perusahaan
dan atau klien untuk dipergunakan oleh orang lain yang diketahuinya tidak untuk kepentlngan
Perusahaan; dan atau menyalahgunakan perlengkapan atau peralatan, fasilitas internet; dan/atau
kekayaan intelektual milik Perusahaan dan atau klien untuk kepentingan pribadi; yang mengakibatkan
kerugian immaterial bagi Perusahaan.
Mengambil atau menyembunyikan tanpa hak, menyimpan atau membuang dengan sengaja barang, alat
atau perlengkapan Kerja milik Perusahaan untuk kategori kesalahan ringan.
Mengabaikan, tidak menggunakan pakaian seragam dinas / pakaian Kerja beserta atribut lainnya, tanda
pengenal dan PIN (logo) Perusahaan dalam masa 3 (tiga) bulan sebanyak 2 (dua) kali.
Tidur selama jam kerja baik di dalam maupun dl luar Rumah Sakit dalam masa 3 (tiga) bulan sebanyak
2 (dua) kali.
Membuat coret-coretan, tulisan-tulisan atau melakukan perbuatan lalnnya yang mengotori dinding /
lantai bangunan Rumah Sakit dalam masa 3 (tiga) bulan. Sebanyak 2 (dua) kali.
Membuat kegaduhan, keributan, keonaran dengan cara berteriak-teriak, melempar, membanting alat /
barang peralatan Kerja Rumah Sakit atau dengan cara lain, selama masa waktu 3 (tiga) bulan.
Sebanyak 1 (satu) kali.
Dikarenakan kelalaian sendiri sehingga tidak memperhatikan dan mengikuti pengumuman dan instruksi
Kerja yang dikeluarkan Perusahaan melalui berbagai media, termasuk melalui intranet dan email,
namun kelalaian tersebut tidak mengakibatkan timbulnya penyimpangan instruksi (berdampak
immaterial).
Apabila dengan kesengajaan dan / atau dikarenakan kelalaian dan atau dikarenakan alasan tersendiri
setelah melebihi 1(satu) bulan tanpa harus ada kewajiban Perusahaan untuk meminta, ternyata tidak
melaporkan perubahan status baik berupa status tempat tlnggal, alamat, keluarga, anak dan
pergantian-pergantian lain seperti yang tercantum dalam database kekaryawanan.
Tidak bersedia melakukan perjalanan dinas ke luar kota yang berdampak immaterial bagi Perusahaan.
Selama masa berlakunya Surat Peringatan I, Pekerja melakukan pelanggaran dalam kategori Teguran
Tertulis sebanyak 2 (dua) kali atau kategori Surat Peringatan I sebanyak 1 (satu) kali.
Datang terlambat tanpa alasan yang sah dalam waktu 3 bulan sebanyak 6 10 kali.
52
Mangkir atau tidak masuk kerja tanpa izin atau alasan yang sah dalam masa 1 bulan sebanyak 3 (tiga)
kali.
Menolak perintah kerja yang layak dari atasan mengabaikan atau melalaikan atau tidak menjalankan
tugas Pekerjaan sebagaimana telah diperintahkan atasan dalam masa 3 (tiga) bulan sebanyak 3 (tiga)
kali.
Pekerja tidak melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya oleh Perusahaan dan tidak mentaati
perintah dinas yang diberikan atasannya yang mengakibatkan kerugian cukup material bagi
Perusahaan.
Ceroboh, lalai, mengabaikan atau tidak mengindahkan peraturan atau petunjuk-petunjuk dari atasan
dalam menjalankan tugas Pekerjaan sehingga menimbulkan kerugian, kerusakan, kehilangan atau
menimbulkan cacat pada alat / barang / bahan, kendaraan dan sebagainya milik Perusahaan dan atau
milik orang lain. Untuk kategori kesalahan sedang.
Tidak bertanggungjawab atas peralatan kerja dan/atau kertas kerja yang dibebankan/dipercayakan
kepadanya atau dikarenakan kelalaian yang mengakibatkan kerugian cukup material bagi Perusahaan.
Membuat kegaduhan, keributan, keonaran dengan cara berteriak-teriak, melempar, membanting alat /
barang peralatan kerja Rumah Sakit atau dengan cara lain, selama masa waktu 3 (tiga) bulan,
sebanyak 2 (dua) kali.
Tidak menjaga sopan santun di lingkungan tempat kerja (misalnya: mengumpat atasan / teman sekerja
dengan kata-kata yang tidak senonoh) dan atau mempunyai niat untuk melakukan perbuatan asusila di
lingkungan tempat kerja, walaupun pernah diberikan teguran /Surat Peringatan I untuk pelanggaran ini.
Membiarkan perlengkapan atau peralatan, fasilitas internet dan kekayaan intelektual milik Perusahaan
dan atau klien untuk dipergunakan oleh orang lain yang diketahuinya tidak untuk kepentingan
Perusahaan dan atau menyalahgunakan perlengkapan atau peralatan, fasilitas internet, dan atau
kekayaan intelektual milik Perusahaan dan atau klien untuk kepentingan pribadi yang mengakibatkan
kerugian cukup material bagi Perusahaan.
Sengaja merusak, menghilangkan, menjualbelikan alat, barang perlengkapan kerja milik Perusahaan
(untuk kategori kesalahan sedang).
Menyalahgunakan jabatan / wewenang tanpa hak atas suatu perbuatan atau Pekerjaan yang belum
menjadi tugas Pekerjaannya yang merugikan Perusahaan (kategori kesalahan sedang).
Menyalahgunakan pemakaian alat, barang atau perlengkapan kerja dan lain-lain milik Perusahaan
tanpa hak (kategori kesalalian sedang).
Mengemudikan/membawa kendaraan milik Perusahaan tanpa hak dan seizin dari yang berwenang
dalam masa 3 (tiga) bulan sebanyak 3 (tiga) kali.
Apabila pelanggaran tersebut ad. 14 menimbulkan kecelakaan, tabrakan, kerusakan atau cacat dan
kerugian (kategori kesalahan sedang).
Mengabaikan, tidak menggunakan pakaian seragam dinas / pakaian kerja beserta atribut lainnya, tanda
pengenal dan PlN (logo) Perusahaan dalam masa 3 (tiga) bulan sebanyak 3 (tiga) kali.
Tidur selama jam kerja baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit.
Membuat coret-coretan, tulisan-tulisan atau melakukan perbuatan lainnya yang mengotori dinding /
lantai bangunan Rumah Sakit dalam masa 3 (tiga) bulan. Sebanyak 3 (tiga) kali.
53
Meninggalkan Tempat Pekerjaan/tugas kerja dan berada di tempat kerja lainnya yang tidak ada
hubungan dengan tugas Pekerjaan tanpa izin dalam masa 1 (satu) bulan sebanyak 3-4 kali.
Menggunakan waktu kerja untuk kegiatan organisasi poiitik / non politik untuk kepentingan diri sendiri.
Terbukti tidak mampu melakukan fungsi pengawasan terhadap bawahan dan tidak membuatkan laporan
tertulis dan/atau teguran tertulis terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh bawahannya, sehingga
akibat pelanggaran yang dilakukan bawanan tersebut berdampak negatif bagi tim dan atau
menimbulkan kerugian cukup material bagi Perusahaan.
Tidak bersedia melakukan perjalanan dinas ke luar Kota yang berdampak cukup material bagi
Perusanaan.
Selama masa berlakunya Teguran Peringatan II Pekerja melakukan pelanggaran dalam kategori
Teguran Tertulis sebanyak 3 (tiga) Kali atau kategori Surat Peringatan I sebanyak 2 (dua) Kali atau
kategori Surat Peringatan II sebanyak 1 (satu) kali.
Datang terlambat tanpa alasan yang sah dalam waktu 3 bulan sebanyak 11-15 kali.
Mangkir atau tidak masuk kerja tanpa izin atau alasan yang sah dalam masa 1 bulan sebanyak 4
(empat) kali.
Meninggalkan tempat Pekerjaan / tugas kerja dan berada di tempat kerja lainnya yang tidak ada
hubungan dengan tugas Pekerjaan tanpa izin dalam masa 1 (satu) bulan. Sebanyak 5-6 kali.
Tidak segera melaporkan kepada atasannya dan atau bagian yang berwenang ketika mengetahui
adanya kehilangan, pengrusakan serta penyimpangan-penyimpangan dari penggunaan barangbarang / alat-alat / kekayaan intelektual milik Perusahaan.
Tidak bersedia menerima tugas atau mutasi ke lokasi lain di dalam lingkungan Perusahaan dimana
tenaganya dibutuhkan oleh Perusahaan.
Menghilangkan dan atau merusak barang milik Perusahaan dan atau klien. Misalnya: peralatan Kerja
dan kertas kerja; atau dikarenakan kelalaian dan atau kesengajaan yang memberikan dampak kerugian
material bagi Perusahaan.
Mengambil atau menyembunyikan tanpa hak, menyimpan atau membuang dengan sengaja barang, alat
atau perlengkapan kerja milik Perusahaan (kategori kesalahan sedang).
Menunjukkan prestasi kerja di bawah standar atau mendapatkan hasil Performance Appraisal /
Evaluation di bawah standar yang dapat diterima oleh Perusahaan (mendapat Performance Appraisal
dengan nilai E).
Tidak menjaga sopan santun di lingkungan tempat Kerja (misalnya; mengumpat atasan / teman sekerja
dengan kata-Kata yang tidak senonoh) dan atau melakukan perbuatan asusila di lingkungan tempat
kerja, walaupun pernah diberikan Surat Peringatan II terhadap pelanggaran ini.
Dengan sengaja terbukti lalai tidak dapat mengikuti aturan sesuai pengumuman dan instruksi kerja yang
ditetapkan atau peraturan yang dikeluarkan Perusahaan meski sudah diumumkan, disampaikan bahkan
sudah diketahui dan disepakati masing-masing, sehingga peraturan tersebut tidak dapat dilaksanakan.
54
Menolak perintah kerja yang layak dari atasan mengabaikan atau melalaikan atau tidak menjalankan
tugas Pekerjaan sebagaimana telah diperintahkan atasan dalam masa 3 (tiga) bulan sebanyak 4
(empat) kali.
Dengan sengaja tidak melaksanakan perintah dinas yang ditugaskan oleh atasan kepadanya sehingga
akibat kelalaian tersebut tidak dapat tercapai target yang direncanakan seningga berdampak material
bagi Perusahaan.
Merokok dan atau menyalakan api ditempat yang terlarang di tempat Kerja.
Ceroboh, lalai, mengabaikan atau tidak mengindahkan peraturan atau petunjuk-petunjuk dari atasan
dalam menjalankan tugas Pekerjaan sehingga menimbulkan kerugian, kerusakan, kehilangan atau
menimbulkan cacat pada alat / barang / bahan, kendaraan dan sebagainya milik Perusahaan dan atau
milik orang lain (kategori kesalahan sedang).
Pekerja tidak melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya oleh Perusahaan dan tidak mentaati
perintah dinas yang diberikan atasannya yang mengakibatkan kerugian material bagi Perusahaan.
Menyalangunakan pemakaian alat, barang atau perlengkapan kerja dan lain-lain milik Perusahaan
tanpa hak (kategori kesalahan sedang).
Membiarkan perlengkapan atau peralatan, fasilitas internet dan kekayaan intelektual milik Perusahaan
dan atau klien untuk dipergunakan oleh orang lain yang diketahuinya tidak untuk kepentingan
Perusahaan, dan atau menyalahgunakan perlengkapan atau peralatan, fasilitas internet ; dan atau
kekayaan intelektual milik Perusahaan dan atau klien untuk kepentingan pribadi yang mengakibatkan
kerugian material bagi Perusahaan.
Mengemudikan / membawa kendaraan milik Perusahaan tanpa hak dan seizin dari yang berwenang
dalam masa 3 (tiga) bulan sebanyak 4 (empat) kali.
Menyalahgunakan jabatan / wewenang tanpa hak atas suatu perbuatan atau Pekerjaan yang belum
menjadi tugas Pekerjaannya yang merugikan Perusahaan (kategori kesalahan sedang).
Mengabaikan, tidak menggunakan pakaian seragam dinas / pakaian Kerja beserta atribut lainnya, tanda
pengenal dan PIN (logo) Perusahaan dalam masa 3 (tiga) bulan sebanyak 4 (empat) kali.
Tidur selama jam kerja baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit dalam masa 3 (tiga) bulan. Sebanyak
3 (tiga) kali.
Membuat coret-coretan, tulisan-tulisan atau melakukan perbuatan lainnya yang mengotori dinding /
lantai bangunan Rumah Sakit dalam masa 3 (tiga) bulan sebanyak 4 (empat) kali.
Membuat kegaduhan, keributan, keonaran dengan cara berteriak-teriak, melempar, membanting alat /
barang peralatan Kerja Rumah Sakit atau dengan cara lain, selama masa waktu 3 (tiga) bufan
sebanyak 3 (tiga) kali.
Menentang / mengancam berkelahi atau memukul atasan atau karyawan lainnya sebanyak 1 (satu) kali.
Menghina, menghasut yang bersifat untuk menantang, melawan atasan / teman sekerja atau
menantang perintah kerja yang layak dari atasan. Sebanyak 1 (satu) kali.
Merubah tanpa hak Surat Keterangan Dokter, kuitansi pembelian obat / pembelian barang atau
melakukan perbuatan lainnya yang bersifat tidak benar/palsu.
Korupsi, kolusi dan sejenisnya yang merugikan Perusahaan dan orang lain.
6.Skorsing
55
1.Perusahaan dapat melakukan skorsing kepada Pekerja yang melakuan kesalahan berat yang merugikan
Perusahaan.
2.Skorsing yang bersifat pembinaan diberikan paling lama 1 (satu) bulan kecuali kepada Pekerja yang dalam
proses Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) skorsing dapat diperpanjang paling lama 6 (enam) bulan.
3.Besaran upah skorsing akan diatur tersendiri dalam suatu kesepakatan.
7.Pernutusan Hubungan Kerja;
1.Jika di dalam masa berlakunya sanksi:
a. Surat Peringatan I yang ke 3
b. Surat Peringatan II yang ke 2
c. Surat Peringatan III yang ke 1
Pekerja masih melakukan pelanggaran maka kepada yang bersangkutan akan dilakukan Pemutusan Hubungan
Kerja. Apabila Pekerja melakukan pelanggaran setelah berakhirnya masa berlaku sanksi tersebut di atas, maka
kepada yang bersangkutan akan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2.Tidak menjaga citra serta martabat sebagai profesional, tidak menjaga etika dan tidak menjalankan Kode Etik
Perusahaan dan atau lndependensi.
3.Datang terlambat tanpa alasan yang sah dalam waktu 3 bulan lebih dari 15 (lima belas) kali.
4.Meninggalkan tempat Pekerjaan/tugas Kerja dan berada di tempat Kerja lainnya yang tidak ada hubungan
dengan tugas Pekerjaan tanpa izin dalam masa 1 (satu) bulan lebih dari 6 (enam) kali.
5.Menyalahgunakan jabatan / wewenang tanpa hak atas suatu perbuatan atau Pekerjaan yang beium menjadi
tugas Pekerjaannya yang merugikan Perusahaan. Untuk kategori kesalanan berat.
6.Tidak melaporkan dengan segera kepada Pimpinan Perusahaan ketika Pekerja atau anggota keluarganya
mempunyai kepentingan atau hubungan lain yang dapat menimbulkan pertentangan kepentingan sebagaimana
dimaksud dalam Bab XI Perjanjian Kerja Bersama.
7.Tidak bersedia menandatangani pernyataan tahunan tentang pertentangan kepentingan.
8.Tidak menjaga kerahasiaan klien dan Perusahaan, baik mengenai keuangan maupun segala informasi yang
diketahui.
9.Bekerja untuk / pada Perusahaan lain tanpa seizin Pimpinan Perusahaan.
10.Membawa dan atau menggunakan senjata api dan senjata tajam atau jenis-jenis senjata lainnya ke tempat
Kerja.
11.Merubah tanpa hak Surat Keterangan Dokter, kuitansi pembelian obat /pembelian barang atau melakukan
perbuatan lainnya yang bersifat tidak benar/ palsu.
12.Menyalahgunakan kesempatan dan fasilitas berobat, memberikan keterangan tidak benar mengenai biayabiaya yang diajukan untuk memperoleh penggantian dari Perusahaan.
13.Memberikan keterangan palsu atau memalsukan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan kepentingan
Perusahaan.
14.Pada saat perjanjian Kerja diadakan memberikan keterangan palsu atau dipalsukan sehubungan data pribadi.
15.Mabuk, minum minuman keras atau minum yang memabukkan atau menggunakan obat-obatan terlarang.
Mabuk, minum minuman keras, membawa, memiliki, mengedarkan menyalahgunakan obat bius dan narkotika di
tempat Kerja.
16.Menahan, memiliki atau mengedarkan obat bius, ganja, senjata api/tajam atau barang-barang lain yang
terlarang.
17.Melakukan perbuatan asusila di lingkungan tempat Kerja atau sudah mendapatkan Surat Peringatan III.
56
18.Mengambil atau menyembunyikan tanpa hak, menyimpan atau membuang dengan sengaja barang, alat atau
perlengkapan Kerja milik Perusahaan. Kategori kesalahan berat Melakukan penipuan, pencurian dan
penggelapan barang / uang milik Perusahaan atau milik teman sekerja, tindakan kejahatan
memperdagangkan/membawa barang terlarang di wilayah Perusahaan.
19.Menentang / mengancam berkelahi atau memukul atasan atau karyawan lainnya, Menganiaya, menghina,
mengancam Pengusaha dan teman sekerja atau keluarga mereka.
20.Membuat kegaduhan, keributan, keonaran dengan cara berteriak-teriak, melempar, membanting alat/barang
peralatan Kerja Rumah Sakit atau dengan cara lain.
21.Apabila perbuatan tersebut ad. 6.19 di atas sengaja dilakukan untuk menimbulkan kerusakan, keributan,
kerugian Rumah Sakit.
22.Membujuk, mengajak, menyuruh, memaksa Pengusaha, petugas Perusahaan atau teman sekerja untuk
meiakukan sesuatu yang benentangan dengan hukum atau kesusilaan atau perundang-undangan yang berlaku
atau Perjanjian Kerja Bersama yang barlaku.
23.Sengaja merusak, menghilangkan, menjualbelikan alat, barang perlengkapan kerja milik Perusahaan. Untuk
kategori kesalahan berat Menghilangkan dan atau merusak barang milik Perusahaan dan atau klien. Misalnya ;
peralatan Kerja dan kertas Kerja; atau dikarenakan kelalaian dan atau kesengajaan yang memberikan dampak
kerugian sangat material bagi Perusahaan.
24.Dengan sengaja atau ceroboh membiarkan diri atau teman sekerjanya dalam bahaya atau mengakibatkan
tidak dapat melakukan Pekerjaan yang diberikan kepadanya.
25.Membocorkan rahasia klien atau Perusahaan (termasuk didalamnya menggunakan keterangan yang tidak
diketahui umum yang diperoleh karena hubungan kerjanya dengan Perusahaan atau klien) demi kepentingan
pribadinya ataupun kepentingan pihak ketiga; atau mencemarkan nama baik Perusahaan maupun Pimpinan
Perusahaan dan keluarganya.
26.Melakukan / mencoba menyuap dan menerima suap atau menerima tip atau menerima hadiah atau
menerima pinjaman (kecuali dari bank atau lembaga keuangan yang diakui / diijinkan oleh Perusahaan) dalam
bentuk apapun dan dari siapapun.
27.Berjudi / melakukan perjudian main judi, melakukan kegiatan rentenir di dalam Perusahaan baik dalam waktu
jam kerja maupun diluar jam kerja.
28.Berkelahi / pukul-memukul secara fisik di tempat kerja.
29.Menghina, menghasut yang bersifat untuk menantang, melawan atasan/teman sekerja atau menantang
perintah kerja yang layak dari atasan. Sebanyak 2 (dua) Kali Menempel, menyebarluaskan famplet-famplet,
pengumuman-pengumuman, isu-isu dan lain sebagainya di tempat kerja yang dapat menimbulkan keresahan,
kerawanan dan gangguan keamanan lainnya bagi Perusahaan atau Pekerja.
30.Menyalahgunakan kepercayaan dan kedudukan antara lain: menerima uang, barang, fasilitas atau jasa-jasa
untuk kepentingan din sendiri dan atau pinak ketiga.
31.Ceroboh, lalai, mengabaikan atau tidak mengindahkan peraturan atau petunjuk-petunjuk dari atasan dalam
menjalankan tugas Pekerjaan sehingga menimbulkan kerugian, kerusakan, kehilangan atau menimbulkan cacat
pada alat/ barang / bahan, kendaraan dan sebagainya milik Perusahaan dan atau milik orang lain untuk kategori
kesalahan berat.
32.Dengan sengaja terbukti tidak dapat bertanggungjawab atas peralatan kerja dan atau kertas kerja yang
dibebankan / dipercayakan kepadanya yang mengakibatkan kerugian sangat material bagi Perusahaan.
33.Membiarkan perlengkapan atau peralatan, fasiiitas internet dan kekayaan intelektual milik Perusahaan dan
atau klien dipergunakan oleh orang lain yang diketahuinya tidak untuk kepentingan Perusahaan dan atau
menyalahgunakan perlengkapan atau peralatan, fasilitas internet dan kekayaan intelektual milik Perusahaan dan
atau klien untuk kepentingan pribadi, dengan kategori sangat fatal dan menimbulkan kerugian yang sangat
material.
57
34.Tidak menerima tugas atau mutasi ke lokasi lain di dalam iingkungan Perusahaan.
35.Dijatuhi hukuman oleh Pengadiian karena melakukan perbuatan criminal berdasarkan hukum kriminal yang
berlaku.
36.Menolak perintah kerja yang layak dari atasan, mengabaikan atau melalaikan atau tidak menjalankan tugas
Pekerjaan sebagaimana telah diperintahkan atasan dalam masa 3 (tiga) bulan lebih dan 4 (empat) Kali.
37.Pekerja tidak melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya oleh Perusahaan dan tidak mentaati
perintah dinas yang diberikan atasannya yang mengakibatkan kerugian sangat material bagi Perusahaan.
38.Dengan sengaja mengubah, merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya harta milik Perusahaan.
39.Menyalahgunakan pemakaian alat, barang atau perlengkapan kerja dan lain-lain milik Perusahaan tanpa hak
(untuk kategori kesalahan berat).
40.Mengemudikan / membawa kendaraan milik Perusanaan tanpa hak dan seizin dari yang berwenang dalam
masa 3 (tiga) bulan lebih dari 4 (empat) kali.
41.Mengabaikan, tidak menggunakan pakaian seragam dinas / pakaian kerja beserta atribut lainnya, tanda
pengenal dan PIN (Logo) Perusahaan dalam masa 3 (tiga) bulan lebih dari 4 (empat) kali.
42.Tidur selama jam kerja baik di dalam maupun di luar Perusahaan.
43.Merokok atau menyalakan api di tempat yang terlarang dan yang mudah rnenimbulkan kebakaran.
44.Membuat coret-coretan, tulisan-tuiisan atau melakukan perbuatan lainnya yang mengotori dinding / lantai
bangunan Rurnah Sakit dalam masa 3 (tiga) bulan lebih dari 4 (empat) kali.
45.Korupsi, kolusi dan sejenisnya yang merugikan Perusanaan dan orang lain.
46.Berdagang di Perusahaan tanpa izin tertulis dan Direksi.
Perusanaan dapat melakukan tindakan skorsing kepada Pekerja yang sedang dalam proses Pemutusan
Hubungan Kerja sesuai dengan ketentuan / peraturan yang berlaku.
Pekerja yang meiakukan pelanggaran yang dikategorikan mendesak, yaitu pelanggaran yang pengenaan
sanksinya tidak didahuiui dengan Surat Peringatan I dan/atau Surat Peringatan II dan atau Surat Peringatan III
sebagaimana dimaksud di atas dalam ketentuan Pemutusan Hubungan Kerja point 7.1 sampai 7.46, dapat
diputus hubungan kerjanya.
58
karena pemahaman yang salah terhadap masalah tertentu, akan dapat diselesaikan oleh Perusahaan. Hanya
hal-hal yang mendasar saja yang dapat menjadi perselisihan ketenagakerjaan. Perusahaan akan berusaha
untuk menyelesaikan keluhan-keluhan yang timbul dengan cara yang terbaik.
59
sesuai dengan masa puncak kesibukannya ingin mengundurkan diri, Perusahaan berhak menahan sampai
Pekerjaan karyawan tersebut diselesaikan secara keseluruhan.
2.Berdasarkan SE Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. B. 600/MEN/sj-HK/VIII/2005 tertanggal 31
Agustus 2005 diketahui bahwa Pekerja/buruh yang mengundurkan diri tidak mendapatkan uang pesangon dan
uang penghargaan masa kerja maka Pekerja/buruh yang bersangkutan tidak mendapatkan penggantian
perumahan serta pengobatan dan perawatan sebagaimana ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
3.Kepada Pekerja yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri dan diberikan uang penggantian hak (selain
penggantian perumahan derta perawatan dan pengobatan, sesuai SE Menakertrans No. B600/Men/SjHK/VIII/2005) dan uang pisah apabila masa kerjanya telah mencapai:
Masa Kerja
Uang Pisah
5-10 tahun
10-15 tahun
Diatas 15 tahun
Pemberian uang pisah tersebut hanya berlaku bila memenuhi syarat-syarat berikut telah dipenuhi:
Mengajukan permononan pengunduran diri secara tertuiis, sesuai ayat 1 di atas.
Tidak terikat dalam ikatan dinas.
Tetap melaksanakan kewajibannya sampai tanggal mulai pengunduran diri.
Mengembaiikan semua peralatan milik Perusahaan (termasuk barang lain yang dipakai / dipinjamkan).
Mempunyai kinerja dengan kategori minimum B dua tahun terakhir.
Tidak pindah Kerja ke Perusahaan dengan usaha sejenis dalam waktu satu tahun setelah pengunduran diri
yang didukung oleh surat pernyataan dari Pekerja yang bersangkutan.
Menyelesaikan kewajiban-kewajiban yang tercantum dalam formulir exit clearance dan menyerahkannya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
60
1.2.1.Dalam hal Pekerja mengalami sakit berkepanjangan, cacat akibat kecelakaan kerja dan tidak dapat
melakukan Pekerjaannya setelah melampaui batas 12 (dua belas) bulan, maka berhak mengajukan pemutusan
hubungan kerja dengan mendapatkan uang pesangon, uang penghargaan dan uang penggantian hak sesuai
undang-undang dan peraturan yang berlaku, dikurangi dengan kewajibannya yang belum diselesaikan.
1.2.2.Untuk pelaksanaan PHK Perusahaan akan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
1.3. Pekerja Meninggal Dunia
1.3.1.Dalam hal seorang Pekerja meninggal dunia, kepada ahli warisnya diberikan sejumlah uang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku juncto pasal 166 UU No.13/2003.
1.3.2. Apabila Perusahaan telah mengikutsertakan Pekerja dalam program asuransi jiwa yang preminya dibayar
oleh Perusahaan, maka Pekerja tidak berhak mendapatkan sejumiah uang dimaksud dalam Ayat (1) di atas.
1.3.3.Jika jumlah uang santunan yang diterima oleh Pekerja dari Perusahaan asuransi lebih kecil dari jumlah
yang dimaksud dalam Ayat (1), maka selisihnya akan dibayar oleh Perusahaan.
1.3.4. Di samping pembayaran seperti yang tercantum di atas, kepada ahli warisnya dibayarkan apa yang
meniadi hak Pekerja yang bersangkutan, yaitu Gaji pokok terakhir penuh saat Pekerja meninggal dunia.
1.3.5.Yang berhak mewakili ahli waris yang ditinggalkan untuk menerima pembayaran dari Perusahaan adalah
istri / suami Pekerja yang sah yang terdaftar di Bagian Sumber Daya Manusia. Apabila istri / suami tidak terdaftar
pada Bagian Sumber Daya Manusia, yang dapat mewakili adalah anak, atau salah satu dari anak yang diberi
kuasa oleh anak-anak yang lain yang terdaftar pada Bagian Sumber Daya Manusia. Surat kuasa tersebut harus
diketahui oleh Lurah setempat dan ditandatangani pihak pemberi kuasa di atas materai yang cukup. Apabila
tidak ada istri / suami maupun anak-anak yang terdaftar, instansi yang berwenang dapat menetapkan ahli
warisnya. Perusahaan tidak bertanggung jawab atas cara maupun pelaksanaan pembagian sejumlah uang
dimaksud.
2.Dengan tidak mendapatkan Uang Pesangon dan Uang Penghargaan Masa Kerja dan Uang Penggantian Hak:
2.1.Dalam Masa Percobaan Kerja
Jika pemutusan hubungan kerja dilakukan dalam masa percobaan, Perusahaan tidak diwajibkan untuk
membayar uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, uang penggantian hak dan uang pisah terkecuali
upah sampai hari terakhir karyawan bekerja.
2.2. Pelanggaran yang dapat dikenakan sanksi PHK:
Pekerja yang diputus hubungan kerjanya karena melakukan pelanggaran yang dikategorikan mendesak, yaitu
pelanggaran yang pengenaan sanksinya tidak didahului dengan Surat Peringatan I dan/atau Surat Peringatan II
dan/atau Surat Peringatan III sebagaimana dimaksud datam Pasal 61 Ayat 7.1 sampai dengan Ayat 7.46
Perjanjian Kerja Bersama ini.
2.3. Berakhirnya Perjanjian Kerja
Dengan berkhirnya Perjanjian Kerja untuk Pekerja dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Perusahaan tidak
diwajibkan untuk membayar uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, uang penggantian hak dan uang
pisah terkecuali upah sampai hari terakhir karyawan bekerja.
2.4.Pekerja mangkir
Pekerja dikualifikasikan mengundurkan diri atas kemauan sendiri jika mangkir selama 5 (lima) hari Kerja atau
lebih berturut-turut tidak hadir/ bekerja dan setelah dilakukan pemanggilan 2 (dua) kali secara tertulis, Pekerja
tidak dapat memberikan bukti yang sah maka Pekerja tidak berhak atas uang pesangon, uang penghargaan
masa kerja, uang penggantian hak dan uang pisah.
61
Pasal 69 : Kewajiban Pekerja Akibat PHK Atas Permintaan Sendiri atau PHK
Oleh Perusahaan
Pekerja yang masih mempunyai pinjaman dalam bentuk apapun kepada Perusahaan wajib menyelesaikannya/
melunasinya atau akan diperhitungkan dengan hak Pekerja yang seharusnya diterima sebelum Pekerja
meninggalkan Perusahaan.
62
Namun, dalam menetapkan besarnya upah, pengusaha dilarang membayar lebih rendah dari ketentuan upah
minimum yang telah ditetapkan pemerintah setempat (Pasal 90 ayat 1 UU No. 13/ 2003). Apabila pengusaha
63
memperjanjikan pembayaran upah yang lebih rendah dari upah minimum, maka kesepakatan tersebut batal
demi hukum (Pasal 91 ayat 2 UU No. 13/2003)
Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan (Pasal 88 ayat 1 No. 13/2003). Kebijakan pemerintah mengenai pengupahan yang melindungi
pekerja/buruh meliputi:
upah minimum
upah kerja lembur
upah tidak masuk kerja karena berhalangan
upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya;
upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;
bentuk dan cara pembayaran upah
denda dan potongan upah;
hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;
struktur dan skala pengupahan yang proporsional;
upah untuk pembayaran pesangon; dan
upah untuk perhitungan pajak penghasilan.
Komponen upah sendiri terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap, maka besarnya upah pokok sedikit-dikitnya
75% dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap (Pasal 94
UU No. 13/2003).
Pasal 89 Undang-Undang Nomor 13 menyatakan bahwa penentuan upah minimum diarahkan kepada
pemenuhan kebutuhan kehidupan yang layak. Upah minimum ditentukan oleh Gubernur setelah
mempertimbangkan rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi yang terdiri dari pihak pengusaha,
pemerintah dan serikat buruh/serikat pekerja ditambah perguruan tinggi dan pakar.
Apakah Upah Minimum Provinsi (UMP) sama dengan upah pokok?
UMP tidak sama dengan upah pokok, melainkan upah secara keseluruhan. Jadi, benar bahwa UMP yang
diberikan oleh pengusaha/perusahaan merupakan jumlah keseluruhan upah yang dibawa pulang pekerjanya,
atau dikenal dengan istilah take home pay. Total upah yang dibawa pulang (take home pay) pekerja tersebut
dapat terdiri dari komponen upah pokok, tunjangan tetap, dan tunjangan tidak tetap.
64
Kebijakan komponen gaji/upah ditetapkan oleh masing-masing perusahaan. Yang jelas, gaji tidak boleh lebih
rendah dari Upah Minimum Propinsi (UMP) yang ditetapkan pemerintah.
3.
Upah Pokok: adalah imbalan dasar yang dibayarkan kepada pekerja menurut tingkat atau jenis
pekerjaan yang besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
Tunjangan Tetap: adalah suatu pembayaran yang teratur berkaitan dengan pekerjaan yang diberikan
secara tetap untuk pekerja dan keluarganya serta dibayarkan dalam satuan waktu yang sama dengan
pembayaran upah pokok, seperti Tunjangan Isteri; Tunjangan Anak; Tunjangan Perumahan; Tunjangan
Kematian; Tunjangan Daerah dan lain-lain. Tunjangan Makan dan Tunjangan Transport dapat
dimasukan dalam komponen tunjangan tetap apabila pemberian tunjangan tersebut tidak dikaitkan
dengan kehadiran, dan diterima secara tetap oleh pekerja menurut satuan waktu, harian atau bulanan.
Tunjangan Tidak Tetap adalah suatu pembayaran yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan
dengan pekerja, yang diberikan secara tidak tetap untuk pekerja dan keluarganya serta dibayarkan
menurut satuan waktu yang tidak sama dengan waktu pembayaran upah pokok, seperti Tunjangan
Transport yang didasarkan pada kehadiran, Tunjangan makan dapat dimasukan ke dalam tunjangan
tidak tetap apabila tunjangan tersebut diberikan atas dasar kehadiran (pemberian tunjangan bisa dalam
bentuk uang atau fasilitas makan).
65
bulan, mendapat secara proporsional, yaitu dengan menghitung masa kerja yang sedang berjalan dibagi 12 (dua
belas) bulan dikali satu bulan upah.
Tunjangan keahlian diklasifikasikan tunjangan tetap karena dibayarkan secara teratur bersamaan dengan upah
pokok sesuai dengan jenjang keahlian dan kompetensi serta profesionalisme seseorang pekerja. Sebab,
menurut ketentuan Pasal 18 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) UU No. 13/2003, seseorang pekerja berhak
memperoleh pengakuan kompetensi (sesuai dengan keahlian dan profesionalismenya) yang diperoleh melalui
sertifikasi kompetensi kerja atau melalui pengalaman kerja.
Dengan demikian, bagi pekerja yang memiliki suatu keahlian atau kompetensi tertentu, disamping berhak atas
pengakuan kompetensi sesuai keahliannya, juga dengan sendirinya berhak memperoleh hadiah berupa
tunjangan keahlian.
Berapa besaran dan apa tolok ukur untuk menentukan tunjangan keahlian tersebut ?
Tidak ada pengaturannya dalam peraturan perundang-undangan. Sepanjang tidak melanggar prinsip-prinsip
kebijakan pengupahan, besaran dan tolok ukur penentuan tunjangan (termasuk tunjangan keahlian) merupakan
domain para pihak untuk mengaturnya atau memperjanjikan secara sukarela berdasarkan atas azas kebebasan
berkontrak dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
2.
3.
Fasilitas: adalah kenikmatan dalam bentuk nyata/natura yang diberikan perusahaan oleh karena halhal yang bersifat khusus atau untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja, seperti fasilitas kendaraan
(antar jemput pekerja atau lainnya); pemberian makan secara cuma-cuma; sarana ibadah; tempat
penitipan bayi; koperasi; kantin dan lain-lain.
Bonus: adalah bukan merupakan bagian dari upah, melainkan pembayaran yang diterima pekerja dari
hasil keuntungan perusahaan atau karena pekerja menghasilkan hasil kerja lebih besar dari target
produksi yang normal atau karena peningkatan produktivitas; besarnya pembagian bonus diatur
berdasarkan kesepakatan.
Tunjangan Hari Raya (THR), Gratifikasi dan Pembagian keuntungan lainnya.
66
Menurut pasal 4 ayat 1 huruf a UU No.36/2008 tentang Pajak Penghasilan, Yang menjadi objek pajak adalah
penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, termasuk:
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk
gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya,
kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini
Jadi, perusahaan wajib melakukan pemotongan pajak penghasilan dari gaji kotor karyawannya. Jumlah pajak
penghasilan yang harus dipotong, besarnya tergantung dari :
Jumlah penghasilan kotor karyawan
Status perkawinan (single, menikah, jumlah anak)
Adanya penghasilan yang tidak boleh dikenakan pajak penghasilan
Tarif pajak yang berlaku
2. Pemotongan Pembayaran Iuran Jaminan Sosial (Asuransi kesehatan, jaminan pensiun, dll)
Pemotongan upah pekerja karena suatu pembayaran terhadap negara atas iuran keanggotaan/peserta untuk
suatu dana yang menyelenggarakan jaminan sosial dan ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan,
maka secara hukum pemotongan tersebut merupakan kewajiban dari pekerja (Pasal 22 ayat 2 PP No. 8 Tahun
1981).
3. Pemotongan Lainnya
Pemotongan upah karena absen tanpa alasan yang jelas
Secara hukum, apabila pekerja tidak bekerja, maka upah tidak dibayar (Pasal 93 ayat 1 UU No.13/2003).
Namun, pemotongan upah pekerja yang tidak masuk kerja tidak dapat dilakukan begitu saja, karena
berdasarkan Undang-Undang 13 tahun 2003, pekerja dilindungi haknya untuk mendapatkan upah penuh untuk
hari atau hari-hari ia tidak masuk bekerja, antara lain dalam hal pekerja tidak masuk kerja karena sakit, menjalani
cuti yang merupakan haknya, menikah, menikahkan anaknya, sedang haid bagi pekerja perempuan, atau ada
anggota keluarga (orang tua, mertua, keluarga dalam satu rumah) meninggal dunia.
Pemotongan upah karena pekerja melakukan pelanggaran
Pemotongan upah mengenai denda atas pelanggaran yang dilakukan pekerja dapat dilakukan apabila hal
tersebut diatur secara tegas dalam suatu perjanjian tertulis atau perjanjian perusahaan (Pasal 20 ayat 1 PP No. 8
Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah)
Pemotongan upah karena membayar cicilan
Cicilan ini bisa mencakup berbagai hal seperti membayar cicilan rumah, cicilan mobil, dsb.
Upah tidak perlu dibayarkan bila pekerja tidak melakukan pekerjaan, kecuali dalam situasi tertentu.
Dalam situasi apa saja pengusaha tetap wajib memberikan gaji/upah?
Pekerja tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang menjalankan kewajiban terhadap negara
Pekerja tidak dapat melakukan pekerjaannya karena menjalankan ibadah yang diperintahkan
agamanya
67
Pekerja bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan tetapi pengusaha tidak
mempekerjakannya, baik karena kesalahan sendiri maupun halangan yang seharusnya dapat dihindari
pengusaha
Apakah kita bisa mengajukan keluhan terhadap perusahaan yang terlambat membayar upah tiap
bulannya atau bila kita tidak mendapat upah seperti yang dijanjikan?
Tentu saja bisa. Dalam pasal 95 Undang Undang Nomor 13 ditulis bahwa penguasaha yang karena
kesengajaan atau kelalaiannya mengakibatkan keterlambatan pembayaran upah, dikenakan denda sesuai
dengan persentase tertentu dari upah pekerja.
Gaji/ Upah adalah hak pekerja, kita berhak menanyakan ke bagian manajemen sumber daya manusia (HRD)
mengenai upah. Jika negosiasi penyelesaian masalah dengan pihak HRD tidak berhasil, kita bisa melaporkan
perusahaan ke polisi/ Departemen Tenaga Kerja. Pasal 169 Undang-Undang Ketenagakerjaan menyatakan
bahwa pekerja bisa mengajukan permintaan resmi kepada pemerintah untuk mendapatkan penetapan terhadap
berbagai perselisihan industri mengenai pemutusan hubungan kerjanya dengan pengusaha ketika pengusaha
tidak membayar upahnya pada waktu yang disepakati selama tiga bulan berturut-turut atau lebih.
1.
2.
3.
Mengadakan perundingan bipartit (antara pekerja dan pengusaha) secara musyawarah untuk mencapai
mufakat.
Apabila dalam waktu 30 hari setelah perundingan dimulai tidak tercapai kesepakatan, upaya
selanjutnya adalah perundingan tripartit, yaitu dengan melibatkan Dinas Ketenagakerjaan dan
Transmigrasi setempat. Pada tahap ini, anda perlu mengajukan bukti-bukti bahwa perundingan bipartit
telah dilaksanakan, namun gagal mencapai kesepakatan.
Apabila perundingan tripartit tetap tidak menghasilkan kesepakatan, maka salah satu pihak dapat
mengajukan perselisihan ini kepada Pengadilan Hubungan Industrial.
Bagaimana bila perusahaan terlambat memberi upah? Apakah perusahaan akan dikenakan sanksi?
Apabila upah terlambat dibayar, maka mulai dari hari keempat sampai hari kedelapan terhitung dari hari
pembayaran upah, perusahaan wajib membayar sanksi keterlambatan yakni sebesar 5% dari gaji untuk tiap hari
keterlambatan. Diatas hari kedelapan, sanksi keterlambatan menjadi 1%/hari keterlambatan.
Apabila sesudah satu bulan upah masih belum dibayar, maka disamping berkewajiban untuk membayar
tambahan upah, perusahaan diwajibkan membayar bunga yang ditetapkan oleh bank untuk kredit perusahaan
yang bersangkutan.
68
Apakah saya tetap mendapat upah apabila saya tidak masuk kerja karena melakukan pernikahan?
Ya, pekerja tetap berhak mendapatkan upah apabila tidak masuk kerja karena sakit, menikah, menikahkan,
mengkhitankan, membaptiskan anaknya, istri melahirkan, atau ada anggota keluarga yang meninggal.
Untuk perhitungan upah berbayar saat sakit bisa Anda lihat di Pertanyaan mengenai Pekerja Yang Sakit dan
perhitungan upah berbayar saat sakit bisa Anda lihat di Seputar Cuti Tahunan
Dalam pasal 93 ayat 4 UU no.13/2003 tentang Tenaga Kerja, upah tidak masuk kerja karena halangan adalah
sebagai berikut :
Suami/istri, orang tua/mertua, anak atau menantu meninggal dunia, dibayar untuk 2 (dua) hari
Anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia, dibayar untuk 1 (satu) hari.
Pengaturan pelaksanaan tentang upah tidak masuk kerja karena berhalangan ditetapkan dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama (PKB).
Jangka waktu pembayaran upah secepat-cepatnya bisa dilakukan seminggu sekali atau selambat-lambatnya
sebulan sekali, kecuali dalam perjanjian kerja tertulis waktu pembayaran kurang dari satu minggu.
Saya bekerja di perusahaan asing. Bagaimana tata cara pembayaran upah apabila gaji yang saya terima
dalam bentuk mata uang asing?
Apabila upah ditetapkan dalam mata uang asing, maka pembayaran dilakukan berdasarkan kurs resmi pada hari
dan tempat pembayaran.
Apabila pekerja melanggar peraturan perusahaan yang ada, apakah juga dikenakan denda/pemotongan
upah?
69
Dalam pasal 95 UU no 13/2003 tentang Tenaga Kerja, pemerintah mengatur pengenaan denda kepada
perusahaan dan/atau pekerja dalam pembayaran upah.
Perusahaan dapat mengenakan denda kepada pekerja yang melakukan pelanggaran, sepanjang hal itu diatur
dalam secara tegas dalam suatu perjanjian tertulis/peraturan perusahaan. Besarnya denda untuk setiap
pelanggaran harus ditentukan dan dinyatakan dalam perjanjian tertulis/peraturan perusahaan.
Apabila untuk satu perbuatan sudah dikenakan denda, perusahaan dilarang untuk menuntut ganti rugi terhadap
pekerja yang bersangkutan. Ganti rugi dapat diminta oleh perusahaan dari pekerja, apabila terjadi kerusakan
barang/kerugian lainnya baik milik perusahaan maupun milik pihak ketiga oleh pekerja karena
kelalaian/kesengajaan. Ganti rugi harus diatur terlebih dahulu dalam perjanjian tertulis/peraturan perusahaan dan
setiap bulannya tidak boleh lebih dari 50% dari upah
Denda yang dikenakan oleh perusahaan kepada pekerja tidak boleh dipergunakan untuk kepentingan
pengusaha atau orang yang berwenang untuk menjatuhkan denda tersebut.
Sumber:
Indonesia. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja.
Indonesia. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER.04/MEN/1994 tentang Tunjangan Hari
Raya (THR) Keagamaan Bagi Pekerja di Perusahaan
Indonesia. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. SE-07/MEN/1990 Tahun 1990 tentang
Pengelompokan Komponen Upah Dan Pendapatan Non Upah
Rekson Silaban, Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia dan anggota Dewan Pengawas ILO
Markus Sidauruk, Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia dan anggota Dewan Pengupahan Nasional
70