Anda di halaman 1dari 70

UMK/UMR 2015 kota-kota Jawabarat (Cirebon, Indramayu, Kuningan, Majalengka)

Berikut daftar UMK/UMR 2015 di kota-kota jawabarat termasuk Cirebon, Indramayu,


Kuningan, dan Majalengka.
UMR/UMK 2015 Kota-kota di Jawabarat:
1. Kota Bandung Rp 2.310.000
2. Kota Cimahi Rp 2.001.200
3. Kabupaten Bandung Rp 2.001.195
4. Kabupaten Bandung Barat Rp 2.004.637
5. Kabupaten Sumedang Rp 2.001.195
6. Kabupaten Subang Rp 1.900.000
7. Kabupaten Purwakarta Rp 2.600.000
8. Kabupaten Karawang Rp 2.957.450
9. Kabupaten Bekasi Rp 2.840.000
10. Kota Bekasi Rp 2.954.031
11. Kota Depok Rp 2.705.000
12. Kabupaten Bogor Rp 2.590.000
13. Kota Bogor Rp 2.658.155
14. Kab Sukabumi Rp 1.940.000
15. Kota Sukabumi Rp 1.572.000
16. Kab Cianjur Rp 1.600.000
17. Kab Garut Rp 1.250.000
18. Kab Tasikmalaya Rp 1.435.000
19. Kota Tasikmalaya Rp 1.450.000
20. Kab Ciamis Rp 1.131.862
21. Kota Banjar Rp 1.168.000
22. Kab Majalengka Rp 1.245.000
23. Kab Cirebon Rp 1.400.000
24. Kota Cirebon Rp 1.415.000
25. Kab Kuningan Rp 1.206.000
26. Kab Indramayu Rp 1.465.000
27 Kab Pangandaran Rp 1.165.000
UMR/UMK tahun 2015 Jawa tengah
1. Kota Semarang Rp 1.685.000
2. Kabupaten Demak Rp 1.535.000
3. Kabupaten Kendal Rp 1.383.000
4. Kabupaten Semarang Rp 1.419.000
5. Kota Salatiga Rp 1.287.000
6. Kabupaten Grobogan Rp 1.160.000
7. Kabupaten Blora Rp 1.180.000
8. Kabupaten Kudus Rp 1.380.000
9. Kabupaten Jepara Rp 1.150.000
10. Kabupaten Pati Rp 1.176.500
11. Kabupaten Rembang Rp 1.120.000
12. Kabupaten Boyolali Rp 1.197.800
13. Kota Surakarta Rp 1.222.400
14. Kabupaten Sukoharjo Rp 1.223.000
15. Kabupaten Sragen Rp 1.105.000
1

16. Kabupaten Karanganyar Rp 1.226.000


17. Kabupaten Wonogiri Rp 1.101.000
18. Kabupaten Klaten Rp 1.170.000
19. Kota Magelang Rp 1.211.000
20. Kabupaten Magelang Rp 1.255.000
21. Kabupaten Purworejo Rp 1.165.000
22. Kabupaten Temanggung Rp 1.178.000
23. Kabupaten Wonosobo Rp 1.166.000
24. Kabupaten Kebumen Rp 1.157.000
25. Kabupaten Banyumas Rp 1.100.000
26. Kabupaten Cilacap
Wilayah Kota Rp 1.287.000
Wilayah Timur Rp 1.200.000
Wilayah Barat Rp 1.100.000
27. Kabupaten Banjarnegara Rp 1.112.500
28. Kabupaten Purbalingga Rp 1.101.600
29. Kabupaten Batang Rp 1.270.000
30. Kota Pekalongan Rp 1.291.000
31. Kabupaten Pekalongan Rp 1.271.000
32. Kabupaten Pemalang Rp 1.193.400
33. Kota Tegal Rp 1.206.000
34. Kabupaten Tegal Rp 1.155.000
35. Kabupaten Brebes Rp 1.166.550
UMK 2015 Jawa Timur
Kota Surabaya Rp. 2.710.000
2. Kab. Gresik Rp. 2.707.500
3. Kab. Sidoarjo Rp. 2.705.000
4. Kab. Pasuruan Rp. 2.700.000
5. Kab. Mojokerto Rp. 2.695.000
6. Kab. Malang Rp. 1.962.000
7. Kota Malang Rp. 1.882.250
8. Kota Batu Rp. 1.877.000
9. Kab. Jombang Rp. 1.725.000
10. Kab. Tuban Rp. 1.575.500
11. Kota Pasuruan Rp. 1.575.000
12. Kab. Probolinggo Rp. 1.556.800
13. Kab. Jember Rp. 1.460.500
14. Kota Mojokerto Rp. 1.437.500
15. Kota Probolinggo Rp. 1.437.500
16. Kab. Banyuwangi Rp. 1.426.000
17. Kab. Lamongan Rp. 1.410.000
18. Kota Kediri Rp. 1.339.750
19. Kab. Bojonegoro Rp. 1.311.000
20. Kab. Kediri Rp. 1.305.250
21. Kab. Lumajang Rp. 1.288.000
22. Kab. Tulungagung Rp. 1.273.050
23. Kab. Bondowoso Rp. 1.270.750
24. Kab. Bangkalan Rp. 1.267.300
25. Kab. Nganjuk Rp. 1.265.000
2

26. Kab. Blitar Rp. 1.260.000


27. Kab. Sumenep Rp. 1.253.500
28. Kota Madiun Rp. 1.250.000
29. Kota Blitar Rp. 1.243.200
30. Kab. Sampang Rp. 1.231.650
31. Kab. Situbondo Rp. 1.209.900
32. Kab. Pamekasan Rp. 1.201.750
33. Kab. Madiun Rp. 1.196.000
34. Kab. Ngawi Rp. 1.150.000
35. Kab. Ponorogo Rp. 1.150.000
36. Kab. Pacitan Rp. 1.150.000
37. Kab. Trenggalek Rp. 1.150.000
38. Kab. Magetan Rp. 1.150.000.
Seputar Peraturan Undang Undang Pajak Penghasilan
Gajimu memaparkan informasi mengenai kewajiban perpajakan terkait Pajak Penghasilan (PPh) berdasarkan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
1. Apa definisi dari Pajak Penghasilan (PPh)?
Pajak Penghasilan (PPh) adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan.
Pajak Penghasilan (PPh) dikenakan terhadap orang pribadi dan badan, berkenaan dengan penghasilan yang
diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak.
2. Siapa saja yang menjadi subjek Pajak Penghasilan (PPh)?
Menurut UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Subjek PPh meliputi :
Orang pribadi
Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak
Badan
Badan merupakan sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha
maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan
lainnya, badan usaha milik Negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma kongsi, koperasi,
dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi
lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
Bentuk usaha tetap (BUT).
BUT adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia,
orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu
12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa: tempat manajemen perusahaan,
cabang perusahaan, kantor perwakilan, pabrik, gudang, dll.
3. Lalu, siapa saja yang tidak termasuk dalam subjek Pajak Penghasilan (PPh)?
Yang tidak termasuk Subjek Pajak berdasarkan pasal 3 UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan :
Kantor perwakilan negara asing

Pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang
diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat:
bukan Warga Negara Indonesia dan tidak menerima penghasilan lain di luar pekerjaannya tersebut.
Organisasi-organisasi Internasional yang ditetapkan dengan KeputusanMenteri Keuangan dengan syarat :
Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut, tidak menjalankan usaha untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia
Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional dengan syarat : bukan Warga Negara Indonesia dan tidak
menjalankan usaha untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia
4. Apa perbedaan antara subjek pajak dan wajib pajak?
Subjek pajak akan dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan. Subjek pajak yang menerima
atau memperoleh penghasilan, dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan disebut
Wajib Pajak. Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam
bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.
5. Apa yang dimaksud dengan objek pajak dan apa saja yang menjadi objek pajak?
Objek Pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak (WP), baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan. Berikut adalah apa saja yang termasuk dalam objek pajak menurut
pasal 4 ayat 1 UU No. 36 Tahun 2008 :
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji,
upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali
ditentukan lain dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan;
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan
c. Laba usaha
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti
saham atau penyertaan modal
Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya karena pengalihan harta kepada
pemegang saham, sekutu atau anggota
Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan atau pengambilalihan usaha
Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada
keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau
badan sosial atau pengusaha kecil.
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya
f. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian utang
g. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada
pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi
h. Royalty atau imbalan atas penggunaan hak
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah
l. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing

m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva


n. Premi asuransi
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari WP yang menjalankan
usaha atau pekerjaan bebas
p. Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak
q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah
r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan
6. Apa saja yang tidak termasuk objek pajak?
Menurut pasal 4 ayat 3 UU No. 36 Tahun 2008 yang tidak termasuk Objek Pajak adalah :
a. Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badanamil zakat atau lembaga amil zakat yang
dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah dan para penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan
yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan
keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi atau orang
pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan
c. Warisan
d. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti
penyertaan modal
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam
bentuk natura dan atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib
Pajak, wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan
khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 UU PPh
f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan,
asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa
g. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak Dalam Negeri,
koperasi, BUMN atau BUMD dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan
di Indonesia
h. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan ,
baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai
i. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang tertentu yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan
j. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas
saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak
investasi kolektif
k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan
pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia
l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan
m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan
dan/atau penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang
ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan bidang pendidikan dan/atau penelitian dan
pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut

n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Peenyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak
tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
Sumber :
Indonesia. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan
Contoh:

PERJANJIAN KERJA BERSAMA ANTARA : PT. MULIA CEMERLANG ABADI MULTI


INDUSTRI DENGAN : SERIKAT PEKERJA NASIONAL PT. MULIA CEMERLANG ABADI
MULTI INDUSTRI TENTANG : PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB) PERIODE TAHUN
2013 S/D 2015
BAB I: PIHAK - PIHAK

Pasal 1: Pihak-pihak yang mengadakan perjanjian


Yang bertanda tangan di dalam Perjanjian Kerja Bersama ini :
1. Mr. Frans Mulja,
2. Mr. Lim Kae Seng,
3. Bp. Badrun Zaki,
Bertindak untuk dan atas nama : PT. MULIA CEMERLANG ABADI MULTI INDUSTRI disingkat PT. MCA.
berlokasi di Jl. Industri No. 12 Kp. Cirewed Sukadamai Cikupa Tangerang Propinsi Banten, Selanjutnya dalam
perjanjian ini disebut pihak pengusaha.
1. Murdiyanti
2. Robiyah
3. Hariyanto
4. Abdul rohman
Bertindak untuk dan atas nama : ANGGOTA Serikat Pekerja Nasional PT. MULIA CEMERLANG ABADI MULTI
INDUSTRI disingkat PSP SPN PT. MCA berdasarkan SURAT KUASA & TUGAS ORGANISASI. Selanjutnya
dalam perjanjian ini disebut pihak PSP SPN PT. MCA dengan pencatatan nomor : 34/Bis naker/VIII/2009 pada
Kantor Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Tangerang.

BAB II: U M U M
Pasal 2: Istilah istilah
Dalam Perjanjian Kerja Bersama ini yangdimaksud dengan :
1. Perusahaan ialah PT. MULIA CEMERLANG ABADI MULTI INDUSTRI (MCA). Yang berkedudukan di Jl.
Industri No. 12 Kp. Cirewed Sukadamai Cikupa Tangerang Propinsi Banten.
2. Pengusaha ialah Direktur Utama PT. MULIA CEMERLANG ABADI MULTI INDUSTRI (MCA) dan atau pejabat
lainnya yang ditunjuk untuk dan atas nama Direksi dalam pelaksanaan atau pengelolaan perusahaan.
3. Pekerja ialah setiap orang yang bekerja di PT. MULIA CEMERLANG ABADI MULTI INDUSTRI (MCA) dengan
menerima upah serta tunjangan atau penerimaan lainnya berdasarkan suatu hubungan kerja.
4. Serikat pekerja ialah: Serikat Pekerja Nasional PT. MULIA CEMERLANG ABADI MULTI INDUSTRI (MCA)
yang dicatatkan pada kantor Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tangerang dengan pencatan nomor : 34/Bis
naker/VIII/2009 yang berhak mewakili seluruh anggota SPN PT. MCA.

5. Pimpinan Serikat Pekerja Nasional ialah anggota Serikat Pekerja Nasional PT. MCA yang dipilih oleh anggota
melalui KONFERTA dan atau forum-forum resmi yang diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga SPN, dan disahkan oleh DPC SPN Kabupaten Tangerang dengan SK Nomor :
6. Perwakilan Anggota (PA) ialah: perwakilan anggota SPN yang dipilih langsung oleh anggota SPN PT. MCA
dari setiap bagian atau line atau departemen yang merupakan bagian dari Struktur Organisasi PSP SPN PT.
MCA.
7. Anggota Serikat Pekerja ialah: seluruh pekerja PT. MCA yang terdaftar sebagai anggota PSP SPN PT. MCA.
8. Keluarga pekerja ialah: istri/suami dan anak yang terdaftar di perusahaan.
9. Istri/ Suami ialah istri/ suami yang menurut hukum perkawinan yang berlaku dan sudah terdaftar di
perusahaan.
10. Anak ialah anak kandung, anak tiri, anak angkat yang menjadi tanggungan Pekerja dengan ketentuan:
bahwa anak tersebut belum berumur 21 (dua puluh satu) tahun, belum menikah, belum bekerja..
11. Ahli waris ialah: keluarga pekerja atau orang lain yang ditunjuk pekerja untuk menerima setiap pembayaran
dari perusahaan dalam hal pekerja yang bersangkutan sakit atau meninggal dunia.
12. Hari kerja ialah: Hari dimana pekerja wajib melakukan pekerjaan sesuai jadwal kerja yang telah ditetapkan
13. Hari libur ialah: hari libur resmi, hari istirahat mingguan dimana pekerja tidak diwajibkan untuk bekerja.
14. Waktu kerja shift ialah: waktu kerja yang diatur menurut jadwal kerja bergilir secara teratur.
15. Lokasi perusahaan ialah: seluruh ruangan, halaman, lapangan dan sekelilingnya yang berhubungan dengan
tempat kerja.
16. Tempat kerja ialah: bagian atau tempat dimana pekerja melaksanakan kewajibannya untuk bekerja.
17. Kecelakaan kerja ialah: kecelakaan kerja yang terjadi dalam hubungan kerja termasuk di dalamnya
perjalanan berangkat dan pulang kerja.
18. Istirahat ialah: istirahat antara jam kerja selama 1 jam setelah bekerja selama 4 jam berturut-turut dan waktu
istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja.
19. Mutasi ialah: pemindahan pekerja dari unit kerja yang satu ke unit kerja yang lain dalam lingkup perusahaan
atas kebutuhan untuk kelancaran kerja, efektivitas kerja dan efisiensi kerja.
20. Mangkir ialah: tidak masuk bekerja tanpa alasan yang dapat dipertanggung jawabkan.

Pasal 3: Maksud dan Tujuan Perjanjian Kerja Bersama


Perjanjian kerja bersama ini dibuat untuk mempertegas hak dan kewajiban pihak pengusaha dan pihak pekerja,
dalam menciptakan suatu hubungan kerja industrial yang harmonis, dinamis demi terwujudnya kelancaran
proses produksi, ketenangan kerja, tegaknya hak dan kewajiban kedua belah pihak berdasarkan Hubungan
Industrial yang berkeadilan.

Pasal 4: Luasnya Perjanjian Kerja Bersama


1. Pengusaha dan Serikat Pekerja Nasional menyetujui bahwa perjanjian kerja bersama ini berlaku dan mengikat
bagi Pengusaha dan seluruh Anggota PSP SPN PT. MULIA CEMERLANG ABADI MULTI INDUSTRI (MCA).
2. Perjanjian kerja bersama ini mengatur tentang hal pokok yang bersifat umum dan belum diatur dalam
peraturan perundangan ketenagakerjaan yang berlaku.
3. Perjanjian kerja bersama ini menjadi dasar pelaksanaan hubungan kerja di PT. MULIA CEMERLANG ABADI
MULTI INDUSTRI (MCA).

BAB III: PENGAKUAN PENGUSAHA TERHADAP SERIKAT PEKERJA


Pasal 5: Pengakuan Pengusaha
1. Pengusaha mengakui bahwa Pimpinan Serikat Pekerja Serikat Pekerja Nasional PT. MCA adalah wakil
seluruh pekerja sebagai anggotanya dan menandatangani perjanjian kerja bersama serta mempunyai hubungan
kerja secara sah dengan pengusaha.
2. Pengusaha memberi kesempatan seluas-luasnya kepada seluruh anggota serikat pekerja nasional untuk lebih
maju dan berkembang, dengan mengadakan kegiatan-kegiatan organisasi, seperti : pendidikan dan latihan,
seminar-seminar, symposium dan kegiatan lain yang bertujuan memajukan organisasi dan anggotanya.
3. Dalam hal kegiatan yang sifatnya urgent/ mendesak maka pengusaha memberikan izin tanpa pengajuan
4. Pengusaha memberikan dispensasi kepada Pimpinan Serikat Pekerja, perwakilan anggota serta anggota,
yang ditunjuk untuk menyelesaikan permasalahan ketenagakerjaan, menghadiri pertemuan, atau tugas-tugas
organisasi lainnya.
5. Pengusaha menjamin tidak akan mengadakan tindakan yang menekan (intimidasi) dalam bentuk apapun, dan
menghalang-halangi terhadap Pimpinan Serikat Pekerja dan perwakilan anggota serta anggotanya, yang bersifat
melindungi dan memperjuangkan hak-hak anggota atau menjadi utusan serikat pekerja nasional sesuai dengan
fungsi yang melekat pada dirinya.
6. Sebagai konsekuensi pengakuan serikat pekerja oleh pengusaha, maka segala hal menyangkut hubungan
kerja antara pengusaha dan pekerja atau serikat pekerja beserta anggotanya, diselesaikan dengan jalan
perundingan.
7. Setiap surat yang dikeluarkan oleh pengusaha yang menyangkut pekerja dan hubungan kerja, atau yang
berakibat kepada pekerja, serikat pekerja, atau hubungan kerja, maka pengusaha wajib memberi tembusan
kepada Pimpinan Serikat Pekerja.

Pasal 6: FASILITAS BAGI SERIKAT PEKERJA


1. Pengusaha menyediakan ruangan atau gedung untuk kantor sekretariat Serikat Pekerja Nasional beserta
seluruh perlengkapan kantornya sebagai pusat kegiatan organisasi.
2. Pengusaha menyediakan transportasi berupa kendaraan bagi pimpinan serikat pekerja dan seluruh jajarannya
dalam rangka kegiatan organisasi, pertemuan dan rapat-rapat diluar lokasi perusahaan.
3. Pengusaha memberi atau menyediakan tempat pertemuan yang memadai.
4. Pengusaha menyediakan papan pengumuman bagi serikat pekerja dan anggotanya.

Pasal 7: Iuran Serikat Pekerja Nasional


1. Pengusaha bersedia melakukan pemotongan upah pekerja sebagai iuran kepada serikat pekerja sesuai
dengan Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) serikat pekerja nasional BAB IV pasal 18
sebagaimana diatur oleh Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI nomor KEP.187/MEN IX/2004, pasal 2, pasal 3 dan
pasal 4, tentang iuran anggota Serikat Pekerja, dengan uraian sebagai berikut :
a. Uang pangkal sebesar I % X upah sebulan, dipungut pada saat pekerja masuk menjadi anggota SPN.
b. Uang iuran bulanan sebesar 0,5 % X upah pokok sebulan.
c. Hasil pemotongan upah diserahkan kepada PSP SPN disertai daftar nama dan besar potongan dalam rupiah
atau melalui check of system (COS) paling lambat 3 ( tiga ) hari kerja.
2. Iuran anggota Serikat Pekerja Nasional diserahkan oleh pengusaha kepada pengurus Serikat Pekerja
Nasional selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah penerimaan gaji setiap bulannya.

Pasal 8: Hak Pengusaha dan Serikat Pekerja (SP)


1. Pengusaha dan serikat pekerja mempunyai hak dan kewajiban untuk melakukan sosialisasi isi Perjanjian
Kerja Bersama (PKB) pada seluruh pekerja atau pihak lainnya yang berkepentingan
2. Setiap pekerja secara bebas sukarela berhak untuk menjadi atau tidak menjadi anggota Serikat Pekerja
Nasional.
3. Pimpinan Serikat Pekerja Nasional dipilih secara demokratis oleh anggota.
4. Serikat pekerja mempunyai hak untuk melaksanakan aktifitas organisasi di dalam jam kerja atau di luar jam
kerja.

BAB IV: HUBUNGAN KERJA


Pasal 9: PENERIMAAN PEKERJA BARU
1. Untuk kelancaran kegiatan operasional perusahaan, pengusaha memiliki hak untuk menerima karyawan baru
berdasarkan kebutuhan dan persyaratan yang ditetapkan oleh perusahaan, sesuai prosedur penerimaan yang
obyektif dan adil tanpa membedakan Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan.
2. Serikat Pekerja mengakui hak pengusaha untuk menerima pekerja baru dengan standar kewajaran, dengan
tetap memenuhi peraturan penerimaan pekerja baru, baik bagi warga Negara Indonesia maupun warga Negara
Asing sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
3. Dalam mempekerjakan tenaga kerja asing, perusahaan mematuhi ketentuan mengenai penempatan tenaga
kerja asing sebagaimana peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia.

Pasal 10: Masa Percobaan


1. Setiap Pekerja yang dinyatakan diterima bekerja oleh pengusaha wajib melewati masa percobaan paling lama
3 bulan.
2. Setelah melewati masa percobaan 3 (tiga) bulan dan dinyatakan lulus oleh pengusaha, maka status hubungan
kerja menjadi hubungan kerja tetap.
3. Pengusaha tidak mempekerjakan Pekerja dengan perjanjian kerja waktu tertentu pada pekerjaan utama
proses produksi.
4. Masa kerja Pekerja dihitung mulai sejak Pekerja diterima bekerja.

Pasal 11: Perlindungan Bagi Pekerja Perempuan


1. Pekerja Perempuan yang sedang hamil dipekerjakan ditempat yang tidak menggangu dan tidak
membahayakan kehamilannya.
2. Pekerja Perempuan yang sedang hamil tidak dipekerjakan pada malam hari.

Pasal 12: Perlindungan dan Jaminan Terhadap Pekerja


1. Pengusaha menjamin perlakuan yang sama terhadap pekerja tanpa membedakan status hubungan kerja,
suku, agama, warna kulit jabatan atau kedudukan.
2. Pengusaha melindungi setiap hak-hak pekerja secara adil sesuai dengan hukum ketenagakerjaan yang
berlaku.

Pasal 13: Promosi dan Mutasi,


1. Promosi :

a. Pekerja berhak dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi, dengan penilaian prestasi dan pertimbangan
kondisi kerja
b. Pekerja yang dipromosikan berhak mendapat penyesuaian upah sesuai standar upah pada jabatan barunya.
c. Penyesuaian pada huruf b berlaku mulai yang bersangkutan menduduki jabatan barunya.
d. Pengusaha berwenang memindahkan pekerja dari satu jabatan ke jabatan lain yang lebih tinggi, baik di
departemen sendiri maupun ke lain departemen, yang bertujuan untuk memberikan tanggungjawab yang besar
kepada pekerja yang berpotensi dan berprestasi baik, sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
e. Dalam hal promosi sebagaimana disebut pada ayat (1) pasal ini, diberlakukan masa orientasi tugas
maksimum selama 3 (tiga) bulan.
f. Jika setelah 3 (tiga) bulan Pekerja yang bersangkutan tidak berhasil melewati masa orientasi tugas dengan
baik dan/atau dinyatakan tidak memenuhi syarat, maka pekerja yang bersangkutan dikembalikan ke jabatan
semula.
2. Mutasi :
a. Pengusaha berwenang memindahkan dan atau menugaskan pekerja ke departemen lain untuk memberikan
kesempatan bagi pekerja menambah pengetahuan, ketrampilan dan menimba pengalaman yang berguna bagi
kemajuan pekerja sesuai dengan kebutuhan perusahaan dengan memperhatikan kemampuan dan kesanggupan
pekerja yang bersangkutan.
b. Pemindahan / mutasi dilaksanakan dengan suatu Surat Keputusan Mutasi, dengan pemberitahuan terlebih
dahulu kepada pekerja yang bersangkutan dalam waktu yang cukup yaitu minimum satu bulan sebelumnya.
c. Bilamana terjadi mutasi pekerja antar divisi, departemen, bagian, atau seksi maka upah, fasilitas dan hak-hak
yang diterima oleh pekerja yang bersangkutan minimum sama dengan yang diterima sebelumnya. Apabila di
tempat baru memiliki fasilitas yang lebih baik dari tempat lama maka pekerja yang bersangkutan berhak
mendapatkan fasilitas tersebut.
d. Pekerja mempunyai hak menolak untuk di mutasi apabila tidak sesuai dengan keahlian yang bersangkutan.
e. Mutasi tidak diberlakukan sebagai sanksi atau hukuman.

BAB V: WAKTU KERJA, ISTIRAHAT MINGGUAN DAN KERJA LEMBUR


Pasal 14: Hari Kerja
1. Hari kerja Pekerja PT. MCA ditetapkan sebagai berikut :
a. Untuk system 5 hari kerja adalah hari Senin s.d. Jumat selama 8 jam sehari atau 40 jam seminggu
b. Untuk system 6 hari kerja adalah hari Senin s.d. Sabtu selama 7 jam sehari atau 40 jam seminggu
2. Waktu/Jam kerja Pekerja diatur sebagai berikut:
a. Untuk 5 hari kerja adalah :

Senin s.d. kamis

Untuk hari jumat

Sabtu dan minggu

: masuk pukul

07.00 s.d. 12.00

: istirahat
: masuk kembali

12.00 s.d. 13.00


13.00 s.d. 17.00

: masuk pukul

07.00 s.d. 11.30

: istirahat
: masuk kembali

11.30 s.d. 13.00


13.00 s.d. 17.00

: hari libur mingguan

b.Untuk 6 hari kerja adalah:

10

Senin s.d. kamis

: masuk pukul

07.00 s.d. 12.00

: istirahat
: masuk kembali

12.00 s.d. 13.00


13.00 s.d. 15.00

: masuk pukul

07.00 s.d. 11.30

: istirahat
: masuk kembali

11.30 s.d. 13.00


13.00 s.d. 15.00

Untuk hari Sabtu

: Masuk pukul

07.00 s.d. 12.00

Minggu

: hari libur mingguan

Untuk hari jumat

3.Pengaturan jam kerja shift bagi pekerja, ditetapkan sebagai berikut:


a. Shift 1 pukul 07:00 15:00 WIB
b. Shift 2 pukul 15:00 23:00 WIB
4. Apabila Pekerja melakukan pekerjaan melebihi waktu kerja tersebut di atas, maka diperhitungkan sebagai
kerja lembur.

Pasal 15: Waktu Kerja Pekerja Perempuan pada malam hari


Dalam hal Pekerja Perempuan bekerja di malam hari melampaui pukul 23.00, maka waktu kerja untuk Pekerja
Perempuan diberlakukan lebih pendek 1 jam dari waktu kerja Pekerja Laki-laki dengan tetap menerima upah
yang sama.

Pasal 16: Istirahat Mingguan


1. Setiap pekerja berhak atas hari istirahat mingguan.
2. Hari istirahat mingguan sebagaimana dimaksud ayat (1) diatur sebagai berikut :
a. Istirahat mingguan selama 1 (satu) hari untuk system 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
b. Istirahat mingguan selama 2 (dua) hari untuk system 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
c. Bagi pekerja shift diatur sesuai jadual kerja shift dengan tetap memperhatikan ketentuan pasal 14 perjanjian
kerja bersama ini dan peraturan perundangan yang berlaku.

Pasal 17: Perhitungan Kerja Lembur


1. Kerja lembur bukan sebagai kerja wajib, maka tidak dapat dipaksakan dan sedapat mungkin dihindari untuk
kepentingan kedua belah pihak.
2. Pengusaha dapat memerintahkan pekerja untuk bekerja lembur dalam hal-hal sebagai berikut :
a. Dalam hal adanya pekerjaan yang bertimbun-timbun atau menumpuk yang tidak terselesaikan dan akan
menimbulkan kerugian bagi pengusaha atau dapat mengganggu kelancaran produksi.
b. Dalam hal adanya pekerjaan yang harus selesai dalam waktu yang telah dijadwalkan.
c. Dalam hal ada pekerjaan yang harus diselesaikan dengan segera.
d. Dalam keadaan darurat dan dalam hal ada pekerjaan yang apabila tidak segera diselesaikan akan
membahayakan keselamatan dan kesehatan manusia.
e. Dalam hal pekerja gilir kerja ( shift ) yang harus terus bekerja karena penggantinya tidak ada atau belum
datang.

11

3. Pekerja yang melakukan kerja lembur berhak atas pembayaran upah lembur sebagaimana diatur oleh
KEP.102/MEN/VI/2004 tentang waktu dan upah kerja lembur.
4. Pekerja yang melakukan kerja lembur pada hari cuti bersama, hari raya Idul Fitri, Hari Natal dan Hari
kemerdekaan RI (17 Agustus) atas kehendak pengusaha diberikan tambahan uang insentif khusus.
5. Pekerja yang melakukan kerja lembur sebagaimana dimaksud ayat (4) pengusaha wajib membayar upah
lembur sebesar 3 kali upah sejam.

BAB VI: HAK CUTI, UPAH SELAMA SAKIT DAN IJIN MENINGGALKAN
PEKERJAAN
Pasal 18: Cuti Tahunan
1. Pekerja yang telah mempunyai masa kerja 12 (dua belas) bulan terus menerus berhak atas cuti tahunan
selama 12 (dua belas) hari.
2. Dasar pengambilan cuti bersama adalah Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri ( Agama, Tenaga Kerja
dan Pendayaguna Aparatur Negara ).
3. Jumlah pengambilan cuti tahunan bersama adalah :
a. Pada Hari Raya Idul Fitri selama 5 (lima) hari.
b. Pada Hari Natal dan Tahun Baru selama 3 (tiga) hari
4. Sisa cuti tahunan selama 4 (empat) hari diambil sendiri-sendiri dengan ketentuan :
a. Sisa cuti tahunan dapat digunakan dalam waktu 12 bulan setelah timbulnya hak cuti tahunan tersebut.
b. Dalam hal ada penundaan pengambilan cuti karena kehendak pengusaha, maka jangka waktu tersebut dapat
diperpanjang.
c. Dalam pengambilan cuti baik secara bersama maupun sendiri-sendiri maka pekerja berhak mendapat upah.
d. Pengusaha wajib memberitahukan secara tertulis kepada pekerja pada saat timbulnya hak cuti dan jumlah
sisa hari cutinya.
e. Dalam hal pekerja yang belum timbul hak cutinya tetapi pekerja ternyata punya kepentingan yang sangat
mendesak, maka pekerja tetap dapat mengajukan permohonan cuti dan diperhitungkan setelah timbul hak
cutinya.
f. Sisa hak Cuti tahunan dapat diambil setiap waktu tanpa dihalang-halangi.
a. Pelaksanaan pengambilan cuti bersama dimulai paling lambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal hari raya.
b. Sisa cuti tahunan yang belum diambil tetapi masa cutinya habis, maka sisa cuti yang belum diambil tersebut
bisa diganti dengan uang.

Pasal 19: Cuti Melahirkan, Gugur Kandungan dan Cuti Haid


1. Bagi pekerja wanita yang melahirkan, kepadanya diberikan cuti selama 3 (tiga) bulan terhitung sejak pekerja
tersebut mengambil cuti melahirkan.
2. Dalam hal terjadi gugur kandungan atau kelahiran prematur, Maka pengambilan cuti dihitung sejak pekerja
tersebut masuk rumah sakit atau dirawat selama masa waktu 3 (tiga) bulan.
3. Permintaan cuti melahirkan diajukan oleh pekerja kepada Departemen Personalia dan diketahui oleh kepala
Departemen yang bersangkutan.
4. Dalam hal habis masa cuti sebagaimana dimaksud ayat I dan 2 pasal ini, pekerja belum mampu bekerja
kembali, maka cuti tersebut dapat diperpanjang sampai batas waktu yang ditentukan oleh dokter kandungan
atau Bidan melalui surat keterangan dokter atau Bidan.

12

5. Dalam hal pengambilan cuti melahirkan dan keguguran atau kelahiran prematur bagi pekerja wanita
sebagaimana dimaksud ayat I dan 2 pasal ini maka pekerja tersebut berhak mendapat upah.
6. Bagi pekerja wanita yang mengalami haid, berhak mendapatkan cuti pada hari pertama dan hari kedua waktu
haid.
7. Apabila pekerja wanita yang sedang mengalami haid dan yang bersangkutan diharuskan bekerja pada hari
pertama dan kedua masa haid maka diperhitungkan sebagai kerja lembur.

Pasal 20: Upah Selama Sakit


1. Apabila pekerja menderita sakit berkepanjangan dan menurut surat keterangan dokter tidak mampu
melakukan pekerjaannya maka ketentuan upah dibayar sebagai berikut:
a.6 bulan pertama 100% dari upah sebulan.
b.4 bulan berikutnya 75% dari upah sebulan.
c.2 bulan terakhir 60% dari upah sebulan.
2. Dalam hal sampai jangka waktu 1 (satu) tahun pekerja masih belum bisa melaksanakan kewajibannya untuk
bekerja, maka pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja setelah memberitahukan kepada yang
bersangkutan dan memusyawarahkan dengan Serikat Pekerja Nasional.
3. Pemutusan Hubungan Kerja sebagaimana diatur dalam ayat (2) dilakukan sesuai dengan ketentuan pasal 172
Undang-Undang 13 tahun 2003.

Pasal 21: Izin Meninggalkan Pekerjaan Dengan Mendapatkan Upah Penuh


Perusahaan memberikan izin meninggalkan pekerjaan kepada pekerja dengan tetap mendapatkan upah
sebagaimana ketentuan UU 13/2003, dalam hal- hal sebagai berikut :
1. Pekerja wanita sedang haid dibayar untuk selama 2 (dua) hari.
2. Pekerja/buruh menikah dibayar untuk selama 3 (tiga) hari.
3. Anak pekerja dikhitan/ dibabtis/menikah dibayar untuk selama 2 (dua) hari.
4. Istri pekerja melahirkan atau keguguran kandungan, dibayar untuk selama 2 (dua) hari.
5. Suami/isrti, orang tua, mertua, anak atau menantu meninggal dunia dibayar untuk selama 2 (dua) hari.
6. Anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia. dibayar untuk selama 1 (satu) hari.
7. Dalam hal pekerja melakukan tugas Negara, Paling lama 1 (satu) tahun.
8. Dalam hal pekerja menunaikan kewajiban agama paling lama dan dibayar untuk selama 40 (empat puluh)
hari.
9. Pekerja yang mengalami bencana alam diberikan cuti khusus selama waktu tertentu.
10. Pekerja melaksanakan Ujian Sekolah/Negara sesuai waktu yang dijadualkan.
11. Ketentuan pasal 1 s.d. 10 dibuktikan dengan surat keterangan.

BAB VII: PENGUPAHAN


Pasal 22: Sistem Pengupahan
1. Setiap pekerja yang telah melaksanakan kewajiban kerjanya berhak mendapatkan upah atau gaji sesuai
dengan standar upah yang berlaku di PT. MCA
2. Apabila pekerja berhalangan hadir waktu penggajian, maka pengambilan gajinya dapat dibayarkan kepada
pihak ketiga dengan syarat membawa surat kuasa dari pekerja yang bersangkutan.

13

3. Peninjauan upah secara umum dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya satu tahun sekali paling lambat
bulan Januari setiap tahun.
4. Peninjauan upah periodik dilakukan dengan penerapan yang berlaku disesuaikan dengan skala upah.
Dasar perhitungan sebagai standart skala upah adalah sebagai berikut:
a. Kurang dari 1 (satu) tahun UMK
b. 1 tahun lebih tetapi kurang dari 2 tahun Rp. 3,5 %
c. 2 tahun lebih tetapi kurang dari 3 tahun Rp. 4,25 %
d. 3 tahun lebih tetapi kurang dari 4 tahun Rp. 5%
e. 4 tahun lebih tetapi kurang dari 5 tahun Rp. 5,75%
f. 5 tahun lebih tetapi kurang dari 6 tahun Rp. 6,5%
g. 6 tahun lebih tetapi kurang dari 7 tahun Rp. 7,25%
h. 7 tahun lebih tetapi kurang dari 8 tahun Rp. 8%
i. 8 tahun lebih tetapi kurang dari 9 tahun Rp. 8,25%
j. 9 tahun lebih tetapi kurang dari 10 tahun Rp. 9%
k. 10 tahun atau lebih Rp.10%
5.Pembayaran upah/gaji Pekerja dilakukan dengan sisitem transfer bank ke rekening Pekerja dengan ketentuan
administrasi bank ditanggung perusahaan.

Pasal 23: Komponen-komponen Upah


1. Tunjangan Jabatan
a. Tunjangan yang diberikan kepada pekerja yang ditunjuk/ diangkat oleh perusahaan untuk memegang jabatan
dalam struktur organisasi di bagian atau di departemen yang bersangkutan yang diterima setiap bulan.
b. Tunjangan jabatan merupakan tunjangan tetap yang termasuk dalam komponen perhitungan upah lembur,
kriteria:
b. 1. Asisten Supervisior Rp.
b. 2. Supervisior Rp.
b. 3. Chif Rp.
b. 4. Kepala Bagian Rp.
b. 5. Manager
2. Tunjangan Transportasi
Perusahaan memberikan tunjangan transportasi sesuai dengan jarak tempuh.
3. Tunjangan Makan
a. Bagi pekerja yang menurut sifatnya harus bekerja lembur sampai 2 jam, maka perusahaan wajib memberikan
fasilitas makan sebanyak 1 (satu) kali pada jam yang telah ditentukan dan apabila melakukan kerja lembur lebih
dari 4 (empat) jam maka perusahaan wajib memberikan ekstra fooding.
b. Penyediaan 1 kali makan dihitung dengan perhitungan 1400 kalori sesuai dengan standar kesehatan.
4. Tunjangan premi hadir dan premi shift malam :
a. Premi hadir: ditujukan untuk menambah motivasi pekerja dalam bekerja sebesar Rp. 5000 (lima ribu rupiah)
per kehadiran.

14

b. Premi shift malam: diberikan untuk pekerja yang bekerja pada malam sebesar Rp. 5000 (lima ribu rupiah) per
kehadiran.
5. Tunjangan Khusus
Diberikan kepada pekerja tertentu sebagai kompensasi atas tingkah laku atau resiko dan prestasi kerja sebesar
Rp.60.000 (enam puluh ribu rupiah) per bulan ...........
6. Tunjangan Hari Raya
6.1. Pengusaha wajib memberikan Tunjangan Hari Raya kepada Pekerja yang sudah bekerja selama 3 (tiga)
bulan atau lebih.
6.2. Besar nilai Tunjangan Hari Raya diperhitungkan berdasarkan masa kerja Pekerja, dengan ketentuan
sebagai berikut:
a.3 bulan lebih tetapi kurang dari 1 tahun proporsional dengan rumus (Gaji : 12) x masa kerja).
b.1 tahun lebih tetapi kurang dari 2 tahun 100% x upah.
c.2 tahun lebih tetapi kurang dari 3 tahun 110% x upah.
d.3 tahun lebih tetapi kurang dari 4 tahun 120% x upah.
e.4 tahun lebih tetapi kurang dari 5 tahun 130% x upah.
f.5 tahun lebih tetapi kurang dari 6 tahun 140% x upah.
g.6 tahun lebih tetapi kurang dari 7 tahun 150% x upah.
h.7 tahun lebih tetapi kurang dari 8 tahun 160% x upah.
i.8 tahun lebih tetapi kurang dari 9 tahun 170% x upah.
j.9 tahun lebih tetapi kurang dari 10 tahun 180% x upah.
k.10 tahun lebih tetapi kurang dari 11 tahun 190% x upah.
l.11 tahun lebih 200% x upah.
6.3.Pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR) dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum Hari Raya.

BAB VIII: KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


Pasal 24: WC standar sesuai K3
1. Pengusaha menyediakan fasilitas WC yang memadai, dengan perbandingan jumlah Pekerja 1 : 25
2. Untuk menjaga kebersihan setiap ruang WC, maka disediakan tempat sampah di setiap WC untuk
pembuangan pembalut perempuan dan sampah lainnya.

Pasal 25: Pintu Darurat


1. Demi terjaminnya keselamatan dan keamanan seluruh Pekerja, maka pintu masuk dan pintu keluar harus
terbebas dari barang-barang yang mengganggu.
2. Sebagai tindakan antisipatif dan menghindari timbulnya bahaya, perlu adanya pintu darurat yang tidak terkunci
pada setiap jam kerja dan mudah dijangkau oleh seluruh Pekerja.

Pasal 26: Keadaan Darurat


Untuk menanggulangi dan antisipasi terjadinya musibah sewaktu-waktu, baik kecelakaan kerja maupun bahaya
lain, maka Pengusaha menyediakan kendaraan beserta sopirnya yang selalu stand by setiap jam kerja..

15

Pasal 27: Sarana P3K


Pengusaha menyediakan kotak P3K yang berisikan isi kain kasa, perban, obat merah, pembalut wanita, gunting,
boord water, sarung tangan, center, mietela dengan perban disetiap line atau bagian dengan perbandinagn
sekurang-kurangnay 1 kotak untuk persediaan 100 orang.

Pasal 28: Keselamatan Kerja


1. Pengusaha wajib menyediakan alat- alat keselamatan kerja yang menjamin keselamatan dan kesehatan bagi
seluruh pekerja termasuk alat pemadam kebakaran.
2. Setiap pekerja wajib menjaga keselamatan dirinya dan pekerja lainnya dan wajib memakai alat-alat
keselamatan kerja yang telah disediakan oleh perusahaan serta mengikuti/ mengetahui ketentuan-ketentuan
mengenai keselamatan kerja dan perlindungan kerja yang berlaku.
3. Apabila pekerja menemukan hal-hal yang dapat membahayakan terhadap keselamatan pekerja dan
perusahaan harus segera melapor kepada pimpinan (atasan).
4. Diluar waktu kerja yang sudah ditentukan oleh perusahaan setiap pekerja tidak diperbolehkan memakai atau
mempergunakan alat-alat atau perlengkapan kerja milik perusahaan untuk keperluan pribadi.
5. Setiap pekerja wajib memelihara alat-alat perlengkapan kerja dengan baik dan teliti.

Pasal 29: Poliklinik


Pengusaha menyediakan fasilitas poliklinik dan petugas medisnya di lokasi perusahaan untuk memberikan
pertolongan lebih awal kepada para pekerja yang mengalami sakit atau kecelakaan saat melaksanakan
pekerjaan.

BAB IX: JAMINAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN


Pasal 30: Jamsostek
1. Pengusaha mengikutsertakan seluruh pekerjanya pada program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)
sesuai Undang-Undang no. 3/1992 dan peraturannya.
2. Bahwa iuran jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian ditanggung oleh pengusah.
3. Besarnya iuran jaminan hari tua yang ditanggung pekerja adalah 2% dari upah.
4. Besarnya iuran jamsostek yang ditanggung oleh pengusaha adalah sebagai berikut:
a. Jaminan kecelakaan kerja sebesar 1% dari penghasilan sebulan.
b. Jaminan hari tua minimal sebesar 3,7% dari penghasilan sebulan.
c. Jaminan kematian sebesar 0,3% dari penghasilan sebulan.
d. Jaminan pemeliharaan kesehatan (JPK) sebesar 6% dari penghasilan sebulan bagi Pekerja yang sudah
berkeluarga dan 3% dari penghasilan sebulan bagi Pekerja lajang.

Pasal 31: Cakupan Manfaat Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)


Cakupan manfaat Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) adalah sesuai dengan standart JAMSOSTEK
sebagaimana diatur oleh UU No. 3/1992 dengan seluruh peraturan turunannya serta cakupan isi seluruh manfaat
yang diberikan kepada Peserta.

16

Pasal 32: Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Santunan akibat kecelakaan
kerja
1. Tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja berhak atas jaminan kecelakaan kerja sebagaimana diatur
oleh UU No. 3/1992 dengan seluruh peraturan turunannya serta cakupan isi seluruh manfaat yang diberikan
kepada Peserta.
2. Pekerja yang mengalami kecelakaan kerja berhak atas santunan akibat kecelakaan kerja sesuai dengan UU
No. 3/1992 dengan seluruh peraturan turunannya serta cakupan isi seluruh manfaat yang diberikan kepada
Peserta

Pasal 33: Penanganan Kecelakaan Kerja


1. Pimpinan atau atasan langsunng bertanggung jawab atas pertolongan atau penanganan pada kecelakaan bila
mana pekerja mengalami kecelakaan di tempat kerja.
2. Penanganan selanjutnya dilakukan oleh petugas berwenang yang ditunjuk oleh Pengusaha.
3. Penanganan pertolongan pertama bagi pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dalam lingkungan
perusahaan diberikan oleh team P3K yang selanjutnya dibawa ke poliklinik perusahaan atau klinik lainnya yang
ditunjuk.
4. Setelah mendapatkan pertolongan pertama tetapi masih memerlukan tindakan medis, perusahaan wajib
mengantar ke Rumah Sakit yang ditunjuk.
5. Pekerja yang mengalami kecelakaan sewaktu berangkat maupun pulang kerja, maka pekerja tersebut berhak
mendapat jaminan kecelakaan kerja.

BAB X: PROGRAM KETRAMPILAN DAN ALIH TUGAS


Pasal 34: Pendidikan dan Keterampilan
1. Pengusaha menyediakan fasilitas kepada pekerja untuk melakukan kegiatan yang bersifat ketrampilan dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia di dalam perusahaan ataupun di luar perusahaan yang terlebih
dahulu dimusyawarahkan dengan Serikat Pekerja Nasional.
2. Pengusaha memberikan fasilitas kepada pekerja yang melaksanakan tugas di luar perusahaan berupa
transportasi, akomodasi dan upah dibayar penuh dengan mempertimbangkan lokasi, jarak, dan waktu
perjalanan.

BAB XI: TATA TERTIB SERTA HAK DAN KEWAJIBAN


Pasal 35: Tata tertib Kerja Perusahaan
1. Kewajiban dan tanggung jawab pekerja
a. Setiap pekerja wajib hadir di tempat kerja masing-masing tepat pada waktu yang telah ditetapkan, dan pulang
sesuai waktunya yang ditetapkan.
b. Setiap pekerja mengisi daftar hadir/absensi/ menyerahkan kartu kerja pada tempat yang telah ditetapkan baik
pada waktu masuk maupun pulang bekerja dan harus diserahkan atau diisi oleh pekerja sendiri.
c.Setiap pekerja wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan instruksi yang diberikan oleh atasannya atau
pimpinan.
d. Setiap pekerja wajib melaksanakan seluruh tugas dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya.
e. Setiap pekerja wajib menjaga serta memelihara dengan baik semua barang milik perusahaan dan segera
melaporkan kepada pimpinan atau atasannya apabila mengetahui ada hal-hal yang dapat menimbulkan bahaya
bagi dirinya, atasan, bawahan, rekan sekerja atau kerugian perusahaan.

17

f. Setiap pekerja wajib memelihara dan memegang teguh rahasia perusahaan terhadap siapapun mengenai
segala hal yang diketahuinya mengenai perusahaan, kecuali untuk kepentingan negara.
g. Setiap pekerja wajib melaporkan kepada pimpinan, apabila ada perubahan-perubahan akan status dirinya,
susunan keluarganya, perubahan alamat tempat tinggal dan sebagainya.
h. Setiap pekerja wajib memeriksa semua alat-alat kerja sebelum mulai bekerja atau meninggalkan pekerjaan
sehingga benar-benar tidak akan menimbulkan kerusakan atau bahaya yang akan menggangu pekerjaan.
i. Setiap pekerja memelihara kebersihan dan memelihara kekeluargaan diantara teman kerja lainnya, sehingga
tidak menimbulkan kegaduhan, huru-hara yang dapat merugikan perusahaan.
j. Apabila akan meninggalkan pekerjaan/ perusahaan wajib memberitahukan dan meminta izin tertulis dari atasan
masing-masing dengan form yang sudah disediakan.
k. Meminta petunjuk kepada pimpinan perusahaan/ atasan apabila menghadapi kesulitan kerja yang tidak dapat
diatasinya.
2. Larangan-larangan bagi pekerja
a. Setiap pekerja dilarang membawa/ menggunakan barang-barang milik perusahaan keluar dari lingkungan
perusahaan tanpa izin dari pimpinan.
b. Setiap pekerja dilarang melakukan pekerjaan yang bukan tugasnya dan tidak diperkenankan memasuki
ruangan lain yang bukan bagiannya kecuali atas perintah/ izin atasan nya.
c. Setiap pekerja dilarang minum minuman keras, mabuk di tempat kerja, membawa/ menyimpan dan
menyalahgunakan bahan narkotika.
d. Setiap pekerja dilarang merokok/ menyalakan korek api di tempat-tempat yang terlarang kecuali tempat yang
telah disediakan.
e. Setiap pekerja dilarang membawa senjata api/ tajam ke dalam lingkungan perusahaan.
f. Setiap pekerja dilarang mengabsenkan pekerja lain apalagi pekerja yang tidak masuk kerja.
g. Menghilangkan atau merusak dengan sengaja alat-alat kerja atau alat keselamatan kerja yang disediakan.
h. Melakukan perbuatan asusila di tempat kerja atau di dalam lingkungan perusahaan.
i. Membujuk, mengajak, menyuruh, memaksa unsur pimpinan perusahaan atau teman sekerja untuk melakukan
hal-hal yang bertentangan dengan hukum dan kesusilaan.
j. Berjudi pada waktu kerja di dalam lingkungan perusahaan.
k. Menolak perintah atasan/ pimpinan yang yang sesuai dengan bidang kerjanya serta layak untuk dikerjakan.
3. Pelanggaran atas ketentuan Tata Tertib ini dapat diberikan sanksi berupa surat peringatan.

Pasal 36: Hak Kewjiban Pengusaha dan Pekerja


1. Hak Pengusaha
a. Memberikan perintah/ pekerjaan sesuai yang diperjanjikan kepada pekerja selama terikat hubungan kerja.
b. Meminta pekerja untuk melakukan kerja lembur atau shift sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
c. Meminta suatu prestasi yang maksimal dari pekerja yang telah ditentukan sebelumnya.
d. Memutus hubungan kerja, merumahkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
e. Memutasikan dan mempromosikan untuk kepentingan dan kemajuan perusahaan.
2. Kewajiban Pengusaha
a. Membayar upah seluruh pekerja sesuai dengan struktur dan skala upah yang berlaku.

18

b. Mengikutsertakan seluruh pekerja untuk menjadi peserta Jamsostek (JK, JKK, JHT, dan JPK).
c. Mentaati peraturan perundang-undangan serta persyaratan lainnya yang berlaku di bidang ketenaga kerjaan.
d. Memperhatikan dan memberikan rasa aman pekerja dalam bekerja.
e. Memperhatikan dan memberikan peningkatan kesejahteraan pekerja PT. MCA.
f. Memberikan pembinaan terhadap pekerja PT. MCA.
3. Hak Pekerja
a. Mendapat pekerjaan sesuai yang diperjanjikan.
b. Mendapatkan upah sebagai akibat hubungan kerja.
c. Menjadi anggota atau tidak menjadi anggota Serikat Pekerja.
d. Mendapat cuti yang timbul pada dirinya.
e. Mengundurkan diri dari perusahaan.
f. Mendapatkan bantuan dan fasilitas yang diberikan perusahaan termasuk fasilitas JPK.
g. Memperoleh ganti rugi atas gangguan/ cacat badan yang diakibatkan kecelakaan kerja sesuai ketentuan UU
No. 3/1992 dengan seluruh peraturan turunannya serta cakupan isi seluruh manfaat yang diberikan kepada
Peserta.
h. Mendapat santunan apabila meninggal dunia baik karena kecelakaan kerja ataupun kematian dalam kondisi
normal, santunan tersebut diserahkan kepada ahli waris yang sah.
i. Bebas mengeluarkan pendapat, saran-saran yang membangun, baik melalui atasan langsung, kotak saran
maupun melalui Serikat Pekerja Nasional.
4. Kewajiban Pekerja
a. Berlaku sopan sesuai dengan norma agama maupun norma sosial yang berlaku dalam masyarakat Indonesia
pada umumnya dan lingkungan sekitar pada khususnya.
b. Taat peraturan yang berlaku di lingkungan kerja PT. MCA.
c. Memberikan keterangan yang sebenarnya mengenai dirinya dan pekerjaannya dalam hubungan dengan
tugasnya.
d. Menjalankan tugas dan pekerjaan yang diamanatkan oleh perusahaan kepadanya dengan penuh
tanggungjawab.
e. Menjaga, merawat dan menyelamatkan barang-barang milik perusahaan yang dipergunakan dan/ atau
dipercayakan kepadanya, serta wajib mengembalikan kepada perusahaan apabila telah berakhir hubungan
kerja.
f. Menjalin hubungan harmonis antara teman sekerja, bawahan maupun atasan.
g. Saling menghormati kepada bawahan atasan maupun rekan sekerja agar tercipta hubungan kerja yang
harmonis, menjaga ketenangan kerja serta ketentraman di lingkungan perusahaan.
h. Aktif menjaga kebersihan lingkungan perusahaan serta menjaga keselamatan dan kesehatan kerja.

Pasal 37: Pemberian Surat Peringatan


1. Pelanggaran yang diberiakn adalah peringatan lisan antara lain:
a. Menjalankan usaha pribadi di lingkungan perusahaan.
b. Tidak melaporkan kepada perusahaan perubahaan data seperti: alamat, status perkawinan, dan sebagainya
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
c. Mangkir 1 kali dalm sebulan.

19

2. Pelanggaran yang diberikaan sanksi surat peringatan pertama antara lain:


a. Peningkatan pelanggaran dari pelanggaran sebelumnya.
b. Tiga kali terlambat masuk kerja dalam sebulan tanpa memberikan alasan yang jelas dalam sebulan.
c. Menolak untuk diperiksa atas kesehatannya oleh dokter perusahaan atau penasehat medis.
d. Tidak melaksanakan kerja lembur yang sudah disepakati bersama sepanjang batas yang diperbolehkan oleh
undang-undang.
3. Pelanggaran yang diberikan sanksi surat peringatan kedua antara lain:
a. Peningkatan pelanggaran dalam masa berlakunya sanksi pelanggaran yang sebelumnya.
b. Tidak mengisi absensi lebih dari empat kali dalam sebulan.
c. Mengisi kartu hadir/ absensi kepunyaan orang lain.
d. Tidur di waktu jam kerja.
e. Pulang meninggalkan pekerjaan tanpa seizin atasan.
4. Pelanggaran yang diberikan sanksi surat peringatan ketiga antara lain:
a. Peningkatan pelanggaran dalam masa berlakunya sanksi pelanggaran yang sebelumnya.
b. Pelaksanaan tugas yang gagal sehingga merugikan personil dan atau milik perusahaan.
c. Kelalaian yang mengakibatkan kerugian perusahaan/ terhentinya produksi dan atau mencelakakan orang lain.
d. Merokok pada tempat-tempat yang dilarang oleh perusahaan.

Pasal 38: Ketentuan Surat Peringatan


1. Kepada pekerja yang melakukan pelanggaran tata tertib perusahaan dapat diberikan peringatan secara
tertulis. Surat peringatan tersebut mempunyai masa berlaku sebagai berikut:
Surat peringatan pertama= tiga bulan
Surat peringatan ke dua = dua bulan
Surat peringatan ke tiga = satu bulan
2. Surat peringatan tidak perlu diberikan menurut urutan-urutannya tetapi dapat dinilai menurut besar kecilnya
kesalahan yang dilakukan oleh para pekerja.
3. Di dalam memberikan surat peringatan kepada para pekerja agar sebelumnya diberi kesempatan untuk
berkonsultasi dengan PSP SPN dan Pihak Perusahaan melakukan musyawarah dengan PSP SPN.
4. Setiap surat peringatan yang diterbitkan wajib ditembuskan kepada PSP SPN.
5. Apabila dalam memberikan Surat Peringatan tersebut tidak ada tembusan, maka surat tersebut dianggap tidak
berlaku.

BAB XII: PENYELESAIAN KELUH KESAH


Pasal 39: Sarana Keluh Kesah
Perusahaan menyediakan sarana keluh kesah yaitu:
1. Perusahaan menyediakan kotak saran disetiap departemen/ bagian yang akan diambil dan ditanggapai oleh
management setiap 1 seminggu sekali.
2. Perusahaan wajib menjawab atau memberi penjelasan atas masalah yang dilaporkan melalui kotak saran.

20

Pasal 40: Cara Penyelesaian Keluh Kesah


1. Apabila terjadi keluh kesah dari para pekerja atas hubungan kerja syarat-syarat kerja dan keadaan
ketenagakerjaan akan diselesaikan dengan atasannya langsung di tingkat bagian atau departemen.
2. Apabila keluh kesah telah diselesaikan oleh atasan langsung namun masalah belum selesai, maka atasan
yang lebih tingi dapat membantu menyelesaikannya dengan di dampingi Perwakilan Anggota Serikat Pekerja
Nasional.
3. Apabila keluh kesah tersebut belum dapat diselesaikan, maka dapat diteruskan secara berjenjang ke bagian
Personalia untuk dimusyawarahkan bersama pengurus Serikat Pekerja Nasional.
4. Apabila setelah dibicarakan antara Management dengan Serikat Pekerja Nasional namun keluh kesah
tersebut tidak menemukan kesepakatan maka akan dilanjutkan ke pegawai perantara Dinas Ketenagakerjaan
Kabupaten Tangerang.

BAB XIII: PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)


Pasal 41: Jenis-Jenis Pemutusan Hubungan Kerja
Pemutusan hubungan kerja disebabkan oleh:
01. Pemutusan hubungan kerja dalam masa percobaan.
02. Pemutusan hubungan kerja karena pensiun.
03. Pemutusan hubungan kerja karena meninggal dunia.
04. Pemutusan hubungan kerja karena mengundurkan diri.
05. Pemutusan hubungan kerja karena pelanggaran.
06. Pemutusan hubungan kerja karena kesehatan pekerja.
07. Pemutusan hubungan kerja karena kegiatan produksi berkurang atau dihentikan seluruh atau sebagian
disebabkan kondisi perusahaan memburuk.

Pasal 42: Uang Pesangon


Ketentuan mengenai Uang pesangon:
1. Masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun = 1 bulan upah.
2. Masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 (dua) tahun = 2 bulan upah.
3. Masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 (tiga) tahun = 3 bulan upah.
4. Masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 (empat) tahun = 4 bulan upah.
5. Masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 (lima) tahun = 5 bulan upah.
6. Masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 (enam) tahun = 6 bulan upah.
7. Masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 (tujuh) tahun = 7 bulan upah.
8. Masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 (delapan) tahun = 8 bulan upah.
9. Masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 (sembilan) tahun = 9 bulan upah.
10. Masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih tetapi kurang dari 10 (sepuluh) tahun = 10 bulan upah.
11. Masa kerja 10 (sepuluh) tahun atau lebih tetapi kurang dari 11 (sebelas) tahun = 11 bulan upah.
12. Masa kerja 11 (sebelas) tahun atau lebih = 12 bulan upah.

21

Pasal 43: Uang Penghargaan Masa Kerja


Ketentuan mengenai Uang penghargaan masa kerja :
1. Masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 (enam) tahun = 2 bulan upah.
2. Masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 (sembilan) tahun = 3 bulan upah.
3. Masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 (dua belas) tahun = 4 bulan upah.
4. Masa kerja 12 (dua belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 (lima belas) tahun = 5 bulan upah.
5. Masa kerja 15 (lima belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 (delapan belas) tahun = 6 bulan upah.
6. Masa kerja 18 (delapan belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 (dua puluh satu) tahun = 7 bulan upah.
7. Masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 (dua puluh empat) tahun = 8 bulan upah.
8. Masa kerja 24 (dua puluh empat) tahun atau lebih tetapi = 10 bulan upah.

Pasal 44: Uang Pisah


Ketentuan mengenai Uang pisah :
1. Masa kerja tiga tahun atau lebih, tetapi kurang dari lima tahun = 2 bulan upah.
2. Masa kerja lima tahun atau lebih, tetapi kurang dari sepuluh tahun = 3 bulan upah.
3. Masa kerja sepuluh tahun atau lebih, tetapi kurang dari empat belas tahun = 4 bulan upah.
4. Masa kerja empat belas tahun atau lebih = 5 bulan upah.

Pasal 45: Pemutusan Hubungan Kerja dalam masa percobaan


01. dalah pemutusan hubungan kerja yang terjadi pada saat pekerja baru masih menjalani masa percobaan
selama dua bulan pertama. dalam masa ini kedua belah pihak dapat memutuskan hubungan kerja.
02. Dalam hal putus hubungan kerja terjadi dalam masa percobaan, maka pekerja berhak menerima upah
sampai dengan hari terakhir dimana pengusaha atau pekerja menyatakan putus hubungan kerja.

Pasal 46: Pemutusan Hubungan Kerja karena Pensiun


01. Pada dasarnya usia pensiun bagi pekerja adalah 55 (lima puluh lima) tahun sesuai dengan ketentuan pasal
14 ayat (1), UU No. 3/1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).
02. Pekerja yang telah memiliki masa kerja minimum 25 (dua puluh lima) tahun dapat diberhentikan dengan
hormat oleh perusahaan atau pensiun.
03. Bagi pekerja yang telah dipensiunkan, tetapi tenaga dan pikirannya masih dibutuhkan oleh perusahaan,
maka pekerja yang bersangkutan dapat dipekerjakan kembali, dengan dibuatkan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(PKWT) untuk jangka waktu paling lama 3 (Tiga) tahun.
04. Bagi Pekerja yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja karena mencapai usia pensiun seperti tersebut
pada ayat (2) pasal ini, diatur sesuai dengan ketentuan UU No. 13 Tahun 2003, pasal 167 yaitu :
a. Uang Pesangon yang besarnya 2 (dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2)
b. Uang Penghargaan Masa Kerja sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3).
c. Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4).
d. Uang gaji / upah bulan berjalan.
e. Uang pisah.
f. Surat Keterangan Kerja.

22

05. Untuk merealisasikan hak pensiun bagi pekerja, maka perlu diatur prosedur sebagai berikut :
a. Pengusaha melalui department personalia memberitahukan kepada pekerja bahwa yang bersangkutan telah
berhak atas pensiun minimal 1 (satu) tahun dimuka harus sudah diberitahukan kepada pekerja yang
bersangkutan.
b. Setelah memperoleh pemberitahuan dari pengusaha, pekerja mengisi formulir isian yang disediakan untuk
keperluan pensiun, di tandatangani oleh yang bersangkutan dan di ketahui oleh atasan langsung pekerja yang
bersangkutan.
c. Apabila Pengusaha belum melaksanakan tentang isi dari ayat 1 dan ayat 2 pasal ini, maka si Pekerja berhak
mengajukan hak pensiunnya ke Departemen personalia.
d. Paling lambat dalam waktu 1 bulan setelah tanggal penandatanganan formulir isian tersebut, pengusaha
harus merealisasikan kompensasi pensiun.
06. Sebagai dasar menghitung usia pekerja adalah tanggal, bulan dan tahun lahir pekerja yang tercantum dalam
buku regester perusahaan.
07. Seluruh pembayaran konpensasi dilakukan pada tanggal diakhirinya hubungan kerja.

Pasal 47: Pemutusan Hubungan Kerja karena Meninggal Dunia


01. Dalam hal pekerja meninggal dunia sebelum mencapai usia pensiun, atau masa kerjanya belum memenuhi
syarat pasal 46 ayat 1 (satu) PKB ini, maka kompensasi pesangon dan uang penghargaan yang diterimakan
kepada ahli waris pekerja diperhitungkan sesuai ketentuan UU No. 13/2003 pasal 166, ditambah uang pisah,
santunan sesuai undang-undang yang mengatur mengenai Jamsostek dan uang duka cita dari pengusaha dan
upah bulan berjalan.
02. Dalam hal pekerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja, maka selain uang pesangon dan uang
penghargaan, uang pisah, uang duka cita, seperti yang di maksud ayat 1 (satu) atau ayat 2 (dua) pasal ini,
pekerja juga berhak mendapat santunan kecelakaan kerja sesuai ketentuan yang berlaku.
03. Seluruh pembayaran konpensasi dilakukan pada tanggal diakhirinya hubungan kerja.

Pasal 48: Pemutusan Hubungan Keerja karena Mengundurkan Diri


01. Dalam hal atas kehendak sendiri pekerja mengundurkan diri dari perusahaan, maka pekerja tersebut harus
mengajukan secara tertulis surat permohonan mengundurkan diri di atas kertas bermeterai cukup, di
tandatangani dan di serahkan kepada departement personalia paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal
terakhir pengunduran diri tersebut dan tetap bekerja sampai dengan tanggal yang di tentukan dalam surat
permohonan pengunduran diri.
02. Pengunduran diri yang sesuai dengan prosedur dimaksud pada ayat 1 (satu) pasal ini, maka pengusaha
memberikan uang Penghargaan masa kerja sesuai pasal 43 PKB ini, penggantian hak sesuai ketentuan UU No.
13 Tahun 2003 Pasal 156 ayat 4 (empat) dan diberikan uang pisah yang besarnya sesuai pasal 44 PKB ini.
03. Pengunduran diri yang tidak sesuai prosedur dimaksud pada ayat 1 pasal ini, pengusaha memberikan uang
pisah sesuai pasal 44 PKB ini.
04. Seluruh pembayaran kompensasi dimaksud ayat 1, 2 pasal ini dilakukan pada tanggal diakhirinya hubungan
kerja.

Pasal 49: Pemutusan Hubungan Kerja karena pelanggaran


01. Pekerja yang melakukan kesalahan-kesalahan dengan terlebih dahulu diberikan surat peringatan, maka
pekerja dapat diputus hubungan kerja dengan mendapat kompensasi sesuai ketentuan UU No. 13/2003 pasal
161 ayat 3, yaitu uang pesangon 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat 2 (dua), uang penghargaan masa kerja
sebesar 1 (satu) kali ketentuan pasal 156 ayat 3 (tiga) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan pasal 156
ayat 4 (empat) dan uang pisah sesuai PKB Pasal 44.

23

02. Seluruh pembayaran konpensasi dilakukan pada tanggal diakhirinya hubungan kerja.

Pasal 50: Pemutusan Hubungan Kerja Karena Sakit Berkepanjangan


1. Apabila pekerja menderita sakit berkepanjangan dan menurut surat keterangan dokter tidak mampu
melakukan pekerjaannya maka ketentuan upah dibayar sebagai berikut:
a.6 bulan pertama 100% dari upah sebulan.
b.4 bulan berikutnya 75% dari upah sebulan.
c.2 bulan terakhir 60% dari upah sebulan.
2. Dalam hal sampai jangka waktu 1 (satu) tahun pekerja masih belum bisa melaksanakan kewajibannya untuk
bekerja, maka pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja setelah memberitahukan kepada yang
bersangkutan dan memusyawarahkan dengan Serikat Pekerja Nasional.
3. Pemutusan Hubungan Kerja sebagaimana diatur dalam ayat (2) dilakukan sesuai dengan ketentuan pasal 172
Undang-Undang 13 tahun 2003.

Pasal 51: Pemutusan hubungan kerja karena kegiatan produksi berkurang


atau dihentikan seluruh atau sebagian disebabkan kondisi perusahaan
memburuk
01. Dalam hal pemutusan hubungan kerja terpaksa harus dilakukan karena di kurangi sebagian atau
dihentikannya seluruh produksi sehubungan kondisi usaha yang memburuk, maka pemutusan hubungan kerja
terhadap pekerja dapat dilakukan dengan urutan prioritas sebagai berikut :
a. Pekerja yang diminta mengajukan permohonan pengunduran diri.
b. Pekerja yang dirumahkan.
c. Pekerja yang kondite kerjanya kurang baik
d. Pekerja yang karena kondisi kesehatannya tidak memungkinkan untuk bekerja.
e. Pekerja yang memiliki masa kerja paling pendek.
02. Kepada pekerja yang diputus hubungan kerjanya seperti dimaksud ayat 1 pasal ini, maka pekerja tersebut
berhak atas uang pesangon dan uang penghargaan yang besarnya 2 (dua) kali ketentuan UU No. 13/2003 pasal
156.
03. Upah sebagai dasar perhitungan pesangon, uang penghargaan, ganti kerugian dan uang pisah adalah upah
pokok dan tunjangan tetap.
04. Seluruh pembayaran konpensasi dilakukan pada tanggal diakhirinya hubungan kerja.

Pasal 52: Surat Keterangan Pengalaman Kerja (Paklaring)


1. Setiap pekerja yang putus hubungan kerja sebagaimana dimaksud pasal 45 s/d pasal 51 Perjanjian Kerja
Bersama ini berhak memperoleh surat keterangan pengalaman kerja atau rekomendasi dari pengusaha.
2. Surat Keterangan Pengalaman Kerja diberikan bersamaan pembayaran uang kompensasi.

BAB XVI: KETENTUAN PENUTUP


Pasal 53: Masa Berlakunya PKB
1. Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ini dinyatakan sah dan berlaku setelah ditandatangani oleh kedua belah
pihak, dan berlaku selama 2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal ______________ s.d. tanggal
___________________

24

2. Enam bulan sebelum berakhirnya Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ini kedua belah pihak sudah mengadakan
perbaikan pada bab, pasal, dan ayat yang dianggap perlu.
3. Apabila sampai masa berakhirnya masa berlaku Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ini kedua belah pihak
menyelesaikan perundingan PKB baru, maka kedua belah pihak membuat surat kesepakatan untuk
memperpanjang pemberlakuan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ini paling lam satu tahun dan dicatatkan kembali
pada Kantor Disnaker Kabupaten Tangerang.
4. Pencetakan buku Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ini ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan.

Pasal 54: Aturan Peralihan


1. Jika kemudian hari pengurus Serikat Kerja dan Perusahaan yang membuat hingga menanda tangani
perjanjian kerja bersama ini mengundurkan diri/ meninggal dunia maka Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ini tetap
berlaku untuk waktu yang telah disetujui/ disepakati.
2. Setelah terwujudnya Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ini, segala Peraturan Perusahaan yang bertentangan
dengan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ini dinyatakan tidak berlaku lagi.
3. Hal-hal yang belum diatur secara jelas dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ini akan dirundingkan antara
Serikat Pekerja Nasional (SPN) dengan Pengusaha.
4. Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ini tetap berlaku dan sah kecuali, apabila ketentuan-ketentuan dalam
Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ini dinyatakan tidak sah oleh pengadilan dan atau bertentangan dengan
undang-undang atau peraturan pemerintah baru di kemudian hari yang nilainya lebih rendah.
5. Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ini berlaku dan mengikat terhadap pekerja dan pengusaha.
6. Perusahaan menyediakan buku Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ini untuk dibagikan kepada seluruh pekerja
secepatnya setelah ditandatangani.

Pasal 55: Penutup


1. Apabila ada hal-hal yang belum tercantum atau belum sesuai di dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ini
akan diatur di kemudian hari melalui musyawarah antara kedua pihak, dengan memperhatikan ketentuanketentuan perundang-undangan yang berlaku, dan kemudian menjadi satu kesatuan utuh yang tidak dapat
terpisahkan dengan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ini.
2. Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ini dibuat dalam bahasa Indonesia, dan ditandatangani oleh kedua belah
pihak yang sama bunyinya dan mempunyai kekuatan hukum yang sama serta mengikat.

PERJANJIAN KERJA BERSAMA ANTARA PT. SARANA MEDITAMA


METROPOLITAN (RS OMNI MEDICAL CENTER) DENGAN SERIKAT PEKERJA
PT. SARANA MEDITAMA METROPOLITAN (RS OMNI MEDICAL CENTER)
BAB I : PIHAK-PIHAK YANG MEMBUAT PERJANJIAN KERJA BERSAMA
Pasal 1
1. PT. Sarana Meditama Metropolitan (RS Omni Medical Center) yang berdasarkan Akte Notaris Mina Ng., SH.,
MKn., No. 8 Tanggal 8 November 2010 dan surat ijin usaha HK.07.06/Ill/3384 beralamat Jl. Pulomas Barat VI No.
20 Jakarta Timur 13210 yang diwakili oleh:
1. Noersing, MBA selaku Presiden Direktur
2. Dr. G. A. Kusmiati, MARS selaku Direktur
3. Thiorida Elshen selaku Head of HRD
selanjutnya disebut pengusaha, dan

25

2. Serikat Pekerja PT Sarana Meditama Metropolitan (RS. Omni Medical Center) yang telah terdaftar di kantor
Sudinakertrans Kodya Jakarta Timur dengan nomor bukti pencatatan 448/l\/fP/Ill/2004 tanggal 31 Maret 2004
beralamat di JI. Pulomas Barat VI No. 20 Jakarta Timur 13210 yang diwakili oleh:
1. Sofian Hardi selaku Ketua Umum SP
2. Hendra selaku Wakil Ketua I
3. Merwan Eiendi selaku Wakil Ketua ll
selanjutnya disebut Serikat Pekerja yang mewakili anggota-anggotanya.

BAB II : PENGERTIAN UMUM


Pasal 2 : Pengertian Umum
1.Perjanjian Kerja Bersama adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara Serikat Pekerja yang
tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan Perusahaan yang memuat
syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak.
2.Perusahaan adalah PT Sarana Meditama Metropolitan (RS Omni Medical Center) yang bergerak dalam usaha
sosial menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan ijin penyelenggaraan berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. HK. 07.06/Ill/3384 tanggal 23 September 2008 tentang lzin Penyelenggaraan
Rumah Sakit kepada PT. Sarana Meditama Metropolitan.
3.Pengusaha orang yang memimpin dan menjalankan perusahaan, yaitu Direksi atau pejabat Perusahaan yang
karena tugas dan tanggung jawabnya ditunjuk dan diberikan wewenang untuk mewakili dan bertindak untuk dan
atas nama Perusahaan.
4.Serikat Pekerja adalah Serikat Pekerja PT. Sarana Meditama Metropolitan (RS. Omni Medical Center) dan
badan-badan usaha yang bernaung di bawahnya, yang mewakili seluruh karyawan Perusanaan, telah tercatat
pada kantor Sudinakertrans Kodya Jakarta Timur dengan nomor bukti pencatatan 448/IV/P/Ill/2004 tanggal 31
Maret 2004 yang bertujuan memberi perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan, serta meningkatkan
kesejanteraan yang layak bagi Pekerja dan keluarganya serta berkewajiban menjaga anggota serikat untuk
menjalankan dan mendukung pelaksanaan tugasnya.
5.Pimpinan Perusahaan adalah yang karena jabatannya, mempunyai tugas memimpin Perusahaan/Bagian
Departemen/Unit Kerja atau yang disamakan dengan itu dan mempunyai wewenang mewakili Perusahaan baik
ke dalam maupun ke luar.
6.Atasan langsung adalah yang karena jabatannya, mempunyai tanggung jawab membina, memberi arahan dan
mengawasi secara langsung pekerja di bagian/departemen/unit kerja.
7.Pekerjaan adalah kegiatan yang dijalankan oleh Pekerja untuk kepentingan Perusahaan dalam suatu
hubungan kerja dengan mendapatkan imbalan berupa upah/gaji atau imbalan dalam bentuk selain uang, dimana
kegiatan dimaksud tercantum dalam Job Description.
8.Pekerja adalah setiap orang yang terikat secara formal dalam hubungan kerja dengan Perusahaan dan oleh
karenanya menerima imbalan sesuai dengan ketentuan Perusahaan.
9.Jenjang kepangkatan/posisi/level adalah nama-nama kepangkatan yang berlaku dan ditetapkan berdasarkan
sifat jenis pekerjaan dan bobot tanggung jawab yang dibebankan Perusahaan serta minimal pendidikan dan
pengalaman yang dibutuhkan.
10.Klien adalah orang atau pihak ketiga (Supplier, Rekanan,dll) yang memiliki keterikatan hubungan dengan
Perusahaan akibat adanya Surat Perjanjian Kerja, Surat Pemesanan Barang, Pembelian dll.
11.Keluarga Pekerja adalah orang yang sepenuhnya menjadi tanggungan Pekerja yaitu :
- Satu orang istri yang sah

26

- Anak-anak yang sah berdasarkan akte lahir, Kartu Keluarga dan terdaftar di BSDM, sebanyaknya 3 orang anak
pertama, berusia maksimai 21 tahun dan belum menikah atau belum berpenghasilan/bekerja.
12.Ahli Waris adalah keluarga dan atau Orang Tua yang ditunjuk Pekerja Secara tertulis untuk menerima
pembayaran yang timbul dari adanya klaim karena kematian. Dalam hal tidak ada penunjukkan ahli warisnya,
maka hal tersebut diatur menurut hukum yang berlaku.
13.Waktu Kerja adalah waktu kerja yang ditetapkan Perusahaan untuk melakukan Pekerjaan sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepada Pekerja dengan memperhatikan ketentuan Ketenagakerjaan yang
berlaku.
14.Hari kerja di Rumah Sakit adalah 24 jam Sehari, 365 hari Setahun.
15.Kerja Lembur adalan kerja yang dilakukan Pekerja yang melebini jam Kerja yang telah ditetapkan bagi
Pekerja atau yang ditetapkan sebagai kerja lembur berdasarkan ketentuan berdasarkan kesepakatan bersama.
Kerja lembur harus ada surat perintah sebelumnya secara tertulis dari atasan langsung yang disetujui Bagian
S.D.M.
16.Hari Istirahat Mingguan adalah hari diluar hari kerja yang telah ditentukan.
17.Hari Libur Resmi adalah hari-hari besar dimana Pekerja tidak diwajibkan untuk bekerja sesuai dengan
Ketetapan Pemerintah Rl kecuali bagi Pekerja apabila karena tugasnya shift kerja harus menjalankan tugas.
18.Upah adalah hak Pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari
pengusaha atau pemberi kerja kepada Pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian
kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, yang terdiri dari Upah Pokok (tidak termasuk
tunjangan yang bersifat tidak tetap).
19.Tempat Kerja
Tempat kerja adalah :
(i) semua gedung / ruangan / halaman kantor dan keseiuruhan tempat yang berada di bawah penguasaan
Perusahaan, termasuk halamannya yang dipergunakan untuk menunjang segala kegiatan usaha Perusahaan.
(ii) tempat kerja / kantor operasional Serta tempat kerja milik instansi negara maupun swasta tempat Pekerja
ditugaskan untuk bekerja menjalankan Pekerjaannya.

Pasal 3 : Maksud Dan Tujuan


1.Secara umum Perjanjian Kerja Bersama ini memuat ketentuan, syarat-syarat kerja dan tata tertib Perusahaan
sebagai pedoman bagi Pekerja dan Perusahaan dalam semua aspek hubungan kerja, sehingga tidak akan
terjadi kesenjangan dalam melaksanakan hubungan kerja.
2.Perjanjian Kerja Bersama digunakan sebagai pegangan dan pedoman bagi Pekerja dan Perusahaan yang
mengatur hak dan kewajiban masing-masing pihak demi terwujudnya kedamaian dan hubungan kerja yang
selaras, dan untuk meningkatkan produktivitas.

Pasal 4 : Luasnya Kesepakatan


1.Perusahaan dan Serikat Pekerja mengakui bahwa perjanjian ini berlaku bagi seluruh Pekerja di lingkungan
Perusahaan.
2.Perusahaan dan Serikat Pekerja mengakui bahwa kesepakatan ini terbatas dan hanya berlaku untuk hal-hal
yang diatur dalam pasal-pasal Perjanjian Kerja Bersama dengan pengertian akan tetap mengindahkan hak-hak
masing-masing pihak dengan mengindahkan ketentuan perundangan yang berlaku.
3.Pedoman dan disiplin kerja yang berlaku dan peraturan-peraturan tambahan Iainnya yang akan dibuat oleh
kedua belah pihak di masa akan datang diberlakukan sepanjang hak tersebut tidak bertentangan dengan
Perjanjian Kerja Bersama ini serta ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

27

Pasal 5 : Kewajiban Pihak - Pihak


1.Perusahaan dan Serikat Pekerja berkewajiban untuk menjelaskan kepada anggotanya untuk diketahui dan
melaksanakan isi Perjanjian Kerja Bersama tersebut kepada seluruh Pekerja.
2.Perusahaan dan Serikat Pekerja berkewajiban untuk mentaati isi Perjanjian Kerja Bersama dan menertibkan
anggotanya serta dapat menegur apabila tidak mengindahkan isi Perjanjian Kerja Bersama ini.

Pasal 6 : Tanggung Jawab Perusahaan


1.Memberikan imbalan yang layak sesuai dengan kompetensi pekerja dan kontribusi, jasa dan prestasi yang
diberikan Pekerja kepada Perusahaan dengan mempertimbangkan kemampuan Perusahaan.
2.Mentaati dan melaksanakan Perjanjian Kerja Bersama dan peraturan perundangan yang berlaku di bidang
ketenagakerjaan.
3.Meningkatkan kualitas sumber daya manusia Perusahaan.
4.Memperhatikan perlindungan dan keselamatan kerja bagi Pekerja.

Pasal 7 : Tanggung Jawab Pekerja


1.Pekerja bertanggung jawab mentaati Perjanjian Kerja Bersama dan tata tertib dalam menjalankan tugas yang
menjadi tanggung jawabnya serta tetap memelihara kerja sama dengan sesama Pekerja dalam melaksanakan
tugas, dan menjaga nama baik Perusahaan serta bertanggungjawab untuk melaksanakan perintah/Pekerjaan
yang diberikan oleh Perusahaan kepadanya dengan sebaik-baiknya dengan penyelesaian pekerjaan yang tepat
waktu.
2.Pekerja bertanggung jawab meningkatkan kemampuan, kompetensi, produktivitas dan kinerjanya termasuk
meningkatkan kualitas hasil kerja dan kecepatan bekerjanya.
3.Pekerja bertanggung jawab menjaga citra serta martabatnya sebagai profesional, menjaga etika, kesopanan,
kerapian, dan komunikasi yang baik kepada semua pihak, baik di dalam Perusahaan, di klien maupun dengan
pihak luar.
4.Pekerja bertanggung jawab untuk tidak melakukan tindakan (termasuk mengeluarkan ucapan) yang dapat
menimbutkan citra negatif bagi Perusahaan, baik sengaja maupun tidak.
5.Pekerja bertanggung jawab menjaga kerahasiaan informasi klien dan informasi Perusahaan, baik mengenai
keuangan maupun segala informasi yang diperoleh sehubungan dengan tugas profesinya maupun karena
pergaulan di Perusahaan maupun di klien.
6.Pekerja bertanggung jawab untuk menjaga dan melindungi hak cipta/hak atas kekayaan intelektual milik
Perusahaan.
7.Pekerja bertanggung jawab untuk memelihara dan menjaga barang-barang termasuk kekayaan intelektual
milik Perusahaan dan milik klien yang digunakan atau dipercayakan kepadanya dan tidak memanfaatkannya
untuk kepentingan diri sendiri dan/atau pihak ketiga.
8.Pekerja harus bersikap komunikatif dalam bekerja dan responsif, membuat dirinya mudah untuk dihubungi,
untuk keperluan pekerjaan, oleh atasan langsung, atasan tidak Iangsung, rekan sekerja, bawahan dan oleh klien.
9.Pekerja bertanggung jawab untuk memelihara dan memajukan Perusahaan, antara lain melalui pemberian
saran-saran yang konstruktif.
10.Pekerja bertanggung jawab untuk menghormati pimpinan dan sesama pekerja serta selalu berusaha
bertingkah laku sesuai dengan norma dan etika pergaulan yang berlaku di lingkungan masyarakat.
11.Pekerja bertanggung jawab memahami dengan benar ketentuan-ketentuan dalam Perjanjian Kerja Bersama.

28

Pasal 8 : Pengakuan Hak - Hak Perusahaan dan Serikat Pekerja


1.Perusahan mengakui Serikat Pekerja PT. Sarana Meditama Metropolitan (RS. Omni Medical Center) sebagai
Serikat Pekerja yang sah dalam Perusahaan, dengan demikian mewakili seluruh anggota Serikat Pekerja, baik
secara perseorangan maupun secara bersama-sama dalam masalah ketenagakerjaan atau dalam hal-hal yang
berhubungan dengan hubungan kerja dan syarat-syarat bagi para Pekerja dalam hubungan industrial.
2.Serikat Pekerja mengakui bahwa pengusaha mempunyai wewenang mengatur dan mengelola jalannya
Perusahaan.
3.Bahwa yang boleh menjadi pengurus Serikat Pekerja RS. Omni Medical Center adalah Pekerja dengan jabatan
supervisor kebawah, sedangkan untuk jabatan Asst. Manager keatas tidak diperbolehkan menjadi pengurus
Serikat Pekerja PT. Sarana Meditama Metropolitan (RS. Omni Medical Center) mengingat tanggung jawab
pekerjaannya serta mencegah timbulnya pertentangan kepentingan.
4.Pengusaha tidak akan melakukan tekanan baik langsung maupun tidak langsung terhadap Pekerja yang
terpilih menjadl pengurus Serikat Pekerja atau perlakuan diskriminatif serta tindakan balasan lainnya yang
berhubungan dengan fungsi dan keanggotaannya dalam Serikat Pekerja.
5.Serikat Pekerja sepenuhnya memberikan bantuan terhadap pimpinan Perusahaan dalam membina, mengatur
dan menertibkan para pekerja demi tercapainya ketenangan kerja dan kelangsungan usaha.
Dalam menjalankan tugasnya masing-masing, Serikat Pekerja dan Pengusaha berusaha menghindari tindakantindakan yang dapat merugikan masing-masing pihak.

Pasal 9 : Bantuan dan Fasilitas Bagi Serikat Pekerja


1.Pengusaha dapat memberikan ijin kepada Pengurus Serikat Pekerja dalam menjalankan tugas Serikat Pekerja
untuk meninggalkan Pekerjaan dengan memperoleh upah dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis
dari Direksi.
2.Pengusaha dapat memberikan fasilitas kepada Pekerja yang menjabat sebagai pengurus untuk menghadiri
kursus, seminar dan hal-hal Iain yang berhubungan dengan kegiatan Serikat Pekerja dengan memperoleh upah
dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis dari Direksi.
3.Pengusaha dapat memberikan bantuan ruangan kantor untuk Serikat Pekerja dan papan pengumuman guna
menempeikan pengumuman kegiatan-kegiatan dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis dari
Direksi.

BAB III : HUBUNGAN KERJA


Pasai 10 : Penerimaan Pekerja
Untuk kelancaran usaha Perusahaan, Serikat Pekerja mengakui bahwa penerimaan Pekerja merupakan hak
Perusahaan yang pemenuhannya berdasarkan atas kebutuhan Perusahaan serta sepenuhnya menjadi
wewenang Perusahaan.

Pasal 11 : Syarat-syarat Pekerja


1.Setiap Warga Negara Indonesia mempunyai kesempatan yang sama untuk dapat diterima sebagai Pekerja
perusahaan tanpa membedakan suku, agama dan ras apabila telah memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan oleh Perusahaan.
2.Persyaratan umum penerimaan Pekerja adalah :
1. Lulus seleksi yang diselenggarakan Perusahaan.
2. Berusia minimal 18 (delapan belas) tahun pada saat penerimaan.
3. Sehat jasmani (yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter) dan sehat rohani.

29

4. Memenuhi tuntutan persyaratan jabatan / jenjang / posisi / level pada saat penerimaan.
5. Menandatangani surat pernyataan untuk mematuhi segala ketentuan-ketentuan dan peraturan tata tertib yang
berlaku di Perusahaan.
6. Tidak tertibat dalam kegiatan / keanggotaan dari partai/organisasi terlarang.
7. Tidak terikat dalam hubungan kerja dengan pihak yang lain.
8. Memberikan keterangan palsu sehubungan dengan informasi mengenai data

Pasal 12 : Masa Percobaan


1.Semua calon Pekerja dengan kesepakatan kerja untuk waktu tidak tertentu harus menjalani masa percobaan
paling lama 6 (enam) bulan dengan pemberitahuan secara tertulis.
2.Selama masa percobaan, Perusahaan berhak untuk memutuskan hubungan kerja sewaktu-waktu, dengan
pemberitahuan 1 (satu) hari sebelumnya.
3.Pekerja yang Iulus masa percobaan diangkat menjadi Pekerja tetap dan masa kerjanya dihitung sejak hari
pertama yang bersangkutan menjalani masa percobaan.
4.Apabila di kemudian hari Pekerja yang telah diangkat menjadi Pekerja tetap ternyata terbukti memberikan
keterangan palsu, maka Perusahaan dapat melakukan tindakan pemutusan hubungan kerja dan dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Pasal 13 : Status Pekerja


Berdasarkan pada sifat dan jangka waktu hubungan kerja yang ada, Pekerja terbagi atas 3 (tiga) status
kepegawaian, yaitu:
1.Pekerja Tetap
Pekerja yang telah memenuhi syarat dapat diangkat menjadi Pekerja tetap berdasarkan Surat Keputusan Direksi
dan terikat pada hubungan kerja dengan Perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu.
2.Pekerja dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu/Pekerja Tidak Tetap.
a.Perjanjian Kerja Waktu Tertentu adalah Pekerja yang terikat pada hubungan kerja untuk waktu tertentu atas
dasar kesepakatan dua belah pihak dengan berpedoman pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
b.Dalam perjanjian kerja waktu tertentu tidak boleh disyaratkan adanya masa percobaan.
c.Perjanjian kerja waktu tertentu dapat diperpanjang atau diperbaharui.
d.Perjanjian kerja waktu tertentu yang didasarkan atas jangka waktu tertentu dapat diadakan untuk paling lama 2
(dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.
e.Pengusaha yang bermaksud mamperpanjang perjanjian kontrak kerja tersebut, paling lama 7 (tujuh) hari
sebelum perjanjian kerja waktu tertentu berakhir telah memberitahukan maksudnya secara tertulis kepada
Pekerja yang bersangkutan.
f.Pembaharuan perjanjian kerja waktu tertentu hanya dapat diadakan setelah melebihi masa tenggang waktu 30
(tiga puluh) hari berakhirnya perjanjian kerja waktu tertentu yang lama, pembaharuan perjanjian kerja waktu
tertentu ini hanya boleh dilakukan 1 (satu) kali dan paling lama 2 tahun.
g.Perjanjian Kerja untuk waktu tertentu dibuat rangkap 2 (dua) yang mempunyai kekuatan hukum yang sama,
SSITE Pekerja dan Perusahaan masing-masing mendapat 1 (satu) perjanjian kerja.
h.Pada penandatanganan kontrak kerja berikutnya, Pekerja dapat mengusulkan kondisi perjanjian kerja waktu
tertentu yang baru.

30

Pasal 14 : Tingkat/Golongan Karyawan


Jenjang kepangkatan/posisi/level adalah nama-nama kepangkatan yang berlaku yang terdiri atas (dari tertinggi
ke yang lebih rendah):
1.Golongan Direksi
Direktur
2.Golongan Senior Management
Wakil Direktur
3.Golongan Manager
Kepala Bagian / Manager
4.Golongan Supervisor
Wakil Kepala Bagian
Kepala Ruangan
Kepala Unit
5.Golongan Support Staff
Koordinator
Staff/ Pelaksana

PasaI 15 : Promosi
1.Perusahaan memberikan kepada setiap Pekerja kesempatan yang sama untuk mengembangkan karir dalam
Perusahaan termasuk untuk memperoleh promosi sesuai dengan kompetensi (teknis dan non teknis/soft skill),
kedisiplinan, kerjasama dalam tim, kematangan, sikap dan kinerjanya. Promosi juga mempertimbangkan kondisi
usaha dan kemampuan Perusahaan pada saat ini maupun prakiraan kinerja Perusahaan di masa depan serta
mempertimbangkan kemampuan dan kebutuhan untuk menambah posisi dan atau adanya/tidak adanya posisi
kosong yang perlu diisi.
2.Promosi adalah kesempatan yang diberikan secara terbuka kepada Pekerja untuk dapat memperlihatkan
prestasi kerja dalam jabatannya yang terakhir bahwa mereka mempunyai kecakapan yang cukup, kemampuan
dan rasa tanggung jawab untuk dapat dipertimbangkan menduduki jabatan/pangkat dengan tanggung jawab
yang lebih besar atau lebih tinggi.
3.Promosi dilaksanakan berdasarkan asas terbuka, bebas, obyektif, serta adil tanpa diskriminasi.
4.Promosi tidak dapat dilakukan untuk Pekerja yang mendapat surat peringatan pada periode penilaian atau
masih berlaku.
5.Pekerja yang dipromosikan akan dikenakan masa acting selama maksimal 1 (satu) tahun. Yang dimaksud
dengan masa acting adalah kurun waktu dimana seorang pekerja ditunjuk untuk menjadi pejabat sementara
diposisi tertentu yang lebih tinggi dari posisi sebelumnya. Adapun ketentuan lain yang menyangkut promosi
dimaksud akan diatur dengan ketentuan tersendiri.

Pasal 16 : Mutasi / Pengalihan Tugas / Rotasi


1.Perusahaan berwenang mengangkat, menempatkan atau mengalih tugaskan atau merotasi pekerja dari satu
jabatan ke jabatan lain di dalam lingkungan Perusahaan. Definisi lingkungan perusahaan akan diatur dengan
Surat Keputusan Direksi.
2.Mutasi Pekerja baik yang bersifat sementara maupun tetap, dapat dilaksanakan dengan alasan antara lain
sebagai berikut :
a.Karena berkurangnya suatu Pekerjaan pada suatu bagian atau bertambahnya Pekerjaan pada bagian Iain.
b.Atas anjuran dokter sesuai dengan kondisi/mental dan fisik Pekerja.
c.Pekerja dinilai oleh Perusahaan tidak sesuai untuk tetap dipekerjakan di tempat/bagian semula.
d.Karena hal-hal lain yang merupakan kebijaksanaan Perusahaan.
3.Mutasi tidak mengurangi hak atas upah, masa kerja dan fasilitas Iainnya kecuali fasilitas dan tunjangan tertentu
yang diatur berbeda menurut ketentuan yang berlaku di tempat kerja baru.

31

4.Mutasi Pekerja dari satu bagian ke bagian lain atau dari satu lokasi ke lokasi lain dalam lingkungan
Perusahaan, dilakukan selain berdasarkan pertimbangan kriteria di atas juga dengan memperhatikan evaluasi
atas kompetensi dan rekomendasi atasan dan kinerja Pekerja yang bersangkutan.
5.Manajemen berhak untuk melakukan mutasi di luar ketentuan di atas, jika mengetahui adanya potensi conflict
of interest yang dapat mengganggu kinerja Pekerja maupun Perusahaan yang dapat ditimbulkan antara lain
akibat adanya hubungan keluarga/ikatan darah diantara Pekerja (misal kakak-adik; menantu-mertua; suami-istri;
orang tua-anak).
6.Pekerja tidak berhak untuk menolak keputusan Perusahaan atas penempatan dan pemindahan dirinya di
dalam lingkungan Perusahaan sebagaimana telah ditentukan dalam peraturan/kebijakan Perusahaan.
7.Penolakan terhadap mutasi dapat dijadikan dasar pemberian Surat peringatan terakhir atau pemutusan
hubungan kerja dengan tetap mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8.Pekerja dapat mengajukan permohonan mutasi dan untuk selanjutnya akan dipertimbangkan Perusahaan
sesuai dengan kebutuhan Perusahaan serta kinerja Pekerja yang bersangkutan.

Pasal 17 : Demosi
1.Demosi adalah pemindahan Pekerja dari satu posisi/jabatan ke posisi/jabatan lain yang Iebih rendah kepada
seorang Pekerja dengan upah pokok tidak mengalami perubahan tetapi fasilitas dan tunjangan lain akan
berubah mengikuti posisi baru. Demosi dilakukan berdasarkan pertimbangan antara Iain:
a. Kesalahan / kelalaian Pekerja
b. Hasil kinerja Pekerja dinilai oleh Perusahaan tidak memuaskan
2.Pemberian demosi dilakukan oleh Direksi seteiah mendapat laporan tertulis dari atasan langsung Pekerja yang
bersangkutan.

BAB IV : HARI KERJA, WAKTU KERJA DAN LEMBUR


Pasal 18 : Waktu Kerja
1.Waktu Kerja Pekerja 40 (empat puluh) jam seminggu atau 173 (seratus tujuh puluh tiga jam) jam per bulan
tidak termasuk waktu istirahat.
2.Ketentuan Waktu Kerja:
a. Waktu kerja non Shift 5 hari kerja 8 jam/hari :
Senin s/d Jumat : pukul 08.00 - 17.00
lstirahat : pukul 12.00-13.00
b. Waktu kerja Shift 6 hari kerja 7 jam/hari:
Shift I : pukul 07.00-14.30
Shift II : pukul13.30-21.00
lstirahat : 30 menit
Shift III : pukul 20.30-07.30
lstirahat : 60 menit (1 jam)
Sebagai kompensasi maka bagi Pekerja yang bekerja pada Shift III (jaga malam) mendapat:
a. Tunjangan jaga malam
b. Makanan tambahan (makanan ekstra)

32

c. Jadwal waktu kerja yang diluar ayat 2 butir a dan b pasal ini yang selama ini telah berjalan tetap berlaku
(jadwal jam kerja terlampir).
d. Waktu kerja tersebut dapat diubah dengan mempertimbangkan kelaziman mengenai waktu kerja sesuai sifat
usaha Perusahaan dan kebutuhan Perusahaan.
3.Pekerja dapat mengikuti waktu kerja klien dengan izin dari Pimpinan Perusahaan yang bertanggung jawab
memimpin tim penugasan pemberian jasa (engagement team) bagi klien tersebut.
4.Pekerja wajib memanfaatkan waktu kerja secara efektif dan produktif bagi Perusahaan. Pekerja harus secara
proaktif melaporkan penugasan (assignment) kepada atasan langsung atau atasan tidak langsung di bagian
masing-masing dalam hal penugasannya sudah selesai dan belum ada penugasan lainnya (atau disebut sebagai
dalam kondisi unassigned).
5.Waktu kerja tidak dapat dipakai untuk melakukan aktivitas diluar kepentingan Perusahaan tanpa izin atasan
langsung.
6.Bagi Pekerja yang mempunyai sifat Pekerjaan yang khusus (seperti: Pekeria bagian keamanan, operator
telepon, Sales / Marketing, pengemudi, pelayan, ekspedisi dan lain-lain), ketentuan waktu kerjanya akan diatur
dengan ketentuan tersendiri tergantung pada kepentingan dan tingkat urgensinya di Perusahaan dengan
berpedoman kepada perundangan yang berlaku.
7.Dalam hal Pekerja ditugaskan untuk bekerja di tempat selain tempat kerja, Pekerja wajib mendapat izin tertulis
dari atasan atau diatur sesuai dengan kondisi unit kerja/proyek masing-masing.
8.Perusahaan memberikan kesempatan kepada karyawan yang nendak melakukan sholat Jumat ketempat
sholat yang terdekat dan dengan sepengetahuan atasannya, dari pukul 11.30 WIB dan sudah harus kembali
selambatnya pukul 13.30 WIB.
9.Perusahaan dapat mempekerjakan Pekerja untuk bekerja pada hari-hari libur resmi dengan mendapatkan
upah lembur atau diganti hari iain. Ketentuan ini tidak berlaku bagi Pekerja yang sedang berdinas pada hari libur
resmi tersebut.

Pasal 19 : Kerja Lembur


1.Kerja lembur adalah Pekerjaan yang dilakukan secara efektif oleh Pekerja di luar waktu kerja yang ditetapkan
oleh Perusahaan, atau yang dilakukan pada hari libur resmi. Pekerja selain yang dimaksud pada pasal 20 Ayat 4
dan 5 yang bekerja lembur akan diberi upah lembur.
2.Pekerja yang melaksanakan tugasnya melebihi jam kerjanya sebulan merupakan kelebihan jam kerja yang
berlaku, hal tersebut akan diperhitungkan sebagai kerja lembur. Dengan mendapatkan upah lembur.
3.Pada prinsipnya kerja lembur tidak dianjurkan oleh Perusahaan karena Pekerja didorong untuk menyelesaikan
tugasnya pada jam kerjanya berdasarkan efisiensi kerja yang telah ditetapkan, kecuali:
a. Keadaan darurat bilamana Pekerjaan tersebut tidak segera diselesaikan akan membahayakan keselamatan
jiwa pasien, kerugian bagi Perusahaan atau mengganggu kelancaran jalannya roda Perusahaan.
b. Pekerjaan yang harus diselesaikan dengan segera berdasarkan perintan atasan yang berwenang.
c. Pekerjaan yang sifatnya tidak dapat ditunda karena petugas pengganti tidak hadir.
4.Untuk bagian tertentu yang berkerja dengan sistem 3 (tiga) shift jam lemburnya dihitung setelah jumlah jam
kerja satu bulan melebihi jumlah hari kerja bulan berjalan x 7 (tujuh) jam.

Pasal 20 : Upah Kerja Lembur


1. Pekerja yang berhak atas uang lembur adalah mereka yang melakukan kerja lembur atas perintah atau
dengan sepengetahuan atasan langsung dalam bentuk Surat perintah lembur yang disetujui Bagian S.D.M.
2. Bilamana Pekerja karena suatu hal yang masuk akal tidak dapat melaksanakan kerja lembur maka alasan
tersebut harus diajukan pada atasan langsung sebelum jam kerja selesai.

33

3. Kerja lembur dilaksanakan atas perintah dari atasan yang berwenang sebelum Pekerjaan dilakukan dengan
melengkapi Surat perintah kerja lembur.
4. Bagi Karyawan dengan jabatan mulai dari sebagai koordinator ke atas tidak diberikan uang lembur mengingat
tanggung jawab Pekerjaannya.
5. Upah lembur tidak diberikan kepada Pekerja yang tengah menjalani pelatihan apabila pelatihan tersebut
dilakukan di luar waktu kerja.
6. Perhitungan Upah Kerja Lembur dibuat sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja No:
Kep.102/Men/Vl/2004. Cara perhitungan Upah Kerja Lembur adalah sebagai berikut:
a. Apabila jam kerja lembur dilakukan pada hari biasa :

Upah jam kerja lembur pertama harus dibayar sebesar 1,5 (satu setengah) kali upah sejam.
Untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar sebesar 2 (dua) kali upah sejam.

b. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan atau hari raya resmi :

Untuk setiap jam dalam batas 7 (tujuh) jam atau 5 (lima) jam apabila hari raya tersebut jatuh pada hari

kerja terpendek pada salah satu hari dalam 6 (enam) hari kerja seminggu, harus dibayar upah 2 (dua)
kali upah sejam.
Untuk jam kerja pertama selebihnya 7 (tujuh) jam atau 5 (lima) jam apabila hari raya tersebut jatuh pada
hari kerja terpendek pada salah satu hari dalam 6 (enam) hari kerja seminggu, harus dibayar upah
sebesar 3 (tiga) Kali upah sejam.

Untuk jam kerja kedua setelah 7 (tujuh) jam atau 5 (lima) jam apabila hari raya tersebut jatuh pada hari
kerja terpendek pada salah satu hari dalam 6 (enam) hari kerja seminggu dan seterusnya, harus
dibayar upah sebesar 4 (empat) kali upah sejam.

c. Perhitungan upah sejam adalah sebagai berikut :


- Upah sejam bagi Pekerja bulanan : 1 / 173 upah sebulan

BAB V : PEMBEBASAN DARI KEWAJIBAN UNTUK PEKERJA


Pasal 21 : lstirahat Mingguan
1. Diberikan 1 hari dalam seminggu kepada Pekerja yang bekerja 3 (tiga) shift.
2. Diberikan 2 hari dalam seminggu kepada Pekerja yang bekerja 5 hari dalam seminggu.
3. Diberikan 3 hari dalam seminggu kepada Pekerja yang bekerja 12 jam per hari (khusus dokter jaga).

Pasal 22 : Cuti
Pada dasarnya Perusahaan mendorong Pekerja untuk menggunakan hak cutinya, agar kesegaran jasmani dan
rohani Pekerja tetap terjaga. Oleh karena itu Perusahaan mengatur pemberian cuti tahunan sebagai berikut:
1.Pekerja yang telah bertugas sebagai Pekerja tetap yang telah menjalani masa kerja selama 12 bulan berturutturut dengan memenuhi jam kerja 40 jam per minggu, maka berhak atas cuti/istirahat tahunan sebagai berikut:
a. Bagi Pekerja Tetap yang bekerja 3-4 hari dalam seminggu atau 12 jam per hari akan mendapat cuti selama 12
hari kerja.
b. Bagi Pekerja Tetap yang bekerja 5 hari dalam seminggu akan mendapat cuti selama 16 hari kerja.
c. Bagi Pekerja Tetap yang bekerja 6 hari dalam seminggu akan mendapat cuti selama 18 hari kerja.
2.Bagi Pekerja yang menjalani cuti tetap mendapatkan upah.

34

3.Setiap hari libur resmi (libur nasional) yang jatuh pada hari ketika Pekerja menjalani cuti dianggap tidak
menjadi bagian hari cuti.
4.Jumlah hari izin, yaitu izin tidak masuk kerja baik secara tertulis atau telepon, izin sakit tanpa surat keterangan
dokter maksimal 1 (satu) hari dan izin meninggalkan tugas Pekerjaan, akan diperhitungkan dengan jumlah hari
hak cutinya.
5.ljin tidak masuk bekerja lebih dari 4 jam akan dihitung sebagai cuti 1 hari.
6.Tata Cara pengambilan cuti tahunan:
a.Cuti tahunan dapat diambil oleh Pekerja Tetap setelah hak cutinya diperoleh berdasarkan peraturan yang
berlaku, dimana hak cuti ini boleh diambil selama kurun waktu 15 (lima belas) bulan terhitung saat hak cutinya
berlaku. Apabila dalam kurun waktu tersebut hak cuti tidak dipergunakan, maka hak cuti tersebut akan dianggap
hangus dan tidak dapat diganti dengan uang.
b.Pekerja yang akan mengambil cuti harus memperoleh izin tertulis dari atasan langsung, pengajuannya 10
(sepuluh) hari sebelum menjalankan cuti dan diserahkan pada Bagian SDM.
c.Pada prinsipnya Perusahaan berhak mengatur hari-hari cuti Pekerja dalam tahun takwim, demi menjamin
kelangsungan operasional Perusahaan dan sehubungan dengan sifat usaha Perusahaan yang tingkat
kesibukannya tidak sama sepanjang tahun. Pada saat Pekerja mempunyai kepentingan yang mengharuskan
Pekerja yang bersangkutan mengambil cuti maka hendaknya Pekerja membicarakan rencana cuti dengan
atasan langsung sedini mungkin agar dapat diatur jadwal cuti yang memuaskan keinginan Pekerja maupun
kepentingan Perusahaan. Keinginan Pekerja dan kepentingan Perusahaan akan dipertimbangkan oleh atasan
langsung dalam menyetujui permohonan cuti. Atas penimbangan operasional, atasan langsung dapat meminta
Pekerja untuk mengubah tanggal cutinya, permohonan cuti harus diajukan secara tertulis dengan menggunakan
formulir cuti. Formulir asli yang diisi lengkap dengan mencantumkan hak atau sisa hak cuti Pekerja sesuai
dengan catatan Perusahaan, harus dimintakan tanda tangan kepada Pimpinan Perusahaan sebagai persetujuan.
Asli dari permohonan yang sudah disetujui harus dikirim ke Bagian Sumber Daya Manusia.
d.Apabila karena satu atau lain hal cuti yang sudah disetujui Pimpinan Perusahaan tidak jadi diambil, Pekerja
wajib memberitahukan kepada Bagian Sumber Daya Manusia. Jika tidak maka Pekerja dianggap menjalankan
cuti yang telah disetujui.
e.Apabila Pekerja kehilangan hak cuti tahunan yang disebabkan oleh tugasnya yang dinyatakan secara tertulis
oleh atasan langsung (penundaan minimal 2 kali) sampai dengan berakhirnya periode pengambilan cuti, maka
Pekerja tersebut berhak mendapatkan penggantian uang cuti yang, pelaksanaannya diatur berdasarkan
ketentuan :
Sisa hari cuti yang digantikan x upah pokok / Total hari kerja
f.Rincian dari hal-hal yang bersifat prosedural dan teknis administratif mengenai cuti diatur dalam ketentuan
tersendiri.

Pasal 23 : Cuti Sakit


1.Pekerja yang tidak masuk kerja karena sakit wajib memberitahukan atasan langsung dan/atau atasan lain yang
bertanggung jawab terhadap bagian yang bersangkutan dan Bagian Sumber Daya Manusia.
2.Pekerja yang sakit wajib mendapatkan Surat keterangan dokter. Surat keterangan dokter tersebut wajib
disetujui oleh dokter Perusahaan dan diserahkan kepada atasan langsung atau wakilnya serta bagian Sumber
Daya Manusia paling lambat pada hari pertama ia masuk kerja kembali.
3.Bila Pekerja sakit Selama menjalani cuti tahunan, maka masa sakit itu akan dianggap cuti tahunan.
4.Surat keterangan dokter yang tidak di setujui oleh dokter Perusahaan akan diperhitungkan dengan hak cutinya.

35

Pasal 24 : Cuti Melahirkan


1.Pekerja wanita berhak memperoleh istirahat 1 1/2 (satu setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan anak
dan 1 1/2 (satu setengah) bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan.
2.Selama istirahat melahirkan, Pekerja perempuan berhak mendapat upah.
3.Apabila Pekerja telah menggunakan waktu istirahat melahirkan/keguguran maka pada tahun tersebut Pekerja
tidak berhak mengambil cuti tahunannya.

Pasal 25 : Keguguran
Pekerja wanita yang mengalami keguguran berhak atas cuti berdasarkan Surat dokter, maksimal selama 1 1/2
(Satu Setengah) bulan sesudah keguguran berdasarkan Surat keterangan dokter kandungan/bidan yang
disetujui oleh dokter Perusahaan dan ketentuan pelaksanaannya disesuaikan dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.

Pasal 26 : Cuti Khusus


Sesuai dengan peraturan perundang-undangan, Perusahaan memberi izin khusus dengan pembayaran upah
selama pekerja tidak masuk kerja dalam hal/peristiwa tersebut di bawah terjadi pada hari kerja :
1.Isteri/suami, orang tua/mertua, anak atau menantu meninggal dunia 2 (dua) hari.
2.Pekerja menikah 3 (tiga) hari.
3.Menikahkan anaknya 2 (dua) hari.
4.lsteri melahirkan atau keguguran kandungan 2 (dua) hari.
5.Mengkhitankan/membaptiskan anaknya 2 (dua) hari.
6.Anggota Keluarga dalam satu rumah meninggal dunia 1 (satu) hari.
7.Memenuhi panggilan resmi dari yang berwajib yang berkaitan dengan pekerjaannya sesuai kebutuhan.
8.Pengusaha wajib memberikan kesempatan yang secukupnya kepada pekerja/buruh untuk melaksanakan
ibadah yang diwajibkan oleh agamanya.
9.Cuti khusus di atas harus disertai dengan bukti yang sah (contoh: Surat kematian, Surat nikah dan Iain-Iain)
dan diajukan secara tertulis ke Bagian S.D.M.

Pasal 27 : Upah Selama Pekerja Sakit


1.Apabila Pekerja sakit dan dapat dibuktikan dengan Surat Keterangan Dokter yang sah, maka upahnya akan
dibayar penuh.
2.Pekerja yang dalam masa perawatan karena sakit dan tak mampu melakukan tugasnya selama lebih dari 12
(dua belas) bulan secara berturut-turut dan dibuktikan dengan Surat Keterangan Dokter yang sah yang ditunjuk
Perusahaan akan tetap menerima gaji dengan ketentuan sebagai berikut :
a. 4 (empat) bulan pertama sebesar 100 % dari upah.
b. 4 (empat) bulan kedua sebesar 75 % dari upah.
c. 4 (empat) bulan ketiga sebesar 50 % dari upah.
d. Bulan selanjutnya sebelum dilakukan PHK 25 % dari upah.
3.Ketentuan pembayaran secara bertahap berlaku bagi Pekerja yang sakit terus menerus. Termasuk sakit terus
menerus adalah penyakit menahun atau berkepanjangan yang berlangsung terus menerus ataupun terputusputus tetapi dalam tenggang waktu kurang dari 4 (empat) minggu sakit kembali, sesuai keterangan dari dokter
yang ditunjuk Perusahaan.

36

4.Biaya perawatan Pekerja selama sakit diberikan oleh pihak Perusahaan sesuai dengan ketentuan Perusahaan.
5.Apabila setelah lewat 12 (dua betas) bulan Pekerja tidak sembuh total atau tidak mampu untuk kembali
bekerja, maka Perusahaan dapat melakukan PHK sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6.Apabila Dokter yang ditunjuk Perusahaan menyatakan bahwa karena penyakit yang diderita pekerja atau
akibat kecelakaan yang dialaminya, dipandang secara medis tidak mampu atau tidak layak bekerja lagi, maka
Perusahaan akan memutuskan hubungan kerja dengan Pekerja tersebut, tanpa harus menunggu lewatnya masa
12 (dua belas) bulan.
7.Apabila dalam masa 12 (duabelas) bulan tersebut pekerja yang bersangkutan oleh dokter yang ditunjuk
Perusahaan dinyatakan sembuh dari sakitnya dan dapat melaksanakan tugas-tugasnya sebagaimana biasa,
maka pekerja tersebut dapat dipekerjakan kembali dengan upah seperti semula. Namun demikian penempatan
Pekerja dimaksud dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan tenaga kerja saat itu dan kemampuan yang
dimiliki Pekerja.

BAB VI : PENGUPAHAN
Pasal 28 : Sistem Pengupahan
1.Pembayaran upah dilakukan tiap-tiap akhir bulan selambat-lambatnya hari terakhir bulan yang bersangkutan.
2.Bagi Pekerja baru yang masa kerjanya belum mencapai 1 (satu) bulan kerja, maka dasarnya imbalan jasa
diperhitungkan sebagai berikut:
Hari kerja selama satu bulan tersebut x upah / total hari kerja
3.Sistem pengupahan Pekerja menggunakan sistem pengupahan yang ditetapkan oleh Perusahaan.
4.Pembayaran upah terendah tidak akan kurang dari ketentuan Upah Minimum Propinsi (UMP) yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah.

Pasal 29 : Kenaikan Upah


1.Kenaikan upah secara umum ditetapkan oleh Manajemen dengan mempertimbangkan kemampuan bayar
Perusahaan yang dilaksanakan setiap tahun dan diinformasikan kepada Serikat Pekerja sebelum kenaikan
dilaksanakan.
2.Tingkat penggolongan atau skala upah didasarkan atas struktur organisasi, kualifikasi, kompetensi yang
diperlukan, tanggung jawab, jabatan Pekerja dengan mempertimbangkan pasar tenaga kerja dan kemampuan
Perusahaan.
3.Peninjauan upah yang dilakukan paling tidak satu (1) tahun sekali akan ditinjau dan dipertimbangkan oleh
Perusahaan dengan menilai kinerja Pekerja yang bersangkutan dan keadaan hasil usaha dan kemampuan
Perusahaan.
4.Penetapan upah adalah hak dan wewenang sepenuhnya Perusahaan dengan memperhatikan skala upah yang
ditentukan oleh Perusahaan sesuai ayat 2.
5.Upah merupakan sesuatu yang bersifat pribadi dan rahasia dan karena itu Perusahaan menggolongkan data
pengupahan/penggolongan sebagai data yang bersifat pribadi dan Confidential (rahasia). Pekerja tidak
dibenarkan membicarakan upahnya dengan orang yang bukan Pimpinan Perusahaan dan/atau Bagian Sumber
Daya Manusia yang berwenang atau Bagian Pengupahan.
6.Pekerja yang karena tugas Pekerjaannya mengharuskan mereka tahu dan mengurus data-data pengupahan
diwajibkan merahasiakan informasi tersebut dan dapat dijatuhi sanksi administratif dan/atau dikenakan tindakan
indisipliner apabila ternyata lalai.
7.Pengusaha berhak untuk tidak membayar upah Pekerja atas kehilangan jam kerja akibat Pekerja mangkir atau
tidak masuk kerja tanpa alasan yang dapat diterima oleh Pengusaha/sakit tanpa Surat keterangan Dokter

37

dan/atau maksimum 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) tahun, selebihnya akan dikurangkan dari cuti tahunan atau
dari upah.

Pasal 30 : Komponen Upah


1.Pendapatan tetap yang terdiri dari :
1.1 Upah Pokok
2.Pendapatan tidak tetap terdiri dari :
2.1 Tunjangan Jabatan
a. Diberikan kepada Pekerja yang menduduki suatu jabatan struktural.
b. Tunjangan jabatan bersifat melekat sesuai dengan jabatan yang disandang seorang Pekerja. Apabila seorang
Pekerja tidak lagi menduduki jabatan struktural tersebut maka secara otomatis tunjangan jabatannya akan
hilang.
c. Tunjangan jabatan akan hilang bila yang bersangkutan tidak melakukan tugasnya selama 15 hari dengan
alasan apapun dan tunjangan tersebut menjadi hak Pekerja lain yang ditunjuk melaksanakan tugas jabatan
tersebut berdasarkan Surat penunjukan.
2.2 Tunjangan Khusus/Resiko
Diberikan kepada Pekerja berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu dan hal ini merupakan hak
prerogatif dari Direksi.
2.3 Tunjangan Pajak
Diberikan kepada semua Pekerja yang besarnya berdasarkan UU No. 7 tahun 1983 atas penerimaanpenerimaan yang diberikan oleh Perusahaan kecuali yang tidak mempunyai NPWP, PHK, Pensiun dan
meninggal dunia Pajak akan dibebankan kepada yang bersangkutan.
2.4 Tunjangan Jaga Malam
Diberikan kepada Pekerja yang terkena giliran kerja 3 (tiga) shift dan dibayarkan berdasarkan jumlah shift malam
yang dilaksanakan.
2.5 Tunjangan Penanggung Jawab Shift
Diberikan kepada Pekerja yang menjadi penanggung jawab shift yang dibayarkan berdasarkan jumlah hari yang
menjadi tanggung jawab seorang penanggung jawab shift.
2.6 Tunjangan Dinas Subuh
Diberikan kepada Pekerja yang masuk kerja pada jam 05.00 WIB yang dibayarkan berdasarkan jumlah hari
masuk kerja jam 05.00 WTB.
3. Potongan-potongan :
a. Potongan JHT
b. Potongan Pajak
c. Potongan Pinjaman
d. Potongan Koperasi
e. Potongan Lain-Iain.

Pasal 31 : Subsidi Makan


Diberikan kepada pekerja dalam bentuk kupon makan yang dapat ditukarkan dengan makanan menu
utama/pengganti di kantin Perusahaan. Jumlah kupon makan yang diberikan disesuaikan dengan jumlah
kehadiran Pekerja dalam sebulan.

38

Pasal 32 : Pajak Penghasilan


1.Pajak penghasilan dihitung sesuai dengan hukum perpajakan di indonesia. Membayar Pajak Penghasilan
adalah kewajiban setiap warga negara. Oleh karenanya Pajak Penghasilan atas Gaji, Upah Lembur, Tunjangan
dan setiap bentuk pembayaran yang diterima Pekerja adalah tanggung jawab Pekerja namun demikian
Perusahaan memberikan tunjangan Pajak Penghasilan kepada Pekerja yang besamya berdasarkan UU No. 7
tahun 1983 atas penerimaan-penerimaan yang diberikan oleh Perusahaan kecuali yang tidak mempunyai NPWP,
PHK, Pensiun dan meninggal dunia Pajak akan dibebankan kepada Pekerja yang bersangkutan.
2.Sesuai dengan ketentuan Perpajakan yang berlaku, Perusahaan menghitung dan memotong Pajak
Penghasilan Pekerja serta menyetorkannya ke Kas Negara.
3.Perubahan status keluarga untuk kepentingan perhitungan Pajak Penghasilan pada suatu tahun takwim harus
dilaporkan kepada Bagian Sumber Daya Manusia/Bagian Penggajian pada akhir tahun takwim sebelumnya.

Pasal 33 : Tunjangan Hari Raya Keagamaan


1.Perusahaan memberikan Tunjangan Hari Raya Keagamaan (THRK) kepada Pekerja yang telah mempunyai
masa kerja 3 (bulan) bulan secara terus menerus atau lebih.
2.Besarnya THRK ditetapkan sebagai berikut:
Pekerja yang mempunyai masa kerja 12 bulan berturut-turut atau lebih mendapatkan 1 bulan upah sedangkan
Pekerja yang mempunyai masa kerja minimal 3 bulan atau lebih secara terus menerus diberikan secara
proporsional.
3.Untuk kemudahan administrasi Perusahaan, THRK tersebut diberikan 1 (satu) minggu sebelum Hari Raya Idul
Fitri.
4.Karyawan yang mengajukan pengunduran diri atau berhenti dan atau karyawan dalam hubungan kerja waktu
tertentu yang hubungan kerjanya berakhir 30 hari kalender sebelum hari raya keagamaan tidak memenuhi
persyaratan untuk menerima THRK.
5.THR yang dibayarkan sesuai dengan upah terakhir yang diterima.

Pasal 34 : Uang lnsentif Kelompok


1.Diberikan kepada kelompok kerja dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi kerja, yang besarnya ditetapkan
berdasarkan kebijaksanaan perusahaan dan diperhitungkan untuk periode 1 bulan. Diberikan secara terpisah
dari upah setiap akhir bulan atau ditentukan lain.
2.Diperhitungkan berdasarkan kinerja kelompok kerja.

BAB VII : PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN BANTUAN PENGOBATAN


Pasal 35 : Pemeriksaan Kesehatan
1.Pemeriksaan kesehatan bagi calon Pekerja :

Calon Pekerja harus bersedia diperiksa kesehatannya oleh dokter yang ditunjuk Perusahaan bila

diminta oieh Perusahaan.


Perusahaan tidak diwajibkan untuk memberi alasan tentang penolakan kepada calon Pekerja yang tidak
dapat dipekerjakan bila hasil pemeriksaan kesehatannya tidak memuaskan.

Laporan hasil pemeriksaan kesehatan calon Pekerja bersifat rahasia.

Biaya pemeriksaan kesehatan bagi calore Pekerja sepenuhnya menjadi beban calon Pekerja.

2.Pemeriksaan Kesehatan Pekerja

39

Guna menjaga kesehatan Pekerja, pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan bila dipandang perlu oleh
Perusahaan.
3.Semua biaya atas pemeriksaan kesehatan Pekerja yang diminta oleh Perusahaan akan menjadi beban
Perusahaan.

Pasal 36 : Penolakan Pemeriksaan Kesehatan


Jika Pekerja menolak melakukan pemeriksaan kesehatan dan/atau menolak memberikan keterangan
pengobatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 Ayat 2, maka penolakan tersebut dapat dikenakan sanksi
tindakan disiplin (Surat Peringatan 3 (tiga)).

Pasal 37 : Perawatan Kesehatan dan Pengobatan


1.Kepada Pekerja tetap, Perusahaan memberikan bantuan pengobatan dan perawatan yang wajar dan perlu
secara medis yang bertujuan untuk meringankan beban financial yang harus dipikul Pekerja apabila Pekerja
tetap atau anggota keluarga yang diakui Perusahaan sebagai tanggungannya menderita sakit sehingga
memerlukan pengobatan dan perawatan (rawat jalan), untuk Pekerja dan tanggungannya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38.
2.Bantuan Perusahaan dalam bentuk rawat inap diberikan dalam bentuk kepesertaan Asuransi Kesehatan
melalui penyedia jasa layanan kesehatan, penggantian seluruhnya atau sebagian dari biaya-biaya pengobatan
dan atau perawatan diatur sesuai dengan plan masing-masing karyawan sesuai dengan perjanjian dengan pihak
Asuransi.
3.Pekerja di dalam masa percobaan atau PKWT dengan masa kerja lebih dari 3 (bulan) hanya berhak atas
bantuan pengobatan rawat jalan dari Perusahaan dengan jumlah dan ketentuannya diatur dengan ketentuan
tersendiri.
4.Pekerja dan tanggungannya harus bersedia diperiksa oleh dokter yang ditunjuk Perusahaan bila diminta oleh
Perusahaan.
5.Perusahaan berhak memperoleh keterangan tentang jenis perawatan dan pengobatan yang dilakukan Pekerja
atau tanggungannya baik dari Pekerja bersangkutan maupun dari pihak lain sehubungan dengan pengobatan
yang biayanya ditanggung oleh Perusahaan. Untuk keperluan ini, Pekerja berkewajiban untuk menandatangani
suatu pernyataan, jika diminta oleh Perusahaan.
6.Pengusaha berhak untuk, secara langsung atau melalui pihak ketiga yang ditunjuknya, melakukan
penyelidikan atau pemeriksaan atas kebenaran permintaan penggantian yang diajukan oleh Pekerja dan atau
keabsahan dari dokumen-dokumen pendukungnya tanpa harus meminta izin terlebih dahulu dari Pekerja
bersangkutan.
7.Pekerja benanggung jawab atas kebenaran setiap permintaan penggantian (klaim) yang diajukannya. Apabila
ternyata dalam pengajuan klaim Pekerja memberikan keterangan atau menyertakan bukti-bukti yang tidak benar,
maka Pekerja tersebut dikenakan sanksi pemutusan hubungan kerja tanpa pesangon, penghargaan masa kerja,
uang ganti rugi dan atau uang pisah.

Pasal 38 : Tanggungan Pekerja Yang Diakui Perusahaan


Keluarga Pekerja yang diakui Perusahaan yang selanjutnya disebut Tanggungan adalah:
1.Satu isteri yang sah yang terdaftar di Bagian Sumber Daya Manusia.
Pergantian isteri yang didaftarkan hanya bisa dilakukan apabila isteri terdahulu meninggal dunia atau diceraikan
menurut tata cara yang benar dan didukung oleh bukti-bukti sah yang mempunyai kekuatan hukum.
2.Pekerja wanita dianggap Iajang, kecuali jika ada Surat perceraian dari pengadilan/surat keterangan kemanan
suaminya dari instansi yang ben/venang, maka Pekerja wanita tersebut mempunyai tanggungan sesuai dengan
pasal ini.

40

3.Perusahaan mengakui sampai anak ke 3 (tiga) yang sah (anak kandung, anak tiri, anak angkat sesuai
ketentuan hukum), berusia maksimum 21 (dua puluh satu) tahun, tidak bekerja dan belum pernah menikah. Anak
tanggungan tidak boleh dipertukarkan dengan anak lainnya, jika ada, anak kembar dihitung satu kecuali jika
salah satu meninggal dunia.
4.Perusahaan mengakui anak tiri sebagai tanggungan apabila anak tersebut adalah anak dari seorang janda
yang menikah dengan Pekerja dengan ketentuan perempuan tersebut tercatat sebagai isteri di bagian Sumber
Daya Manusia.

Pasal 39 : Penyakit Menular Dan Larangan Bekerja


1.Jika terjadi penyakit menular yang dianggap membahayakan oleh perusahaan, Pekerja wajib melaporkannya
kepada pihak Perusahaan untuk pengaturan usaha-usaha pencegahan (sesuai dengan rekomendasi dari dokter
yang ditunjuk).
2.Perusahaan berhak melarang Pekerja yang menderita suatu penyakit menular untuk memasuki tempat kerja
Perusahaan dan atau klien.

Pasa 40 : Ketergantungan Pada Narkotika


Biaya perawatan kesehatan akibat penyalahgunaan narkotik baik oleh Pekerja atau antara para tanggungannya
akan dipikul sepenuhnya oleh Pekerja. Pekerja yang melakukan penyalahgunaan narkotik akan dikenakan
sanksi pemutusan hubungan kerja tanpa pesangon, penghargaan masa kerja, uang penggantian hak dan atau
uang pisah.

BAB VIII : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


Pasal 41 : Keselamatan Kerja
1.Perusahaan menyediakan perlengkapan kerja dan alat-alat perlindungan kerja yang menjamin keselamatan
Pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya dan pekerja berkewajiban untuk mempergunakan dan memelihara
dengan baik alat-alat perlengkapan kerja yang telah disediakan oleh pihak Perusahaan.
2.Setiap Pekerja harus menjaga keselamatan dirinya dan Pekerja lainnya dengan menggunakan perlengkapan
kerja yang telah disediakan oleh Perusahaan, mengikuti dan mematuhi ketentuan-ketentuan mengenai
keselamatan kerja dan perlindungan kerja yang berlaku.
3.Perusahaan dapat menjatuhkan sanksi disiplin kepada para Pekerja yang menolak atau lalai menggunakan
alat perlindungan diri yang sudah disediakan.

Pasal 42 : Pakaian Seragam


1.Pekerja berhak mendapatkan pakaian seragam untuk kepentingan image Perusahaan dan keselamatan kerja.
2.Setiap Pekerja dalam jam kerja wajib memakai pakaian seragam di lingkungan Perusahaan yang telah
ditetapkan oleh Perusahaan.
3.Pakaian seragam di atas dapat diberikan yang diatur dalam peraturan tersendiri.
4.Perusahaan dapat menjatuhkan sanksi disiplin kepada para Pekerja yang tidak memakai atau meno!ak
memakai pakaian seragam.

Pasal 43 : Kesehatan Kerja


1.Setiap Pekerja harus menjaga kebersihan lingkungan kerja.
2.Perusahaan dapat menjatuhkan sanksi disiplin kepada para Pekerja yang lalai atau tidak menjaga kebersihan
lingkungan Kerja.

41

BAB IX : JAMINAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN TENAGA


KERJA
Pasal 44 : Jaminan Sosial Tenaga Kerja
1.Umum
Sesuai Undang-Undang No.3 Tahun 1992, junto Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1993, semua Pekerja diikut
sertakan dalam program Jaminan Sosial tenaga Kerja (JAMSOSTEK).
2.Iuran Jamsostek
Sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku, Perusahaan menetapkan pembayaran iuran JAMSOSTEK
sebagai berikut:
1. Beban Perusahaan
1.1 Jaminan Kecelakaan Kerja 0.24% dari gaji
1.2 Jaminan Kematian 0.30% dari gaji
1.3 Jaminan Hari Tua 3.70% dari gaji
Jumlah 4.24% dari gaji
2. Beban Pekerja
2.1 Jaminan Hari Tua 2.00% dari gaji
3.Pembayaran Jamsostek
Jaminan Hari Tua dalam JAMSOSTEK dibayarkan oleh PT. JAMSOSTEK (Persero) secara langsung kepada
Pekerja atau ahli warisnya jika Pekerja meninggal dunia.
4.Sedangkan untuk program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK), akan dilaksanakan sendiri oleh
Perusahaan.

Pasal 45 : Bantuan Duka


1.Apabila Pekerja meninggal dunia bukan karena kecelakaan kerja, Perusahaan akan memberikan sumbangan
di luar Jaminan Sosial Tenaga Kerja kepada ahli warisnya dengan ketentuan sebagai berikut:
- Upah dalam bulan sedang berjalan
- Bantuan biaya penguburan yang besar dan ketentuannya akan diatur tersendiri sesuai dengan kebijakan
Perusahaan.
2.Apabila keluarga Pekerja yang menjadi tanggungan Pekerja meninggal dunia, Perusahaan akan memberikan
santunan kematian yang dan ketentuannya akan diatur tersendiri sesuai dengan kebijakan Perusahaan.

Pasal 46 : Bonus Tahunan


1.Perusahaan akan mempertimbangkan dan dapat memberikan bonus tahunan dengan berpedoman pada
tingkat kemampuan, perkembangan serta kelestarian usaha.
2.Perusahaan akan memberikan bonus tahunan kepada Pekerja jika Perusahaan mencapai target yang
ditetapkan dalam kurun waktu/masa kerja tahun yang berjalan.
3.Jumlah pemberian bonus tahunan kepada setiap Pekerja tidak sama besarnya tergantung prestasi/nilai yang
diterima oleh Pekerja yang bersangkutan.
4.Kriteria penilaian prestasi Pekerja ditentukan oleh Direksi.
5.Pekerja percobaan / trainee tidak diberikan bonus tahunan.

42

6.Pekerja yang masa kerjanya kurang dari satu tahun tetapi lebih dari 6 (enam) bulan diberikan secara
proporsional.
7.Pekerja yang putus hubungan Kerja sebeium saat pembayaran bonus tahunan, tidak memenuhi persyaratan
untuk menerima bonus tahunan.
8.Pekerja yang dipindah tugaskan ke Perusahaan lain dalam satu grup, berhak mendapatkan bonus tahunan
atas tahun sebelumnya.

Pasal 47 : Koperasi Pekerja


1.Dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja perlu adanya penunjang untuk rneningkatkan kesejahteraan
Pekerja.
2.Bahwa salah satu sarana penunjang ke arab peningkatan kesejahteraan tersebut maka Serikat Pekerja dapat
membentuk suatu usaha bersama melalui wadah Koperasi Pekerja.
3.Perusahaan akan ikut mendorong dan membamu ke arah tumbuh dan berkembangnya Koperasi Pekerja di
Perusahaan sesuai dengan kemampuan yang ada.

BAB X : PENDIDIKAN, PELATIHAN DAN PENILAIAN PRESTASI KERJA


Pasal 48 : Pendidikan Dan Pelatihan Kerja
1.Perusahaan memberikan kesempatan dan mewajibkan Pekerja untuk mengikuti pendidikan dan latihan sesuai
syarat-syarat, posisi dan potensi yang dimiliki oleh Pekerja yang bersangkutan dan kebutuhan Perusahaan.
2.Pendidikan dan Latihan yang diselenggarakan oleh Perusahaan, dengan menggunakan internal trainer
maupun lembaga pendidikan di luar Perusahaan (external trainer).
3.Ketentuan Pelaksanaan pendidikan dan latihan Pekerja akan diatur Iebih lanjut dalam ketentuan tersendiri.
4.Pekerja yang telah mengikuti tugas belajar, wajib menjalankan ikatan dinas yang diatur dalam ketentuan yang
berlaku. Bila diperlukan, Pekerja harus menandatangani perjanjian terkait dengan pendidikan dan latihan yang
diberikan oleh Perusahaan atau Group Perusahaan, dan akan dimasukkan dalam file Pekerja yang
bersangkutan.
5.Pekerja yang mengikuti program pendidikan dan latihan, tidak mendapatkan upah lembur.
6.Pekerja wajib mengikuti pendidikan dan Iatihan yang ditentukan oleh Perusahaan. Jika Pekerja menolak
penugasan tersebut tanpa alasan yang jelas atau tanpa izin atasan yang berwenang maka akan diberikan sanksi
Surat Peringatan I untuk pendidikan dan latihan external dan Teguran Tertulis untuk pendidikan dan latihan
internal.

Pasal 49 : Perjalanan Dinas


1.Untuk kepentingan Perusahaan setiap Pekerja dapat diperintahkan untuk melakukan perjalanan dinas di luar
Perusahaan.
2.Perusahaan menanggung biaya perjalanan dinas yang besarnya ditetapkan ketentuan tersendiri, mencakup:

Biaya akomodasi, transportasi dan konsumsi.


Biaya lain yang dianggap perlu oleh Direksi.

Pasal 50 : Penilaian Prestasi Kerja


1.Penilaian atas kinerja Pekerja dilakukan bersama-sama oleh atasan langsung Pekerja, atasan dalam
penugasan dan atasan lain yang mempunyai hubungan kerja, dengan sepengetahuan atau persetujuan atasan
penilai minimal satu (1) tingkat diatasnya, sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun. Ketentuan
lebih rinci diatur dalam ketentuan tersendiri.

43

2.Keberhasilan Perusahaan dan kemajuan karir Pekerja sangat tergantung pada kompetensi, kinerja dan mutu
pelayanan dari Pekerja. Bagi Pekerja yang menunjukkan prestasi Kerja di bawah standar atau mendapatkan
penilaian dengan rating terendah (E) akan dikenakan surat peringatan III dan akan dilakukan re-evaluasi 6
(enam) bulan kemudian dengan pemberian target. Apabila Pekerja tidak mencapai target tersebut maka akan
diproses pemutusan hubungan kerja.

BAB XI : PERTENTANGAN KEPENTINGAN


Pasal 51 : Umum
Untuk menghindari kemungkinan adanya pertentangan kepentingan antara kepentingan pribadi dan kepentingan
Perusahaan walaupun tidak selalu merugikan Perusahaan secara materil Pekerja dilarang keras menciptakan,
menerima, atau melibatkan diri dalam suatu keadaan di mana suatu pertentangan kepentingan dapat timbul,
yaitu kepentingan pribadi Pekerja yang bersangkutan dapat mempengaruhi caranya melaksanakan tugas
perusahaan.

Pasal 52 : Beberapa Penyebab Timbulnya Pertentangan Kepentingan


1. Pertentangan kepentingan dapat terjadi apabila, antara lain, :
a. Seorang Pekerja atau anggota keluarganya, baik secara langsung ataupun tidak langsung mempunyai
kepentingan dalam soal keuangan, atau menerima suatu ganti kerugian / kompensasi atau keuntungan lain dari
seseorang, kumpulan atau perkumpulan orang-orang, atau suatu Perusahaan :
~ Tempat Perusahaan membeli perbekalan, bahan-bahan atau barang-barang.
~ Yang memberikan pelayanan /jasa kepada Perusahaan.

Yang mempunyai hubungan sewa menyewa dengan atau penugasan dari Perusahaan.
Yang kepadanya Perusahaan menjuai atau menyewa hasil produksinya, bahan-bahan, jasa, fasilitas
atau kekayaannya.

Yang mempunyai hubungan perjanjian atau bisnis dengan Perusahaan.

b. Seorang Pekerja atau anggota keluarganya, baik secara langsung ataupun tidak langsung mempunyai atau
mengendalikan usaha yang sejenis dengan usaha Perusahaan.
2. Seluruh Pekerja wajib mengikuti peraturan bebas pertentangan kepentingan yang dikeluarkan Perusahaan
dari waktu ke waktu.

Pasal 53 : Transaksi
Transaksi berikut ini menurut ketentuan Perusahaan dianggap sebagai suatu pertentangan kepentingan,
sehingga dilarang :
1.Pinjaman
Pekerja tidak diperbolehkan meminjam uang dari klien, perorangan atau Perusahaan dengan pihak mana
Perusahaan mempunyai hubungan, kecuali dengan bank, Perusanaan asuransi, dan lembaga keuangan yang
diakui.
2.Pemberian Hadiah
Pekerja tidak diperbolehkan meminta atau menerima, langsung ataupun tidak langsung, pemberian atau hadiah
yang dapat mempengaruhi atau diperkirakan dapat mempengaruhi tingkah laku mereka dalam mewakili
Perusahaan. Kebijakan Perusahaan adalah bahwa urusan bisnis didasarkan semata-mata pada kecakapan dan
persaingan terbuka. Oleh karena itu, Pekerja harus menghindarkan diri dari tindakan-tindakan yang mungkin
dapat mengganggu kebebasan keputusannya.
3. Informasi

44

Pekerja tidak diperbolehkan, demi keuntungan pribadinya atau kepentingan pihak ketiga, menggunakan
keterangan-keterangan yang tidak diketahui oleh umum yang diperoleh karena hubungan kerjanya dengan
Perusahaan atau klien, termasuk data-data teknik, keterangan mengenai usaha, kegiatan operasional, rencanarencana yang akan datang, investasi, dan keadaan keuangan.
Ketentuan Iebih rinci mengenai pertentangan kepentingan/independensi diatur dalam ketentuan tersendiri.

Pasal 54 : Sanksi
1.Apabila seorang Pekerja atau anggota keiuarganya mempunyai kepentingan atau hubungan lain, di luar yang
dapat menimbulkan pertentangan kepentingan, Pekerja bertanggung jawab untuk segera melaporkan kepada
atasannya semua keterangan yang berhubungan dengan hal tersebut.
2.Setiap Pekerja, jika diminta oleh Perusahaan, bersedia untuk menandatangani pernyataan tahunan tentang
pertentangan kepentingan.
3.Pelanggaran atas ketentuan-ketentuan dalam bab ini dapat menjadi dasar pengambilan sanksi disiplin sampai
dengan pemutusan hubungan kerja tanpa uang pesangon, penghargaan masa kerja, uang ganti rugi dan uang
pisah.

BAB XII : TATA TERTIB, DISIPLIN DAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN


Pasal 55 : Umum
Kebijakan Dasar
Tata tertib dan kedisiplinan perlu dijaga dan ditegakkan di lingkungan Perusahaan agar tercipta suasana kerja
yang aman, tertib, teratur dan menghasilkan produktivitas tinggi. Oleh karena itu setiap Pekerja berkewajiban
mentaati peraturan yang berlaku dan berusaha sebaik-baiknya menghindari perbuatan atau tingkah Iaku yang
bertentangan dengan tata tertib dan mengakibatkan produktivitas terganggu.

Pasai 56 : Tata Tertib Kehadiran & Pelaksanaan Absensi


Tata Tertib Kehadiran
1.Setiap Pekerja diwajibkan hadir dan bekerja pada waktu yang telah ditetapkan sesuai jadwal kerjanya.
2.Pekerja tidak diperkenankan melanggar kebijakan tata tertib, kecuali bila telah diberitahukan kepada atasan
langsung untuk kasus izin atau sakit.
3.Pekerja yang tidak masuk Kerja karena sakit diwajibkan membawa Surat keterangan dokter dan
menyerahkannya kepada atasan Iangsung dan Bagian Sumber Daya Manusia paling lambat pada hari pertama
ia masuk Kerja kembali.
4.Pekerja dikualifikasikan mengundurkan diri atas kemauan sendiri jika mangkir selama 5 (lima) hari kerja atau
lebih berturut-turut tidak hadir/bekerja dan setelah dilakukan pemanggilan 2 (dua) kali secara tertulis, Pekerja
tidak dapat memberikan bukti yang sah.
5.Untuk jenis Pekerjaan tertentu yang bersifat rutin dan bukan Pekerjaan pemberian jasa kepada klien,
ketentuan mengenai absensi dan bukti hadir diatur lebih rinci dalam suatu ketentuan terse-ndiri.
6.Pekerja diwajibkan untuk mematuhi waktu kerja, apabila Pekerja datang terlambat atau pulang lebih awal,
diwajibkan sebelumnya menghubungi atasan langsung. Keterlambatan maupun pulang Iebih awal oleh Pekerja
tanpa pemberitahuan kepada atasan langsung dapat dikenakan sanksi.
7.Setiap Pekerja diwajibkan melakukan Absensi dengan benar sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.
8.Keterangan lebih rinci mengenai Tata Tertib kehadiran ini diatur secara terpisah dalam peraturan tersendiri.

45

Pasal 57 : Tata Tertib Registrasi


1.Setiap Pekerja wajib memberitahukan data pribadi terutama apabila terjadi perubahan yang menyangkut:
1. Nama
2. Alamat Tempat Tinggal dan nomor telepon
3. Keadaan keluarga ( menikah, bercerai, kelahiran dan lain-iain)
4. Ahli waris
5. Kartu Tanda penduduk dan kartu keiuarga
2. Setiap kelalaian registrasi dimaksud diatas akan dikenakan sanksi disipiin.

Pasal 58 : Tanggung Jawab Pengawasan


1.Perusahaan berusaha untuk meningkatkan disiplin dan mengembangkan perasaan saling menghormati serta
pemahaman terhadap hak dan kewajiban baik Perusahaan maupun Pekerja dalam hubungan industrial. Karena
itu, Pimpinan memandang perlu untuk memberikan petuniuk, bimbingan, pengarahan melalui Kepala
Bagian/Departemen/Unit Kerja/Unit Penugasan sehingga sanksi sebagai akibat pelanggaran disiplin dapat
dihindari.
2.Setiap atasan langsung dari setiap unit kerja bertanggung jawab atas berlakunya tata tertib Perusahaan Serta
menjaga tegaknya kedisiplinan Pekerja yang berada di bawah pengawasannya.
3.Setiap atasan langsung dapat mengenakan sanksi ternadap PeKerjanya apabila terdapat alasan-alasan yang
menurut peraturan yang berlaku memerlukan tindakan tersebut.
4.Kepala Bagian/Departemen/Unit Kerja/Unit Penugasan secara tidak langsung turut bertanggung jawab atas
pengawasan seluruh Pekerja yang berada di bawahi unit kerjanya.
5.Tujuan Perusahaan dalam menegakkan tindakan disiplin bersifat konstruktif dan mendidik. Karena itu, kepada
Pekerja selalu diberikan kesempatan untuk memperbaiki sikap dan tindakannya. Tetapi, apabila tingkat
pelanggaran yang diiakukan oleh Pekerja dinilai merugikan/mendesak, Perusahaan akan menggunakan haknya
untuk melakukan pemutusan hubungan kerja dengan Pekerja sesuai dengan peraturan-perundangan yang
berlaku.

Pasal 59 : Kewajiban Dan Larangan Bagi Pekerja


1.Pekerja Diwajibkan:
1.Bertanggung jawab penuh atas peralatan kerja dan kertas kerja yang dibebankan/dipercayakan kepadanya.
2.Membaca, memperhatikan, mengikuti dan mentaati semua pengumuman, instruksi kerja dan informasiinformasi lainnya yang dikeluarkan oleh perusahaan melalui berbagai media, termasuk melalui intranet dan
internet, sejauh tidak menyimpang dari Peraturan Perusahaan ini.
3.Melaksanakan tugas yang telah dipercayakan kepadanya oleh Perusahaan dan mentaati setiap perintah dinas
yang diberikan atasannya.
4.Segera melaporkan kepada atasannya dan atau Bagian yang benwenang apabila mengetahui adanya
kehilangan, pengrusakan serta penyimpangan-penyimpangan dari penggunaan barang-barang/alatalat/kekayaan intelektual milik Perusahaan (selambatnya dalam waktu 24 jam).
5.Mematuhi dan mentaati semua ketentuan, tata-tertib kehadiran serta disiplin waktu kerja sebagaimana
tercantum dalam Peraturan Perusahaan ini dan yang telah/ataupun akan dikeluarkan oleh Perusahaan
sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan perundangan mengenai ketenagakerjaan.
6.Menjaga sopan santun dan tidak melakukan perbuatan asusila di lingkungan tempat kerja.

46

7.Memelihara kebersihan dan kerapian lingkungan tempat Kerja; rapi dalam menempatkan dan menyimpan,
perlengkapan dan peralatan kerja, kertas kerja dan barang inventaris Perusahaan lainnya atau meletakkannya di
tempat yang telah ditentukan untuk keperluan itu.
8.Selalu berada di tempat kerja selama jam kerja dan bilamana tidak bertugas, (unassigned) tidak dibenarkan
pergi ke tempat lain atau pergi pada waktu kerja, kecuali atas izin atasannya.
9.Bertanggung jawab dan melakukan pengawasan atas Pekerjaan yang dilakukan/dipercayakan kepada
bawahannya dan memberikan tindakan atas pelanggaran-pelanggaran tata-tertib.
10.Melaporkan dengan segera (paling lama 1 bulan dari tanggal perubahan status dimaksud) kepada
Perusahaan setiap perubahan yang terjadi atas alamat, status penambahan atau pengurangan anggota
keluarganya dan pergantian-pergantian atau perubahan-perubahan lainnya yang dipandang perlu untuk
diketahui oleh Perusahaan walaupun tidak diminta.
11.Mentaati ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
12.Memakai kartu identitas jika berada di tempat kerja.
13.Menerima tugas atau mutasi ke lokasi lain di dalam lingkungan Perusahaan.
14.Mentaati aturan Perusahaan mengenai berbusana dan penampilan untuk bekerja.
15.Memperkenankan bagian keamanan untuk memeriksa barang yang dibawa Pekerja, bila pemeriksaan
tersebut diperlukan oleh Perusahaan dan atau klien.
16.Makan pada waktu yang telah ditentukan atau waktu lain yang diizinkan oleh atasan.
17.Menjaga citra serta martabat sebagai profesional, menjaga etika dan menjaiankan Kode Etik Perusahaan.
18.Menjaga kerahasiaan klien dan Perusahaan, baik mengenai keuangan maupun segala informasi yang
diketahui.
19.Bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang milik Perusahaan sebagai akibat
penyalahgunaan atau kelalaian Pekerja.
20.Melaporkan dengan segera kepada Perusahaan apabila tidak ada penugasan (unassignment) walaupun
tidak diminta.
21.Melakukan Absensi tepat waktu.
22.Bersedia bekerja lembur bila diperlukan Perusahaan.
23.Bersedia melakukan perjalanan dinas ke Iuar kota
2.Pekerja Dilarang :
1.Bekerja untuk/pada Perusahaan lain tanpa seizin Pimpinan Perusahaan.
2.Melakukan kegiatan-kegiatan di Iuar kepentingan Perusahaan selama jam kerja kecuali atas izin khusus dari
atasannya.
3.Mengalihkan atau mendelegasikan tugas yang diperolehnya kepada Pekerja lain kecuali dengan persetujuan
atasannya.
4.Menerima tamu pribadi atau mantan Pekerja/orang Iain bukan dalam rangka dinas selama jam Kerja dan tidak
pada tempat yang telah ditentukan kecuali atas izin khusus dari atasannya.
5.Menyalahgunakan perlengkapan atau peralatan, fasilitas internet dan kekayaan intelektual milik Perusahaan
dan klien untuk kepentingan pribadi atau untuk kepentingan orang lain.
6.Membawa dan/atau menggunakan senjata api dan seniata tajam atau jenis-jenis senjata lainnya ke tempat
Kerja.
7.Menghilangkan atau merusak alat-alat Kerja milik Perusahaan/klien yang masih dapat dipergunakan.

47

8.Menyalahgunakan kesempatan dan fasilitas kesehatan, memberikan ketefangan palsu mengenai biaya-biaya
yang diajukan untuk memperoleh penggantian dari Perusahaan.
9.Memberikan keterangan palsu atau memalsukan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan kepentingan
Perusahaan / pribadi.
10.Pada saat perjanjian Kerja diadakan memberikan keterangan palsu atau dipalsukan sehubungan data pribadi.
11.Mabuk, minum minuman keras, membawa, memiliki, menyalahgunakan obat bius dan narkotika di tempat
kerja.
12.Melakukan perbuatan asusila di lingkungan tempat kerja.
13.Melakukan penipuan, pencurian dan penggelapan barang/uang milik Perusahaan atau milik teman sekerja;
tindakan kejahatan memperdagangkan/membawa barang terlarang di wilayah Perusahaan.
14.Menganiaya, menghina, mencemarkan nama baik, mengancam Pengusaha, petugas Perusahaan serta
teman sekerja atau keluarga mereka yang berdampak secara materi ataupun inmateri, mental maupun fisik.
15.Membujuk, mempengaruhi, mengajak, menyuruh, memaksa Pengusaha, petugas Perusahaan atau teman
sekerja (baik secara langsung maupun tidak langsung) untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan
hukum atau kesusilaan atau peraturan perundang-udangan yang berlaku.
16.Dengan sengaja mengubah, merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya harta mllik Perusahaan.
17.Dengan sengaja atau ceroboh membiarkan diri atau teman sekerjanya dalam bahaya atau mengakibatkan
tidak dapat melakukan Pekerjaan yang diberikan kepadanya.
18.Membocorkan rahasia klien atau Perusahaan (termasuk didalamnya menggunakan keterangan yang tidak
diketahui umum yang diperoleh karena hubungan kerjanya dengan Perusahaan atau klien) demi kepentingan
pribadlnya ataupun kepentingan pihak ketiga; atau mencemarkan nama baik Perusahaan maupun Pimpinan
Perusahaan dan keluarganya.
19.Melakukan/mencoba menyuap dan menerima suap atau menerima tip atau menerima hadiah dalam bentuk
apapun dan dari siapapun.
20.Main judi, melakukan kegiatan rentenir di dalam Perusahaan baik dalam waktu jam kerja maupun diluar jam
Kerja.
21.Merokok dan atau menyalakan api di tempat yang terlarang di tempat Kerja.
22.Berkelahi/pukul-mernukul secara fisik di tempat kerja.
23.Menempel, mencoret, menyebar-luaskan pamflet-pamflet, pengumuman-pengumuman, isu-isu dan lain
sebagainya di tempat Kerja yang dapat menimbulkan keresahan, kerawanan dan gangguan keamanan lainnya
bagi Perusahaan atau Pekerja.
24.Berdagang atau berjualan di wilayah Perusahaan kecuali mendapat izin tertulis dari Pimpinan Perusahaan.
25.Menggunakan waktu Kerja untuk kegiatan yang tidak produktif, misalnya tidur, main game, beristirahat
padajam Kerja dan lain-Iain.
26.Menunjukkan prestasi kerja di bawah standar atau mendapatkan hasil Performance Appraisal/Evaluation di
bawah stanclar yang dapat diterima oleh Perusahaan (mendapatkan nilai E).
27.Makan sebelum dan sesudah waktu jam makan; masih berada diluar kantor pada jam kerja/sudah melebihi
waktu istirahat, kecuali dengan seizin atasan.
28.Menggunakan telephone, fasilitas yang dlpercayakan kepada Pekerja sebagai pelengkap tugas untuk
keperluan pribadi.
29.Menyalahgunakan kepercayaan dan kedudukan antara lain 1 menerima uang, barang, fasilitas atau jasa-jasa
untuk kepentingan memperkaya atau menguntungkan diri sendiri dan/atau pihak ketiga.
30.Lamban dalam melaksanakan tugas yang mengasbatkan teamwork terganggu.

48

31.Menerima pinjaman yang mengakibatkan tidak dapat metaksanakan kewajiban melunasi dengan baik
sehingga melibatkan Perusahaan (kecuali dari bank atau lembaga keuangan yang diakui/diijinkan oleh
Perusahaan) dalam bentuk apapun dan dari siapapun.
32.Menggunakan waktu kerja untuk kegiatan organisasi politik/non politik untuk kepentingan diri sendiri.
3.Pelanggaran terhadap kewajiban dan larangan ayat 1 dan 2 dimaksud dapat dikenakan sanksi seperti diatur
dalam pasal 62.

Pasal 60 : Petunjuk Untuk Sanksi Disiplin


1.Sanksi disiplin yang berkaitan dengan kinerja yang kurang memuaskan atau pelanggaran terhadap kebijakan
atau peraturan Perusahaan harus dilakukan sesuai tingkat keseriusan pelanggaran. Dalam melaksanakan
Sanksi disiplin, atasan diminta untuk berkonsultasi dengan Bagian Sumber Daya Manusia.
2.Tindakan atas pelanggaran seperti dimaksud pada ayat 1 (satu) di atas dianggap kumulatif, apabila Pekerja
me-lakukan petanggaran dalam jangka berlakunya Surat peringatan, artinya Pekerja yang melakukan beberapa
pelanggaran yang tidak berkaitan satu dengan Iainnya dapat dikenakan Sanksi disiplin berdasarkan dampak
kumulatif dari berbagai pelanggaran tersebut. Untuk itu, tingkat keseriusan kerugian atas pelanggaran yang tidak
saling terkait tersebut harus dipertimbangkan.

Pasal 61 : Jenis Sanksi Terhadap Pelanggaran


Dalam rangka menegakkan disiplin dan meningkatkan produktivitas, Pekerja yang melanggar tata tertib akan
dikenakan Sanksi. Tindakan disipiin atau Sanksi tersebut diusulkan/diambil oleh atasan langsung Pekerja yang
bersangkutan/pejabat yang berwenang, dengan mempertimbangkan macam dan tingkat pelanggaran yang
dilakukan.
1. Tindakan disiplin atau sanksi tersebut dapat berupa:
a. Teguran Lisan
b. Teguran Tertulis
c. Surat Peringatan I
d. Surat Peringatan II
e. Surat Peringatan III
f. Skorsing
g. Pemutusan hubungan kerja (PHK)
2. Surat peringatan I atau Surat peringatan II atau Surat peringatan III atau PHK dapat diberikan/dijatuhkan
berdasarkan ketentuan sanksi atas pelanggaran yang diiakukan.
3.Bobot (materialitas) dari sanksi yang dapat dikenakan Surat peringatan I atau Surat peringatan II atau Surat
peringatan III ditentukan oleh Pimpinan Perusahaan.
MACAM MACAM SANKSI
1.Teguran (Reprimand) lisan;
Merupakan ucapan yang disampaikan oten Pekerja lainnya atau atasan baik dari dalam suatu kelompok kerja
atau bagian terkait lainnya yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan Pekerjaan atau untuk mencegah tidak
terjadi penyimpangan dari sebagaimana mestinya.
2.Teguran tertulis;
a.Merupakan sanksi yang diberikan oleh Pimpinan Perusahaan atau pejabat yang berwenang kepada Pekerja
yang melakukan pelanggaran.
b.Teguran Tertulis ini berlaku selama periode paling lama 1 (satu) bulan.

49

3.Pelanggaran yang dapat dikenakan teguran tertulis:

Beberapa kali mendapat teguran tisan atas pelanggaran ringan.


Datang terlambat atau pulang lebih awal tanpa alasan yang sah dalam waktu 3 bulan 3 (tiga) kali.

Mangkir atau tidak masuk kerja tanpa izin atau alasan yang sah dalam masa 1 (satu) bulan sebanyak 1
(satu) kali.

Mengemudikan/membawa kendaraan milik Perusahaan tanpa hak dan seizin dari yang beewenang
dalam masa 3 (tiga) bulan sebanyak 1 (satu) kali.

Menolak perintah Kerja yang layak dari atasan mengabaikan atau melalaikan atau tidak menjalankan
tugas Pekerjaan sebagaimana telah diperintahkan atasan dalam masa 3 (tiga) bulan sebanyak 1 (satu)
kali.

Sering tidak dapat menjaga kerapian tempat Kerja berupa peralatan kerja, kertas kerja dan tidak
bertanggungjawab atas peralatan Kerja dan kertas kerja yang dibebankan/dipercayakan kepadanya
berserakan/tidak ditempatkan pada tempat yang telah disediakan.

Tidak membaca, tidak memperhatikan, tidak mengikuti dan tidak mentaati sebagian atau semua
pengumuman, instruksi kerja dan informasi-informasi lainnya yang dikeluarkan oleh Perusahaan melalui
berbagai media, termasuk melalui intranet dan e-mail, sejauh tidak menyimpang dari Perjanjian Kerja
Bersama ini.

Tidak mematuhi dan tidak mentaati sebagian atau semua ketentuan, tata-tertib kehadiran serta disiplin
waktu skrja sebagaimana tercantum dalam Peraturan Perusahaan ini sepanjang tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan mengenai ketenagakerjaan.

Tidak menjaga sopan santun di lingkungan tempat Kerja misalnya: mengumpat atasan/teman sekerja
dengan kata-kata yang tidak pantas/senonoh.

Membuat coret-coretan, tulisan-tulisan atau melakukan perbuatan lainnya yang mengotori dinding/lantai
bangunan Rumah Sakit dalam masa 3 (tiga) bulan sebanyak 1 (satu) kali.

Meninggalkan tempat Pekerjaan/tugas kerja dan berada ditempat kerja lainnya yang tidak ada
hubungan dengan tugas pekerjaan tanpa izin dalam masa 1 (satu) bulan sebanyak1 (satu) kali.

Tidak melaporkan dengan segera (paling lama 1 (satu) bulan dari tanggal perubahan status dimaksud)
kepada Perusahaan setiap perubahan yang terjadi atas alamat, status penambahan atau pengurangan
anggofa keluarganya dan pergantian-pergantian atau perubahan-perubahan lainnya yang dipandang
perlu untuk diketahui oleh Perusahaan.

Tidak mentaati ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Menerima tamu pribadi atau mantan Pekerja/orang lain bukan dalam rangka dinas selama jam Kerja
dan tidak pada tempat yang telah ditentukan tanpa izin khusus dari atasannya.

Berdagang atau berjualan di wilayah Perusahaan tanpa izin tertulis dari Pimpinan Perusahaan.

Makan sebelum dan sesudah waktu jam makan, masih berada di luar kantor pada jam kerja/sudah
melebihi waktu istirahat tanpa seizin atasan.

Lamban dalam melaksanakan tugas yang mengakibatkan teamwork terganggu.

Menerima pinjaman yang mengakibatkan tidak dapat melaksanakan kewajiban melunasi dengan baik
sehingga melibatkan Perusahaan (kecuali dari bank tau lembaga keuangan yang diakui/diijinkan oleh
Perusahaan) dalam bentuk apapun dan dari siapapun.

50

Mengabaikan, tidak menggunakan pakaian seragam dinas/pakaian kerja beserta atribut lainnya, tanda
pengenal dan PIN (logo) Perusahaan dalam masa 3 (tiga Bulan) sebanyak 1 (satu) kali.

Tidak memperkenankan bagian keamanan untuk memeriksa barang yang dibawa Pekerja, bila
pemeriksaan tersebut diperlukan oleh Perusahaan dan atau klien.

Tidak melaporkan dengan segera kepada Perusahaan apabila tidak ada penugasan (unassignment)
walaupun tidak diminta.

3. Surat Peringatan I;
1. Merupakan Sanksi yang diberikan oleh Pimpinan Perusahaan atau pejabat yang berwenang untuk bobot
pelanggaran yang memberikan atau akan memberikan dampak immaterial bagi Perusahaan.
2.Surat Peringatan I berlaku untuk masa paling Iama 6 (enam) bulan.
3.Surat Peringatan I dapat diberikan kepada Pekerja, jika:

Selama masa berlakunya Teguran Tertulis, Pekerja kembali melakukan pelanggaran dalam kategori

Teguran Tertulis.
Pekerja telah menerima 3 (tiga) kali Teguran Tertulis selama periode 3 (tiga) bulan dan pada bulan ke 4
(empat) melanggar ketentuan kategori Teguran Tertulis.

Datang terlambat tanpa alasan yang san dalam waktu 3 bulan Sebanyak 5 (lima) kali.

Mangkir atau tidak masuk Kerja tanpa izin atau alasan yang sah dalam masa 1 bulan sebanyak 2 (dua)
kali.

Tidak cakap melakukan Pekerjaan, walaupun telah dicoba di bidang tugas lain yang ada.

Tidak bertanggung jawab dan tidak melakukan pengawasn atas pekerjaan yang dilakukan/dipercayakan
kepada bawahannya dan tidak memberikan tindakan atas pelanggaran-peianggaran tata-tertib.

Menyalahgunakan jabatan/wewenang tanpa hak atas suatu perbuatan atau Pekerjaan yang belum
menjadi tugas Pekerjaannya yang merugikan Perusahaan. Untuk kategori kesalahan ringan.

Meninggalkan tempat Pekerjaan/tugas Kerja dan berada di tempat kerja lainnya yang tldak ada
hubungan dengan tugas Pekerjaan tanpa izin dalam masa 1 (satu) bulan sebanyak 2 (dua) kali.

Melakukan kegiatan-kegiatan di luar kepentingan Perusahaan selama jam kerja tanpa izin khusus dari
atasannya.

Mengalihkan atau mendelegasikan tugas yang diperolehnya kepada Pekerja lain tanpa persetujuan
atasannya.

Menyalahgunakan pemakaian alat barang atau perlengkapan kerja dan lain-lain milik Perusahaan tanpa
hak untuk kategori kesalahan ringan yang mengganggu aktifitas pekerjaannya.

Mengemudikan/membawa kendaraan miiik Perusahaan tanpa hak dan seizing atasan yang berwenang
dalam masa 3 (tiga) bulan sebanyak 2 (dua) kali.

Apabila pelanggaran tersebut ad. 3.3.12 menimbulkan kecelakaan, tabrakan, kerusakan atau cacat dan
kerugian. Untuk kategori kesalahan ringan.

Ceroboh, lalai, mengabaikan atau tidak mengindahkan peraturan atau petunjuk-petunjuk dari atasan
dalam menjaiankan tugas Pekerjaan sehingga menimbulkan kerugian, kerusakan, kehilangan atau
menimbulkan cacat pada alat / barang / bahan, kendaraan dan sebagainya milik Perusahaan dan atau
milik orang lain untuk kategori kesalanan ringan.

51

Tidak bertanggungjawab atas peralatan kerja dan atau kertas Kerja yang dibebankan / dipercayakan
kepadanya yang mengakibatkan kerugian immaterial bagi Perusahaan.

Tidak menjaga sopan santun di lingkungan tempat kerja dan/atau mempunyai niat untuk melakukan
perbuatan asusila di lingkungan tempat Kerja.

Sengaja merusak, menghilangkan, menjualbelikan alat, barang perlengkapan kerja miiik Perusahaan
untuk kategori kesalahan ringan.

Membiarkan perlengkapan atau peralatan, fasilltas internet dan kekayaan intelektual milik Perusahaan
dan atau klien untuk dipergunakan oleh orang lain yang diketahuinya tidak untuk kepentlngan
Perusahaan; dan atau menyalahgunakan perlengkapan atau peralatan, fasilitas internet; dan/atau
kekayaan intelektual milik Perusahaan dan atau klien untuk kepentingan pribadi; yang mengakibatkan
kerugian immaterial bagi Perusahaan.

Mengambil atau menyembunyikan tanpa hak, menyimpan atau membuang dengan sengaja barang, alat
atau perlengkapan Kerja milik Perusahaan untuk kategori kesalahan ringan.

Mengabaikan, tidak menggunakan pakaian seragam dinas / pakaian Kerja beserta atribut lainnya, tanda
pengenal dan PIN (logo) Perusahaan dalam masa 3 (tiga) bulan sebanyak 2 (dua) kali.

Tidur selama jam kerja baik di dalam maupun dl luar Rumah Sakit dalam masa 3 (tiga) bulan sebanyak
2 (dua) kali.

Membuat coret-coretan, tulisan-tulisan atau melakukan perbuatan lalnnya yang mengotori dinding /
lantai bangunan Rumah Sakit dalam masa 3 (tiga) bulan. Sebanyak 2 (dua) kali.

Membuat kegaduhan, keributan, keonaran dengan cara berteriak-teriak, melempar, membanting alat /
barang peralatan Kerja Rumah Sakit atau dengan cara lain, selama masa waktu 3 (tiga) bulan.
Sebanyak 1 (satu) kali.

Dikarenakan kelalaian sendiri sehingga tidak memperhatikan dan mengikuti pengumuman dan instruksi
Kerja yang dikeluarkan Perusahaan melalui berbagai media, termasuk melalui intranet dan email,
namun kelalaian tersebut tidak mengakibatkan timbulnya penyimpangan instruksi (berdampak
immaterial).

Apabila dengan kesengajaan dan / atau dikarenakan kelalaian dan atau dikarenakan alasan tersendiri
setelah melebihi 1(satu) bulan tanpa harus ada kewajiban Perusahaan untuk meminta, ternyata tidak
melaporkan perubahan status baik berupa status tempat tlnggal, alamat, keluarga, anak dan
pergantian-pergantian lain seperti yang tercantum dalam database kekaryawanan.

Tidak bersedia kerja lembur jika diperlukan oleh Perusahaan.

Tidak bersedia melakukan perjalanan dinas ke luar kota yang berdampak immaterial bagi Perusahaan.

4.Surat peringatan II:


1.Merupakan sanksi yang diberikan oleh Pimpinan Perusahaan atau pejabat yang berwenang untuk bobot
pelanggaran yang memberikan atau akan memberikan dampak cukup material bagi Perusahaan.
2. Surat Peringatan II berlaku untuk masa paling lama 6 (enam) bulan.
3. Surat Peringatan II dapat dlkenakan kepada Pekerja jika:

Selama masa berlakunya Surat Peringatan I, Pekerja melakukan pelanggaran dalam kategori Teguran

Tertulis sebanyak 2 (dua) kali atau kategori Surat Peringatan I sebanyak 1 (satu) kali.
Datang terlambat tanpa alasan yang sah dalam waktu 3 bulan sebanyak 6 10 kali.

52

Mangkir atau tidak masuk kerja tanpa izin atau alasan yang sah dalam masa 1 bulan sebanyak 3 (tiga)
kali.

Menolak perintah kerja yang layak dari atasan mengabaikan atau melalaikan atau tidak menjalankan
tugas Pekerjaan sebagaimana telah diperintahkan atasan dalam masa 3 (tiga) bulan sebanyak 3 (tiga)
kali.

Pekerja tidak melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya oleh Perusahaan dan tidak mentaati
perintah dinas yang diberikan atasannya yang mengakibatkan kerugian cukup material bagi
Perusahaan.

Ceroboh, lalai, mengabaikan atau tidak mengindahkan peraturan atau petunjuk-petunjuk dari atasan
dalam menjalankan tugas Pekerjaan sehingga menimbulkan kerugian, kerusakan, kehilangan atau
menimbulkan cacat pada alat / barang / bahan, kendaraan dan sebagainya milik Perusahaan dan atau
milik orang lain. Untuk kategori kesalahan sedang.

Tidak bertanggungjawab atas peralatan kerja dan/atau kertas kerja yang dibebankan/dipercayakan
kepadanya atau dikarenakan kelalaian yang mengakibatkan kerugian cukup material bagi Perusahaan.

Membuat kegaduhan, keributan, keonaran dengan cara berteriak-teriak, melempar, membanting alat /
barang peralatan kerja Rumah Sakit atau dengan cara lain, selama masa waktu 3 (tiga) bulan,
sebanyak 2 (dua) kali.

Tidak menjaga sopan santun di lingkungan tempat kerja (misalnya: mengumpat atasan / teman sekerja
dengan kata-kata yang tidak senonoh) dan atau mempunyai niat untuk melakukan perbuatan asusila di
lingkungan tempat kerja, walaupun pernah diberikan teguran /Surat Peringatan I untuk pelanggaran ini.

Membiarkan perlengkapan atau peralatan, fasilitas internet dan kekayaan intelektual milik Perusahaan
dan atau klien untuk dipergunakan oleh orang lain yang diketahuinya tidak untuk kepentingan
Perusahaan dan atau menyalahgunakan perlengkapan atau peralatan, fasilitas internet, dan atau
kekayaan intelektual milik Perusahaan dan atau klien untuk kepentingan pribadi yang mengakibatkan
kerugian cukup material bagi Perusahaan.

Sengaja merusak, menghilangkan, menjualbelikan alat, barang perlengkapan kerja milik Perusahaan
(untuk kategori kesalahan sedang).

Menyalahgunakan jabatan / wewenang tanpa hak atas suatu perbuatan atau Pekerjaan yang belum
menjadi tugas Pekerjaannya yang merugikan Perusahaan (kategori kesalahan sedang).

Menyalahgunakan pemakaian alat, barang atau perlengkapan kerja dan lain-lain milik Perusahaan
tanpa hak (kategori kesalalian sedang).

Mengemudikan/membawa kendaraan milik Perusahaan tanpa hak dan seizin dari yang berwenang
dalam masa 3 (tiga) bulan sebanyak 3 (tiga) kali.

Apabila pelanggaran tersebut ad. 14 menimbulkan kecelakaan, tabrakan, kerusakan atau cacat dan
kerugian (kategori kesalahan sedang).

Mengabaikan, tidak menggunakan pakaian seragam dinas / pakaian kerja beserta atribut lainnya, tanda
pengenal dan PlN (logo) Perusahaan dalam masa 3 (tiga) bulan sebanyak 3 (tiga) kali.

Tidur selama jam kerja baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit.

Membuat coret-coretan, tulisan-tulisan atau melakukan perbuatan lainnya yang mengotori dinding /
lantai bangunan Rumah Sakit dalam masa 3 (tiga) bulan. Sebanyak 3 (tiga) kali.

53

Meninggalkan Tempat Pekerjaan/tugas kerja dan berada di tempat kerja lainnya yang tidak ada
hubungan dengan tugas Pekerjaan tanpa izin dalam masa 1 (satu) bulan sebanyak 3-4 kali.

Menggunakan waktu kerja untuk kegiatan organisasi poiitik / non politik untuk kepentingan diri sendiri.

Terbukti tidak mampu melakukan fungsi pengawasan terhadap bawahan dan tidak membuatkan laporan
tertulis dan/atau teguran tertulis terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh bawahannya, sehingga
akibat pelanggaran yang dilakukan bawanan tersebut berdampak negatif bagi tim dan atau
menimbulkan kerugian cukup material bagi Perusahaan.

Tidak bersedia melakukan perjalanan dinas ke luar Kota yang berdampak cukup material bagi
Perusanaan.

5.Surat Peringatan III:


1. Merupakan sanksi yang diberikan oleh Pimpinan Perusahaan atau pejabat yang berwenang untuk bobot
pelanggaran yang memberikan atau akan memberikan dampak material bagi Perusahaan.
2.Surat Peringatan III berlaku untuk masa paling lama 6 (enam) bulan.
3.Surat Peringatan III dapat dikenakan kepada Pekerja, jika:

Selama masa berlakunya Teguran Peringatan II Pekerja melakukan pelanggaran dalam kategori

Teguran Tertulis sebanyak 3 (tiga) Kali atau kategori Surat Peringatan I sebanyak 2 (dua) Kali atau
kategori Surat Peringatan II sebanyak 1 (satu) kali.
Datang terlambat tanpa alasan yang sah dalam waktu 3 bulan sebanyak 11-15 kali.

Mangkir atau tidak masuk kerja tanpa izin atau alasan yang sah dalam masa 1 bulan sebanyak 4
(empat) kali.

Meninggalkan tempat Pekerjaan / tugas kerja dan berada di tempat kerja lainnya yang tidak ada
hubungan dengan tugas Pekerjaan tanpa izin dalam masa 1 (satu) bulan. Sebanyak 5-6 kali.

Tidak segera melaporkan kepada atasannya dan atau bagian yang berwenang ketika mengetahui
adanya kehilangan, pengrusakan serta penyimpangan-penyimpangan dari penggunaan barangbarang / alat-alat / kekayaan intelektual milik Perusahaan.

Tidak bersedia menerima tugas atau mutasi ke lokasi lain di dalam lingkungan Perusahaan dimana
tenaganya dibutuhkan oleh Perusahaan.

Menghilangkan dan atau merusak barang milik Perusahaan dan atau klien. Misalnya: peralatan Kerja
dan kertas kerja; atau dikarenakan kelalaian dan atau kesengajaan yang memberikan dampak kerugian
material bagi Perusahaan.

Mengambil atau menyembunyikan tanpa hak, menyimpan atau membuang dengan sengaja barang, alat
atau perlengkapan kerja milik Perusahaan (kategori kesalahan sedang).

Menunjukkan prestasi kerja di bawah standar atau mendapatkan hasil Performance Appraisal /
Evaluation di bawah standar yang dapat diterima oleh Perusahaan (mendapat Performance Appraisal
dengan nilai E).

Tidak menjaga sopan santun di lingkungan tempat Kerja (misalnya; mengumpat atasan / teman sekerja
dengan kata-Kata yang tidak senonoh) dan atau melakukan perbuatan asusila di lingkungan tempat
kerja, walaupun pernah diberikan Surat Peringatan II terhadap pelanggaran ini.

Dengan sengaja terbukti lalai tidak dapat mengikuti aturan sesuai pengumuman dan instruksi kerja yang
ditetapkan atau peraturan yang dikeluarkan Perusahaan meski sudah diumumkan, disampaikan bahkan
sudah diketahui dan disepakati masing-masing, sehingga peraturan tersebut tidak dapat dilaksanakan.

54

Menolak perintah kerja yang layak dari atasan mengabaikan atau melalaikan atau tidak menjalankan
tugas Pekerjaan sebagaimana telah diperintahkan atasan dalam masa 3 (tiga) bulan sebanyak 4
(empat) kali.

Dengan sengaja tidak melaksanakan perintah dinas yang ditugaskan oleh atasan kepadanya sehingga

akibat kelalaian tersebut tidak dapat tercapai target yang direncanakan seningga berdampak material
bagi Perusahaan.
Merokok dan atau menyalakan api ditempat yang terlarang di tempat Kerja.

Ceroboh, lalai, mengabaikan atau tidak mengindahkan peraturan atau petunjuk-petunjuk dari atasan
dalam menjalankan tugas Pekerjaan sehingga menimbulkan kerugian, kerusakan, kehilangan atau
menimbulkan cacat pada alat / barang / bahan, kendaraan dan sebagainya milik Perusahaan dan atau
milik orang lain (kategori kesalahan sedang).

Pekerja tidak melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya oleh Perusahaan dan tidak mentaati
perintah dinas yang diberikan atasannya yang mengakibatkan kerugian material bagi Perusahaan.

Menyalangunakan pemakaian alat, barang atau perlengkapan kerja dan lain-lain milik Perusahaan
tanpa hak (kategori kesalahan sedang).

Membiarkan perlengkapan atau peralatan, fasilitas internet dan kekayaan intelektual milik Perusahaan
dan atau klien untuk dipergunakan oleh orang lain yang diketahuinya tidak untuk kepentingan
Perusahaan, dan atau menyalahgunakan perlengkapan atau peralatan, fasilitas internet ; dan atau
kekayaan intelektual milik Perusahaan dan atau klien untuk kepentingan pribadi yang mengakibatkan
kerugian material bagi Perusahaan.

Mengemudikan / membawa kendaraan milik Perusahaan tanpa hak dan seizin dari yang berwenang
dalam masa 3 (tiga) bulan sebanyak 4 (empat) kali.

Menyalahgunakan jabatan / wewenang tanpa hak atas suatu perbuatan atau Pekerjaan yang belum
menjadi tugas Pekerjaannya yang merugikan Perusahaan (kategori kesalahan sedang).

Mengabaikan, tidak menggunakan pakaian seragam dinas / pakaian Kerja beserta atribut lainnya, tanda
pengenal dan PIN (logo) Perusahaan dalam masa 3 (tiga) bulan sebanyak 4 (empat) kali.

Tidur selama jam kerja baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit dalam masa 3 (tiga) bulan. Sebanyak
3 (tiga) kali.

Membuat coret-coretan, tulisan-tulisan atau melakukan perbuatan lainnya yang mengotori dinding /
lantai bangunan Rumah Sakit dalam masa 3 (tiga) bulan sebanyak 4 (empat) kali.

Membuat kegaduhan, keributan, keonaran dengan cara berteriak-teriak, melempar, membanting alat /
barang peralatan Kerja Rumah Sakit atau dengan cara lain, selama masa waktu 3 (tiga) bufan
sebanyak 3 (tiga) kali.

Menentang / mengancam berkelahi atau memukul atasan atau karyawan lainnya sebanyak 1 (satu) kali.

Menghina, menghasut yang bersifat untuk menantang, melawan atasan / teman sekerja atau
menantang perintah kerja yang layak dari atasan. Sebanyak 1 (satu) kali.

Merubah tanpa hak Surat Keterangan Dokter, kuitansi pembelian obat / pembelian barang atau
melakukan perbuatan lainnya yang bersifat tidak benar/palsu.

Korupsi, kolusi dan sejenisnya yang merugikan Perusahaan dan orang lain.

6.Skorsing

55

1.Perusahaan dapat melakukan skorsing kepada Pekerja yang melakuan kesalahan berat yang merugikan
Perusahaan.
2.Skorsing yang bersifat pembinaan diberikan paling lama 1 (satu) bulan kecuali kepada Pekerja yang dalam
proses Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) skorsing dapat diperpanjang paling lama 6 (enam) bulan.
3.Besaran upah skorsing akan diatur tersendiri dalam suatu kesepakatan.
7.Pernutusan Hubungan Kerja;
1.Jika di dalam masa berlakunya sanksi:
a. Surat Peringatan I yang ke 3
b. Surat Peringatan II yang ke 2
c. Surat Peringatan III yang ke 1
Pekerja masih melakukan pelanggaran maka kepada yang bersangkutan akan dilakukan Pemutusan Hubungan
Kerja. Apabila Pekerja melakukan pelanggaran setelah berakhirnya masa berlaku sanksi tersebut di atas, maka
kepada yang bersangkutan akan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2.Tidak menjaga citra serta martabat sebagai profesional, tidak menjaga etika dan tidak menjalankan Kode Etik
Perusahaan dan atau lndependensi.
3.Datang terlambat tanpa alasan yang sah dalam waktu 3 bulan lebih dari 15 (lima belas) kali.
4.Meninggalkan tempat Pekerjaan/tugas Kerja dan berada di tempat Kerja lainnya yang tidak ada hubungan
dengan tugas Pekerjaan tanpa izin dalam masa 1 (satu) bulan lebih dari 6 (enam) kali.
5.Menyalahgunakan jabatan / wewenang tanpa hak atas suatu perbuatan atau Pekerjaan yang beium menjadi
tugas Pekerjaannya yang merugikan Perusahaan. Untuk kategori kesalanan berat.
6.Tidak melaporkan dengan segera kepada Pimpinan Perusahaan ketika Pekerja atau anggota keluarganya
mempunyai kepentingan atau hubungan lain yang dapat menimbulkan pertentangan kepentingan sebagaimana
dimaksud dalam Bab XI Perjanjian Kerja Bersama.
7.Tidak bersedia menandatangani pernyataan tahunan tentang pertentangan kepentingan.
8.Tidak menjaga kerahasiaan klien dan Perusahaan, baik mengenai keuangan maupun segala informasi yang
diketahui.
9.Bekerja untuk / pada Perusahaan lain tanpa seizin Pimpinan Perusahaan.
10.Membawa dan atau menggunakan senjata api dan senjata tajam atau jenis-jenis senjata lainnya ke tempat
Kerja.
11.Merubah tanpa hak Surat Keterangan Dokter, kuitansi pembelian obat /pembelian barang atau melakukan
perbuatan lainnya yang bersifat tidak benar/ palsu.
12.Menyalahgunakan kesempatan dan fasilitas berobat, memberikan keterangan tidak benar mengenai biayabiaya yang diajukan untuk memperoleh penggantian dari Perusahaan.
13.Memberikan keterangan palsu atau memalsukan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan kepentingan
Perusahaan.
14.Pada saat perjanjian Kerja diadakan memberikan keterangan palsu atau dipalsukan sehubungan data pribadi.
15.Mabuk, minum minuman keras atau minum yang memabukkan atau menggunakan obat-obatan terlarang.
Mabuk, minum minuman keras, membawa, memiliki, mengedarkan menyalahgunakan obat bius dan narkotika di
tempat Kerja.
16.Menahan, memiliki atau mengedarkan obat bius, ganja, senjata api/tajam atau barang-barang lain yang
terlarang.
17.Melakukan perbuatan asusila di lingkungan tempat Kerja atau sudah mendapatkan Surat Peringatan III.

56

18.Mengambil atau menyembunyikan tanpa hak, menyimpan atau membuang dengan sengaja barang, alat atau
perlengkapan Kerja milik Perusahaan. Kategori kesalahan berat Melakukan penipuan, pencurian dan
penggelapan barang / uang milik Perusahaan atau milik teman sekerja, tindakan kejahatan
memperdagangkan/membawa barang terlarang di wilayah Perusahaan.
19.Menentang / mengancam berkelahi atau memukul atasan atau karyawan lainnya, Menganiaya, menghina,
mengancam Pengusaha dan teman sekerja atau keluarga mereka.
20.Membuat kegaduhan, keributan, keonaran dengan cara berteriak-teriak, melempar, membanting alat/barang
peralatan Kerja Rumah Sakit atau dengan cara lain.
21.Apabila perbuatan tersebut ad. 6.19 di atas sengaja dilakukan untuk menimbulkan kerusakan, keributan,
kerugian Rumah Sakit.
22.Membujuk, mengajak, menyuruh, memaksa Pengusaha, petugas Perusahaan atau teman sekerja untuk
meiakukan sesuatu yang benentangan dengan hukum atau kesusilaan atau perundang-undangan yang berlaku
atau Perjanjian Kerja Bersama yang barlaku.
23.Sengaja merusak, menghilangkan, menjualbelikan alat, barang perlengkapan kerja milik Perusahaan. Untuk
kategori kesalahan berat Menghilangkan dan atau merusak barang milik Perusahaan dan atau klien. Misalnya ;
peralatan Kerja dan kertas Kerja; atau dikarenakan kelalaian dan atau kesengajaan yang memberikan dampak
kerugian sangat material bagi Perusahaan.
24.Dengan sengaja atau ceroboh membiarkan diri atau teman sekerjanya dalam bahaya atau mengakibatkan
tidak dapat melakukan Pekerjaan yang diberikan kepadanya.
25.Membocorkan rahasia klien atau Perusahaan (termasuk didalamnya menggunakan keterangan yang tidak
diketahui umum yang diperoleh karena hubungan kerjanya dengan Perusahaan atau klien) demi kepentingan
pribadinya ataupun kepentingan pihak ketiga; atau mencemarkan nama baik Perusahaan maupun Pimpinan
Perusahaan dan keluarganya.
26.Melakukan / mencoba menyuap dan menerima suap atau menerima tip atau menerima hadiah atau
menerima pinjaman (kecuali dari bank atau lembaga keuangan yang diakui / diijinkan oleh Perusahaan) dalam
bentuk apapun dan dari siapapun.
27.Berjudi / melakukan perjudian main judi, melakukan kegiatan rentenir di dalam Perusahaan baik dalam waktu
jam kerja maupun diluar jam kerja.
28.Berkelahi / pukul-memukul secara fisik di tempat kerja.
29.Menghina, menghasut yang bersifat untuk menantang, melawan atasan/teman sekerja atau menantang
perintah kerja yang layak dari atasan. Sebanyak 2 (dua) Kali Menempel, menyebarluaskan famplet-famplet,
pengumuman-pengumuman, isu-isu dan lain sebagainya di tempat kerja yang dapat menimbulkan keresahan,
kerawanan dan gangguan keamanan lainnya bagi Perusahaan atau Pekerja.
30.Menyalahgunakan kepercayaan dan kedudukan antara lain: menerima uang, barang, fasilitas atau jasa-jasa
untuk kepentingan din sendiri dan atau pinak ketiga.
31.Ceroboh, lalai, mengabaikan atau tidak mengindahkan peraturan atau petunjuk-petunjuk dari atasan dalam
menjalankan tugas Pekerjaan sehingga menimbulkan kerugian, kerusakan, kehilangan atau menimbulkan cacat
pada alat/ barang / bahan, kendaraan dan sebagainya milik Perusahaan dan atau milik orang lain untuk kategori
kesalahan berat.
32.Dengan sengaja terbukti tidak dapat bertanggungjawab atas peralatan kerja dan atau kertas kerja yang
dibebankan / dipercayakan kepadanya yang mengakibatkan kerugian sangat material bagi Perusahaan.
33.Membiarkan perlengkapan atau peralatan, fasiiitas internet dan kekayaan intelektual milik Perusahaan dan
atau klien dipergunakan oleh orang lain yang diketahuinya tidak untuk kepentingan Perusahaan dan atau
menyalahgunakan perlengkapan atau peralatan, fasilitas internet dan kekayaan intelektual milik Perusahaan dan
atau klien untuk kepentingan pribadi, dengan kategori sangat fatal dan menimbulkan kerugian yang sangat
material.

57

34.Tidak menerima tugas atau mutasi ke lokasi lain di dalam iingkungan Perusahaan.
35.Dijatuhi hukuman oleh Pengadiian karena melakukan perbuatan criminal berdasarkan hukum kriminal yang
berlaku.
36.Menolak perintah kerja yang layak dari atasan, mengabaikan atau melalaikan atau tidak menjalankan tugas
Pekerjaan sebagaimana telah diperintahkan atasan dalam masa 3 (tiga) bulan lebih dan 4 (empat) Kali.
37.Pekerja tidak melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya oleh Perusahaan dan tidak mentaati
perintah dinas yang diberikan atasannya yang mengakibatkan kerugian sangat material bagi Perusahaan.
38.Dengan sengaja mengubah, merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya harta milik Perusahaan.
39.Menyalahgunakan pemakaian alat, barang atau perlengkapan kerja dan lain-lain milik Perusahaan tanpa hak
(untuk kategori kesalahan berat).
40.Mengemudikan / membawa kendaraan milik Perusanaan tanpa hak dan seizin dari yang berwenang dalam
masa 3 (tiga) bulan lebih dari 4 (empat) kali.
41.Mengabaikan, tidak menggunakan pakaian seragam dinas / pakaian kerja beserta atribut lainnya, tanda
pengenal dan PIN (Logo) Perusahaan dalam masa 3 (tiga) bulan lebih dari 4 (empat) kali.
42.Tidur selama jam kerja baik di dalam maupun di luar Perusahaan.
43.Merokok atau menyalakan api di tempat yang terlarang dan yang mudah rnenimbulkan kebakaran.
44.Membuat coret-coretan, tulisan-tuiisan atau melakukan perbuatan lainnya yang mengotori dinding / lantai
bangunan Rurnah Sakit dalam masa 3 (tiga) bulan lebih dari 4 (empat) kali.
45.Korupsi, kolusi dan sejenisnya yang merugikan Perusanaan dan orang lain.
46.Berdagang di Perusahaan tanpa izin tertulis dan Direksi.
Perusanaan dapat melakukan tindakan skorsing kepada Pekerja yang sedang dalam proses Pemutusan
Hubungan Kerja sesuai dengan ketentuan / peraturan yang berlaku.
Pekerja yang meiakukan pelanggaran yang dikategorikan mendesak, yaitu pelanggaran yang pengenaan
sanksinya tidak didahuiui dengan Surat Peringatan I dan/atau Surat Peringatan II dan atau Surat Peringatan III
sebagaimana dimaksud di atas dalam ketentuan Pemutusan Hubungan Kerja point 7.1 sampai 7.46, dapat
diputus hubungan kerjanya.

Pasal 62 : Prosedur Pemberian Surat Peringatan


1.Berdasarkan peringatan yang dijatuhkan kepada seseorang Pekerja atas pelanggaran yang dilakukan, diatur
secara tersendiri dalam ketentuan khusus.
2.Ketentuan Khusus dimaksud diatas berdasarkan pemberitahuan pelanggaran (Misconduct Notice) maka
atasan akan memberitahukan pelanggaran tersebut kepada Pekerja yang bersangkutan, maka Bagian Sumber
Daya Manusia mengeluarkan Surat Peringatan (Reprimand).
3.Surat Peringatan tetap dianggap sah meskipun Pekerja menolak untuk menerimanya.

BAB XIII : PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL


Pasal 63 : Umum
1.Keluhan-keluhan adalah sumber keresahan yang apabila tidak diperhatikan dapat menimbulkan rasa tidak
puas, kekecewaan dan akhirnya perselisihan. Untuk mengurangi timbulnya perselisihan, Perusahaan berusaha
menampung semua keluhan Pekerja dan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya.
2.Pengertian keluhan iaiah perbedaan pendapat atau salah pengertian antara Pekerja dan Perusahaan
mengenai persyaratan kerja dan Peraturan Perusahaan yang berlaku. Dengan prosedur yang tepat keluhankeluhan yang timbul karena penerapan peraturan tertentu secara tidak benar atau tanpa tenggang rasa, atau

58

karena pemahaman yang salah terhadap masalah tertentu, akan dapat diselesaikan oleh Perusahaan. Hanya
hal-hal yang mendasar saja yang dapat menjadi perselisihan ketenagakerjaan. Perusahaan akan berusaha
untuk menyelesaikan keluhan-keluhan yang timbul dengan cara yang terbaik.

Pasal 64 : Prosedur Penyelesaian Keluhan


1.Sebelum mengajukan keluhan tertulis, Pekerja dapat membicarakan masalahnya dengan atasan langsungnya.
Langkah pendahuluan ini diharapkan bisa menyelesaikan masalah.
2.Apabila langkah pertama beium mencapai penyelesaian yang memuaskan, Pekerja boleh meneruskan
persoalannya kepada Manajernya dan kepada Bagian Sumber Daya Manusia (HRD) dan atasan langsungnya.
3.Apabila langkah kedua inipun belum mencapai penyelesaian, Pekerja yang bersangkutan boleh meneruskan
persoalannya kepada Senior Manajernya dengan memberitahukan atau memberi tembusan kepada HRD dan
Manajer yang bersangkutan.
4.Apabila langkah ketiga ini belum juga mencapai penyelesaian, maka persoalan tersabut bisa disampaikan
kepada Direktur. Pada tingkat ini diharapkan Direktur bisa menjelaskan masalah yang menyangkut Perjanjian
Kerja Bersama dan hal-hal lain yang bersangkutan menyangkut hak dan kewajibannya sebagai Pekeria,
memberikan jalan keluar atas persoaian yang ada.
5.Apabila dalam waktu maksimal 30 hari kerja hal tersebut belum juga dapat diselesaikan maka Pekerja dapat
menyampaikan permasalahannya kepada pengurus Serikat Pekerja RS Omni Medical Center sebagai kuasa
untuk selanjutnya dimusyawarahkan dengan pihak manajemen.
6.Dalam hal tidak dapat diselesaikan secara intern Perusahaan, maka akan dilakukan tindakan lanjutan dengan
berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB XIV : PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA


Pasal 65 : Hal-Hal Yang Mengakibatkan Pemutusan Kerja
Pada dasarnya Perusahaan sedapat mungkin menghindari terjadinya pemutusan hubungan kerja, kecuali dalam
hal-hal sebagai berikut, sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang diatur dalam peraturan perundangundangan yang berlaku:
1.Pemutusan hubungan kerja atas permohonan dari Pekerja sendiri.
2.Pekerja masih dalam masa percobaan kerja.
3.Pemutusan hubungan kerja karena alasan kesehatan yang berkepanjangan sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
4.Pemutusan hubungan kerja karena Pekerja telah mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun atau purna karya
yang dipercepat.
5.Melakukan pelanggaran peraturan, ketentuan dan kebijakan Perusahaan.
6.Pemutusan hubungan kerja karena Pekerja meninggal dunia.
7.Pemutusan hubungan kerja karena efisiensi, sesuai dengan perundang-undangan.
8.Pemutusan Hubungan Kerja Karena alasan mendesak (SE 13/MEN/2004 pasal 4 jo. BW 1603 ayat O).

Pasal 66 : Pemutusan Hubungan Kerja Atas Permintaan Pekerja Sendiri


1.Pekerja yang atas permintaannya sendiri ingin mengundurkan diri atau memutuskan hubungan kerjanya
dengan Perusahaan harus menyerahkan Surat pengunduran diri minimal 1 (satu) bulan sebelumnya untuk
golongan staff/pelaksana (dua) bulan sebelumnya untuk Golongan koordinator keatas Kepada Pimpinan
Perusahaan dengan tembusan kepada Bagian Sumber Daya Manusia. Untuk Pekerja yang bekerja pada bagian

59

sesuai dengan masa puncak kesibukannya ingin mengundurkan diri, Perusahaan berhak menahan sampai
Pekerjaan karyawan tersebut diselesaikan secara keseluruhan.
2.Berdasarkan SE Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. B. 600/MEN/sj-HK/VIII/2005 tertanggal 31
Agustus 2005 diketahui bahwa Pekerja/buruh yang mengundurkan diri tidak mendapatkan uang pesangon dan
uang penghargaan masa kerja maka Pekerja/buruh yang bersangkutan tidak mendapatkan penggantian
perumahan serta pengobatan dan perawatan sebagaimana ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
3.Kepada Pekerja yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri dan diberikan uang penggantian hak (selain
penggantian perumahan derta perawatan dan pengobatan, sesuai SE Menakertrans No. B600/Men/SjHK/VIII/2005) dan uang pisah apabila masa kerjanya telah mencapai:

Masa Kerja

Uang Pisah

5-10 tahun

0,50 bulan upah

10-15 tahun

0,75 bulan upah

Diatas 15 tahun

1,00 bulan upah

Pemberian uang pisah tersebut hanya berlaku bila memenuhi syarat-syarat berikut telah dipenuhi:
Mengajukan permononan pengunduran diri secara tertuiis, sesuai ayat 1 di atas.
Tidak terikat dalam ikatan dinas.
Tetap melaksanakan kewajibannya sampai tanggal mulai pengunduran diri.
Mengembaiikan semua peralatan milik Perusahaan (termasuk barang lain yang dipakai / dipinjamkan).
Mempunyai kinerja dengan kategori minimum B dua tahun terakhir.
Tidak pindah Kerja ke Perusahaan dengan usaha sejenis dalam waktu satu tahun setelah pengunduran diri
yang didukung oleh surat pernyataan dari Pekerja yang bersangkutan.
Menyelesaikan kewajiban-kewajiban yang tercantum dalam formulir exit clearance dan menyerahkannya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 67 : Pemutusan Hubungan Kerja Oleh Perusahaan


1.Dengan Uang Pesangon dan Uang Penghargaan Masa Kerja dan Uang Penggantian Hak
Pekerja yang diputuskan hubungan kerjanya oleh Perusahaan karena alasan berikut akan diberitahu secara
tertulis sebelumnya oleh Perusahaan dan berhak atas uang pesangon, penghargaan masa kerja, dan uang
penggantian hak yang seharusnya diterima berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1.1. Mencapai Usia 55 Tahun
1.1.1.Pekerja yang teiah mencapai usia 55 tahun dapat diputuskan hubungan kerjanya dengan diberikan
manfaat pensiun sekaligus sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1.1.2.Dengan persetujuan Pimpinan Perusahaan dan kesepakatan Pekerja yang bersangkutan yang diatur
dalam Perjanjian Kerja, Pekerja yang telah mencapai usia 55 tahun dapat diteruskan hubungan kerjanya apabila
memenuhi persyaratan kesehatan dan apabila keahliannya masih dibutuhkan oieh Perusahaan hubungan kerja
akan dilakukan sampai dengan nsia 60 tahun sesuai Permenaker No.O2/Men/1995.
1.2. Pekerja Sakit Yang Berkepanjangan

60

1.2.1.Dalam hal Pekerja mengalami sakit berkepanjangan, cacat akibat kecelakaan kerja dan tidak dapat
melakukan Pekerjaannya setelah melampaui batas 12 (dua belas) bulan, maka berhak mengajukan pemutusan
hubungan kerja dengan mendapatkan uang pesangon, uang penghargaan dan uang penggantian hak sesuai
undang-undang dan peraturan yang berlaku, dikurangi dengan kewajibannya yang belum diselesaikan.
1.2.2.Untuk pelaksanaan PHK Perusahaan akan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
1.3. Pekerja Meninggal Dunia
1.3.1.Dalam hal seorang Pekerja meninggal dunia, kepada ahli warisnya diberikan sejumlah uang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku juncto pasal 166 UU No.13/2003.
1.3.2. Apabila Perusahaan telah mengikutsertakan Pekerja dalam program asuransi jiwa yang preminya dibayar
oleh Perusahaan, maka Pekerja tidak berhak mendapatkan sejumiah uang dimaksud dalam Ayat (1) di atas.
1.3.3.Jika jumlah uang santunan yang diterima oleh Pekerja dari Perusahaan asuransi lebih kecil dari jumlah
yang dimaksud dalam Ayat (1), maka selisihnya akan dibayar oleh Perusahaan.
1.3.4. Di samping pembayaran seperti yang tercantum di atas, kepada ahli warisnya dibayarkan apa yang
meniadi hak Pekerja yang bersangkutan, yaitu Gaji pokok terakhir penuh saat Pekerja meninggal dunia.
1.3.5.Yang berhak mewakili ahli waris yang ditinggalkan untuk menerima pembayaran dari Perusahaan adalah
istri / suami Pekerja yang sah yang terdaftar di Bagian Sumber Daya Manusia. Apabila istri / suami tidak terdaftar
pada Bagian Sumber Daya Manusia, yang dapat mewakili adalah anak, atau salah satu dari anak yang diberi
kuasa oleh anak-anak yang lain yang terdaftar pada Bagian Sumber Daya Manusia. Surat kuasa tersebut harus
diketahui oleh Lurah setempat dan ditandatangani pihak pemberi kuasa di atas materai yang cukup. Apabila
tidak ada istri / suami maupun anak-anak yang terdaftar, instansi yang berwenang dapat menetapkan ahli
warisnya. Perusahaan tidak bertanggung jawab atas cara maupun pelaksanaan pembagian sejumlah uang
dimaksud.
2.Dengan tidak mendapatkan Uang Pesangon dan Uang Penghargaan Masa Kerja dan Uang Penggantian Hak:
2.1.Dalam Masa Percobaan Kerja
Jika pemutusan hubungan kerja dilakukan dalam masa percobaan, Perusahaan tidak diwajibkan untuk
membayar uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, uang penggantian hak dan uang pisah terkecuali
upah sampai hari terakhir karyawan bekerja.
2.2. Pelanggaran yang dapat dikenakan sanksi PHK:
Pekerja yang diputus hubungan kerjanya karena melakukan pelanggaran yang dikategorikan mendesak, yaitu
pelanggaran yang pengenaan sanksinya tidak didahului dengan Surat Peringatan I dan/atau Surat Peringatan II
dan/atau Surat Peringatan III sebagaimana dimaksud datam Pasal 61 Ayat 7.1 sampai dengan Ayat 7.46
Perjanjian Kerja Bersama ini.
2.3. Berakhirnya Perjanjian Kerja
Dengan berkhirnya Perjanjian Kerja untuk Pekerja dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Perusahaan tidak
diwajibkan untuk membayar uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, uang penggantian hak dan uang
pisah terkecuali upah sampai hari terakhir karyawan bekerja.
2.4.Pekerja mangkir
Pekerja dikualifikasikan mengundurkan diri atas kemauan sendiri jika mangkir selama 5 (lima) hari Kerja atau
lebih berturut-turut tidak hadir/ bekerja dan setelah dilakukan pemanggilan 2 (dua) kali secara tertulis, Pekerja
tidak dapat memberikan bukti yang sah maka Pekerja tidak berhak atas uang pesangon, uang penghargaan
masa kerja, uang penggantian hak dan uang pisah.

61

Pasal 68 : Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja dan Penggantian


Hak
1.Besarnya pemberian uang pesangon ditetapkan berdasarkan Undang-undang dan Peraturan yang berlaku.
2.Besarnya pemberian uang penghargaan masa kerja ditetapkan berdasarkan Undang-undang dan Peraturan
yang berlaku.
3.Basarnya pemberian uang penggantian hak ditetapkan berdasarkan Undang-undang dan Peraturan yang
berlaku.

Pasal 69 : Kewajiban Pekerja Akibat PHK Atas Permintaan Sendiri atau PHK
Oleh Perusahaan
Pekerja yang masih mempunyai pinjaman dalam bentuk apapun kepada Perusahaan wajib menyelesaikannya/
melunasinya atau akan diperhitungkan dengan hak Pekerja yang seharusnya diterima sebelum Pekerja
meninggalkan Perusahaan.

Pasal 70 : Tunjangan Keluarga Untuk Pekerja Yang Ditahan


1.Dalam hal Pekerja ditahan oleh pihak yang berwajib karena diduga melakukan tindak pidana bukan atas
pengaduan pengusaha, maka pengusaha tidak wajib membayar upah tetapi memberikan bantuan kepada
keluarga Pekerja yang menjadi tanggungannya dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk 1 (satu) orang tanggungan 25 % dari upah.
b. Untuk 2 (dua) orang tanggungan 35 % dari upah.
c. Untuk 3 (tiga) orang tanggungan 45 % dari upah.
d. Untuk 4 (empat) orang tanggungan / lebih 50 % dari upah.
2.Bantuan diberikan untuk paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak hari pertama Pekerja ditahan oleh pihak
berwajib.
3.Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap Pekerja yang setelah 6 (enam) bulan tidak
dapat melakukan Pekerjaaan sebagaimana mestinya karena dalam proses perkara pidana sebagaimana
dimaksud pada ayat ini.
4.Dasar pemberian uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, uang penggantian hak ditetapkan
berdasarkan Undang-undang dan Peraturan yang berlaku.

BAB XV : KETENTUAN TUNJANGAN GANDA PEKERJA


Pasal 71 : lntegrasi
1.Dalam hal terjadi tunjangan ganda untuk tanggungan antara yang diterima dari Perusahaan dan yang diterima
dari sumber lain (misalnya asuransi kesehatan suami, Perusahaan tempat suami bekerja), maka Pekerja
dianjurkan untuk pertama-tama memakai tunjangan yang didapat dari sumber lain untuk penyelesaian dari
claim/tagihan.
2.Apabila Perusahaan memandang bahwa dua atau lebih ketentuan di dalam Perjanjian Kerja Bersama
menimbulkan kegandaan di dalam kasus tertentu, maka hanya satu Ketentuan yang sesuai peraturan
perundangan yang berlaku.
3.Apabila Pekerja dan isteri sama-sama bekerja di Perusahaan maka ketentuan ini juga akan berlaku bagi
mereka, kecuali ditetapkan lain dalam Perjanjian Kerja Bersama.

62

Pasal 72 : Pengalihan Hak (Subrogasi)


Dalam hal tunjangan dapat diperoleh baik dari Perusahaan maupun dari Perusahaan asuransi / JAMSOSTEK
yang diikuti oleh Perusahaan, seperti misalnya JAMSOSTEK sehubungan dengan jaminan kecelakaan kerja
maka Pekerja akan mengalihkan hak-haknya (subrogasi) kepada Perusahaan atas segala ganti kerugian
ataupun keuntungan yang diperoleh dari Perusahaan asuransi tersebut. Sebaliknya Perusahaan akan membayar
lebih besar tunjangan-tunjangan yang telah ditetapkan sesuai dengan Perjanjian Kerja Bersama. Kecuali ganti
rugi karena kecelakaan kerja, atau secara tegas ditentukan lain dalam Perjanjian Kerja Bersama ini, maka
ketentuan mengenai pengalihan hak (subrogasi) ini tidak berlaku untuk tunjangan-tunjangan, santunansantunan, ganti rugi yang diperoleh Pekarja atau para tanggungannya dari Perusahaan asuransi / JAMSOSTEK.

BAB XVI : PENUTUP


Pasal 73
1.Apabila di dalam masa berlakunya Perjanjian Kerja Bersama ini ada perubahan peraturan perundangundangan yang lebih tinggi dari Perjanjian Kerja Bersama ini dapat dilakukan amandemen. Dengan membentuk
team amandenen yang beranggotakan Wakil dari Serikat Pekerja RS Omni Medical Center dan Wakil
Perusahaan.
2.Perjanjian Kerja Bersama ini berlaku setelah disahkan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi DKI
Jakarta dan berlaku sejak tanggal 21 April 2012 sampai dengan tanggal 20 April 2014.
3.Dengan ditandatanganinya Perjanjian Kerja Bersama ini, maka semua peraturan dan ketentuan-ketentuan
terdahulu yang berbeda dengan peraturan dan ketentuan yang terdapat di dalam Perjanjian Kerja Bersama ini
dinyatakan batal.
4.Buku Perjanjian Kerja Bersama ini disosialisasikan dan dibagikan kepada masing-masing Pekerja untuk
diketahui, ditaati dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.
5.Hal-hal yang belum diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama ini akan diatur dalam Surat Keputusan Direksi
dengan berpedoman pada kondisi dan kebutuhan Perusahaan yang merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dari Perjanjian Kerja Bersama ini.
6.Lampiran-lampiran dan ringkasan yang ada merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari Perjanjian
Kerja Bersama ini.
7.Apabila terdapat persyaratan kerja dalam Perjanjian Kerja Bersama ini kurang dari / bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka persyaratan tersebut dinyatakan batal demi hukum dan
yang diberlakukan adalah yang sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pertanyaan mengenai Gaji atau Upah Kerja


Apa itu upah minimum? Apa kita bisa complain bila gaji dibayarkan terlambat? Gaji/Upah merupakan hal krusial
dalam bekerja karena merupakan penghargaan dari hasil pencapaian kerja kita. Maka dari itu, sudah sepatutnya
kita belajar mengenai Gaji/Upah!
Apa kata Undang-Undang mengenai Upah?
Menurut Pasal 1 ayat 30 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Upah adalah hak pekerja/buruh yang
diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada
pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan
perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau
jasa yang telah atau akan dilakukan.

Namun, dalam menetapkan besarnya upah, pengusaha dilarang membayar lebih rendah dari ketentuan upah
minimum yang telah ditetapkan pemerintah setempat (Pasal 90 ayat 1 UU No. 13/ 2003). Apabila pengusaha

63

memperjanjikan pembayaran upah yang lebih rendah dari upah minimum, maka kesepakatan tersebut batal
demi hukum (Pasal 91 ayat 2 UU No. 13/2003)

Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan (Pasal 88 ayat 1 No. 13/2003). Kebijakan pemerintah mengenai pengupahan yang melindungi
pekerja/buruh meliputi:

upah minimum
upah kerja lembur
upah tidak masuk kerja karena berhalangan
upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya;
upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;
bentuk dan cara pembayaran upah
denda dan potongan upah;
hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;
struktur dan skala pengupahan yang proporsional;
upah untuk pembayaran pesangon; dan
upah untuk perhitungan pajak penghasilan.

Komponen upah sendiri terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap, maka besarnya upah pokok sedikit-dikitnya
75% dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap (Pasal 94
UU No. 13/2003).

Apa itu Upah Minimum Propinsi (UMP)?


Upah Minimum adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk
memberikan upah kepada pekerja di dalam lingkungan usaha atau kerjanya. Karena pemenuhan kebutuhan
yang layak di setiap provinsi berbeda-beda, maka disebut Upah Minimum Provinsi.

Pasal 89 Undang-Undang Nomor 13 menyatakan bahwa penentuan upah minimum diarahkan kepada
pemenuhan kebutuhan kehidupan yang layak. Upah minimum ditentukan oleh Gubernur setelah
mempertimbangkan rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi yang terdiri dari pihak pengusaha,
pemerintah dan serikat buruh/serikat pekerja ditambah perguruan tinggi dan pakar.
Apakah Upah Minimum Provinsi (UMP) sama dengan upah pokok?
UMP tidak sama dengan upah pokok, melainkan upah secara keseluruhan. Jadi, benar bahwa UMP yang
diberikan oleh pengusaha/perusahaan merupakan jumlah keseluruhan upah yang dibawa pulang pekerjanya,
atau dikenal dengan istilah take home pay. Total upah yang dibawa pulang (take home pay) pekerja tersebut
dapat terdiri dari komponen upah pokok, tunjangan tetap, dan tunjangan tidak tetap.

Apa yang dimaksud dengan pemberian upah?


Pemberian Upah merupakan suatu imbalan/balas jasa dari perusahaan kepada tenaga kerjanya atas prestasi
dan jasa yang disumbangkan dalam kegiatan produksi. Upah kerja yang diberikan biasanya tergantung pada:
Biaya keperluan hidup minimum pekerja dan keluarganya
Peraturan perundang undangan yang mengikat tentang Upah Minimum Regional (UMR)
Kemampuan dan Produktivitas perusahaan
Jabatan, masa kerja, pendidikan, dan kompetensi.
Perbedaan jenis pekerjaan

64

Kebijakan komponen gaji/upah ditetapkan oleh masing-masing perusahaan. Yang jelas, gaji tidak boleh lebih
rendah dari Upah Minimum Propinsi (UMP) yang ditetapkan pemerintah.

Bagaimana Perjanjian Kerja Bersama mengatur mengenai penggajian?


Besaran upah atau gaji dan cara pembayarannya merupakan salah satu isi dari perjanjian kerja (Pasal 54 ayat 1
huruf e UU No. 13/2003). Akan tetapi dalam perjanjian kerja, tidak dijabarkan secara detail mengenai sistem
penggajian, hal tersebut akan dituangkan lebih lanjut dalam Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja
Bersama (PKB), atau dibuat dalam bentuk struktur dan skala upah menjadi lampiran yang merupakan satu
kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari PP/PKB. PP dan PKB merupakan kesepakatan tertulis dan
hasil perundingan antara pekerja/serikat pekerja dengan pengusaha
Berdasarkan pasal 14 ayat (3) Permenaker No. 1 Tahun 1999, Peninjauan besarnya upah pekerja dengan masa
kerja lebih dari 1 (satu) tahun, dilakukan atas kesepakatan tertulis antara pekerja/serikat pekerja dengan
pengusaha. Kesepakatan tertulis tersebut ditempuh dan dilakukan melalui proses perundingan bipartit antara
pekerja/serikat pekerja dengan pengusaha di perusahaan yang bersangkutan. Dari perundingan bipartit tersebut
kemudian melahirkan kesepakatan, yang selanjutnya kesepakatan tersebut dituangkan secara tertulis Peraturan
Perusahaan (PP), atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB).

Apa saja yang termasuk dalam komponen upah?


Yang termasuk dalam komponen upah berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No.
SE-07/MEN/1990 Tahun 1990 tentang Pengelompokan Komponen Upah Dan Pendapatan Non Upah, yaitu:
1.
2.

3.

Upah Pokok: adalah imbalan dasar yang dibayarkan kepada pekerja menurut tingkat atau jenis
pekerjaan yang besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
Tunjangan Tetap: adalah suatu pembayaran yang teratur berkaitan dengan pekerjaan yang diberikan
secara tetap untuk pekerja dan keluarganya serta dibayarkan dalam satuan waktu yang sama dengan
pembayaran upah pokok, seperti Tunjangan Isteri; Tunjangan Anak; Tunjangan Perumahan; Tunjangan
Kematian; Tunjangan Daerah dan lain-lain. Tunjangan Makan dan Tunjangan Transport dapat
dimasukan dalam komponen tunjangan tetap apabila pemberian tunjangan tersebut tidak dikaitkan
dengan kehadiran, dan diterima secara tetap oleh pekerja menurut satuan waktu, harian atau bulanan.
Tunjangan Tidak Tetap adalah suatu pembayaran yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan
dengan pekerja, yang diberikan secara tidak tetap untuk pekerja dan keluarganya serta dibayarkan
menurut satuan waktu yang tidak sama dengan waktu pembayaran upah pokok, seperti Tunjangan
Transport yang didasarkan pada kehadiran, Tunjangan makan dapat dimasukan ke dalam tunjangan
tidak tetap apabila tunjangan tersebut diberikan atas dasar kehadiran (pemberian tunjangan bisa dalam
bentuk uang atau fasilitas makan).

Apa ada Undang Undang yang mengatur mengenai Tunjangan pekerja?


Ada Tunjangan yang diatur ada juga yang tidak. Undang Undang tidak mengatur mengenai tunjangan tidak
tetap (tunjangan makan, transportasi, dll). Kebijakan mengenai tunjangan jenis ini, tergantung perusahaan
masing-masing. Untuk Tunjangan Kesejahteraan/Kesehatan, dalam UU no 13 pasal 99 mengatur
adanya Jaminan Sosial untuk para pekerja.
Adapula Tunjangan Hari Raya (THR), pemberian THR Keagamaan bagi pekerja di perusahaan diatur dalam
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER.04/MEN/1994 tentang Tunjangan Hari Raya (THR)
Keagamaan Bagi Pekerja di Perusahaan. Menurut peraturan tersebut, pengusaha diwajibkan untuk memberi
THR Keagamaan kepada pekerja yang telah mempunyai masa kerja 3 (tiga) bulan atau lebih secara terusmenerus. Pekerja yang bermasa kerja 12 bulan secara terus menerus atau lebih, mendapat THR minimal satu
bulan gaji. Sedangkan Pekerja/buruh yang bermasa kerja tiga bulan secara terus-menerus tetapi kurang dari 12

65

bulan, mendapat secara proporsional, yaitu dengan menghitung masa kerja yang sedang berjalan dibagi 12 (dua
belas) bulan dikali satu bulan upah.

Apa yang dimaksud dengan tunjangan keahlian?


Tunjangan keahlian merupakan salah satu bentuk tunjangan yang diterimakan kepada pekerja berkenaan
dengan posisi, kondisi atau suatu penilaian tertentu, bisa dalam bentuk uang, dan dapat berbentuk natura.
Tunjangan tersebut, adalah bagian dari komponen upah disamping upah pokok dan pendapatan non-upah,
seperti: fasilitas, bonus dan/atau THR.

Tunjangan keahlian diklasifikasikan tunjangan tetap karena dibayarkan secara teratur bersamaan dengan upah
pokok sesuai dengan jenjang keahlian dan kompetensi serta profesionalisme seseorang pekerja. Sebab,
menurut ketentuan Pasal 18 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) UU No. 13/2003, seseorang pekerja berhak
memperoleh pengakuan kompetensi (sesuai dengan keahlian dan profesionalismenya) yang diperoleh melalui
sertifikasi kompetensi kerja atau melalui pengalaman kerja.

Dengan demikian, bagi pekerja yang memiliki suatu keahlian atau kompetensi tertentu, disamping berhak atas
pengakuan kompetensi sesuai keahliannya, juga dengan sendirinya berhak memperoleh hadiah berupa
tunjangan keahlian.

Berapa besaran dan apa tolok ukur untuk menentukan tunjangan keahlian tersebut ?
Tidak ada pengaturannya dalam peraturan perundang-undangan. Sepanjang tidak melanggar prinsip-prinsip
kebijakan pengupahan, besaran dan tolok ukur penentuan tunjangan (termasuk tunjangan keahlian) merupakan
domain para pihak untuk mengaturnya atau memperjanjikan secara sukarela berdasarkan atas azas kebebasan
berkontrak dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.

Apa saja yang dimaksud dengan pendapatan non-upah?


Berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. SE-07/MEN/1990 Tahun 1990 tentang
Pengelompokan Komponen Upah Dan Pendapatan Non Upah, komponen pendapatan non upah adalah sebagai
berikut ini:
1.

2.

3.

Fasilitas: adalah kenikmatan dalam bentuk nyata/natura yang diberikan perusahaan oleh karena halhal yang bersifat khusus atau untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja, seperti fasilitas kendaraan
(antar jemput pekerja atau lainnya); pemberian makan secara cuma-cuma; sarana ibadah; tempat
penitipan bayi; koperasi; kantin dan lain-lain.
Bonus: adalah bukan merupakan bagian dari upah, melainkan pembayaran yang diterima pekerja dari
hasil keuntungan perusahaan atau karena pekerja menghasilkan hasil kerja lebih besar dari target
produksi yang normal atau karena peningkatan produktivitas; besarnya pembagian bonus diatur
berdasarkan kesepakatan.
Tunjangan Hari Raya (THR), Gratifikasi dan Pembagian keuntungan lainnya.

Apa saja jenis pemotongan gaji yang bisa dilakukan perusahaan?


Upah kotor adalah gaji pokok dan tunjangan tetap yang kita terima sebelum dilakukan pemotongan-pemotongan.
Upah bersih yang didapat pekerja tiap bulan biasa kita kenal dengan istilah take home pay. Perbedaan antara
upah kotor dan upah bersih disebabkan oleh adanya pemotongan-pemotongan gaji, seperti :
1.

Pemotongan Pajak Penghasilan

66

Menurut pasal 4 ayat 1 huruf a UU No.36/2008 tentang Pajak Penghasilan, Yang menjadi objek pajak adalah
penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, termasuk:
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk
gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya,
kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini
Jadi, perusahaan wajib melakukan pemotongan pajak penghasilan dari gaji kotor karyawannya. Jumlah pajak
penghasilan yang harus dipotong, besarnya tergantung dari :
Jumlah penghasilan kotor karyawan
Status perkawinan (single, menikah, jumlah anak)
Adanya penghasilan yang tidak boleh dikenakan pajak penghasilan
Tarif pajak yang berlaku
2. Pemotongan Pembayaran Iuran Jaminan Sosial (Asuransi kesehatan, jaminan pensiun, dll)
Pemotongan upah pekerja karena suatu pembayaran terhadap negara atas iuran keanggotaan/peserta untuk
suatu dana yang menyelenggarakan jaminan sosial dan ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan,
maka secara hukum pemotongan tersebut merupakan kewajiban dari pekerja (Pasal 22 ayat 2 PP No. 8 Tahun
1981).
3. Pemotongan Lainnya
Pemotongan upah karena absen tanpa alasan yang jelas
Secara hukum, apabila pekerja tidak bekerja, maka upah tidak dibayar (Pasal 93 ayat 1 UU No.13/2003).
Namun, pemotongan upah pekerja yang tidak masuk kerja tidak dapat dilakukan begitu saja, karena
berdasarkan Undang-Undang 13 tahun 2003, pekerja dilindungi haknya untuk mendapatkan upah penuh untuk
hari atau hari-hari ia tidak masuk bekerja, antara lain dalam hal pekerja tidak masuk kerja karena sakit, menjalani
cuti yang merupakan haknya, menikah, menikahkan anaknya, sedang haid bagi pekerja perempuan, atau ada
anggota keluarga (orang tua, mertua, keluarga dalam satu rumah) meninggal dunia.
Pemotongan upah karena pekerja melakukan pelanggaran
Pemotongan upah mengenai denda atas pelanggaran yang dilakukan pekerja dapat dilakukan apabila hal
tersebut diatur secara tegas dalam suatu perjanjian tertulis atau perjanjian perusahaan (Pasal 20 ayat 1 PP No. 8
Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah)
Pemotongan upah karena membayar cicilan
Cicilan ini bisa mencakup berbagai hal seperti membayar cicilan rumah, cicilan mobil, dsb.

Upah tidak perlu dibayarkan bila pekerja tidak melakukan pekerjaan, kecuali dalam situasi tertentu.
Dalam situasi apa saja pengusaha tetap wajib memberikan gaji/upah?

Pekerja sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan


Pekerja perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua masa haidnyasehingga tidak dapat
melakukan pekerjaan

Pekerja tidak masuk bekerja karena menikah, menikahkan,mengkhitankan, membaptiskan anaknya,


isteri melahirkan atau keguguran kandungan, suami atau isteri atau anak atau menantu atau orang tua atau
mertua atau anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia

Pekerja tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang menjalankan kewajiban terhadap negara
Pekerja tidak dapat melakukan pekerjaannya karena menjalankan ibadah yang diperintahkan
agamanya

67

Pekerja bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan tetapi pengusaha tidak
mempekerjakannya, baik karena kesalahan sendiri maupun halangan yang seharusnya dapat dihindari
pengusaha

Pekerja melaksanakan hak istirahat/cuti

Pekerja melaksanakan tugas serikat pekerja atas persetujuan pengusaha

Pekerja melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan

Apakah kita bisa mengajukan keluhan terhadap perusahaan yang terlambat membayar upah tiap
bulannya atau bila kita tidak mendapat upah seperti yang dijanjikan?
Tentu saja bisa. Dalam pasal 95 Undang Undang Nomor 13 ditulis bahwa penguasaha yang karena
kesengajaan atau kelalaiannya mengakibatkan keterlambatan pembayaran upah, dikenakan denda sesuai
dengan persentase tertentu dari upah pekerja.
Gaji/ Upah adalah hak pekerja, kita berhak menanyakan ke bagian manajemen sumber daya manusia (HRD)
mengenai upah. Jika negosiasi penyelesaian masalah dengan pihak HRD tidak berhasil, kita bisa melaporkan
perusahaan ke polisi/ Departemen Tenaga Kerja. Pasal 169 Undang-Undang Ketenagakerjaan menyatakan
bahwa pekerja bisa mengajukan permintaan resmi kepada pemerintah untuk mendapatkan penetapan terhadap
berbagai perselisihan industri mengenai pemutusan hubungan kerjanya dengan pengusaha ketika pengusaha
tidak membayar upahnya pada waktu yang disepakati selama tiga bulan berturut-turut atau lebih.

Bagaimana prosedur memperkarakan masalah keterlambatan pembayaran gaji oleh perusahaan?


Apabila Anda ingin memperkarakan masalah keterlambatan pembayaran gaji, maka Anda harus menggunakan
proses penyelesaian perselisihan hubungan industrial seperti yang diatur dalam UU No. 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. Prosedurnya adalah:

1.
2.

3.

Mengadakan perundingan bipartit (antara pekerja dan pengusaha) secara musyawarah untuk mencapai
mufakat.
Apabila dalam waktu 30 hari setelah perundingan dimulai tidak tercapai kesepakatan, upaya
selanjutnya adalah perundingan tripartit, yaitu dengan melibatkan Dinas Ketenagakerjaan dan
Transmigrasi setempat. Pada tahap ini, anda perlu mengajukan bukti-bukti bahwa perundingan bipartit
telah dilaksanakan, namun gagal mencapai kesepakatan.
Apabila perundingan tripartit tetap tidak menghasilkan kesepakatan, maka salah satu pihak dapat
mengajukan perselisihan ini kepada Pengadilan Hubungan Industrial.

Bagaimana bila perusahaan terlambat memberi upah? Apakah perusahaan akan dikenakan sanksi?
Apabila upah terlambat dibayar, maka mulai dari hari keempat sampai hari kedelapan terhitung dari hari
pembayaran upah, perusahaan wajib membayar sanksi keterlambatan yakni sebesar 5% dari gaji untuk tiap hari
keterlambatan. Diatas hari kedelapan, sanksi keterlambatan menjadi 1%/hari keterlambatan.

Apabila sesudah satu bulan upah masih belum dibayar, maka disamping berkewajiban untuk membayar
tambahan upah, perusahaan diwajibkan membayar bunga yang ditetapkan oleh bank untuk kredit perusahaan
yang bersangkutan.

68

Apakah saya tetap mendapat upah apabila saya tidak masuk kerja karena melakukan pernikahan?
Ya, pekerja tetap berhak mendapatkan upah apabila tidak masuk kerja karena sakit, menikah, menikahkan,
mengkhitankan, membaptiskan anaknya, istri melahirkan, atau ada anggota keluarga yang meninggal.

Untuk perhitungan upah berbayar saat sakit bisa Anda lihat di Pertanyaan mengenai Pekerja Yang Sakit dan
perhitungan upah berbayar saat sakit bisa Anda lihat di Seputar Cuti Tahunan

Dalam pasal 93 ayat 4 UU no.13/2003 tentang Tenaga Kerja, upah tidak masuk kerja karena halangan adalah
sebagai berikut :

Pekerja menikah, dibayar untuk 3 (tiga) hari


Menikahkan anaknya, dibayar untuk 2 (dua) hari

Mengkhitankan anaknya, dibayar untuk 2 (dua) hari

Membaptiskan anaknya, dibayar untuk 2 (dua) hari

Istri melahirkan/mengalami keguguran kandungan, dibayar untuk 2 (dua) hari

Suami/istri, orang tua/mertua, anak atau menantu meninggal dunia, dibayar untuk 2 (dua) hari

Anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia, dibayar untuk 1 (satu) hari.
Pengaturan pelaksanaan tentang upah tidak masuk kerja karena berhalangan ditetapkan dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama (PKB).

Apakah upah kerja selalu harus dalam bentuk uang?


Ya, upah yang diterima pekerja umumnya dalam bentuk uang.Akan tetapi, ada kalanya perusahaan membayar
sebagian dari upah dalam bentuk lain, dengan ketentuan nilainya tidak boleh melebihi 25% dari nilai upah yang
seharusnya diterima.

Bagaimana tata cara pembayaran upah?


Pembayaran upah harus dilakukan dengan alat pembayaran yang sah. Bila pembayaran upah tidak ditentukan
dalam perjanjian atau peraturan perusahaan, maka pembayaran upah dilakukan di tempat kerja atau kantor
perusahaan.

Jangka waktu pembayaran upah secepat-cepatnya bisa dilakukan seminggu sekali atau selambat-lambatnya
sebulan sekali, kecuali dalam perjanjian kerja tertulis waktu pembayaran kurang dari satu minggu.

Saya bekerja di perusahaan asing. Bagaimana tata cara pembayaran upah apabila gaji yang saya terima
dalam bentuk mata uang asing?
Apabila upah ditetapkan dalam mata uang asing, maka pembayaran dilakukan berdasarkan kurs resmi pada hari
dan tempat pembayaran.

Apabila pekerja melanggar peraturan perusahaan yang ada, apakah juga dikenakan denda/pemotongan
upah?

69

Dalam pasal 95 UU no 13/2003 tentang Tenaga Kerja, pemerintah mengatur pengenaan denda kepada
perusahaan dan/atau pekerja dalam pembayaran upah.

Perusahaan dapat mengenakan denda kepada pekerja yang melakukan pelanggaran, sepanjang hal itu diatur
dalam secara tegas dalam suatu perjanjian tertulis/peraturan perusahaan. Besarnya denda untuk setiap
pelanggaran harus ditentukan dan dinyatakan dalam perjanjian tertulis/peraturan perusahaan.

Apabila untuk satu perbuatan sudah dikenakan denda, perusahaan dilarang untuk menuntut ganti rugi terhadap
pekerja yang bersangkutan. Ganti rugi dapat diminta oleh perusahaan dari pekerja, apabila terjadi kerusakan
barang/kerugian lainnya baik milik perusahaan maupun milik pihak ketiga oleh pekerja karena
kelalaian/kesengajaan. Ganti rugi harus diatur terlebih dahulu dalam perjanjian tertulis/peraturan perusahaan dan
setiap bulannya tidak boleh lebih dari 50% dari upah

Denda yang dikenakan oleh perusahaan kepada pekerja tidak boleh dipergunakan untuk kepentingan
pengusaha atau orang yang berwenang untuk menjatuhkan denda tersebut.
Sumber:
Indonesia. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja.
Indonesia. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER.04/MEN/1994 tentang Tunjangan Hari
Raya (THR) Keagamaan Bagi Pekerja di Perusahaan
Indonesia. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. SE-07/MEN/1990 Tahun 1990 tentang
Pengelompokan Komponen Upah Dan Pendapatan Non Upah
Rekson Silaban, Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia dan anggota Dewan Pengawas ILO
Markus Sidauruk, Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia dan anggota Dewan Pengupahan Nasional

70

Anda mungkin juga menyukai