Anda di halaman 1dari 22

BAB I

STATUS PASIEN
I Identitas Pasien
a Nama/Jenis Kelamin/Umur : An. S / Perempuan / 15 bulan
b Pekerjaan
: belum sekolah
c Alamat
: Rt. 21 Talang Bakung
II
Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga
a Status Perkawinan
: Belum menikah
b Jumlah anak/saudara
:c Status ekonomi keluarga
: kurang
d Kondisi Rumah
:
Pasien tinggal di rumah berukuran 6x8 m dengan dinding papan dan
lantai semen. Memiliki 2 kamar tidur yang dilengkapi dengan jendela
dan ventilasi, ruang tamu, ruang keluarga, dapur permanen , kamar
mandi di dalam. Fasilitas air menggunakan sumur. Listrik ada. Kondisi

III
IV

rumah kering dan berdebu.


e Kondisi Lingkungan Keluarga
:
Disekitar rumah pasien tidak padat penduduk.
Aspek Psikologis di Keluarga : Baik
Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :
- Keluhan yang sama sebelumnya/dalam keluarga disangkal
- Riwayat penyakit kulit sebelumnya (-)

VKeluhan Utama

Mencret sejak 1 hari yang lalu.


VI

Riwayat Penyakit Sekarang


: (auto dan alloanamnesa)
Pasien datang dengan keluhan mencret sejak 1 hari yang lalu , pasien
mencret dengan frekuensi 4 kali dalam sehari konsistensi cair , lendir
(-), darah (-), bau busuk(-). Kadang disertai muntah, isinya makanan
dan minuman yang dimakan, lendir (-), darah (-). Pasien masih mau
minum, Pasien tidak mengeluhkan panas, batuk,maupun pilek.

VII.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
1 Keadaan sakit

:
: tampak sakit ringan

2
3
4
5

Kesadaran
Suhu
Nadi
Pernafasan
- Frekuensi
- Irama
- Tipe
Kulit
- Turgor
- Lembab / kering
- Lapisan lemak

: compos mentis
: 36,5C
: 78 x/menit
: 19 x/menit
: reguler
: torakoabdominal
: baik
: lembab
: cukup

Pemeriksaan Organ
1 Kepala
Bentuk
Simetri
2

3
4
5

Mata

Hidung
Telinga
Mulut

Leher

Thorax

: normocephal
: simetris

Exopthalmus/enophtal
Kelopak
Conjungtiva
Sklera
Kornea
Pupil
Lensa
Gerakan bola mata
: tak ada kelainan
: tak ada kelainan
Bibir
Bau pernafasan
Gigi geligi
Palatum
Gusi
perdarahan (-)
Selaput Lendir
Lidah
KGB
Kel.tiroid
JVP
Bentuk

: (-)
: normal
: anemis (-)
: ikterik (-)
: normal
: bulat, isokor, rc +/+
: normal, keruh (-)
: baik
: lembab
: normal
: lengkap
: deviasi (-)
: warna

merah

muda,

: normal
: putih kotor (-), ulkus (-)
: tak ada pembengkakan
: tak ada pembesaran
: normal
: simetris

Pergerakan dinding dada

tidak

ada

yang

tertinggal.
Pulmo
Pemeriksaan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

Kanan
Statis & dinamis: simetris
Stem fremitus normal
Sonor
Batas paru-hepar :ICS VI
kanan
Vesikuler (+) Normal,
Wheezing (-), rhonki (-)

Kiri
Statis & dinamis : simetris
Stem fremitus normal
Sonor
Vesikuler (+) normal.
Wheezing (-), rhonki (-)

Jantung
Inspeksi

Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula kiri,


tidak kuat angkat

Perkusi

Batas-batas jantung :
Atas : ICS II kiri
Kanan : linea sternalis kanan
Kiri : ICS IV linea midclavicula kiri
BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

Auskultasi
8

Abdomen

Inspeksi

Datar, skar (-), venektasi (-), spidernevi (-)

Palpasi

Nyeri tekan regio epigastrium (-), defans musculer (-), ,


hepatomegali (-), splenomegali (-), nyeri ketok
costovertebra (-/-)

Perkusi

Timpani

Auskultasi

Bising usus (+) meningkat

Ekstremitas Atas

Edema (-), akral hangat


10 Ekstremitas bawah
Edema (-), akral hangat
IX.

Status Dermatologi :

Tidak ada kelainan


X.

Diagnosis :
Diare tanpa dehidrasi

XI. Diagnosis Banding: XII. Pemeriksaan Anjuran


- Darah rutin
- Pemeriksaan feses
XIII. Manajemen
a

Preventif :

Menjaga kebersihan makanan dan minuman

Mencuci tangan dengan sabun sebelum menyentuh makanan

Mencuci peralatan makan dengan bersih

Promotif :
- Menjelaskan kepada ibu pasien mengenai perjalanan penyakit
-

diare
Menghindari faktor-faktor yang memperberat

Kuratif :
Non Medikamentosa

Mencuci tangan dengan sabun sebelum menyentuh makanan

Jangan makan sembarangan makanan

Medikamentosa

Oralit 1 sachet setiap kali BAB


Zink 1 x 1 tab
Rehabilitatif
- Meningkatkan daya tahan tubuh.
- Mengatur pola makan yang gizi seimbang
- Menjaga higienitas pasien.

Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas

Talang Bakung

Dokter

Putri Ayu

SIP

234/SIP/2015
Jambi, 9 September 2015

R/ Oralit sach

no.V

S.prn (setiap kali BAB)


R/ Zink 20mg tab

no. X

s 1 d d 1 tab

Pro

: An. S

Umur : 15 bulan

Alamat: Rt.21 Talang Bakung

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

DEFINISI
Diare akut pada anak adalah diare yang terjadi secara mendadak dan
berlangsung kurang dari 14 hari (kebanyakan kurang dari 7 hari) pada bayi
atau anak yang sebelumnya sehat. Ada juga yang memberi batasan diare akut
pada anak yaitu buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan
konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu .
6

2.2. EPIDEMIOLOGI
Diare akut merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas
anak-anak di berbagai negara berkembang termasuk di Indonesia. Terdapat 60
juta episode diare akut setiap tahunnya di Indonesia dimana 1-5 %
daripadanya akan menjadi diare kronik dan bila sampai terjadi dehidrasi berat
yang tidak segera ditolong, 50-60% diantaranya dapat meninggal dunia .
Berbagai faktor yang mempengaruhi kejadian diare antara lain :

Faktor lingkungan

Gizi

Kependudukan

Pendidikan

Keadaan sosial ekonomi

Perilaku masyarakat

Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kebersihan lingkungan dan


perorangan seperti kebersihan puting susu, kebersihan botol dan dot susu,
maupun kebersihan air yang digunakan untuk mengolah susu dan makanan.
Faktor gizi misalnya adalah tidak diberikannya makanan tambahan meskipun
anak telah berusia 4-6 bulan. Faktor pendidikan yang utama adalah
pengetahuan

ibu

tentang

masalah

kesehatan.

Faktor

kependudukan

menunjukkan bahwa insiden diare lebih tinggi pada penduduk perkotaan yang
padat dan miskin atau kumuh. Sedangkan faktor perilaku orangtua dan
masyarakat misalnya adalah kebiasaan ibu yang tidak mencuci tangan sebelum
menyiapkan makanan, setelah buang air besar atau membuang tinja anak.
Kesemua faktor di atas terkait erat dengan faktor ekonomi masing-masing
keluarga .
2.3 ETIOLOGI
Penyebab diare akut antara lain yaitu virus, bakteri, parasit, alergi susu sapi,
laktose defisiensi primer dan obat-obatan tertentu . Penyebab utama oleh virus

adalah Rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya yaitu virus Norwalk,


Astrovirus, Calcivirus, Coronavirus, Minirotavirus dan virus bulat kecil.
Bakter-bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas
hydrophyla, Escherichia coli enteroaggregatife, E. coli enteroinvansife, E. coli
halemortagik,

Plesiomonas

shigelloides,

Vibrio

cholerae

non-01,

V.

Parahemolyticus, Yersina enterocolotica.


Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Giardia lamblia, Entamoeba
histolytica, Isospora belli, Balantidium coli, Cryptosporodium, Capillaria
philipinensis,

Fasiolopsis

buski,

Sarcocystis

suihominis,

Strongiloides

strecoralis, dan Trichuris trichiura.


2.4 PATOGENESIS
Virus

Beberapa jenis virus seperti Rotavirus, berkembang biak dalam epitel vili
usus halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili.
Hilangnya sel-sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorbsi dan
penggantian sementara oleh sel epitel berbentuk kripta yang belum
matang, menyebabkan usus mensekresi air dan elekrolit. Kerusakan vili
dapat juga dihubungkan dengan hilangnya enzim disakaridase terutama
laktase. Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel
vilinya menjadi matang.

Bakteri

Penempelan di mukosa. Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus


pertama-tama harus menempel mukosa untuk menghindarkan diri dari
penyapuan. Penempelan terjadi melalui antigen yang menyerupai rambut
getar, disebut pili atau fimbria yang melekat pada reseptor di permukaan
usus. Hal ini terjadi misalnya pada E. coli enterotoksigenik dan V. Cholera
01. Pada beberapa keadaan, penempelan di mukosa dihubungkan dengan
perubahan epitel usus yang menyebabkan pengurangan kapasitas
8

penyerapan atau menyebabkan sekresi cairan (misalnya infeksi E. coli


enteropatogenik atau enteroaggrerasi).

Toksin yang menyebabkan sekresi. E. coli enterotoksigenik, V. cholerae 01


dan beberapa bakteri lain mengeluarkan toksin yang menghambat fungsi
sel epitel. Toksin ini mengurangi absorbsi natrium melalui vili dan
mungkin meningkatkan sekresi chlorida dari kripta, yang menyebabkan
sekresi air dan elektrolit. Penyembuhan terjadi bila sel yang sakit diganti
dengan sel yang sehat setelah 2-4 hari.

Invasi mukosa. Shigella, C. Jejuni, E. coli enteroinvasife dan Salmonella


dapat menyebabkan diare berdarah melalui invasi dan perusakan sel epitel
mukosa. Ini terjadi sebagian besar di colon dan bagian distal ileum. Invasi
mungkin diikuti dengan pembentukan mikroabses dan ulkus superfisial
yang menyebabkan adanya sel darah merah dan sel darah putih atau
terlihat adanya darah dalam tinja. Toksin yang dihasilkan oleh kuman ini
menyebabkan kerusakan jaringan dan kemungkinan juga sekresi air dan
elektrolit dari mukosa.

Parasit

Penempelan mukosa. G. Lamblia dan Cryptosporodium menempel


pada

epitel usus halus dan menyebabkan pemendekan vili yang

kemungkinan menyebabkan diare.

Invasi mukosa. E. histolytica menyebabkan diare dengan cara


menginvasi epitel mukosa di kolon atau ileum yang menyebabkan
mikroabses dan ulkus. Namun hal ini baru terjadi bila strainnya sangat
ganas.

Obat-obatan

Beberapa macam obat terutama antibiotika dapat juga menjadi


penyebab diare. Antibiotika agaknya membunuh flora normal usus sehigga
organisme yang tidak biasa atau yang kebal terhadap antibiotik itu sendiri
akan berkembang bebas. Disamping itu sifat farmakokinetika dari

antibiotika itu sendiri juga memegang peran penting. Sebagai contoh


ampisilin dan klindamisin adalah antibiotik yang dikeluarkan di dalam
empedu yang merubah flora flora tinja secara intesif walaupun diberikan
secara parental. Antibiotik juga bisa menyebabkan malabsorbsi, misalnya
tetrasiklin, kanamisin, basitrasi, polmiksi, dan neomisin
2.5 PATOFISIOLOGI
Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare yaitu sekretorik dan osmotik.
Diare sekretorik
Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus
halus. Hal ini terjadi bila absorbsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi
chlorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhirnya adalah
sekresi cairan yang menebabkan kehilangan air dan elektrolit dari tubuh
sebagai tinja cair yang dapat menyebabkan dehidrasi. Pada diare infeksi
perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toksin
bakteri seperti toksin E.coli dan V. cholerae 01 atau virus (Rotavirus).
Diare osmotik
Diare osmotik terjadi bila suatu bahan yang secara osmotik aktif dan sulit
diserap. Jika bahan semacam itu berupa larutan isotonik, air dan bahan yang
larut di dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila
substansi yang diabsorbsi dengan jelek berupa larutan hiprtonik, air dan
beberapa elektrolit akan pindah dari cairan ekstraseluler ke dalam lumen usus
sampai osmolaritas dari isi usus sama dengan cairan eksreaseluler dan darah.
Hal in meningkatkan volume tinja dan menyebabkan dehidrasi karena
kehilangan cairan tubuh .
Pada diare akan terjadi kekurangan air (dehidrasi), gangguan keseimbangan
asam basa (asidosis metabolik), yang secara klinis berupa pernafasan kusmaull,
hipoglikemia, gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi (Aswitha, dkk, 2000).
2.6 MANIFESTASI KLINIS

10

Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu


makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Gejala muntah dapat
terjadi sebelum dan/ sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan air dan
elektrolit terjadilah dehidrasi. Berat badan turun. Pada bayi, ubun-ubun besar
cekung. Tonus dan turgor kulit berkurang. Selaput lendir bibir dan mulut kering
.
Cara praktis penatalaksanaan diare yaitu berdasarkan tipe klinis diare itu
sendiri. Terdapat 4 macam tipe klinis diare, dimana tiap macam
menggambarkan kelainan yang mendasari dan perubahan fisiologi yang
berbeda-beda :

Diare cair akut (termasuk kolera) yang berlangsung beberapa jam


sampai dengan beberapa hari. Pada diare ini perlu diwaspadai bahaya
terjadinya dehidrasi, juga dapat terjadi penurunan berat badan apabila
intake makanan kurang.

Diare akut dengan pendarahan (disentri) , dimana pada diare ini bahaya
utamanya adalah kerusakan usus, sepsis, dan malnutrisi serta dehidrasi.

Diare persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih), dimana


bahaya utamanya adalah malnutrisi dan infeksi non intestinal berat
serta dehidrasi.

Diare dengan malnutisi berat (marasmus atau kwashiorkor) dengan


bahaya utamanya antara lain infeksi sistemik berat, dehidrasi, gagal
jantung, dan defisiensi mineral dan vitamin (WHO, 2004).

2.7 PENCEGAHAN
Diare dapat dicegah dengan memperbaiki usaha multisektoral antara lain
sebagai berikut :
-

Meningkatkan sarana air besih dan sanitasi umum

Promosi pendidikan higiene

Pemberian ASI eksklusif

11

Meningkatkan ketrampilan mengasuh anak

Imunisasi pada anak : khususnya untuk membasmi campak

Menggunakan jamban /wc

Menjaga kebersihan makanan dan minuman

Mencuci tangan dengan sabun sebelum menyentuh makanan

Mencuci peralatan makan (WHO, 2004).

2.8 DIAGNOSIS
1.

Anamnesis
a.

Riwayat diare sekarang :

Sudah berapa lama diare berlangsung


-

Total diare dalam 24 jam, diperkirakan dari frekuensi diare dan


jumlah tinja

Keadaan klinis tinja (warna, konsistensi, ada lendir atau darah


tidak)

Muntah (frekuensi dan jumlah)

Demam

Buang air kecil terakhir

Anak lemah, rewel, rasa haus, kesadaran menurun

Jumlah cairan yang masuk selama diare


-

Tindakan yang telah diambil (diberi cairan, ASI, makanan, obat,


oralit)

Apakah ada yang menderita diare di sekitarnya


-

Riwayat bepergian ke daerah yang sedang terkena wabah diare

Kontak dengan orang yang sakit

b. Penggunaan antibiotik
c. Riwayat diare sebelumnya : kapan, berapa lama
d. Riwayat penyakit penyerta saat ini
e. Riwayat imunisasi : lengkap atau tidak.

12

f. Riwayat makanan sebelum diare : ASI, susu formula, makan makanan


yang tidak biasa .
2.

Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama yaitu,
kesadaran, rasa haus, turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda
tambahan, yaitu ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung atau
tidak, ada atau tidaknya air mata, kering atau tidaknya mukosa mulut, bibir
dan lidah. Jangan lupa menimbang berat badan. Perhatikan pula ada
tidaknya pernafasan cuping hidung, retraksi interkostal, akral dingin,
perfusi jaringan serta derajat dehidrasinya.
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut :

Tanpa dehidrasi (kehilangan caiaran < 5% berat badan)


-

Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan

Keadaan umum baik baik dan sadar


-

Tanda vital dalam batas normal

Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada,
mukosa mulut dan bibir basah

Turgor abdomen baik, bising usus normal

Akral hangat

Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain


(tidak mau minum, muntah terus menerus, diare yang frekuen).
Dehidarasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)
-

Apabila di dapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih


tanda tambahan

Keadaan umum gelisah dan cengeng

Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata


kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering

Turgor kurang

Akral hangat
13

Pasien harus rawat inap.

Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)


-

Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda
tambahan

Keadaan umum lemah, letargi tau koma

Ubun-ubun besar sangat cekung, mata sangat cekung, air mata


tidak ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering

Turgor buruk

Akral dingin

Pasien harus rawat inap

Penilaian dehidrasi menurut MTBS


Terdapat 2 atau lebih dari tanda-tanda
berikut ini :
Letargis atau tidak sadar
Mata cekung
Tidak bisa minum atau malas
minum
Cubitan kulit perut kembalinya
sangat lambat
Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda
berikut ini:
Gelisah, rewel
Mata cekung

Dehidrasi berat

Dehidrasi ringan/sedang

14

Haus, minum dengan lahap


Cubitan kulit perut kembalinya
lambat

Tidak cukup tanda-tanda untuk


diklasifikasikan dehidrasi berat atau
ringan/sedang
1.
a.

Tanpa dehidrasi

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaaan tinja

Makroskopis : bau, warna, lendir, darah , konsistensi

Mikroskopis: eritrosit, lekosit, bakteri, parasit

Kimia : PH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)

Biakan dan uji sensitivitas


b. Pemeriksaan darah : Darah lengkap, analisis gas
darah dan elektrolit (terutama Na, K, Ca, dan P
serum pada diare yang disertai kejang), kadar
uerum dan kreatinin darah.
c.

Pemeriksaan urin

: urin rutin

2.9 PENATALAKSANAAN
1.

Atasi dehidrasi

Tanpa dehidrasi
Cairan rumah tangga dan ASI diberikan semaunya, oralit
diberikan sesuai usia setiap kali buang air besar atau muntah
dengan dosis:

< 1 tahun: 50-100 cc

1-5 tahun : 100-200 cc

5 tahun : semaunya.

15

Dehidrasi ringan sedang


Rehidrasi dengan oralit 75 cc/kgBB dalam 3 jam pertama
dilanjutkan pemberian kehilangan cairan yang sedang
berlangsung sesuai umur seperti di atas setiap kali buang air
besar.

Dehidrasi berat
Rehidrasi parenteral dengan cairan ringer laktat atau ringer asetat
100 cc/kgBB. Cara pemberian :
-

< 1 tahun 30cc/kgBB dalam 1 jam pertama dilanjutkan 70


cc/kgBB dalam 5 jam berikutnya.

1 tahun : 30 cc/kgBB dalam jam pertama dilanjutkan 70


cc/kgBB dalam 2 jam berikutnya.

Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5 cc/kgBB


selama proses rehidrasi.
2.

Pemakaian antibiotik
Bila ada indikasi seperti pada Shigella dan Cholera. Antibiotik
sesuai dengan hasil pemeriksaan penunjang. Sebagai pilihan adalah
kotrimoksazol, amoksisilin dan atau sesuai hasil uji sensitivitas.\

3.

Diet
Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit
tapi sering, rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.

4.

Jangan mengunakan spasmolitika


5.

Koreksi elektrolit : koreksi bila terjadi hipernatremia, hiponatremia,


hiperkalemia atau hipokalemia.

6.
-

Vitamin A
6 bulan 1 tahun : 100.000 IU
-

>1 tahun : 200.000 IU


16

7.

Pendidikan orangtua : penyuluhan tentang penanganan diare dan cara-cara


pencegahan diare.

Indikasi rawat inap :

Diare akut dengan dehidrasi berat

Diare akut dehidrasi ringan sedang dengan komplikasi

Usia < 6 bulan (usia yang mempunyai resiko tinggi mengalami


dehidrasi), buang air besar cair > dari 8 kali dalam 24 jam dan muntah
> dari 4 kali sehari .

2.10 PEMANTAUAN
1) Terapi
Setelah pemberian caiaran rehidrasi harus dinilai ulang derajat
dehidrasi, berat badan, gejala dan tanda dehidrasi. Jika masuh dehidrasi
maka dilakukan rehidrasi ulang sesuai dengan derajat dehidrasinya.Jika
setelah 3 hari pemberian antibiotik klinis dan laboratorium tidak ada
perubahan maka dipikirkan penggantian antibiotik sesuai hasil uji
sensitivitas.

2) Tumbuh kembang
3) Timbang berat badan sebelum dan sesudah rehidrasi, 2 minggu setelah
sembuh dan seterusnya secara periodik sesuai umur. Jika anak mengalami
gizi buruk maka dikelola sesuai dengan SPM gizi buruk

Penderita dapat dipulangkan bila penderita tidak dehidrasi, keadaaan umum


dan tanda vital baik, sudah bisa makan dan minum.

17

BAB III
ANALISA KASUS
Pasien An.S, 15 bulan datang dengan keluhan mencret sejak 1 hari yang
lalu , pasien mencret dengan frekuensi 4 kali dalam sehari konsistensi cair , lendir
(-), darah (-), bau busuk(-). Kadang disertai muntah, isinya makanan dan
minuman yang dimakan, lendir (-), darah (-). pasien masih mau minum, Pasien
tidak mengeluhkan panas, batuk,maupun pilek.

18

Dari pemeriksaan fisik: tanda vital dalam batas normal, tidak ada tandatanda dehidrasi. Berdasarkan teori
-

Keadaan umum gelisah dan cengeng

Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata


kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering

Turgor kulit menurun

Akral hangat

Dari Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, akhirnya


didapatkan diagnosa penyakit yang di derita pasien yaitu Diare tanpa dehidrasi.
Pasien tinggal di rumah berukuran 6x8 m dengan dinding papan dan lantai
semen. Memiliki 2 kamar tidur yang dilengkapi dengan jendela dan ventilasi,
ruang tamu, ruang keluarga, dapur permanen , kamar mandi di dalam. Fasilitas air
menggunakan sumur. Listrik ada. Kondisi rumah kering dan berdebu. Disini tidak
terdapat hubungan antara kondisi rumah dengan penyakit yang di derita pasien.
a. Hubungan diagnosis dengan rumah dan lingkungan sekitar
Kebersihan rumah dan lingkungan sekitar kurang terjaga, serta keadaan sosial
ekonomi yang tergolong kurang mampu. Kebersihan rumah yang kurang
terjaga termasuk salah satu faktor predisposisi terinfeksinya penyakit yang
dialami pasien.
b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga
Dari alloanamnesis diketahui bahwa tidak ada anggota keluarga yang
mengalami keluhan yang sama seperti pasien. Tidak ada hubungan diagnosis
dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga.
c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan
lingkungan sekitar
Untuk kebersihan badan, ibu pasien mengaku bahwa pasien mandi dua kali
sehari. Pasien sering bermain tanah dipekarangan rumah. Ibu pasien mencuci
tangan sebelum makan dengan air bersih, namun ia mencuci tangan hanya
menggunakan air saja tanpa menggunakan sabun. Ibu pasien tidak mencuci

19

tangan dengan sabun setelah buang air. Dapat disimpulkan kebersihan atau
higienitas ibu pasien kurang terjaga sehingga terjadi keluhan yang dialami
pasien.
d. Analisis untuk mengurangi paparan atau memutuskan rantai penularan
dengan factor resiko atau etiologi pada pasien ini

Menjaga kebersihan diri.

Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan


setelah buang air.

Jangan makan makanan yang tidak bisa dijamin


kebersihannya.

Makan makanan bergizi, lengkap dengan sayur dan lauk


pauk serta buah dan susu.

DAFTAR PUSTAKA

1. Armon, 2001. An evidence and consensus based guideline for acute diarrhoea
management. mk.armon@ntlworld.com
2. Aswitha, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran; Gastroenterologi Anak. Media
Aesculapius. Jakarta, hal : 470 471.
3. IDAI, 2004. Standar Pelayanan Medis. Badan Penerbit IDAI. Jakarta, hal : 49-52.
4. Irwanto, 2002. Ilmu Penyalit Anak; Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba
Medika. Jakarta, hal : 73 79.
5. Randy P Prescilla, MD, FAAP, 2006. Gastroenteritis. www.emedicinehealth.com

20

6. Subagyo, 2004. Standar Pelayanan Medis Kelompok Staf Medis Fungsional Anak
RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta, hal : 58-63.
7. WHO, 2004. Diarrhoea : Water, Sanitation and Hygiene Links to Health
.www.wikipedia.com.

Dokumentasi

21

22

Anda mungkin juga menyukai