Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia sebagai salah satu negara berkembang memang memiliki
banyak isu dan permasalahan terkait sosial dan ekonomi yang perlu diamati
lebih lanjut. Salah satunya adalah kemiskinan. Perdebatan terjadi ketika
teori, konsep, serta pengaplikasian untuk menanggulangi kemiskinan dirasa
hanya berpengaruh sedikit dalam upaya mengentasan kemiskinan. Alhasil
hanya menjadi alat menghambur-hambur biaya dengan hasil yang dirasa
minim.
Indonesia sebagai negara berkembang memiliki potensi untuk terus
maju mengingat letak geografisnya yang menunjang tersedianya kekayaan
alam yang melimpah, tanah yang subur, potensi bahari yang besar, serta
keanekaragaman hayati yang hanya bisa dibandingkan oleh beberapa
negara saja. Optimisme muncul dengan banyaknya kekayaan yang Indonesia
miliki sebagai sebuah jembatan dari jawaban pengentasan kemiskin seperti
dengan membuka lapangan kerja baru, pemerataan pendapatan, dll.
Namun kini muncul sebuah fenomena dimana kemiskinan bukan hanya
sebuah keadaan tentang ketidak mampuannya seseorang untuk memenuhi
kebutuhannya, tetapi juga kegagalan negara dalam memenuhi hak-hak
seorang manusia untuk sejahtera. Sebenarnya Indonesia memiliki cita-cita
luhur untuk membuat semua rakyatnya mampu merasakan kekayaan negara
ini. Hal tersebut terpampang di dalam batang tubuh Pasal 33 ayat 3 UUD
1945 yang mengamanatkan pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia
untuk menguasai seluruh kekayaan alam untuk dipergunakan sepenuhnya
bagi kemakmuran seluruh rakyat Indonesia .

Kemiskinan merupakan sebuah masalah kompleks yang dipengaruhi


oleh berbagai sumber yang saling berkaitan, antara lain tingkat pendidikan
masyarakat, pendapatan, pengangguran, geografis, karakter, budaya, dan
lainnya. Tidak hanya di desa, di kota pun fenomena kemiskinan bisa dengan
mudah ditemukan.
Di Kota Sukabumi yang notabennya adalah kota berkembang tak luput
dari kemiskinan. Hiruk pikuk di pusat kota yang padat dengan toko-toko
perbelanjaan dan gedung-gedung perkantoran terselip perkampungan di
gang-gang kecil yang sangat berbeda jauh dengan yang ada disekelilingnya.
Ironinya di perkampungan itu tak sedikit rumah-rumah warga yang miskin
bahkan ada pula rumah yang sudah tak layak untuk dihuni. Akibat yang
ditimbulkan dari kemiskinan itu sendiri adalah rendahnya tingkat pendidikan
yang dilalui oleh anak-anak. Banyak anak putus sekolah karena tidak bisa
membiayai ataupun melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tingi,
ujung-ujungnya mereka hanya tamatan SMA, SMP, bahkan SD.
Disini saya akan meneliti tentang KETERKAITAN KEMISKINAN DAN
PENDIDIKAN (Pengaruh Kemiskinan Terhadap Rendahnya Pendidikan yang
Berkaitan

dengan

PANCASILA

di

KOTA

SUKABUMI).

Kemiskinan

dan

pendidikan itu saling mempengaruhi satu sama lain. Semakin tinggi tingkat
kemiskinan, semakin tinggi pula tingkat pendidikian yang rendah yang
berakibat rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM).

B. Rumusan Masalah
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan. Penulis hanya focus untuk meneliti pengaruh
dari kemiskinan terhadap rendahnya pendidikan, juga dikaitkan dengan
Pancasila

sebagai

ideologi.

Rumusan

masalah

dimaksudkan

untuk

mempermudah

jalannya

penelitian,

fokus

tidak

terlalu

luas

dalam

pembahasan. Adapun batasan masalah yang peneliti buat untuk mengkaji


KETERKAITAN KEMISKINAN DAN PENDIDIKAN (Pengaruh Kemiskinan
Terhadap Rendahnya Pendidikan yang Berkaitan dengan PANCASILA di KOTA
SUKABUMI) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apa penyebab terjadinya kemiskinan di wilayah Kelurahan Gunung Parang
?
2. Bagaimana keadaan masyarakat miskin di wilayah Kelurahan Gunung
Parang ?
3. Apa jenis mata pencaharian masyarakat di wilayah Kelurahan Gunung
Parang ?
4. Bagaimana kesadaran masyarat miskin tentang pendidikan di wilayah
Kelurahan Gunung Parang ?

C. Lokasi Penelitian
Dalam upaya menjawab masalah penelitian yang sudah dibuat di atas, maka dibutuhkan
data penelitian. Untuk secara keseluruhan data penelitian ini akan dikumpulkan melalui upaya
observasi atau pengamatan langsung di Jl.Veteran Gg.Kenanga Rt.01/03 Kelurahan.Gunung
Parang Kota.Sukabumi.

D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari diadakannya penelitian yang hendak dicapai
adalah :
1. Mengetahui

penyebab

terjadinya

kemiskinan

di

wilayah

Kelurahan

Gunung Parang.
2. Mengetahui keadaan masyarakat miskin di wilayah Kelurahan Gunung
Parang.
3. Mengetahui jenis mata pencaharian masyarakat di wilayah Kelurahan
Gunung Parang.

4. Mengetahui kesadaran masyarat miskin tentang pendidikan di wilayah


Kelurahan Gunung Parang.
E. Objek Penelitian
Dalam penyusunan laporan penelitian ini penulis melakukan penelitian
terhadap masyarakat dengan objek penelitian di wilayah Keluarahan Gunung
Parang sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Keluarga miskin
Tingkat pendidikan
Mata pencaharian
Pendapatan

BAB II
REVIEW LITERATUR
A. Gambaran Umum Tempat Observasi
Luas Wilayah Kelurahan Gunung Parang
No.

RW

Jumlah RT

Luas Wilayah (Ha)

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

01
02
03
04
05
06
07
08
09

3
3
3
3
4
4
6
4
5

4,45
7,43
4,34
8,3
7,27
7,21
10,25
8,43
6,64

Jumla
h

35

64,04

Penduduk di Kelurahan Gunung Parang


Bulan Oktober
No.

RW

Laki-laki

Wanita

Jumlah

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

01
02
03
04
05
06
07
08
09

169
196
152
144
226
219
210
375
78

200
199
141
164
238
219
227
368
94

369
395
293
308
464
438
437
743
172

1769

1850

3619

Jumlah

Mata Pencaharian di Keluarahan Gunung Parang


Bulan Oktober
No.

Mata
Pencaharian

RW
01

RW
02

RW
03

RW
04

RW
05

RW
06

RW
07

RW
08

RW
09

Jumla
h

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Petani
PNS
Karyawan
Wiraswasta
AD
AU
AL
POLRI
Pensiunan
Pedagang
Buruh
Buruh Kasar
Pelajar/Mahasi
swa
Pengangguran
/IRT

0
12
52
89
0
0
0
0
5
12
0
0
85

0
5
49
33
0
0
0
2
18
92
1
0
64

0
5
31
0
0
0
0
2
11
10
0
0
63

0
10
45
40
1
0
0
0
17
2
0
0
63

0
20
93
15
1
0
0
2
15
62
0
0
66

0
18
71
0
0
0
0
1
17
26
0
0
62

0
3
67
52
0
0
0
1
4
25
0
0
45

0
4
94
80
1
0
0
0
3
68
0
0
141

0
0
34
28
0
0
0
0
1
24
0
0
24

0
77
536
337
3
0
0
8
91
321
1
0
613

114 131 171 130 190 243 240 352

61

1632

14.

Jumlah

369 395 293 308 464 438 437 743 172

3619

B. Teori-Teori Permasalahan
1. Definisi Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan
alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan
dan pekerjaan.Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang
memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang

lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi
memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan,dll.

Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya


mencakup:
Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan
pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan.
Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barangbarang dan pelayanan dasar.
Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial,
ketergantungan,

dan

ketidakmampuan

untuk

berpartisipasi

dalam

masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan


sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup
masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang
ekonomi. Gambaran kemiskinan jenis ini lebih mudah diatasi daripada dua
gambaran yang lainnya.
Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai.
Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian
politik dan ekonomi di seluruh dunia. Gambaran tentang ini dapat diatasi
dengan

mencari

objek

penghasilan

di

luar

profesi

secara

halal.

Perkecualian apabila institusi tempatnya bekerja melarang.

2. Definisi Pendidikan
Pada dasarnya pengertian pendidikan( UU SISDIKNAS No.20 tahun
2003 ) adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar

dan

proses

mengembangkan

pembelajaran

potensi

dirinya

agar
untuk

peserta
memiliki

didik

secara

kekuatan

aktif

spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta


keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata
didik dan mendapat imbuhan pe dan akhiran an, maka kata ini
mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa
definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusiamelalui upaya
pengajaran dan pelatihan.
Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia)
menjelaskan tentang pendidikan yaitu: Pendidikan yaitu tuntutan di dalam
hidup

tumbuhnya

anak-anak,

adapun

maksudnya,

pendidikan

yaitu

menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar
mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah
mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 arti pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan Negara.
Dari beberapa arti pendidikan menurut ahli tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa Pendidikan adalah Bimbingan atau pertolongan yang
diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai
kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas
hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitin
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
Metode kualitatif yaitu proses berpikir yang dimulai dari data yang
dikumpulkan kemudian diambil kesimpulan secara umum . Metode kualitatif
berorientasi dengan logika induktif karena penelitian tidak memaksa diri
untuk hanya membatasi penelitian pada upaya penerimaan atau penolakan
dugaan-dugaannya melainkan mencoba memahami situasi sesuai dengan
situasi tersebut menampakkan diri.
Penelitian

kualitatif

ini

dilakukan

dengan

tujuan

utama

untuk

menggambarkan atau membuat deskripsi suatu keadaan. Rancangan


penelitian yang digunakan adalah menggunakan studi kasus (case study).
Pengumpulan datanya wawancara mendalam dan observasi terhadap ciri
para tamu yang datang, jam kerja, cara kerja, dan keadaan yang
memungkinkan

terjadinya

transaksi

seksual.

Wawancara

mendalam

dilakukan supaya peneliti dapat mengeksplorasi subjek secara mendalam.


Diharapkan dengan melakukan observasi peneliti dapat mendeskripsikan
setting dari subjek yang diteliti, aktivitas yang berlangsung, orang-orang
yang terlibat dengan aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari persepketif
mereka yang terlibat dalam kejadian tersebut.

B. Subjek Penelitian
Tujuan di dalam penelitian kualitatif bukan untuk membuat suatu
sampel yang representatif bagi suatu populasi, tetapi untuk mengenali
kelompok orang tertentu yang memiliki karakteristik atau yang berada

dalam situasi yang relevan dengan fenomena sosial yang diteliti. Dengan
demikian

keterwakilan

statistik

bukan

merupakan

syarat

utama

jika

sasarannya adalah memahami prosesproses sosial .


Berkaitann dengan tujuan penelitian kualitatif, maka dalam prosedur
sampling yang terpenting adalah bagaimana menentukan informan kunci
(key informan) atau situasi sosial tertentu yang sarat informasi sesuai
dengan fokus penelitian.
Penelitian kualitatif tidak mempersoalkan jumlah sampel. Karena
dalam hal ini, jumlah informan sedikit atau banyak tergantung dari tepat
tidaknya pemilihan informan kunci dan kompleksitas serta keragaman
fenomena sosial yang diteliti. Adapun yang menjadi subyek dalam penelitian
kualitatif ini adalah 1 dari 9 keluarga miskin yang ada di RT.01 RW.03
Kelurahan Gunung Parang Kota Sukabumi. Yakni, keluarga Bapak Nanang
Sujana dan Ibu Lilis Syamsyiah. Dan dalam wawancaranya diwakili oleh Ibu
Lilis Syamsyiah dan informan kuncinya adalah istri dari ketua RTnya Ibu Elis.

C. Pengumpulan Data
1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder,
tepatnya di perkampungan rumah-rumah warga.
a. Data Primer
Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan
wawancara mendalam (indepth interview) pada subyek penelitian
yaitu keluarga miskin. Setelah mendapatkan informasi dari informan
awal, maka peneliti akan melakukan pendekatan secara pribadi.
Wawancara mendalam ini bertujuan untuk menggali lebih dalam
kebiasaan umum kelompok yang menjadi target penelitian berikut
alasan-alasan yang melatar belakanginya .

10

b. Data Sekunder
Data sekunder

digunakan

sebagai

data

penunjang

dan

pelengkap dari data primer yang ada relevansinya dengan keperluan


penelitian. Data sekunder dimanfaatkan sebagai data pelengkap atau
pendukung

data

primer

yang

berhubungan

dengan

keperluan

penelitian. Petikan-petikan dokumen, surat, foto-foto dan rekamanrekaman lainnya dapat dijaring dengan cara studi dokumentasi . Dalam
penelitian ini data sekunder diperoleh dengan studi dokumentasi yang
berupa pencatatan data-data tertulis yang berada di Kelurahan
Gunung Parang. Data sekunder yang dikumpulkan adalah gambaran
umum Kelurahan Gunung Parang dan jumlah masyarakat miskin.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam adalah wawancara yang dilakukan untuk
mendapatkan sebuah keterangan dari seseorang sebagai informan
atau narasumber. Dilakukan dengan cara menanyakan hal apa yang
ingin diketahui dengan cara bercakap-cakap dengan infornan secara
langsung.
b. Melakukan dokumentasi untuk bukti data primer berupa foto.
Mendokumentasikan

saat

pelaksanaan

pengumpulan

data

dengan cara mengambil foto kegiatan kita agar lebih terlihat alami dan
original.
c. Alat Pengumpul Data
Untuk melakukan wawancara mendalam dan memakai instrumen
berupa

daftar pertanyaan

yang

berisi pertanyaan terbuka

dan

mendalam. Alat bantu lain yang digunakan adalah buku catatan


lapangan, dan kamera handphone.

11

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Identitas Narasumber
Nama

Lilis Syamsiah

Jenis Kelamin

Wanita

Agama

Islam

Usia

48 tahun

Alamat

Jl.Veteran

Gg.Kenanga

Rt.01/03

Kelurahan

Gunung Parang
Kecamatan Cikole Kota Sukabumi
Pekerjaan
Penghasilan

:
:

Ibu Rumah Tangga

Pendidikan Terakhir :

SMP

Jumlah Anak

Nama Suami

Nanang Sujana

Jenis Kelamin

Laki-laki

Agama

Islam

Usia

58t ahun

Alamat

Jl.Veteran

Gg.Kenanga

Rt.01/03

Kelurahan.Gunung Parang
Kecamatan Cikole Kota Sukabumi
Pekerjaan
Penghasilan

:
:

Rp.500.000 Rp.1.000.000

Pendidikan Terakhir :

SMP

Jumlah Anak

Buruh Bus

B. Identitas Pewawancara

12

Nama

Shiva Aprilia

NIM

1531611051

Status

Mahasiswa

C. Identitas Key Informan


Nama

Elis

Sebagai

Ibu RT

D. Waktu dan Tempat Wawancara


Hari, Tanggal

Selasa, 29 Desember 2015

Tempat

Jl.Veteran

Gg.Kenanga

Rt.01/03

Kelurahan.Gunung Parang
Kecamatan Cikole Kota Sukabumi
Pukul

10.30 Selesai

E. Hasil Wawancara
Berdasarkan dari wawancara yang peneliti lakukan di Jl.Veteran
Gg.Kenanga Rt.01/03 Kelurahan.Gunung Parang Kecamatan Cikole Kota
Sukabumi. Adapun hasil atau pembahasannya adalah sebagai berikut :
Keluarga Nanang Sujana dan Ibu Lilis Syamsiah di sebuah rumah kecil
yang ukurannya kira-kira 2,5x4 meter persegi. Rumah kecil itu dihuni oleh 6
orang, karena anak pertama dan kedua sudah menikah dan dibawa
suaminya untuk mengontrak rumah di daerah lain dengan alasan ingin maju
dan mandiri tak tergantung pada orang tua. Rumah yang ditempati sekarang
itu sudah layak huni karena kurang lebih setahun yang lalu keluarga ini
mendapatkan bantuan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) dari pemerintah yang
nominalnya kira-kira adalah Rp.6.000.000. Menurut Ibu RT, Berbeda dengan
warga lainnya yang mendapat RTLH tahun-tahun sebelumnya nominalnya
kurang dari 6juta, ini bisa dilihat dari keadaan rumah yang rusak biasa

13

sampai rusak yang sangat parah, juga dipengaruhi oleh perkembangan


ekonomi di jaman sekarang yang serba mahal ini.
Lalu kenapa keluarga ini dapat dikategorikan keluarga miskin ? Faktor
yang pertama penyebab keluarga ini dikategorikan miskin adalah kepala
keluarga dan istrinya itu tidak memiliki pendidikan yang mumpuni. Bisa
dilihat dari pendidikan terakhir mereka hanya lulusan SMP. Sedangkan
dijaman sekarang lulusan Sarjana pun banyak yang kesulitan mencari
pekerjaan. Faktor kedua adalah mata pencaharian yang tidak menetap
berimbas kepada penghasilan yang tidak menetap juga. Bapak Nanang
hanyalah buruh dari perusahaan Bus dan itupun tidak tetap. Bapak Nanang
sebagai

buruh

dari

perusahaan

Bus

itu

sebagai

penunggu

Bus.

Penghasilannya tidak diterima setiap bulan tapi perhari, jika ada pelanggan
Bapak Nanang bisa mendapatkan uang sampai Rp.100.000 sehari dikurangi
potongan-potongan

dari

pihak

perusahaan,

bersihnya

paling

hanya

mendapat Rp.50.000 tapi jika sama sekali tidak ada pelanggan beliaupun tak
mendapatkan uang sepeserpun dan pulang kerumah dengan gigit jari.
Sedangkan istri dari Bapak Nanang itu tidak bekerja, hanya seorang Ibu
Rumah Tangga yang mengurusi anak-anaknya.
Kemiskinan dan Pendidikan itu saling berkaitan erat satu sama lain.
Contohnya adalah keluarga Bapak Nanang ini. Mereka miskin karena salah
satu penyebabnya adalah pendidikan mereka yang rendah. Pendidikan anakanaknyapun bisa dikatakan rendah karena ketidak mampuan membiayai
sekolah sampai ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Bapak Nanang dan Ibu Lilis
memiliki enam orang anak. Anak pertamanya lulusan SMK, anak keduanya
dan ketiganya hanya lulusan SMP, anak keempat dan kelimanya masih
duduk di bangku SMA, dan yang terakhir masih duduk SD. Menurut Ibu Lilis,
pendidikan itu sangat penting untuk masa depan anak-anaknya tapi karena
biaya yang tidak ada tiga anaknya tidak bisa melanjutkan ke perguruan
tinggi. Ibu Lilis sangat ingin sekali ketiga anaknya yang masih duduk di

14

bangku sekolah bisa melanjutkan ke perguruan tinggi, karena itu bekal untuk
masa denpan yang cerah serta bisa menaikan derajat keluarganya.
Menurut Ibu RT, bantuan Pemerintah berupa RTLH, BLT, PKH, dan Dana
BOS untuk pendidikan itu sangat membantu. Walaupun tidak menentaskan kemiskinan, tapi
setidaknya bantuan itu dapat menyambung hidup mereka. Karena bagi mereka bantuan itu sangat
berarti. Sayangnya, bantuan itu belum merata sepenuhnya. Seperti bantuan BLT, banyak orang
yang tidak dikategorikan miskin mendapat BLT sedangkan yang dalam keadaan miskin tak
mendapatkannya. Lalu dalam program bantuan pinjaman dari pemerintah juga kurang merata,
ada saja yang mendapatkan bantuan karena ada faktor kedekatan, padahal orang tersebut bisa
dikatakan mampu. Tak sedikit bantuan-bantuan yang tidak tepat sasaran.
Hal ini berkaitan dengan Sila ke-5 dari pancasila yang berbunyi
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia yang mengandung makna
bahwa Negara Indonesia merupakan suatu Negara yang bertujuan untuk
mewujudkan suatu kesejahteraan untuk seluruh warganya, untuk seluruh
rakyatnya. Keadilan sosial berarti keadaan yang seimbang dalam suatu
masyarakat. Perwujudan keadilan sosial bagi masyarakat masih belum
maksimal karena banyaknya

masyarakat yang berada dibawah garis

kemiskinan.
Secara

garis

besar

masih

kekurangan

tertama

dalam

bidang

perekonomi yang tidak merata. Pasal 33 UUD 1945 tentang kesejahteraan


sosial yang mengamanatkan pemerintah untuk menguasai seluruh kekayaan
alam untuk dipergunakan sepenuhnya bagi kemakmuran seluruh rakyat
Indonesia. Berarti seharusnya segala sesuatu yang ada di bumi itu bisa
didapatkan seperti air bersih, tai dijaman sekarang PAM pun harus
membayar tiap bulannya.
Pasal 31 UUD 1945 tentang Pendidikan juga berlum terlaksanan
dengan baik dan merata. Biaya sekolah setiap tahun semakin mahal, dan
mengenal kata diskriminasi karena hanya orang kaya saja yang dapat

15

merasakan pendidikan sampai ke perguruan tinggi tetapi orang yang kurang


mampu itu jarang.
Pemerintah sendiri sudah banyak mengeluarkan kebijakan-kebijakan
dalam upayanya untuk mewujudkan kesejahteraan itu. Tapi, berbeda dengan
di lapangan karena tak sedikit masyarakat yang sangat membutuhkan
bantuan tapi sama sekali tak pernah mencicipi bantuan dari pemerintah
tersebut. Tugas pemerintahlah bagaimana caranya agar masyarakat dapat
merasakan kesejahteraan, baik dalam kesejahteraan pendidikan ataupun
kesejahteraan ekonomi. Dan bagaimana caranya agar masyarakat dapat
merasakan keadilan terutama keadilan dalam mendapatkan pendidikan
setinggi-tingginya. Tidak hanya orang kaya yang bisa melanjutkan ke
perguruan tingi, tapi merekapun sangat menginginkannya.
Masalah kemiskinan dan pendidikan yang rendah sejak dulu memang
menjadi permasalahan yang sulit di tuntaskan. Tidak semudah membalikan
telapak tangan. Karena untuk berlaku adil dan mendapatkan keadilan dalam
ekonomi dan pendidikan itu dibutuhkan kerjasama antara masyarakat dan
pemerintah secara berkelanjutan. Keduanya tak bisa berjalan sendiri-sendiri
untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.

16

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penelitian yang peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa
kemiskinan dan pendidikan yang rendah itu dapat diibaratkan telur dan
ayam, keduanya saling berkaitan satu sama lain. Diibaratkan kemiskinan
adalah telur dan pendidikan yang rendah adalah ayam. Lalu mana yang lebih
dulu ? Sampai sekarang fenomena telur dan ayam belum terpecahkan. Sama
seperti kemiskinan dan pendidikan yang rendah masih belum tertuntaskan.
Keduanya dapat mejadi asal mula, kemiskinan disebabkan karena pendidikan
yang

rendah,

dan

pendidikan

yang

rendah

pun

disebabkan

karena

kemiskinan.
Tugas pemerintahlah agar dapat mensejahterakan masyarakat baik
dalam ekonomi ataupun dalam pendidikan. Terutama pemerintah setempat
agar dapat menyalurkan bantuan-bantuan dengan tepat sasaran, karena
bantuan-bantuan yang diberikat itu sangat bermanfaat. Juga harus diimbangi
dengan kerjasama masyarakat itu sendiri agar tercapainya tujuan bersama
yaitu kesejahteraan. Sehingga masyarakat dapat merasakan keadilan seperti
yang terdapat dalam Pancasila Sila ke-5 yang berbunyi

Keadilan Sosial

Bagi Seluruh Rakyat Indonesia .

B. Saran
Di wilayah ini RT.01 RW.03 terdapat banyak pengangguran. Tugas
pemerintahlah yang seharusnya menyediakan lapangan pekerjaan untuk
menurunkan tingkat kemiskinan. Atau dengan mengadakan pelatihan-

17

pelatihan yang diikuti oleh masyarakat agar mendapatkan keterampilan lalu


membuka peluang untuk berwiraswasta. Karena tak sedikit masyarakat
disitu yang tak memiliki ijazah karena tidak mampu melanjutkan ke jenjang
yang lebih tinggi.

18

DAFTAR PUSTAKA

Kaelan, Pendidikan Pancasila. Jakarta : Paradigma, 2010.


UUD 1945 Pasal 33 Tentang Kesejahteraan Sosial
UUD 1845 Pasal 31 Tentang Pendidikan
Undang-Undang No.20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasilonal
Buku Landasan Pendidikan, Tim Dosen MKDP Landasan Pendidikan UPI, 2010

19

LAMPIRAN-LAMPIRAN

20

21

Anda mungkin juga menyukai