PELAYANAN LABORATORIUM
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karna berkat rahmat dan
ridhoNya maka Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit Daerah Kol. Abundjani
Bangko ini telah selesai disusun.
Dengan diterbitkannya Pedoman Pelayanan Laboratorium ini kami harapkan dapat
membantu dan memperlancar pelaksanaan tugas sebagai acuan dalam memberikan pelayanan
di laboratorium sehingga pelayanan di laboratorium dapat berjalan dengan baik.
Akhirnya terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya
Pedoman Pelayanan Laboratorium RSD Kol Abundjani Bangko. Saran dan koreksi demi
perbaikan panduan ini sangat kami harapkan.
Mengingat
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
KEPUTUSAN
PEMIMPIN
BLUD
TENTANG
PEDOMAN
PELAYANAN LABORATORIUM RSD KOL. ABUNDJANI BANGKO
TAHUN 2016.
KESATU
KEDUA
BERMAN SARAGIH
DAFTAR ISI :
i
ii
iii
1
4
5
10
BAB V
: LOGISTIK ..
12
BAB VI
: KESELAMATAN PASIEN
13
BAB VII
: KESELAMATAN KERJA..
20
BAB VIII
: PENGENDALIAN MUTU.
31
BAB IX
: PENUTUP ..
41
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan laboratorium di rumah sakit merupakan bagian integral yang tidak dapat
dipisahkan dan pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Perlu disadari bahwa dengan
semakin tinggi tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat tuntutan masyarakat akan
suatu pelayanan kesehatan semakin meningkat. Pelayanan Rumah sakit yang memadai baik
dibidang diagnosa maupun pengobatan akan semakin di butuhkan. Sejalan dengan hal tersebut
maka pelayanan diagnostik yang di selenggarakan laboratonium rumah sakit akan semakin
penting. Laboratorium di rumah sakit menempati kedudukan sentral maka tanggung jawab
laboratorium makin lama makin bertambah besar, baik tanggung jawab profesional
(professional responsibilities), tanggung jawab teknis (technical responsibilities) maupun
tanggung jawab pengelolaan (Management responsibilities).
Dengan dilaksanakannya akreditasi laboratorium akan terpacu untuk memenuhi dan
memberikan pelayanan yang bermutu dan dapat di pertanggung jawabkan. Maka laboratorium
Rumah Sakit Kol. Abundjani perlu membuat suatu pedoman dan standar pelayanan
laboratorium sebagai acuan laboratorium dalam melaksanakan kegiatan untuk pencapaian
pelayanan yang efisien dan efektifitasnya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum:
1.1. Sebagai gambaran umum . profil dan pelayann laboratonium RSD Kol. Abundjani
baik bagi karyawan maupun pihak lain yang ingin bekerja sama dengan bagian
laboratorium.
1.2. Sebagai acuan dalam penyusunan kebijakan, dokumen/panduan, program, serta
segala prosedur dalam pelayanan pemeriksaan laboratorium di RSD Kol. Abundjani
2. Tujuan Khusus:
2.1. Terselenggaranya proses pelayanan pemeriksaan laboratorium yang terstandar
sesuai undang-undang dan peraturan.
2.2. Terselenggaranya proses pengambilan sampel yang tepat sesuai standar yang
berlaku dan memperhatikan kaidah keselamatan pasien
2.3. Terselenggaranya proses pemeriksaan sampel yang memberikan hasil akurat dan
tepat waktu sesuai dengan standar yang berlaku
2.4. Terselenggaranya proses pelayanan yang dapat menjamin keselamatan pasien dan
staf laboratorium.
2.5. Tercapainya kepuasan pelanggan dalam hal pelayanan laboratorium.
Hematologi
Kimia klinik
Sero-Immunologi
Mikroskopis
2. Organizing / Pengorganisasian:
2.1. Melakukan pengorganisasian dan staffing.
2.2. Menyusun UTW (Uraian Tugas dan Wewenang).
3. Action / Pelaksanaan.:
3.1.Pelaksanaan pelayanan laboratorium meliputi identifikasi pasien dan pemeriksaan
spesimen seperti verifikasi dan pendistribusian hasil pemeriksaan.
3.2. Pelaksanaan PMI dan PME
3.3. Peningkatan pengetahuan SDM
3.4. Identifikasi resiko keselamatan pasien dan petugas laboratorium.
D. Batasan Operasional
Laboratorium klinik RSD Kol. Abundjani adalah laboratorium klinik kelas C, dengan:
1. Jadwal pelayanan pemeriksaan adalah sebagai berikut:
Pelayanan untuk pasien luar Rumah Sakit dan rawat jalan (poli umum, poli
spesialis)
- Pada hari senin sabtu : Jam 07.30 21.00 WIB
- Pada hari minggu dan hari libur : tutup
Pelayanan untuk pasien rawat inap , IGD dilaksanakan dalam 24 jam.
2. Waktu tunggu hasil pemeriksaan laboratorium
Sesuai dengan yang dijanjikan petugas kepada pasien dengan pertimbangan banyaknya
pemeriksaan dan waktu yang digunakan untuk pemeriksaan sesuai standard TAT (Turn
around time).
Pemeriksaan darah rutin : DL/CBC
: < 140 menit
Pemeriksaan kimia klinik
: < 140 menit
Pemeriksaan cito
: maksimal 1 jam
Pemeriksaan rujukan
- PA
: 1 minggu
- Kultur : 1 minggu
- Gambaran darah tepi : < 48 jam
Pemeriksaan dengan hasil kritis : segera dilaporkan dengan ketentuan seperti
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Dalam upaya pengelolaan dan perencanaan kebutuhan sumber daya manusia (SDM)
dilaboratorium RSD Kol. Abundjani Bangko, perlu adanya suatu pola yang ditetapkan
sehingga laboratorium di dukung oleh Sumber Daya Manusia berkualitas secara terencana.
Perencanaan bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas yang ada.
Adapun sebagai acuan pola ketenagaan dan kualifikasi sumber daya manusia
dilaboratorium RSD Kol. Abundjani berdasarkan Pedoman Pengelolaan Laboratorium Klinik
Rumah Sakit Type C Tahun 1998, yang ditetapkan Depkes RI dan untuk jumlah tenaga yang
dibutuhkan dihitung berdasarkan beban kerja
Jumlah ketenagaan berdasarkan pengelolaan laboratorium klinik Rurnah Sakit Type C tahun
1998:
N
O
1
2
3
NAMA JABATAN
KUALIFIKASI PENDIDIKAN
Dr. Konsulen
Dr. Umum
DIII Analis Kesehatan (AAK) /
Pelaksana
4
5
Staf Administrasi
1 orang
1 orang
12 orang
SMAK
SMA
SMP
4 orang
4 orang
Jumlah
22 orang
Pekarya
NAMA JABATAN
KUALIFIKASI PENDIDIKAN
Dr. Konsulen
Dr. Umum
S1 Biologi Medik
DIII Analis Kesehatan (AAK)
SMAK
Jumlah
A
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANGAN
Di Scening denah yang ada
10 M
Tidak ada
1 orang
1 orang
12 orang
1 orang
15 orang
15M
1111
15M
3,83
10 M
Meja sampling
Meja resepsionis
Kursi sampling
Tempat spuit dan nald bekas pakai
5.
6.
7.
8.
B. RUANGAN ADMINISTRASI
9. Meja admin
10. Kursi admin
11. Tempat tidur sampling
12. Rak gallon cuci tangan
13. Tong sampah biasa
C. RUANGAN PETUGAS
14. Kasur busa
15. Loker
D. RUANGAN PEMERIKSAAN
16. Meja pemeriksaan
17. Loker tempat reagen
18. Lemari
19. Kulkas
20. Fotometer Biosystem BTS 350
21. Rotator
22. Stabilisator
23. Swelab alfa
24. UPS swelab
25. Printer
26. Point care
27. Picolo express chemistry analyzer
28. Ember tempat kuvet bekas
29. Limbah swelab alfa (bawah)
30. Rak mikropipet
31. Rak tip n objek glass
32. Tempat sampah medis
D. RUANG MIKROSKOPIS
33. Mikroskop Binokuler
34. Centrifugr hettich
35. Hematocrit centrifuge
36. Kursi petugas
37. Lemari Reagen
38. Lemari Bahan Habis Pakai
39. Loker reagen
40. Meja lemari botol pyrex
41. Meja pemeriksaan Urin
42. Tong sampah medis sampel infeksius
43. Oven
44. Neraca Timbangan
45. Water bath
46. Bak pembuangan limbah
47. Ember
E. GUDANG
F. KAMAR MANDI / WC PETUGAS
G. RUANG TV
48. TV
49. Rak Tv
50. Dispenser
51. Kipas angin
52. APAR
53. Meja
H. RUANG SHOLAT / MUSHOLA
I. RUANG KEPALA RUANGAN
54. Meja
55. Lemari
56. Komputer + Printer
57. Kulkas / Bank darah
J. KAMAR MANDI / WC PASIEN
B. STANDAR FASILITAS
Standar fasilitas laboratorium RSD Kol. Abundjani mengacu pada standar fasilitas
laboratorium RS. Type C:
I.
Sarana
Sebagai gambaran umum ruangan Laboratorium RSD Kol. Abundjani berlokasi dilantai 1
dengan luas 8 x 13,05 meter, terdiri dan 8 ruangan terpisah yang dilengkapi sarana
gedung, peralatan dan penunjang lainnya.
a. Bangunan
1. Lokasi
Ruangan laboratorium RSD Kol. Abundjani terletak dilantai 1 berdekatan dengan
instalasi penunjang lainnya dan merupakan pertengahan antara ruang rawat inap
VIP dan ruang rawat jalan, ruangan Radiologi.
2. Ruangan
Ruangan instalasi laboratorium berukuran 15 x 10 meter, terdiri dan 8 ruangan
terpisah dengan rincian sebagai berikut:
- Ruang pendaftaran (Counter laboratorium): 3 x 3 m
- Ruang pengambilan sampel : 2,85 x 5 m
- Ruang pemeriksaan : 6 x 3,8 m
- Ruang cuci alat + ruang mikroskopis : 6 x 6,2 m
- Ruang Administrasi : 3.x 3 m
- Toilet pasien : 1,25 x 1,6 m ( 2 bh)
-Toilet petugas : 1,25 x 1,6 m
3. Ventilasi
- Jendela kaca yang bisa dibuka
: 6 buah
- AC l pk
: 1 buah
-AC 1/2 pk
: 1 buah
- Exhauser
: 4 buah
4. Penerangan
- Lampu neon
: 22 buah @ 40 watt
- Daya listrik
: 220 volt
5. Sumber Air
- PDAM
6. Limbah
- Limbah cair (sisa sampel, reagen, dll) Melalui wastafel dialirkan ke IPAL
(Instalasi Pengelolaan Air Limbah).
- Limbah padat non infeksius:
Limbah rumah. tangga ditampung pada tong sampah yang dialasi kantong plastik
hitam dan diteruskan ke TPA sampah.
- Limbah tajam infeksius
Seperti jarum, spuit, lancet langsung masuk kardus bekas kotak obat berlabel /
bekas reagen yang telah disiapkan oleh bagian kesehatan lingkungan lalu dibawa
untuk di insenerator.
- Limbah pdat infeksius:
Berupa darah, sisa spesimen, wadah bekas sampel ditampung dalam kantong plastik
warna merah lalu dibawa untuk di insenerator.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Agar mendapatkan pelayanan pemeriksaan laboratorium yang adekuat, teratur dan
nyaman perlu dibuat dalam pelayanan pemeriksaan laboratorium.
Ada 4 alur pelayanan pemeriksaan laboratorium yaitu :
1. Alur pelayanan pemeriksaan Laboratorium untuk pasien Rawat Jalan Pelayanan
pemeriksaan pasien Rawat Jalan melayani pasien:
1. Pasien Poli Rawat Jalan (umum, spesialis)
2. Pasien IGD
3. Pasien MCU Pribadi
4. Pasien MCU perusahaan
5. Pasien kiriman dokter praktek
6. Pasien rujukan rumah sakit lain
2. Alur pelayanan pemeriksaan Laboratorium pasien Rawat Inap
Pelayanan pemeriksaan pasien Rawat inap melayani semua pasien Rawat Inap RSD
Kol. Abundjani (Bagan terlampir)
ad.1. Alur pelayanan pemeriksaan laboratorium pasien rawat jalan
Pasien rawat jalan yang telah membawa pengantar pemeriksaan laboratorium yang
telah mendaftar pada loket kemudian oleh petugas laboratorium dicocokkan antara
permintaan pemeriksaan pada formulir dengan permintaan. Formulir pemeriksaan
diberikan kepada petugas sampling untuk diambil sampelnya.
Bila sudah cocok diminta kekasir untuk mendapat bukti tanda bayar (lunas), lalu
pengantar
permintaan
pemeriksaan
diberi
no.register,
selanjutnya
formulir
dibaca. Kemudian hasil disahkan dan bisa diambil oleh pasien / keluarganya dengan
menanda tangani buku expedisi,
ad.2. Alur pelayanan pemeriksaan laboratorium pasien rawat inap
Perawat datang ke laboratorium membawa formulir permintaan pemeriksaan
laboratorium dan sampelnya dari ruangan masing-masing.
Sampel oleh petugas analis dicek apakah memenuhi syarat / tidak, apabila sampel
tidak memenuhi syarat maka sampel akan diambil ulang oleh petugas perawat / analis.
Bila sampel belum diambil karena kesulitan maka bisa minta bantuan perawat / analis
untuk mengambilnya. Sampel diserahkn kebagian pengelola sampel ,lalu formulir
permintaan pemeriksaan diberi no. register. Proses selanjutnya seperti pada alur
pelayanan pemeriksaan laboratorium pasien rawat jalan hanya hasil diambil petugas
ruangan masing-masing dengan menandatangani buku ekspedisi.
ad.3 Alur pelayanan pemeriksaan laboratorium rujukn
Setiap sampel yang akan dirujuk kelaboratorium luar melalui alur pelayanan
pemeriksaan laboratorium pasien rawat jalan maupun rawat inap sampai pada tahap
pengelolaan sampel dengan dilengkapi formulir persetujuan laboratorium rujukan
selanjutnya sampel dikemas sesuai standar prosedur operasional dikirim / dijemput ke
laboratorium rujukan. Hasil yang dikeluarkan oleh laboratorium rujukan diantar /
diambil dan diberikan kelaboratorium RSD Kol. Abundjani. Sebelum hasil diserahkan
kepasien maka hasil laboratonium dicopy untuk arsip.
BAB V
LOGISTIK
Dalam mendukung pelayanan laboratorium dibutuhkan sarana dan prasarana baik itu berupa:
Peralatan tehnis, reagensia dan consumable / bahan lainnya.
Peralatan administrasi
Peralatan rumah tangga
Unit laboratorium RSD Kol. Abundjani setiap bulan mempunyai permintaan rutin yang dibagi
menjadi 3, yaitu :
Permintaan Alkes (reagensia dan consumable)
Permintaan ATK (alat tulis kantor) / Adm
Permintaan ART (alat rumah tangga)
Laboratorium memiliki 2 logistik yaitu :
Logistik Alkes: melayani permintaan alkes, reagensia, consumable
Logistik Rumah Tangga : melayani permintaan ATK, ART
Cara memperoleh pelayanan:
Semua permintaan diketik dikomputer / ditulis di kertas permintaan.
Surat permintaan tetap dibuat untuk pengambilan barang-brangnya 2 rangkap (1
untuk arsip logistik, 1 arsip laboratorium).
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. LATAR BELAKANG
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada
lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu :
1. Keselamatan pasien (patient safety)
2. Keselamatan pekerja atau petugas kesehatan
3. Keselamatan bangunan dan peralatan di rumh sakit yang bisa berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas
4. Keselamatan lingkungan (green
productivity)
yang
berdampak
terhadap
pencemaran lingkungan
5. Keselamatan bisnis rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah
sakit.
Kelima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di setiap
rumah sakit. Namun harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan apabila ada
pasien. Karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan, dan
hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra rumah sakit.
Harus diakui, pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan pasien
sesual dengan yang diucapkan Hipocrates kira-kira 2400 tahun yang lalu yaitu primum,
non nocere (first, do no harm). Namun diakui dengan semakin berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, pelayanan kesehatan - khususnya di rumah sakit - menjadi
semakin kompleks dan berpotensi terjadinya Insiden Keselamatan Pasien - IKP;apabila
tidak dilakukan dengan hati-hati.
Di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur, banyak alat
dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang siap
memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus. Keberagaman dan kerutinan
pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan balk dapat menyebabkan terjadinya IKP..
Di Indonesia data tentang KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) apalagi Kejadian Nyaris
Cedera (KNC) (near miss) masih langka, namun dilain pihak terjadi peningkatan tuduhan
mal praktek, yang belum tentu sesuai dengan pembuktian akhir. Dalam rangka
meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit maka Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi yang di dapat, untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem yang dijalankan tersebut
diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak melaksanakan suatu tindakan yang seharusnya
dilakukan.
Tujuan:
a.
b.
laboratorium.
Peningkatan akuntabilitas rumah sakit khususnya laboratorium di mata pasien dan
c.
masyarakat
Angka IKP (Insiden Keselamatan Pasien) di rumah sakit khususnya di ruangan
d.
adalah sebagai
berikut:
1. BANGUN KESADARAN AKAN NILAI KESELAMATAN PASIEN
Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
Langkah penerapan :
Tingkat di ruangan laboratorium
1. Pastikan semua rekan sekerja merasa mampu untuk berbicara mengenai
kepeduliaan mereka dan melaporkan bilamana ada insiden
direksi terkait.
Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses pengkajian
secara tepat.
Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati kepada pasien dan
keluarganya.
pelaksanaannya.
Pastikan seluruh personil menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut
tentang insiden yang dilaporkan.
laboratorium.
Angka insiden kesalahan pengambilan sampel.
Angka insiden kesalahan pasien.
Semua dalam bentuk % yang diserahkan ke KKPRS,
4. Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit (PMKP) RSD Kol. Abundjani
melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan dan membuat laporan kegiatan
kepada Direktur Rumah Sakit secara berkala.
5. Insiden dari instalasi laboratorium:
a. insiden tidak adanya kesalahan penyerahan hasil pemeriksaan laboratorium.
b. Insiden kesalahan pengambilan sampel.
c. Insiden kesalahan pasien.
2. Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) RSD Kol. Abundjani secara berkala
(paling lama 2 tahun) melakukan evaluasi pedoman, kebijakan dan prosedur
keselamatan pasien yang dipergunakan di RSD Kol. Abundjani.
3. Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) RSD Kol. Abundjani melakukan
evaluasi kegiatan setiap triwulan dan membuat tindak lanjutnya
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
A. LATAR BELAKANG
Sebagai pedoman oleh pihak manajemen untuk terciptanya cara kerja, lingkungan
kerja yang sehat, aman, nyaman dan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
karyawan RSD Kol. Abundjani di ruangan Laboratorium.
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja
di RSD Kol. Abundjani Bangko di ruangan Laboratorium.
b. Mengendalikan dan meminimalisasi potensi bahaya di lingkungan RSD Kol.
Abundjani di ruangan Laboratorium.
c. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) RSD Kol.
Abundjani di ruangan Laboratorium.
Manfaat:
1. Bagi Rumah Sakit:
a. Meningkatkan mutu pelayanan di Laboratorium.
b. Mempertahankan kelangsungan operasional Rumah Sakit di Laboratorium.
c. Meningkatkan citra Rumah Sakit terutama di Laboratorium.
2. Bagi karyawan Rumah Sakit:
a. Terhindar dan Penyakit Akibat Kerja (PAK) di Laboratorium.
b. Mencegah Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di Laboratorium.
3. Bagi pasien dan pengunjung:
a. Terjaminnya mutu pelayanan yang baik di ruangan Laboratorium.
b. Kepuasan pasien dan pengunjung di ruangan Laboratorium.
C. PENGERTIAN
Kesehatan Kerja menurut WHO/ILO (1995).
Kesehatan Kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan
fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja semua jenis pekerjaan,
pencegahan ganguan kesehatan pekerja yang disebabkan kondisi pekerjaan, perlindungan
dan resiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, penempatan pekerja dalam lingkungan
kerja yang sesuai dengan kondisi fisiologi dan psikologinya. Intinya adalah penyesuaian
pekerjaan kepada pekerja dan setiap pekerja kepada pekerjaannya.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja:
Upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan
para pekerja dengan cara pencegahan KAK (Kecelakaan akibat kerja) dan PAK (Penyakit
akibat kerja), pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan
rehabilitasi.
D. Upaya K3 di ruangan Laboratorium RSD Kol. Abundjani
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) laboratorium merupakan bagian dan
pengelolaan laboratorium secara keseluruhan. Laboratorium melakukan berbagai tindakan
dan kegiatan terutama berhubungan dengan spesimen yang berasal dan manusia maupun
bukan manusia.
Bagi petugas laboratorium yang selalu kontak dengan spesimen, maka berpotensi
terinfeksi kuman pathogen. Potensi infeksi juga dapat terjadi dari petugas kepetugas
lainnya, atau keluarganya dan kernasyarakat. Untuk mengurangi bahaya yang terjadi, perlu
adanya kebijakan yang ketat. Petugas harus memahami keamanan laboratorium dan
tingkatannya, mempunyai sikap dan kemampuan untuk melakukan pengamanan
sehubungan dengan pekerjaannya sesuai standar prosedur operasional, serta mengontrol
bahan / spesimen scara baik menurut praktik laboratorium yang benar.
Berikut adalah upaya-upaya kesehatan, keselamatan kerja di ruangan laboratorium, sebagai
berikut:
1. Pembentukan Tim K3 laboratorium untuk mengkoordinasi, informasi, monitor dan
evaluasi pelaksanaan keamanan laboratorium, terutama untuk laboratonium yang
melaksanakan berbagai jenis pelayanan dan kegiatan pada satu sasaran.
2. Kesehatan petugas laboratorium bagi calon petugas maupun petugas laboratorium
yang sudah bekerja secara berkala.
3. Sarana dan prasarana K3 laboratorium umum yang perlu disiapkan (APD seperti
jas lab, sarung tangan, masker, sepatu tertutup, emergency shower, eye shower,
wastafel + sabun, lemari asam + exhauster, pipeting aid : rubber bulb, countainer
untuk jarum dan lancet).
4. Pengamanan pada keadaan darurat
(Sytem tanda bahaya, system evakuasi, perlengkapan P3K, alat komunikasi darurat,
pelatihan khusus berkala, tersedia Apar, masker, pasir, sumber air terdekat, alat
kampak, palu, obeng, tangga dan tali).
5. Memperhatikan tindakan pencegahan terhadap bahaya kontaminasi (bahan-bahan
kimia, bakteri, luka tertusuk/ kna pecahan).
6. Melakukan dekontaminasi, desinfeksi dan sterilasasi.
7. Tersedianya sarana pembuangan limbah laboratorium baik medis maupun non
medis sesuai standar prosedur operasional.
8. Tersedianya standar prosedur operasional pengelolaan spesimen (penerimaan,
pengolahan, penyimpanan, pengiriman).
9. Tata ruang laboratorium dan fasilitas laboratorium harus memenuhi persyaratan.
penyakit atauapun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktifitas
kerja.
1. Kapasitas Kerja
Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum memuaskan.
Dan beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30 - 40% masyarakat pekerja
kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35% kekurangan zat besi tanpa
anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak memungkinkan bagi para pekerja untuk
bekerja dengan produktivitas yang optimal. Hal mi diperberat lagi dengan kenyataan
bahwa angkatan kerja yang ada sebagian besar masih di isi oleh petugas kesehatan dan
non kesehatan, yang mempunyai banyak keterbatasan,sehingga untuk dalam melakukan
tugasnya mungkin sering mendapat kendala terutama menyangkut masalah PAHK dan
kecelakaan kerja.
2. Beban Kerja
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis beroperasi 8 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada laboratonium
menuntut adanya pola kerja bergilir dan tugas / jaga malam. Pola kerja yang berubahubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan pada
bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang turut memperberat beban kerja antara lain
tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif rendah, yang
berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara berlebihan.. Beban
psikis ini dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan stres.
3. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi kesehatan kerja
dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational Accident), Penyakit Akibat Kerja
dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Occupational Disease & Work Related Diseases).
F. IDENTIFIKASI MASALAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
LABORATORIUM KESELAMATAN DAN PENCEGAHANNYA
A. Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya
kecelakaan menyebabkan, kerugian material dan penderitaan dan yang paling ringan
sampai kepada yang paling berat. Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenis
yaitu :
1. Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban pasien
2. Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban petugas laboratorium. itu sendiri.
Penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi dalam kelompok:
1. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari:
a. Mesin, peralatan, bahan dan lain-lain
b. Lingkungan kerja
c. Proses kerja
d. Sifat pekerjaan
e. Cara kerja
2. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu prbuatan berbahaya dari manusia,yang dapat
terjadi antara lain karena:
a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana
b. Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)
c. Keletihanan dan kelemahan daya tahan tubuh.
d. Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik
Beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi di laboratorium :
1. Terpeleset, biasanya karena lantai licin. Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk
kecelakaan kerja yang dapat terjadi dilaboratorium.
Akibat :
- Ringan memar
- Berat fraktura, dislokasi, memar otak, dll
Pencegahan :
- pakai sepatu anti slip
- Jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar.
- Hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin) atau tidak rata
kontruksinya
- Pemeliharaan lantai dan tangga
2. Mengangkat beban
Mmengangkat beban merupakan pekerjaan yang cukup berat. Terutama apabila
mengabaikan kaidah ergonomic.
Akibat : cedera pada punggung
Pencegahan :
- Beban jangan terlalu berat
- Jangan berdiri terlalu jauh dari beban
- Jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi pergunakanlah
-
3. Mengambil sampel darah / cairan tubuh lainnya. Hal ini merupakan pekerjaan seharihari di laboratorium
Akibat :
- Tertusuk jarum suntik
- Tertular virus AIDS, Hepatitis B
Pencegahan :
-
destruction clip)
- Bekerja dibawah pencahayaan yang cukup
4. Risiko terjadi kebakaran (sumber kimia, kompor) bahan desinfektan yang mudah
menyala (flammable) dan beracun. Kebakaran terjadi bila terdapat 3 unsur bersama
sama yaitu : oksigen, bahan yang mudah terbakar dan panas.
Akibat :
- Timbulnya kebakaranm dengan akibat luka bakar dari ringan sampai berat
-
bahkan kematian.
Timbulnya keracunan akibat kurang hati hati.
Pencegahan :
-
dengan segera
Otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tand secara
otomatis
Jalan untuk menyelamatkan dri
Perlengkapan dan penanggulangan kebakaran.
Penyimpanan dan penanganan zat kimia yang benar dan aman.
3.
4.
5.
Laboratory Practice).
Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang benar,
Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksius dan
6.
7.
8.
2. Faktor Kimia
Petugas di laboratorium kesehatan yang sering kali kontak dengan bahan kimia
dan obat-obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan solvent yang banyak
digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang
paling karsinogen.Semua bahn cepat atau lambat ini dapat memberi dampak
negative terhadap kesehatan mereka. Gangguan kesehatan yang paling sering
adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi
(amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton). Bahan toksik
(trichloroethane, tetrachioromethane) jika tertelan,tehirup atau terserap melalui
kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan
korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible
pada daerah yang terpapar.
Pencegahan:
1. Material safety data sheet (MSDS) dan seluruh bahan kimia yang ada
untuk diketahui oleh seluruh petugas laboratorium.
2. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah
tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol.
3. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan,celernek,
jas laboratonium) dengan benar:.
4. Hindari penggunaan lensa kontak karena dapat melekat antara mata dan
lensa.
5. Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.
3. Faktor Ergonomi
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat , cara,
proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia
untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan
tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat
konseptual dan kuratif, secara popular kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai
To fit the job to the man and to fit the man to the job.
Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan Kesehatan pemerintah,
bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, misanya tenaga operator peralatan,
hal ini disebabkan peralatan yang digunakan pada umumnya barang impor yang
disainnya tidak sesuai dengan ukuran pekerja indonesia. Posisi kerja yang salah
dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang
efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis
(stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back
pain).
4. Faktor Fisik
Faktor fisik di laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan masalah
1.
2.
3.
4.
5.
untuk
radiasi,
dengan
berkembangnya
teknologi
pemeriksaan,
3. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama
teman kerja.
4. Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sector formal ataupun
informal.
G. PENGENDALIAN PENYAKT AKIBAT KERJA DAN KECELAKAAN MELALUI
PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
A. Pengendalian melalui Administrasi / Organisasi (Administrative control) antara lain:
1. Persyaratan penerimaan tenaga med is, para medis, dan tenaga nonmedis yang.
meliputi batas umur, jenis kelamin, syarat kesehatan.
2. Pengaturan jam kerja, lembur dan shift.
3. Menyusun Prosedur Kerja Tetap (Standard Operating Procedure) untuk masingmasing instalasi dan, melakukan pengawasan terhadap pelaksanaannya.
4. Melaksanakan prosedur keselamatan kerja (safety procedures) terutama untuk
pengoperasian alat-alat yang dapat menimbulkan kecelakaan (boiler, alat-alat
radiology, dll) dan melakukan pengawasan agar prosedur tersebut dilaksanakan.
5. Melaksanakan pemeriksaan secara seksama penyebab kecelakaan kerja dan
mengupayakan pencegahannya.
B. Pengendalian Secara Teknis (Engineering Control) antara lain.:
1. Substitusi dan bahan kimia, alat kerja atau proses kerja.
2. Isolasi dan bahan-bahan kimia, alat kerja, proses kerja dan petugas kesehatan dan
non kesehatan (penggunaan alat pelindung).
3. Perbaikan sistim ventilasi, dan lain-lain.
C. Pengendalian Melalui Jalur kesehatan (Medical Control)
Yaitu upaya untuk menemukan gangguan sedini mungkin dengan cara mengenal
(Recognition) kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat tumbuh pada setiap
jenis pekerjaan di unit pelayanan kesehatan dan pencegahan rneluasnya gangguan
yang sudah ada baik terhadap pekerja itu sendiri maupun terhadap orang disekitarnya.
Dengan deteksi dini,maka penatalaksanaan kasus menjadi lebih cepat, mengurangi
penderitaan dan mempercepat pemulihan kemampuan produktivitas masyarakat
pekerja. Disini diperlukan system rujukan untuk menegakkan diagnosa penyakit akibat
kerja secara cepat dan tepat (prompt-treatment) Pencegahan sekunder ini dilaksanakan
melalui pemeniksaan kesehatan pekerja yang meliputi:
1. Pemeriksaan Awal
Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum seseorang calon / pekerja
(petugas kesehatan dan non kesehatan) mulai melaksanakan pekerjaannya.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang status kesehatan calon
pekerja dan mengetahui apakah calon pekerja tersebut ditinjau dari segi kesehatannya
sesuai dengan pekerjaan yang akan ditugaskan kepadanya.
Anamnesa umum
Anamnesa pekerjaan
Penyakit yang pernah diderita
Alergi
Imunisasi yang pernah didapat
Pemeriksaan badan
Pemeriksaan laboratorium rutin
Pemeriksaan tertentu:
Tuberkulin test
Psiko tes
2. Pemeriksaan berkala
Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan secara berkala dengan jarak waktu
berkala yang disesuaikan dengan besarnya resiko kesehatan yang dihadapi. Makin
besar resiko kerja, makin kecil jarak waktu antar pemeriksaan berkala.
Ruang Iingkup pemeriksaan disini meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan
khusus seperti pada pemeriksaan awal dan bila diperlukan ditambah dengan
pemeriksaan lainnya, sesuai dengan resiko kesehatan yang dihadapi dalam pekerjaan.
3. Pemeriksaan Khusus
Yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada khusus diluar waktu pemeriksaan
berkala, yaitu. pada keadaan dimana ada atau diduga ada keadaan yang dapat
mengganggu kesehatan pekerja.
Sebagai unit di sektor kesehatan pengembangan K3 tidak hanya untuk intern
laboratorium kesehatan, dalam hal memberikan pelayanan paripurna juga harus
merambah dan memberi panutan pada masyarakat pekerja disekitarnya, utamanya
pelayanan promotif dan preventif. Misalnya untuk mengamankan imbah agar tidak
berdampak kesehatan bagi pekerja atau masyarakat disekitarnya, meningkatkan
kepekaan dalam mengenali unsafeact dan unsafe condition agar tidak terjadi
kecelakaan dan sebagainya.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. LATAR BELAKANG
Salah satu usaha peningkatan penampilan dari masing-masing sarana pelayanan
seperti Rumah Sakit adalah dngan meningkatkan mutu pelayanan di semua unit
pelayanan, baik pada unit pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, ataupun pada unit
pelayanan administrasi dan manajemen melalui program jaminan mutu.
kebutuhan
d.
e.
f.
g.
Karyawan RS
Masyarakat
Pemerintah
Ikatan profesi
Setiap kepentingan yang disebut di atas berbeda sudut pandang dan kepentingannya
terhadap mutu. Karena itu mutu adalah multi dimensional.
4. Dimensi Mutu
Dimensi atau aspeknya adalah:
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan Pasien
d. Kepuasan Pasien
e. Aspek Sosial Budaya
5. Mutu Terkait dengan Input, Proses, Output
Pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dengan menggunakan 3 variabel,
yaitu:
a. Input, ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan
kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi,
organisasi, informasi, dan lain-lain, Pelayanan kesehatan yang bermutu
memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan struktur dengan mutu
pelayanan kesehatan adalah dalam perencanaan dan penggerakan pelaksanaan
pelayanan kesehatan.
b. Proses, merupakan aktivitas dalam bekerja, adalah merupakan interaksi profesional
artara pemberi pelayanan dengan konsumen (pasien/masyarakat). Proses mi
merupakan variabel & penilaian mutu yang penting.
c. Output, ialah basil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi pada
konsumen (pasien/masyarakat), termasuk kepuasan dan konsumen tersebut.
Program Jaminan Mutu dapat dibedakan dengan bentuk manajemen yang lain, dimana
jaminan mutu didasarkan pada prinsip pninsip sebagai berikut:
a. Setiap orang di dalam organisasi harus dilibatkan dalam penentuan, pengertian dan
peningkatan proses yang berkelanjutan dengan masing masing kontrol dan
bertanggung jawab dalam setiap mutu yang dihasilkan oleh masing-masing orang.
b. Setiap orang harus sepakat untuk memuaskan masing-masing pelanggan baik
pelanggan eksternal maupun pelanggan internal.
c. Peningkatan mutu dilaksanakan dengan menggunakan metode ilmiah yaitu dengan
menggunakan data untuk pengambilan keputusan, penggunaan alat-alat statistik dan
keterlibatan setiap orang yang terkait.
d. Adanya pengertian dan penerimaan terhadap suatu perbedaan yang alami.
e. Pembentukan teamwork. Baik itu dalam part komitee teamwork, full komitee team
work ataupun cross functional team
f. Adanya komitmen tentang pengembangan - karyawan (development of employees)
melalui keterlibatan di dalam pengambilan keputusan.
g. Partisipasi setiap orang dalam merupakan dorongan yang positif dan harus
dilaksanakan.
perbaikan-perbaikan yang
berkesinambungan. Cara memonitoning ini dilakukan dengan mengumpulkan data seharihari, kemudian dilakukan rekapitulasi setiap bulan, dihitung dalam %.
8.1. Indikator mutu pelayanan laboratonium, terdiri dari.
a. Indikator waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium
b. Indikator waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium yang cito (IGD, Kamar
operasi, bedah, ICU).
c. Indikator laporan hasil pemeriksaan laboratorium kritis.
8.2. lndikator keselamatan pasien, terdiri dari:
a. indikator tidak adanya kesalahan penyerahan hasil pemeriksaan laboratorium
Operasional
rutin dan kimia darah. Waktu tunggu hasil pelayanan lab. untuk
pemeriksaan lab adalah tenggang waktu mulai pasien diambil sampel
Frekuensi
Pengumpulan data
Periode analisa
Numeratur
3 bulan sekali
Jumlah kumulatif waktu, tunggu hasil pelayanan lab. pasien yang
Denominator
Sumber data
Standar
Pengumpul data
Penanggung jawab
pengumpul data
Penanggung jawab
Operasional
Frekuensi
Pengumpulan data
Periode Analisa
Numeratur
3 bulan sekali
Jumlah kumulatif waktu tunggu hash pemeriksaan lab. yang cito <60
Denominator
Sumber data
Standar
Pengumpul data
Penanggung jawab
pengumpul data
Penanggung jawab
Kepala Instalasi
Dimensi Mutu
Tujuan
Definisi
dilaporkan.
Keselamatan dan kenyamanan Pasien.
Tergambarnya pelaporan hash pemeriksaan laboratorium kritis.
Tidak dilaporkannya hasil laboratorlum kritis oleh petugas medis
Operasional
Frekuensi
Pengumpulan data
Periode analisa
Numeratur
bulan sekali
Jumlah pasien yang mempunyal hasil pemeriksaan laboratorium kritis
Denominator
Ka Instalasi laboratorium.
Definisi operasional Kesalahan penyerahan hasil lab adalah penyerahan hsil laboratorium
Frekuensi
pengumpulan data
Periode analisis
Numerator
3 bulan
Jumlah seluruh pasien yang diperiksa laboratorium dalam 1 bulan
Denominator
Sumber data
Standar
Pengumpul data
Penanggung jawab
Pengumpul data
Penanggung jawab
data
Periode analisis
Numerator
3 bulan
Jumlah sampel tidak memenuhi syarat (masing- masing bidang)
Denominator
Sumber data
Standar
Pengumpul data
Penanggung jawab
dalam 1 tahun
Jumlah sampel dalam bulan tersebut (masing- masing bidang)
Survey
0%
Semua petugas yang menemukan kejadian
Kepala ruangan laboratorium
Pengumpul data
Penanggung jawab
Kesalahan pasien
Kesalahan penyediaan sampel
Keselamatan pasien
Kesalahan pengambilan sampel yang tidak sesuai SPO
1 bulan
data
Periode analisis
Numerator
Denominator
Sumber data
Standar
Pengumpul data
Penanggung jawab
3 bulan
Jumlah kesalahan pasien (identitas pasien) dalam 1bulan
Jumlah pasien dalam bulan tersebut
Survey
0%
Semua petugas yang menemukan kejadian
Kepala ruangan laboratorium
Pengumpul data
Penanggung jawab
Kepala instalasi penunjang medis
ad. 8.3.a, Pemantapan Mutu Internal
Definisi
Tujuan
Petugas
Frequensi
Metode
ruangan labor.
Sesuai SPO untuk : validasi metode test, survey harian, koreksi
Pelaporan
pengumpul data.
Pengumpul data
Ptugas analis yang ditunjuk
Penanggung
jawab Kepala ruangan laboratorium
pengumpul data
Penanggung jawab
Tujuan
Petugas
Frequensi
Metode
tertentu
Analis lab
1 x setahun
Sesuai SPO parameter pemeriksaan yang ikut serta PNPME
Frekuensi
pengumpulan data
Periode analisis
Numerator
1tahun sekali
Jumlah seluruh lab rujukan yang memberikan sertifikat PME dan hasil
Denominator
Sumber data
Standar
Pengumpul data
Penanggung jawab
PME nya
Jumlah seluruh lab rujukan
File lab rujukan lab
100%
Petugas analis yang ditunjuki
Kepala ruangan laboratorium
Pengumpul data
Penanggung jawab
8.4. Evaluasi
Evauasi dilakukan terhadap:
1. Data hasil monitoring:
a. Data hasil monitoring dikumpulkan, disajikan dalam bentuk angka atau grafik
dibandingkan dari bulan ke bulan dan dan. tahun ke tahun. Analisnya dilakukan
setiap 3 bulan sekali.
b. Data dibandingkan dengan standar / nilai yang diharapkan disetiap parameter
yang diukur.
c. Analisa untuk mencari penyebab dan penyimpangan yang ditemukan selama
proses pengumpulan data.
2. Hasil proses monitoring
Selain melakukan analisa data indikator yang diukur, juga dilakukan analisa
subyektif. Hasil pengawasan melalui observasi pelaksanaan standar prosedur
operasional dilapangan.
8.5. Perbaikan berkesinambungan:
Setelah dilakukan analisis maka hasil dilaporkan kepada atasan yaitu panitia mutu dan
keselamatan pasien (PMKP) RSD Kol. Abundjani dan ditembuskan juga kepada kepala
bidang Pelayan medik. yang akan ditindak lanjutin berupa:
a.
b.
c.
d.
e.
Abundjani, diharapkan semua petugas yang bertugas dimasing-masing bidang baik ditingkat
manajemen, administrasi maupun teknis memahami dan melaksanakannya sesuai ketetapan
direktur.
Dengan demikian Visi, Misi RSD Kol. Abundjani bangko, khususnya laboratorium,
maupun dalam era global yang sekarang sedang dikumandangkan yaitu keselamatan pasien,
juga keselamatan petugas dapat terpenuhi sehingga mampu melaksanakan semua tugastugasnya dengan tulus, meminimal kesalahan, menanggapi kesalahan dan bersama-sama
memperbaiki untuk memperoleh hasil pelayanan yang memuaskan bagi pelanggan.
Sebagai penutup, mohon koreksi serta masukkan untuk perbaikan pedoman pelayanan
lab ini baik dan pihak Direktur Rumah Sakit, teman teman sejawat maupun siapa saja yang
menggunakan buku pedoman ini.
Ditetapkan di Bangko
pada tanggal Maret 2016
PEMIMPIN BLUD
RSD KOL. ABUNDJANI BANGKO,
BERMAN SARAGIH
Mengingat
Menetapkan
KESATU
KEDUA
Ditetapkan di Bangko
pada tanggal 1 Maret 2016
PEMIMPIN BLUD
RSD KOL. ABUNDJANI BANGKO,
BERMAN SARAGIH
LAMPIRAN I
NOMOR
TENTANG
2.
darurat.
3. Pelayanan pemeriksaan laboratorium untuk pasien rawat jalan (poli umum, spesialis) pada
hari senin - sabtu pukul 07.30 - 13.00 WIB. Pada hari minggu dan libur nasional tutup.
4. Pengambilan sampel untuk pasien IGD, ICU, OK, Rawat inap dilakukan oleh petugas
tehnis laboratorium
5. Pengambilan sampel untuk pasien rawat jalan dan IGD, ICU, OK, Rawat inap yang gagal
atau mengalami kesulitan dilakukan oleh petugas tehnis laboratorium.
6. Peralatan di laboratorium harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku termasuk alat - alat pemeriksaan gula
7. Standar waktu tunggu hasil pemeniksaan laboratorium adalah
Waktu dari pengambilan sampel sampai hasil di terima di masing-masing ruangan :
- Darah rutin : DL
: < 120 menit
Kimia : < 140 menit
Yang lain sesuai dengan tabel
- Pemeriksaan gabungan yang bersifat Cito : maksimal 1 jam
- Hasil kritis segera dilaporkan
8. Dalam mempertahankan dan meningkatkan kompetensi setiap petugas wajib
mengikuti pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan.
9. Sebagai monitoring evaluasi dibutuhkan pengumpulan data-data berupa data harian,
bulanan dan tahunan dalam bentuk laporan maupun rujukan.
Ditetapkan di Bangko
pada tanggal 1 Maret 2016
PEMIMPIN BLUD
RSD KOL. ABUNDJANI BANGKO,
BERMAN SARAGIH