Skenario 3
PERDARAHAN PERSALINAN
Blok Emergensi
Kelompok: B-7
KETUA
SEKRETARIS
ANGGOTA
(1102012168)
(1102012228)
(1102010215)
(1102012212)
(1102012255)
(1102011234)
(1102012239)
(1102012258)
(1102012265)
(1102012309)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2015/2016
SKENARIO
Tidak Dapat Buang Air Kecil
Seorang laki-laki usia 26 tahun datang ke UGD dengan keluhan tidak dapat buang air kecil
sejak 5 jam yang lalu setelah terjatuh dijalan saat bersepeda. Pasien juga mengeluh nyeri pada
perut bawahnya dan terdapat darah keluar dari kemaluannya.
Pemeriksaan Fisik
Airway : bebas
Breathing : frekuensi nafas 20x/menit
Circulation : tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 100x/menit
Keadaan umum : tampak sakit sedang, kesadaran : compos mentis
Status Urologikus
Costo vertebra angle : jejas (-), nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), ballotement (-)
Suprasimfisis : jejas (-), nyeri tekan (+), buli-buli teraba penuh
Genital ekterna : meatal bleeding (+), butterfly hematom (+)
Pemeriksaan rectal toucher : Tonus sfingterani baik, ampula recti tidak kolaps, mukosa licin,
tidak teraba massa, prostat : tidak ada nodul, konsistensi kenyal, permukaan rata. Sarung
tangan : feses (-), darah (-), lendir (-).
Dilakukan pemeriksaan penunjang uretrografi retrograde dan hasilnya didapatkan disrupsi
komplit.
KATA SULIT
1. Butterfly Hematom Robeknya fascia buck sehingga ekstrafasasi urin dan darah hanya
dibatasi oleh fascia colles
2. Meatal bleeding Keluarnya darah dari genitalia
3. Uretrografi Retrograde Pemeriksaan radiologi untuk uretra dengan menggunakan
media kontras positif yang diinjeksikan ke uretra secara retrograde (dari bawah keatas)
4. Disrupsi Terputusnya uretra pada gambaran uretrografi
PERTANYAAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
JAWABAN
1. Pecahnya pembuluh darah penis fascia buck sobek perdarahan tertampung di fascia
colles (pada perineum) butterfly hematom
2. Indikasi : - Retensi urin
- Fistul
- Tumor
- Batu uretra
Kontra Indikasi : - Infeksi akut
-Radang prostat
-Radang uretritis akut
-Riwayat alergi kontras
3. Karena trauma pecahnya pembuluh darah robeknya fascia buck darah mengalir
ke uretra
4. Untuk menentukan diagnosis banding , memastikan tidak ada gangguan prostat
5. Karena adanya retensi urin
6. Untuk menentukan letak ruptur anterior/posterior
7. Aspirasi suprapubik dan bedah urologi
8. Trauma uretra
9. Karena adenya disrupsi
Karena adanya hematom uretra menyempit
HIPOTESIS
Seorang pasien mengalami trauma pada daerah uretra hingga mengalami sulit buang air kecil,
nyeri perut bawah, keluar darah dari kemaluan, buli-buli terasa penuh dan butterfly hematom.
Karena keluhan tersebut pasien pergi ke dokter untuk melakukan pemeriksaan dimulai dari
anamnesis sampai pemeriksaan penunjang berupa uretrografi retrograde, rectal toucher dan
pemeriksaan fisik prostat. Dari hasil pemeriksaan tersebut pasien didiagnosis trauma uretra,
selanjutnya dilakukan penatalaksanaan dengan aspirasi suprapubik dan bedah urologi.
Etiologi Trauma
Manifestasi Tidak dapat BAK, nyeri perut bawah, keluar darah dari kemaluan, buli-buli
terasa penuh, butterfly hematom
Pemeriksaan Uretrografi retrograde, rectal toucher, pemeriksaan fisik prostat
Diagnosis Trauma uretra
Tatalaksana Aspirasi suprapubik dan bedah urologi
SASARAN BELAJAR
LI. 1.Mampu Memahami dan Menjelaskan Trauma Uretra Anterior
LO.1.1.Patofisiologi Trauma Uretra Anterior
LO.1.2.Manifestasi Trauma Uretra Anterior
LO.1.3.Pemeriksaan Penunjang Trauma Uretra Anterior
LO.1.4.Penatalaksanaan Trauma Uretra Anterior
LI. 2. Mampu Memahami dan Menjelaskan Trauma Uretra Posterior
LO.2.1.Patofisiologi Trauma Uretra Posterior
LO.2.2.Manifestasi Trauma Uretra Posterior
LO.2.3.Pemeriksaan Penunjang Trauma Uretra Posterior
LO.2.4.Penatalaksanaan Trauma Uretra Posterior
Trauma
Uretra Anterior
Pemeriksaan Radiologi
Urethrography retograde merupakan pemeriksaan gold standard untuk mengevaluasi
trauma urethra. Sebelum dilakukan kontras, sebaiknya dilakukan foto polos terlebih dahulu
untuk mengetahui adanya fraktur pelvis, dan untuk mengetahui adanya benda asing seperti
peluru, batu, yang mana hal-hal tersebut akan sulit dinilai apabila kontras sudah diebrikan.
(Hohenfellner, 2007)
Teknik pemberian kontras pada urethrography retograde adalah dengan menggunakan
Foley catether ukuran 12 atau 14-F yang dimasukkan hingga fossa navicularis saja.
Apabila sudah dimasukkan hingga fossa navicularis, sebanyak 1-2 mL NaCl 0.9%
diinjeksikan agar balon mengembang dan mengoklusi urethra. Kemudian sebanyak 20-30
mL kontras (tidak diencerkan) diinjeksikan dengan posisi oblique 30. Gambaran
radiografi dari urethra dapat dengan cepat menentukan klasifikasi trauma urethra yang
terjadi. (Hohenfellner,2007)
Pemeriksaan radiologik dengan uretrogram retrograde dapat memberi keterangan letak dan tipe
ruptur uretra. Uretrogram retrograde akan menunjukkan gambaran ekstravasasi, bila terdapat
laserasi uretra, sedangkan kontusio uretra tidak tampak adanya ekstravasasi. Bila tidak tampak
adanya ekstravasasi maka kateter uretra boleh dipasang.
10
Komplikasi dini setelah rekontruksi uretra adalah infeksi, hematoma, abses periuretral, fistel
uretrokutan, dan epididimitis. Komplikasi lanjut yang paling sering terjadi adalah striktur uretra.
Striktur uretra adalah komplikasi utama tetapi pada banyak kasus tidak memerlukan
rekonstruksi bedah. Jika, striktur ditetapkan, laju aliran urin kurang baik dan infeksi urinaria dan
terdapat fistel uretra, rekonstruksi dibutuhkan.
1 Uretra posterior masih utuh dan hanya mengalami stretching (perengangan). Foto uretrogram
tidak menunjukkan adanya ekstravasasi, dan uretra hanya tampak memanjang
2 Uretra posterior terputus pada perbatasan prostate-membranasea, sedangkan diafragma
urogenitalia masih utuh. Foto uretrogram menunjukkan ekstravasai kontras yang masih
terbatas di atas diafragma
3 Uretra posterior, diafragma urogenitalis, dan uretra pars bulbosa sebelah proksimal ikut rusak.
Foto uretrogram menunjukkan ekstvasasi kontras meluas hingga di bawah diafragma sampai
ke perineum.
Kemungkinan terjadinya cedera uretra posterior harus segera dicurigai pada pasien yang
telah didiagnosis fraktur pelvis. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, beberapa
jenis fraktur pelvis lebih sering berhubungan dengan cedera uretra posterior dan terlihat
pada 87% - 93% kasus. Akan tetapi, banyaknya darah pada meatus uretra tidak
berhubungan dengan beratnya cedera. Teraba buli-buli yang cembung (distended), urin
tidak bisa keluar dari kandung kemih atau memar pada perineum atau ekimosis perineal
merupakan tanda tambahan yang merujuk pada gangguan uretra. Trias diagnostik dari
gangguan uretra prostatomembranosa adalah fraktur pelvis, darah pada meatus dan urin
tidak bisa keluar dari kandung kemih. (Rosentein DI,2006)
Pada ruptur uretra posterior terdapat tanda patah tulang pelvis. Pada daerah suprapubik
dan abdomen bagian bawah, dijumpai jejas hematom, dan nyeri tekan. Bila disertai ruptur
kandung kemih, bisa dijumpai tanda rangsangan peritoneum. Pasien biasanya mengeluh
tidak bisa kencing dan sakit pada daerah perut bagian bawah. (Sjamsuhidajat R. 2005)
Pada pemeriksaan rektum bisa didapatkan hematoma pada pelvis dengan pengeseran
prostat ke superior. Bagaimanapun pemeriksaan rektum dapat diinprestasikan salah, karena
hematoma pelvis bisa mirip denagan prostat pada palpasi. Pergeseran prostat ke superior
tidak ditemukan jika ligament puboprostikum tetap utuh. Disrupsi parsial dari uretra
membranasea tidak disertai oleh pergeseran prostat. 14
Prostat dan buli-buli terpisah dengan uretra pars membranosa dan terdorong ke atas
oleh penyebaran dari hematoma pada pelvis. High riding prostat merupakan tanda klasik
yang biasa ditemukan pada ruptur uretra posterior. Hematoma pada pelvis, ditambah
dengan fraktur pelvis kadang-kadang menghalangi palpasi yang adekuat pada prostat yang
ukurannya kecil. Sebaliknya terkadang apa yang dipikirkan sebagai prostat yang normal
mungkin adalah hematoma pada pelvis. Pemeriksaan rektal lebih penting untuk
mengetahui ada tidaknya jejas pada rektal yang dapat dihubungkan dengan fraktur pelvis.
Darah yang ditemukan pada jari pemeriksa menunjukkan adanya suatu jejas pada lokasi
yang diperiksa.
LO.2.3.Pemeriksaan Penunjang Trauma Uretra Posterior
Secara umum pemeriksaan trauma uretra posterior sama dengan trauma uretra anterior.
Hasil yang didapatkan pun tidak jauh berbeda, yang jelas berbeda hanyalah letak trauma
secara anatomi. Gejala khas trauma uretra posterior adalah sulit atau tidak bisa buang air
kecil, vesica urinaria teraba penuh dan adanya darah yang keluar daru ostium uretra
eksterna.
Pada pemeriksaan fisik perlu juga dilakukan rectal toucher untuk mengetahui letak
prostat karena sering kali mengalami High-riding prostate. Pada fase akut, prostat dapat
sulit dipalpasi akibat adanya hematoma yang terjadi di sekitar bagian prostat. Adanya high
riding prostate merupakan pertanda terjadinya trauma urethra posterior. Pemeriksaan rectal
toucher sebetulnya lebih penting untuk memeriksa kondisi anus dan rectum ketimbang
prostat. Apabila pada rectal toucher didapatkan darah, maka perlu ada dugaan bahwa telah
terjadi ruptur hingga ke bagian rectum (hal ini sering terjadi pada kasus fraktur pelvis).
12
Pemeriksaan Radiologi
Urethrography retograde merupakan pemeriksaan gold standard untuk mengevaluasi
trauma urethra. Sebelum dilakukan kontras, sebaiknya dilakukan foto polos terlebih dahulu
untuk mengetahui adanya fraktur pelvis, dan untuk mengetahui adanya benda asing seperti
peluru, batu, yang mana hal-hal tersebut akan sulit dinilai apabila kontras sudah diebrikan.
(Hohenfellner, 2007)
Apabila ada dugaan terjadi trauma urethra posterior, maka dapat segera dipasang kateter
suprapubic.
Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan adalah cystogram serta ascending
urethrogram untuk mengetahui lokasi trauma, tingkat keparahan, dan juga panjang urethra
yang mengalami trauma. Apabila bagian proximal urethra tidak dapat dilihat dengan
kombinasi
cystogram
Gambar 7. Uretrografi retrograde (a, normal. b, extravasasi
serta
urethrogram,
kontras keluar dari urethra). (Hohenfellner, 2007)
maka
perlu
dilakukan
pemeriksaan MRI ataupun endoscopy suprapubic. (Hohenfellner, 2007)
Pemeriksaan dengan USG tidak menjadi hal yang sering dilakukan pada kasus trauma
urethra, namun dapat sangat berguna untuk menentukan lokasi terjadinya hematoma pelvis
ataupun untuk menentukan posisi vesica urinaria (pada kasus high-riding bladder) saat
akan melakukan kateterisasi suprapubic. (Hohenfellner, 2007)
13
membolehkan resolusi dari hematoma pada pelvis, dan prostat & buli-buli akan kembali
secara perlahan ke posisi anatominya.
Bila disertai cedera organ lain sehingga tidak mungkin dilakukan reparasi 2- 3 hari
kemudian, sebaiknya dipasang kateter secara langsir (railroading)
2
Beberapa ahli bedah lebih suka untuk langsung memperbaiki uretra. Perdarahan dan
hematoma sekitar ruptur merupakan masalah teknis. Timbulnya striktur, impotensi, dan
inkotinensia lebih tinggi dari immediate cystotomy dan delayed reconstruction.
Walaupun demikian beberapa penulis melaporkan keberhasilan dengan immediate
urethral realignment.
15
DAFTAR PUSTAKA
Datu AR. Diktat Urogenitalia. Makassar : FKUH; 2003
Hohenfellner, M., & Santucci, R. (2007). Emergencies in urology. Berlin: Springer.
McAninch, J. (2013). Smith and Tanagho's general urology editors, Jack W. McAninch,
Thomas F. Lue. (18th ed.).
Palinrungi AM. Lecture notes on urological emergencies & trauma. Makassar: Division of
Urology, Departement of Surgery, Faculty of Medicine, Hasanuddin University; 2009
Purnomo, B. Dasar-dasar Urologi. Edisi kedua. Jakarta: Sagung Seto; 2008.
Rosentein DI, Alsikafi NF. Diagnosis and Classification of urethral Injuries. Uro; clin N Am.
2006
Sjamsuhidajat R, Jong WM. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC; 2005.
16