Namun secara lebih rinci tahapan kegiatan usaha pertambangan dapat dibedakan menjadi
beberapa macam usaha yaitu;
2. Studi Kelayakan
Studi kelayakan bukan hanya mengkaji secara teknis, atau membuat prediksi/proyeksi ekonomis,
namun juga mengkaji aspek nonteksnis lainnya, seperti aspek sosial, budaya, hukum, dan
lingkungan. Studi kelayakan selain berguna dalam mengambil keputusan jadi atau tidaknya
rencana usaha penambangan itu dijalankan, juga berguna pada saat kegiatan itu jadi
dilaksanakan, yakni:
1. Dokumen studi kelayakan berfungsi sebagai acuan pelaksanaan kegiatan, baik acuan kerja di
lapangan, maupun acuan bagi staf manajemen di dalam kantor;
2. Berfungsi sebagai alat kontrol dan pengendalian berjalannya pekerjaan;
3. Sebagai landasan evaluasi kegiatan dalam mengukur prestasi pekerjaan, sehingga apabila
ditemukan kendala teknis ataupun nonteknis, dapat seger ditanggulangi atau dicarikan jalan
keluarnya;
4. bagi pemerintah, dokumen studi kelayakan merupakan pedoman dalam melakukan
pengawasan, baik yang menyangkut kontrol realisasi produksi, kontrol keselamatan dan
keselamatan kerja, kontrol pengendalian aspek lingkungan, dan lain-lain.
Adapun aspek-aspek yang menjadi kajian dalam studi kelayakan adalah:
1. Aspek kajian teknis, meliputi:
kajian hasil eksplorasi, berkaitan dengan aspek geologi, topografi, sumur uji, parit uji,
pemboran, kualitas endapan, dan jumlah cadangan;
hasil kajian data-data eksplorasi tersebut sebagai data teknis dalam menentukan pilihan
sistem penambangan, apakah tambang terbuka, tambang bawah tanah atau campuran.
kajian aspek sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat, meliputi kajian aspek
hukum adat yang berlaku, pola perilaku, dan kebiasaan masyarakat setempat.
3. Kajian pasar, berkaitan dengan supply and demand, dapat dianalisis dari karakter pasar,
potensi, dan pesaing pasar.
4. Kajian kelayakan ekonomis, adalah perhitungan tentang kelayakan ekonomis yang berupa
estimasi-estimasi dengan mempergunakan beberapa metode pendekatan. Secara umum, metode
pendekatan yang dimaksud biasanya melalui analisis Net Present Value (NPV), Benefit Cost
Ratio (BCR), Profitability Index (PI), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period.
5. Kajian kelayakan lingkungan, berbentuk AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)
dan UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan- Upaya Pemantauan Lingkungan).
Dari kondisi tersebut, kemudian muncul istilah bahwa bangsa Indonesia dalam memenuhi pos
pendapatan negaranya, dilakukan dengan cara menjual tanah air kepada bangsa asing. Artinya,
yang dimaksud dengan tanah adalah batuan atau bijih atau mineral dijual secara langsung dalam
bentuk bongkahan, sedangkan yang dimaksud menjual air, sebagaimana diketahui melalui
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, bahwa air dapat dilakukan
pengelolaanya 100% oleh swasta atau swasta asing. Akan tetapi, diatur juga mengenai kewajiban
pelaku usaha pertambangan dalam melakukan kegiatan usaha pertambangan diwajibkan
meningkatkan nilai tambah setiap bahan galian yang dieksploitasi dari wilayah hukum Indonesia,
sehingga hal tersebut menjadi langkah awal wujud konkret dari pemanfaatan bahan galian untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
5. Pemasaran
Jika bahan galian sudah selesai diolah maka dipasarkan ke tempat konsumen. Antara perusahaan
pertambangan dan konsumen terjalin ikatan jual beli kontrak jangka panjang, dan spot ataupun
penjualan sesaat. Pasar kontrak jangka panjang yaitu pasar yang penjualan produknya dengan
kontrak jangka panjang misalnya lebih dari satu tahun. Sedangkan penjualan spot, yaitu
penjualan sesaat atau satu atau dua kali pengiriman atau order saja.
6. Reklamasi
Reklamasi merupakan kegiatan untuk merehabilitasi kembali lingkungan yang telah rusak baik
itu akibat penambangan atau kegiatan yang lainnya. Reklamasi ini dilakukan dengan cara
penanaman kembali atau penghijauan suatu kawasan yang rusak akibat kegiatan penambangan
tersebut. Reklamasi perlu dilakukan karena Penambangan dapat mengubah lingkungan fisik,
kimia dan biologi seperti bentuk lahan dan kondisi tanah, kualitas dan aliran air, debu, getaran,
pola vegetasi dan habitat fauna, dan sebagainya. Perubahan-perubahan ini harus dikelola untuk
menghindari dampak lingkungan yang merugikan seperti erosi, sedimentasi, drainase yang
buruk, masuknya gulma/hama/penyakit tanaman, pencemaran air permukaan/air tanah oleh
bahan beracun dan lain-lain. Dalam kegiatan reklamasi terdiri dari dua kegiatan yaitu Pemulihan
lahan bekas tambang untuk memperbaiki lahan yang terganggu Ekologinya, dan Mempersiapkan
lahan bekas tambang yang sudah diperbaiki ekologinya untuk pemanfaatannya selanjutnya.
http://tambangunp.blogspot.com/2013/09/tahapan-kegiatan-usahapertambangan.html