STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
1/1
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
PROSEDU
R
1. INDIKASI UMUM
1. Semua penderita yang membutuhkan bantuan pernafasan mekanik atau alat bantuan
khusus lainnya.
2. Semua penderita yang membutuhkan monitoring secara cermat dan ketat.
II.
INDIKASI KHUSUS
Kelainan pada saluran pernafasan :
Pneumonia, Bronkiolitis, Laringitis dirawat di ICU Anak apabila : dengan pengobatan
klasik tidak memberikan hasil yang baik atau menuju kearah terjadinya kegagalan
pernafasan.
2.
Kelainan pada sistem kardiovaskuler :
Syok hipovolemik, kardiogenik, septik. Syok hipovolemik dan septik yang tidak
menunjukkan respon yang baik terhadap pengobatan klasik atau didapatkan
komplikasi menuju ke arah kegagalan pernafasan. Setiap syok kardiogenik / syok
septik apapun penyebabnya, untuk pengawasan EKG (BED SIDE) / pemantauan ketat
hemodinamik.
3.
Keracunan
Kasus-kasus keracunan makanan, obat-obatan, zat kimia yang memerlukan
pengobatan suportif misalnya : hemodialisa, transfusi tukar, bantuan nafas mekanik
dan syok.
4.
Penderita pasca bedah mayor yang membutuhkan ventilator.
1.
III.
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
1/1
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
PROSEDU
R
1. Serah terima pasien dengan segala permasalahannnya dari dokter ICU Anak ke
dokter jaga sesuai konsultan jaga kelas 1 dan kelas 2, dengan aturan :
Senin-Kamis 14.00
Jumat
11.00
Sabtu
12.30
Minggu / Hari libur pagi 08.00
malam 20.00
2. Atasi kegawatan Lakukan program Konsul Anestesi atau sub bagian lain
yang terkait
3. Menulis laporan jaga di MR 4
4. Menyerahkan pasien dengan segala permasalahannya ke dokter jaga berikutnya
Unit terkait : Dokter jaga ICU Anak di RSUD Prof. DR. W.Z. Johannes
No. Revisi
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Halaman
1/2
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
PROSEDUR
I. PERALATAN
A.
Alat pembebas jalan napas
1. AMBU Bag : lengkap
2. Masker / sungkup muka : semua ukuran (lengkap)
3. Laringoskop dan Blade ( prematur, bayi, anak )
4. Pipa ET lengkap (No. 2,5 s/d 8)
5. Pipa nasofaringeal lengkap
6. Pipa orofaringeal lengkap
7. Pipa trakheostomi lengkap ( No. 5 s/d 8 )
8. Masker ( non dan rebreathing ), O2 kanul, T piece
9. Head box
10. Kateter penghisap
B. Alat transfusi dan infus
1. Infusion pump
2. Syringe pump
3. Infus set / transfusi set / extension tube
4. I.v catheter ( no. 24, 22, 20, 18 )
5. Three way stopcock
6. Umbilikal catheter
1. Monitor
1. Bed side monitor : pulse oxymetri, tekanan darah invasif dan non infasif
2. EKG
3. Respirasi
4. Temperatur
D. Lain-lain
1. NGT ( feeding tube )
2. Spuit
3. Catheter urin
PENYEDIAAN OBAT & PERALATAN KEGAWATAN
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
2/2
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
E. OBAT-OBATAN
1. Adrenalin
2. Aminophylin
3. Atropin sulfas
4. Calcium cholide 10% / calcium glukonas 10%
5. Dexametason
6. Diazepam
7. Dilantin
8. Digoxin
9. Diphenhidramin
10. Dopamin
11. Dobutamin
12. Dextrose 40%
13. Furosemid
14. Heparin
15. Klonidin inj
16. Lidocain
17. Manitol
18. Midazolam
19. Morfin
20. Naloxone
21. Natrium bikarbonat
22. Phenytoin
23. Phenobarbital
F. CAIRAN-CAIRAN
A. Cairan kristaloid
Cairan yang mengandung molekul elektrolit
1. Sodium Chloride ( NaCl 0,9 % )
2. Ringer laktat
3. Maintenance : D 5% dengan elektrolit NaCl dan KCl
B. Cairan koloid
Cairan pengganti plasma sebelum mendapatkan transfusi
4
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
PROSEDU
R
No.
Langkah-langkah
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk
melakukan tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
2.
Halaman
1/2
Pelaksana
Dokter, Perawat
STANDAR
OPERASIONA
L PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
2/2
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
Survey kedua
6. Lepaskan pakaian dan lakukan survey kedua
7. Pasang NGT, untuk penderita distress respirasi dan penurunan
kesadaran (Kontraindikasi penderita dengan trauma, trauma
kraniofacial atau fraktur dasar tengkorak)
8. Evaluasi dan bebat luka terbuka
9. Ambil spesimen darah yang diperlukan (BGA, studi
koagulassi)
10. Lakukan tes diagnostik yang diperlukan (X foto dada, CT
Scan)
11. Pasang kateter. Dihindari pada fraktur pelvis, jejas uretra atau
terdapat darah pada orificium uretra.
Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak
Dokter,
Perawat
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
1/1
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
PROSEDUR
1. Tentukan respon pupil terhadap cahaya. Kanan dan kiri > 3 mm, respon tak ada=1,
lainnya=0, tak ada data=0. Hasil penilaian dikalikan 2,357
2. Jika ada salah satu keadaan berikut ini, nilanya =1, tidak ada =0
(1) cardiac arrest sebelum perawatan (5) kardiomiopati atau miokarditis
(2) defisiensi imun berat
(6) sindroma hipoplatik jantung kiri
(3) leukemia/ limfoma setelah induksi (7) infeksi HIV
yang pertama
(8) IQ <35 lebih buruk dari Sindrom Down
(4) perdarahan otak
(9) penyakit neurodegeneratif
Hasil penilaian dikalikan 1,826
3. Tentukan apakah penderita dirawat Elektif nilanya =1, Darurat nilainya =0
Hasil penilaian dikalikan 1,552
4. Mendapat ventilator 1 jam pertama (tidak=0, ya=1)
Hasil penilaian dikalikan 1,342
5. Tekanan darah sistolik mmHg (tak ada data=120, ada data dikurangi 120)
Hasil penilaian dikalikan 0,021
6. Base excess mmol/L (tak ada data=0)
Hasil penilaian dikalikan 0,071
7. Hitung 100 kali FiO2 (abssolut) dibagi paO2 mmHg (bila tidak ada data=0)
Hasil penilaian dikalikan 0,415
8. (1+2+3+4+5+6+7)-4,873=PIM logit
Prediksi kemungkinan meninggal =elogit/(1+elogit)=2,7183 Pim logit/(1+2,7183 PIM logit)
CARA MENGGUNAKAN KALKULATOR (KARCE KC 117)
RM
: RM
X M
INV RM
Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak
PENILAIAN TINGKAT KESADARAN
( METODE GLASGOW-PITTSBURGH COMA SCALE )
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
PROSEDUR
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
1/1
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
BUKA MATA
Spontan
Pada perintah
Pada rangsangan nyeri
Tidak ada
RESPON MOTORIK TERBAIK
Menurut perintah
Reaksi setempat
Menarik ( withdraws )
Fleksi abnormal
Ekstensi
Tidak ada
RESPON VERBAL TERBAIK
Baik ( oriented )
Pembicaraan kacau
Kata-kata tak tersusun
Suara
Tidak ada
REAKSI PUPIL TERHADAP CAHAYA
Normal
Lambat
Respon tak sama
Besar tak sama
Tidak ada
REFLEK SARAF OTAK TERTENTU
Semua ada
Reflek bulu mata (-)
Reflek kornea (-)
Doll eye (-)
Semua reflek kranial (-)
KEJANG
Tidak ada
Kejang fokal
Umum intermiten
Umum kontinyu
Flaksid
NAPAS SPONTAN
Normal
Periodik
Hiperventilasi sentral
Hipoventilasi / ireguler
Apnea
4
3
2
1
6
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
Unit terkait: Bangsal Anak, IGD, ICU Anak, HCU Anak, NICU, HCU Neonatus, RSUD Prof.
DR. W.Z. Johannes
No. Revisi
Tanggal Terbit
RSUD S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
PROSEDUR
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
Halaman
1/1
Spontan
Karena suara
Karena nyeri
Tidak ada
Motorik Menurut perintah
Lokalisasi nyeri
Menarik karena nyeri
Fleksi karena nyeri
Buka
mata
Spontan
4
3
2
1
6
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
10
KEJANG DEMAM
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
1/2
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
: Kejang demam adalah kejang yang berhubungan dengan demam ( suhu diatas
380 C) perrektal tanpa adanya infeksi susunan syaraf, gangguan elektrolit
terjadi pada anak usia diatas 1 bulan dengan tidak adanya riwayat kejang
tanpa demam sebelumnya.
: Sebagai panduan penanganan kejang demam
: Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan
mortalitas
PROSEDUR
N
Langkah-langkah
o.
1.
2.
3.
Petugas
Dokter,
Perawat
Dokter
Dokter,
Perawat
11
3. Pemeriksaan elektrolit
EEG dan CT scan kepala hanya dilakukan berdasarkan indikasi
KEJANG DEMAM
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
2/2
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
4.
Pengobatan
Dokter,
Medikamentosa
Perawat
1. Antipiretik, parasetamol 10-15 mg/kgBB/kali setiap 6 jam
atau Ibuprofen 5- 10 mg/kgBB/kali tiap 6 jam.
2. Profilaksis terapi untuk mencegah berulangnya kejang
Profilaksis intermitten
Diberikan selama anak demam, diazepam 0,5 mg/kgBB/hr
Profilaksis terus menerus
Diberikan pada kejang demam kompleks dengan faktor
resiko. Lama pemberian 1 tahun.
Fenobarbital 3 -5 mg/kgBB/hr
Asam valproat 15 -40 mg/kgBB/hr
3. Pengobatan terhadap penyakit yang mendasari.
5.
Pemantauan efek samping pemberian obat2an
Dokter
Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak
12
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
1/1
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
PROSEDUR
Kejang (+) 5
Kejang (-) 5 20
Kejang (+)
Kejang (+)
Diazepam 0,3-0,5
mg/kgBB
Kejang (+)
PICU
Phenobarbital 1520 mg/kgBB
Phenitoin 5
mg/kgBB
Kejang (-)
Phenobarbital 8-10
mg/kgBB/hari
Piridoksin 100 mg
24 jam
Oral Phenitoin 10
mg/kgBB/hari
Kejang (+)
Drip Diazepam
5-7 mg/kg/hari
Phenobarbital 5
mg/kgBB/hari
Kejang (+)
PICU diazepam drip 10-24 mg/kgBB/hari
13
Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak
STATUS KONVULSIVUS PADA ANAK
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
1/2
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
: Status konvulsivus ialah kejang yang berlangsung > 30 menit atau kejang
berulang tanpa disertai pemulihan kesadaran diantara 2 kejang
: Mengatasi kejang secepatnya, mencegah komplikasi dan kejang berulang
: Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan gejala
sisa serta menurunkan mortalitas
PROSEDU
R
No.
Langkah-langkah
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk
melakukan tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
2.
Pada menit ke 0
- Beri oksigen, perhatikan KU dan kondisi jalan napas
(kalau perlu intubasi)
- Ukur tanda vital (tekanan darah, suhu)
- Monitor EKG dan respirasi
- Telusuri riwayat kejang
- Periksa status neurologi
1. Inj Diazepam (0,2-0,5mg/kg BB IV) atau perrektal 0,2-0,5 mg.
Jika kejang (+) inj phenitoin 15-20 mg/kg BB IV, jika kejang
berlanjut inj phenitoin 10 mg/kgBB
2. Periksa elektrolit, Mg, Ureum, GDS, hitung jenis, analisa gas
darah, skreening inbtoksikasi (bila dicurigai)
3. Pasang jalur IV dan berikan cairan D5% dan elektrolit rumatan.
4. Inj D 10% IV 2ml/kgBB IV, jika GDS rendah dan 100 mg
tiamin IM atau IV
5. Pasang monitor EEG segera bila memungkinkan
3.
Pada menit ke 20-30
Jika kejang (+) lakukan intubasi, pasang kateter, cek suhu,
monitor EEG
Drip diazepam 5-20 mg/kgBB (dosis 7 mg/kgBB konsul
PICU) + midazolam bolus 0,15 mg/kgBB (drip 1
mcg/kgBB/jam) dapat dinaikkan tiap 15 menit sampai 0,75-10
mg/kgBB/mnt
4.
Pada menit ke 40-60 jika masih kejang
Mulai pemberian propovol 1-2 mg/kg lading dose dilanjutkan 2-
Pelaksana
Dokter, Perawat
Dokter, Perawat
Dokter, Perawat
Dokter, Perawat
14
Dokter
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
KEJANG
No. Revisi
Halaman
2/2
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
Kejang (+)
Diazepam rektal
10-20 menit
Kejang (-)
Bila disebabkan ensefalitis atau meningitis, terapi rumatan
perlu dilanjutkan dengan phenobarbital 8-10 mg/kgBB/hari
selama 2 hari kemudian dilanjutkan dengan 4-5
mg/kgBB/hari sampai risiko untuk kejang berulang tidak ada
Bila epilepsi, lanjutkan OAE dengan menaikkan dosis
Status
konvulsivus
Kejang (+)
Fenitoin bolus iv 10-20 mg/kgBB
Kecepatan 0,5 1
mg/kgBB/menit
Kejang (+)
Transfer ke ruang perawatan intensif
Phenobarbital 5-15 mg/kgBB/hari bolus iv dilanjutkan dengan dosis
1-6 mg/kgBB/menit drip atau Midazolam 0,2 mg/kgBB dilanjutkan
dengan 0,1 0,4 mg/kgBB/jam
15
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
1/1
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
PROSEDUR
No Langkah-langkah
.
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan
tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
2.
Kenali gejala, tanda penyakit
Sakit kepala, muntah, perubahan kepribadian, diplopia, kejang,
penurunan kesadaran, dilatasi pupil.
3.
Pemeriksaan laboratorium dan penunjang atas indikasi :
Pengukuran tekanan intrakranial, USG kepala pada bayi dengan UUB
masih terbuka.
CT scan kepala.
Funduskopi
4.
Pengobatan :
Tergantung pada penyebabnya
1. Edema otak
a. Edema vasogenik
Kortikosteroid
Manitol 0,5 1 gr/kgBB/6 -8 jam
b. Edema sitotoksik
Manitol 0,5 1 gr/kg BB/ 6-8 jam
c. Edema interstitial
Asetazolamid 25 -50 mg/kgBB/hr.
2. Hidrosefalus : VP shunting
3. Tumor, perdarahan, SOL.
a. Konsul Bedah syaraf, operatif.
b. Atasi faktor penyebabnya
Petugas
Dokter,
Perawat
Dokter
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat
16
5.
Dokter,
Perawat
Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak
MENINGITIS BAKTERI
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
PROSEDUR
No. Langkah-langkah
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan
tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
2.
Kenali gejala dan tanda meningitis bakteri.
Halaman
1/2
Petugas
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat
3.
Pemeriksaan penunjang :
Darah perifer lengkap, gula darah, elektrolit darah, biakan darah. Lumbal
pungsi (jumlah sel, kadar protein, kadar gula, pewarnaan gram, biakan dan
uji resistensi). Pemeriksaan CT scan kepala, EEG atas indikasi.
Dokter,
Perawat
4.
Dokter,
Pengobatan suportif
Atasi kejang, turunkan panas, cegah hipoksia otak, cegah dekubitus, Perawat
keratitis, aspirasi, turunkan tekanan intrakranial yang meningkat.
Jika ditemukan edema otak dapat diberikan manitol 0,5 1 gr/kgBB
setiap 8 jam dan kortikosteroid.
Pengobatan kausatif
1. Pengobatan empirik antibiotik
Usia 0 7 hari :
Ampisilin 150 mg/kgBB/hr dan sefotaksim 100mg/kgBB/hari
Ampisilin 150 mg/kgBB/hari + Gentamisin 5 mg/kg BB/hari
Usia 7 hari 1 bulan :
17
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
2/2
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
Usia 1 3 bulan :
Ampisilin 200 400 mg/kg BB/ hari dan sefotaksim 200 mg/kg
BB/hari
Usia > 3 bulan :
Sefotaksim 200mg/kgBB/hari atau Ampisilin 200mg/kgBB/hari
dan Kloramphenikol 100 mg/kgBB/hari.
2.Terapi antibiotik sesuai kultur LCS.
Lama pengobatan 10 14 hari.
3. Kortikosteroid : Deksametason 0.6mg/kgBB/hari untuk 2 hari
4. Bedah : Jika ditemukan empyema subdural, abses otak,
hidrosefalus.
5.
Pemantauan efek samping pengobatan, pemeriksaan darah tepi, uji Dokter,
fungsi hati dan uji fungsi ginjal
Perawat
Uji pendengaran dan uji penglihatan.
Komplikasi penyakit subdural effusion, subdural empyema, abses
serebri, hidrosefalus.
Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak
18
MENINGITIS TUBERKULOSA
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
1/1
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
PROSEDUR
No. Langkah-langkah
1.
Petugas
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat
19
Dokter
ENSEFALITIS
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halama
n
1/1
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
PROSEDUR
No Langkah-langkah
.
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk
melakukan tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
2.
Kenali gejala dan tanda ensefalitis
Adanya panas, nyeri kepala, kesadaran menurun,
kejang
defisit neurologis (paresis, refleks patologis),
peningkatan refleks tendon.
3.
Pemeriksaan laboratorium dan penunjang :
Darah rutin lengkap, gula darah , elektrolit darah, biakan darah.
Pungsi lumbal, pemeriksaan cairan serebro spinal (sel, protein,
glukosa)
Pemeriksaan CT scan kepala , EEG jika ada indikasi.
4.
Pengobatan suportif : Seperti pada meningitis bakteri
Pengobatan kausatif : Tidak ada terapi yang spesifik, jika
disebabkan karena virus herpes simpleks dapat diberikan Asiklovir
10 mg/kgBB/tiap 8 jam.
5.
Pemantauan terapi dan komplikasi penyakit
Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak
Petugas
Dokter,
Perawat
Dokter
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat
Dokter
20
TETANUS
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
1/3
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
: Suatu penyakit toksemia akut dan fatal yang disebabkan oleh Clostridium
tetani, dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai
gangguan kesadaran
: Sebagai panduan penanganan ketoasidosis diabetik
:
Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan
menurunkan mortalitas
PROSEDUR
No. Langkah-langkah
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan
tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
2.
Kenali gejala, tanda, derajat dan komplikasi penyakit
Derajat I (tetanus ringan)
Trismus ringan sampai sedang
Kekakuan umum: kaku kuduk, opistotonus, perut papan
Tidak dijumpai disfagia ringan
Tidak dijumpai kejang
Tidak dijumpai gangguan respirasi
Derajat II (tetanus sedang)
Trismus sedang
Kekakuan jelas
Dijumpai kejang rangsang, tidak ada kejang spontan
takipnea
Disfagia ringan
Derajat III (tetanus berat)
Trismus berat
Otot spastis, kejang spontan
Takipnea, takikardia
Apneic spell
Petugas
Dokter,
Perawat
Dokter
21
Disfagia berat
Aktifitas sistem autonom meningkat
Derajat IV (tetanus stadium terminal), derajat III ditambah dengan
Gangguan otonom berat
Hipertensi berat dan takikardi, atau
Hipotensi dan bradikardi
Hipertensi berat atau hipotensi berat
Penyulit pada tetanus : gangguan ventilasi paru, aspirasi pneumonia,
bronkopneumonia, atelektasis, emfisema mediastinal, penumotoraks, sepsis
dan fraktur vertebra
TETANUS
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
3.
4.
5.
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
2/3
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat
Dokter,
22
Perawat
TETANUS
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
6.
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
3/3
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
Dokter,
Perawat
23
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
1/1
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
PROSEDUR
No Langkah-langkah
.
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk
melakukan tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
2.
Kenali gejala, tanda penyakit
Riwayat infeksi sebelumnya, terjadi kelumpuhan yang
bersifat ascendens dan simetris yang didahului parestesi. Adanya
gangguan fungasi otonom.
Ditemukan kelumpuhan tipe LMN, simetris dan
ascenderen, refleks fisiologis pada tempat yang lumpuh menurun.
3.
Pemeriksaan laboratorium dan penunjang atas indikasi :
Pemeriksaan cairan serebrospinal
Pemeriksaan EMG dan KHS
4.
Pengobatan :
Imuno Globulin Iv 0,4 gr/kgBB/ hari selama 5 hari
Petuga
s
Dokter,
Perawat
Dokter
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat
24
Plasmapheresis
Kortikosteroid ( kontroversi)
6.
Rawat ICU Anak bila terjadi ancaman gagal napas
Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak
No. Revisi
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Halaman
1/1
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
PROSEDUR
Tentukan
RECOVERRABLE
IRRECOVERABLE
(berdasar GPCS,GCS,PIM )
Dr PICU/ NICU
Dr. Anestesi
Dr. Neurologi (min 2 orang)
BAGGING
Evaluasi tiap jam
Perbaikan
Klinis
Laboratoris
Irrecoverrable
BAGGING 30 menit
Evaluasi
Brain death
Informed consent
Dr PICU/NICU
Lisan/ tulisan
Dr Anestesi
Dr Neurologi
25
Pertahankan
(min 2 orang)
(-)
evaluasi 30 menit
(+)
Bagging stop
MBO (-)
MBO (+)
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
1/1
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
: Mati batang otak suatu keadaan jaringan otak rusak sedemikian beratnya
sehingga fungsi vitalnya rusak ireversibel dan tidak lagi tergantung pada
keadaan jantung.
: Untuk menyamakan penilaian / diagnosis kematian batang otak
: Diagnosis kematian batang otak harus melalui prosedur yang ditetapkan
Tujuan
Kebijakan
PROSEDUR
1.
Pada hakekatnya seseorang telah meninggal jika batang otaknya sudah mati. Oleh karena itu
penentuan kematian seseorang dapat dilakukan dengan hanya melakukan pemeriksaan terhadap
fungsi batang otak saja.
2.
Untuk mengetahui fungsi batang otak perlu dilakukan pemeriksaan terhadap:
- respon terhadap sekitar ( perintah, rangsangan, gerak, dann sebagainya)
- gerakan otot dan postur dengan catatan bahwa pasien tidak dalam sedang berada
dibawah pengaruh obat pelemas otot
- reflek pupil
- reflek kornea
- respon motorik syaraf kranial terhadap rangsangan
- reflek menelan atau batuk jika tuba endotrakeal didorong kebawah
- reflek vestibulo okuler bila air es dimasukkan kedalam telinga
- napas spontan jika respirator dilepas dalam waktu cukup (+ 10 mnt ) sehingga pCO2
melebihi 50 torr
3.
Pemeriksaan tersebut pada ayat 2 baru boleh dilakukan paling sedikit 6 jam setelah onset
apneu dan koma
26
4.
5.
6.
7.
8.
Jika hasil dari pemeriksaan tersebut pada ayat 2 negatif maka diagnosis kematian batang
otak belum dapat ditegakkan sebelum dilakukan pemeriksaan yang kedua untuk kepentingan
konfirmasi, sehingga karenanya pasien harus tetap dianggap masih hidup dan diperlakukan
sebagaimana layaknya
Pemeriksaan yang kedua untuk kepentingan konfirmasi tersebut diatas baru boleh dilakukan
paling cepat 2 jam setelah pemeriksaan pertama
Jika pemeriksaan yang kedua juga menunjukkan hasil yang negatif maka diagnosis kematian
batang otak dapat ditegakkan dan selanjutnya pasien dinyatakan meninggal serta dibuat surat
kematiannya
Pemeriksaan angiografi dan EEG tidak diperlukan, tetapi dokter dapat melakukannya jika
merasa ragu terhadap hasil pemeriksaan seperti tersebut diatas
Dalam hal pasien meninggal (dinyatakan meninggal ) maka segala macam peralatan
penunjang kehidupannya harus dicabut, kecuali pasien dipersiapkan menjadi donor kadaver.
Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
1/1
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
PROSEDU
R
1. Setiap pasien yang dibawa ke IGD dianggap masih dalam keadaan hidup dan
diperlakukan sebagaimana layaknya sebelum dinyatakan meninggal
2. Pernyataan meninggal cukup dilakukan seorang dokter kecuali bila pasien
dipersiapkan menjadi donor kadaver maka harus dibuat oleh minimal 2 orang
dokter yang tidak terlibat dalam proses transplantasi
3. Sebelumnya dokter harus melakukan pemeriksaan teliti
4. Bila sudah terdapat henti jantung dan paru maka perlu resusitasi paling sedikit 10
menit atau dipasang alat / respirator kecuali dokter yakin bahwa tindakan medik
tersebut tidak ada gunanya
5. Jika sesudah resusitasi tidak menunjukkan tanda-tanda berhasil maka segala upaya
dapat dihentikan dan kemudian pasien ditempatkan di ruang observasi selama 2
jam untuk kepentingan konfirmasi kecuali dokter yakin bahwa pasien telah benarbenar meninggal
27
HIPERPIREKSIA
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
1/1
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
PROSEDUR
No Langkah- langkah
.
1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan
tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
2.
Kenali gejala klinis demam : set point hipotalamus normal atau
meningkat
Set point normal
Set point meningkat
Suhu 41,1 C
Suhu 41,1C
Pengeluaran panas (N)
Pelaksana
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat
28
Dokter,
Perawat
Perawat
Perawat
Dokter
SEPSIS
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
1/4
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
PROSEDU
R
No. Langkah- langkah
Pelaksana
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk Dokter,
melakukan tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
Perawat
2.
Dokter,
Perawat
29
SEPSIS
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
3.
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
2/4
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat
30
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Inotropik/Vasopresor/Vasodilator
Extra Corporeal Membrane Oxygenation (ECMO)
Suplemen Oksigen
Koreksi Asidosis
Terapi Antibiotika
Eradikasi Sumber Infeksi
Terapi kortikosteroid
Anti-Inflamasi
Granulocyte Macrophage Colony Stimulating Factor (GMCSF)
Intravenous Immunoglobulin (IVIG)
Transfusi Tukar/Hemofiltrasi
Terapi suportif
a. Profilaksis stress ulcers
b. Profilaksis trombosis vena dalam
c. Pencegahan hipoglikemia pada sepsis
d. Penatalaksanaan disfungsi organ : paru, saluran cerna,
koagulasi dan renal
SEPSIS
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
3/4
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
Tabel 1. Tanda vital khusus sesuai umur dan variabel laboratorium (batas bawah untuk HR,
jumlah lekosit, dan tekanan darah sistolik untuk persentil 5 dan batas atas untuk
frekuensi jantung, laju napas, atau hitung lekosit untuk persentil 95).
Heart rate, x/menit
Laju napas
lekosit tekanan
sistol
Kelompok usia
takikardi
bradikardi
x/menit
(x103/mm3)
(mmHg)
0 hari-1 minggu
> 180
< 100
> 50
> 34
< 65
1 minggu-1 bulan
> 180
< 100
> 40
< 75
1 bulan-1 tahun
> 180
< 90
> 34
<100
31
2-5 tahun
> 140
< 94
6-12 tahun
> 130
13-<18 tahun
> 110
< 117
SEPSIS
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
4/4
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
32
ATAU
PaCO2 >65 torr atau 20 mmHg di atas PaCO2 normal ATAU
Dibutuhkan FiO2 >50% untuk menjaga saturasi di atas 92% ATAU
Membutuhkan ventilasi mekanik non elektif invasif atau non invasif
Neurologi
Glasgow Coma Scale 11
Perubahan akut pada status mental dengan penurunan GCS 3 poin dari keadaan abnormal
Hematologi
Hitung trombosit < 80.000/mm3 atau penurunan 50% hitung trombosit dari nilai tertinggi yang
dicatat dalam 3 hari terakhir (untuk pasien hematologi/onkologi kronik) ATAU
Rasio internasional normal > 2
Ginjal
Serum kreatinin 2 kali batas atas normal sesuai usia atau 2 kali lipat peningkatan dari
kreatinin awal
Hepar
Bilirubin total 4 mg/dl (tidak untuk neonatus) ATAU
SGPT 2 kali di atas batas normal sesuai usia
Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak
RSUD S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
PROSEDUR
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
1/1
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
33
Suspect S Y O K
(hipovolemia, hipoperfusi, takikardi)
10 - 30 ml x tal/ kg/ 6-10
Normotensif
Pd sepsis :
Antibiotika
Imunoterapi
Hipotennsif
Pd anafilaksis:
Katekolamin
Steroid
Antihistamin
10-20ml xtal/kg/10
Unuri
Urine output < 1ml/kg/jam
Reevaluasi
10 ml x tal/kg
10ml x tal/kg
10-20 ml x tal/kg
Perbaikan
Reevaluasi
Reevaluasi
Hipotensif, urine < 1 ml/kg/jam
Perbaikan
CVP < 10 mmHg
10-20 ml x tal/kg
Reevaluasi
CVP
Cardiac status
Chest X-Ray
Ecchokardiografi
Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak
PENGELOLAAN SYOK HIPOVOLEMIK
TANPA PENYULIT
No Dokumen
No. Revisi
Halaman
1/1
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
PROSEDUR
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
34
SYOK
cairan
rumat
Jalan napas + O2
RL 20 ml/kg (6-10)
Perbaikan (+)
Perbaikan (-)
urine (<1ml/kg/jam)
RL 20 ml/kg 10
Perbaikan (+)
Perbaikan (-)
RL 10 ml/kgBB 10
Urine
urine
>1ml/kg/jam <1ml/kg/jam
urine
< 1ml/kg/jam
RL 20 ml/kg 10
cairan
rumat
anuri
Koloid 10ml/kg 10
Perbaikan (+)
cairan pengganti RLHt
Perbaikan (-)
algoritme syok
hipovolemik dgn penyulit
Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak
PENGELOLAAN SYOK DENGAN PENYULIT
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
PROSEDU
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
1/1
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
35
R
CVP < 10 cm H2O
CVP < 6 cmH2O
Koloid
4 ml / kg / 10 mnt
Cari :
- Perdarahan
- Sebab
hipovolemik
lain
Koloid
2 ml / kg / 10 mnt
Koloid
1 ml / kg / 10 mnt
Kalau perlu
inotropik, vasodilator
CVP > 4
Stop
CVP 2 - 4
Koloid 4 ml/kg/10mnt
CVP < 2
Sesudah normovolemik
Perbaikan
Gagal
Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak
PENGELOLAAN SYOK SEPTIK
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
PROSEDUR
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
1/2
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
: Syok septik adalah suatu sindrom klinik yang disebabkan tidak cukupnya
perfusi jaringan dan hipoksia jaringan yang diinduksi oleh sepsis.
: Menyamakan pengelolaan syok septik
: Pengelolaan syok dikerjakan sesuai algoritma
36
0 menit
5 menit
APLS/APRC
Masukkan dengan cepat 20cc/kgBB bolus garam isotonik atau koloid hingga 60cc/kgBb
atau lebih
Koreksi hipoglikemia dan hipokalsemia
15 menit
Observasi di
ICU Anak
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
2/2
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
60 menit
Tekanan darah normal
Syok dingin
Saturasi SVC O2 < 70%
37
Tambahkan vasodilator
atau Inhibitor PDE tipe
III dengan
Volume
loading
Pasang kateter arteri
pulmonal dan cairan
langsung, terapi Inotrop,
vasopressor, vasodilator
dan hormonal untuk
memperoleh MAP-CVP
normal dan CI >3,3 dan
<6,0 L/mnt/m2
Titrasi volume
dan epinefrin
Titrasi volume
dan norepinefrin
Syok refrakter
Pertimbangkan
ECMO
Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
1/8
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
Tujuan
Kebijakan
PROSEDUR
No. Langkah-langkah
1.
2.
3.
Petugas
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Pemeriksaan laboratorium :
Perawat
1. Darah perifer, kadar hemoglobin, leukosit dan hitung jenis,
hematokrit, trombosit. Pada apusan darah perifer limfosit plasma
biru.
2. Uji serologis, uji hemaglutinasi inhibisi dilakukan saat fase akut
39
5.
6.
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
3/8
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
DBD disertai syok ( Sindrom Syok Dengue, derajat III dan IV)
-
Dokter,
Perawat
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
4/8
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
DBD ensefalopati
Dokter,
Pada ensefalopati cenderung terjadi edem otak dan alkalosis, maka Perawat
41
bila syok telah teratasi, cairan diganti dengan cairan yang tidak
mengandung HCO3- dan jumlah cairan segera dikurangi. Larutan
ringer laktat segera ditukar dengan larutan NaCl (0,9%): glukosa
(5%) = 3:1.
9.
Pasien DBD perlu dirujuk ke ICU Anak atas indikasi :
Dokter
o Syok berkepanjangan (syok tidak teratasi lebih dari 60 menit)
o Syok berulang (pada umumnya disebabkan oleh perdarahan
internal)
o Perdarahan saluran cerna hebat
o DBD ensefalopati
10. Pemantauan selama perawatan
Dokter,
o Tanda klinis, apakah syok telah teratasi dengan baik, adakah Perawat
pembesaran hati, tanda perdarahan saluran cerna, tanda
ensefalopati,
o Kadar hemoglobin, hematokrit dan trombosit tiap 6 jam,
minimal tiap 12 jam.
o Imbang cairan, catat jumlah cairan yang masuk, diuresis
ditampung dan jumlah perdarahan.
o Pada DBD syok, lakukan cross match darah untuk persiapan
transfusi darah apabila diperlukan.
Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
5/8
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
42
DBD
Demam tinggi, mendadak
terus menerus < 7 hari, tidak
disertai infeksi saluran nafas
bagian atas, badan lemah & lesu
Ada kedaruratan
Tanda syok
Muntah terus menerus
Kejang
Kesadaran menurun
Muntah darah
Uji Tourniquet (+)
Berak hitam
Jumlah trombosit
< 100.000 /ul
Periksa uji
tourniquet
Uji Tourniquet (-)
Jumlah trombosit
Rawat jalan
> 100.000 /ul
Parasetamol
Kontrol tiap hari
sampai demam
hilang
Rawat inap
Rawat jalan
(Lihat hal berikut
Nilai tanda klinis,
Minum banyak 1,5-2 liter/hari periksa trombosit
Parasetamol
& Ht bila demam
Kontrol tiap hari sampai
menetap setelah
demam turun
hari sakit
ke-3
Periksa Hb, Ht, trombosit tiap kali
Perhatian untuk orang tua
Pesan bila timbul tanda syok, yaitu gelisah, lemah,
kaki/tangan dingin, sakit perut, berak hitam, bak kurang
Lab : Hb & Ht naik,
trombosit turun
Segera bawa ke rumah sakit
Bagan 1 a . Tatalaksana kasus tersangka DBD
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
6/8
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
43
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
7/8
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
44
Perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak gelisah
Gelisah
Nadi kuat
Distres pernafasan
*(+)
Tekanan darah stabil
Frekuensi nadi naik
berarti
Diuresis cukup
Ht tetap tinggi/naik
syok
(1-2 ml/kgBB/jam)
Diuresis kurang/tdk ada ( lihat
Ht turun
(2 kali pemeriksaan)
Tanda vital memburuk
Ht meningkat
Tetesan dikurangi
Tetesan dinaikkan
10-15 ml/kgBB/jam
Perbaikan
tetesan dinaikkan bertahap
5 ml/kgBB/jam
Perbaikan
Tanda vital tidak stabil
evaluasi 15 menit
sesuaikan tetesan
3 ml/kgBB/jam
Distres pernafasan
Hb/Ht turun
Ht naik
IVFD stop pada 24-48 jam
Tek.nadi < 20 mmHg *
Bila tanda vital/Ht stabil
Transfusi darah segar
diuresis cukup
Koloid
10 ml/kgBB
*BB < 20 kg
20-30 ml/kgBB
Ket : RA = Ringer asetat
Perbaikan
Bagan 2. Tatalaksana kasus DBD dengan peningkatan hemokonsentrasi > 20%
DEMAM BERDARAH DENGUE
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
8/8
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
45
Syok teratasi :
Kesadaran membaik
Nadi teraba kuat
Tekanan nadi > 20 mmHg
Tidak sesak napas/sianosis
Ekstremitas hangat
Diuresis cukup 1 ml/kgBB/jam
Tanda vital
Tanda perdarahan
Diuresis
Hb, Ht, trombosit
Koreksi asidosis
Syok teratasi
Tetesan 3 ml/kgBB/jam
Ht turun
Infus stop tidak melebihi 48 jam
Setelah syok teratasi
Ht tetap tinggi/naik
Koloid 20ml/kgBB
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
1/2
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
46
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
PROSEDUR
No Langkah-langkah
.
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk
melakukan tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
2.
Kenali gejala dan tanda distres respirasi yaitu :
- Gejala umum : kelelahan, berkeringat
Respiratorik : wheezing, napas cuping, retraksi, takipneu,
bradipnea, apnea, sianosis
- Kardiovaskuler: takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, henti
jantung
Serebral : gelisah, iritabel, sakit kepala, kesadaran menurun,
kejang
3.
Pemeriksaan laboratorium dan penunjang atas indikasi
Saturasi O2 (pulse oxymetri)
Analisis gas darah
Pemeriksaan darah (Hb, Ht, lekosit, trombosit, diff count)
Gula darah, elektrolit
EKG, X foto toraks/leher, CT scan kepala
Toksikologi
Diagnosis sepsis /septic work up (LP dll)
Laringoskop/bronkoskop (benda asing)
Petugas
Dokter,
Perawat
Dokter
Dokter,
Perawat
No. Revisi
Halaman
2/2
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
47
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
4.
Pengelolaan:
Dokter,
- Oksigenasi, dengan konsentrasi O2 bervariasi
Perawat
Indikasi intubasi:
- Henti napas, gasping atau pernapasan agonal
- Obstruksi jalan napas atas (stridor, peningkatan usaha
pernapasan), atau potensial terjadi obstruksi (misalnya
trauma wajah, inhalasi)
- Penurunan refleks perlindungan jalan napas (misalnya
penurunan fungsi neurologis)
- Antisipasi kebutuhan akan ventilator mekanik
(misalnya gagal napas akut, trauma dada, peningkatan
usaha pernapasan, syok, peningkatan tekanan
intrakranial).
- Humidifikasi
- Cairan parenteral (kalori, elektrolit, nutrisi, dll)
- Pengisapan lendir saluran napas
- Atasi penyakit penyerta (obat-obatan)
- Perawatan umum fisioterapi (posisi, vibrasi/perkusi)
- Pengawasan hipoksia, sianosis, kesukaran ventilasi, gangguan
sirkulasi, kelelahan
- Atasi penyebab
5.
Pemantauan
Dokter,
- Klinis: tanda vital, tanda perfusi adekuat (kulit hangat, diuresis
Perawat
baik, capillary refill <2 detik, tidak sianosis, tidak gelisah)
- Analisis gas darah
- Pulse oxymetri
Unit terkait: Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU
RSUD SK Lerik
No Dokumen
ASMA BRONKHIALE
No. Revisi
Halaman
1/4
48
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
PROSEDUR
No Langkah-langkah
.
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk
melakukan tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
2.
Nilai derajat serangan asma (lihat tabel)
Butir-butir penilaian dalam tabel ini tidak harus lengkap ada pada
setiap pasien. Penilaian tingkat serangan yang lebih tinggi harus
diberikan jika pasien memberi respons kurang terhadap terapi awal,
atau serangan memburuk dengan cepat atau pasien berisiko tinggi.
3.
Pemeriksaan laboratorium atas indikasi
Foto Rontgen thoraks proyeksi antero-posterior (AP) dan analisis
gas darah (AGD) pada PEF < 50%, SaO 2 < 90% dan distres berat
setelah pengobatan
4.
Pengobatan medikamentosa
Petuga
s
Dokter,
Perawat
Dokter
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat
49
ASMA BRONKHIALE
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
-
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
2/4
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
5.
6.
7.
8.
Dokter,
Perawat
Dokter
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat
50
Unit terkait: Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD S.K
Lerik
ASMA BRONKHIALE
No Dokumen
No. Revisi
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
Tanggal Terbit
RSUD
STANDAR
S.K.LERIK
OPERASIONAL
Jl. Timor raya
PROSEDUR
Kupang - NTT
Penilaian derajat serangan asma
Parameter klinis,
Fungsi paru,
laboratorium
Sesak timbul-pada saat
(breathless)
Ringan
Sedang
Berat
Berjalan
Bayi : menangis keras
Istirahat
Bayi : berhenti
makan
Bicara
Posisi
Kalimat
Bisa berbaring
Berbicara
Bayi :
- Tangis pendek dan
lemah,
- Kesulitan makan
Penggal kalimat
Lebih suka tunduk
Kesadaran
Sianosis
Mengi
Mungkin iritable
Tidak ada
Sedang, sering hanya
pada akhir ekspirasi
Biasanya iritable
Tidak ada
Nyring, sepanjang
eksip. inspirasi
Sesak napas
Otot bantu napas
Minimal
Biasanya tidak
Sedang
Biasanya ya
Retraksi
Dangkal,
retraksi interkostal
meningkat
Laju napas
Laju nadi
Pulsus paradok-sus
(pemeriksaannya tidak
praktis)
PEFR atau FEV1
pra b. dilator
pasca b. Dilator
Kata-kata
Duduk bertopang
lengan
Biasanya iritable
Ada
Sangat nyaring,
terdengar tanpa
stetoskop
Berat
Ya
Sedang, Ditambah
retraksi suprasternal Dalam, ditambah
Meningkat
napas cuping
hidung
Meningkat
Pedoman nila naku napas pada anak sadar :
Usia
Laju napas normal
< 2 bulan
< 60 / menit
2-12 bulan
< 50 / menit
1-5 tahun
< 40 / menit
6-8 tahun
< 30 / menit
Normal
Takikardi
Takikardi
Pedoman nilai baku laju nadi pada anak :
Usia
laju nadi normal
2-12 bulan
< 160 / menit
1-2 tahun
< 120 / menit
3-8 tahun
< 110 / menit
Tidak ada
Ada
Ada
< 10 mmHg
10-20 mmHg
> 20 mmHg
(% nilai dugaan /
> 60%
> 80%
Halam
an
3/4
% nila terbaik)
40-60%
60-80%
Ancaman
Henti napas
Kebingungan
Nyata
Sulit/tidak
terdengar
Gerakan paradok
torako-abdominal
Dangkal/hilang
Menurun
Bradikardi
< 40%
< 60%
51
SaO2 %
PaO2
PaCO2
> 95%
Normal (biasanya
tidak perlu diperiksa)
< 45 mmHg
91-95%
> 60 mmHg
< 45 mmHg
> 45 mmHg
ASMA BRONKHIALE
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
4/4
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
Tatalaksana awal
Nebulisasi -a gonis 1-3x, selang 20 menit(2)
Nebulisasi ketiga + antikolinergik
Oksigen
sedang
(hirupan/oral)
Berikan
Pasang jalur
parental
steroid
oral
Jika sudah ada obat pengendali,
Nebulisasi tiap 2 jam
teruskan
Bila dalam 8-12 jam perba klinis
Jika infeksi virus sbg. Pencetus,
stabil, boleh pulang
dapat diberi steroid oral
Jika dalam 12 jam klinis tetap
belum membaik, alih rawat ke
Dalam 24-28 jam kontrol ke
ruang rawat inap
klinik R. Jalan, untuk
Catatan :
1. Jika menurut penilaian serangannya berat, nebulisasi cukup 1x
langsung dengan -agnosis + antikolinergik
2. jika alat tidak tersedia, nebulisasi dapat diganti dengan adrenalin
subkutan 0,01 ml/kgB B/ kali maksimal 0,3ml/kali
3. untuk serangan sedang dan terutama berat, oksigen 2-4/ menit
diberikan sejak awal, termasik saat nebulisasi
Serangan berat
Mebulisasi 3x, respon buruk)
Sejak awal berikan O2 saat/
diluar nebulisasi
Pasang jalur parental
Ruang
Nilai rawat
ulang inap
klinisnya, jika sesiau
dengan
serangan berat, rawat
Oksigen
teruskan
di dehidrasi
ruang inapdan asidosis jika
Atasi
Fotoadarontgen tiraks
Steroid IV tiap 6-8 jam
Nebulisasi tiap 1-2 jam
Aminofilin !V awal, lanjutkan
rumatan
Jika membaik dalam 4-6x
nebulisasi, inveral jadi 4-6
jam
Jika dalam 24 jam perbaikan
klinis tabil, boleh pulang
52
PNEUMONIA
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
1/2
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
PROSEDUR
No Langkah-langkah
.
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk
melakukan tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
2.
Kenali gejala dan tanda pneumonia
Bayi :
Gejalanya tidak khas, seringkali tanpa demam dan batuk. Pada
neonatus sering dijumpai takipnea, retraksi dinding dada,
grunting dan sianosis. Pada bayi yang lebih tua jarang ditemukan
grunting. Gejala yang sering terlihat adalah takipneu, retraksi,
sianosis, batuk, panas dan iritabel.
Anak : demam tinggi, batuk, gelisah, rewel, dan sesak
nafas.
Anak besar : kadang mengeluh nyeri kepala, nyeri abdomen
disertai muntah. Pada anak pra sekolah, gejala yang sering
terjadi adalah demam, batuk (non produktif/produktif), takipneu,
dan dispneu yang ditandai dengan retraksi dinding dada.
Pada kelompok anak sekolah dan remaja, dapat dijumpai panas,
batuk (non produktif/produktif), nyeri dada, nyeri kepala,
dehidrasi dan letargi.
Pada semua kelompok umur dijumpai adanya nafas
cuping hidung.
Pada auskultasi, dapat terdengar suara pernafasan
menurun. Fine crackles (ronki basah halus) yang khas pada anak
besar, bisa tidak ditemukan pada bayi. Gejala lain pada anak
besar adalah dull (redup) pada perkusi, vokal fremitus menurun,
Petugas
Dokter,
Perawat
Dokter
53
4.
5.
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
2/2
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat
Dokter,
54
pneumomediastinum.
Perawat
Suportif : Pemberian oksigen sesuai derajat sesaknya. Nutrisi
parenteral diberikan selama pasien masih sesak.
Lain-lain : Jika terjadi atelektasis, diperlukan rujukan ke rehabilitasi
medik.
6.
Jika dalam 48-72 jam tidak ada respons klinis (sesak dan demam Dokter,
tidak membaik), antibiotika diganti dengan golongan sefalosporin.
Perawat
Unit terkait: Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU
RSUD S.K Lerik
SERANGAN SIANOTIK
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
1/1
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
: Keadaan gegawatan yang sering ditemukan pada bayi dan anak yang
menderita penyakit jantung bawaan sianotik, yang disebabkan
perubahan keseimbangan vascular bed sirkulasi pulmonal dan
sistemik
: Sebagai panduan penanganan serangan sianotik
: Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan
menurunkan mortalitas
PROSEDUR
No Langkah-langkah
Petugas
.
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk Dokter,
melakukan tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
Perawat
2.
Kenali gejala, tanda penyakit
Dokter,
- Anak rewel dan gelisah, menangis.
Perawat
- Napas cepat dan dalam
- Sianosis bertambah
- Dapat disertai kejang dan tidak sadar
3.
Pemeriksaan lanoratorium dan penunjang atas indikasi:
Dokter,
- Elektro kardiografi
Perawat
- Foto toraks dada
- Ekhokardiografi
- Kateterisasi jantung
4.
Terapi
Dokter,
- Posisi lutut ke dada (knee chest)
Perawat
55
5.
Dokter,
Perawat
Unit terkait: Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU
RSUD S.K Lerik
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
1/1
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
PROSEDUR
No. Langkah-langkah
1.
2.
3.
4.
Petugas
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat
56
5.
6.
7.
8.
Dokter,
Perawat
Dokter
Dokter,
Perawat
Dokter
Unit terkait: Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD S.K Lerik
KRISIS HIPERTENSI
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
1/4
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
PROSEDUR
No. Langkah-langkah
1.
2.
Petuga
s
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk Dokter,
melakukan tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
Perawat
Kenali gejala, tanda penyakit. krisis hipertensi dimulai dengan Dokter,
berbagai macam keluhan klinis yang berhubungan dengan susunan Perawat
saraf pusat, ginjal dan jantung. Gejala dan tanda berupa kenaikan TD
tiba tiba melampaui batas atas nilai normalnya sampai 55%, sakit
kepala yang hebat disertai muntah, penglihatan kabur dengan atau
tanpa edema papil, perubahan sensorium dan konvulsi / kejang.
Klasifikasi Hipertensi Anak Menurut Umur
Golongan Umur
Neonatus 7 hari
Hipertensi Bermakna
(mmHg)
TD sistolis 96
Hipertensi Berat
(mmHg)
TD sistolis 106
TD sistolis 104
TD sistolis 110
TD sistolis 112
TD sistolis 118
TD distolis 74
TD distolis 82
57
TD sistolis 116
TD sistolis 124
TD distolis 76
TD distolis 84
TD sistolis 122
TD sistolis 130
TD distolis 78
TD distolis 86
TD sistolis 126
TD sistolis 134
TD distolis 82
TD distolis 90
TD sistolis 136
TD sistolis 144
TD distolis 86
TD distolis 92
TD sistolis 142
TD sistolis 150
TD distolis 92
TD distolis 98
KRISIS HIPERTENSI
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
3.
4.
5.
6.
7.
8.
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
2/4
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
Dokter
Dokter,
Perawat
Perawat
Dokter
Dokter,
Perawat
Dokter
58
3
4
5
KRISIS HIPERTENSI
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
59
KRISIS HIPERTENSI
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
9.
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
4/4
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
60
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
1/4
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
Tujuan
Kebijakan
PROSEDUR
No. Langkah-langkah
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk
melakukan tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
2.
Kenali gejala, tanda penyakit gagal ginjal akut yang ditandai dengan
peningkatan kadar kreatinin darah secara progresif 0,5 mg/dl perhari
dan peningkatan ureum sekitar 10-20 mg/dl/hari. GGA dapat bersifat
oligurik dan non oligurik. Oliguria ialah produksi urin <1 ml/kg/jam
untuk neonatus dan <0,8 ml/kgBB/jam untuk bayi dan anak.
3.
Pemeriksaan laboratorium dan penunjang atas indikasi :
Urinalisis
Indeks urin
Rasio antara blood urea nitrogen dengan kadar kreatinin
plasma (BUN/Pkr).
Elektrokardiografi
Ultrasonografi
Biopsi Ginjal
Uji Diuretik :
Diberikan furosemid 2 mg/kgBB intravena atau manitol 0,5-1,0
g/kg infus. Bila dalam beberapa jam berikutnya jumlah urin > 50
ml/m2/jam (2-3 ml/kgBB/jam) disebut uji diuretik positif yang
berarti ada dua kemungkinan yaitu : Azotemia prerenal atau
Konversi GGA oligurik menjadi GGA non-oligurik
Petugas
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
4.
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
Pengobatan
I.
Halam
an
2/4
Dokter,
Perawat
Pengobatan
62
Konservatif
Pengobatan konservatif dapat bersifat darurat dan
tidak darurat sebagai berikut
1.
Imbang cairan
Darurat
Pada dehidrasi harus segera diberkan
substitusi cairan isotonik misal 0,9% NaCI
atau Ringer-Laktat 20 ml/kgBB selama 3060 menit.
Tidak darurat
Pada anuria,oliguria atau poliuria pemberian
cairan harus hati-hati dan perlu monitor
tekanan darah berat badan, imbang cairan
biokimia darah dan suhu badan.
2.
Hiperkalemia
Darurat
Darurat apabila [K+] darah >6 mEq/l atau
telah terjadi kelainan EKG harus segera
diberikan 10% kalsium glukonat 0,5
ml/kgBB IV selama 2-4 menit, natrium
bikarbonat 2-3 mEq/kgBB atau glukosa 0.5
g/kgBB bersama insulin 0,1 satuan/kgBB
selama 30 menit.
Tidak darurat
Tidak darurat apabila [K] < 6 mEq/1 cukup
diberi diet pantang kalium atau sodium
polystirene sulfonat oral.
3.
Hiponatremia
Darurat
Darurat apabila [Na-] < 120 mmol/l
diberikan 3% NaCl (0.5 mmol/1) per infus
dengan rumus perhitungan sebagai berikut :
- Na (mmol) = ((Na) diharapkan - [Na]
aktual) mmol/l x 0.6 x kgBB
- Mula-mula diberikan 1/2 dosis tersebut.
Tidak darurat
Pada (Na-) > 120 mmol/l dapat diatasi
dengan restriksi cairan.
4.
Hipokalsemia dan hiperfosfatemia
Darurat
Pada yang sudah ada gejala diberikan infus
konstan 10% kalsium glukonat 0.5
ml/kgBB/jam yang telah dilarut menjadi 2%.
GAGAL GINJAL AKUT
No Dokumen
No. Revisi
Halaman
3/4
63
Tanggal Terbit
RSUD S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
4.
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
Tidak darurat
Dokter,
Pemberian kalsium karbonat/glukonat oral dengan dosis Perawat
kalsium elemental 50 mg/kgBB.
Pada hiperfosfatemia diberikan kalsium karbonat atau
aluminium hidroksid 60 mg/kg dalam dosis terbagi.
Asidosis metabolik
Darurat
Apabila pH darah < 7,25 dan kadar bikarbonat < 12 mEq/l
berikan Na bikarbonat dengan perhitungan sebagai berikut :
(24 (HC03) terukur) x 0.5 kgBB (mEq)
Setengah dari jumlah tersebut diberikan intravena dalam waktu
2-4 jam kemudian dievaluasi dengan analisis gas darah ulang.
Pemberiannya diteruskan secara infus dengan kecepatan sama
sampai pH > 7,25 dan bikarbonat > 12-13 mEq/l.
Tidak darurat
Pada penderita yang masih dapat makan minum produksi asam
endogen tetap berlangsung, perlu diberikan Oral 2-3
mEq/kg/hari dalam dosis terbagi (tablet 1 gram= 12 mEq).
Hipertensi
Pada ensefalopati hipertensi, perdarahan intraserebral, perlu
diberikan obat anti hipertensi parenteral. Pada oliguria diberikan
Flurosemid 2-3 mg/kgBB dan pada anuria
5 mg/kgBB
Tidak darurat
Restriksi cairan dan garam. Apabila hipertensi menetap
diberikan obat anti hipertensi oral.
Konvulsi
Perlu diberikan diazepam intravena perlahan-lahan dengan dosis
0,2-0,5 mg/kgBB, kalau perlu diulang setelah 15 menit.
Obat-obatan
Dosis obat-obatan yang bersifat nefrotoksik harus dikurangi sesuai
turunnya klirens kreatinin,atau apabila dosis tidak dikurangi maka
interval pemberiannya harus diperpanjang.
5.
6.
7.
8.
64
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
4/4
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
65
9.
5.
Nutrisi
Pada penderita yang masih dapat makan minum, diberi kalori
rumatan minimal, dengan protein bernilai biologis tinggi. Jika
masukkan per oral tidak mungkin lagi perlu diberikan nutrisi
parenteral yaitu dexstrosa 10-20% 50-60 Kal/kgBB atau intra lipid.
Pasien harus mencakup asam amino esensial dan non esensial
0,5g/kgBB/hari. Masukkan kalori ideal ialah minimal 1440
Kal/m/hari.
II.
Pengobatan Pengganti Ginjal
Akut
Pengobatan pengganti ginjal akut dilakukan apabila pengobatan
konservatif gagal mencegah gejala uremia.
Indikasi :
1. Kelebihan cairan (overhidrasi) yang gagal pada pengobatan
medikamentosa, misalnya edema paru-paru, gagal jantung
kongestif, hipertensi.
2. Gangguan metabolisme berat yang berbahaya, misalnya
hiperkalemia, uremia > 200 mg%.
3. Keadaan umum penderlta memburuk dengan sindrom uremia
berat : perdarahan, konvulsi, penurunan kesadaran sampai koma.
4. Nekrosis tubuler akut karena intoksikasi oleh senyawa yang dapat
didialisis.
5. Membantu pelaksanaan nutrisi suportif.
Macam pengobatan pengganti ginjal akut adalah sebagai berikut:
1.
Hemodialisis (HD)
2.
Dialisis peritoneal (DP)
3.
Hemofiltrasi
Dokter,
Perawat
Unit terkait: Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU
RSUD S.K Lerik
DIARE AKUT
No Dokumen
Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
66
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
: Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam,
dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu.
Diare menyebabkan gangguan gizi dan kematian.
: Sebagai panduan penanganan diare akut
: Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan
menurunkan mortalitas
PROSEDU
R
No. Langkah-langkah
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk
melakukan tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
2.
Kenali gejala dan tanda dehidrasi dengan akibat-akibatnya sebagai
hipokalemia (kembung), hipernatremia dengan kejang serta
hyperthermia dan gejala penyebab.
3.
Timbang berat badan, tentukan derajat dehidrasi, tingkat kesadaran
dan keadaan sirkulasi (ukur tekanan darah dan nadi)
4.
Pemeriksaan laboratorium atas indikasi:
- Makroskopis : konsistebsi, bau, warna, lendir, darah, buih
- Mikroskopis : eritrosit, lekosit, parasit
- Kimia : pH, tes reduksi tinja, elektrolit (Na, K, HCO3)
- Biakan dan uji sensitivitas
5.
Cairan dan elektrolit :
Jenis cairan :
Per oral : cairan rumah tangga, oralit
Parenteral : ringer laktat, ringer asetat, larutan normal salin
Volume cairan disesuaikan derajat dehidrasi
No Dokumen
DIARE AKUT
No. Revisi
Petugas
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat
Halaman
2/4
67
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
* Ulangi sekali lagi jika denyut nadi lemah atau tak teraba.
-
No Dokumen
DIARE AKUT
No. Revisi
Halaman
68
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
6.
7.
8.
9.
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
Nutrisi
Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tetapi
sering (lebih kurang 6 kali sehari), rendah serat, buah-buahan diberikan
terutama pisang.
Medikamentosa
- Tidak boleh diberikan obat anti diare
- Antibiotik sesuai hasil pemeriksaan penunjang. Sebagai pilihan
adalah Kotrimokzazol, Amoksisilin dan atau sesuai hasil uji
sensitivitas
- Anti parasit : Metronidazol
Hipernatremia (Na > 155 mEq/L), koreksi penurunan Na dilakukan
secara bertahap dengan pemberian cairan dekstrosa 5% + salin.
- Rehidrasi dengan dextrosa 5% dan NaCL 0,45% dengan perkiraan
kekurangan cairan sebagai berikut :
150 ml/kgBB pada bayi
90 ml/kgBB pada anak dan remaja
- Perkiraan kekurangan cairan berdasar kadar Natrium sebagai
berikut : 50 ml/kgBB jika Natrium serum = 150 mEq/L
90 ml/kgBB jika Natrium serum = 160 mEq/L
140 ml/kgBB jika Natrium serum = 170 mEq/L
- Penggantian cairan dalam waktu 48 jam, 50% dalam waktu 24
jam, sisanya 50% dalam waktu 24 jam.
- Penurunan Natrium serum tidak boleh melebihi 1-2 mEq/L per
jam, atau 10-15 mEq/L per hari.
- Dialisis dipertimbangkan bila Natrium serum >180 mEq/L.
Hiponatremia
Rehidrasi dengan NaCl 0,9% atau NaCL 0,45% dengan perkiraan
kekurangan cairan sebagai berikut : 100 ml/kgBB pada bayi 60 ml/kgBB
pada anak dan remaja
Penggantian cairan dalam waktu 24 jam, 50% dalam
waktu 8 jam, sisanya 50% dalam waktu 16 jam.
Koreksi kekurangan natrium dengan perhitungan sebagai
berikut
Defisit Na = (135 mEq/L kadar Na pasien) x ( 0,55 x kg BB)m
- Penggantian kekurangan Natrium 50% dalam waktu 8 jam,
sisanya 50% dalam waktu 16 jam, diberikan tidak boleh melebihi 12 mEq/L per jam.
Perawat
Dokter
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat
DIARE AKUT
69
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
4/4
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
10.
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat
GIZI BURUK
70
No Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Halaman
1/8
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Gizi buruk : 1. Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung
kaki sampai seluruh tubuh
2. BB/PB atau BB/TB <-3SD
: Sebagai panduan penanganan gizi buruk
: Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan
mortalitas
PROSEDUR
No. Langkah-langkah
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan
tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
2.
Kenali gejala dan tanda gizi buruk dan komplikasinya serta gejala
penyebab. Lakukan pengukuran anthropometri
3.
Pemeriksaan laboratorium :
Gula darah, preparat darah hapus, Hb, Ht, urin rutin dan biakan urin, feses
rutin, foto polos dada, uji kulit untuk tuberkulosis.
4.
PENGOBATAN
AWAL
12
3 7 HARI
HARI
REHABILI
TASI
26
MINGGU
FOLLOWUP
7 26
MINGGU
Petugas
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat
Perawat
Dokter,
Perawat
7. Mulai Pemberian
Makanan
8. meningkatkan makanan
untuk tumbuh kejar
(catch- up growth)
9. Stmulasi
10.Persiapan tindak lanjut
GIZI BURUK
71
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
5.
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
2/8
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
72
GIZI BURUK
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
3/8
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
Obat
73
GIZI BURUK
No Dokumen
No. Revisi
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Halaman
4/8
Obat
H1
Pengelolaan
Kina
Tetr/
Doks
Prim 3/4
1
2
H2
Kina *)
Tetr/ Doks
*) 1 tablet = 200 mg garam
Dosis Kina 30 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis
Doksisiklin anak 8-14 tahun: 2 mg/kgBB/hari
Tetrasiklin > 12 tahun: 25-50 mg/kgBB/hari
Obat
H
1
H
2
H
3
H
414
Klor
Prim
Klor
Prim
Klor
Prim
Prim
74
GIZI BURUK
No Dokumen
No. Revisi
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Halaman
5/8
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Obat
H
1-7
H
1-14
Kina
Prim
1/4
1/2
812*)
812*)
Klor
Prim
3/4
Obat
H1
Klor
Prim
Klor
Klor
1/4
1/4
1/8
H2
H3
1/2
1/2
1/4
1
3/4
1
1/2
2
1
2
1
GIZI BURUK
No Dokumen
No. Revisi
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Halaman
6/8
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Obat
H1
H2
Kina
Prim
76
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
7/8
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
77
Jam II
-
10 jam berikunya
Catat denyut nadi dan frekuensi napas
setiap 1 jam
Bila pemberian cairan iv selesai (jangan
dulu dicabut). Beri ReSoMal dan F75 selama
10 jam berikutnya, selang-seling setiap 1 jam.
ReSoMal Dosis 5-10 ml/kgBB/pemberian
F75 dosis : dosis menurut BB (edema
atau tanpa edema)
Bila anak masih menetek, berikan ASI
setelah pemberian F75
Bila diare / muntah berkurang dan anak dapat menghabiskan sebagian besar F75, berikan F75 tiap 3
jam (sisanya diberikan lewat NGT)
Bila anak masih menetek, berikan ASI setelah pemberian F75
Bila tidak ada diare / muntah berkurang dan anak dapat menghabiskan F75, ubahlah pemberian F75
menjadi setiap 4 jam
Bila anak masih menetek, berikan ASI setelah pemberian F75
78
KETOASIDOSIS DIABETIK
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
1/3
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
PROSEDUR
No Langkah-langkah
.
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk
melakukan tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
2.
Kenali gejala dan tanda diabetes atau riwayat poliuria dan polidipsi
beberapa hari sebelumnya kemudian kesadaran menurun sampai
koma. Tanda-tanda asidosis dan dehidrasi, kadang sampai syok.
Hiperpnea, reflek tendon menurun sampai hilang, adanya refleks
Babinski dan hipotermia.
3.
Timbang berat badan, tentukan derajat dehidrasi, tingkat kesadaran
dan keadaan sirkulasi (ukur tekanan darah dan nadi)
4.
Pemeriksaan laboratorium atas indikasi:
Gula darah
- Fungsi ginjal
Urinalisa
- BGA
X foto dada
- Elektrolit darah
Keton darah
- Darah tepi lengkap
Kultur darah, urin dan tenggorok - EKG
5.
Indikasi rawat ICU Anak :
- pH < 7,0
- Umur < 2 tahun
- Tidak sadar
- GDS > 1000 mg%, atau kondisi lain yang memerlukan
perawatan di ICU Anak.
- Selain itu pasien dirawat di HCU.
Petugas
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat
Dokter
79
6.
Dokter,
Perawat
KETOASIDOSIS DIABETIK
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
7.
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
Terapi cairan
Bila syok : infus RL, NaCl atau koloid sesuai protap syok
Rehidrasi Cara penghitungan kebutuhan cairan pada KAD :
1. Tentukan derajat dehidrasi :
2. Tentukan defisit cairan :
Halaman
2/3
Dokter,
Perawat
% (A)
A x BB (kg) x 1000 = B
ml
3. Tentukan kebutuhan rumatan /48 jam :
C ml
4. Tentukan kebutuhan total dalam 48 jam : B + C = D ml
5. Tentukan dalam tetesan per jam : D/48 = ..ml/jam
8.
9.
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat
80
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
3/3
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
10.
Asidosis
Dokter,
pH > 7,1 : tak perlu koreksi biknat
Perawat
pH < 7,1 : koreksi dengan rumus 0,3 x BB x BE
Asidosis menetap walau dengan insulin 0,1 U/kg/jam : mungkin
karena : Sepsis berat -asidosis laktat, insulin degradation,; salah
dosis.
11. Pantau: GDS tiap 2 jam, elektrolit dan BGA tiap 2 4 jam dalam 24 Dokter,
jam. Nadi, RR, tensi, neurologis, balans cairan, suhu, ketonuri Perawat
negatip. Bila ada gangguan elektrolit perlu segera dikoreksi. Bila
terjadi edema serebri setelah terapi 46 jam, beri inj. Manitol 1 2
g/kgBB iv (10 20 g/m2) dapat diulang 2 4 jam bila perlu
12. Penanganan infeksi : Antibiotik yang adekuat sesuai kultur.
Dokter
13. Diit : puasa sampai metabolik stabil: GDS <200; HCO3 >15; pH Dokter,
>7,3
Perawat
Unit terkait: Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU
RSUD S.K Lerik
81
Tujuan
Kebijakan
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
No. Revisi
Halaman
1/1
Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang
: Hipoglikemia adalah kadar gula plasma yang kurang dari 45 mg/dl pada
bayi atau anak-anak, dengan atau tanpa gejala. (Catatan: Kadar glukosa
plasma kurang lebih 15% lebih tinggi dari kadar glukosa darah. Darah kapiler dan
arteri menunjukkan kadar gula sekitar 10% lebih tinggi dari kadar dalam plasma )
: Sebagai panduan penanganan hipoglikemia
: Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan
mortalitas
PROSEDU
R
No. Langkah-langkah
1.
2.
3.
4.
Petuga
s
Dokter,
Perawat
Dokter
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat
82
Unit terkait: Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD S.K Lerik
83