Anda di halaman 1dari 83

PENENTUAN PENDERITA

YANG DAPAT DIRAWAT DI ICU ANAK


No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Pengertian
Tujuan
Kebijakan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
1/1

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

: Penentuan penderita yang dapat dirawat di ICU Anak


: Memberikan batasan penderita yang akan mendapat pelayanan di ICU
Anak
: Penderita dalam keadaan akut, kritis dan masih dalam keadaan dapat
ditolong (reversible dan recoverable )

PROSEDU
R
1. INDIKASI UMUM
1. Semua penderita yang membutuhkan bantuan pernafasan mekanik atau alat bantuan
khusus lainnya.
2. Semua penderita yang membutuhkan monitoring secara cermat dan ketat.
II.

INDIKASI KHUSUS
Kelainan pada saluran pernafasan :
Pneumonia, Bronkiolitis, Laringitis dirawat di ICU Anak apabila : dengan pengobatan
klasik tidak memberikan hasil yang baik atau menuju kearah terjadinya kegagalan
pernafasan.
2.
Kelainan pada sistem kardiovaskuler :
Syok hipovolemik, kardiogenik, septik. Syok hipovolemik dan septik yang tidak
menunjukkan respon yang baik terhadap pengobatan klasik atau didapatkan
komplikasi menuju ke arah kegagalan pernafasan. Setiap syok kardiogenik / syok
septik apapun penyebabnya, untuk pengawasan EKG (BED SIDE) / pemantauan ketat
hemodinamik.
3.
Keracunan
Kasus-kasus keracunan makanan, obat-obatan, zat kimia yang memerlukan
pengobatan suportif misalnya : hemodialisa, transfusi tukar, bantuan nafas mekanik
dan syok.
4.
Penderita pasca bedah mayor yang membutuhkan ventilator.
1.

III.

PRIORITAS INDIKASI RAWAT ICU Anak


Mengingat terbatasnya tempat / tenaga / sarana maka prioritas indikasi rawat ICU Anak :
syok kardiogenik apapun sebabnya
syok septik dengan komplikasinya
kegagalan pernafasan apapun sebabnya
Unit terkait : Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak

TATA CARA JAGA ICU ANAK/NICU


No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Pengertian
Tujuan
Kebijakan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
1/1

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

: Peraturan yang dibuat untuk mengatur tugas jaga ICU Anak/NICU


: Supaya pelayanan pasien dan pencatatan pasien di ICU Anak/NICU
dapat berjalan baik
: Dokter jaga ICU Anak/NICU melaksanakan tugas sesuai dengan
prosedur

PROSEDU
R
1. Serah terima pasien dengan segala permasalahannnya dari dokter ICU Anak ke
dokter jaga sesuai konsultan jaga kelas 1 dan kelas 2, dengan aturan :
Senin-Kamis 14.00
Jumat
11.00
Sabtu
12.30
Minggu / Hari libur pagi 08.00
malam 20.00
2. Atasi kegawatan Lakukan program Konsul Anestesi atau sub bagian lain
yang terkait
3. Menulis laporan jaga di MR 4
4. Menyerahkan pasien dengan segala permasalahannya ke dokter jaga berikutnya
Unit terkait : Dokter jaga ICU Anak di RSUD Prof. DR. W.Z. Johannes

PENYEDIAAN OBAT & PERALATAN KEGAWATAN


No Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Pengertian
Tujuan
Kebijakan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Halaman
1/2

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

: Obat-obat emergensi dan peralatan standar yang harus tersedia di


ICU Anak/NICU/IGD
: Mendukung pelayanan terhadap kegawatan penderita yang dirawat
: Semua tempat perawatan yang menjadi ruang lingkup ICU Anak
/NICU/IGD harus tersedia

PROSEDUR
I. PERALATAN
A.
Alat pembebas jalan napas
1. AMBU Bag : lengkap
2. Masker / sungkup muka : semua ukuran (lengkap)
3. Laringoskop dan Blade ( prematur, bayi, anak )
4. Pipa ET lengkap (No. 2,5 s/d 8)
5. Pipa nasofaringeal lengkap
6. Pipa orofaringeal lengkap
7. Pipa trakheostomi lengkap ( No. 5 s/d 8 )
8. Masker ( non dan rebreathing ), O2 kanul, T piece
9. Head box
10. Kateter penghisap
B. Alat transfusi dan infus
1. Infusion pump
2. Syringe pump
3. Infus set / transfusi set / extension tube
4. I.v catheter ( no. 24, 22, 20, 18 )
5. Three way stopcock
6. Umbilikal catheter
1. Monitor
1. Bed side monitor : pulse oxymetri, tekanan darah invasif dan non infasif
2. EKG
3. Respirasi
4. Temperatur

D. Lain-lain
1. NGT ( feeding tube )
2. Spuit
3. Catheter urin
PENYEDIAAN OBAT & PERALATAN KEGAWATAN
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
2/2

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

E. OBAT-OBATAN
1. Adrenalin
2. Aminophylin
3. Atropin sulfas
4. Calcium cholide 10% / calcium glukonas 10%
5. Dexametason
6. Diazepam
7. Dilantin
8. Digoxin
9. Diphenhidramin
10. Dopamin
11. Dobutamin
12. Dextrose 40%
13. Furosemid
14. Heparin
15. Klonidin inj
16. Lidocain
17. Manitol
18. Midazolam
19. Morfin
20. Naloxone
21. Natrium bikarbonat
22. Phenytoin
23. Phenobarbital

F. CAIRAN-CAIRAN
A. Cairan kristaloid
Cairan yang mengandung molekul elektrolit
1. Sodium Chloride ( NaCl 0,9 % )
2. Ringer laktat
3. Maintenance : D 5% dengan elektrolit NaCl dan KCl
B. Cairan koloid
Cairan pengganti plasma sebelum mendapatkan transfusi
4

1. HAES steril 6%, HAES steril 10%


2. Expafusin
3. Albumin 2,5 %, 10 %
Unit terkait : Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak
PENGELOLAAN TRAUMA PEDIATRIK
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Pengertian
Tujuan
Kebijakan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

: Keadaan pasca paparan di atas kemampuan tubuh anak untuk


mengkompensasi perubahan yang membahayakan jiwa
: Sebagai panduan dalam penilaian dan penanganan trauma pada anak
: Penilaian dan penanganan taruma pada anak berdasarkan prioritas untuk
menghindari kematian dan menghentikan proses kegawatan

PROSEDU
R
No.
Langkah-langkah
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk
melakukan tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien

2.

Halaman
1/2

Pelaksana
Dokter, Perawat

Survey pertama (A,B,C)


Dokter, Perawat
1. Airway / Jalan napas : buka /bebaskan jalan napas.
Bersihkan lendir bila perlu. Jaga jalan napas tetap
terbuka.
2. Breathing / Usaha napas :
- Lakukan penilaian terhadap efektivita pernapasan
- Berikan oksigen bila perlu
- Bila napas spontan, jaga agar jalan napas tetap
terbuka
- Bila terjadi distres respirasi atau penurunan
kesadaran,
lakukan intubasi dilanjutkan dengan pemantauan
ventilasi
3. Circulation/Sirkulasi :
a. Lakukan penilaian terhadap perfusi
b. Bila terjadi henti jantung,lakukan resusitasi
kardiopulmoner
c. Tentukan ada tidaknya syok
d. Kenali dan kendalikan perdarahan besar
e. Lakukan bebat tekan pada perdarahan eksternal
f. Identifikasi lokasi perdarahan seperti rongga dada,

abdomen dan rongga peritoneal


g. Pasang akses intravena. Bila perlu pasang dua jalur
intravena. Ambil sampel darah. Bila perfusi sistemik
tidak adekuat, berikan cairan isotonik RL 20c/kgBB,
ulang bila perlu.
4. Bila keadaaan penderita stabil, lakukan imobilisasi leher
dada (bila tersedia stiff cervical collar). Lakukan
immobilisasi terhadap tulang belakang terutama vertebra
servikal.
5. Pertahankan suhu tubuh dengan lampu penghangat atau
selimut. Bila terjadi hipotermia, hangatkan cairan
intravena atau darah sebelum diberikan
PENGELOLAAN TRAUMA PEDIATRIK
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
3.

STANDAR
OPERASIONA
L PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
2/2

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

Survey kedua
6. Lepaskan pakaian dan lakukan survey kedua
7. Pasang NGT, untuk penderita distress respirasi dan penurunan
kesadaran (Kontraindikasi penderita dengan trauma, trauma
kraniofacial atau fraktur dasar tengkorak)
8. Evaluasi dan bebat luka terbuka
9. Ambil spesimen darah yang diperlukan (BGA, studi
koagulassi)
10. Lakukan tes diagnostik yang diperlukan (X foto dada, CT
Scan)
11. Pasang kateter. Dihindari pada fraktur pelvis, jejas uretra atau
terdapat darah pada orificium uretra.
Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak

Dokter,
Perawat

PENILAIAN PIM (Pediatric Index of Mortality)


No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Pengertian
Tujuan
Kebijakan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
1/1

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

: PIM (Pediatric Index of Mortality) untuk menilai prediksi kemungkinan


meninggal
: Menyamakan penilaian PIM (Pediatric Index of Mortality)
: Penilaian prediksi kemungkinan meninggal dengan PIM

PROSEDUR
1. Tentukan respon pupil terhadap cahaya. Kanan dan kiri > 3 mm, respon tak ada=1,
lainnya=0, tak ada data=0. Hasil penilaian dikalikan 2,357
2. Jika ada salah satu keadaan berikut ini, nilanya =1, tidak ada =0
(1) cardiac arrest sebelum perawatan (5) kardiomiopati atau miokarditis
(2) defisiensi imun berat
(6) sindroma hipoplatik jantung kiri
(3) leukemia/ limfoma setelah induksi (7) infeksi HIV
yang pertama
(8) IQ <35 lebih buruk dari Sindrom Down
(4) perdarahan otak
(9) penyakit neurodegeneratif
Hasil penilaian dikalikan 1,826
3. Tentukan apakah penderita dirawat Elektif nilanya =1, Darurat nilainya =0
Hasil penilaian dikalikan 1,552
4. Mendapat ventilator 1 jam pertama (tidak=0, ya=1)
Hasil penilaian dikalikan 1,342
5. Tekanan darah sistolik mmHg (tak ada data=120, ada data dikurangi 120)
Hasil penilaian dikalikan 0,021
6. Base excess mmol/L (tak ada data=0)
Hasil penilaian dikalikan 0,071
7. Hitung 100 kali FiO2 (abssolut) dibagi paO2 mmHg (bila tidak ada data=0)
Hasil penilaian dikalikan 0,415

8. (1+2+3+4+5+6+7)-4,873=PIM logit
Prediksi kemungkinan meninggal =elogit/(1+elogit)=2,7183 Pim logit/(1+2,7183 PIM logit)
CARA MENGGUNAKAN KALKULATOR (KARCE KC 117)

1. 2,7183 Yx PIM logit


2. 1

RM

: RM

X M
INV RM

Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak
PENILAIAN TINGKAT KESADARAN
( METODE GLASGOW-PITTSBURGH COMA SCALE )
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
PROSEDUR

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
1/1

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

: Penentuan tingkat kesadaran dengan metode Glasgow- Pittsburgh Coma


Scale
: Menyamakan penilaian tingkat kesadaran anak
: Penilaian tingkat kesadaran harus memakai kriteria yang telah dibuat

a.

b.

c.

d.

e.

f.

g.

BUKA MATA
Spontan
Pada perintah
Pada rangsangan nyeri
Tidak ada
RESPON MOTORIK TERBAIK
Menurut perintah
Reaksi setempat
Menarik ( withdraws )
Fleksi abnormal
Ekstensi
Tidak ada
RESPON VERBAL TERBAIK
Baik ( oriented )
Pembicaraan kacau
Kata-kata tak tersusun
Suara
Tidak ada
REAKSI PUPIL TERHADAP CAHAYA
Normal
Lambat
Respon tak sama
Besar tak sama
Tidak ada
REFLEK SARAF OTAK TERTENTU
Semua ada
Reflek bulu mata (-)
Reflek kornea (-)
Doll eye (-)
Semua reflek kranial (-)
KEJANG
Tidak ada
Kejang fokal
Umum intermiten
Umum kontinyu
Flaksid
NAPAS SPONTAN
Normal
Periodik
Hiperventilasi sentral
Hipoventilasi / ireguler
Apnea

4
3
2
1
6
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2

Unit terkait: Bangsal Anak, IGD, ICU Anak, HCU Anak, NICU, HCU Neonatus, RSUD Prof.
DR. W.Z. Johannes

PENILAIAN TINGKAT KESADARAN


( METODE GLASGOW COMA SCALE )
No Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

RSUD S.K.LERIK
Jl. Timor raya

Pengertian
Tujuan
Kebijakan
PROSEDUR

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

: Penentuan tingkat kesadaran dengan metode Glasgow- Pittsburgh Coma Scale


: Menyamakan penilaian tingkat kesadaran anak
: Penilaian tingkat kesadaran harus memakai kriteria yang telah dibuat

Skala koma Glasgow (4-15 th)


Buka
mata

Halaman
1/1

Spontan

Karena suara
Karena nyeri
Tidak ada
Motorik Menurut perintah
Lokalisasi nyeri
Menarik karena nyeri
Fleksi karena nyeri

Skala koma anak (< 4 th)


4
3
2
1
6
5
4
3

Buka
mata

Spontan

Reaksi terhadap bicara


Reaksi terhadap nyeri
Tidak ada
Motorik Spontan atau menurut perintah
Lokalisasi nyeri
Menarik karena nyeri
Fleksi abnormal karena nyeri
(postur dekortikasi)
Ekstensi karena nyeri 2
Ekstensi abnormal karena nyeri
(postur deserebrasi)
Tidak ada (flacid)
1
Tidak ada
Lisan
Terorientasi
5 Lisan
Terorientasi, tersenyum mengikuti
obyek, interaksi
Kacau / bingung
4
Menangis
Interaksi tidak
berhubungan
tepat
Kata-kata tidak tepat 3
Menangis tidak
Interaksi
konsisten,
menyeberang
berhubungan
Suara tidak khas
2
Menangis tidak
Interaksi
berhubungan
iritabel
Tidak ada
1
Tidak ada
Tidak ada
Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak

4
3
2
1
6
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1

10

KEJANG DEMAM
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Pengertian

Tujuan
Kebijakan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
1/2

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

: Kejang demam adalah kejang yang berhubungan dengan demam ( suhu diatas
380 C) perrektal tanpa adanya infeksi susunan syaraf, gangguan elektrolit
terjadi pada anak usia diatas 1 bulan dengan tidak adanya riwayat kejang
tanpa demam sebelumnya.
: Sebagai panduan penanganan kejang demam
: Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan
mortalitas

PROSEDUR
N
Langkah-langkah
o.

1.
2.

3.

Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan


tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
Kenali gejala dan tanda kejang demam
Demam suhu diatas 380 C perrektal, kejang, tidak ada
penurunan kesadaran sesudah kejang, frekuensi kejang, lama kejang
dan jenis kejang.
Tidak ditemukan penurunan kesadaran setelah kejang
(tanpa adanya infeksi susunan syaraf, gangguan elektrolit, terjadi pada
anak usia diatas 1 bulan dengan tidak adanya riwayat kejang tanpa
demam sebelumnya.
Klasifikasi kejang demam:
- Kejang demam simplek atau sederhana
a. Kejang bersifat umum.
b. Lama kejang kurang dari 10 menit
c. Hanya terjadi sekali dalam waktu 24 jam.
- Kejang demam kompleks
a. kejang bersifat umum atau fokal
b. Lama kejang lebih dari 10- 15 menit.
c. Kejang berulang dalam waktu 24 jam.
Pemeriksaan CSS dalam batas normal.
Pemeriksaan laboratorium dan penunjang
Lumbal pungsi dilakukan pada
- Anak usia dibawah 1 tahun
- Dianjurkan pada anak usia 12 bulan -18 bulan.
- Melihat klinis pada anak usia diatas 18 bulan.
- Anak mengalami Kejang demam pertama kali
2. Darah rutin lengkap, urin rutin, konsul THT dll tergantung indikasi
untuk mencari penyebab panas.

Petugas

Dokter,
Perawat
Dokter

Dokter,
Perawat

11

3. Pemeriksaan elektrolit
EEG dan CT scan kepala hanya dilakukan berdasarkan indikasi

KEJANG DEMAM
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
2/2

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

4.

Pengobatan
Dokter,
Medikamentosa
Perawat
1. Antipiretik, parasetamol 10-15 mg/kgBB/kali setiap 6 jam
atau Ibuprofen 5- 10 mg/kgBB/kali tiap 6 jam.
2. Profilaksis terapi untuk mencegah berulangnya kejang
Profilaksis intermitten
Diberikan selama anak demam, diazepam 0,5 mg/kgBB/hr
Profilaksis terus menerus
Diberikan pada kejang demam kompleks dengan faktor
resiko. Lama pemberian 1 tahun.
Fenobarbital 3 -5 mg/kgBB/hr
Asam valproat 15 -40 mg/kgBB/hr
3. Pengobatan terhadap penyakit yang mendasari.
5.
Pemantauan efek samping pemberian obat2an
Dokter
Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak

12

BAGAN PENGELOLAAN KEJANG PADA ANAK


No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Pengertian
Tujuan
Kebijakan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
1/1

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

: Alur penatalaksanaan kejang yang terjadi pada anak


: Mengatasi kejang secepatnya, mencegah komplikasi dan kejang berulang
: Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan gejala sisa
serta menurunkan mortalitas

PROSEDUR

Diazepam 0,3-0,5 mg/kgBB (> 2mg/mnt

Kejang (+) 5

Kejang (-) 5 20

Phenitoin 10 mg/kgBB (> 25 mg/mnt)

Kejang (+)

Kejang (-) 1 jam

Kejang (+)
Diazepam 0,3-0,5
mg/kgBB
Kejang (+)

PICU
Phenobarbital 1520 mg/kgBB

Phenitoin 5
mg/kgBB

Kejang (-)

Phenobarbital 8-10
mg/kgBB/hari

Piridoksin 100 mg
24 jam

Oral Phenitoin 10
mg/kgBB/hari

Kejang (+)
Drip Diazepam
5-7 mg/kg/hari

Phenobarbital 5
mg/kgBB/hari

Kejang (+)
PICU diazepam drip 10-24 mg/kgBB/hari

13

Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak
STATUS KONVULSIVUS PADA ANAK
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Pengertian
Tujuan
Kebijakan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
1/2

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

: Status konvulsivus ialah kejang yang berlangsung > 30 menit atau kejang
berulang tanpa disertai pemulihan kesadaran diantara 2 kejang
: Mengatasi kejang secepatnya, mencegah komplikasi dan kejang berulang
: Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan gejala
sisa serta menurunkan mortalitas

PROSEDU
R
No.
Langkah-langkah
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk
melakukan tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
2.
Pada menit ke 0
- Beri oksigen, perhatikan KU dan kondisi jalan napas
(kalau perlu intubasi)
- Ukur tanda vital (tekanan darah, suhu)
- Monitor EKG dan respirasi
- Telusuri riwayat kejang
- Periksa status neurologi
1. Inj Diazepam (0,2-0,5mg/kg BB IV) atau perrektal 0,2-0,5 mg.
Jika kejang (+) inj phenitoin 15-20 mg/kg BB IV, jika kejang
berlanjut inj phenitoin 10 mg/kgBB
2. Periksa elektrolit, Mg, Ureum, GDS, hitung jenis, analisa gas
darah, skreening inbtoksikasi (bila dicurigai)
3. Pasang jalur IV dan berikan cairan D5% dan elektrolit rumatan.
4. Inj D 10% IV 2ml/kgBB IV, jika GDS rendah dan 100 mg
tiamin IM atau IV
5. Pasang monitor EEG segera bila memungkinkan
3.
Pada menit ke 20-30
Jika kejang (+) lakukan intubasi, pasang kateter, cek suhu,
monitor EEG
Drip diazepam 5-20 mg/kgBB (dosis 7 mg/kgBB konsul
PICU) + midazolam bolus 0,15 mg/kgBB (drip 1
mcg/kgBB/jam) dapat dinaikkan tiap 15 menit sampai 0,75-10
mg/kgBB/mnt
4.
Pada menit ke 40-60 jika masih kejang
Mulai pemberian propovol 1-2 mg/kg lading dose dilanjutkan 2-

Pelaksana
Dokter, Perawat
Dokter, Perawat

Dokter, Perawat

Dokter, Perawat

14

10mg/kg/jam. Dengan monitor EEG


Evaluasi pengobatan yang diberikan dan atasi penyakit yang
mendasari
Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak
5.

Dokter

STATUS KONVULSIVUS PADA ANAK


No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

KEJANG

No. Revisi

Halaman
2/2

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003
Diazepam rektal 0,5 mg/kgBB atau
Berat badan < 10 kg : 5 mg
Berat badan > 10 kg : 10 mg

Kejang (+)
Diazepam rektal

10-20 menit

Di rumah sakit. Pencarian akses vena


Lab: darah tepi, gula darah, natrium, kalsium, magnesium, ureum, kreatinin
Kejang (+) Diazepam iv 0,3 0,5 mg/kgBB
Kecepatan 0,5 -1 mg/menit (3-5 menit)
Hati-hati depresi pernapasan

Kejang (-)
Bila disebabkan ensefalitis atau meningitis, terapi rumatan
perlu dilanjutkan dengan phenobarbital 8-10 mg/kgBB/hari
selama 2 hari kemudian dilanjutkan dengan 4-5
mg/kgBB/hari sampai risiko untuk kejang berulang tidak ada
Bila epilepsi, lanjutkan OAE dengan menaikkan dosis

Status
konvulsivus

Kejang (+)
Fenitoin bolus iv 10-20 mg/kgBB
Kecepatan 0,5 1
mg/kgBB/menit

Kejang (-) Rumatan Fenitoin iv 5-7


mg/kgBB/hari, 12 jam kemudian

Kejang (+)
Transfer ke ruang perawatan intensif
Phenobarbital 5-15 mg/kgBB/hari bolus iv dilanjutkan dengan dosis
1-6 mg/kgBB/menit drip atau Midazolam 0,2 mg/kgBB dilanjutkan
dengan 0,1 0,4 mg/kgBB/jam

15

Algoritma tata laksana status konvulsivus


KENAIKAN TEKANAN INTRAKRANIAL
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
Tujuan
Kebijakan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
1/1

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

: Peningkatan volume / jumlah tekanan dari struktur-struktur di dalam


rongga tengkorak yang terdiri dari otak, darah dan pembuluh darah
serta cairan serebrospinal (CSS).
: Sebagai panduan penanganan kenaikan tekanan intrakranial
: Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan
menurunkan mortalitas

PROSEDUR
No Langkah-langkah
.
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan
tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
2.
Kenali gejala, tanda penyakit
Sakit kepala, muntah, perubahan kepribadian, diplopia, kejang,
penurunan kesadaran, dilatasi pupil.
3.
Pemeriksaan laboratorium dan penunjang atas indikasi :
Pengukuran tekanan intrakranial, USG kepala pada bayi dengan UUB
masih terbuka.
CT scan kepala.
Funduskopi
4.
Pengobatan :
Tergantung pada penyebabnya
1. Edema otak
a. Edema vasogenik
Kortikosteroid
Manitol 0,5 1 gr/kgBB/6 -8 jam
b. Edema sitotoksik
Manitol 0,5 1 gr/kg BB/ 6-8 jam
c. Edema interstitial
Asetazolamid 25 -50 mg/kgBB/hr.
2. Hidrosefalus : VP shunting
3. Tumor, perdarahan, SOL.
a. Konsul Bedah syaraf, operatif.
b. Atasi faktor penyebabnya

Petugas
Dokter,
Perawat
Dokter
Dokter,
Perawat

Dokter,
Perawat

16

5.

Pemantauan efek samping pengobatan berupa gangguan elektrolit,


ganguan keseimbangan cairan.dan sirkulasi, hipertensi dan komplikasi
penyakit yaitu tanda tanda herniasi dan Cushing syndrome.

Dokter,
Perawat

Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak
MENINGITIS BAKTERI
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
Tujuan
Kebijakan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

: Meningitis bakteri adalah peradangan selaput otak yang disebabkan oleh


bakteri patogen.
: Sebagai panduan penanganan meningitis bakteri
: Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan
mortalitas

PROSEDUR
No. Langkah-langkah
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan
tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
2.
Kenali gejala dan tanda meningitis bakteri.

Halaman
1/2

Sering didahului infeksi saluran nafas atas atau


saluran cerna dengan gejala panas, batuk, pilek, diare dan
muntah dan nyeri kepala
Penurunan kesadaran, kaku kuduk, tanda rangsang
meningeal yang lain, kejang dan defisit neurologis fokal. Tanda
rangsang meningeal mungkin tidak ditemukan pada anak
berusia < 1 tahun.

Petugas
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat

3.

Pemeriksaan penunjang :
Darah perifer lengkap, gula darah, elektrolit darah, biakan darah. Lumbal
pungsi (jumlah sel, kadar protein, kadar gula, pewarnaan gram, biakan dan
uji resistensi). Pemeriksaan CT scan kepala, EEG atas indikasi.

Dokter,
Perawat

4.

Dokter,
Pengobatan suportif
Atasi kejang, turunkan panas, cegah hipoksia otak, cegah dekubitus, Perawat
keratitis, aspirasi, turunkan tekanan intrakranial yang meningkat.
Jika ditemukan edema otak dapat diberikan manitol 0,5 1 gr/kgBB
setiap 8 jam dan kortikosteroid.
Pengobatan kausatif
1. Pengobatan empirik antibiotik
Usia 0 7 hari :
Ampisilin 150 mg/kgBB/hr dan sefotaksim 100mg/kgBB/hari
Ampisilin 150 mg/kgBB/hari + Gentamisin 5 mg/kg BB/hari
Usia 7 hari 1 bulan :

17

Ampisilin 200 mg/kgBB/hari dan gentamisin 7,5 mg/kgBB/hari


Ampisilin 200mg/kg BB/hari dan sefotaksim 150 mg/kgBB/hari
Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak
MENINGITIS BAKTERI
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
2/2

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

Usia 1 3 bulan :
Ampisilin 200 400 mg/kg BB/ hari dan sefotaksim 200 mg/kg
BB/hari
Usia > 3 bulan :
Sefotaksim 200mg/kgBB/hari atau Ampisilin 200mg/kgBB/hari
dan Kloramphenikol 100 mg/kgBB/hari.
2.Terapi antibiotik sesuai kultur LCS.
Lama pengobatan 10 14 hari.
3. Kortikosteroid : Deksametason 0.6mg/kgBB/hari untuk 2 hari
4. Bedah : Jika ditemukan empyema subdural, abses otak,
hidrosefalus.
5.
Pemantauan efek samping pengobatan, pemeriksaan darah tepi, uji Dokter,
fungsi hati dan uji fungsi ginjal
Perawat
Uji pendengaran dan uji penglihatan.
Komplikasi penyakit subdural effusion, subdural empyema, abses
serebri, hidrosefalus.
Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak

18

MENINGITIS TUBERKULOSA
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
Tujuan
Kebijakan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
1/1

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

: Meningitis Tuberkulosa adalah radang selaput otak yang disebabkan oleh


Mycobacterium tuberculosis.
: Sebagai panduan penanganan meningitis tuberkulosa
: Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan
mortalitas

PROSEDUR
No. Langkah-langkah

1.

Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan


tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
2.
Kenali gejala dan tanda meningitis tuberkulosa
Adanya riwayat demam kronis, kejang dan penurunan
berat badan.
Imunisasi BCG, kontak dengan penderita tuberkulosis
dewasa.
Manifestasi klinis dibagi 3 stadium :
1.
Stadium I. : Predominan gejala gastrointestinal, pasien tampak
apatis atau iritabel, nyeri kepala intermiten.
2.
Stadium II : Kesadaran somnolen, disorientasi, disertai tanda
rangsang meningeal, refleks tendon meningkat, kelumpuhan nervus VI,
VII, IV,VI dan III.
3.
Stadium III : Pasien koma, pupil terfiksasi, spasme klonik,
pernafasan Irregular, hidrosefalus pada dua pertiga kasus dengan lama
sakit > 3 minggu.
3.
Pemeriksaan laboratorium dan penunjang : darah perifer langkap, gula
darah, elektrolit, pemeriksaan CSS (sel, protein, glukosa), CT scan kepala,
x foto dada, uji Tuberkulin dan EEG
4.
Pengobatan suportif ( sama seperti pada meningitis bakteri )
Pengobatan kausatif : pemberian obat anti tuberkulosa
Sesuai rekomendasi American Academic of Pediatric 1994, dengan
pemberian 4 macam obat selama 2 bln, dilanjutkan pemberian INH
dan Rifampisin selama 10 bulan.
Dosis obat antituberkulosa adalah sebagai berikut :
a. Isoniazid (INH) 5-10 mg /kgBB/hr, max 300 mg/hr
b. Rifampisin 10 -20 mg/kgBB/hr, max 600 mg/hr.

Petugas

Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat

Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat

19

c. Pirazinamid 20 -40 mg/kgBB/hr, max 2000 mg/hr


d. Ethambutol 15 -25 mg/kgBB/hr, max 2500 mg/hr.
e. Streptomisin inj 20 mg/kgBB/hr.
Prednison 1-2 mg/kgBB/hr selam 2-3 minggu, kemudian tapp-off
5.
Pemantauan efek samping obat dan komplikasi.
Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak

Dokter

ENSEFALITIS
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
Tujuan
Kebijakan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halama
n
1/1

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

: Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak yang disebabkan oleh


berbagai macam mikroorganisma. Penyebab tersering dan
terpenting ialah virus.
: Sebagai panduan penanganan ensefalitis
:
Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan
menurunkan mortalitas

PROSEDUR
No Langkah-langkah
.
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk
melakukan tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
2.
Kenali gejala dan tanda ensefalitis
Adanya panas, nyeri kepala, kesadaran menurun,
kejang
defisit neurologis (paresis, refleks patologis),
peningkatan refleks tendon.
3.
Pemeriksaan laboratorium dan penunjang :
Darah rutin lengkap, gula darah , elektrolit darah, biakan darah.
Pungsi lumbal, pemeriksaan cairan serebro spinal (sel, protein,
glukosa)
Pemeriksaan CT scan kepala , EEG jika ada indikasi.
4.
Pengobatan suportif : Seperti pada meningitis bakteri
Pengobatan kausatif : Tidak ada terapi yang spesifik, jika
disebabkan karena virus herpes simpleks dapat diberikan Asiklovir
10 mg/kgBB/tiap 8 jam.
5.
Pemantauan terapi dan komplikasi penyakit
Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak

Petugas
Dokter,
Perawat
Dokter

Dokter,
Perawat

Dokter,
Perawat
Dokter

20

TETANUS
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
Tujuan
Kebijakan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
1/3

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

: Suatu penyakit toksemia akut dan fatal yang disebabkan oleh Clostridium
tetani, dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai
gangguan kesadaran
: Sebagai panduan penanganan ketoasidosis diabetik
:
Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan
menurunkan mortalitas

PROSEDUR
No. Langkah-langkah
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan
tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
2.
Kenali gejala, tanda, derajat dan komplikasi penyakit
Derajat I (tetanus ringan)
Trismus ringan sampai sedang
Kekakuan umum: kaku kuduk, opistotonus, perut papan
Tidak dijumpai disfagia ringan
Tidak dijumpai kejang
Tidak dijumpai gangguan respirasi
Derajat II (tetanus sedang)
Trismus sedang
Kekakuan jelas
Dijumpai kejang rangsang, tidak ada kejang spontan
takipnea
Disfagia ringan
Derajat III (tetanus berat)
Trismus berat
Otot spastis, kejang spontan
Takipnea, takikardia
Apneic spell

Petugas
Dokter,
Perawat
Dokter

21

Disfagia berat
Aktifitas sistem autonom meningkat
Derajat IV (tetanus stadium terminal), derajat III ditambah dengan
Gangguan otonom berat
Hipertensi berat dan takikardi, atau
Hipotensi dan bradikardi
Hipertensi berat atau hipotensi berat
Penyulit pada tetanus : gangguan ventilasi paru, aspirasi pneumonia,
bronkopneumonia, atelektasis, emfisema mediastinal, penumotoraks, sepsis
dan fraktur vertebra

TETANUS
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
3.
4.

5.

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
2/3

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

Pemeriksaan laboratorium atas indikasi


Likuor serebrospinalis dan biakan kuman anaerobik
Terapi dasar tetanus anak
Antibiotik
Penisilin prokain 50.000 IU/kgBB/kali i.m, tiap 12 jam,
atau
Ampisilin 150 mg/kgbb/hari i.v dibagi 4 dosis, atau
Tetrasiklin 25-50 mg/kgBB/hari p.o dibagi 4 dosis
(maksimal 2 g), atau
Metronidazol loading dose 15 mg/kgBB/jam, selanjutnya
7,5 mg/kgbb tiap 6 jam, atau
Eritromisin 40-50 mg/kgBB/hari p.o dibagi 4 dosis
Catatan:
Bila ada sepsis/pneumonia dapat ditambahkan sefalosporin.
Netralisasi toksin
Anti tetanus serum (ATS) 50.000-100.000 IU, setengah
dosis diberikan intramuskular dan setengahnya intravena, dilakukan
uji kulit terlebih dulu
Apabila tersedia dapat diberikan human tetanus
immunoglobulin (HTIG) 3000-6000 IU i.m
Anti konvulsi
Diazepam 0,1-0,3 mg/kgbb/kali intravena tiap 2-4 jam
Dalam keadaan berat: diazepam drip 20 mg/kgbb/hari
dirawat di ICU
Dosis pemeliharaan 8 mg/kgbb/hari oral, dibagi 6-8 dosis
Perawatan luka atatu port dentree
Dilakukan setelah diberi antitoksin dan anti konvulsi.
Terapi suportif

Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat

Dokter,

22

Bebaskan jalan nafas


Hindarkan aspirasi dengan menghisap lendir perlahan-lahan
dan memindah-mindahkan posisi pasien
Pemberian oksigen
Perawatan dengan stimulasi minimal
Pemberian cairan dan nutrisi adekuat, bila trismus berat
dapat dipasang sonde nasogastrik
Bantuan nafas pada tetanus berat atau tetanus neonatorum
Pemantauan/monitoring kejang dan tanda penyulit

Perawat

TETANUS
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
6.

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
3/3

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

Tetanus ringan dan sedang


Diberikan pengobatan tetanus dasar.
Tetanus sedang
Terapi dasar tetanus
Perhatian khusus pada keadaan jalan nafas (akibat kejang
dan aspirasi)
Pemberian cairan parenteral, bila perlu nutrisi secara
parenteral
Tetanus berat
Terapi dasar seperti di atas
Perawatan dilakukan di ICU Anak, diperlukan intubasi dan
pemakaian ventilator
Balans cairan dimonitor secara adekuat
Apabila spasme sangat hebat, berikan pankuronium
bromida 0,02 mg/kgbb/kali intravena, diikuti 0,05 mg/kgBB/kali,
diberikan tiap 2-3 jam
Apabila terjadi aktifitas simpatis yang berlebihan, berikan
b-blocker seperti propanolol dan b-blocker labetalol
Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak

Dokter,
Perawat

23

SINDROM GUILLAIN BARRE


No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
Tujuan
Kebijakan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
1/1

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

: Sindroma Gullain Barre merupakan kelainan pada saraf perifer


yang berupa Demyelinisasi segmental
: Sebagai panduan penanganan sindrom Guillain Barre
: Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan
menurunkan mortalitas

PROSEDUR
No Langkah-langkah
.
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk
melakukan tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
2.
Kenali gejala, tanda penyakit
Riwayat infeksi sebelumnya, terjadi kelumpuhan yang
bersifat ascendens dan simetris yang didahului parestesi. Adanya
gangguan fungasi otonom.
Ditemukan kelumpuhan tipe LMN, simetris dan
ascenderen, refleks fisiologis pada tempat yang lumpuh menurun.
3.
Pemeriksaan laboratorium dan penunjang atas indikasi :
Pemeriksaan cairan serebrospinal
Pemeriksaan EMG dan KHS
4.
Pengobatan :
Imuno Globulin Iv 0,4 gr/kgBB/ hari selama 5 hari

Petuga
s
Dokter,
Perawat
Dokter

Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat
24

Plasmapheresis
Kortikosteroid ( kontroversi)
6.
Rawat ICU Anak bila terjadi ancaman gagal napas
Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak

BANTUAN NAFAS BUATAN ( VTP )


No Dokumen

No. Revisi

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
Tujuan
Kebijakan

Halaman
1/1

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

: Ventilasi tekanan positif digunakan untuk memberikan bantuan pernapasan


: Menentukan batas waktu penghentian VTP dan tanggung jawab pelaksanaannya
: Penentuan batas waktu penghentian VTP berdasarkan prosedur yang dibuat

PROSEDUR

Tentukan
RECOVERRABLE

IRRECOVERABLE
(berdasar GPCS,GCS,PIM )

Dr PICU/ NICU
Dr. Anestesi
Dr. Neurologi (min 2 orang)
BAGGING
Evaluasi tiap jam

Perbaikan
Klinis
Laboratoris

Irrecoverrable

BAGGING 30 menit
Evaluasi

Brain death
Informed consent
Dr PICU/NICU
Lisan/ tulisan
Dr Anestesi
Dr Neurologi

25

Pertahankan

(min 2 orang)
(-)
evaluasi 30 menit

(+)
Bagging stop
MBO (-)

MBO (+)

Evaluasi maks 48 jam


Bagging stop
< 1 th : 24 jam
> 1 th : 12 jam bila evaluasi 2x tiap 6 jam sama/memburuk
MBO
8 th : 6 jam
Yang melakukan baging : Dokter dan perawat
Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak

PENENTUAN KEMATIAN BATANG OTAK


PADA PENDERITA DENGAN VENTILATOR
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
1/1

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

: Mati batang otak suatu keadaan jaringan otak rusak sedemikian beratnya
sehingga fungsi vitalnya rusak ireversibel dan tidak lagi tergantung pada
keadaan jantung.
: Untuk menyamakan penilaian / diagnosis kematian batang otak
: Diagnosis kematian batang otak harus melalui prosedur yang ditetapkan

Tujuan
Kebijakan
PROSEDUR
1.
Pada hakekatnya seseorang telah meninggal jika batang otaknya sudah mati. Oleh karena itu
penentuan kematian seseorang dapat dilakukan dengan hanya melakukan pemeriksaan terhadap
fungsi batang otak saja.
2.
Untuk mengetahui fungsi batang otak perlu dilakukan pemeriksaan terhadap:
- respon terhadap sekitar ( perintah, rangsangan, gerak, dann sebagainya)
- gerakan otot dan postur dengan catatan bahwa pasien tidak dalam sedang berada
dibawah pengaruh obat pelemas otot
- reflek pupil
- reflek kornea
- respon motorik syaraf kranial terhadap rangsangan
- reflek menelan atau batuk jika tuba endotrakeal didorong kebawah
- reflek vestibulo okuler bila air es dimasukkan kedalam telinga
- napas spontan jika respirator dilepas dalam waktu cukup (+ 10 mnt ) sehingga pCO2
melebihi 50 torr
3.
Pemeriksaan tersebut pada ayat 2 baru boleh dilakukan paling sedikit 6 jam setelah onset
apneu dan koma

26

4.

5.
6.
7.
8.

Jika hasil dari pemeriksaan tersebut pada ayat 2 negatif maka diagnosis kematian batang
otak belum dapat ditegakkan sebelum dilakukan pemeriksaan yang kedua untuk kepentingan
konfirmasi, sehingga karenanya pasien harus tetap dianggap masih hidup dan diperlakukan
sebagaimana layaknya
Pemeriksaan yang kedua untuk kepentingan konfirmasi tersebut diatas baru boleh dilakukan
paling cepat 2 jam setelah pemeriksaan pertama
Jika pemeriksaan yang kedua juga menunjukkan hasil yang negatif maka diagnosis kematian
batang otak dapat ditegakkan dan selanjutnya pasien dinyatakan meninggal serta dibuat surat
kematiannya
Pemeriksaan angiografi dan EEG tidak diperlukan, tetapi dokter dapat melakukannya jika
merasa ragu terhadap hasil pemeriksaan seperti tersebut diatas
Dalam hal pasien meninggal (dinyatakan meninggal ) maka segala macam peralatan
penunjang kehidupannya harus dicabut, kecuali pasien dipersiapkan menjadi donor kadaver.
Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak

PENENTUAN KEMATIAN BATANG OTAK


PENDERITA DI BANGSAL / HCU ANAK / IGD
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
Tujuan
Kebijakan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
1/1

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

: Mati batang otak suatu keadaan jaringan otak rusak sedemikian


beratnya sehingga fungsi vitalnya rusak ireversibel dan tidak lagi
tergantung pada keadaan jantung.
: Untuk menyamakan penilaian / diagnosis kematian batang otak
: Diagnosis kematian batang otak harus melalui prosedur yang
ditetapkan

PROSEDU
R
1. Setiap pasien yang dibawa ke IGD dianggap masih dalam keadaan hidup dan
diperlakukan sebagaimana layaknya sebelum dinyatakan meninggal
2. Pernyataan meninggal cukup dilakukan seorang dokter kecuali bila pasien
dipersiapkan menjadi donor kadaver maka harus dibuat oleh minimal 2 orang
dokter yang tidak terlibat dalam proses transplantasi
3. Sebelumnya dokter harus melakukan pemeriksaan teliti
4. Bila sudah terdapat henti jantung dan paru maka perlu resusitasi paling sedikit 10
menit atau dipasang alat / respirator kecuali dokter yakin bahwa tindakan medik
tersebut tidak ada gunanya
5. Jika sesudah resusitasi tidak menunjukkan tanda-tanda berhasil maka segala upaya
dapat dihentikan dan kemudian pasien ditempatkan di ruang observasi selama 2
jam untuk kepentingan konfirmasi kecuali dokter yakin bahwa pasien telah benarbenar meninggal
27

6. Jika selama observasi tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan maka pasien


tersebut dapat dinyatakan meninggal
7. Setiap pasien yang telah dinyatakan meninggal oleh dokter harus dibuatkan surat
kematian atas namanya dan selanjutnya jenazah ditempatkan dikamar jenazah.
8. Dalam hal pasien dipasang alat penunjang kehidupan ( respirator ) maka untuk
penetuan kematiannya dikemudian hari harus menggunakan kriteria diagnosis
yang bersumber pada konsep brain stem death is death
Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak

HIPERPIREKSIA
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
Tujuan
Kebijakan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
1/1

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

: Hiperpireksia merupakan suatu keadaan emergensi dan perlu segera


mendapat terapi agresif untuk menurunkan suhu.
: Sebagai panduan penanganan hiperpireksia
: Penanganan hiperpireksia haruslah secara benar karena penanganan
yang tidak tepat akan menyebabkan kondisi perburukan pada penderita

PROSEDUR
No Langkah- langkah
.
1. Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan
tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
2.
Kenali gejala klinis demam : set point hipotalamus normal atau
meningkat
Set point normal
Set point meningkat
Suhu 41,1 C
Suhu 41,1C
Pengeluaran panas (N)

Klinis : - Badan panas


Badan dingin
- Piloerekton (-)
Piloerekton (+)
- Ekstremitas panas Ekstremitas dingin
- Keringat >>
<<
- Menggigil (-)
(+)
3.
Pertahankan / stabilisasi
a.Respirasi : airway (posisi kepala, isap lendir) & breathing (oksigen
nasal Intubasi)

Pelaksana
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat

Dokter,
Perawat

28

b.Sirkulasi (infus IV) tiap kenaikan 1 C tambah cairan 12,5%


4
Turunkan panas
a. Set point hipotalamus normal : pengeluaran panas secara fisik
- Eksternal / surface/ direct cooling (kompres dingin,
hipoterrmic mattras)
b. Set point hipotalamus meningkat :
- Antipiretik
- Sedasi
- Vasodilatasi kulit (selimut, largaktil, kompres hangat)
5. Atur ventilasi & suhu ruangan (18C) agar sesuai kondisi pasien
6. Pantau suhu tubuh secara kontinyu
7. Cari penyebab & obati (laboratorium atas indikasi)
Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak

Dokter,
Perawat

Perawat
Perawat
Dokter

SEPSIS
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
Tujuan
Kebijakan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
1/4

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

: Sepsis adalah SIRS dengan bukti atau dugaan infeksi sebagai


penyebab
: Sebagai panduan penanganan sepsis
: Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan
menurunkan mortalitas

PROSEDU
R
No. Langkah- langkah
Pelaksana
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk Dokter,
melakukan tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
Perawat
2.

Kenali definisi, gejala dan tanda sepsis

Dokter,
Perawat

SIRS ( Systemik Inflammatory Response Syndrome): Respon sistemik


terhadap berbagai kelainan klinik berat (misalnya infeksi, trauma, dan
luka bakar), yang ditandai dengan > 2 dari 4 kriteria sebagai berikut:
- hipertermi (>38,50C) atau hipotermi (<360C).
- takikardi yaitu peningkatan HR > 2 SD diatas normal sesuai
umur dalam keadaan tidak terdapat stimulasi eksternal,
pemakaian obat-obatan jangka panjang, atau rangsang nyeri;
atau bradikardi : HR < persentil 10 sesuai umur tanpa

29

stimulus vagal eksternal, pemakaian -bloker, atau penyakit


jantung bawaan.
- takipneu dengan RR >2 SD diatas normal sesuai umur atau
ventilator mekanik yang akut yang tidak berhubungan dengan
penyakit neuromuskuler atau penggunaan anestesi umum.
- Jumlah lekosit yang meningkat atau menurun (yang bukan
akibat dari kemoterapi) sesuai umur atau netrofil imatur
>10%. (lihat tabel 1)
SEPSIS: SIRS dengan bukti atau dugaan infeksi sebagai penyebab.
INFEKSI: Suatu kecurigaan atau bukti (dengan kultur positif,
pengecatan jaringan, atau uji PCR) infeksi disebabkan kuman patogen
ATAU sindrom klinis yang berhubungan dengan kemungkinan besar
infeksi. Bukti infeksi meliputi penemuan positif pada pemeriksaan
klinis, pencitraan atau test laboratorium (misalnya seldarah putih pada
cairan tubuh yang normal steril, perforasi usus, foto rontgen dada
menetap adanya pneumonia, ruam ptekiae atau purpura, atau purpura
fulminan)
SEPSIS BERAT: sepsis dengan disfungsi organ kardiovaskuler atau
ARDS atau > 2 disfungsi organ lain.
SYOK SEPTIK: sepsis dengan disfungsi organ kardiovaskuler. (lihat
tabel 2)

SEPSIS
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
3.

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
2/4

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

Pemeriksaan laboratorium dan penunjang atas indikasi :


- Darah rutin : Hb, Ht, Lekosit, Trombosit
- GDS, CRP
- Studi koagulasi
- Kultur darah berseri
- Apus darah tepi : lekopenia/lekositosis, granula toksik, shift to the
left
- Urinalisis
- Foto thoraks
- Syok septik asam laktat, BGA, LFT, elektrolit dan EKG
Pengelolaan :
1. Diagnosis dini
2. Early Goal Directed Therapy (EGDT) : Resusitasi cairan agresif
dengan koloid dan atau kristaloid, pemberian obat-obatan
inotropik, dan atau vasopresor dalam waktu 6 jamsesudah
diagnosis ditegakkan di unit gawat darurat sebelum masuk ke
PICU.

Dokter,
Perawat

Dokter,
Perawat

30

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Inotropik/Vasopresor/Vasodilator
Extra Corporeal Membrane Oxygenation (ECMO)
Suplemen Oksigen
Koreksi Asidosis
Terapi Antibiotika
Eradikasi Sumber Infeksi
Terapi kortikosteroid
Anti-Inflamasi
Granulocyte Macrophage Colony Stimulating Factor (GMCSF)
Intravenous Immunoglobulin (IVIG)
Transfusi Tukar/Hemofiltrasi
Terapi suportif
a. Profilaksis stress ulcers
b. Profilaksis trombosis vena dalam
c. Pencegahan hipoglikemia pada sepsis
d. Penatalaksanaan disfungsi organ : paru, saluran cerna,
koagulasi dan renal

SEPSIS
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
3/4

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

Tabel 1. Tanda vital khusus sesuai umur dan variabel laboratorium (batas bawah untuk HR,
jumlah lekosit, dan tekanan darah sistolik untuk persentil 5 dan batas atas untuk
frekuensi jantung, laju napas, atau hitung lekosit untuk persentil 95).
Heart rate, x/menit

Laju napas

lekosit tekanan

sistol
Kelompok usia

takikardi

bradikardi

x/menit

(x103/mm3)

(mmHg)
0 hari-1 minggu

> 180

< 100

> 50

> 34

< 65

1 minggu-1 bulan

> 180

< 100

> 40

> 19,5 atau < 5

< 75

1 bulan-1 tahun

> 180

< 90

> 34

> 17,5 atau < 5

<100

31

2-5 tahun

> 140

not applicable > 22

> 15,5 atau < 6

< 94

6-12 tahun

> 130

not applicable > 18

> 13,5 atau < 4,5 < 105

13-<18 tahun

> 110

not applicable > 14

> 11 atau < 4,5

< 117

SEPSIS
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
4/4

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

Tabel 2. Kriteria disfungsi organ.


Disfungsi kardovaskuler
meskipun pemberian bolus cairan intravena isotonis 40 ml/kg BB dalam 1 jam
Penurunan tekanan darah (hipotensi) < persentil 5th sesuai usia atau sistolik < 2SD di bawah
normal sesuai usia ATAU
Membutuhkan obat vasoaktif untuk menjaga tekanan darah dalam rentang normal (dopamin
>5 g/kg/menit atau dobutamin, epineprin, atau norepineprin pada berbagai dosis)
Dua dari berikut ini:
Asidosis metabolik yang tak dapat dijelaskan: defisit basa > 5,0 mEq/L
Meningkatnya laktat arteri >2 kali batas atas atau normal
Oliguri: urin < 0,5 cc/kgBB/jam
Pemanjangan cappilarry refill > 5 detik
Beda suhu core dan perifer >3C
Pernapasan
PaO2/FiO2 <300 tanpa adanya penyakit jantung sianotik atau penyakit paru sebelumnya

32

ATAU
PaCO2 >65 torr atau 20 mmHg di atas PaCO2 normal ATAU
Dibutuhkan FiO2 >50% untuk menjaga saturasi di atas 92% ATAU
Membutuhkan ventilasi mekanik non elektif invasif atau non invasif
Neurologi
Glasgow Coma Scale 11
Perubahan akut pada status mental dengan penurunan GCS 3 poin dari keadaan abnormal
Hematologi
Hitung trombosit < 80.000/mm3 atau penurunan 50% hitung trombosit dari nilai tertinggi yang
dicatat dalam 3 hari terakhir (untuk pasien hematologi/onkologi kronik) ATAU
Rasio internasional normal > 2
Ginjal
Serum kreatinin 2 kali batas atas normal sesuai usia atau 2 kali lipat peningkatan dari
kreatinin awal
Hepar
Bilirubin total 4 mg/dl (tidak untuk neonatus) ATAU
SGPT 2 kali di atas batas normal sesuai usia

Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak

PENGELOLAAN TERAPI CAIRAN PADA SYOK


No Dokumen
Tanggal Terbit

RSUD S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
PROSEDUR

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
1/1

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

Syok adalah suatu kumpulan gejala ganguan hemostatik akut akibat


bermacam etiologi yang menyebabkan kegagalan metabolisme sel
: Menyamakan pengelolaan terapi cairan pada syok
: Pengelolaan terapi cairan pada syok dilakukan sesuai algoritme

33

Suspect S Y O K
(hipovolemia, hipoperfusi, takikardi)
10 - 30 ml x tal/ kg/ 6-10
Normotensif

Pd sepsis :
Antibiotika
Imunoterapi

Urine > 1 ml/kg/jam

Hipotennsif

Pd anafilaksis:
Katekolamin
Steroid
Antihistamin

10-20ml xtal/kg/10

Urine < 1 ml/kg//jam

Unuri
Urine output < 1ml/kg/jam

Reevaluasi

10 ml x tal/kg

10ml x tal/kg

10-20 ml x tal/kg

Perbaikan
Reevaluasi
Reevaluasi
Hipotensif, urine < 1 ml/kg/jam
Perbaikan
CVP < 10 mmHg
10-20 ml x tal/kg
Reevaluasi

CVP
Cardiac status
Chest X-Ray
Ecchokardiografi

CVP > 10 mmHg


Reduksi afterload
Inotropik support
Pertimbangkan pulmoner

Ctt: x tal: kristaloid

Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak
PENGELOLAAN SYOK HIPOVOLEMIK
TANPA PENYULIT
No Dokumen
No. Revisi
Halaman
1/1
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
PROSEDUR

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

: Syok adalah suatu kumpulan gejala ganguan hemostatik akut akibat


bermacam etiologi yang menyebabkan kegagalan metabolisme sel
: Menyamakan pengelolaan syok tanpa penyulit
: Pengelolaan syok tanpa penyulit dikerjakan sesuai algoritme

34

SYOK
cairan
rumat
Jalan napas + O2

RL 20 ml/kg (6-10)

Perbaikan (+)

Perbaikan (-)

urine (<1ml/kg/jam)

RL 20 ml/kg 10
Perbaikan (+)

Perbaikan (-)

RL 10 ml/kgBB 10
Urine
urine
>1ml/kg/jam <1ml/kg/jam

urine
< 1ml/kg/jam

RL 20 ml/kg 10
cairan
rumat

anuri

Koloid 10ml/kg 10

Perbaikan (+)
cairan pengganti RLHt
Perbaikan (-)

CVP < 10 cmH2O

algoritme syok
hipovolemik dgn penyulit

CVP > 10 cm H2O

Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak
PENGELOLAAN SYOK DENGAN PENYULIT
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
PROSEDU

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
1/1

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

: Syok adalah suatu kumpulan gejala ganguan hemostatik akut


akibat
bermacam etiologi yang menyebabkan kegagalan metabolisme sel
: Menyamakan pengelolaan syok dengan penyulit
: Pengelolaan syok dikerjakan sesuai algoritme yang telah dibuat

35

R
CVP < 10 cm H2O
CVP < 6 cmH2O

CVP >10 cmH2O

CVP 6-10 cmH20

Koloid
4 ml / kg / 10 mnt

Cari :
- Perdarahan
- Sebab
hipovolemik
lain

CVP > 10 cm H2O

Koloid
2 ml / kg / 10 mnt

Koloid
1 ml / kg / 10 mnt

Kalau perlu
inotropik, vasodilator

CVP > 4

Stop

CVP 2 - 4

Koloid 4 ml/kg/10mnt

CVP < 2

Koloid lain / kristaloid

Sesudah normovolemik

(+) inotropik, obat lain

Perbaikan

Gagal

Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak
PENGELOLAAN SYOK SEPTIK

No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
PROSEDUR

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
1/2

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

: Syok septik adalah suatu sindrom klinik yang disebabkan tidak cukupnya
perfusi jaringan dan hipoksia jaringan yang diinduksi oleh sepsis.
: Menyamakan pengelolaan syok septik
: Pengelolaan syok dikerjakan sesuai algoritma

36

0 menit
5 menit
APLS/APRC

Kenali adanya penurunan status mental dan perfusi


Pertahankan jalan napas dan pasang akses sesuai dengan pedoman

Masukkan dengan cepat 20cc/kgBB bolus garam isotonik atau koloid hingga 60cc/kgBb
atau lebih
Koreksi hipoglikemia dan hipokalsemia
15 menit

Syok yang refrakter terhadap pemberian cairan

Responsif terhadap cairan

Pasang akses vena sentral mulai terapi


dopamine dan pemantauan arterial
Syok yang refrakter cairan resisten dopamin

Observasi di
ICU Anak

Titrasi epinefrin untuk syok dingin, norepinefrrin untuk syok hangat


hingga MAP-CVP normal dan saturasi SVC O2> 70%
Syok yang resisten katekolamin

Terdapat risiko insufisiensi adrenal?


Beri hidrokortison/ metilprednisolon

Tidak ada risiko?


Jangan beri hidrokortison

PENGELOLAAN SYOK SEPTIK

No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
2/2

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

60 menit
Tekanan darah normal
Syok dingin
Saturasi SVC O2 < 70%

Tekanan darah rendah


Syok dingin
Saturasi SVC O2 < 70%

Tekanan darah rendah


Syok hangat

37

Tambahkan vasodilator
atau Inhibitor PDE tipe
III dengan

Volume
loading
Pasang kateter arteri
pulmonal dan cairan
langsung, terapi Inotrop,
vasopressor, vasodilator
dan hormonal untuk
memperoleh MAP-CVP
normal dan CI >3,3 dan
<6,0 L/mnt/m2

Titrasi volume
dan epinefrin

Titrasi volume
dan norepinefrin

(?) Vasopresin atau


Volume loading
Syok yang
reisten katekolamin
menetap

Syok refrakter

Pertimbangkan
ECMO

Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak

DEMAM BERDARAH DENGUE


No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
1/8

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

: Manifestasi klinik yg berat dari penyakit Arbovirus yang ditandai


dengan demam akut, perdarahan dan kelainan hematologik dan dapat
disertai syok.
DBD dengan kegagalan sirkulasi :
- Nadi cepat dan lemah
- Tekanan nadi sempit (<20 mmHg)
38

Tujuan
Kebijakan

Hipotensi (sesuai umur)


Kulit dingin dan lembab
Kencing < 1 cc/kgBB/jam
Lemah/iraitabel.
: Sebagai panduan penanganan demam berdarah dengue
: Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan
menurunkan mortalitas

PROSEDUR
No. Langkah-langkah

1.
2.

Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk Dokter,


melakukan tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
Perawat
Kenali gejala,tanda dan grade demam berdarah dengue sesuai Dokter
kriteria WHO tahun 1997
Kriteria klinis
a. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung
terus-menerus selama 2-7 hari.
b. Terdapat manifestasi perdarahan, termasuk uji bendung positif,
petekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan/
melena.
c. Pembesaran hati.
d. Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan
nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien
tampak gelisah.
Kriteria laboratorium
a. Trombositopenia (100.000/l atau kurang).
b. Hemokonsentrasi, dilihat dari peningkatan hematokrit 20%
menurut standar umum dan jenis kelamin.
Dua kriteria klinis pertama + trombositopenia dan hemokonsentrasi,
serta dikonfirmasi secara uji serologik hemaglutinasi.
DEMAM BERDARAH DENGUE
Halama
No Dokumen
No. Revisi
n
2/8
Ditetapkan
Tanggal Terbit
Direktur RSUD Kota Kupang
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT

3.

Petugas

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

Pemeriksaan laboratorium :
Perawat
1. Darah perifer, kadar hemoglobin, leukosit dan hitung jenis,
hematokrit, trombosit. Pada apusan darah perifer limfosit plasma
biru.
2. Uji serologis, uji hemaglutinasi inhibisi dilakukan saat fase akut

39

5.

6.

dan fase konvalesens.


3. Pemeriksaan radiologist : x foto dada, USG dada dan perut atas
indikasi.
Terapi DBD dibagi menjadi 4 bagian, (1) Tersangka infeksi dengue, Dokter
(2) DBD derajat I atau II tanpa peningkatan hematokrit, (3) DBD
derajat II dengan peningkatan Ht 20%, (4) DBD derajat III dan IV.
Lihat bagan 1, 2, 3, dan 4 dalam lampiran.
DBD tanpa syok (derajat I dan II)
Dokter,
Perawat
Medikamentosa
- Antipiretik dapat diberikan, dianjurkan parasetamol bukan
aspirin.
- Tidak memberikan obat-obat yang tidak diperlukan
(misalnya antasid, anti emetik)
- Kortikosteroid diberikan pada DBD ensefalopati, apabila
terdapat perdarahan saluran cerna kortikosteroid tidak
diberikan.
- Antibiotika diberikan untuk DBD ensefalopati.
Suportif
- Mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat
peningkatan permeabilitas kapiler dan perdarahan. (Lihat
lampiran)
- Cairan intravena diperlukan, apabila (1) anak terus-menerus
muntah, tidak mau minum, demam tinggi, dehhidrasi dapat
mempercepat terjadinya syok, (2) nilai hematokrit cenderung
meningkat pada pemeriksaan berkala.

DEMAM BERDARAH DENGUE


No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
7.

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
3/8

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

DBD disertai syok ( Sindrom Syok Dengue, derajat III dan IV)
-

Dokter,
Perawat

Penggantian volume plasma segera, cairan intravena larutan


ringer laktat 10-20 ml/kgbb secara bolus diberikan dalam
waktu 30 menit. Apabila syok belum teratasi tetap berikan
40

ringer laktat 20 ml/kgbb/jam ditambah koloid 20-30


ml/kgbb/jam, maksimal 1500 ml/hari.
Pemberian cairan 10 ml/kgbb/jam tetap diberikan sampai 24
jam pasca syok. Volume cairan diturunkan menjadi 7
ml/kgbb/jam, selanjutnya 5ml dan 3ml apabila tanda vital
baik.
Jumlah urin1 ml/kgbb/jam merupakan indikasi bahwa
sirkulasi membaik.
Pada umumnya cairan tidak perlu diberikan lagi 48 jam
setelah syok teratasi.
Oksigen 2-4 l/menit pada DBD syok.
Indikasi pemberian darah :
Terdapat perdarahan secara klinis.
Setelah pemberian cairan kristaloid dan koloid, syok
menetap, hematokrit turun, diduga telah terjadi
perdarahan, berikan darah segar 10 ml/kgbb.
Apabila kadar hematokrit tetap >40 vol%, maka berikan
darah dalam volume kecil.
Plasma segar beku dan suspensi trombosit berguna
untuk koreksi gangguan koagulopati atau koagulasi
intravaskuler desiminator (KID) pada syok berat yang
menimbulkan perdarahan masif.
Pemberian trnsfusi suspensi trombosit pada KID harus
selalu disertai plasma segar (berisi faktor koagulasi
yang diperlukan), untuk mencegah perdarahan lebih
hebat.

DEMAM BERDARAH DENGUE


No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
8.

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
4/8

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

DBD ensefalopati
Dokter,
Pada ensefalopati cenderung terjadi edem otak dan alkalosis, maka Perawat

41

bila syok telah teratasi, cairan diganti dengan cairan yang tidak
mengandung HCO3- dan jumlah cairan segera dikurangi. Larutan
ringer laktat segera ditukar dengan larutan NaCl (0,9%): glukosa
(5%) = 3:1.
9.
Pasien DBD perlu dirujuk ke ICU Anak atas indikasi :
Dokter
o Syok berkepanjangan (syok tidak teratasi lebih dari 60 menit)
o Syok berulang (pada umumnya disebabkan oleh perdarahan
internal)
o Perdarahan saluran cerna hebat
o DBD ensefalopati
10. Pemantauan selama perawatan
Dokter,
o Tanda klinis, apakah syok telah teratasi dengan baik, adakah Perawat
pembesaran hati, tanda perdarahan saluran cerna, tanda
ensefalopati,
o Kadar hemoglobin, hematokrit dan trombosit tiap 6 jam,
minimal tiap 12 jam.
o Imbang cairan, catat jumlah cairan yang masuk, diuresis
ditampung dan jumlah perdarahan.
o Pada DBD syok, lakukan cross match darah untuk persiapan
transfusi darah apabila diperlukan.
Unit terkait: Bangsal Anak, IGD RSUD S.K Lerik, dr.Spesialis Anak

DEMAM BERDARAH DENGUE


No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
5/8

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

42

DBD
Demam tinggi, mendadak
terus menerus < 7 hari, tidak
disertai infeksi saluran nafas
bagian atas, badan lemah & lesu
Ada kedaruratan

Tidak ada kedaruratan

Tanda syok
Muntah terus menerus
Kejang
Kesadaran menurun
Muntah darah
Uji Tourniquet (+)
Berak hitam
Jumlah trombosit
< 100.000 /ul

Periksa uji
tourniquet
Uji Tourniquet (-)

Jumlah trombosit
Rawat jalan
> 100.000 /ul
Parasetamol
Kontrol tiap hari
sampai demam
hilang

Rawat inap
Rawat jalan
(Lihat hal berikut
Nilai tanda klinis,
Minum banyak 1,5-2 liter/hari periksa trombosit
Parasetamol
& Ht bila demam
Kontrol tiap hari sampai
menetap setelah
demam turun
hari sakit
ke-3
Periksa Hb, Ht, trombosit tiap kali
Perhatian untuk orang tua
Pesan bila timbul tanda syok, yaitu gelisah, lemah,
kaki/tangan dingin, sakit perut, berak hitam, bak kurang
Lab : Hb & Ht naik,
trombosit turun
Segera bawa ke rumah sakit
Bagan 1 a . Tatalaksana kasus tersangka DBD

DEMAM BERDARAH DENGUE


No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
6/8

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

Lanjutan dari tersangka DBD(dirawat)

43

Gejala klinis : Ddemam 2-7 hari


Uji tourniquet positif atau
Perdarahan spontan
Lab
: Hematokrit tidak meningkat / belum
Trombositopeni (ringan)
Pasien masih dapat minum
Beri minum banyak 1-2 liter/hari
atau 1 sd mkn tiap 5 menit
Jenis minuman: air putih, teh manis,
sirup, jus buah, susu, oralit
Bila suhu > 38,5oC beri parasetamol
Bila kejang beri obat antikonvulsif

Pasien tidak dapat minum


Pasien muntah terus menerus
Pasang infus NaCl 0,9% :
dekstrosa 5% (1:3), tetesan
rumatan sesuai berat badan
Periksa Hb, Ht, trombosit
tiap 6-12 jam

Monitor gejala klinis dan laboratorium


Perhatikan tanda syok
Ht naik dan atau trombosit turun
Palpasi hati setiap hari
Ukur diuresis setiap hari
Awasi perdarahan
I nfus ganti ringer latkat
Periksa Hb, Ht, trombosit tiap 6-12 jam
(tetesan disesuaikan, lihat hal berikut)
Perbaikan klinis dan laboratoris
Pulang (lihat : Kriteria memulangkan pasien)
Bagan 1 b . Tatalaksana lanjutan tersangka DBD yang dirawat.

DEMAM BERDARAH DENGUE


No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
7/8

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

Demam Berdarah Dengue


Cairan awal

44

RL/NaCl 0,9% atau RLD5/NaCl


0,9%+D5, 6-7 ml/kgBB/jam*
Monitor tanda vital/nilai Ht dan trombosit tiap 6 jam
Ht meningkat,
tapi keadan klinis
masih baik

Perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak gelisah
Gelisah
Nadi kuat
Distres pernafasan
*(+)
Tekanan darah stabil
Frekuensi nadi naik
berarti
Diuresis cukup
Ht tetap tinggi/naik
syok
(1-2 ml/kgBB/jam)
Diuresis kurang/tdk ada ( lihat
Ht turun
(2 kali pemeriksaan)
Tanda vital memburuk
Ht meningkat
Tetesan dikurangi
Tetesan dinaikkan
10-15 ml/kgBB/jam
Perbaikan
tetesan dinaikkan bertahap
5 ml/kgBB/jam
Perbaikan
Tanda vital tidak stabil
evaluasi 15 menit
sesuaikan tetesan
3 ml/kgBB/jam

Distres pernafasan
Hb/Ht turun
Ht naik
IVFD stop pada 24-48 jam
Tek.nadi < 20 mmHg *
Bila tanda vital/Ht stabil
Transfusi darah segar
diuresis cukup
Koloid
10 ml/kgBB
*BB < 20 kg
20-30 ml/kgBB
Ket : RA = Ringer asetat
Perbaikan
Bagan 2. Tatalaksana kasus DBD dengan peningkatan hemokonsentrasi > 20%
DEMAM BERDARAH DENGUE
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
8/8

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

DBD Derajat III & IV


1.
2.

Oksigenasi (berikan O2, 2 - 4 1/menit)


Penggantian volume plasma segera (cairan kristaloid isotonis)
Lanjutkan cairan 20 ml/kgBB/jam
Ringer laktat/NaCl 0,9%
Tambahkan koloid/plasma
20 ml/kgBB secepatnya (bolus dalam 30 menit)
Dekstran/FPP
Evaluasi 1 jam
10 20 (mak 30) ml/kgBB/jam

45

Evaluasi 30 menit, apakah syok teratasi ?


Pantau tanda vital tiap 10 menit
Cacat balans cairan selama pemberian cairan intra vena

Syok teratasi :
Kesadaran membaik
Nadi teraba kuat
Tekanan nadi > 20 mmHg
Tidak sesak napas/sianosis
Ekstremitas hangat
Diuresis cukup 1 ml/kgBB/jam

Syok tidak teratasi


Kesadaran menurun
Nadi lembut/tidak teraba
Tekanan nadi <20 mmHg
Distres pernapasan/sianosis
Kulit dingin dan lembab
Ekstremitas dingin
Periksa kadar gula darah

Cairan dan tetesan disesuaikan 10 ml/kgBB/jam


Evaluasi ketat :

Tanda vital
Tanda perdarahan
Diuresis
Hb, Ht, trombosit
Koreksi asidosis

Stabil dalam 24 jam /Ht < 40


tetesan 5 ml /kgBB/jam

Syok teratasi

Syok belum teratasi

Tetesan 3 ml/kgBB/jam
Ht turun
Infus stop tidak melebihi 48 jam
Setelah syok teratasi

Transfusi darah segar 10 ml/kgBB


diulang sesuai kebutuhan

Ht tetap tinggi/naik

Koloid 20ml/kgBB

Bagan 3. Tatalaksana kasus DBD derajat III dan IV


DISTRES RESPIRASI DAN GAGAL NAPAS AKUT
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
1/2

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

46

Pengertian

Tujuan
Kebijakan

: Distress respirasi (respiratory distress) adalah kondisi fisiologis


abnormal ditandai dengan peningkatan kerja pernapasan.
Gagal napas (respiratory failure) adalah kondisi ketika bayi/anak
mengalami kelelahan dalam melakukan upaya pernapasan sehingga
tidak mampu lagi mempertahankan oksigenasi dan ventilasi dan
mulai mengalami dekompensasi.
Henti napas (respiratory arrest) adalah kondisi ketiadaan
pernapasan yang efektif.
: Sebagai panduan penanganan distres respirasi
: Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan
menurunkan mortalitas

PROSEDUR
No Langkah-langkah
.
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk
melakukan tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
2.
Kenali gejala dan tanda distres respirasi yaitu :
- Gejala umum : kelelahan, berkeringat
Respiratorik : wheezing, napas cuping, retraksi, takipneu,
bradipnea, apnea, sianosis
- Kardiovaskuler: takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, henti
jantung
Serebral : gelisah, iritabel, sakit kepala, kesadaran menurun,
kejang
3.
Pemeriksaan laboratorium dan penunjang atas indikasi
Saturasi O2 (pulse oxymetri)
Analisis gas darah
Pemeriksaan darah (Hb, Ht, lekosit, trombosit, diff count)
Gula darah, elektrolit
EKG, X foto toraks/leher, CT scan kepala
Toksikologi
Diagnosis sepsis /septic work up (LP dll)
Laringoskop/bronkoskop (benda asing)

Petugas
Dokter,
Perawat
Dokter

Dokter,
Perawat

DISTRES RESPIRASI DAN GAGAL NAPAS AKUT


No Dokumen
Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman
2/2

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

47

RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

4.

Pengelolaan:
Dokter,
- Oksigenasi, dengan konsentrasi O2 bervariasi
Perawat
Indikasi intubasi:
- Henti napas, gasping atau pernapasan agonal
- Obstruksi jalan napas atas (stridor, peningkatan usaha
pernapasan), atau potensial terjadi obstruksi (misalnya
trauma wajah, inhalasi)
- Penurunan refleks perlindungan jalan napas (misalnya
penurunan fungsi neurologis)
- Antisipasi kebutuhan akan ventilator mekanik
(misalnya gagal napas akut, trauma dada, peningkatan
usaha pernapasan, syok, peningkatan tekanan
intrakranial).
- Humidifikasi
- Cairan parenteral (kalori, elektrolit, nutrisi, dll)
- Pengisapan lendir saluran napas
- Atasi penyakit penyerta (obat-obatan)
- Perawatan umum fisioterapi (posisi, vibrasi/perkusi)
- Pengawasan hipoksia, sianosis, kesukaran ventilasi, gangguan
sirkulasi, kelelahan
- Atasi penyebab
5.
Pemantauan
Dokter,
- Klinis: tanda vital, tanda perfusi adekuat (kulit hangat, diuresis
Perawat
baik, capillary refill <2 detik, tidak sianosis, tidak gelisah)
- Analisis gas darah
- Pulse oxymetri
Unit terkait: Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU
RSUD SK Lerik

No Dokumen

ASMA BRONKHIALE
No. Revisi

Halaman
1/4

48

Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
Tujuan
Kebijakan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

: Serangan asma bronkial (asma) adalah episode perburukan yang


progresif dari gejala batuk, sesak nafas, mengi, rasa dada tertekan
atau berbagai kombinasi dari gejala tersebut.
: Sebagai panduan penanganan asma bronkhiale
: Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan
menurunkan mortalitas

PROSEDUR
No Langkah-langkah
.
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk
melakukan tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
2.
Nilai derajat serangan asma (lihat tabel)
Butir-butir penilaian dalam tabel ini tidak harus lengkap ada pada
setiap pasien. Penilaian tingkat serangan yang lebih tinggi harus
diberikan jika pasien memberi respons kurang terhadap terapi awal,
atau serangan memburuk dengan cepat atau pasien berisiko tinggi.
3.
Pemeriksaan laboratorium atas indikasi
Foto Rontgen thoraks proyeksi antero-posterior (AP) dan analisis
gas darah (AGD) pada PEF < 50%, SaO 2 < 90% dan distres berat
setelah pengobatan
4.
Pengobatan medikamentosa

Petuga
s
Dokter,
Perawat
Dokter

Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat

Pada serangan asma ringan, diberikan obat pereda


(reliever) berupa agonis secara inhalasi/oral, atau adrenalin
1/1000 subkutan 0.01 ml/kgBB/kali dengan dosis maksimal 0.3
ml/kali.
Pada serangan sedang diberikan obat seperti di atas
ditambah oksigen, cairan intravena, kortikosteroid oral, dan
dirawat sehari.
Pada serangan berat nebulisasi pertama kali langsung
-agonis dengan penambahan antikolinergik dan diberikan pula
aminofilin secara inisial dan rumatan. Kortikosteroid dapat
diberikan secara intravena. Steroid oral dengan dosis 1 - 2
mg/kgBB/hari dibagi 3 diberikan selama 3 5 hari. Steroid
yang dianjurkan adalah prednison dan prednisolon.

49

ASMA BRONKHIALE
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
-

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
2/4

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

Dosis fenoterol / Berotec pada asma anak


BB 10 kg : 0,2 ml ( 4 tetes)
BB 15 kg : 0,3 ml ( 6 tetes)
BB 20 kg : 0,4 ml ( 8 tetes)
BB 25 kg : 0,5 ml ( 10 tetes)
BB 30 kg : 0,6 ml ( 12 tetes)
BB 35 kg : 0,7 ml ( 14 tetes)
BB 40 kg : 0,8 ml ( 16 tetes)

5.

6.
7.
8.

Dilarutkan dalam 3 cc NaCl 0,9%.


Indikasi rawat ICU Anak :
- PEF < 25%
- Kesadaran menurun, kelelahan
- Tidak responsif terhadap pemberian 2 agonis dosis tinggi atau
kontinyu
- Tanda-tanda gagal napas (PO2 < 60 dan atau PCO2 > 45 mmHg)
Indikasi intubasi :
- Klinis memburuk meskipun pengobatan maksimal
- PCO2 terus meninggi (> 60 mmHg atau pH < 7,2)
Bedah : Diperlukan jika terdapat komplikasi berupa pneumothoraks
Suportif :
Atasi komplikasi berupa dehidrasi, asidosis metabolik, atau atelektasis.
Jika perlu konsultasi psikolog ataupun psikiater
Pemantauan pengobatan
Pemantauan tanda vital, sesak napas (dispnea) dan
wheezing
Untuk serangan ringan, setelah pemberian inhalasi dengan
agonis diperlukan pemantauan anak selama 1 2 jam. Bila
membaik, pasien dapat dipulangkan dengan dibekali obat agonis
oral serta obat rutin yang biasa digunakan.
Jika respons awal yang terjadi hanya parsial maka penderita
diobservasi di ruang rawat sehari dan ditata laksana sebagai serangan
sedang. Pasien dipantau selama 6 jam, apabila ada perbaikan maka
dapat dipulangkan.
Apabila tidak ada perbaikan, maka pasien harus menjalani
rawat inap dan ditata laksana sebagai serangan berat. Apabila pada
penilaian awal secara klinis seranganya berat, pengobatan serangan
berat dapat langsung diberikan tanpa harus melalui tahapan ringan
atau sedang.

Dokter,
Perawat

Dokter
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat

50

Unit terkait: Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD S.K
Lerik

ASMA BRONKHIALE
No Dokumen

No. Revisi

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Tanggal Terbit
RSUD
STANDAR
S.K.LERIK
OPERASIONAL
Jl. Timor raya
PROSEDUR
Kupang - NTT
Penilaian derajat serangan asma

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

Parameter klinis,
Fungsi paru,
laboratorium
Sesak timbul-pada saat
(breathless)

Ringan

Sedang

Berat

Berjalan
Bayi : menangis keras

Istirahat
Bayi : berhenti
makan

Bicara
Posisi

Kalimat
Bisa berbaring

Berbicara
Bayi :
- Tangis pendek dan
lemah,
- Kesulitan makan
Penggal kalimat
Lebih suka tunduk

Kesadaran
Sianosis
Mengi

Mungkin iritable
Tidak ada
Sedang, sering hanya
pada akhir ekspirasi

Biasanya iritable
Tidak ada
Nyring, sepanjang
eksip. inspirasi

Sesak napas
Otot bantu napas

Minimal
Biasanya tidak

Sedang
Biasanya ya

Retraksi

Dangkal,
retraksi interkostal
meningkat

Laju napas

Laju nadi

Pulsus paradok-sus
(pemeriksaannya tidak
praktis)
PEFR atau FEV1
pra b. dilator
pasca b. Dilator

Kata-kata
Duduk bertopang
lengan
Biasanya iritable
Ada
Sangat nyaring,
terdengar tanpa
stetoskop
Berat
Ya

Sedang, Ditambah
retraksi suprasternal Dalam, ditambah
Meningkat
napas cuping
hidung
Meningkat
Pedoman nila naku napas pada anak sadar :
Usia
Laju napas normal
< 2 bulan
< 60 / menit
2-12 bulan
< 50 / menit
1-5 tahun
< 40 / menit
6-8 tahun
< 30 / menit
Normal
Takikardi
Takikardi
Pedoman nilai baku laju nadi pada anak :
Usia
laju nadi normal
2-12 bulan
< 160 / menit
1-2 tahun
< 120 / menit
3-8 tahun
< 110 / menit
Tidak ada
Ada
Ada
< 10 mmHg
10-20 mmHg
> 20 mmHg
(% nilai dugaan /
> 60%
> 80%

Halam
an
3/4

% nila terbaik)
40-60%
60-80%

Ancaman
Henti napas

Kebingungan
Nyata
Sulit/tidak
terdengar

Gerakan paradok
torako-abdominal
Dangkal/hilang
Menurun

Bradikardi

Tidak ada, tanda


kelelahan otot
napas

< 40%
< 60%

51

SaO2 %
PaO2
PaCO2

> 95%
Normal (biasanya
tidak perlu diperiksa)
< 45 mmHg

91-95%
> 60 mmHg

Respon < 2 jam


90%
< 60 mmHg

< 45 mmHg

> 45 mmHg

ASMA BRONKHIALE
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
4/4

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

Klinik/Ruang Gawat Darurat


Nilai derajat serangan (1)
(sesuai tabel 1)

Tatalaksana awal
Nebulisasi -a gonis 1-3x, selang 20 menit(2)
Nebulisasi ketiga + antikolinergik

Jika serangan berat, nebulisasi. 1x (+ antikoinergik)

Serangan ringan (nebulisasi 1x,


Serangan sedang (nebulisasi 2-3x,
respon baik, gejala hilang)
respon parsial)
Observasi 1-2 jam

Berikan oksigen (3)


Jika efek bertahan, boleh pulang
Nilai kembali derajat serangan,
jika sesuai dengan serangan
Jika gejala timbul lagi,
sedang,
observasi
Bolehperlakukan
pulang sebagai serangan
Ruang
rawat
sehari di ruang rawat
sehari teruskan
Bekali
obat
-agnosis

Oksigen
sedang
(hirupan/oral)
Berikan
Pasang jalur
parental
steroid
oral
Jika sudah ada obat pengendali,
Nebulisasi tiap 2 jam
teruskan
Bila dalam 8-12 jam perba klinis
Jika infeksi virus sbg. Pencetus,
stabil, boleh pulang
dapat diberi steroid oral
Jika dalam 12 jam klinis tetap
belum membaik, alih rawat ke
Dalam 24-28 jam kontrol ke
ruang rawat inap
klinik R. Jalan, untuk
Catatan :
1. Jika menurut penilaian serangannya berat, nebulisasi cukup 1x
langsung dengan -agnosis + antikolinergik
2. jika alat tidak tersedia, nebulisasi dapat diganti dengan adrenalin
subkutan 0,01 ml/kgB B/ kali maksimal 0,3ml/kali
3. untuk serangan sedang dan terutama berat, oksigen 2-4/ menit
diberikan sejak awal, termasik saat nebulisasi

Serangan berat
Mebulisasi 3x, respon buruk)
Sejak awal berikan O2 saat/
diluar nebulisasi
Pasang jalur parental
Ruang
Nilai rawat
ulang inap
klinisnya, jika sesiau
dengan
serangan berat, rawat
Oksigen
teruskan
di dehidrasi
ruang inapdan asidosis jika
Atasi
Fotoadarontgen tiraks
Steroid IV tiap 6-8 jam
Nebulisasi tiap 1-2 jam
Aminofilin !V awal, lanjutkan
rumatan
Jika membaik dalam 4-6x
nebulisasi, inveral jadi 4-6
jam
Jika dalam 24 jam perbaikan
klinis tabil, boleh pulang

Jika dengan steroid dan


aminofilin parental tidak
membaik, bahkan timbul
ancaman henti mapas, alih

52

PNEUMONIA
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
Tujuan
Kebijakan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
1/2

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

: Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi


alveolus dan jaringan interstitial. Berbagai mikroorganisme dapat
menyebabkan pneumonia, antara lain virus dan bakteri.
: Sebagai panduan penanganan pneumonia
:
Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan
menurunkan mortalitas

PROSEDUR
No Langkah-langkah
.
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk
melakukan tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
2.
Kenali gejala dan tanda pneumonia
Bayi :
Gejalanya tidak khas, seringkali tanpa demam dan batuk. Pada
neonatus sering dijumpai takipnea, retraksi dinding dada,
grunting dan sianosis. Pada bayi yang lebih tua jarang ditemukan
grunting. Gejala yang sering terlihat adalah takipneu, retraksi,
sianosis, batuk, panas dan iritabel.
Anak : demam tinggi, batuk, gelisah, rewel, dan sesak
nafas.
Anak besar : kadang mengeluh nyeri kepala, nyeri abdomen
disertai muntah. Pada anak pra sekolah, gejala yang sering
terjadi adalah demam, batuk (non produktif/produktif), takipneu,
dan dispneu yang ditandai dengan retraksi dinding dada.
Pada kelompok anak sekolah dan remaja, dapat dijumpai panas,
batuk (non produktif/produktif), nyeri dada, nyeri kepala,
dehidrasi dan letargi.
Pada semua kelompok umur dijumpai adanya nafas
cuping hidung.
Pada auskultasi, dapat terdengar suara pernafasan
menurun. Fine crackles (ronki basah halus) yang khas pada anak
besar, bisa tidak ditemukan pada bayi. Gejala lain pada anak
besar adalah dull (redup) pada perkusi, vokal fremitus menurun,

Petugas
Dokter,
Perawat
Dokter

53

suara nafas menurun, dan terdengar fine crackles (ronki basah


halus) di daerah yang terkena. Iritasi pleura akan mengakibatkan
nyeri dada; bila berat gerakan dada menurun waktu inspirasi,
anak berbaring ke arah yang sakit dengan kaki fleksi. Nyeri
dapat menjalar ke leher, bahu, dan perut.
PNEUMONIA
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
3.

4.

5.

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
2/2

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

Pemeriksaan laboratorium atas indikasi


Foto Rontgen thoraks proyeksi posterior-anterior (PA)
dan lateral
Analisis gas darah (AGD) bila PEF < 50%, SaO 2 <
90% dan distres berat setelah pengobatan
Darah rutin, kultur darah
Pengobatan
Medikamentosa
Antibiotik empirik sesuai dengan pola kuman tersering
yaitu Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae.
Pemberian antibiotik sesuai dengan kelompok umur.
Untuk bayi < 3 bulan diberikan golongan penisilin
(Ampisilin 50 100 mg/kgBB/hari, im/iv, terbagi 4 dosis) dan
aminoglikosida (Gentamisin 5-7 mg/kgBB/hari, im/iv, terbagi 2
dosis).
Untuk usia >3 bulan, ampisilin dipadu dengan
kloramfenikol (50 100 mg/kgBB/hari, i.v, terbagi dalam 3 4
dosis)
Bila keadaan pasien berat atau terdapat empiema,
antibiotik pilihan adalah golongan sefalosporin.
Antibiotik parenteral diberikan sampai 48 72 jam
setelah panas turun, dilanjutkan dengan pemberian per oral
selama 7 10 hari.
Bila diduga penyebab pneumonia adalah S aureus,
kloksasilin (50 mg/kgBB/hari, i.v, terbagi 3 4 dosis) dapat
segera diberikan.
Bila alergi terhadap penisilin dapat diberikan
cefazolin, klindamisin, atau vancomycin. Lama pengobatan
untuk stafilokokus adalah 3-4 minggu.
Bedah : hanya jika terjadi komplikasi
pneumotoraks /

Dokter,
Perawat

Dokter,
Perawat

Dokter,
54

pneumomediastinum.
Perawat
Suportif : Pemberian oksigen sesuai derajat sesaknya. Nutrisi
parenteral diberikan selama pasien masih sesak.
Lain-lain : Jika terjadi atelektasis, diperlukan rujukan ke rehabilitasi
medik.
6.
Jika dalam 48-72 jam tidak ada respons klinis (sesak dan demam Dokter,
tidak membaik), antibiotika diganti dengan golongan sefalosporin.
Perawat
Unit terkait: Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU
RSUD S.K Lerik
SERANGAN SIANOTIK
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian

Tujuan
Kebijakan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
1/1

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

: Keadaan gegawatan yang sering ditemukan pada bayi dan anak yang
menderita penyakit jantung bawaan sianotik, yang disebabkan
perubahan keseimbangan vascular bed sirkulasi pulmonal dan
sistemik
: Sebagai panduan penanganan serangan sianotik
: Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan
menurunkan mortalitas

PROSEDUR
No Langkah-langkah
Petugas
.
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk Dokter,
melakukan tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
Perawat
2.
Kenali gejala, tanda penyakit
Dokter,
- Anak rewel dan gelisah, menangis.
Perawat
- Napas cepat dan dalam
- Sianosis bertambah
- Dapat disertai kejang dan tidak sadar
3.
Pemeriksaan lanoratorium dan penunjang atas indikasi:
Dokter,
- Elektro kardiografi
Perawat
- Foto toraks dada
- Ekhokardiografi
- Kateterisasi jantung
4.
Terapi
Dokter,
- Posisi lutut ke dada (knee chest)
Perawat

55

5.

- Morphin sulfat 0,1 0,2 mg/kgbb s.c, i.m, i.v


- Bikarbonat natrikus 1 mEq/kgbb i.v di encerkan
- Oksigen
- Propranolol 0,01 0,25 mg/kgbb i.v pelan2
Pemantauan tanda-tanda gagal nafas dan bradikardi

Dokter,
Perawat
Unit terkait: Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU
RSUD S.K Lerik

GAGAL JANTUNG KONGESTIF


No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
Tujuan
Kebijakan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
1/1

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

: Keadaan patologis, dimana jantung tidak mampu memompakan darah


yang cukup guna memenuhi kebutuhan metabolik jaringan dalam
keadaan istirahat maupun aktivitas normal
: Sebagai panduan penanganan gagal jantung kongestif
: Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan
mortalitas

PROSEDUR
No. Langkah-langkah

1.
2.

3.

4.

Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan


tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
Kenali gejala, tanda penyakit
Sesak napas, bayi mengalami kesulitan minum, edema, gangguan
pertumbuhan dan perkembangan, penurunan toleransi latihan, keringat
berlebihan pada dahi.
Takikardi, takipneu atau dispneu
Tanda gagal jantung kiri: takipneu,ortopneu, sesak, mengi dan
ronki
Tanda gagal jantung kanan: hepatomegali, peningkatan JVP, edem
Pemeriksaan lanoratorium dan penunjang atas indikasi:
- Darah rutin, elektrolit, ureum, kreatinin, SGOT, SGPT, analisa gas
darah atau sesuai dengan penemuan klinis.
- Elektrokardiografi, x foto toraks dada, ekhokardiografi dan
kateterisasi jantung
Terapi umum
- Tirah baring posisi setengah duduk
- Oksigen

Petugas

Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat

Dokter,
Perawat

Dokter,
Perawat

56

5.

6.
7.
8.

- Koreksi gangguan elektrolit dan asam basa


- Mengatasi faktor predisposisi seperti : demam, anemi, infeksi
Terapi medikamentosa
- Inotropik : digoxin, dopamine, dobutamin dll
- Diuretik : furosemid, spironolakton,
- Ace inhibitor : kaptopril
Bedah
Tergantung etiologi
Suportif
Perbaikan penyakit penyakit
Pemantauan tanda-2 syok kardiogenik

Dokter,
Perawat
Dokter
Dokter,
Perawat
Dokter

Unit terkait: Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD S.K Lerik

KRISIS HIPERTENSI

No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
1/4

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

Pengertian

: Suatu keadaan yang mengancam jiwa penderita, yang memerlukan

Tujuan
Kebijakan

: Sebagai panduan penanganan krisis hipertensi


: Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan
mortalitas

pengobatan segera dan penurunan tekanan darah yang cepat

PROSEDUR

No. Langkah-langkah
1.
2.

Petuga
s
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk Dokter,
melakukan tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
Perawat
Kenali gejala, tanda penyakit. krisis hipertensi dimulai dengan Dokter,
berbagai macam keluhan klinis yang berhubungan dengan susunan Perawat
saraf pusat, ginjal dan jantung. Gejala dan tanda berupa kenaikan TD
tiba tiba melampaui batas atas nilai normalnya sampai 55%, sakit
kepala yang hebat disertai muntah, penglihatan kabur dengan atau
tanpa edema papil, perubahan sensorium dan konvulsi / kejang.
Klasifikasi Hipertensi Anak Menurut Umur
Golongan Umur
Neonatus 7 hari

Hipertensi Bermakna
(mmHg)
TD sistolis 96

Hipertensi Berat
(mmHg)
TD sistolis 106

Neonatus 8-30 hari

TD sistolis 104

TD sistolis 110

Bayi <2 tahun

TD sistolis 112

TD sistolis 118

TD distolis 74

TD distolis 82

57

Anak 3-5 tahun


Anak 6-9 tahun
Anak 10-12 tahun
Adolesen 13-15 tahun
Adolesen 16-18 tahun

TD sistolis 116

TD sistolis 124

TD distolis 76

TD distolis 84

TD sistolis 122

TD sistolis 130

TD distolis 78

TD distolis 86

TD sistolis 126

TD sistolis 134

TD distolis 82

TD distolis 90

TD sistolis 136

TD sistolis 144

TD distolis 86

TD distolis 92

TD sistolis 142

TD sistolis 150

TD distolis 92

TD distolis 98

KRISIS HIPERTENSI

No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
3.
4.

5.
6.
7.

8.

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
2/4

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

Pemeriksaan fisik terutama sistema kardiovaskuler (koartasio aorta)


urogenital, saraf dan jantung.
Pemeriksaan laboratorium dan penunjang atas indikasi :
Darah hitung lekosit, ureum, kreatinin, elektrolit, glukosa, renin,
aldosteron, urinalisis, kultur urin dan funduskopi mata. X foto thorak
dan ultrasonografi ginjal ditempat. Tergantung kepada status
neurologi, jika perlu CT scan kepala dan ekokardiografi
Usahakan akses vaskuler untuk pengobatan. Pemberian pengobatan
parenteral yang sesuai berdasarkan asesment awal.
Evaluasi perjalanan klinis dan strategi pengobatan berdasarkan
pemeriksaan fisik, hasil laboratorium dan respon awal terhadap
pengobatan.
Pengobatan
Rawat penderita di ICU Anak dan jika mungkin dipasang kateter
intra-arterial untuk monitor tekanan darah secara langsung, akurat
dan kontinyu.
Beberapa petunjuk penting pada pengobatan krisis hipertensi:
1 Pengobatan awal pada gawat darurat hipertensi ialah obat
antihipertensi parenteral atau oral untuk mencapai hasil
pengobatan yang cepat dan efektif serta untuk menghindari
daya absorbsi yang tidak pasti.
2 Menurunkan TD sampai normal secara tiba-tiba adalah

Dokter
Dokter,
Perawat

Perawat
Dokter
Dokter,
Perawat
Dokter

58

3
4
5

berbahaya, menurunkan TD dengan 25 30% lebih baik dan


bijaksana.
Apabila mungkin diukur kadar renin dan aldosteron penderita
sebelum diberi pengobatan antihipertensi
TD yang tinggi itu harus diturunkan sebelum penderita
dipindahkan ke tempat lain untuk dilakukan tindakan
diagnostik (radiografi, dll) atau pemeriksaan lain.
Segera setelah keadaan penderita memungkinkan pemberian
obat antihipertensi parenteral diganti dengan peroral.

KRISIS HIPERTENSI

No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

Obat antihipertensi untuk krisis hipertensi tertera pada tabel dibawah


ini. Nifedipin biasa diberikan secara sublingual sebelum obat
parenteral.

59

KRISIS HIPERTENSI

No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
9.

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
4/4

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

Titrasi Tetesan Klonidin


Dokter,
Dosis awal :
Perawat
Klonidin 0,002 mg/kgBB/8 jam dalam 100 ml Dextrose 5% dengan

60

jumlah tetesan awal 12 tetes/menit, diberikan bersama dengan


Furosemid 1 mg/kgBB/8 jam secara intravena bolus (dengan
kecepatan 10 mg/menit untuk menghindari ototoksik) atau infus
kontinyu dengan syringe pump.
Dosis selanjutnya :
Klonidin tersebut ditambahkan dengan 6 tetesan / 30 menit sampai
mencapai maksimal 36 tetes / menit (= 0,006 mg/kgBB) dan tekanan
diastoliknya turun menjadi 100 mmHg atau maximum arterial
presure (map) < 93 mmHg.
Apabila dengan cara pengobatan tersebut di atas, tekanan diastolik
yang diharapkan tidak tercapai, perlu ditambahkan
Kaptopril oral dengan dosis awal 0,3 mg/kgBB/dosis, diberikan 2
3 kali sehari, jika perlu ditingkatkan sampai dengan dosis 2
mg/kgBB/dosis
Sedativa dan Analgetika
Nyeri dan rasa takut dapat mengakibatkan hipertensi akut. Pemberian
sedativa dan analgetika parenteral menurunkanTD arterial sistemik,
terutama jika diberikan bersama obat vasodilator. Jika terdapat faktor
nyeri pada krisis hipertensi maka perlu diusahakan menghilangkan
nyeri dan agitasi sebelum diberikan pengobatan antihipertensi
Unit terkait: Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU
RSUD S.K Lerik

GAGAL GINJAL AKUT

No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
1/4

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

: Penurunan fungsi ginjal yang mendadak yang mengakibatkan


hilangnya kemampuan ginjal untuk mempertahankan homeostasis
tubuh, ditandai dengan peningkatan kadar kreatinin darah secara
61

Tujuan
Kebijakan

progresif 0,5 mg/dl perhari dan peningkatan ureum sekitar 10-20


mg/dl/hari. GGA dapat bersifat oligurik dan non oligurik. Oliguria
ialah produksi urin <1 ml/kg/jam untuk neonatus dan <0,8
ml/kgBB/jam untuk bayi dan anak.
: Sebagai panduan penanganan gagal ginjal akut
: Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan
menurunkan mortalitas

PROSEDUR
No. Langkah-langkah
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk
melakukan tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
2.
Kenali gejala, tanda penyakit gagal ginjal akut yang ditandai dengan
peningkatan kadar kreatinin darah secara progresif 0,5 mg/dl perhari
dan peningkatan ureum sekitar 10-20 mg/dl/hari. GGA dapat bersifat
oligurik dan non oligurik. Oliguria ialah produksi urin <1 ml/kg/jam
untuk neonatus dan <0,8 ml/kgBB/jam untuk bayi dan anak.
3.
Pemeriksaan laboratorium dan penunjang atas indikasi :
Urinalisis
Indeks urin
Rasio antara blood urea nitrogen dengan kadar kreatinin
plasma (BUN/Pkr).
Elektrokardiografi
Ultrasonografi
Biopsi Ginjal
Uji Diuretik :
Diberikan furosemid 2 mg/kgBB intravena atau manitol 0,5-1,0
g/kg infus. Bila dalam beberapa jam berikutnya jumlah urin > 50
ml/m2/jam (2-3 ml/kgBB/jam) disebut uji diuretik positif yang
berarti ada dua kemungkinan yaitu : Azotemia prerenal atau
Konversi GGA oligurik menjadi GGA non-oligurik

Petugas
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat

Dokter,
Perawat

GAGAL GINJAL AKUT

No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
4.

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

Pengobatan
I.

Halam
an
2/4

Dokter,
Perawat
Pengobatan

62

Konservatif
Pengobatan konservatif dapat bersifat darurat dan
tidak darurat sebagai berikut
1.
Imbang cairan

Darurat
Pada dehidrasi harus segera diberkan
substitusi cairan isotonik misal 0,9% NaCI
atau Ringer-Laktat 20 ml/kgBB selama 3060 menit.

Tidak darurat
Pada anuria,oliguria atau poliuria pemberian
cairan harus hati-hati dan perlu monitor
tekanan darah berat badan, imbang cairan
biokimia darah dan suhu badan.
2.
Hiperkalemia

Darurat
Darurat apabila [K+] darah >6 mEq/l atau
telah terjadi kelainan EKG harus segera
diberikan 10% kalsium glukonat 0,5
ml/kgBB IV selama 2-4 menit, natrium
bikarbonat 2-3 mEq/kgBB atau glukosa 0.5
g/kgBB bersama insulin 0,1 satuan/kgBB
selama 30 menit.

Tidak darurat
Tidak darurat apabila [K] < 6 mEq/1 cukup
diberi diet pantang kalium atau sodium
polystirene sulfonat oral.
3.
Hiponatremia

Darurat
Darurat apabila [Na-] < 120 mmol/l
diberikan 3% NaCl (0.5 mmol/1) per infus
dengan rumus perhitungan sebagai berikut :
- Na (mmol) = ((Na) diharapkan - [Na]
aktual) mmol/l x 0.6 x kgBB
- Mula-mula diberikan 1/2 dosis tersebut.

Tidak darurat
Pada (Na-) > 120 mmol/l dapat diatasi
dengan restriksi cairan.
4.
Hipokalsemia dan hiperfosfatemia

Darurat
Pada yang sudah ada gejala diberikan infus
konstan 10% kalsium glukonat 0.5
ml/kgBB/jam yang telah dilarut menjadi 2%.
GAGAL GINJAL AKUT

No Dokumen

No. Revisi

Halaman
3/4

63

Tanggal Terbit
RSUD S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
4.

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

Tidak darurat
Dokter,
Pemberian kalsium karbonat/glukonat oral dengan dosis Perawat
kalsium elemental 50 mg/kgBB.
Pada hiperfosfatemia diberikan kalsium karbonat atau
aluminium hidroksid 60 mg/kg dalam dosis terbagi.
Asidosis metabolik

Darurat
Apabila pH darah < 7,25 dan kadar bikarbonat < 12 mEq/l
berikan Na bikarbonat dengan perhitungan sebagai berikut :
(24 (HC03) terukur) x 0.5 kgBB (mEq)
Setengah dari jumlah tersebut diberikan intravena dalam waktu
2-4 jam kemudian dievaluasi dengan analisis gas darah ulang.
Pemberiannya diteruskan secara infus dengan kecepatan sama
sampai pH > 7,25 dan bikarbonat > 12-13 mEq/l.

Tidak darurat
Pada penderita yang masih dapat makan minum produksi asam
endogen tetap berlangsung, perlu diberikan Oral 2-3
mEq/kg/hari dalam dosis terbagi (tablet 1 gram= 12 mEq).
Hipertensi
Pada ensefalopati hipertensi, perdarahan intraserebral, perlu
diberikan obat anti hipertensi parenteral. Pada oliguria diberikan
Flurosemid 2-3 mg/kgBB dan pada anuria
5 mg/kgBB

Tidak darurat
Restriksi cairan dan garam. Apabila hipertensi menetap
diberikan obat anti hipertensi oral.
Konvulsi
Perlu diberikan diazepam intravena perlahan-lahan dengan dosis
0,2-0,5 mg/kgBB, kalau perlu diulang setelah 15 menit.
Obat-obatan
Dosis obat-obatan yang bersifat nefrotoksik harus dikurangi sesuai
turunnya klirens kreatinin,atau apabila dosis tidak dikurangi maka
interval pemberiannya harus diperpanjang.

5.

6.

7.
8.

64

GAGAL GINJAL AKUT

No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
4/4

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

65

9.

5.

Nutrisi
Pada penderita yang masih dapat makan minum, diberi kalori
rumatan minimal, dengan protein bernilai biologis tinggi. Jika
masukkan per oral tidak mungkin lagi perlu diberikan nutrisi
parenteral yaitu dexstrosa 10-20% 50-60 Kal/kgBB atau intra lipid.
Pasien harus mencakup asam amino esensial dan non esensial
0,5g/kgBB/hari. Masukkan kalori ideal ialah minimal 1440
Kal/m/hari.
II.
Pengobatan Pengganti Ginjal
Akut
Pengobatan pengganti ginjal akut dilakukan apabila pengobatan
konservatif gagal mencegah gejala uremia.
Indikasi :
1. Kelebihan cairan (overhidrasi) yang gagal pada pengobatan
medikamentosa, misalnya edema paru-paru, gagal jantung
kongestif, hipertensi.
2. Gangguan metabolisme berat yang berbahaya, misalnya
hiperkalemia, uremia > 200 mg%.
3. Keadaan umum penderlta memburuk dengan sindrom uremia
berat : perdarahan, konvulsi, penurunan kesadaran sampai koma.
4. Nekrosis tubuler akut karena intoksikasi oleh senyawa yang dapat
didialisis.
5. Membantu pelaksanaan nutrisi suportif.
Macam pengobatan pengganti ginjal akut adalah sebagai berikut:
1.
Hemodialisis (HD)
2.
Dialisis peritoneal (DP)
3.
Hemofiltrasi

Dokter,
Perawat

Unit terkait: Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU
RSUD S.K Lerik

DIARE AKUT
No Dokumen
Tanggal Terbit

No. Revisi

Halaman

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

66

RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
Tujuan
Kebijakan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

: Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam,
dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu.
Diare menyebabkan gangguan gizi dan kematian.
: Sebagai panduan penanganan diare akut
: Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan
menurunkan mortalitas

PROSEDU
R
No. Langkah-langkah
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk
melakukan tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
2.
Kenali gejala dan tanda dehidrasi dengan akibat-akibatnya sebagai
hipokalemia (kembung), hipernatremia dengan kejang serta
hyperthermia dan gejala penyebab.
3.
Timbang berat badan, tentukan derajat dehidrasi, tingkat kesadaran
dan keadaan sirkulasi (ukur tekanan darah dan nadi)
4.
Pemeriksaan laboratorium atas indikasi:
- Makroskopis : konsistebsi, bau, warna, lendir, darah, buih
- Mikroskopis : eritrosit, lekosit, parasit
- Kimia : pH, tes reduksi tinja, elektrolit (Na, K, HCO3)
- Biakan dan uji sensitivitas
5.
Cairan dan elektrolit :

Jenis cairan :
Per oral : cairan rumah tangga, oralit
Parenteral : ringer laktat, ringer asetat, larutan normal salin
Volume cairan disesuaikan derajat dehidrasi

Tanpa dehidrasi : cairan rumah tangga dan ASI diberikan


semau- nya, oralit diberikan sesuai usia setiap kali buang air
besar atau muntah dengan dosis :
- kurang dari 1 tahun : 50-100 cc
- 1-5 tahun
: 100-200 cc
- lebih dari 5 tahun
: semau anak

No Dokumen

DIARE AKUT
No. Revisi

Petugas
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat

Dokter,
Perawat

Halaman
2/4

67

Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

Dehidrasi tidak berat (ringan sedang):


- Berikan oralit sesuai anjuran 75 cc/kg/BB selama 3 jam
- Jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama :
UM
4
4-12
12 24
25
UR*
bulan
bulan
bulan
tahun
BB (kg)
<6
6-<10
10-<12
12-19
(ml)
200-400
400-700 700-900
900-1400
* Umur hanya digunakan bila berat badan tidak diketahui
Makan dilanjutkan untuk bayi > 6 bulan
- ASI semau anak

Dehidrasi berat: rehidrasi parenteral dengan cairan Ringer


laktat atau Ringer asetat 100 cc/kgBB. Cara pemberian :
Umur
Pemberian pertama Pemberian berikut
30 ml/kg selama :
70 ml/kg selama :
Bayi ( < 12 bulan)
1 jam*
5 jam
Anak (12 bulan - 5
30 menit*
2 jam
tahun)

* Ulangi sekali lagi jika denyut nadi lemah atau tak teraba.
-

Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5 cc/kgBB


selama proses rehidrasi.
- Periksa kembali anak setiap 1-2 jam. Jika status hidrasi
belum membaik, beri tetesan intravena lebih cepat.
- Juga beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak
mau minum : biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam
(anak).
- Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3
jam. Klasifikasikan dehidrasi, kemudian pilih rencana terapi
yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan.
Resusitasi cairan dengan bolus Ringer lactat (RL) 20 ml/kgBB
dapat diulang sampai syok teratasi

No Dokumen

DIARE AKUT
No. Revisi

Halaman

68

Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
6.

7.

8.

9.

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

Nutrisi
Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tetapi
sering (lebih kurang 6 kali sehari), rendah serat, buah-buahan diberikan
terutama pisang.
Medikamentosa
- Tidak boleh diberikan obat anti diare
- Antibiotik sesuai hasil pemeriksaan penunjang. Sebagai pilihan
adalah Kotrimokzazol, Amoksisilin dan atau sesuai hasil uji
sensitivitas
- Anti parasit : Metronidazol
Hipernatremia (Na > 155 mEq/L), koreksi penurunan Na dilakukan
secara bertahap dengan pemberian cairan dekstrosa 5% + salin.
- Rehidrasi dengan dextrosa 5% dan NaCL 0,45% dengan perkiraan
kekurangan cairan sebagai berikut :
150 ml/kgBB pada bayi
90 ml/kgBB pada anak dan remaja
- Perkiraan kekurangan cairan berdasar kadar Natrium sebagai
berikut : 50 ml/kgBB jika Natrium serum = 150 mEq/L
90 ml/kgBB jika Natrium serum = 160 mEq/L
140 ml/kgBB jika Natrium serum = 170 mEq/L
- Penggantian cairan dalam waktu 48 jam, 50% dalam waktu 24
jam, sisanya 50% dalam waktu 24 jam.
- Penurunan Natrium serum tidak boleh melebihi 1-2 mEq/L per
jam, atau 10-15 mEq/L per hari.
- Dialisis dipertimbangkan bila Natrium serum >180 mEq/L.
Hiponatremia
Rehidrasi dengan NaCl 0,9% atau NaCL 0,45% dengan perkiraan
kekurangan cairan sebagai berikut : 100 ml/kgBB pada bayi 60 ml/kgBB
pada anak dan remaja
Penggantian cairan dalam waktu 24 jam, 50% dalam
waktu 8 jam, sisanya 50% dalam waktu 16 jam.
Koreksi kekurangan natrium dengan perhitungan sebagai
berikut
Defisit Na = (135 mEq/L kadar Na pasien) x ( 0,55 x kg BB)m
- Penggantian kekurangan Natrium 50% dalam waktu 8 jam,
sisanya 50% dalam waktu 16 jam, diberikan tidak boleh melebihi 12 mEq/L per jam.

Perawat

Dokter

Dokter,
Perawat

Dokter,
Perawat

DIARE AKUT

69

No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
4/4

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

10.

Hiperkalemia (K > 5 mEq/L), koreksi dilakukan dengan pemberian


kalsium glukonas 10% 0.5 1 ml/kgBB iv perlahan-lahan dalam 510 menit, sambil memantau detak jantung.
11. Hipokalemia (K < 3,5 mEq/L), koreksi dilakukan menurut kadar K
Jika kadar K 2,5 3,5 mEq/L, berikan 75 mEq/kgBB per
oral per hari dibagi 3 dosis
Jika kadar K <2,5 mEq/L : berikan secara drip intravena
dengan dosis :
- 3,5 kadar K terukur x BB(kg) x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 jam
dalam 4 jam pertama
- 3.5 kadar K terukur x BB(kb) x 0.4 + 1/6 x 2 mEq x BB
dalam 20 jam
Jika komplikasi infeksi infeksi saluran napas (bronkopneuminia),
sepsis, toksik megakolon, ileus, gangguan elektrolit dirujuk ke
Bagian terkait
Unit terkait: Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD RSUD S.K Lerik

Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat

GIZI BURUK

70

No Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian
Tujuan
Kebijakan

Halaman
1/8

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

Gizi buruk : 1. Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung
kaki sampai seluruh tubuh
2. BB/PB atau BB/TB <-3SD
: Sebagai panduan penanganan gizi buruk
: Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan
mortalitas

PROSEDUR
No. Langkah-langkah
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan
tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
2.
Kenali gejala dan tanda gizi buruk dan komplikasinya serta gejala
penyebab. Lakukan pengukuran anthropometri
3.
Pemeriksaan laboratorium :
Gula darah, preparat darah hapus, Hb, Ht, urin rutin dan biakan urin, feses
rutin, foto polos dada, uji kulit untuk tuberkulosis.

4.

Terapi sesuai dengan 10 langkah penanggulangan gizi buruk


AKTIVITAS

1. Cegah / atasi hipoglikemia


2. Cegah / atasi hipotermia
3. Cegah / atasi dehidrasi
4. Koreksi ketidak
seimbangan
elektrolit
5. Cegah / obati infeksi
6. Koreksi kekurangan mikro
nutrien

PENGOBATAN
AWAL
12
3 7 HARI
HARI

Tanpa besi (Fe)

REHABILI
TASI
26
MINGGU

FOLLOWUP
7 26
MINGGU

Petugas
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat
Perawat

Dokter,
Perawat

Dengan besi (Fe)

7. Mulai Pemberian
Makanan
8. meningkatkan makanan
untuk tumbuh kejar
(catch- up growth)
9. Stmulasi
10.Persiapan tindak lanjut

GIZI BURUK

71

No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
5.

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
2/8

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

Pengelolaan tanda bahaya


Tanda
Pengelolaan
bahaya
1.
Sadar : Glukosa 10% atau gula pasir 10 %
Hipoglikoral atau NGT 50 ml
emia :
Letargi : Glukosa 10% iv bolus 5 ml/kgBB
glukosa
Syok : RL dan Dekstrosa/Glukosa 10% 1:1
darah < 3
menjadi RLG 5% 15 ml/kgBB selama 1 jam
mmol/l atau
pertama atau 5 tts/mnt/kgBB
< 54 mg/dl
2.
Metode kanguru dan diselimuti
Hipotermia Dengan lampu jarak 50 cm dari tubuh
: suhu
Monitor suhu tiap 30 menit
tubuh axiler Hentikan pemanasan bila suhu 37
< 36,50C
atau teraba
dingin
3.
Lihat bagan
Dehidrasi
dan syok
4. Elektrolit KCl 150-300 mg/kg/ hari
5. Infeksi Tidak ada komplikasi : Kotrimoksasol po: 25
mg sulfametoksasol + 5 mg trimetoprim/kgBB
atau 1 tablet pediatrik/5 kgBB setiap 12 jam
selama 5 hari
Komplikasi : Gentamisin iv atau im (7,5
mg/kgBB setiap hari sekali, bila sudah kencing
ditambah Ampisilin iv atau im (50 mg/kg) setiap 6
jam selama 2 hari diikuti Amoksisilin oral (15
mg/kg) setiap 8 jam atau Ampisilin 50 mg/kg
setiap 6 jam selama 5 hari
Bila tidak membaik 48 jam ditambah
Kloramfenikol iv atau im (25 mg/kg) setiap 8 jam
selama 5 hari ( beri setiap 6 jam bila diperkirakan
meningitis)

72

GIZI BURUK
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
3/8

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

Pengelolaan tanda bahaya


Tanda
Pengelolaan
bahaya
5. Infeksi Bila ada infeksi khusus : Metronidazol oral
7,5 mg/kgBB/8 jam selama 7 hari. Asam
Nalidiksat oral 15 mg/kgBB/6jam selama 5 hari.
Benzil penisilin iv/im: 50.000 unit/kg/6 jam
Pirantel pamoat untuk anak > 4 bulan : 4-9
bulan tablet, 9-12 bulan tablet, 1-3 tahun 1
tablet, 3-5 tahun 1 tablet.
Tuberkulosis : BB 5-10 kg : INH 50 mg,
Rifampisin 75 mg, PZA 150 mg. BB 10-20 kg :
INH 100 mg, Rifampisin 150 mg PZA 300 mg. BB
20-33 kg : INH 200 mg, Rifampisin 300 mg, PZA
600 mg.
Malaria :
Malaria Falsiparum
Lini pertama
Hari

Obat

Jumlah tablet/hari menurut kelompok umur


0-2
2-11 1-4
5-9
10 15
bln
bln
thn
thn
14
thn
thn
H1
Arts 1/4
1/2
1
2
3
4
Amo
1/2
1
2
3
4
Prim *)
*)
3/4
1
2
2-3
H2
Arts 1/4
1/2
1
2
3
4
Amo 1/4
1/2
1
2
3
4
H3
Art
1/4
1/2
1
2
3
4
Amo 1/4
1/2
1
2
3
4
*) semua pasien kecuali anak <1 tahun
Arts: Artesunate 50 mg/tab, 4 mg/kgBB dosis tunggal/hari/po
Amo : Amodiakuin 200 mg/tab, 30 mg basa/kgBB
Prim : Primakuin 25 mg garam=15 mgbasa

73

GIZI BURUK
No Dokumen

No. Revisi

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

Pengelolaan tanda bahaya


Tanda
bahaya
5. Infeksi Malaria :
Lini kedua
Hari

Halaman
4/8

Obat

H1

Pengelolaan

Jumlah tablet/hari menurut kelompok umur


2-11
1-4 thn 5-9
10-14
bln
thn
thn
*)
3x 1/2 3x1
3x1
-

Kina
Tetr/
Doks
Prim 3/4
1
2
H2
Kina *)
Tetr/ Doks
*) 1 tablet = 200 mg garam
Dosis Kina 30 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis
Doksisiklin anak 8-14 tahun: 2 mg/kgBB/hari
Tetrasiklin > 12 tahun: 25-50 mg/kgBB/hari

Primakuin : 0,75 mg/kgBB dosis tunggal.


Malaria Vivaks/Ovale
Lini pertama
Ha
ri

Obat

H
1
H
2
H
3
H
414

Klor
Prim
Klor
Prim
Klor
Prim
Prim

Jumlah tablet/hari menurut kelompok umur


0-1
2-11
1-4
5-9
bln
bln
thn
thn
1/4
1/2
1
2
1/4
1/2
1/4
1/2
1
2
1/4
1/2
1/8
1/4
1/2
1
1/4
1/2
1/4
1/2

Klorokuin hari 1 & 2 : 10 mg/kgBB, hari 3 :


5 mg/kgBB dan Primakuin : 0,25 mg/kgBB/hari,
selama 14 hari.

74

GIZI BURUK
No Dokumen

No. Revisi

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT

Halaman
5/8

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

Pengelolaan tanda bahaya


Tanda
Pengelolaan
bahaya
5. Infeksi
Malaria Vivaks/Ovale
Malaria vivax/ovale resisten klorokuin
Ha
ri

Obat

H
1-7
H
1-14

Kina

Jumlah tablet/hari menurut kelompok umur


0-1
2-11
1-4
5-9
bln
bln
thn
thn
*)
*)
3x 3x1

Prim

1/4

1/2

Bila relaps : Klorokuin dan Primakuin 1x setiap


minggu, selama minimal 8 minggu. Primakuin
0,75 mg/kgBB.
Malaria vivax/ovale relaps
Lama Obat
(mgg)

812*)
812*)

Klor

Jumlah tablet/hari menurut kelompok


umur
0-1
21-4 5-9 10bln
11
thn thn 14
bln
thn
1/4
1/2
1
2
3

Prim

3/4

Malaria klinis lini pertama


Hari

Obat

Jumlah tablet/hari menurut kelompok umur


0-2
2-11 1-4
5-9
bln
bln
thn
thn

H1

Klor
Prim
Klor
Klor

1/4
1/4
1/8

H2
H3

1/2
1/2
1/4

1
3/4
1
1/2

2
1
2
1

*) Klorokuin BB<50 kg 3 tab, BB>50 kg 4 tab


H1,2 : 10 mg/kgBB/hari, H3: 5 mg/kgBB/hari
**) Primakuin BB<50 kg 2 tab, BB>50 kg 3 tab,
dosis 0,75 mg/kgBB/hari
75

GIZI BURUK
No Dokumen

No. Revisi

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT

Halaman
6/8

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

Pengelolaan tanda bahaya


Tanda
Pengelolaan
bahaya
5. Infeksi
Malaria klinis lini kedua
Hari

Obat

H1
H2

Kina
Prim

Jumlah tablet/hari menurut kelompok umur


0-2 2-11 1-4
5-9
bln
bln
thn
thn
*)
*)
3x 3x1
3/4
1

Kina 30 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis


Primakuin 0,75 mg/kgBB dosis tunggal
6. Mikro
nutrien

Ulcus kornea: tetes mata Kloramfenikol


0,25% atau tetes Tetrasiklin 1% 4x 1 tetes. Tetes
mata atropin 1% 3x1 tetes selama 7 hari
Vitamin A < 6 bulan : 50.000 SI (1/2 kapsul
biru)
6-11 bulan : 100.000 SI ( 1 kapsul biru)
1-5 tahun : 200.000SI (1 kapsul merah)
Asam folat 5 mg/hari hari I, selanjutnya 1
mg/hari
Vitamin B kompleks 1 tablet/hari
Vitamin C :
< 6 bulan : 30 mg
1-3 tahun : 40 mg
6-11 bulan : 35 mg
4-6 tahun : 45 mg
Fe pada saat fase rehabilitasi :
Fe elemental 1-3 mg/kgBB/hari selama 2
bulan.
Tablet besi/folat (60 mg besi elemental dan 0,25
mg asam folat). Sirup besi 5 ml ( 30 mg besi
elemental)
Anemia Hb < 4 g/dl atau Hb 4 6 g/dl
disertai distres respirasi atau tanda gagal jantung :
Trransfusi PRC 10 ml/kg, Furosemid 1 mg/kg
selama transfusi, stop cairan oral/NGT selama

76

transfusi. Pada malaria tidak diberikan furosemid


sebelum transfusi
GIZI BURUK
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
7/8

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

Pengelolaan tanda bahaya


Tanda
Pengelolaan
bahaya
7. Mulai
Cairan 130-220 ml/kgBB/hari
Pemberian Kalori 80-220 kkal/kgBB/hari
Makanan
Protein
1-4 gram/kgBB/hari
<7 kg : makanan bayi, >7 kg makanan anak.
Cairan :
Stabilisasi 130 ml/kg/hari atau 100 ml/kg/hari
bila edema berat
Transisi 150 ml/kgBB/hari
Rehabilitasi 150-220 ml/kgBB/hari
Kalori :
Stabilisasi 80-100 kkal/kgBB/hari,
Transisi 100-150 kkal/kgBB/hari,
Rehabilitasi 150-220 kkal/kgBB/hari
Protein :
Stabilisasi 1-1,5 g/kgBB/hari
Transisi 2-3 g/kgBB/hari
Rehabilitasi 3-4 g/kgBB/hari

77

Pemberian cairan dan makanan untuk stabilisasi


( Rejatan/syok, letargis dan muntah / diare / dehidrasi)
SEGERA : 1. Pasang oksigen 1-2 l/mnt.
2. Pasang infus RLG5%

3. Beri D/G10% iv bolus 5 ml/kgBB bersamaan dengan


4. ReSoMal 5 ml/kgBB NGT

Jam I : - Teruskan RLG 5% sebanyak 15 ml/kgBB selama 1 jam atau 5 tts/kgBB/mnt


- Catat nadi dan frekuensi napas setiap 30 mnt
Jam II
Bila nadi menguat & frekuensi napas
turun, infus diteruskan selama 1 jam
Bila rehidrasi belum selesai dan anak
minta minum beri ReSoMal sesuai
kemampuan anak
Catat nadi dan frekuensi napas setiap 30

Jam II
-

10 jam berikunya
Catat denyut nadi dan frekuensi napas
setiap 1 jam
Bila pemberian cairan iv selesai (jangan
dulu dicabut). Beri ReSoMal dan F75 selama
10 jam berikutnya, selang-seling setiap 1 jam.
ReSoMal Dosis 5-10 ml/kgBB/pemberian
F75 dosis : dosis menurut BB (edema
atau tanpa edema)
Bila anak masih menetek, berikan ASI
setelah pemberian F75

Bila sudah Rehidrasi :


Diare (-) : hentikan Resomal teruskan F75
setiap 2 jam
Catat denyut nadi, frekuensi napas tiap 1
jam
Perhatikan over hidrasi yang dapat
menyebabkan gagal jantung
Diare (+) : setiap diare berikan ReSoMal
Anak < 2 tahun : 50 -100 ml /setiap diare
Anak > 2 tahun : 100-200 ml/setiap diare
Bila anak masih menetek, berikan ASI
setelah pemberian F75

Di Rumah sakit perhatikan tanda gagal jantung


Bila ada

Bila tidak ada

Berikan Furosemide dosis 1 mg/kgBB iv


bila darah siap diberikan
Hati-hati pada penderita malaria, jangan
diberikan Furosemide sebelum transfusi
Transfusikan segera pack red cell. Bila
tidak ada PRC dapat ditransfusikan darah
segar
Transfusika Transfusikan
n PRC 10
darah segar 10
ml/kgBB/3 jam atau
ml/kgBB/3 jam atau
1 tts makro
1 tts makro
/kgBB/mnt
/kgBB/mnt
Selama
Selama
transfusi hentikan
transfusi hentikan
cairan oral dan iv
cairan oral dan iv
Ukur dan catat denyut nadi dan frekuensi
naopas setiap 30 menit
-

Denyut nadi tetap lemah dan frekuensinya


tetap tinggi serta pernapasan frekuensinya tetap
tinggi.
Teruskan pemberian cairan intravena
dengan dosis diturunkan menjadi 1 tetes
makro/kg/menit ( 4 ml/kgBB/jam).
Bula tidak mampu melakukan transfusi

Setelah selesai transfusi darah, segera


berikan F75 setiap 2 jam sesuai BB
Bila anak masih menetek, berikan ASI
setelah F75

Bila diare / muntah berkurang dan anak dapat menghabiskan sebagian besar F75, berikan F75 tiap 3
jam (sisanya diberikan lewat NGT)
Bila anak masih menetek, berikan ASI setelah pemberian F75
Bila tidak ada diare / muntah berkurang dan anak dapat menghabiskan F75, ubahlah pemberian F75
menjadi setiap 4 jam
Bila anak masih menetek, berikan ASI setelah pemberian F75

78

KETOASIDOSIS DIABETIK
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian

Tujuan
Kebijakan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
1/3

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

: Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah kegawatan penyakit metabolik


dan endokrin sebagai komplikasi Diabetes Mellitus tipe I karena
defisiensi insulin yang ditandai kadar gula darah >300 mg/dl,
ketonemia dan asidosis (pH<7,32 dan kadar bikarbonat < 15
mEq/L)
: Sebagai panduan penanganan ketoasidosis diabetik
: Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan
mortalitas

PROSEDUR
No Langkah-langkah
.
1.
Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk
melakukan tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
2.
Kenali gejala dan tanda diabetes atau riwayat poliuria dan polidipsi
beberapa hari sebelumnya kemudian kesadaran menurun sampai
koma. Tanda-tanda asidosis dan dehidrasi, kadang sampai syok.
Hiperpnea, reflek tendon menurun sampai hilang, adanya refleks
Babinski dan hipotermia.
3.
Timbang berat badan, tentukan derajat dehidrasi, tingkat kesadaran
dan keadaan sirkulasi (ukur tekanan darah dan nadi)
4.
Pemeriksaan laboratorium atas indikasi:
Gula darah
- Fungsi ginjal
Urinalisa
- BGA
X foto dada
- Elektrolit darah
Keton darah
- Darah tepi lengkap
Kultur darah, urin dan tenggorok - EKG
5.
Indikasi rawat ICU Anak :
- pH < 7,0
- Umur < 2 tahun
- Tidak sadar
- GDS > 1000 mg%, atau kondisi lain yang memerlukan
perawatan di ICU Anak.
- Selain itu pasien dirawat di HCU.

Petugas
Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat

Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat

Dokter

79

6.

Manajemen airway dan breathing.


Intubasi dan pemakaian ventilator mekanik jika perlu

Dokter,
Perawat

KETOASIDOSIS DIABETIK
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
7.

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

Terapi cairan
Bila syok : infus RL, NaCl atau koloid sesuai protap syok
Rehidrasi Cara penghitungan kebutuhan cairan pada KAD :
1. Tentukan derajat dehidrasi :
2. Tentukan defisit cairan :

Halaman
2/3

Dokter,
Perawat

% (A)
A x BB (kg) x 1000 = B

ml
3. Tentukan kebutuhan rumatan /48 jam :
C ml
4. Tentukan kebutuhan total dalam 48 jam : B + C = D ml
5. Tentukan dalam tetesan per jam : D/48 = ..ml/jam

8.

9.

Kebutuhan cairan rumatan : sesuai rumus Darrow


Jenis cairan resusitasi awal NaCl 0,9%/RL. Bila kadar gula darah
sudah turun mencapai < 250 mg/dl cairan diganti dengan D5% in
0,45% saline.
Koreksi gangguan elektrolit
Koreksi Na hati-hati, hitung dulu Na sesungguhnya
Na sesungguhnya = Na terlihat + 1,6 (gula darah 100)
100
Bila ditemukan hipernatremia maka lama resusitasi cairan 72 jam,
infus NaCl 0,45%.
Kalium diberikan sejak awal resusitasi kecuali pada anuria. Dosis K
= 5 mEq /kgBB/hari diberikan dengan kekuatan larutan 20 40
mEq/l dengan kecepatan tidak lebih dari 0,5 mEq/kg/jam.
Serum osmolarity (mOsm/kg) =
Serum Na (meq/l) + K (meq/l) x 2 + glukosa (mg/dl) + BUN (mg/dl)
18
3
Pemberian insulin
Diberikan setelah syok teratasi dan rehidrasi cairan dimulai.
Mulai bolus 0,1 U/kgBB RI, dilanjutkan dengan drip 0,1
UI/kgBB/jam. (50 UI RI + 500 cc NaCl, ambil 50 cc untuk BB 30
kg 30 cc/jam). Bila GDS turun menjadi 300 mg/dl dosis insulin
diturunkan 0,05 UI/kg/jam dan tambahkan infus glukosa 5% atau
10% pada infus sampai tidak didapatkan asidosis.

Dokter,
Perawat

Dokter,
Perawat

80

Penurunan GDS tak boleh >100 mg dalam 1 jam.


Intake peroral dimulai bila secara metabolik sudah stabil (BicNat >
15, GDS <200, pH >7.3).
KETOASIDOSIS DIABETIK
No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
9.

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
3/3

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

Sebelum insulin dihentikan intake peroral diberikan dengan Dokter,


menambah dosis insulin sbb:
Perawat
- Untuk makan ringan dosis insulin digandakan 2 kali selama makan
sampai 30 menit setelah selesai.
- Untuk makan besar dosis insulin digandakan 3 kali selama makan
sampai 60 menit setelah selesai.
Setelah itu mulai insulin 0,2 0,4 U/kgBB s. c. dengan interval 6
jam
Terapi selanjutnya konsul endokrinologi anak.

10.

Asidosis
Dokter,
pH > 7,1 : tak perlu koreksi biknat
Perawat
pH < 7,1 : koreksi dengan rumus 0,3 x BB x BE
Asidosis menetap walau dengan insulin 0,1 U/kg/jam : mungkin
karena : Sepsis berat -asidosis laktat, insulin degradation,; salah
dosis.
11. Pantau: GDS tiap 2 jam, elektrolit dan BGA tiap 2 4 jam dalam 24 Dokter,
jam. Nadi, RR, tensi, neurologis, balans cairan, suhu, ketonuri Perawat
negatip. Bila ada gangguan elektrolit perlu segera dikoreksi. Bila
terjadi edema serebri setelah terapi 46 jam, beri inj. Manitol 1 2
g/kgBB iv (10 20 g/m2) dapat diulang 2 4 jam bila perlu
12. Penanganan infeksi : Antibiotik yang adekuat sesuai kultur.
Dokter
13. Diit : puasa sampai metabolik stabil: GDS <200; HCO3 >15; pH Dokter,
>7,3
Perawat
Unit terkait: Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU
RSUD S.K Lerik

81

HIPOGLIKEMIA PADA BAYI ANAK


No Dokumen
Tanggal Terbit
RSUD
S.K.LERIK
Jl. Timor raya
Kupang - NTT
Pengertian

Tujuan
Kebijakan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

No. Revisi

Halaman
1/1

Ditetapkan
Direktur RSUD Kota Kupang

Dr.Marsiana .Y. Halek


NIP 19770712 200112 2 003

: Hipoglikemia adalah kadar gula plasma yang kurang dari 45 mg/dl pada
bayi atau anak-anak, dengan atau tanpa gejala. (Catatan: Kadar glukosa
plasma kurang lebih 15% lebih tinggi dari kadar glukosa darah. Darah kapiler dan
arteri menunjukkan kadar gula sekitar 10% lebih tinggi dari kadar dalam plasma )
: Sebagai panduan penanganan hipoglikemia
: Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan menurunkan
mortalitas

PROSEDU
R
No. Langkah-langkah

1.
2.

3.

4.

Tentukan prosedur perawatan dan meminta ijin tertulis untuk melakukan


tindakan medis kepada orang tua/keluarga pasien
Kenali gejala dan tanda hipoglikemia yaitu :
Kejang
- Lemah
Gangguan bicara - Letargi, pucat, berkeringat dingin,
takikardia
Hipotermia
- Koma
Respons klinik yang positip terhadap pemberian gula.
Pemeriksaan laboratorium
Gula darah : kadar gula plasma yang rendah (kurang dari 45
mg/dl atau 25 mg/dl tergantung usia).
Urin lengkap
Pengobatan :
Berikan glukosa 10% sebanyak 5-10ml/kgBB secara intravena pelan
dalam 20 menit.
Ambil sampel darah untuk pemeriksaan gula darah, insulin, growth
hormone, kortisol, laktat serta keton darah dan urine.
Selanjutnya diberikan infus glukosa 5-10% dalam saline, dengan
tujuan mempertahankan gula darah lebih dari 45 mg/dl dan kurang dari
120mg/dl.

Petuga
s
Dokter,
Perawat
Dokter

Dokter,
Perawat
Dokter,
Perawat

82

Hidrokortison merupakan indikasi bagi anakanak yang tidak


menunjukkan perbaikan dengan terapi tersebut di atas.
Keadaan yang tetap memburuk menunjukkan adanya gangguan
yang serius, mungkin edema otak. Keadaan hipoglikemia yang
berlanjut membutuhkan penanganan khusus tergantung penyebabnya.
Bila keadaan membaik, dicoba pemberian minuman/ makanan.
Perlu diingat bahwa pada anakanak yang menderita diabetes
mellitus tipe 1 (tergantung insulin), hipoglikemia merupakan
komplikasi yang sering terjadi. Hal ini dibicarakan dalam topik
tersendiri.

Unit terkait: Bangsal Anak, HCU Anak, ICU Anak, IGD, HCU Neonatus, NICU RSUD S.K Lerik

83

Anda mungkin juga menyukai