Anda di halaman 1dari 5

BAB1

PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang
Abortus (keguguran) merupakan salah satu penyebab perdarahan yang

terjadi pada kehamilan trimester pertama dan kedua. Perdarahan ini dapat
menyebabkan berakhirnya kehamilan atau kehamilan terus berlanjut. Secara
klinis, 10-15% kehamilan yang terdiagnosis berakhir dengan abortus
(Wiknjosastro, 2006).
Kasus abortus sebenarnya angkanya lebih besar daripada yang disebutkan
di atas, karena banyak kasus yang tidak dilaporkan, tidak tercatat, dan tidak
diketahui. Seorang wanita dapat mengalami abortus tanpa mengetahui bahwa ia
hamil. Abortus bisa juga tidak diketahui karena hanya dianggap sebagai
menstruasi yang terlambat (siklus memanjang), dan insiden abortus kriminalis
yang pada umumnya tidak dilaporkan.
Abortus dapat menyebabkan perdarahan yang hebat dan dapat
menimbulkan syok, perforasi, infeksi, dan kerusakan faal ginjal (renal failure)
sehingga mengancam keselamatan ibu. Kematian dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan secara cepat dan tepat.
Disamping menimbulkan dampak fisik yang buruk sebagaimana
disebutkan di atas, abortus juga menyebabkan efek psikologis bagi wanita yang
mengalaminya. Dalam beberapa tahun terakhir ini, sejumlah penelitian dilakukan
untuk mengidentifikasi konsekuensi psikologis wanita yang mengalami abortus.
Pada sejumlah besar abortus yang terjadi pada wanita yang mengalaminya

Universitas Sumatera Utara

merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan atau mengecewakan,


Pengalaman ini unik bagi setiap individu dan intensitas pengalaman itu tidak
berhubungan dengan usia gestasi janin (Stewart, et al. 1992 dalam Henderson dan
Jones, 2006).
Bagi beberapa wanita, keguguran merupakan pengalaman yang tidak
mengecewakan, tetapi melegakan karena tidak semua wanita memandang
keguguran sebagai suatu kehilangan (Moulder, 1990 dalam Henderson dan
Kathleen, 2006).
Kebanyakan wanita yang mengalami abortus mengalami stres karena
tidak mengetahui apa yang terjadi pada janinnya. Selain itu mereka diminta untuk
beristirahat di tempat tidur tanpa penjelasan lebih lanjut. Lebih dari 90%
memberikan reaksi berkabung, yang berlangsung sampai sebulan pada 20 % kasus
abortus (Llewellyn-Jones, 2002). Frost dan Condon (1996 dalam Alexander, et al
2007) menyatakan bahwa setelah mengalami keguguran, wanita cenderung
menunjukkan gejala yang merupakan reaksi dukanya. Berbagai karakteristik duka
unik yang dirasakan wanita setelah keguguran meliputi rasa bersalah, perasaan
kehilangan salah satu bagian tubuh dan perubahan identitas pribadi. Harker (1993
dalam Henderson & Jones, 2006), penelitiannya pada 115 wanita yang mengalami
abortus menunjukkan adanya reaksi depresi pada minggu ke-2 dan ke-25 setelah
keguguran.
Biasanya perawatan wanita yang mengalami abortus di rumah sakit selama
ini hanya mengacu kepada penilaian kondisi fisiknya saja. Setelah kondisi
fisiknya stabil, wanita yang mengalami abortus dapat dipulangkan dalam beberapa
hari.

Padahal

secara

psikologis

wanita

yang

mengalami

abortus

Universitas Sumatera Utara

merasakan

Universitas Sumatera Utara

kehilangan dan berduka, kecemasan, stres, serta depresi yang memerlukan waktu
lebih lama untuk pemulihan psikisnya. Dengan demikian, bisa jadi wanita yang
mengalami abortus masih membawa masalah psikisnya sampai ke rumah setelah
kepulangannya dari rumah sakit. Untuk itu sangat diperlukan asuhan keperawatan
yang holistik dengan menyediakan lingkungan yang memungkinkan proses duka
berlangsung sehat karena wanita yang berduka tidak mampu memperoleh
dukungan emosi yang diharapkan dari keluarga dan teman mereka (Raj an, 1994
dalam Alexander, etal 2007).
Berdasarkan survey pendahuluan yang telah peneliti lakukan di BPK
RSUD Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan pada tanggal 13 s/d 14 April 2009,
didapatkan data jumlah pasien dengan diagnosa abortus pada tahun 2008
sebanyak 106 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 83 orang berdomisili di kota
Tapaktuan. Peneliti juga mendapatkan suatu fenomena yang menunjukkan bahwa
asuhan keperawatan holistik pada wanita yang mengalami abortus yang dirawat di
BPK RSUD Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan belum diterapkan. Untuk dapat
melaksanakan asuhan keperawatan yang holistik pada wanita yang mengalami
abortus di rumah sakit ini, maka sebagai langkah awal peneliti menganggap
penting dan merasa tertarik untuk meneliti karakteristik koping wanita yang
mengalami abortus di Kota Tapaktuan.
2.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteritistik koping

wanita yang mengalami abortus di Kota Tapaktuan.

Universitas Sumatera Utara

3.

Pertanyaan Penelitian
Bagaimanakah karakteristik koping wanita yang mengalami abortus di

Kota Tapaktuan?

4.

M anfaat Penelitian

4.1

Bagi pendidikan keperawatan

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber


pengetahuan tambahan yang berguna bagi mahasiswa nantinya dalam
memberikan asuhan keperawatan pada wanita yang mengalami abortus.

4.2

Bagi praktek keperawatan maiernitas


Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat dijadikan sumber

pengetahuan tambahan dalam mengembangkan strategi asuhan keperawatan yang


holistik khususnya bagi wanita yang mengalami abortus.
4.3

Bagi penelitian keperawatan


Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pengetahuan serta sebagai sumber ide bagi penelitian selanjutnya, khususnya yang
terkait dengan masalah dan asuhan keperawatan pada wanita yang mengalami
abortus.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai