Mektan 2 Bab 2
Mektan 2 Bab 2
Gambar di atas adalah mekanisme keruntuhan untuk pondasi menerus dengan lebar b dan
panjang tak terbatas, memikul suatu tekanan merata (qult) diatas permukaan tanah yang
homogen dan isotropik. Parameter kekuatan geser tanah adalah c dan tetapi berat isi
tanah diasumsikan sama dengan nol. Pondasi akan tertekan ke bawah dan menghasilkan
suatu kesetimbangan plastis dalam bentuk zona segi tiga di bawah pondasi dengan sudut
ABC = BAC = 45 + /2. Gerakan bagian tanah ABC ke bawah mendorong tanah
diampingnya ke kesamping. Zona Rankine pasif ADE dan BGF akan terbentuk dengan
sudut DEA = GFB = 45 - /2. Transisi antara gerakan ke bawah bagian ABC dan
gerakan lateral bagian ADE dan BGF akan terjadi di sepanjang zona geser radial ACD
dan BCG. Kesetimbangan plastis akan terjadi pada permukaan EDCGF sedangkan sisa
tanah lainnya berada dalam kesetimbangan elastis.
Biasanya pondasi tidak diletakan pada permukaan tanah, dalam praktek diasumsikan
kenaikan geser tanah antara permukaan dan kedalaman Df diabaikan, tanah tersebut
hanya diperhitungkan sebagai beban yang menambah tekan merata q pada elevasi
pondasi, hal ini disebabkan tanah diatas elevasi pondasi biasanya lebih lemah, khususnya
jika diurug, daripada tanah pada tempat yang lebih dalam. Kapasitas dukung ultimit di
bawah pondasi menerus dapat dinyatakan dengan persamaan Terzaghi (1943),
qult = c Nc + q Nq + b N
, c, nilainya diambil di bawah pondasi.
dengan,
q = .Df
g nilanya diambil di atas elevasi pondasi.
Catatan
:
Untuk keamanan besar dapat digunakan rumus local shear failure, kapasitas dukung lebih
rendah, setlement tidak perlu dihitung.
Untuk lebih realistis setelah pengecekan terhadap qult (general shear failure), pondasi
perlu dichek terhadap setlement (hasil lab). Dapat juga hasil lab dibandingkan dengan uji
lapangan (SPT atau CPT). Hasil qult lab biasanya lebih besar dari qult lapangan
(pendekatan). Mengapa hasil qult lapangan nilainya lebih rendah ? karena teorinya hanya
sederhana, tanah dibagi menjadi tanah kohesif dan non-kohesif.
Kondisi khusus,
Air dapat mengurangi kapasitas dukung tanah hingga -nya (Terzaghi), untuk pasir
pendapat ini terlalu kecil dan untuk lempung pendapat ini terlalu besar. Berdasar elevasi
MAT terhadap pondasi nilai qult menjadi,
Sebenarnya perlu juga koreksi nilai dan c selain nilai akibat adanya M.A.T, namun di
lapangan dapat digunakan nilai dan c terlemah.
KAPASITAS DUKUNG TANAH DI ATAS TANAH BERLAPIS
Tanah tak padat di atas tanah yang lebih padat.
Jika tanah kurang padat lebih tebal gunakan kapasitas dukung lapisan tsb.
Jika tanah kurang padat lebih tipis pengaruh lapisan yang lebih padat.
Tanah lebih padat di atas tanah kurang padat.
Jika tanah lebih padat tebal kapasitas dukung tanah yang lebih padat dan chek
setlement lapisan kurang padat.
Jika tanah lebih padat tipis -- pertimbangkan patah pons (pada lap. Cadas)
jika pondasi diletakan diatas lap.cadas sehingga gunakan kapasitas dukung lapisan
kurang padat.
=============
ALTERNATIF PEMILIHAN PONDASI
I. Perencanaan Pondasi
Dalam menentukan perencanaan pondasi suatu bangunan ada 2 hal yang harus
diperhatikan pada tanah bagian bawah pondasi :
Daya dukung tanah yang diizinkan.
Besarnya penurunan pondasi
2 Faktor diatas menentukan stabilitas bangunan yang berdiri. Tegangan akibat adanya
bangunan diatas harus mampu dipikul oleh lapisan tanah dibawah pondasi dan harus
aman dari keruntuhan. Dalam hitungan daya dukung umumnya digunakan faktor aman 3
(sf 3). Besarnya penurunan pondasi bangunan tidak boleh melebihi batas toleransi.
khususnya penurunan yang tidak seragam (defferential settlement) harus tidak
mengakibatkan kerusakan pada struktur. Pondasi harus diletakkan pada kedalaman yang
cukup untuk menanggulangi resiko erosi permukaan, kembang susut tanah dan gangguan
permukaan lainnya.
II.
Rumus Daya Dukung Tanah
Banyak rumus yang dapat dipakai untuk mendisain Pondasi. Pilihan yang dipakai sangat
tergantung dari kebiasaan seseorang dalam perencanaan pondasi dan data-data tanah yang
tersedia.Kami hanya akan membatasi pada rumus pondasi dangkal dan pondasi dalam
tunggal. Kedua jenis pondasi ini sering ditemui di lapangan.
Peck dkk membedakan pondasi dalam dan pondasi dangkal dari nilai kedalaman (Df/B):
Df/B > 4 : Pondasi dalam
Df/B 1 : Pondasi Dangkal
Dimana
Df : Nilai Kedalaman Pondasi
B : Lebar Pondasi
Nc
Nq
Nc'
Nq'
N'
5,7
1,0
0,0
5,7
7,3
1,6
0,5
6,7
1,4
0,2
10
9,6
2,7
1,2
1,9
0,5
15
12,9
4,4
2,5
9,7
2,7
0,9
20
17,7
7,4
5,0
11,8
3,9
1,7
25
25,1
12,7
9,7
14,8
5,6
3,2
30
37,2
22,5
19,7
19
8,3
5,7
34
52,6
36,5
35,0
23,7
11,7
35
57,8
41,4
42,4
25,2
12,6
10,1
40
95,7
81,3
100,4
34,9
20,5
18,8
45
172,3
173,3
297,5
51,2
35,1
37,7
48
258,3
287,9
780,1
66,8
50,5
60,4
50
347,6
415,1
1153,2
81,3
65,6
87,1
- Rumus Meyerhof
Bila memakai data pengujian Sondir
qult = qc. B. (1 + D/B). 1/40
Dimana :
qult = Daya Dukung Ultimit Tanah
qC = Nilai Conus
B = Lebar Pondasi (dianggap 1 meter)
D= Kedalaman Dasar Pondasi
Setelah kita mendapatkan nilai daya dukung Ultimit Tanah (qult) , Langkah selanjutnya
menghitung daya dukung ijin tanah yaitu :
q = qult / Sf
dimana :
q = Daya Dukung ijin tanah
qult = Daya Dukung Tanah Ultimit
Sf = Faktor Keamanan biasanya nilainya diambil 3
Daya dukung ijin tanah dapat juga dihitung langsung dengan cara :
q = qc/40 (untuk besaran B sembarang),
dimana :
q = Daya Dukung ijin tanah
qc = Nilai Konus
Driven Pile
0,375
0,600
0,15
0,375
Chalk
0,200
0,400
a.
Rumus Daya Dukung lekatan (qs)
qs = .JHp. As
dimana :
qs = Daya Dukung lekatan
JHP = Nilai Hambatan Pelekat (dari uji Sondir)
As = Selimut tiang
b. Rumus Daya Dukung Batas dan Daya dukung ijin
qult = qe +.qs
Dimana :
qult = Daya Dukung Tanah Ultimit
qe = Daya Dukung Ujung Tiang
qs = Daya Dukung Lekatan
Setelah kita mendapatkan nilai daya dukung Ultimit Tanah (qult) , Langkah selanjutnya
menghitung daya dukung ijin tanah yaitu :
q = qult / Sf
dimana :
q = Daya Dukung ijin tanah
Sf = Faktor Keamanan biasanya nilainya diambil 3