Disusun Oleh :
John Junior
11-2014-040
Pembimbing:
Dr F.X. Widiarso, Sp.OG
STATUS OBSTETRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No. 6. Kebon Jeruk- Jakarta Barat
SMF OBSTETRI RS MARDI RAHAYU KUDUS
Nama
: John Junior
NIM
: 11.2014.040
Tanda tangan
: 30 Tahun
Pekerjaan
: Tano
Alamat
Anamnesis
Dilakukan autoanamnesis tanggal 16 Juli 2015 Pukul 23.00 WIB
Keluhan utama :
Keluar rembesan air ketuban sejak sore
Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang dengan keluhan keluar rembesan air ketuban sejak sore hari. Keluhan
ini disertai perut terasa kencang. Saat ini os sedang hamil 39 minggu. Os datang
dengan rujukan dari bidan sekitar tempat tinggal os dengan kondisi kehamilan
berupa letak sungsang. Os mengatakan bahwa selama ini sudah rutin kontrol
kehamilan ke bidan.
Os tidak mengeluhkan adanya demam,pusing, mual, muntah, dan mata
berkunang. Os tidak memiliki riwayat keguguran sebelumnya. Os juga tidak
Riwayat Kehamilan:
ANC rutin di bidan, masalah yang ditemukan saat kehamilan 8 bulan sampai 9
bulan posisi janin letak sungsang.
Riwayat Haid:
Menarche
: 14 Tahun
Siklus
: 28 hari
Lama
: 7 hari
HPHT
: 18 Oktober 2014
HPL
: 25 Juli 2015
- Perkawinan
:1 kali
- Menikah usia
: 28 tahun
- Lama menikah
: 1 tahun
- Riwayat KB
:-
- ANC
: teratur ke bidan
Usia
Jenis
Penyu
penolo
Jenis
BB/TB
Umur
Mas
ke
kehami
persali
lit
ng
kelami
lahir
sekaran
lan
Hamil
nan
Nifas
ini
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak pernah menderita penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis, asma
dan alergi.
Hubungan
Umur
Jenis kelamin
Keadaan
Penyebab
kesehatan
meninggal
Ayah
48 tahun
Laki-laki
Hidup
Ibu
45 tahun
Perempuan
Hidup
Suami
22 tahun
Laki-laki
Hidup
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Kesadaran
: Baik
: Compos mentis
Tekanan darah
: 130/90 mmHg
Nadi
: 103x/menit
Pernafasan
: 20x/menit
Suhu
: 36,5oC
Mata
Jantung
Paru
Abdomen
Genitalia
Ekstremitas
Status Obstetrikus
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
Auskultasi
B/+
Waktu perdarahan/BT
1.00 menit
(N : 1-3)
Waktu pembekuan/CT
4.30 menit
(N : 2-6)
Hemoglobin
12,9 g/dL
(N : 11,7 15,5)
Leukosit
10,04 ribu
(N : 4.500 12.500)
Hematokrit
38,50%
Trombosit
297.000
(N : 150.000-440.000)
negatif(-)
(N : negatif (-))
(N : 36-46)
Imunoserologi
HbsAg
Ringkasan
Os datang dengan keluhan keluar rembesan ketuban sejak sore hari. Keluhan ini
disertai perut terasa kencang. Saat ini os sedang hamil 39 minggu. Os datang
dengan rujukan dari bidan sekitar tempat tinggal os dengan kondisi kehamilan
berupa letak sungsang Os mengatakan bahwa selama ini sudah rutin kontrol
kehamilan ke bidan.
Os tidak mengeluhkan adanya demam,pusing, mual, muntah, dan mata
berkunang. Os tidak memiliki riwayat keguguran sebelumnya. Os juga tidak
memiliki riwayat trauma selama kehamilan. Os mengatakan hari pertama haid
terakhir adalah tanggal 18 Oktober 2014.
Menarche
: 14 Tahun
Siklus
: 28 hari
Lama
: 7 hari
HPHT
: 18 Oktober 2014
HPL
: 25 Juli 2015
Inspeksi
Leopold II
Leopold IV
Auskultasi
letak sungsang
Rencana pengelolaan
Sikap: Pengawasan 10
Infus RL 25 tpm
Puasa pro Sectio caesarea
Prognosis
Power
: ad bonam
Passage
Passanger
: ad bonam
: ad bonam
Follow Up
Tanggal 16 Juli 2015, Jam 24.00
S : Perut terasa kencang-kencang
O : KU : baik
kesadaran: CM
TD : 130 / 90 mmHg
RR: 20 x/menit
HR : 103 x/menit
T : 36,5C
Kontrol perdarahan, perdarahan (), adneksa kanan dan kiri dalam batas
normal
Jahit peritoneum dengan plain catgut no 0
Jahit otot dengan plain catgut no 0
Jahit fascia dengan safil no 2
Jahit lemak subkutan dengan plain catgut no 2-0
Jahit kulit dengan jahitan subkutan safil no 3.0
Perdarahan selama op 300 cc
Tindakan selesai
Kaltrofen 2 x 1 IV
: 110/70 mmHg
RR
: 22 x/ menit
Mata
C/P
Mammae
Abdomen
:
:
:
:
N
S
:88 x / menit
:36.4o C
uterus baik
TFU
: 2 Jari di bawah pusat
PPV
: Lochea (+)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
Hemoglobin post operasi : 10,10 g/ dl
A
Mammae
Abdomen
uterus baik
TFU
PPV
Ekstremitas
A:
PIA0 Post SC
P:
- Tirah baring
-
uterus baik
TFU
: 2 Jari di bawah pusat
PPV
: Lochea (+)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
A
Tinjauan Pustaka
PENDAHULUAN
Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal merupakan yang
paling penting untuk menilai keberhasilan program kesehatan ibu dan anak.
Kematian perinatal pada letak sunsang dibanding dengan letak belakang kepala
rata-rata kali lebih banyak.
Angka kematian bayi pada persalinan letak sunsang lebih tinggi bila
dibandingakan dengan letak kepala. Dirumah sakit Karjadi Semarang, Rumah
sakit umum Dr. Pringadi Medan dan Rumah sakit Hasan Sadikin Bandung
didapatkan angka kematian perinatal masing-masing 38,5%, 29,4% dan 16,8%.
Eastman melaporkan angka-angka kematian perinatal antara 12-14%. Sebab
kematian
perinatal
yang
terpenting
ialah
premeturitas
dan
penanganan
Definisi
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri
(1)
. Tipe letak sungsang yaitu: Frank breech (50-70%) yaitu kedua tungkai fleksi ;
Complete breech (5-10%) yaitu tungkai atas lurus keatas, tungkai bawah
ekstensi ; Footling (10-30%) yaitu satu atau kedua tungkai atas ekstensi,
presentasi kaki
PREVALENSI
Kejadian
(2)
presentasi
bokong
ditemukan
sekitar
3-4%
dari
seluruh
persalinan tunggal.(1-3) Presentasi bokong adalah suatu keadaan pada letak janin
memanjang dimana presentasi bokong dengan atau tanpa kaki merupakan
bagian terendahnya. Angka kejadiannya adalah 3-4% dari seluruh kehamilan.
Beberapa
peneliti
lain
seperti
Greenhill
(1)
melaporkan
kejadian
(1-3)
persalinan
136.256 persalinan tunggal dari tahun 1990 sampai 1999 merupakan letak
sungsang
(1)
(1,2,4)
Etiologi
Faktor predisposisi dari letak sungsang adalah prematuritas, abnormalitas
uterus (malformasi, fibroid), abnormalitas janin (malformasi CNS, massa pada
leher,
aneploid),
overdistensi
uterus
(kehamilan
ganda,
polihidramnion),
(4)
Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah
air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan
leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi
kepala, letak sungsang atau letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah
air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih
besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih
luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di
segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada
kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan
pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi
kepala. Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka
berada dalam posisi sungsang.
Tanda dan gejala
Kehamilan dengan letak sungsang seringkali oleh ibu hamil dinyatakan
bahwa kehamilannya terasa lain dari kehamilan sebelumnya, karena perut terasa
penuh dibagian atas dan gerakan lebih banyak dibagian bawah. Pada kehamilan
pertama kalinya mungkin belum bisa dirasakan perbedaannya. Dapat ditelusuri
dari riwayat kehamilan sebelumnya apakah ada yang sungsang.
Pada pemeriksaan luar berdasarkan pemeriksaan Leopold ditemukan
bahwa Leopold I difundus akan teraba bagian yang keras dan bulat yakni kepala.
Leopold II teraba punggung disatu sisi dan bagian kecil disisi lain. Leopold III-IV
teraba bokong dibagian bawah uterus. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat
dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat
digerakkan semudah kepala. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan
setinggi pusat atau sedikit lebih tinggi daripada umbilicus.
Pada
pemeriksaan
dalam
pada
kehamilan
letak
sungsang
apabila
didiagnosis dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat oleh karena dinding
perut tebal, uterus berkontraksi atau air ketuban banyak. Setelah ketuban pecah
dapat lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan adanya sakrum, kedua
tuberositas iskii dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan
tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari
vang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih
sama dengan panjang telapak tangan. Pada persalinan lama, bokong mengalami
edema sehingga kadang-kadang sulit untuk membedakan bokong dengan muka.
Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan bokong dengan muka karena jari
yang akan dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan otot, sedangkan jari
yang dimasukkan kedalam mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa
ada hambatan, mulut dan tulang pipi akan membentuk segitiga, sedangkan anus
dan tuberosis iskii membentuk garis lurus. Pada presentasi bokong kaki
sempurna, kedua kaki dapat diraba disamping bokong, sedangkan pada
presentasi bokong kaki tidak sempuma hanya teraba satu kaki disamping
bokong. Informasi yang paling akurat berdasarkan lokasi sakrum dan prosesus
untuk diagnosis posisi.
Diagnosis
Diagnosis letak bokong dapat ditentukan dengan persepsi gerakan janin
oleh ibu, pemeriksaan Leopold, auskultasi denyut jantung janin di atas umbilikus,
pemeriksaan dalam dan pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan jika masih ada keragu-raguan dari pemeriksaan luar dan
dalam,
(1,2,4)
Jenis Persalinan
Untuk memilih jenis persalinan pada letak sungsang Zatuchni dan Andros
telah membuat suatu indeks prognosis untuk menilai apakah persalinan dapat
dilahirkan pervaginam atau perabdominal. Jika nilai kurang atau sama dengan 3
dilakukan persalinan perabdominal, jika nilai 4 dilakukan evaluasi kembali secara
cermat, khususnya berat badan janin; bila nilai tetap dapat dilahirkan
pervaginam, jika nilai lebih dari 5 dilahirkan pervaginam
(5)
sungsang
hiperekstensi
adalah
dan
frank
taksiran
atau
berat
bokong
janin
komplit,
2500-3600
kepala
gram
fetus
serta
tidak
tindakan
pervaginam
dilakukan
jika
tidak
ada
hambatan
pada
Persalinan bokong
1. Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring.
2. Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul, terjadi putaran paksi
dalam sehingga trokanter depan berada di bawah simfisis.
3. Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut, sehingga
distansia bitrokanterika janin berada di pintu bawah panggul.
4. Terjadi persalinan bokong, dengan trokanter depan sebagai hipomoklion.
5. Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin untuk
persalinan trokanter depan, sehingga seluruh bokong janin lahir.
6. Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke arah perut
ibu.
7. Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah lahir.
Persalinan bahu
1. Bahu janin memasuki pintu atas panggul dalam posisi melintang atau
miring.
2. Bahu belakang masuk dan turun sampai mencapai dasar panggul.
3. Terjadi putar paksi dalam yang menempatkan bahu depan dibawah
simpisis dan bertindak sebagai hipomoklion.
4. Bahu belakang lahir diikuti lengan dan tangan belakang.
5. Penurunan dan persalinan bahu depan diikuti lengan dan tangan depan
sehingga seluruh bahu janin lahir.
6. Kepala janin masuk pintu atas panggul dengan posisi melintang atau
miring.
7. Bahu melakukan putaran paksi dalam.
oleh
simfisis
kemudian
terjadi
putar
paksi
dalam
dan
bokong
(frank
bokong
kaki
breech)
2. Presentasi
sempurna
(complete
breech)
3. Presentasi bokong kaki tidak
sempurna
dan
presentasi
dalam
posisi
dasar
panggul,
trokanter
depan
Penurunan
bokong
dengan
distansia
Terjadi
persalinan
dengan
bokong,
trokanter
depan
sebagai hipomoklion.
terjadi
fleksi
untuk
trokanter
depan,
lateral
persalinan
sehingga
dan
bokong
bawah perut.
Penurunan
bokong
Jika
kaki
janin
telah
keluar,
dan
bagian
abduksi
badan
sehingga
lainnya
dapat
mencapai
pelvic
dilahirkan.
Bahu
janin
'gutter'
(jalan
sempit)
dan
pada
diameter
Secara
simultan,
bokong
pada
tepi
diametertransversal.Penurunan
Persalinan pervaginam
(2,3,4,6,7,8,9)
pada fase
PAP,
sehingga kemungkinan tali pusat terjepit.
3. Tahap lama : lahirnya mulut sampai seluruh
bagian
ruangan yang
tekanannya
lebih
rendah
untuk
menghindari
pendarahan
mulai
membuka
vulva,
disuntikkan
2-5
unit
oksitosin
dengan
gaya
berat
badan
janin.
Bersamaan
dengan
Kerugian :
Terjadi kegagalan sebanyak 5-10% jika panggul sempit, janin besar, jalan
lahir kaki, misalnya primigravida lengan menjungkit atau menunjuk.
fossa cubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolaholah lengan bawah mengusap muka janin.
4. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin
diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah
sehingga punggung janin mendekati punggung ibu.
5. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.
6. Jika lengan depan sukar dilahirkan, maka harus diputar menjadi lengan
belakang. Gelang bahu dan lengan yang sudah lahir dicengkram dengan
kedua tangan penolong sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari tangan
penolong terletak di punggung dan sejajar dengan sumbu badan janin
sedang jari-jari lain mencengkram dada. Putaran diarahkan ke perut dan
dada janin sehingga lengan depan terletak di belakang kemudian lengan
dilahirkan dengan cara yang sama.
Cara Mueller
1. Prinsipnya : melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dengan
ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang.
2. Bokong janin dipegang secara femuro-pelviks, yaitu kedua ibu jari
penolong diletakkan sejajar spina sacralis media dan jari telunjuk pada
crista illiaca dan jari-jari lain mencengkram paha bagian depan. Badan
janin ditarik curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak
dibawah simpisis, dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan di
bawahnya.
3. Setelah bahu depan dan lengan depan lahir, maka badan janin yang masih
dipegang secara femuro-pelviks ditarik ke atas sampai bahu ke belakang
lahir. Bila bahu belakang tak lahir dengan sendirinya, maka lengan
belakang dilahirkan dengan mengait lengan bawah dengan kedua jari
penolong.
Keuntungan :
Tangan penolong tidak masuk jauh ke dalam jalan lahir sehingga bahaya
infeksi minimal.
Cara louvset :
1. Prinsipnya : memutar badan janin dalam setengah lingkaran bolak-balik
sambil dilakukan traksi awam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya
berada dibelakang akhirnya lahir dibawah simpisis.
2. Badan janin dipegang secara femuro-pelviks dan sambil dilakukan traksi
curam ke bawah, badan janin diputar setengah lingkaran, sehingga bahu
belakang menjadi bahu depan. Kemudian sambil dilakukan traksi, badan
janin diputar lagi ke arah yang berlawanan setengah lingkaran. Demikian
seterusnya bolak-balik sehingga bahu belakang tampak di bawah simpisis
dan lengan dapat dilahirkan.
bawah,
belakang.
Setelah
suboksiput
janin
ditarik
curam
kebawah
sampai
pusat
lahir.
Selanjutnya
untuk
dilakukan
cara
pada
letak
bokong
sukar
Jari
menurunkan
telunjuk
tangan
penolong yang searah bagian kecil janin dimasukkan ke dalam jalan lahir dan
diletakkan di pelipatan paha depan. Dengan jari telunjuk ini pelipatan paha
dikait dan ditarik curam kebawah, sehingga trokhanter tampak dibawah
simpisis, maka jari telunjuk penolong yang lain segera mengait pelipatan
paha ditarik curam kebawah sampai bokong lahir. Setelah bokong lahir,
bokong dipegang secara femuro-pelviks kemudian janin dapat dilahirkan
dengan cara manual aid.
Prosedur persalinan sunggang perabdominan
Beberapa kriteria yang dipakai pegangan bahwa letak sungsang harus
perabdominam adalah :
1. Primigravida tua
2. Nilai sosial tinggi
3. Riwayat persalinan yang buruk
4. Janin besar, lebih dari 3,5-4 kg
5. Dicurigai kesempitan panggul
6. Prematuritas
Zatuchni dan Andros telah membuat suatu indeks prognosis untuk menilai
lebih tepat apakah persalinan dapat dilahirkan pervaginam atau perabdominan,
sebagai berikut :
(2,3,8,10)
Paritas
Umur kehamilan
Taksiran Berat Janin
0
Primigravida
>39 mgg
>3630 gr
1
Multigravida
38 mgg
3629 gr 3176
Tidak
<2 cm
gr
1x
3 cm
2
< 37 mgg
< 3176 gr
>2x
>4 cm
Station
<-3
<-2
-1
atau
lebih
rendah
Arti nilai :
< 3 persalinan perabdomen
4 evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin bila nilainya
tetap maka dapat dilahirkan pervaginam
> 5 dilahirkan pervaginam(10)
KOMPLIKASI
Komplikasi persalinan letak sungsang antara lain:
1. Dari faktor ibu:
Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta.
Perdarahan
seperti
perdarahan
intracranial,
edema
intracranial,
PROGNOSIS
Angka kematian
letak
sungsang
lebih
tinggi bila
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, F.G et al. 2005. Breech Presentation and Delivery In: Williams
Obstetrics.22st edition. New York: Mc Graw Hill Medical Publising Division, 509536.
2. Kampono,
Nugroho,
dkk.
2008.
Persalinan
Sungsang.
Available
from:
2000:478-90.
4. Giuliani A, Scholl WMJ, Basver A, Tamussino KF. Mode of delivery and outcome
of 699 term singleton breeech deliveries at a single center. Am J Obstet
Gynecol 2002;187:1694-8.
5. Manuaba,
I.B.
1995.
Persalinan
Sungsang
dalam:
Operasi
Kebidanan
1983;15-33.
7. Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2006. Letak Sungsang, dalam Ilmu kebidanan, edisi
keenam. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 606-622
8. Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan edisi pertama,
cetakan kelima. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 103132.
9. Wiknjosastro H. 2002. Patologi Persalinan dan Penanganannya dalam Ilmu
Kebidanan, edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka: 607-622.