Anda di halaman 1dari 27

LETAK SUNGSANG

Disusun Oleh :
John Junior
11-2014-040

Pembimbing:
Dr F.X. Widiarso, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK KEBIDANAN DAN PENYAKIT


KANDUNGAN
RS MARDI RAHAYU
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRIDA WACANA
PERIODE 29 JUNI - 5 SEPTEMBER 2015

STATUS OBSTETRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No. 6. Kebon Jeruk- Jakarta Barat
SMF OBSTETRI RS MARDI RAHAYU KUDUS
Nama

: John Junior

NIM

: 11.2014.040

Tanda tangan

Dr pembimbing / penguji : Dr. F.X. Widiarso,Sp.OG


IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny. S
Umur : 29 Tahun
Status perkawinan : Kawin (GI00A0)
Pekerjaan : Tani
Alamat : Kutuk RT. 01 RW. 05

Jenis kelamin : Perempuan


Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Masuk Rumah Sakit :16-07-2015

Kutuk, Undaan, Kudus

Pukul 22.30 WIB

Nama suami : Tn. Z


Umur

: 30 Tahun

Pekerjaan

: Tano

Alamat

: Kutuk RT. 01 RW. 05 Kutuk, Undaan, Kudus.

Anamnesis
Dilakukan autoanamnesis tanggal 16 Juli 2015 Pukul 23.00 WIB
Keluhan utama :
Keluar rembesan air ketuban sejak sore
Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang dengan keluhan keluar rembesan air ketuban sejak sore hari. Keluhan
ini disertai perut terasa kencang. Saat ini os sedang hamil 39 minggu. Os datang
dengan rujukan dari bidan sekitar tempat tinggal os dengan kondisi kehamilan
berupa letak sungsang. Os mengatakan bahwa selama ini sudah rutin kontrol
kehamilan ke bidan.
Os tidak mengeluhkan adanya demam,pusing, mual, muntah, dan mata
berkunang. Os tidak memiliki riwayat keguguran sebelumnya. Os juga tidak

memiliki riwayat trauma selama kehamilan. Os mengatakan hari pertama haid


terakhir adalah tanggal 18 Oktober 2014.

Riwayat Kehamilan:
ANC rutin di bidan, masalah yang ditemukan saat kehamilan 8 bulan sampai 9
bulan posisi janin letak sungsang.
Riwayat Haid:
Menarche

: 14 Tahun

Siklus

: 28 hari

Lama

: 7 hari

HPHT

: 18 Oktober 2014

HPL

: 25 Juli 2015

- Perkawinan

:1 kali

- Menikah usia

: 28 tahun

- Lama menikah

: 1 tahun

- Riwayat KB

:-

- ANC

: teratur ke bidan

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


Hamil

Usia

Jenis

Penyu

penolo

Jenis

BB/TB

Umur

Mas

ke

kehami

persali

lit

ng

kelami

lahir

sekaran

lan
Hamil

nan

Nifas

ini
Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak pernah menderita penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis, asma
dan alergi.

OS tidak memiliki riwayat operasi sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit jantung, darah tinggi,
kencing manis, asma dan alergi.

Hubungan

Umur

Jenis kelamin

Keadaan

Penyebab

kesehatan

meninggal

Ayah

48 tahun

Laki-laki

Hidup

Ibu

45 tahun

Perempuan

Hidup

Suami

22 tahun

Laki-laki

Hidup

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Kesadaran

: Baik
: Compos mentis

Tekanan darah

: 130/90 mmHg

Nadi

: 103x/menit

Pernafasan

: 20x/menit

Suhu

: 36,5oC

Mata

: Konjungtiva anemis -/- , Sklera ikterik -/-

Jantung

: BJ I-II reguler murni, gallop (-), murmur (-)

Paru

: Suara napas dasar vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen

: Tampak membuncit sesuai massa kehamilan, tampak linea


nigra, dan striae gravidarum. BU (+), Nyeri tekan (-).

Genitalia

: Lihat status obstetrikus

Ekstremitas

: Edema -/-, akral hangat+/+

Status Obstetrikus
Pemeriksaan Luar
Inspeksi

:Membuncit sesuai usia kehamilan, tampak linea nigra dan striae


gravidarum. Sikatrik tidak ada.

Tinggi fundus uteri 32 cm


Tafsiran Berat Janin: (32-11) x 155= 3.255 gram
Leopold I

:teraba bagian bulat, melenting, dan keras di sebelah atas.

Leopold II

: teraba bagian memanjang dan keras di sebelah kiri, dan teraba


bagian terkecil di sebelah kanan.

Leopold III

: teraba bulat, lunak, dan tidak melenting

Leopold IV

: bokong sudah masuk PAP

Auskultasi

: denyut jantung janin (+) 147 x/menit

His (+) 2x dalam 10 menit selama 20 detik.


Pemeriksaan dalam:
pembukaan 3cm, effacement 25%, KK (-)
bagian bawah janin bokong, hodge I
teraba sacrum
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin
Golongan darah/Rh

B/+

Waktu perdarahan/BT

1.00 menit

(N : 1-3)

Waktu pembekuan/CT

4.30 menit

(N : 2-6)

Hemoglobin

12,9 g/dL

(N : 11,7 15,5)

Leukosit

10,04 ribu

(N : 4.500 12.500)

Hematokrit

38,50%

Trombosit

297.000

(N : 150.000-440.000)

negatif(-)

(N : negatif (-))

(N : 36-46)

Imunoserologi

HbsAg

Ringkasan
Os datang dengan keluhan keluar rembesan ketuban sejak sore hari. Keluhan ini
disertai perut terasa kencang. Saat ini os sedang hamil 39 minggu. Os datang
dengan rujukan dari bidan sekitar tempat tinggal os dengan kondisi kehamilan
berupa letak sungsang Os mengatakan bahwa selama ini sudah rutin kontrol
kehamilan ke bidan.
Os tidak mengeluhkan adanya demam,pusing, mual, muntah, dan mata
berkunang. Os tidak memiliki riwayat keguguran sebelumnya. Os juga tidak
memiliki riwayat trauma selama kehamilan. Os mengatakan hari pertama haid
terakhir adalah tanggal 18 Oktober 2014.
Menarche

: 14 Tahun

Siklus

: 28 hari

Lama

: 7 hari

HPHT

: 18 Oktober 2014

HPL

: 25 Juli 2015

Inspeksi

: perut membuncit sesuai dengan umur kehamilan, Striae

gravidarum (+), linea nigra (+)


Palpasi

Tinggi fundus uteri 32 cm


Tafsiran Berat Janin: (30-11)x155= 3.255 gram
Leopold I

: teraba bagian bulat, melenting, dan keras di sebelah atas.

Leopold II

: teraba bagian memanjang dan keras di sebelah kiri dan teraba

bagian terkecil di sebelah kanan


Leopold III

: teraba bulat, lunak dan tidak melenting

Leopold IV

: bokong sudah masuk PAP

Auskultasi

: denyut jantung janin (+) 147x/menit

His (+) 2x dalam 10 menit selama 10 detik


Pemeriksaan dalam:
pembukaan 3 cm, effacement 25%, KK (-)
bagian bawah janin bokong, hodge I
teraba sacrum
Diagnosis Kerja

GIP0AO 29 tahun hamil 39 minggu

Janin I hidup intrauterin

Presentasi bokong, belum masuk PAP, puka

Inpartu kala I fase laten

letak sungsang

Rencana pengelolaan

VT : pembukaan 3cm, effacement 25%, KK (-)


Bagian bawah janin bokong, Hodge I
Teraba sacrum

Sikap: Pengawasan 10
Infus RL 25 tpm
Puasa pro Sectio caesarea

Prognosis

Power

: ad bonam

Passage
Passanger

: ad bonam
: ad bonam

Follow Up
Tanggal 16 Juli 2015, Jam 24.00
S : Perut terasa kencang-kencang
O : KU : baik

kesadaran: CM

TD : 130 / 90 mmHg

RR: 20 x/menit

HR : 103 x/menit

T : 36,5C

DJJ: 150 x/menit


HIS : 2x / 10 menit (10 detik)
PPV : (+) lendir darah
Tanda tanda inpartu kala I ( + )
VT :
3, KK ( - ) Eff 25%
Bagian bawah janin Bokong H I
Teraba Sacrum
A :GIP0A0, 29 tahun, hamil 39 minggu
Janin I hidup intrauterin
Presentasi bokong, sudah masuk PAP, puka
Inpartu kala I fase laten
letak sungsang
P :Evaluasi tiap 4 jam
Pengawasan 10
Operasi Sectio Caesarea
Tanggal 17 Juli 2015 jam 04.00
-

Insisi abdomen di linea mediana sepanjang 10 cm di atas symphisis


Insisi diperdalam lapis demi lapis hingga peritoneum terbuka
Tampak uterus sesuai umur hamil aterm
Buka plica vesica uterina semilunar
Insisi pada Segmen bawah rahim 10 cm
Tampak bayi letak sungsang, dilakukan ekstraksi bokong bayi, bayi dilahir
Bayi perempuan 3020 gram, 47 cm, Apgar score 9-10-10
Plasenta dilahirkan manual, kotiledon lengkap
Jahit SBR dengan chromic catgut no 2 jelugur
Over hecting dengan CC no 2

Kontrol perdarahan, perdarahan (), adneksa kanan dan kiri dalam batas

normal
Jahit peritoneum dengan plain catgut no 0
Jahit otot dengan plain catgut no 0
Jahit fascia dengan safil no 2
Jahit lemak subkutan dengan plain catgut no 2-0
Jahit kulit dengan jahitan subkutan safil no 3.0
Perdarahan selama op 300 cc
Tindakan selesai

Instruksi pasca tindakan


-

Infus RL/ Nacl / D5 25 tpm


Amoxsan 3x500 mg
Phospargin 2x1 gram IV

Kaltrofen 2 x 1 IV

cek Hb post operasi


tidur bantal tinggi

Follow Up Post Operasi


18 Juli 2015 pukul 07.00
S

: Nyeri luka bekas operasi

: Keadaan Umum: Tampak sakit sedang


Kesadaran : Compos mentis
TD

: 110/70 mmHg

RR

: 22 x/ menit

Mata
C/P
Mammae
Abdomen

:
:
:
:

N
S

:88 x / menit

:36.4o C

CA -/- SI -/BJ I-II murni reguler, SN Vesikuler +/+


Puting menonjol, ASI (-)
Supel, nyeri tekan (+), bising usus (-), kontraksi

uterus baik
TFU
: 2 Jari di bawah pusat
PPV
: Lochea (+)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
Hemoglobin post operasi : 10,10 g/ dl
A

: PIA0 post SC hari I atas indikasi letak sungsang

: tirah baring, terapi dilanjutkan

19 Juli 2015 pukul 07.00


S:
O:

Nyeri luka bekas operasi.


Keadaan Umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
TD
: 120/70 mmHg
RR
: 18x/menit
HR
: 80x/menit
T
: 37,0oC
Mata
: CA -/- SI -/C/P
: BJ I-II murni reguler, SN Vesikuler +/+

Mammae
Abdomen
uterus baik
TFU
PPV
Ekstremitas
A:
PIA0 Post SC
P:

: Puting menonjol, ASI (-)


: Supel, nyeri tekan (+), bising usus (-), kontraksi
: 2 Jari di bawah pusat
: Lochea (+)
: Akral hangat, edema (-)
hari II atas indikasi sungsang

- Tirah baring
-

Minum, makan bubur halus


Terapi dilanjutkan

20 Juli 2015 pukul 07.00


S

: Nyeri di tempat jahitan , pusing, mual

: Keadaan Umum: Tampak sakit sedang


Kesadaran : Compos mentis
TD
: 110/80 mmHg
RR
: 20x/menit
HR
: 89x/menit
T
: 36,6oC
Mata
: CA -/- SI -/C/P
: BJ I-II murni reguler, SN Vesikuler +/+
Mammae
: Puting menonjol, ASI (+)
Abdomen
: Supel, nyeri tekan (+), bising usus (-), kontraksi

uterus baik
TFU
: 2 Jari di bawah pusat
PPV
: Lochea (+)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
A

: PIA0 post SC hari III atas indikasi letak sungsang

: Mobilisasi, pasien pulang

Tinjauan Pustaka
PENDAHULUAN
Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal merupakan yang
paling penting untuk menilai keberhasilan program kesehatan ibu dan anak.
Kematian perinatal pada letak sunsang dibanding dengan letak belakang kepala
rata-rata kali lebih banyak.
Angka kematian bayi pada persalinan letak sunsang lebih tinggi bila
dibandingakan dengan letak kepala. Dirumah sakit Karjadi Semarang, Rumah
sakit umum Dr. Pringadi Medan dan Rumah sakit Hasan Sadikin Bandung
didapatkan angka kematian perinatal masing-masing 38,5%, 29,4% dan 16,8%.
Eastman melaporkan angka-angka kematian perinatal antara 12-14%. Sebab
kematian

perinatal

yang

terpenting

ialah

premeturitas

dan

penanganan

persalinan yang kurang sempurna, dengan akibat hipoksia atau perdarahan di


dalam tengkorak. Sedangkan hipoksia terjadi akibat terjepitnya tali pusat antara
kepala dan panggul pada waktu kepala memasuki rongga panggul serta akibat
retraksi uterus yang dapat menyebabkan lepasnya plasenta sebelum kepala
lahir. Selain itu bila janin bernafas sebelum hidung dan mulut lahir dapat
membahayakan, karena mucus yang terhisap dapat menyumbat jalan nafas.
Bahaya asfiksi janin juga terjadi akibat tali pusat menumbung, hal ini sering
dijumpai pada presentasi bokong kaki sempurna atau bokong kaki tidak
sempuran, tetapi jarng dijumpai pada presentasu bokong.
Bila didapatkan sipidi meskipun ringan dalam letak sunsang sangta
berbahaya. Adanya kesempitan panggul sudah harus di duga waktu pemeriksaan
antenatal khususnya pada primigrafida pada letak sunsang. Untuk itu harus
dilakukan pemeriksaan lebih teliti, termasuk pemeriksaan panggul rontgenology
atau MRI untuk men yingkirkan adanya kesempitan. Multiparitas dengan riwayat
obstetric yang baik, tidak selalu menjamin persalinan dalam letak sunsang akan
berlangsung lancar, janin yang besar dapat menyebabakna disproporsi meskipun
ukuran panggul normal.

Definisi
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri
(1)

. Tipe letak sungsang yaitu: Frank breech (50-70%) yaitu kedua tungkai fleksi ;

Complete breech (5-10%) yaitu tungkai atas lurus keatas, tungkai bawah
ekstensi ; Footling (10-30%) yaitu satu atau kedua tungkai atas ekstensi,
presentasi kaki

PREVALENSI
Kejadian

(2)

presentasi

bokong

ditemukan

sekitar

3-4%

dari

seluruh

persalinan tunggal.(1-3) Presentasi bokong adalah suatu keadaan pada letak janin
memanjang dimana presentasi bokong dengan atau tanpa kaki merupakan
bagian terendahnya. Angka kejadiannya adalah 3-4% dari seluruh kehamilan.
Beberapa

peneliti

lain

seperti

Greenhill

presentasi bokong sebanyak 4-4,5%.

(1)

melaporkan

kejadian

(1-3)

persalinan

Di Parkland Hospital 3,5 persen dari

136.256 persalinan tunggal dari tahun 1990 sampai 1999 merupakan letak

sungsang

(1)

. Sedangkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang sendiri pada

tahun 2003-2007 didapatkan persalinan presentasi bokong sebesar 8,63%.


Mortalitas perinatal : kematian perinatal 13 kali lebih tinggi daripada
kematian perinatal pada presentasi kepala. Morbiditas perinatal : 5-7 kali lebih
tinggi daripada presentasi kepala. Gambaran ini dipengaruhi usia kehamilan,
berat janin dan jenis presentasi bokong. Sebab utama kematian perinatal pada
presentasi bokong : hipoksia, trauma persalinan, prematuritas dan kelainan
kongenital. Kelainan kongenital terdapat 6-18% pada presentasi bokong,
dibandingkan 2-3% pada presentasi kepala

(1,2,4)

Etiologi
Faktor predisposisi dari letak sungsang adalah prematuritas, abnormalitas
uterus (malformasi, fibroid), abnormalitas janin (malformasi CNS, massa pada
leher,

aneploid),

overdistensi

uterus

(kehamilan

ganda,

polihidramnion),

multipara dengan berkurangnya kekuatan otot uterus, dan obstruksi pelvis


(plasenta previa, myoma, tumor pelvis lain). Fianu dan Vacclanova (1978)
mendapatkan dengan pemeriksaan USG bahwa prevalensi letak sungsang tinggi
pada implantasi plasenta pada cornu-fundal(1). Lebih dari 50 % kasus tidak
ditemukan faktor yang menyebabkan terjadinya letak sungsang

(4)

Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah
air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan
leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi
kepala, letak sungsang atau letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah
air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih
besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih
luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di
segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada

kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan
pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi
kepala. Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka
berada dalam posisi sungsang.
Tanda dan gejala
Kehamilan dengan letak sungsang seringkali oleh ibu hamil dinyatakan
bahwa kehamilannya terasa lain dari kehamilan sebelumnya, karena perut terasa
penuh dibagian atas dan gerakan lebih banyak dibagian bawah. Pada kehamilan
pertama kalinya mungkin belum bisa dirasakan perbedaannya. Dapat ditelusuri
dari riwayat kehamilan sebelumnya apakah ada yang sungsang.
Pada pemeriksaan luar berdasarkan pemeriksaan Leopold ditemukan
bahwa Leopold I difundus akan teraba bagian yang keras dan bulat yakni kepala.
Leopold II teraba punggung disatu sisi dan bagian kecil disisi lain. Leopold III-IV
teraba bokong dibagian bawah uterus. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat
dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat
digerakkan semudah kepala. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan
setinggi pusat atau sedikit lebih tinggi daripada umbilicus.
Pada

pemeriksaan

dalam

pada

kehamilan

letak

sungsang

apabila

didiagnosis dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat oleh karena dinding
perut tebal, uterus berkontraksi atau air ketuban banyak. Setelah ketuban pecah
dapat lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan adanya sakrum, kedua
tuberositas iskii dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan
tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari
vang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih
sama dengan panjang telapak tangan. Pada persalinan lama, bokong mengalami
edema sehingga kadang-kadang sulit untuk membedakan bokong dengan muka.
Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan bokong dengan muka karena jari
yang akan dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan otot, sedangkan jari
yang dimasukkan kedalam mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa
ada hambatan, mulut dan tulang pipi akan membentuk segitiga, sedangkan anus
dan tuberosis iskii membentuk garis lurus. Pada presentasi bokong kaki
sempurna, kedua kaki dapat diraba disamping bokong, sedangkan pada
presentasi bokong kaki tidak sempuma hanya teraba satu kaki disamping

bokong. Informasi yang paling akurat berdasarkan lokasi sakrum dan prosesus
untuk diagnosis posisi.
Diagnosis
Diagnosis letak bokong dapat ditentukan dengan persepsi gerakan janin
oleh ibu, pemeriksaan Leopold, auskultasi denyut jantung janin di atas umbilikus,
pemeriksaan dalam dan pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan jika masih ada keragu-raguan dari pemeriksaan luar dan
dalam,

sehingga harus di pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan

ultrasonografik atau M R I ( M a g n e t i c R e s o n a n c e I m a g i n g ) . Pemeriksaan


ultrasonografik diperlukan untuk konfirmasi letak janin, bila pemeriksaan fisik
belum jelas, menentukan letak placenta, menemukan kemungkinan cacat
bawaan. Pada foto rontgen (bila perlu) untuk menentukan posisi tungkai
bawah, konfirmasi letak janin serta fleksi kepala, menentukan adanya kelainan
bawaan anak

(1,2,4)

Jenis Persalinan
Untuk memilih jenis persalinan pada letak sungsang Zatuchni dan Andros
telah membuat suatu indeks prognosis untuk menilai apakah persalinan dapat
dilahirkan pervaginam atau perabdominal. Jika nilai kurang atau sama dengan 3
dilakukan persalinan perabdominal, jika nilai 4 dilakukan evaluasi kembali secara
cermat, khususnya berat badan janin; bila nilai tetap dapat dilahirkan
pervaginam, jika nilai lebih dari 5 dilahirkan pervaginam

(5)

ALARM memberikan kriteria seleksi untuk partus pervaginam yaitu jenis


letak

sungsang

hiperekstensi

adalah

dan

frank

taksiran

atau

berat

bokong

janin

komplit,

2500-3600

kepala

gram

fetus

serta

tidak

tindakan

augmentasi dan induksi persalinan diperbolehkan pada janin letak sungsang.


Persalinan

pervaginam

dilakukan

jika

tidak

ada

hambatan

pada

pembukaan dan penurunan bokong. Syarat persalinan pervaginam pada letak


sungsang: bokong sempurna (complete) atau bokong murni (frank breech),
pelvimetri, klinis yang adekuat, janin tidak terlalu besar, tidak ada riwayat seksio
sesaria dengan indikasi CPD, kepala fleksi. Mekanisme persalinan letak sungsang
berlangsung melalui tiga tahap yaitu:

Persalinan bokong
1. Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring.
2. Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul, terjadi putaran paksi
dalam sehingga trokanter depan berada di bawah simfisis.
3. Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut, sehingga
distansia bitrokanterika janin berada di pintu bawah panggul.
4. Terjadi persalinan bokong, dengan trokanter depan sebagai hipomoklion.
5. Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin untuk
persalinan trokanter depan, sehingga seluruh bokong janin lahir.
6. Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke arah perut
ibu.
7. Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah lahir.

Persalinan bahu
1. Bahu janin memasuki pintu atas panggul dalam posisi melintang atau
miring.
2. Bahu belakang masuk dan turun sampai mencapai dasar panggul.
3. Terjadi putar paksi dalam yang menempatkan bahu depan dibawah
simpisis dan bertindak sebagai hipomoklion.
4. Bahu belakang lahir diikuti lengan dan tangan belakang.
5. Penurunan dan persalinan bahu depan diikuti lengan dan tangan depan
sehingga seluruh bahu janin lahir.
6. Kepala janin masuk pintu atas panggul dengan posisi melintang atau
miring.
7. Bahu melakukan putaran paksi dalam.

Persalinan kepala janin


1. Kepala janin masuk pintu atas panggul dalam keadaan fleksi dengan posisi
dagu berada dibagian posterior.
2. Setelah dagu mencapai dasar panggul, dan kepala bagian belakang
tertahan

oleh

simfisis

kemudian

terjadi

putar

paksi

dalam

dan

menempatkan suboksiput sebagai hipomiklion.


3. Persalinan kepala berturut-turut lahir: dagu, mulut, hidung, mata, dahi dan
muka seluruhnya.
4. Setelah muka, lahir badan bayi akan tergantung sehingga seluruh kepala
bayi dapat lahir.
5. Setelah bayi lahir dilakukan resusitasi sehingga jalan nafas bebas dari
lendir dan mekoneum untuk memperlancar pernafasan. Perawatan tali
pusat seperti biasa. Persalinan ini berlangsung tidak boleh lebih dari
delapan menit.

Mekanisme letak sungsang dapat dilihat dalam gambar berikut:


Tipe dari presentasi bokong:
1. Presentasi

bokong

(frank

bokong

kaki

breech)
2. Presentasi
sempurna

(complete

breech)
3. Presentasi bokong kaki tidak
sempurna

dan

presentasi

kaki (incomplete or footling)

Bokong masuk ke pintu atas


panggul

dalam

posisi

melintang atau miring.

Setelah trokanter belakang


mencapai

dasar

panggul,

terjadi putaran paksi dalam


sehingga

trokanter

depan

berada di bawah simfisis.

Penurunan

bokong

dengan

trokanter belakangnya berlanjut,


sehingga

distansia

bitrokanterika janin berada di


pintu bawah panggul.

Terjadi

persalinan

dengan

bokong,

trokanter

depan

sebagai hipomoklion.

Setelah trokanter belakang


lahir,
janin

terjadi

fleksi

untuk

trokanter

depan,

lateral

persalinan
sehingga

seluruh bokong janin lahir.

Jika bokong tidak mengalami


kemajuan selama kontraksi
berikutnya, episiotomi dapat
dilakukan

dan

bokong

dilahirkan dengan traksi ke

bawah perut.

Terjadi putar paksi luar, yang


menempatkan punggung bayi
ke arah perut ibu.

Penurunan

bokong

berkelanjutan sampai kedua


tungkai bawah lahir.

Jika

kaki

janin

telah

keluar,

penolong dapat menyusupkan


tangan sepanjang kaki anterior
dan melahirkan kaki dengan
flexi

dan

bagian

abduksi

badan

sehingga

lainnya

dapat

mencapai

pelvic

dilahirkan.

Bahu

janin

'gutter'

(jalan

sempit)

dan

melakukan putar paksi dalam


sehingga diameter biacromion
terdapat

pada

diameter

anteroposterior diameter pelvic


bagian luar.

Secara

simultan,

bokong

melakukan rotasi anterior 90o.


Kepala janin kemudian masuk
ke tepi pelvik, sutura sagitalis
berada

pada

tepi

diametertransversal.Penurunan

ke dalam pelvic terjadi dengan


flexi dari kepala.

Prinsip Dasar Persalinan Sungsang


1.

Persalinan pervaginam

(2,3,4,6,7,8,9)

a. Persalinan spontan; janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu


sendiri. Cara ini disebut Bracht.
b. Manual aid (partial breech extraction); janin dilahirkan sebagian
dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga
penolong.
c. Ektraksi sungsang (total breech extraction); janin dilahirkan seluruhnya
dengan memakai tenaga penolong.
2. Persalinan perabdominan (sectio caesaria).
Prosedur persalinan sungsang secara spontan :
1. Tahap lambat : mulai lahirnya bokong sampai
yang tidak berbahaya.

pusar merupakan fase

2. Tahap cepat : dari lahirnya pusar sampai


mulut,

pada fase

ini kepala janin masuk

PAP,
sehingga kemungkinan tali pusat terjepit.
3. Tahap lama : lahirnya mulut sampai seluruh
bagian

kepala, kepala keluar dari

ruangan yang

bertekanan tinggi (uterus) ke

dunia luar yang

tekanannya

lebih

rendah

sehingga kepala harus dilahirkan perlahanlahan

untuk

menghindari

pendarahan

intrakranial (adanya tentorium cerebellum).


Teknik persalinan
1. Persiapan ibu, janin, penolong dan alat yaitu cunam piper.
2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, penolong berdiri di depan vulva saat
bokong

mulai

membuka

vulva,

disuntikkan

2-5

unit

oksitosin

intramuskulus. Dilakukan episiotomi.


3. Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkram dengan cara Bracht,
yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jarijari lain memegang panggul.
4. Saat tali pusat lahir dan tampak teregang, tali pusat dikendorkan terlebih
dahulu.
5. Penolong melakukan hiperlordosis badan janin untuk menutupi gerakan
rotasi anterior, yaitu punggung janin didekatkan ke perut ibu, gerakan ini
disesuaikan

dengan

gaya

berat

badan

janin.

Bersamaan

dengan

hiperlordosis, seorang asisten melakukan ekspresi kristeller. Maksudnya


agar tenaga mengejan lebih kuat sehingga fase cepat dapat diselesaikan.
Menjaga kepala janin tetap dalam posisi fleksi, dan menghindari ruang
kosong antara fundus uterus dan kepala janin, sehingga tidak terjadi
lengan menjungkit.
6. Dengan gerakan hiperlordosis, berturut-turut lahir pusar, perut, bahu,
lengan, dagu, mulut dan akhirnya seluruh kepala.
7. Janin yang baru lahir diletakkan diperut ibu.
Keuntungan :

Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga mengurangi


infeksi.

Mendekati persalinan fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin.

Kerugian :

Terjadi kegagalan sebanyak 5-10% jika panggul sempit, janin besar, jalan
lahir kaki, misalnya primigravida lengan menjungkit atau menunjuk.

Prosedur Manual Aid (partial breech extraction) :


Indikasi : jika persalinan secara bracht mengalami kegagalan misalnya terjadi
kemacetan saat melahirkan bahu atau kepala.
Tahapan :
1. Lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan tenaga ibu sendiri.
2. Lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong dengan cara
klasik (Deventer), Mueller, Louvset, Bickenbach.
3. Lahirnya kepala dengan cara Mauriceau (Veit Smellie), Wajouk, Wid and
Martin Winctel, Prague Terbalik, Cunan Piper.
Cara klasik :
1. Prinsip-prinsip melahirkan lengan belakang lebih dahulu karena lengan
belakang berada di ruangan yang lebih besar (sacrum), baru kemudian
melahirkan lengan depan di bawah simpisis tetapi jika lengan depan sulit

dilahirkan maka lengan depan diputar menjadi lengan belakang, yaitu


dengan memutar gelang bahu ke arah belakang dan kemudian lengan
belakang dilahirkan.
2. Kedua kaki janin dilahirkan dan tangan kanan menolong pada pergelangan
kakinya dan dielevasi ke atau sejauh mungkin sehingga perut janin
mendekati perut ibu.
3. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan
lahir dan dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai

fossa cubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolaholah lengan bawah mengusap muka janin.
4. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin
diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah
sehingga punggung janin mendekati punggung ibu.
5. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.
6. Jika lengan depan sukar dilahirkan, maka harus diputar menjadi lengan
belakang. Gelang bahu dan lengan yang sudah lahir dicengkram dengan
kedua tangan penolong sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari tangan
penolong terletak di punggung dan sejajar dengan sumbu badan janin
sedang jari-jari lain mencengkram dada. Putaran diarahkan ke perut dan
dada janin sehingga lengan depan terletak di belakang kemudian lengan
dilahirkan dengan cara yang sama.
Cara Mueller
1. Prinsipnya : melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dengan
ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang.
2. Bokong janin dipegang secara femuro-pelviks, yaitu kedua ibu jari
penolong diletakkan sejajar spina sacralis media dan jari telunjuk pada
crista illiaca dan jari-jari lain mencengkram paha bagian depan. Badan

janin ditarik curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak
dibawah simpisis, dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan di
bawahnya.
3. Setelah bahu depan dan lengan depan lahir, maka badan janin yang masih
dipegang secara femuro-pelviks ditarik ke atas sampai bahu ke belakang
lahir. Bila bahu belakang tak lahir dengan sendirinya, maka lengan
belakang dilahirkan dengan mengait lengan bawah dengan kedua jari
penolong.

Keuntungan :
Tangan penolong tidak masuk jauh ke dalam jalan lahir sehingga bahaya
infeksi minimal.
Cara louvset :
1. Prinsipnya : memutar badan janin dalam setengah lingkaran bolak-balik
sambil dilakukan traksi awam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya
berada dibelakang akhirnya lahir dibawah simpisis.
2. Badan janin dipegang secara femuro-pelviks dan sambil dilakukan traksi
curam ke bawah, badan janin diputar setengah lingkaran, sehingga bahu
belakang menjadi bahu depan. Kemudian sambil dilakukan traksi, badan
janin diputar lagi ke arah yang berlawanan setengah lingkaran. Demikian
seterusnya bolak-balik sehingga bahu belakang tampak di bawah simpisis
dan lengan dapat dilahirkan.

Cara Mauriceau (Veit-Smellie) :


1. Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam
jalan lahir. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan
jari ke 4 mencengkram fossa kanina, sedangkan jari lain mencengkeram
leher. Badan anak diletakkan di atas lengan bawah penolong, seolah-olah
janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ke 3 penolong yang lain
mencengkeram leher janin dari arah punggung.
2. Kedua tangan penolong menarik kepala

janin curam ke bawah sambil

seorang asisten melakukan ekspresi kristeller. Tenaga tarikan terutama


dilakukan oleh tangan penolong yang mencengkeram leher janin dari arah
punggung. Jika suboksiput tampak di bawah simpisis, kepala janin
diekspasi ke atas dengan suboksiput sebagai hipomoklion sehingga
berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata, dahi, ubun-ubun besar dan
akhirnya lahir seluruh kepala janin.

Cara cunam piper :


Pemasangan cunam pada after coming head tekniknya sama dengan
pemasangan lengan pada letak belakang kepala. Hanya pada kasus ini, cunam
dimasukkan pada arah bawah, yaitu sejajar pelipatan paha belakang. Hanya
pada kasus ini cunam dimasukkan dari
arah
paha

bawah,

yaitu sejajar pelipatan

belakang.

Setelah

suboksiput

tampak dibawah simpisis, maka cunam


dielevasi ke atas dan dengan suboksiput
sebagai hipomoklion berturut-turut lahir
dagu, mulut, muka, dahi dan akhirnya
seluruh kepala lahir.
Prosedur Ekstraksi Sungsang
1. Teknik ekstraksi kaki
Tangan dimasukkan ke dalam jalan lahir mencari kaki depan dengan
menelusuri bokong, pangkal paha sampai lutut, kemudian melakukan abduksi
dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi fleksi. Tangan yang
diluar mendorong fundus uterus ke bawah. Setelah kaki bawah fleksi
pergelangan kaki dipegang oleh jari kedua dan jari ketiga dan dituntun keluar
dari vagina sampai batas lutut. Kedua tangan memegang betis janin, kaki
ditarik curam kebawah sampai pangkal paha lahir. Pangkal paha dipegang
kemudian tarik curam ke bawah trokhanter depan lahir. Kemudian pangkal
paha dengan pegangan yang sama dielevasi keatas sehingga trokhanter
belakang lahir dan bokong pun lahir. Setelah bokong lahir maka untuk
melahirkan janin selanjutnya dipakai teknik pegangan femuro-pelviks, badan

janin

ditarik

curam

kebawah

sampai

pusat

lahir.

Selanjutnya

untuk

melahirkan badan janin yang


lainnya

dilakukan

cara

persalinan yang sama seperti


pada manual aid.
2. Teknik ekstraksi bokong
Dilakukan

pada

letak

bokong

murni (frank breech) dan bokong


sudah berada di dasar panggul
sehingga
kaki.

sukar

Jari

menurunkan

telunjuk

tangan

penolong yang searah bagian kecil janin dimasukkan ke dalam jalan lahir dan
diletakkan di pelipatan paha depan. Dengan jari telunjuk ini pelipatan paha
dikait dan ditarik curam kebawah, sehingga trokhanter tampak dibawah
simpisis, maka jari telunjuk penolong yang lain segera mengait pelipatan
paha ditarik curam kebawah sampai bokong lahir. Setelah bokong lahir,
bokong dipegang secara femuro-pelviks kemudian janin dapat dilahirkan
dengan cara manual aid.
Prosedur persalinan sunggang perabdominan
Beberapa kriteria yang dipakai pegangan bahwa letak sungsang harus
perabdominam adalah :
1. Primigravida tua
2. Nilai sosial tinggi
3. Riwayat persalinan yang buruk
4. Janin besar, lebih dari 3,5-4 kg
5. Dicurigai kesempitan panggul
6. Prematuritas
Zatuchni dan Andros telah membuat suatu indeks prognosis untuk menilai
lebih tepat apakah persalinan dapat dilahirkan pervaginam atau perabdominan,
sebagai berikut :

(2,3,8,10)

Paritas
Umur kehamilan
Taksiran Berat Janin

0
Primigravida
>39 mgg
>3630 gr

1
Multigravida
38 mgg
3629 gr 3176

Pernah letak sungsang


Pembukaan serviks

Tidak
<2 cm

gr
1x
3 cm

2
< 37 mgg
< 3176 gr
>2x
>4 cm

Station

<-3

<-2

-1

atau

lebih
rendah

Arti nilai :
< 3 persalinan perabdomen
4 evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin bila nilainya
tetap maka dapat dilahirkan pervaginam
> 5 dilahirkan pervaginam(10)
KOMPLIKASI
Komplikasi persalinan letak sungsang antara lain:
1. Dari faktor ibu:

Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta.

Infeksi karena terjadi secara ascendens melalui trauma (endometritits)

Trauma persalinan seperti trauma jalan lahir, simfidiolisis.

2. Dari faktor bayi:

Perdarahan

seperti

perdarahan

intracranial,

edema

intracranial,

perdarahan alat-alat vital intra-abdominal.

Infeksi karena manipulasi

Trauma persalinan seperti dislokasi/fraktur ektremitas, persendian leher,


rupture alat-alat vital intraabdominal, kerusakan pleksus brachialis dan
fasialis, kerusakan pusat vital di medulla oblongata, trauma langsung alatalat vital (mata, telinga, mulut), asfiksisa sampai lahir mati. 4

PROGNOSIS

Angka kematian

bayi pada persalinan

letak

sungsang

lebih

tinggi bila

dibandingkan dengan letak kepala. Di RS Karjadi Semarang, RS Umum Dr.


Pringadi Medan dan RS Hasan Sadikin Bandung didapatkan angka kematian
perinatal masing-masing 38,5%, 29,4% dan 16,8%. Eastmen melaporkan angkaangka kematian perinatal antara 12-14%. Sebab kematian perinatal yang
terpenting akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul pada waktu
kepala memasuki rongga panggul serta akibat retraksi uterus yang dapat
menyebabkan lepasnya placenta sebelum kepala lahir. Kelahiran kepala janin
yang lebih lama dari 8 menit umbilicus dilahirkan akan membahayakan
kehidupan janin. Selain itu bila janin bernafas sebelum hidung dan mulut lahir
dapat membahayakan karena mucus yang terhisap dapat menyumbat jalan
nafas. Bahaya asfiksia janin juga terjadi akibat tali pusat menumbung, hal ini
sering dijumpai pada presentasi bokong kaki sempurna atau bokong kaki tidak
sempurna, tetapi jarang dijumpai pada presentasi bokong. 7

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, F.G et al. 2005. Breech Presentation and Delivery In: Williams
Obstetrics.22st edition. New York: Mc Graw Hill Medical Publising Division, 509536.
2. Kampono,

Nugroho,

dkk.

2008.

Persalinan

Sungsang.

Available

from:

http://geocities.com/abudims/cklobpt9.html. (Accessed: 2008, October 26).


3. Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson JL. Malpresentation. In: Obstetrics normal and
problem pregnancies.

3rd ed. New York: Churchill Livingstone. Ltd.

2000:478-90.
4. Giuliani A, Scholl WMJ, Basver A, Tamussino KF. Mode of delivery and outcome
of 699 term singleton breeech deliveries at a single center. Am J Obstet
Gynecol 2002;187:1694-8.
5. Manuaba,

I.B.

1995.

Persalinan

Sungsang

dalam:

Operasi

Kebidanan

Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Dokter Umum. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC, 174-201.
6. Supono. Pimpinan persalinan letak sungsang. Dalam: Ilmu kebidanan bagian
patologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi/Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya/Rumah Sakit Umum Pusat dr. Mohammad Hoesin, Palembang,

1983;15-33.
7. Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2006. Letak Sungsang, dalam Ilmu kebidanan, edisi
keenam. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 606-622
8. Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan edisi pertama,
cetakan kelima. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 103132.
9. Wiknjosastro H. 2002. Patologi Persalinan dan Penanganannya dalam Ilmu
Kebidanan, edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka: 607-622.

Anda mungkin juga menyukai