Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Energi adalah proses fisika dari suatu objek, dapat berpindah melalui
interaksi fundamental, yang dapat diubah bentuknya namun tak dapat diciptakan
maupun dimusnahkan. Energi saat ini memiliki peranan yang penting dalam
pengembangan ekonomi nasional kiranya merupakan suatu hal yang tidak
dipersoalkan lagi, bahkan sering dianggap sebagai darah dalam kehidupan
ekonomi. Hal ini disadari oleh Negara-negara yang telah maju, maupun oleh
Negara yang sedang berkembang bahwa penggunaan energi secara tepat dan
berdaya guna tinggi merupakan syarat yang mutlak untuk meningkatkan kegiatan
ekonomi.
Seiring makin dirasakannya krisis sumberdaya energi, maka peran dari
sebuah alat penyimpan energi atau pembangkit energi menjadi sangat penting
akibat kebutuhan akan penggunaan energi yang efisien. Penggunaan energi di
Indonesia meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan
pertambahan penduduk, Sedangkan akses ke energi yang andal dan terjangkau
merupakan prasyarat utama untuk meningkatkan standar hidup masyarakat.
Secara umum, sektor energi saat ini menghadapi tantangan baik secara
global maupun nasional.terdapat banyak cara untuk bisa menghadapi krisis energi
di masa depan. Salah satu cara yang selalu diberikan adalah pemanfaatan energi
terbarukan. Namun, pemanfaatan energi terbarukan masih sangat relatif kecil. Hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor yang menjadi masalah, antara lain adalah
tingginya biaya investasi, birokrasi, insentif, dan subsidi dan harga jual produk
akhir energi terbarukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan energi fosil,
kurangnya pengetahuan dalam mengadaptasi fasilitas energi bersih, serta potensi
sumberdaya EBT pada umumnya kecil dan tersebar.
Melihat dari banyaknya dampak yang diberikan energi terhadap
kelangsungan hidup manusia ataupun dalam perkembangan ekonomi
pemerintahan, penulis melakukan penelitian dalam pembuatan pembangkit listrik
sederhana dengan mengandalkan reaksi elektrokimia yaitu khusus pada sel
galvani atau sel volta yang menggunakan air laut sebagai larutan elektrolit yang
merupakan sumber listrik. Melihat sumberdaya air laut yang begitu banyak di
Indonesia dapat diaplikasikan disetiap desa desa yang berada di daerah pesisir
Indonesia,dan melalui pengaplikasian tersebut diharapkan semua wilayah pesisir
Indonesia dapat memanfaatkan sumberdaya alam sekitar sebagai sumber listrik
utama.
1.2
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah;
1.3.1
Analisis rangkaian pembangkit listrik dengan prinsip sel volta
sehingga menghasilkan energi listrik maksimum.
1.3.2
Menerapkan pembangkit listrik dengan prinsip sel volta di daerah
pesisir.
1.4
Manfaat Penulisan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Air adalah zat pelarut yang bersifat sangat berdaya guna, yang mampu
melarutkan zat-zat lain dalam jumlah yang lebih besar daripada zat cair lain. Sifat
ini dapat dilihat dari banyaknya unsur-unsur pokok yang terdapat dalam air laut.
Diperkirakan hampir sebesar 48.000 triliun ton garam yang larut dalam air laut.
Garam-garaman tersebut terdiri dari sodium chloride sebesar 38.000 triliun ton,
Sulphates sebesar 3000 triliun ton, Magnesium sebesar 1.600 triliun ton,
Potassium sebesar 480 triliun ton, dan Bromide sebesar 80 triliun ton. Klorida
merupakan zat yang paling banyak terkandung dalam air laut sedangkan NaCl
merupakan zat klorida yang persentasenya lebih besar (Nybakken, 1992).
Salinitas adalah kadar garam terlarut dalam air. Satuan salinitas adalah per
mil (), yaitu jumlah berat total (gr) material padat seperti NaCl yang terkandung
dalam 1000 gram air laut (Wibisono, 2004). Salinitas merupakan bagian dari sifat
fisik kimia suatu perairan, selain suhu, pH, substrat dan lain-lain. Salinitas
dipengaruhi oleh pasang surut, curah hujan, penguapan, presipitasi dan topografi
suatu perairan. Akibatnya, salinitas suatu perairan dapat sama atau berbeda
dengan perairan lainnya, misalnya perairan darat, laut dan payau. Kisaran salinitas
air laut adalah 30-35, estuari 5-35 dan air tawar 0,5-5 (Nybakken, 1992).
2.1.2
Sel Elektrokimia
2.1.2.1
Sel Volta
Sel volta adalah penataan bahan kimia dan penghantar listrik yang
memberikan aliran elektron lewat rangkaian luar lewat suatu zat kimia yang
teroksidasi ke zat kimia yang direduksi. Dalam sel volta, oksidasi berarti
dilepaskannya elektron oleh atom, molekul atau ion dan reduksi berarti
diperolehnya elektron oleh partikel-partikel ini. (Keenan,1980:29).
Sebuah sel elektrokimia yang beroperasi secara spontan disebut sel galvani
atau sel volta. Sel ini mengubah energi kimia menjadi energi listrik yang dapat
digunakan untuk melakukan kerja (Oxtoby:1999). Sel elektrokimia yang
dibicarakan menghasilkan listrik sebagai hasil perubahan kimia spontan. Sel ini
disebut sel galvani (galvanic) atau volta (voltaic). Kemungkinan lain yang
dibicarakan kemudian adalah produksi perubahan kimia nonspontan melalui
pemakaian listrik (Petruci,1985: 12).
Hubungan listrik antara dua setengah-sel harus dilakukan dengan cara
tertentu. Kedua elektroda logam dan larutannya harus berhubungan, dengan
demikian lingkar arus yang sinambung terbentuk dan merupakan jalan agar
partikel bermuatan mengalir. Secara sederhana elektroda saling dihubungkan
dengan kawat logam yang memungkinkan aliran elektron. Sel terdiri dari dua
setengah sel yang elektrodanya dihubungkan dengan kawat dan larutannya dengan
jembatan garam (ujung jembatan garam disumbat dengan bahan berpori yang
memungkinkan ion bermigrasi, tetapi mencegah aliran cairan dalam jumlah
besar). Potensiometer mengukur perbedaan potensial antara dua elektrode
(Petruci,1985:9). Elektrode mana yang disebut katode atau anode didasarkan pada
tipe reaksi kimia yang berlangsung pada permukaan elektrode itu. Elektrode pada
mana berlangsung reaksi oksidasi disebut anode dan pada mana berlangsung
reaksi reduksi disebut katode (Keenan,1980:32). Aliran listrik antara dua larutan
harus berbentuk migrasi ion. Hal ini hanya dapat dilakukan melalui larutan yang
menjembatani kedua setengah-sel, tak dapat dihubungkan dengan kawat biasa :
hubungan ini disebut jembatan garam (salt bridge) (Petrucci,1985:10).
2.1.2.2
Larutan Elektrolit
Elektrolit adalah suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ionionnya. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut zat terlarut atau
solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak dari pada zat-zat lain dalam
larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam
larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat
terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi. Larutan
terdiri dari larutan nonelektrolit dan larutan elektrolit. Larutan non elektrolit
adalah larutan yang tidak menghantarkan arus listrik, sedangkan larutan elektrolit
adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan mudah. Ion-ion
merupakan atom-atom bermuatan elektrik. Elektrolit dapat berupa senyawa
garam, asam, atau amfoter. Beberapa gas tertentu dapat berfungsi sebagai
elektrolit, hal ini terjadi pada kondisi tertentu misalnya pada suhu tinggi atau
tekanan rendah. Elektrolit kuat identik dengan asam, basa, dan garam. Elektrolit
merupakan senyawa yang berikatan ion dan kovalen polar. Sebagian besar
senyawa yang berikatan ion merupakan elektrolit sebagai contoh adalah garam
dapur atau NaCl. Natrium klorida (NaCl) dapat menjadi elektrolit dalam bentuk
larutan dalam sistem aqueous dan lelehan, sedangkan dalam bentuk padatan
senyawa ion tidak dapat berfungsi sebagai elektrolit (Riyanto, 2013:2).
2.1.3
Pembangkit Listrik
2.1.3.1
d. Instalasi Listrik, yaitu instalasi yang secara garis besar terdiri dari:
1. Instalasi Tegangan Tinggi, yaitu instalasi yang menyalurkan energi
listrik yang dibangkitkan generator
2. Instalasi Tegangan Tinggi, yaitu instalasi yang menyalurkan energi
listrik yang dibangkitkan generator.
3. Instalasi Tegangan Rendah, yaitu instalasi alat-alat bantu dan instalasi
penerangan.
4. Instalasi Arus Searah, yaitu instalasi yang terdiri dari baterai aki
beserta pengisinya dan jaringan arus searah, yang terutama digunakan
untuk proteksi, control, dan telekomunikasi.
2.1.3.2
Operasi pusat listrik sebagian besar 24 jam sehari. Selain itu, biaya
penyediaan tenaga listrik sekitar 60% untuk operasi pusat listrik, khususnya
untuk membeli bahan bakar.Oleh karena itu, perlu dilakukan operasi pusat
listrik yang seefisien mungkin.Jika pusat listrik beroperasi dalam system
interkoneksi (pusat listrik yang beroperasi parallel dengan pusat-pusat listrik
lain melalui saluran transmisi), maka pusat listrik ini harus mengikuti pola
operasi system interkolasi.
6. Pemeliharaan
Pemeliharaan peralatan diperlukan untuk:
a. mempertahankan efisiensi.
b. Mempertahankan keandalan.
c. Mempertahankan umur ekonomis.
7. Gangguan dan Kerusakan
Gangguan adalah peristiwa yang menyebabkan Pemutus tenaga (PMT)
membuka (trip) diluar kehendak operator sehingga terjadi pemutusan pasokan
tenaga listrik.Gangguan sesungguhnya adalah peristiwa hubung singkat yang
penyebabnya kebanyakan petir dan tanaman.Gangguan dapat juga disebabkan
karena kerusakan alat, sebaliknya gangguan (misalnya yang disebabkan petir)
yang terjadi berkali-kali akhirnya dapat mengakibatkan alat (misalnya
transformator) menjadi rusak.
8. Pengembangan Pembangkitan
Pada umumnya, pusat listrik yang berdiri sendiri maupun yang ada dalam
system interkoneksi memerlukan pengembangan.Hal ini disebabkan karena
beban yang dihadapi terus bertambah, sedangkan dilain pihak unit pembangkit
yang ada menjadi semakin tua dan perlu dikeluarkan dari operasi.Jika gedung
pusat listrik yang ada masih memungkinkan untuk penambahan unit
pembangkit, maka pengembangan pembangkitan dapat dilakukan dengan
menambah unit unit pembangkit dalam gedung pusat listrik yang telah ada
tersebut.
9. Perkembangan teknologi pembangkitan
Perkembangan teknologi Pembangkitan umumnya mengarah pada
perbaikan efisiensi dan penemuan teknik konversi energi yang baru dan
penemuan bahan bakar baru.
2.2
Peneliti Terdahulu
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan
penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam
mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis tidak
menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian penulis.
Namun penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam
memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis. Berikut merupakan penelitian
Judul Penelitian
Mursyidah, 2012
The Utilization Of
Sea Water In A
Especially Designed
Battery
(Sabrine
Swall Battery)
Efektivitas
Penggunaan Anoda
Korban
Paduan
Aluminium
Pada
Pelat Baja Kapal Aisi
E 2512 Terhadap
Laju
Korosi
Di
Dalam Media Air
Laut
Studi Perbandingan
Kinerja
Anoda
Korban
Paduan
Aluminium dengan
Paduan Seng dalam
Lingkungan Air Laut
Hasil Penelitian
Perancangan baterai dengan
menggunakan air laut sebagai
elektrolitnya dan beterai yang
dihasilkan dapat menyalakan
lampu senter dengan 5 LED
selama beberapa bulan tanpa
henti.
Dari penelitian ini dapat
diketahui
bahwa
anoda
korban paduan aluminium
produk C memiliki kinerja
yang optimal, dalam arti
dapat memperlambat laju
korosi pelat baja AISI E 2512
sehingga benar-benar dapat
berfungsi sebagai anoda
korban.
Hasil
penelitian
menunjukkan anoda korban
paduan
aluminium
menghasilkan arus galvanic
dan kapasitas anoda yang
lebih besar daripada paduan
seng. Demikian pula efisiensi
paduan aluminium lebih baik
dan laju konsumsinya lebih
rendah daripada paduan seng.
Dengan foto makro tampak
bahwa pola korosi yang
terjadi pada kedua jenis
paduan menunjukkan anoda
korban tidak terkorosi secara
merata, melainkan terjadinya
korosi
pitting
pada
permukaannya.
BAB III
METODOLOGI PENULISAN
3.1.
Metode Penulisan
Metode yang digunakan pada pengerjaan karya tulis ini adalah gabungan
antara perancangan alat dan eksperimental. Perancangan alat dilakukan untuk
membuat pembangkit listrik dengan prinsip sel volta pada skala laboratorium dan
metode eksperimental dilakukan setelah perancangan dan pembuatan alat selesai
dilakukan.
3.2.
Mulai
Perumusan Masalah
Studi Literatur
Seri
Paralel
Seri-Paralel
Kesimpulan
3.3.
Dalam menunjang kegiatan penelitian ini, maka alat dan bahan yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Air laut 10 liter
Berfungsi sebagai larutan elektrolit dalam proses elektrokimia.
2. Plat Tembaga (Cu) (panjang = 10 cm, lebar = 30 cm, dan tebal = 0,2
mm).
Berfungsi sebagai bahan katoda pada proses elektrokimia.
3. Plat Seng (Zn) (panjang = 10 cm, lebar 30 cm, dan tebal 0,2 mm)
Berfungsi sebagai bahan anoda pada proses elektrokimia.
4. Tripleks
Berfungsi sebagai rancang bangun tempat proses elektrokimia.
Tripleks berjumlah 21 buah. Tripleks dibedakan menjadi 4 dengan
ukuran yang berbeda, yaitu :
a. Tripleks pertama berjumlah 6 buah dengan panjang 60 cm, lebar 10
cm dan tebal 3 mm.
b. Tripleks kedua berjumlah 2 buah dengan panjang 60 cm, lebar 40
cm, dan tebal 3 mm.
c. Tripleks ketiga berjumlah 2 buah dengan panjang 40 cm, lebar 10
cm, dan tebal 3 mm.
d. Tripleks keempat berjumlah 11 buah dengan panjang 40 cm, lebar
10 cm, dan tebal 3 mm.
5. Gunting
Berfungsi sebagai pemotong Plat tembaga dan seng.
6. Kabel secukupnya
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN