PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Uji keteratogenikan merupakan salah satu jenis uji ketoksikan khas. Uji
keteratogenikan
adalah uji ketoksikan suatu obat yang diberikan atau digunakan selama masa
organogenesis suatu hewan bunting. Uji ini digunakan untuk menentukan apakah suatu obat dapat
menyebabkan kelainan atau cacat bawaan pada diri janin yang dikandung oleh hewan bunting, dan apakah
cacat tersebut berkerabat dengan dosis obat yang diberikan. Dengan demikian uji keteratogenikan
bermanfaat sekali sebagai landasan evaluasi batas aman dan resiko penggunaan suatu obat oleh wanita
hamil, utamanya berkaitan dengan cacat bawaan janin yang dikandungnya.
Pada praktikum uji keteratogenikan ini, akan dilakukan pengujian pemberian zat kimia yang
berupa alkohol 40% terhadap mencit (Mus musculus) dengan dosis yang berbeda-beda sehingga dapat
diketahui apakah cacat bawaan pada diri janin berkerabat dengan pemberian dosis obat (alkohol 40%)
yang diberikan. Selain itu, juga akan dilakukan pengamatan morfologi terhadap janin hasil uji
keteratogenikan apakah mengalami cacat bawaan atau tidak.
Melihat pentingnya uji ini, mahasiswa farmasis sebagai salah satu tenaga kesehatan harus memiliki
kemampuan dalam melakukan uji ini. Oleh karena itu dilakukanlah praktikum uji teratogenik dalam
praktikum toksikologi ini.
1.2
Permasalahan
Permasalahan dalam praktikum uji keteratogenikan ini adalah bagaimana memahami
Tujuan
Praktikum
ini
bertujuan
untuk
memahami
uji
keteratogenikan
suatu
Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari praktikum uji keteratogenikan ini adalah dapat
mengetahui bahan yang bersifat teratogenik dan mengetahui dampak teratogen terhadap
perkembangan fetus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teratogenesis
Teratologi merupakan cabang embrio yang khusus mengenai pertumbuhan struktural
yang abnormal luar biasa. Oleh pertumbuhan yang abnormal luar biasa itu lahir bayi atau
janin yang cacat. Bayi yang cacat hebat disebut monster. Pada orang setiap 50 kelahiran
hidup rata-rata 1 yang cacat. Sedangkan dari yang digugurkan perbandingan itu jauh lebih
tinggi. Perbandingan bervariasi sesuai dengan jenis cacat.
Teratogenesis adalah pembentukan cacat bawaan.Kelainan ini sudah diketahui
selama beberapa dasawarsa dan merupakan penyebab utama morbiditas serta mortilitas
pada bayi yang baru lahir. Setelah pembuahan, sel telur mengalami proliferasi sel,
diferensiasi sel, dan organogenesis. Embrio kemudian melewati suatu metamorfosis dan
periode perkembangan janin sebelum dilahirkan (Lu, 1995).
Banyak kejadian yang dikehendaki untuk perkembangan dari organisme baru yang
memiliki kesempatan besar dalam tindakan tersebut untuk menjadi suatu kesalahan. Pada
kenyataannya, kira-kira satu dari tiga kali keguguran embrio pada manusia, sering tanpa
diketahui oleh si Ibu bahwa dia sedang hamil. Perkembangan abnormal yang lain tidak
mencelakakan embrio tetapi kelainan tersebut akan berakibat pada anak. Kelainanan
perkembangan ada dua macam, yaitu: kelainan genetik dan kelainan sejak lahir. Kelainan
genetik dikarenakan titik mutasi atau penyimpangan kromosom dan akibat dari tidak ada
atau tidak tepatnya produk genetik selama meiosis atau tahap perkembangan. Down
syndrome hanyalah salah satu dari banyak kelainan genetik. Kelainan sejak lahir tidak
diwariskan melainkan akibat dari faktor eksternal, disebut teratogen, yang mengganggu
proses perkembangan yang normal. Pada manusia, sebenarnya banyak zat yang dapat
dipindahkan dari sang ibu kepada keturunannya melalui plasenta, yaitu teratogen potensial.
Daftar dari teratogen yang diketahui dan dicurigai meliputi virus, termasuk tipe yang
menyebabkan kasus penyakit campak Jerman, alkohol, dan beberapa obat, termasuk
aspirin (Harris, 1992).
Contoh daftar berikut :
Jenis cacat
Lobang antara atrium
Frekuensi
1:5
Cryptorchidisme
Sumbing
Albino
Hemophilia
Tak ada anggota
1 : 300
1: 1000
1 : 20.000
1 : 50.000
1 : 500.000
(Yatim, 1994).
60%
Saluran pencernaan
15%
Kardiovaskuler
10%
10%
Alat lain
5%
Cacat yang sering juga ditemukan adalah sirenomelus (anggota seperti ikan duyung),
phocomelia, jari buntung, ada ekor, cretinisme, dan gigantisme (Yatim, 1994).
2.2 Faktor Teratogen
Faktor yang menyebabkan cacat ada dua kelompok, yaitu faktor genetis dan
lingkungan. Faktor genetis terdiri dari :
1.
Mutasi, yakni perubahan pada susunan nukleotida gen (ADN). Mutasi menimbulkan
alel cacat, yang mungkin dominan atau resesif.
2.
Aberasi, yakni perubahan pada sususnan kromosom. Contoh cacat karena ini adalah
berbagai macam penyakit turunan sindroma.
(Yatim, 1994)
Faktor lingkungan terdiri atas :
1.
Infeksi, cacat dapat terjadi jika induk yang kena penyakit infeksi, terutama oleh virus.
2.
Obat, berbagai macam obat yang diminum ibu waktu hamil dapat menimbulkan cacat
pada janinnya.
3.
Radiasi, ibu hamil yang diradiasi sinar-X , ada yang melahirkan bayi cacat pada otak.
Mineral radioaktif tanah sekeliling berhubungan erat dengan lahir cacat bayi di daerah
bersangkutan.
4.
Defisiensi, ibu yang defisiensi vitamin atau hormon dapat menimbulkan cacat pada janin
yang sedang dikandung.
Defisiensi
Cacat
Vitamin A
Vitamin B kompleks, C, D
Tiroxin
Tulang/rangka
Cretinisme
Somatrotopin
5.
Mata
Dwarfisme
Emosi, sumbing atau langit-langit celah, kalau terjadi pada minggu ke-7 sampai 10
kehamilan orang, dapat disebabkan emosi ibu.emosi itu mungkin lewat sistem hormon
(Yatim, 1994).
2.3 Alkohol
Alkohol adalah teratogen yang mampu secara langsung menginduksi kelainan
selama prenata yang dapat mengakibatkan cacat (Smith, 1997).Etanol mempengaruhi
sejumlah sistem, termasuk sistem endokrin ibu dan janin, ekspresi protein, dan
perkembangbiakan sel dan fungsi, dan dengan demikian kemungkinan bertindak melalui
lebih dari satu mekanisme.Etanol bebas melintasi plasenta dan karenanya dapat memberi
efek langsung pada sel-sel yang terlibat dalam pembangunan tulang.Etanol telah terbukti
dapat menghambat proliferasi dan diferensiasi osteoblas in vitro.Sehingga etanol dapat
memiliki efek langsung pada sel-sel yang terlibat dalam tulang pembangunan (Snow,
2006).
2.4 Nanas
Buah nanas (Ananas comosus) banyak mengandung zat gizi antara lain vitamin A,
kalsium, fosfor, magnesium, besi, natrium, kalium, dekstrosa, sukrosa (gula tebu), serta
enzim bromelin (bromelain) yang merupakan 95%-campuran protease sistein yang dapat
menghidrolisis protein (proteolisis) dan tahan terhadap panas. Bromelin adalah enzim
proteolitik eksogen golongan proteinase sistein yang banyak digunakan dalam industri
sebagai pelunak daging bersama dengan enzim papain dari tanaman pepaya.Tingkat
keempukan daging sebagian besar disebabkan oleh degradasi jaringan ikat. Enzim
bromelin menunjukkan aktivitas hidrolitik pada jaringan ikat terutama terhadap kolagen
dibandingkan terhadap protein myofibrilar yang lain. Aktivitas kolagenase bromelin
dengan menghidrolisis kolagen diduga melalui akumulasi hidroksiprolin.Kolagen yang
terhidrolisis oleh enzim bromelin membuat tubuh fetus menjadi sangat lunak. Kolagen
adalah protein yang ditemukan melimpah di seluruh tubuh hewan dan manusia. Sekitar 30
persen dari total protein dalam tubuh adalah kolagen. Kolagen ditemukan pada semua
jaringan ikat seperti dermis, tulang, tendon dan ligamen, yang memberikan integritas
struktural terhadap semua organ internal dan jaringan yang normal. Kolagen merupakan
komponen penting dalam jaringan ikat tubuh (Setyawati dan Yuhastuti, 2011).
2.5 Jenis Kecacatan
Cacat yang sering ditemukan ialah seperti:
Sirenomelus: anggota seperti ikan dayung, anggota belakang tidak ada, anggota
depan pendek.
Phocomelia: anggota seperti anjing laut, tangan dan kaki seperti sirip untuk
mendayung.
Polydactyly: berjari 6.
Syndactyly: berjari 4.
Jari buntung.
Tak berjari kaki dan tangan.
Adanya ekor.
Drawfisme: kerdil.
Cretinisme: cebol.
Gigantisme: raksasa.
Kecacatan ini terjadi karena beberapa hal, di antaranya yang penting adalah:
1.
2.
3.
4.
BAB III
METODOLOGI
jarum kanui, botol kaca bermulut lebar, dissecting set, papan bedah, mikroskop stereo,
pipet,blender, dan saringan.
3.1.2
Bahan
Mencit (Mus musculus) albino jantan dan betina virgin umur antara 2-3 bulan,
alkohol 40% (Black Label), gliserin, buah nanas,etanol 96%, Alizarin Red, aquades, methylen
blue, garam fisiologis, KOH 1%, dan asam pikrat.
3.1.3 Cara Kerja
3.1.3.1 Pengawinan dan Penetapan Masa Hamil
Mencit yang akan digunakan diaklimatisasi terlebih dahulu kurang lebih selama 7
hari. Kemudian mencit betina diamati siklus estrusnya, jika telah berada dalam kondisi estrus
(siap kawin) maka dicampur dengan mencit jantan. Selanjutnya diamati tiap hari ada tidaknya
vagina plug pada mencit betina, jika ada maka hari tersebut ditetapkan sebagai hari ke nol
kehamilan.
3.1.3.2 Pemberian Dosis Bahan Teratogenik
Mencit betina yang hamil dicekoki dengan alkohol mulai hari kehamilan ke 6
sampai kehamilan ke 12. Dosis yang digunakan adalah 0,1 ml; 0,3 ml; atau 0,5 ml, sedangkan
dosis ekstrak nanas yang digunakan adalah 20%, 40% atau 60 % sebanyak 0,2 ml. Pencekokan
dilakukan dengan jarum kanul. Tiap perlakuan termasuk kontrol masing masing dengan 3
ulangan.Setelah hari kehamilan ke 18 mencit betina dimatikan dan embrio diambil untuk
diamati.
3.1.3.3 Pengamatan Fetus
berat fetus, panjang fetus, morfologi fetus, dan sistem rangka fetus. Pemeriksaan sistem rangka
(skeletal) dilakukan dengan pewarnaan Alizarin Red S. Untuk itu beberapa embrio masingmasing induk dipersiapkan untuk pembuatan preparat skeletal mengikuti teknik pewarnaan
Alizarin RedSyaitu embrio difiksasi dengan etanol absolut selama 2 hari, isi rongga perut dan
rongga dada dikeluarkan, embrio dimaserasi dengan KOH 1 % selama 2 hari sampai dagingnya
mengelupas dan nampak transparan.Dimasukkan embrio transparan ke dalam Alizarin Red S 1 %
dalam KOH 1 % selama 10 menit, dibilas dengan KOH 1 % sampai warna ungu pada selaput
transparan hilang, lalu dimasukkan embrio yang telah diwarnai itu berturut-turut ke dalam
campuran KOH gliserin (3:1, 1:1, 1:3) masing-masing selama 1 hari.Kemudian dimasukkan ke
dalam gliserin murni serta disimpan untuk pemeriksaan. Pemeriksaan dilakukan dengan
mikroskop stereo. Data yang dikumpulkan berupa: penulangan sternum, vertebrata dan rusuk.
BAB IV
PEMBAHASAN
PERLAKUAN
PENGAMATAN
fetus.
Fetus difiksasi dengan etanol absolut selama
dikeluarkan.
Kemudian
fetus
KOH 1%.
Fetus
tersebut
yang
telah
diwarnai
KOH 1%.
1:1.
bawah
mikroskop,
tulang
sternae,
4. 2 Pembahasan
Tahap kedua adalah pemberian dosis bahan teratogenik. Mencit betina yang hamil
dicekoki dengan bahan teratogenik pada masa organogenesis yaitu mulai hari kehamilan
ke-6 sampai kehamilan ke-18 dengan dosis yang ditentukan. Organogenesis adalah
proses pembentukan organ atau alat tubuh. Pertumbuhan ini diawali dari pembentukan
embrio (bentuk primitif) menjadi fetus (bentuk definitif) kemudian berdiferensiasi
menjadi memiliki bentuk dan rupa yang spesifik bagi keluarga hewan dalam 1 spesies.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana dampak teratogen yang diberikan
terhadap fetus mencit. Kemudian setelah hari kehamilan ke-18 mencit betina dimatikan
dan embrio diambil untuk diamati efek yang ditimbulkan oleh teratogen pada janin.
Parameter
Alizarin Red S. Untuk itu beberapa embrio masing-masing induk dipersiapkan untuk
pembuatan preparat skeletal mengikuti teknik pewarnaan Alizarin Red S seperti berikut :
-
Embrio difiksasi dengan etanol absolut selama 2 hari, untuk memastikan semua aktifitas
seperti diferensiasi dan pembelahan yang ada dalam janin berhenti dan juga memastikan
terlalu tinggi.
Dimasukkan kedalam gliserin murni serta disimpan untuk pemeriksaan.
Pemeriksaan dilakukan dengan mikroskop stereo. Data yang dikumpulkan berupa
penulangan sternae, vertebrae dan costae.
Pengamatan pada fetus meliputi jumlah fetus seperindukan, motalitas fetus, berat
Cephal (Kepala)
Sternae (Tulang Dada)
Costae (Tulang Rusuk)
Vertebrae (Tulang Belakang)
Costae yang mengalami malformasi
malformasi penulangan dapat disebabkan karena gangguan pada somit, chorda dorsalis,
dan diferensiasi skelerotom. Malformasi vertebrae yang utama terletak pada gangguan
proses segmentasi. Penggabungan dan kelainan pembentukan vertebrae yang disebabkan
karena gangguan somit terjadi pada awal perkembangan.
DAFTAR PUSTAKA
Harris, C. L. 1992.Zoology. Harper Collins Publishers Inc: New York
Lu, F. C. 1995. Toksikologi Dasar: Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko. UI-
PRESS: Jakarta
Santoso HB. 2006. Pengaruh Kafein terhadap Penampilan Reproduksi dan Perkembangan
Skeleton Fetus Mencit (Mus musculus L.).(Tesis). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Fetus Mencit Setelah Pemberian Ekstrak Buah Nanas Muda.Jurnal Veteriner Vol.
12 No. 3: 192-199
Smith, Susan M. 1997. Alcohol-Induced Cell Death in the Embryo. Alcohol health and
Research world Vol. 21, No. 4
Snow, Mary E. 2006. The Effectsof Prenatal Alcohol Exposure on Endochondral Bone
Development in the Fetal Rat. Columbia : The University of British Columbia
KESIMPULAN
Uji keteratogenikan adalah uji ketoksikan suatu obat yang diberikan atau digunakan selama
masa organogenesis suatu hewan bunting. Uji ini digunakan untuk menentukan apakah suatu obat dapat
menyebabkan kelainan atau cacat bawaan pada diri janin yang dikandung oleh hewan bunting, dan apakah cacat
tersebut berkerabat dengan dosis obat yang diberikan. Bahan yang bersifat teratogen adalah ekstrak nanas dan
Black Label (alkohol 40%). Dampak teratogen berpengaruh pada perkembangan fetus berupa malformasi yaitu
organogenesis yang tidak sesuai dengan tempat dan bentuknya.
Lampiran 1
SKEMA KERJA
diamati siklus estrus jika berada pada kondisi estrus maka dicampur
dengan mencit jantan dengan perbandingan 3 mencit betina : 1 mencit
jantan
diamati ada tidaknya vagina plug jika ada maka dihitung sebagai hari ke
nol kehamilan
Hasil
Pemberian Dosis
mencit betina yang hamil dicekoki dengan alkohol dan ekstrak nanas mulai
kehamilan ke-6 sampai kehamilan ke-12
digunakan dosis 0,1 ml; 0,3 ml; atau 0,5 ml, sedangkan dosis ekstrak nanas
yang digunakan adalah 20%, 40% atau 60 % sebanyak 0,2 ml
Hasil
Pengamatan fetus
Hasil
Lampiran 2
DISKUSI
Mengapa dalam uji keteratogenikan, sediaan uji harus diberikan pada masa
organogenesis hewan bunting?
Jawaban:
Sediaan uji harus diberikan pada masa organogenesis hewan bunting karena
pada saat
Mengapa hewan yang dipilih harus memiliki daur estrus yang teratur, anak banyak
dan masih virgin serta memiliki masa laktasi yang pendek?
Jawaban:
Hewan yang dipilih harus memiliki daur estrus yang teratur karena denga begitu
penentuan waktu untuk kawin dapat ditentukan dengan tepat.Hewan uji harus memliki anak
banyak agar lebih banyak objek yang diamati sehingga didapatkan lebih dari 1
perbandingan.Hewan harus masih virgin agar dapat ditentukan fase estrusnya dengan lebih
tepat dan mudah.masa laktasi pendek karena dengan memiliki daur estrus yang teratur dapat
kita tentukan dengan tepat saat mencit tersebut siap untuk kawin dengan melihat apusan
vagina.
Mengapa masa bunting hewan uji harus diakhiri beberapa waktu sebelum masa
kelahiran normal dengan cara bedah caesar?
Jawaban:
Masa bunting hewan uji harus diakhiri beberapa waktu sebelum masa kelahiran normal
dengan cara bedah caesar agar kecacatannya lebih jelas terlihat.
Lampiran 3
LEMBAR ASISTENSI TERATOGEN KELOMPOK 13
Berat Badan (gram)
J
a
1
0/20
12
31/1
1
1
8
2
4
2
0/20
12
Tang
gal
30/1
Kegiatan
Asis
ten
Mas
Yaya
n
Mas
Ada
m
Sunny
Penimbangan berat badan
Penggantian sekam dan
01/1
1/20
12
kemungkinan sudah
Ada
m
pagi (H+1)
Pengawinan mencit Jessica
02/1
1/20
12
03/1
minum
Penimbangan berat badan
H+1 Yoona
Penimbangan berat badan
Penggantian sekam dan
1/20
12
2
2
6
2
1
2
1/20
12
2
2
4
2
6
2
05/1
1/20
12
06/1
1/20
12
04/1
Mas
Mas
Ada
m
Mas
Ada
m
Mas
Ada
m
Mas
Ada
m
Mas
Ada
m
07/1
1/20
12
sebanyak 0,2 ml
Penimbangan berat badan
Penggantian sekam dan
Mas
Ada
m
08/1
1/20
12
5
-
sebanyak 0,2 ml
Penimbangan berat badan
Penggantian sekam dan
Mas
Ada
09/1
1/12
10/1
1/12
11/1
1/12
sebanyak 0,2 ml
Pencekokan Black Label
Mas
Arif
0,5 ml
Penimbangan berat badan
Penggantian sekam dan
Mas
Ada
sebanyak 0,2 ml
Pencekokan Black Label
0,5 ml
Penimbangan berat badan
Penggantian sekam dan
Mas
Ada
sebanyak 0,2 ml
Pencekokan Black Label
12/1
1/12
13/1
1/12
14/1
1/12
16/1
1/12
1/12
Mas
Ada
sebanyak 0,2 ml
Pencekokan Black Label
0,5 ml
Penimbangan berat badan
Penggantian sekam dan
Mas
Ada
sebanyak 0,2 ml
Pencekokan Black Label
0,5 ml
Penimbangan berat badan
Penggantian sekam dan
Mas
Ada
1
15/1
sebanyak 0,2 ml
Pencekokan Black Label
0,5 ml
Penimbangan berat badan
Penggantian sekam dan
Mas
Ada
sebanyak 0,2 ml
Pencekokan Black Label
0,5 ml
Penimbangan berat badan
Penggantian sekam dan
pemberian makan, minum
Mas
Ada
m
17/1
1/12
sebanyak 0,2 ml
Pencekokan Black Label
pada mencit Jessica dosis
0,5 ml
Pemisahan Yoona dengan
18/11/12
Pembedahan Jesica tgl
21/11/12
Yoona dibedah tgl 19/11/12
Pembedahan mencit Sunny
Mas
Ada
m
18/1
1/12
M
a
t
i
Mas
Ada
dilakukan pencekokan 6
19/1
1/12
Mas
Ada
m
20/1
1/12
29/1
1/12
30/1
1/12
02/1
2/12
5
1
8
2
alizarin red
Pemindahan ke
KOH:Gliserin = 3:1
Pemindahan fetus ke
KOH:Gliserin = 1:1
-
Pemindahan fetus ke
gliserin murni
Mas
Ada
m
Mas
Ada
m
Mas
Ada
m
Mas
Ada
m