Maya Lapsus
Maya Lapsus
Maya Lapsus
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Plasenta previa
Disusun oleh:
Annisa Ichsani Tamaya
1010015005
Pembimbing:
dr. Prima Deri Pella T., Sp.OG
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan ektopik terganggu (KET) merupakan salah satu
B. Tujuan
Tujuann dibuatnya laporan kasus ini adalah:
1. Sebagai
BAB II
LAPORAN KASUS
Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari , 20 Januari 2016 pukul 8.00 WITA di
ruang Mawar VK RSUD Abdul Wahab SJahranie Samarinda.
Anamnesis:
Identitas pasien:
Nama
: Ny. SN
Umur
: 34 Tahun
Agama`
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: IRT
Suku
: Bugis
Alamat
Identitas suami:
Nama
: Tn. S
Umur
: 36 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Swasta
Suku
: Bugis
Alamat
Keluhan utama:
Keluar darah dari jalan lahir
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluhkan keluar darah dari jalan lahir sejak 1 minggu hari sebelum masuk rumah
sakit. Awalnya perut terasa mulas lalu diikuti dengan keluar darah dari jalan lahir berupa flekflek namun sekitar 2 hari terakhir darah yang keluar semakin banyak,yaitu sekitar 6-8
pembalut wanita dalam 1 hari. Darah yang keluar berupa darah yang berwarna merah segar
sampai kehitaman dan kadang disertai gumpalan-gumpalan darah berwarna hitam.
Sebelumnya pasien pernah dirawat di rumah sakit dua kali karena keluhan keluar darah dari
jalan lahir yaitu saat kehamilan usia 3 bulan dan 6 bulan, namun darah yang keluar saat itu
tidak sebanyak darah yang keluar saat ini. pada saat usia kehamilan 3 bulan, perdarahan yang
terjadi hanya sebanyak 1-2 pembalut wanita per hari. Saat itu pasien di USG dan hasilnya
normal. pasien diminta dokter untuk istirahat dan dirawat di RS selama 1 minggu, kemudian
perdarahan berhenti sehingga kehamilan dapat dilanjutkan. Saat usia kehamilan 6 bulan
pasien mengalami perdarahan dari jalan lahir lagi.darah yang keluar Saat itu darah yang keuar
dari jalan lahir lebih banyak yaitu, sekitar 5 pembalut wanita per hari. Pasien kembali di
USG dan hasilnya dinyatakan ari-ari berada dibagian bawah Rahim menutupi seluruh jalan
lahir. Pasien kembali diistirahatkan di RS selama 2 minggu dan diberikan obat-obatan untuk
mepertahankan kehamilannya. Namun 2 minggu setelah keluar dari RS pasien mengalami
perdarahan dari jalan lahir lagi yang lebih banyak dari sebelumnya sehingga pasien langsung
dibawa ke ke IGD RSUD AWS. Tidak ada air-air yang keluar. Riwayat berhubungan dengan
suami 4 minggu yang lalu. Trauma (-).
Riwayat Haid:
-
No
Tahun
Partus
Tempat
Partus
Umur
Kehamilan
2003
Puskesmas
Aterm
2005
Bidan
praktek
swasta
aterm
2009
RS
aterm
2014
RS
2016
penolong
bidan
Jenis
Persalinan
Spontan
bidan
Penyulit
Spontan
Dokter
SC
Letak
sungsang
Hamil anggur
Hamil ini
JK / BB
Keadaan
Anak
Sekarang
Laki-laki/
2800 gram
hidup
Laki-laki/
2800 gram
hidup
perempuan/
3300 gram
hidup
Kontrasepsi:
Pasien mengaku menggunakan alat kontrasepsi suntik 1 bulan selama 1 bulan
Pemeriksaan fisik:
1. Berat badan
2. Keadaan Umum
: sakit sedang
3. Kesadaran
4. Tanda vital:
Tekanan darah
: 120/90 mmHg
Frekuensi nadi
: 88 x/menit
Frekuensi napas
: 20 x/menit
Suhu
: 36,5C
5. Status generalis:
Kepala
Mata
Telinga/hidung/tenggorokan
Leher
Thorax
: normochepali
: konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-/-)
: tidak ditemukan kelainan
: Pembesaran KGB (-)
Jantung
Paru
Abdomen
Inspeksi : cembung,
6. Ekstremitas
Leopold I
Leopold II
: punggung kanan
Leopold III
: kepala
Leopold IV
19 Januari
2016
11,6 mg/dl
34,6%
14.400 L
231.000 L
3
8
96 mg/dl
20,3 mg/dl
0,6 mg/dl
NR
NR
20 januari 2016
11,3 mg/gl
31%
18.600 L
144.000 L
Diagnosis kerja:
G5P3A1 gravid 27-28 minggu + perdarahan antepartum et causa susp.plasenta previa + Bekas
SC 1x 6 tahun yang lalu a/i letak sungsang.
Penatalaksanaan :
Lapor dr. Sp. OG, advis :
Observasi
Planning
Menerima pasien baru dari IGD dan Lapor dr. Sp.OG, advis :
(22.40 wita)
Perawatan
KU : sakit sedang
Hari ke-1
vagina toucher
Rawat diruang VK
Kesadaran : komposmentis
Tanda Vital:
TD: 120/90 mmHg, N: 88 x/menit kuat
angjat
RR : 20 x/menit, T: 36,5C
Kepala : konjuntiva anemis (+|+)
Inspeksi
Abdomen membesar arah memanjang,
linea
nigra
hiperpigmentasi,
striae
setiap kontraksi
Kesadaran : komposmentis
Tanda Vital:
TD: 80/30 mmHg, N: 120 x/menit lemah
IVFD NaCl
Transfusi WB 2 kolf
Pro USG
Lapor lagi pagi hari
Terapi lain lanjut
RR : 20 x/menit, T: 36,5C
Kepala : konjuntiva anemis (+|+)
Inspeksi
Abdomen membesar arah memanjang,
linea
nigra
hiperpigmentasi,
striae
(06.15 wita)
Pro
SC
Siapkan
setiap kontraksi
Perawatan
Hari ke-2
Kesadaran : komposmentis
WB 1 kolf
Tanda Vital:
TD: 110/70 mmHg, N: 96 x/menit lemah
RR : 20 x/menit, T: 36,5C
Kepala : konjuntiva anemis (+|+)
Inspeksi
Abdomen membesar arah memanjang,
linea
nigra
hiperpigmentasi,
striae
Informed concent
Menerangkan kepada pasien tentang tindakan operasi yang dilakukan : garis besar
prosedur tindakan, tujuan dan manfaat tindakan (Melahirkan bayi dan memotong saluran
Nomor : 25.23.67
Nama : Ny. SN
Nama Ahli Bedah: dr. Prima Deri Pella T, Sp. OG
Nama Ahli Anestesi : dr. Fernanta B, Sp. An
Umur : 34 tahun
Pembedahan : Besar
Dokumentasi :
20 januari
2016
Mawar Nifas
iv
- Injeksi Antrain/ ampul / 8 jam
iv
Pemeriksaan Fisik
10.45
11.00
11.15
11.45
12.15
11,3 gr/dl
Hct
34 %
144.000 / mm
18.00
Sudah boleh minum sedikitKU : Baik ; Keluhan : Nyeri luka post op;
Injek
Rani
Pemerikaan Fisik
tidin 2 x 50 mg tab
Kesadaran
: Komposmentis
SF 2
Tanda Vital
x 300 mg tab
Laxa
: 37,5C
dyn syrup 3 x CI
Mob
ilisasi bertahap
Aff
kateter urin jika urin jernih
Diet
TKTP
Cefa
droxyl 2 x 500 mg tab
: Komposmentis
Tanda Vital
Asa
m Mefenamat 3 x 500 mg tab
SF 2
x 300 mg tab
Laxa
dyn syrup 3 x CI
: 36,8C
Mob
ilisasi
Mak
an
minum
seperti
biasa,
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Plasenta previa ialah suatu keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat yang
abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal). Pada keadaan normal plasenta terletak diatas
uterus.1
B. Epidemiologi
Plasenta previa lebih banyak terjadi pada kehamilan dengan paritas tinggi, dan sering terjadi
pada usia di atas 30 tahun. Uterus yang cacat juga dapat meningkatkan angka kejadian
plasenta previa. Pada beberapa Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan angka kejadian
plasenta previa berkisar 1,7 % sampai dengan 2,9 %. Sedangkan di negara maju angka
kejadiannya lebih rendah yaitu kurang dari 1 % yang mungkin disebabkan oleh berkurangnya
wanita yang hamil dengan paritas tinggi. Dengan meluasnya penggunaan ultrasonografi
dalam obstetri yang memungkinkan dekteksi lebih dini maka insiden plasenta previa dapat
lebih tinggi 1.
C. Faktor Resiko
Penyebab blastokista berimplantasi didaerah segmen bawah Rahim masih belum diketahui
secara pasti,. MUngkin hal ini dapat terjadi secara kebetulan atau dengan latar belakang lain.
Teori lain adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, mungkin sebagai akibat dari
proses radang atau atropi. Faktor resiko terjadinya plasenta previa yang dapat dipandang
berperan dalam proses peradangan dan kejadian atropi di endometrium yaitu paritas tinggi,
usia lanjut, cacat Rahim misalnya bekas bedah sesar, kerokan, dan miomektomi.1,2
Pada perempuan perokok insidensi plasenta previa lebih tinggi 2 kali lipat.
Hipoksemia akibat karbon monoksida hasil pembakaran rokok menyebabkan plasenta
menjadi hipertropi sebagai upaya kompensasi. Plasenta yang terlalu besar seperti pada
kehamilan ganda dan eritroblastosis fetalis bias menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar
ke segmen bawah Rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh Ostium Uteri Internum.1,
D. Patofisiologi
Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada triwulan
ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih mengalami perubahan berkaitan dengan
semakin tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan semakin melebar, dan serviks mulai
membuka. Hal ini terjadi karena plasenta yang berimplantasi dibawah segmen Rahim akan
mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua. Pada tempat laserasi itu akan terjadi
perdarahan yang bersal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruang intervillus plasenta1,.
Darah yang keluar berwarna merah segar, sumber perdarahan dari plasenta previa ini ialah
sinus uterus yang robek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan
sinus
marginalis
dari
plasenta.
Perdarahannnya
tak
dapat
dihindarkan
karena
Karena letak plasenta pada plasenta previa berada pada bagian bawah, maka pada palpasi
abdomen sering teraba bagian terbawah janin masih tinggi diatas simfisis dengan letak janin
tidak dalam letak memanjang. Pada plasenta previa ini tidak ditemui nyeri maupun tegang
pada perut ibu saat dilakukan palpasi. Palpasi abdomen tidak membuat ibu hamil merasa
nyeri dan perut tidak tegang 1,2.
F. Klasifikasi
Berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu.
1,2,3
Plasenta previa totalis bila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta.
Plasenta previa parsialis bila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta.
Plasenta previa marginalis bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan.
Plasenta letak rendah bila plasenta yang letaknya abnormal di segmen bawah uterus, akan
tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir. Pinggir plasenta kira-kira 3 atau 4 cm
diatas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir.
G. Diagnosis
Sifat perdarahan
Perdarahan tanpa alasan dan tanpa nyeri merupakan gejala utama dan pertama dari
plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau bekerja biasa. Perdarahan
pertama biasanya tidak banyak, akan tetapi, perdarahan berikutnya hampir selalu lebih
banyak daripada sebelumnya, apalagi kalau sebelumnya sudah dilakukan pemeriksaan dalam.
Pada kehamilan 20 minggu dapat terjadi perdarahan karena sejak itu segmen bawah uterus
telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan bertambah tuanya kehamilan,
segmen-segmen uterus akan lebih melebar lagi, dan serviks mulai membuka. Apabila
plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan
serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat di situ tanpa terlepasnya sebagian
plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan. Darahnya berwarna
merah segar. 1,2,3,4
Diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala gejala klinis dan beberapa pemeriksaan :
Anamnesis
Perdarahan dari jalan lahir pada kehamilan setelah 20 minggu, tanpa rasa nyeri, tanpa
alasan, berulang dengan volume lebih banyak daripada sebelumnya, terutama pada
multigravida. Banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari anamnesis, melainkan dari
pemeriksaan hematokrit. 1,2,3
Pemeriksaan luar
a. Inspeksi1,2,3
-
Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak, sedikit, dan darah beku
b. Palpasi1,2,3
-
Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul, apabila presentasi
kepala, biasanya kepala masih terapung diatas pintu atas panggul atau mengolak ke
samping dan sukar didorong ke dalam pintu atas panggul.
Tidak jarang terdapat kelainan letak, seperti letak lintang atau letak sungsang.
Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah.
Tidak terdapat nyeri tekan uterus, uterus tidak tegang, dan tidak iritabel
c. Auskultasi1,2,3
-
Pemeriksaan Inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium
uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina. Apabila perdarahan berasal dari ostium
uteri eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai. 1,2,3
seksio sesarea segera, karena pemeriksaan serviks yang paling hati-hati pun dapat
menimbulkan perdarahan hebat 1,2,3.
H. Terapi
Terapi Ekspektatif
Tujuan supaya janin tidak terlahir prematur dan upaya diagnosis dilakukan secara non invasi.
Syarat terapi ekspektatif : 1,3,5
Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb dan tanda-tanda vital dalam
batas normal
- Rawat inap, tirah baring, observasi tanda vital, dan berikan antibiotik profilaksis.
- Apabila berhubungan dengan trauma, monitoring sekurang-kurangnya 12-24 jam untuk
menyingkirkan kemungkinan solutio plasenta.
- Pemeriksaan USG untuk menentukan implantasi plasenta, usia kehamilan,letak, dan
presentasi janin.
- Perbaiki anemia dengan pemberian Sulfas ferosus atau Ferous fumarat peroral 60 mg
selama 1 bulan.
- Pastikan sarana untuk melakukan tranfusi
- Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, pasien
dapat dirawat jalan (kecuali rumah pasien di luar kota atau diperlukan waktu > 2 jam
untuk mencapai rumah sakit) dengan pesan segera kembali ke rumah sakit jika terjadi
perdarahan.
-Jika perdarahan berulang pertimbangkan manfaat dan resiko ibu dan janin untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Terapi Aktif (tindakan segera)
Rencanakan terminasi kehamilan jika: 1,3,5
Janin matur
Janin mati atau menderita anomali atau keadaan yang mengurangi kelangsungan
hidupnya (misalnya anensefali)
Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak,
harus segera ditatalaksanakan secara aktif tanpa memandang maturitas janin.
Untuk pasien dengan perdarahan aktif dan gangguan hemodinamik, tindakan segera
yang harus dilakukan adalah terminasi kehamilan dan penggantian cairan tubuh.
Selama persiapan proses terminasi kehamilan, dilakukan: 1,3,5
Plasenta previa lateralis atau marginalis atau letak rendah, bila telah ada
pembukaan
Semua plasenta previa totalis, janin hidup atau meninggal; semua plasenta previa
partialis, plasenta previa marginalis posterior, karena perdarahan yang sulit dikontrol
dengan cara-cara yang ada.
Semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan tidak berhenti dengan
tindakan-tindakan yang ada
I. Prognosis
Karena dahulu penanganan relatif bersifat konservatif, maka mortalitas dan
morbiditas ibu dan bayi tinggi, mortalitas ibu mencapai 8-10% dan mortalitas janin 50-80%.3
Sekarang penanganan relatif bersifat operatif dini, maka angka kematian dan
kesakitan ibu dan perinatal jauh menurun. Kematian maternal menjadi 0,1-5% terutama
disebabkan perdarahan, infeksi, emboli udara, dan trauma karena tindakan. Kematian
perinatal juga turun menjadi 7-25%, terutama disebabkan oleh prematuritas, asfiksia, prolaps
funikuli, dan persalinan buatan (tindakan).3
J. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi utama yang dapat terjadi pada ibu hamil yang menderita plasenta
previa, diantaranya adalah 1,2,6:
1. Pergerakan segmen bawah uterus terjadi secara ritmik, maka pelepasan plasenta dari
tempat melekatnya diuterus dapat berulang dan semakin banyak sehingga perdarahan
yang terjadi tidak dapat dicegah mengakibatkan pasien menjadi anemia sampai syok.
2. karena segmen bawah Rahim ini tipis maka jaringan trofoblas palasenta mudah
menginvasi menerobos kedalam myometrium bahkan sampai perimetrium dan
menyebabkan terjadinya plasenta akreta bahkan sampai plasentra inkreta atau plasenta
prekreta. Komplikasi ini lebih sering terjadi pada uterus yang pernah seksio sesarea.
Dilaporkan plasenta kareta terjadi 10-35 % pada pasien seksio sesarea 1 kali. Dan naik
menjadi 60-65% bila telah seksio sesarea 3 kali.
3. Serviks dan segmen bawah Rahim yang rapuh dan mengandung banyak pembuluh darah
sangat berpotensial untuk robek. Oleh karena itu harus hati-hati pada semua tindakan
manual pada tempat ini misalnya waktu mengeluarkan anak melalui insisi pada segmen
bawah Rahim ataupun waktu mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio
plasenta. Jika terjadi perdarahan yang tidak terkendali maka dapat dilakukan penjahitan
segmen bawah Rahim, ligase ateri uterine, ligase ateri ovarika, pemasangan tampon atau
ligase arteri hipogastrika. Namun jika tindakan-tindakan tersebut tidak berhasil maka
harus dilakukan histerektomi total.
4. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi.
5. Kelahiran premature dan gawat janin sering terjadi pada tindakan terminasi kehamilan
yang belum aterm pada plasenta previa.
BAB IV
PEMBAHASAN
Laporan kasus ini mengulas tentang seorang wanita Ny.SN usia 34 tahun, datang ke IGD
tanggal 20 Januari 2016 pukul 22.40 wita. Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang maka didapatkan diagnosis akhir rupture tuba dextra.
Anamnesis:
4.1 Anamnesis
4.3 Diagnosis
4.4 Penatalaksanaan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro, H, Saifuddin A.B, Rachimhadhi T. Perdarahan Dalam Kehamilan Lanjur.
Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2006
2. Hanafiah, T. Plasenta Previa. Bagian Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. www.library.usu.ac.id. 2004
3. Mochtar, R,. Sinopsis Obstetri obstetri fisiologis obstetri patologis, edisi ketiga. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2013
4. Bagian Obstetri & Ginekologi Fak. Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung, Obstetri
Patologi, Ed., Elstar Offset: Bandung.1984
5. Saifuddin A.B, Adriansz G, Wiknjosastro, H, Waspodo D. Perdarahan kehamilan lanjut dan
persalinan. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan
Bina Pustaka Sarwomo Prawirohardjo, Jakarta, 2006
6. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, et al. Plasenta Previa, Antepartum hemorrhage. In :
Williams Obstetrics, 23rd ed, Prentice Hall International Inc. Appleton and Lange,
Connecticut, 2001;