Anda di halaman 1dari 25

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

STRUMA / GOITER

NAMA KELOMPOK:
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

ALQNA MIFTASYAH
ELBA HABIBURRAHMA
ISHMAH AINI RUFAIDAH
MIA FARLENA
REPI KARLINA
AMMIRA FATIMA
EMMY PUJI ASTUTI
NYIMAS MARYAMA
SISCA AYU VAMELA
VIA ANGGRIYANI
YANTI SAPUTRI

Dosen Pembimbing : Ns. Rumentalia Suistini, S.Kep., M.Kep

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PRODI DIV KEPERAWATAN
2016

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Goiter merupakan gangguan yang sangat sering dijumpai dan menyerang 16 %
perempuan dan 4 % laki-laki yang berusia antara 20 sampai 60 tahun seperti yang telah
dibuktikan oleh suatu penyelidikan di Tecumseh, suatu komunitas di Michigan. Biasanya
tidak ada gejala-gejala lain kecuali gangguan kosmetik, tetapi kadang-kadang timbul
komplikasi-komplikasi. Goiter mungkin membesar secara difus dan atau bernodula.
Goiter merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia. Sebab utamanya adalah
efisiensi yodium, disamping factor-faktor lain misalnya bertambahnya kebutuhan yodium
pada masa pertumbuhan, kehamilan dan laktasi atau pengaruh-pengaruh zat-zat
goitrogenik. Goitrogenik sporadic dapat disebabkan factor genetic atau karena obat
(iatrogenic) antara lain metal atau propiltiourasil ( PTU ), tolbutamid, sulfaguanidin, PAS
dan lain-lain.
Penyakit goiter merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh
perawat. Sebagai mahasiswa keperawatan, harus memiliki pemahaman dan penguasaan
dalam menangani penyakit goiter. Makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa
dalam memahami penyakit goiter.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Goiter adalah pembesaran pada kelenjar tiroid disebut juga struma adalah suatu
pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan
glandula tiroid dapat berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan
morfologinya. Dampak struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid
yang dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ di sekitarnya. Di bagian posterior
medial kelenjar tiroid terdapat trakea dan esophagus. Struma dapat mengarah ke dalam
sehingga mendorong trakea, esophagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas
dan disfagia. Hal tersebut akan berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen,
nutrisi serta cairan dan elektrolit. Bila pembesaran keluar maka akan memberi bentuk
leher yang besar dapat asimetris atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan
disfagia Pembesaran ini dapat memiliki fungsi kelenjar yang normal (eutirodisme),
pasien tyroid (hipotiroidisme) atau kelebihan produksi hormon (hipetiroidisme). Terlihat
pembengkakan atau benjolan besar pada leher sebelah depan (pada tenggorokan) dan
terjadi akibat pertumbuhan kelenjar tiroid yang tidak normal. (Rahza, 2010)
Kelenjar tiroid yang membesar disebut goiter. Goiter dapat
menyertai hipo maupun hiperfungsi tiroid. Bila secara klinik tidak ada
tanda-tanda khas, disebut giter non-toksik. (Tambayong, 2000)
Gondok adalah suatu pembengkakan pada kelenjar tiroid yang
abnormal dan penyebabnya bisa bermacam-macam, dimana kelenjar
tiroid diperlukan untuk memproduksi hormon tiroid yang berfungsi
mengontrol

metabolisme

tubuh,

keseimbangan

tubuh

dan

pertumbuhan perkembangan yang normal.

B. Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Tiroid


Kelenjar tiroid ialah organ endokrin yang terletak di leher manusia. Fungsinya
ialah mengeluarkan hormon tiroid. Hormon yang terpenting ialah Thyroxine (T4) dan
Triiodothyronine (T3).

Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus, satu di sebelah kanan dan satu lagi disebelah
kiri. Keduanya dihubungkan oleh suatu struktur ( yang dinamakan isthmus atau ismus).
Setiap lobus berbentuk seperti buah pir. Kelenjar tiroid mempunyai satu lapisan kapsul
yang tipis dan pretracheal fascia. Pada keadaan tertentu kelenjar tiroid aksesoria dapat
ditemui di sepanjang jalur perkembangan embriologi tiroid.

Sel tiroid adalah satu-satunya sel dalam tubuh manusia yang dapat menyerap iodin
atau yodium yang diambil melalui pencernaan makanan. Iodin ini akan bergabung
dengan asam amino tirosin yang kemudian akan diubah menjadi T3 (triiodotironin) dan

T4 (tiroksin). Dalam keadaan normal pengeluaran T4 sekitar 80% dan T3 15%.


Sedangkan yang 5% adalah hormon-hormon lain seperti T2.
T3 dan T4 membantu sel mengubah oksigen dan kalori menjadi tenaga (ATP =
adenosin tri fosfat). T3 bersifat lebih aktif daripada T4. T4 yang tidak aktif itu diubah
menjadi T3 oleh enzim 5-deiodinase yang ada di dalam hati dan ginjal. Proses ini juga
berlaku di organ-organ lain seperti hipotalamus yang berada di otak tengah.
Hormon-hormon lain yang berkaitan dengan fungsi tiroid ialah TRH (thyroid
releasing hormon) dan TSH (thyroid stimulating hormon). Hormon-hormon ini
membentuk satu sistem aksis otak (hipotalamus dan pituitari)- kelenjar tiroid. TRH
dikeluarkan

oleh

hipotalamus

yang

kemudian

merangsang

kelenjar

pituitari

mengeluarkan TSH. TSH yang dihasilkan akan merangasang tiroid untuk mengeluarkan
T3 dan T4. Oleh kerena itu hal yang mengganggu jalur di atas akan menyebabkan
produksi T3 dan T4.
Adapun struktur tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel-vesikel yang dibatasi oleh
epitelium silinder disatukan oleh jaringan ikat sel-selnya mengeluarkan sera. Adapun
fungsi kelenjar tiroid adalah:
1.
2.
3.
4.
5.

Bekerja sebagai perangsang proses oksidasi


Mengatur pengguanaan oksidasi
Mengatur pengeluaran karbondioksida
Metabolik dalam hal pengaturan susunan kimia dalam jaringan
Pada anak mempengaruhi perkembangan fisik dan mental.

C. Etiologi
Berbagai faktor diidentifikasikan sebagai penyebab terjadinya
hipertropi kelenjar tiroid termasuk didalamnya defisiensi yodium,
goitrogenik glikosida agent (zat atau bahan ini dapat mensekresi
hormon tiroid) seperti ubi kayu, jagung, lobak, kangkung, kubis bila
dikonsumsi secara berlebihan, obat-obatan anti tiroid, anomali,
peradangan dan tumor/neoplasma.
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT yang
rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan
balik negative oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus. Apabila hipotiroidisme
terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah disebabkan oleh
rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena. tidak adanya umpan balik
negatif baik dari TSH maupun HT. Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi
hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.

Penyebab Goiter adalah:


1. Auto-imun (dimana tubuh menghasilkan antibodi yang menyerang
komponen spesifik pada jaringan tersebut).
2. Tiroiditis Hasimotos juga disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat adanya
otoantibodi yang merusak jaringan kelenjar tiroid. Hal ini menyebabkan penurunan
HT disertai peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan balik negatif yang
minimal, Penyebab tiroiditis otoimun tidak diketahui, tetapi tampaknya terdapat
kecenderungan genetic untuk mengidap penyakit ini. Penyebab yang paling sering
ditemukan adalah tiroiditis Hashimoto.Pada tiroiditis Hashimoto, kelenjar tiroid
seringkali membesar dan hipotiroidisme terjadi beberapa bulan kemudian akibat
rusaknya daerah kelenjar yang masih berfungsi.
3. Penyakit Graves.
Sistem kekebalan menghasilkan satu protein, yang disebut tiroid
stimulating
merangsang

imunoglobulin

(TSI).

kelenjar tiroid untuk

Seperti

dengan

memperbesar

TSH,

TSI

memproduksi

sebuah gondok.
4. Penyebab tersering adalah pengobatan terhadap hipertiroidisme baik yodium
radioaktif maupun pembedahan cenderung menyebabkan hipotiroidisme. Obatobatan tertentu yang dapat menekan produksi hormon tiroid.
5. Peningkatan Thyroid Stimulating Hormone (TSH) sebagai akibat dari
kecacatan dalam sintesis hormon normal dalam kelenjar tiroid
6. Gondok endemik adalah hipotiroidisme akibat defisiensi iodium dalam makanan.
Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid. Pada defisiensi iodiurn terjadi gondok
karena sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalarn usaha untuk
menyerap sernua iodium yang tersisa dalam darah. Kadar HT yang rendah akan
disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik. Kekurangan
yodium jangka panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid
yang kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa).

7. Multinodular Gondok.

Individu dengan gangguan ini memiliki satu atau lebih nodul di


dalam kelenjar tiroid yang menyebabkan pembesaran. Hal ini sering
terdeteksi sebagai nodular pada kelenjar perasaan pemeriksaan
fisik. Pasien dapat hadir dengan nodul tunggal yang besar dengan
nodul kecil di kelenjar, atau mungkin tampil sebagai nodul beberapa
ketika pertama kali terdeteksi.
8. Kanker Tiroid.

Thyroid dapat ditemukan dalam nodul tiroid meskipun kurang dari 5


persen dari nodul adalah kanker. Sebuah gondok tanpa nodul bukan
merupakan resiko terhadap kanker. Karsinoma tiroid dapat, tetapi tidak

selalu, menyebabkan hipotiroidisme. Namun, terapi untuk kanker


yang jarang dijumpai ini antara lain adalah tiroidektomi, pemberian
obat

penekan

TSH,

atau

terapi

iodium

radioaktif

untuk

mengbancurkan jaringan tiroid. Semua pengobatan ini dapat


menyebabkan hipotiroidisme. Pajanan ke radiasi, terutama masa
anak-anak, adalah penyebab kanker tiroid. Defisiensi iodium juga
dapat meningkatkan risiko pembentukan kanker tiroid karena hal
tersebut merangsang proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.
9. Kehamilan

Sebuah hormon yang disekresi selama kehamilan yaitu gonadotropin


dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid.

10.

Kurang iodium dalam diet, sehingga kinerja kelenjar tiroid

berkurang

dan

menyebabkan

pembengkakan.

Yodium

sendiri

dibutuhkan untuk membentuk hormon tyroid yang nantinya akan


diserap di usus dan disirkulasikan menuju bermacam-macam
kelenjar. Kelenjar tersebut diantaranya:
a.

Choroid

b.

Ciliary body

c.

Kelenjar mammae

d.

Plasenta

e.

Kelenjar air ludah

f.

Mukosa lambung

g.

Intenstinum tenue

h.

Kelenjar gondok

Sebagian besar unsur yodium ini dimanfaatkan di kelenjar gondok.


Jika kadar yodium di dalam kelenjar gondok kurang, dipastikan
seseorang akan mengidap penyakit gondok.

D. Klasifikasi
1. Goiter kongenital
Hampir selalu ada pada bayi hipertiroid kongenital, biasanya tidak
besar dan sering terjadi pada ibu yang memiliki riwayat penyakit
graves.
2. Goiter endemik dan kretinisme
Biasa terjadi pada daerah geografis dimana detistensi yodium
berat, dekompensasi dan hipotiroidisme dapat timbul karenanya,
goiter endemik ini jarang terjadi pada populasi yang tinggal
disepanjang laut.
3. Goiter sporadis
Goiter yang terjadi oleh berbagai sebab diantaranya tiroiditis
fositik yang terjadi lazim pada saudara kandung, dimulai pada
awal

kehidupan

hipertiroidisme

dan

yang

kemungkinan

merupakan

bersama

petunjuk

dengan

penting

untuk

diagnosa. Digolongkan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu :


a. Goiter yodium
Goiter akibat pemberian yodium biasanya keras

dan

membesar secara difus, dan pada beberapa keadaan,


hipotirodisme dapat berkembang.
b. Goiter sederhana (Goiter kollot)
Yang tidak diketahui asalnya. Pada pasien bistokgis tiroid
tampak normal atau menunjukan berbagai ukuran follikel,
koloid dan epitel pipih.
c. Goiter multinodular
Goiter keras dengan permukaan berlobulasi dan tunggal atau
banyak

nodulus

yang

dapat

diraba,

mungkin

terjadi

perdarahan, perubahan kistik dan fibrosis.


4. Goiter intratrakea
Tiroid intralumen terletak dibawah mukosa trakhea dan sering
berlanjut dengan tiroid ekstratrakea yang terletak secara normal.

Klasifikasi Goiter menurut WHO :


1. Stadium O A
2. Stadium O B

: tidak ada goiter.


: goiter terdeteksi dari palpasi tetapi tidak

terlihat walaupun leher terekstensi penuh.


3. Stadium I
: goiter palpasi dan terlihat hanya jika leher
terekstensi penuh.
4. Stadium II
: goiter terlihat pada leher dalam Potersi.
5. Stadium III
: goiter yang besar terlihat dari Darun.
E. Manifestasi Klinis
Gejala utama :
1.
Pembengkakan, mulai dari ukuran sebuah nodul kecil untuk
sebuah

benjolan

besar,

di

bagian

depan

leher

tepat

di

bawah Adams apple.


2.
Perasaan sesak di daerah tenggorokan.
3.
Kesulitan bernapas (sesak napas), batuk, mengi (karena
4.
5.
6.
7.
8.

kompresi batang tenggorokan).


Kesulitan menelan (karena kompresi dari esofagus).
Suara serak.
Distensi vena leher.
Pusing ketika lengan dibangkitkan di atas kepala
Kelainan fisik (asimetris leher)

Dapat juga terdapat gejala lain, diantaranya :


1.
Tingkat peningkatan denyut nadi
2.
Detak jantung cepat
3.
Diare, mual, muntah
4.
Berkeringat tanpa latihan
5.
Goncangan
6.
Agitasi

F. Patofisiologi Struma
Aktifitas utama kelenjar tiroid adalah untuk berkonsentrasi
yodium dari darah untuk membuat hormon tiroid. Kelenjar tersebut
tidak dapat membuat hormon tiroid cukup jika tidak memiliki cukup
yodium. Oleh karena itu, dengan defisiensi yodium individu akan

menjadi hipotiroid. Akibatnya, tingkat hormon tiroid terlalu rendah dan


mengirim sinyal ke tiroid. Sinyal ini disebut thyroid stimulating
hormone (TSH). Seperti namanya, hormon ini merangsang tiroid untuk
menghasilkan hormon tiroid dan tumbuh dalam ukuran yang besar
Pertumbuhan abnormal dalam ukuran menghasilkan apa yang disebut
sebuah gondok
Kelenjar tiroid dikendalikan oleh thyroid stimulating hormone
(TSH) yang juga dikenal sebagai thyrotropin. TSH disekresi dari
kelenjar hipofisis, yang pada gilirannya dipengaruhi oleh hormon
thyrotropin releasing hormon (TRH) dari hipotalamus. Thyrotropin
bekerja pada reseptor TSH terletak pada kelenjar tiroid. Serum hormon
tiroid levothyroxine dan triiodothyronine umpan balik ke hipofisis,
mengatur produksi TSH. Interferensi dengan sumbu ini TRH hormon
tiroid TSH menyebabkan perubahan fungsi dan struktur kelenjar tiroid.
Stimulasi dari reseptor TSH dari tiroid oleh TSH, TSH reseptor antibodi,
atau agonis reseptor TSH, seperti chorionic gonadotropin, dapat
mengakibatkan gondok difus. Ketika sebuah kelompok kecil sel tiroid,
sel inflamasi, atau sel ganas metastasis untuk tiroid terlibat, suatu
nodul tiroid dapat berkembang.
Kekurangan dalam sintesis
menyebabkan

produksi

TSH

hormon

tiroid

meningkat.

atau

asupan

Peningkatan

TSH

menyebabkan peningkatan cellularity dan hiperplasia kelenjar tiroid


dalam upaya untuk menormalkan kadar hormon tiroid. Jika proses ini
berkelanjutan,

maka

kekurangan hormon

akan
tiroid

mengakibatkan
termasuk

gondok.

Penyebab

kesalahan bawaan

sintesis

hormon tiroid, defisiensi yodium, dan goitrogens.


Gondok dapat juga terjadi hasil dari sejumlah agonis reseptor
TSH. Pendorong reseptor TSH termasuk antibodi reseptor TSH,
resistensi terhadap hormon tiroid hipofisis, adenoma kelenjar hipofisis
hipotalamus

atau,

dan

tumor

memproduksi

human

chorionic

gonadotropin.
Pemasukan iodium yang kurang, gangguan berbagai enzim dalam
tubuh, hiposekresi TSH, glukosil goitrogenik (bahan yang dapat
menekan sekresi hormone tiroid), gangguan pada kelenjar tiroid

sendiri serta factor pengikat dalam plasma sangat menentukan


adekuat tidaknya sekresi hormone tiroid. Bila kadar kadar hormone
tiroid kurang maka akan terjadi mekanisme umpan balik terhadap
kelenjar tiroid sehingga aktifitas kelenjar meningkat dan terjadi
pembesaran (hipertrofi).
Dampak goiter terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar
tiroid yang dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ lain di
sekitarnya. Di bagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trakea
dan

esophagus.

Goiter

dapat

mengarah

ke

dalam

sehingga

mendorong trakea, esophagus dan pita suara sehingga terjadi


kesulitan bernapas dan disfagia yang akan berdampak terhadap
gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit.
Penekanan pada pita suara akan menyebabkan suara menjadi serak
atau parau.
Bila pembesaran keluar, maka akan memberi bentuk leher yang
besar dapat simetris atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan
disfagia. Tentu dampaknya lebih ke arah estetika atau kecantikan.
Perubahan bentuk leher dapat mempengaruhi rasa aman dan konsep
diri klien. (Rahza, 2010)

WOC Struma/Goiter

Pembesaran tampak diluar


Sesak, kesulitan bernafas
Mengganggu penampilan

Disfagia

Hambatan Komunikasi Verbal


Defisiensi Iodium Kelainan Metabolic
Penghambat
Kongenital Sintesa Hormone Oleh Zat Kimia Dan

Perlukaan Terhadap Laring

Pembedahan

Struma Noduler Non toksik

Tumbuh Dijaringan Tiroid

Sulit Menelan

Disfagia

Intake Nutrisi Kurang


Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuha

Penurunan Kekuatan Dan Ketahanan Otot

Terdapat Jahitan

Kelemahan

Deficit Perawatan Diri

General Anastesi

Luka insisi dikontinuitas jaringan

Depresi System Pernapasan


Mediator Kimia, Bradikulin, Instamin Prostaglandin Ter

Estetika

Gangguan Konsep Diri

Penekanan Modula Oblongata


Rangsang Ujung Saraf Perifer Menghantarkan Rangs
Pintu Masuk Kuman

Mempermudah Masuknya Kuman/Bakeri

Penurunan reflek batuk

Akumulasi Sputum
Resiko Infeksi

G. Penatalaksanaan

Substansia Gelatinosa

Thalamus Kortek Serebri

Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas


Gangguan Rasa Nyaman

Nyeri

Perawatan akan tergantung pada penyebab gondok.


1. Defisiensi Yodium
Gondok disebabkan kekurangan yodium dalam makanan
maka akan diberikan suplementasi yodium melalui mulut. Hal ini
akan menyebabkan penurunan ukuran gondok, tapi sering
gondok tidak akan benar-benar menyelesaikan.
2. Hashimoto Tiroiditis
Jika gondok disebabkan Hashimoto tiroiditis dan hipotiroid,
maka akan diberikan suplemen hormon tiroid sebagai pil setiap
hari. Perawatan ini akan mengembalikan tingkat hormon tiroid
normal, tetapi biasanya tidak membuat gondok benar-benar
hilang. Walaupun gondok juga bisa lebih kecil, kadang-kadang
ada terlalu banyak bekas luka di kelenjar yang memungkinkan
untuk mendapatkan gondok yang jauh lebih kecil. Namun,
pengobatan hormon tiroid biasanya akan mencegah bertambah
besar.
3. Hipertiroidisme
Jika gondok

karena

hipertiroidisme,

perawatan

akan

tergantung pada penyebab hipertiroidisme. Untuk beberapa


penyebab

hipertiroidisme,

hilangnya

gondok.

perawatan

Misalnya,

dapat

pengobatan

menyebabkan

penyakit

Graves

dengan yodium radioaktif biasanya menyebabkan penurunan


atau hilangnya gondok.
Tujuan pengobatan

hipertiroidisme

adalah

membatasi

produksi hormon tiroid yang berlebihan dengan cara menekan


produksi (obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium
radioaktif, tiroidektomi subtotal).
a. Obat antitiroid
Indikasi :
Terapi untuk memperpanjang remisi atau mendapatkan
remisi yang menetap, pada pasien muda dengan struma

ringan sampai sedang dan tirotoksikosis.


Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase sebelum
pengobatan, atau sesudah pengobatan pada pasien yang

mendapat yodium aktif.


Persiapan tiroidektomi
Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia

Pasien dengan krisis tiroid


Obat antitiroid yang sering digunakan :
Karbimazol
Metimazol
Propiltourasil

b.

c.

30-60
30-60
300-600

5-20
5-20
5-200

Pengobatan dengan yodium radioaktif


Indikasi :
Pasien umur 35 tahun atau lebih
Hipertiroidisme yang kambuh
Gagal mencapai remisi sesudah pemberian obat antitiroid
Adenoma toksik, goiter multinodular toksik
Operasi
Tiroidektomi subtotal efektif untuk mengatasi hipertiroidisme.
Indikasi :
Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak
berespons terhadap obat antitiroid.
Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan
obat antitiroid dosis besar
Alergi terhadap obat antitiroid,

pasien

tidak

dapat

menerima yodium radioaktif


Adenoma toksik atau struma multinodular toksik
Pada penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau
lebih nodul
Multinodular
H. Pencegahan
Pencegahan primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk
menghindari diri dari berbagai faktor resiko. Beberapa pencegahan
yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya struma adalah:
1. Memberikan edukasi kepada masyarakat dalam hal merubah pola
perilaku makan dan memasyarakatkan pemakaian garam yodium.
2. Mengkonsumsi makanan yang merupakan sumber yodium seperti
ikan laut, ganggang-ganggangan dan sayuran hijau.
3. Mengkonsumsi yodium dengan cara memberikan

garam

beryodium setelah dimasak, tidak dianjurkan memberikan garam


sebelum memasak untuk menghindari hilangnya yodium dari
makanan.

4. Pada ibu hamil dianjurkan agar tidak menggunakan obat-obatan


yang beresiko untuk ketergantungan goiter kongenital.
5. Iodisai air minum untuk wilayah tertentu dengan resiko tinggi.
Cara ini memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan
dengan garam karena dapat terjangkau daerah luas dan terpencil.
Iodisasi dilakukan dengan yodida diberikan dalam saluran air
dalam pipa, yodida yang diberikan dalam air yang mengalir, dan
penambahan yodida dalam sediaan air minum.
6. Memberikan kapsul minyak beryodium (lipiodol) pada penduduk
di

daerah

endemik

berat

dan

endemik

sedang.

Sasaran

pemberiannya adalah semua pria berusia 0-20 tahun dan wanita


0-35 tahun, termasuk wanita hamil dan menyusui yang tinggal di
daerah endemis berat dan endemis sedang. Dosis pemberiannya
bervariasi sesuai umur dan kelamin.
7. Memberikan suntikan yodium dalam minyak (lipiodol 40%)
diberikan 3 tahun sekali dengan dosis untuk dewasa dan anakanak di atas 6 tahun 1 cc dan untuk anak kurang dari 6 tahun 0,20,8 cc.
8. Hindari mengkonsumsi secara berlebihan makanan-makanan
yang

mengandung

goitrogenik

glikosida

agent

yang

dapat

menekan sekresi hormone tiroid seperti ubi kayu, jagung, lobak,


kankung, dan kubis.
I. Prognosis
Penyakit Goiter umumnya prognosis baik, karena bukan merupakan /
termasuk

golongan

penyakit

yang

mematikan.

pembesaran kelenjar tiroid yang terjadi

Namun

dengan

dapat menghambat jalan

nafas dan jalan masuknya makanan yang bisa menimbulkan efek yang
berbahaya sehingga harus segera dilakukan operasi pengangkatan
kelenjar tiroid
J. Komplikasi
1. Pembesaran kelenjar tiroid
2. Perdarahan Gastro Intestinal
3. Sesak nafas

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
Anamnesa didapat :
a. Identifikasi klien.
Mualai dari nama, alamat, status , dan pekerjaan Klien.
b. Keluhan utama klien
Pada klien hipothyroid keluhan yang dirasakan pada umumnya
adalah adanya benjolan pada leher bagian depan.
c. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher
yang

semakin

membesar

sehingga

mengakibatkan

sulit

menelan dan terganggunya pernafasan karena penekanan


trakhea eusofagus sehingga perlu dilakukan operasi.
d. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan
dengan penyakit gondok, misalnya kekurangan yodium (gondok
endemik), pernah menderita gondok lebih dari satu kali,
tetangga atau penduduk sekitar berpenyakit gondok. Selain itu
juga ditanyakan riwayat tiroiditis limfositik menahun, paparan
bahan-bahan

goitrogen

(yodium,

tiourasil,

dsb),

post

op

tiroidektomi, dan hipopituitarisme.


e. Riwayat kesehatan keluarga
Dimaksudkan barangkali ada anggota keluarga yang menderita
sama dengan klien saat ini.
f. Riwayat psikososial
Akibat
dari
pembesaran

nodul

kelenjar

tiroid

yang

menyebabkan daerah leher klien terlihat benjolan yang besar,


sehingga ada kemungkinan klien merasa malu dengan orang
lain.
2. Pemeriksaan fisik
a. B1 (Breath)
1) Pernapasan lambat
2) suara parau dan kasar.
3) sesak
b. B2 (Blood)
1) Nadi lambat
2) Tekanan darah turun
3) RR lambat

4) Suhu rendah
c. B3 (Bladder) : Poliuri
d. B4 (Brain)
1) Komposmentis
2) Gangguan koordinasi
e. B5 (Bowel)
1) Konstipasi
2) Disphagia
f. B6 (Bone)
1) Kelemahan otot
2) Parasthesia jari jari tangan
3) Kelelahan dan atrofi otot
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan penunjang
1) Human thyrologlobulin( untuk keganasan thyroid)
2) Kadar T3, T4
3) Nilai normal T3=0,6-2,0 , T4= 4,6-11Darah rutin
4) Endo Crinologiie minimal tiga hari berturut turut (BMR) nilai
normal antara 10s/d +15
5) Kadar

calsitoxin

(hanya

pada

pebnderita

tg

dicurigai

carsinoma meduler).
b. Pemeriksaan radiologis
1) Dilakukan foto thorak posterior anterior
2) Foto polos leher antero posterior dan lateral dengan metode
soft tissu technig .
3) Esofagogram bila dicurigai adanya infiltrasi ke esofagus.
B. NIC
1. Pola nafas, ketidakefektifan berhubungan dengan adanya penekanan
kelenjar tiroid terhadap trakea.
Definisi: inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak memberi vemtilasi adekuat
Intervensi keperawatan yang disarankan untuk menyelesaikan masalah:
Manajemen jalan nafas
Penghisapan lender pada jalan nafas
Manajemen alergi
Manajemen anafilaksis
Pengurangan kecemasan
Manajemen jalan nafas buatan
Manajemen asma
Manajemen batuk

Manajemen ventilasi mekanik: inpasif


Manajemen ventilasi mekanik: non inpasif
Manajemen ventilasi mekanik: pencegahan pneumonia
Penyapihan ventilasi mekanik
Pemberian obat
Pemberian obat: hidung
Terapi oksigen
Monitor pernafasan
Surpeilens
Bantuan ventilasi
Monitor TTV
Pilihan intervensi tambahan
Monitor asam-basa
Stabilisasi dan membuka jalan nafas
Pemberian analgesic
Pencegahan aspirasi
Fisioterapi dada
Perawatan gawat darurat
Dukungan emosional
Ekstubasi endotrakea
Manajemen energy
Monitor cairan
Manajemen pengobatan
Monitor neurologi
Manajemen nyeri
Phlebotomy: sampel darah arteri
Phlebotomy: sampel darah vena
Pengaturan posisi
Menghadirkan diri
Relaksasi otot progresif
Resusitasi
Bantuan penghentian merokok
Perawatan selang: dada
2. Nutrisi: ketidakseimbangan, kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan kesulitan menelan makanan.

tubuh

Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic


Intervensi keperawatan yang disarankan untuk menyelesaikan masalah:
Manajemen diare
Penahapan diet
Manajemen gangguan makan
Bantuan sumber keuangan, pendapatan
Manajemen elektrolit/cairan
Manajemen cairan
Monitor cairan
Konseling laktasi
Manajemen nutrisi

Terapi nutrisi
Konseling nutrisi
Monitor nutrisi
Bantuan perawatan diri: pemberian makan
Dukungan pemeliharaan kehidupan
Terapi menelan
Monitor tanda-tanda vital
Bantuan peningkatan berat badan
Manajemen berat badan
Pilihan intervensi tambahan:
Manajemen alergi
Pemberian makan dengan botol
Manajemen saluran cerna
Manajemen alat akses vena sentral
Manajemen kemoterapi
Manajemen demensia
Manajemen energi
Pemberian makan dengan tabung enteral
Pemberian makan
Intubasi gastrointestinal
Manajemen hiperglikemi
Manajemen hipoglikemi
Perawatan bayi
Pemasangan infus
Terapi intravena/IV
Interpretasi data laboratorium manajemen pengobatan
Pengaturan tujuan saling menguntungkan phlebotomy: sampel darah vena
Pengaturan posisi
Manajemen terapi radiasi
Rujukan
Pengajaran : individu
Pengajaran: peresepan diet
Pemberian nutrisis total parenteral/TPN
3. Nyeri, akut berhubungan dengan tindakan bedah dan jaringan atau
otot dan jaringan atau otot dan edema pasca operasi
Definisi: pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (international
association for the study of pain); awitanyang tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau di
prediksi dan berlangsung <6 bulan
Intervensi keperawatan yang disarankan untuk menyelesaikan masalah:

Akupressur
Pemberian analgetik
Pemeberian analgetik: intraspinal
Pemberian anastesi
Pengurangan kecemasan
Stimulasi kutaneus
Manajemen lingkungan: kenyaman
Pengurangan perut kembung
Aplikasi panas atau dingin
Pemberian obat
Pemberian obat: intramuskuler
Pemberian obat intravena
Pemberian obat: oral
Manajemen pengobatan
Peresepan obat
Manajemen nyeri
Bantuan pasien untuk mengontrol pemberian analgesik
Manajemen prolaps rectum
Manajemen sedasi
Stimulasi listrik saraf transputaneus (TENS)
Pilihan intervensi tambahan:
Mendengar aktif
Terapi bantuan hewan
Latihan autogenic
Memandikan
Biofeedback
Peningkatan mekanika tubuh
Manajemen saluran cerna
Penngkatan koping
Pengalihan
Dukungan emosional
Manajemen energy
Manajemen lingkungan
Peningkatan latihan
Peningkatan latihan: peregangan
Terapi latihan: ambulasi
Terapi latihan: keseimbangan
Terapi latihan: pergerakan sendi
Terapi latihan: kontrol otot
Fasilitasi proses berduka
Imajinasi terbimbing
Inspirasi harapan
Humor

Hypnosis
Perawatan intrapartum: resiko tinggi melahirkan
Supresi laktasi
Pemijatan
Fasilitasi meditasi
Terapi music
Pemulihan kesehatan mulut
Terapi oksigen
Pengaturan posisi
Perawatan paska anastesi
Persiapan informasi sensorik
Menghadirkan diri
Relaksasi otot progresif
Terapi relaksasi
Peningkatan keamanan
Fasilitasi hypnosis diri
Peningkatan tidur
Bermain terapeutik
Sentuhan terapeutik
Sentuhan
Monitor TTV

C. NOC
1. Pola nafas, ketidakefektifan berhubungan dengan adanya penekanan
kelenjar tiroid terhadap trakea.
Definisi: inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat.
Outcome untuk mengukur penyelesaian dari diagnosis
Respon penyapihan ventilasi mekanik: dewasa
Status pernafasan
Status pernafasan: ventilasi
Outcome tambahan untuk mengukur batasan karakteristik
Respon alergi: sistemik
Status pernafasan: kepatenan jalan nafas
Status pernafasan: pertukaran gas
Keparahan syok: anafilaksis
Outcome yang berkaitan dengan factor yang berhubungan atau
outcome menengah
Keparahan respirasi asidosis akut

Keparahan respiratori alkalosis akut


Tingkat kecemasan
Kognisi
Konservasi energy
Kelelahan: efek yang menganggu
Tingkat kelelahan
Status neurologi: otonomik
Status neurologi: sensori tulang punggung/ fungsi motoric
Tingkat nyeri
Organisasi atau (pengelolaan) bayi premature
Manajemen diri: asma
Manajemen diri: penyakit paru obstruktif kronik
Perilaku berhenti merokok
Berat badan: masa tubuh
2. Nutrisi: ketidakseimbangan, kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan kesulitan menelan makanan.

tubuh

Definisi: asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik


Outcome untuk mengukur penyelesaian dari diagnosis
Status nutrisi bayi
Status nutrisi
Status nutrisi: asupan nutrisi
Outcome tambahan untuk mengukur batasan karakteristik
Nafsu makan
Eliminasi usus
Keberhasilan menyusui: bayi
Pemberian makan melalui cangkir: bayi
Tingkat ketidaknyamanan
Pengetahuan: diet sehat
Status nutrisi: pengukuran biokimia
Status nutrisi: energy
Status nutrisi: asupan makanan dan cairan
Kesehatan mulut
Tingkat nyeri
Fungsi sensori: pengecap dan pembau
Status menelan
Perfusi jaringan: perifer
Berat badan: masa tubuh
Outcome yang berkaitan dengan factor yang berhubungan atau
outcome menengah

Perilaku patuh: diet yang sehat


Perilaku patuh: diet yang disarankan
Tingkat depresi
kontrol diri terhadap kelainan makan
kelelahan: efek yang mengganggu
fungsi gastrointestinal
kepercayaan mengenai kesehatan
kepercayaan mengenai kesehatan: sumber-sumber yang diterima
3. Nyeri, akut berhubungan dengan tindakan bedah dan jaringan atau
otot dan jaringan atau otot dan edema pasca operasi
Definisi: pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (international
association for the study of pain) ; awitan yang tiba-tiba atau lambaat dari
intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi dan berlangsung <6 bulan
Outcome untuk mengukur penyelesaian dari diagnosis
Control nyeri
Tingkat nyeri
Outcome tambahan untuk mengukur batasan karakteristik
Tingkat kecemasan
Nafsu makan
Kepuasan klien: manajemen nyeri
Kepuasan klien: control gejala
Status kenyamanan
Status kenyamanan: fisik
Tingkat ketidaknyamanan
Pergerakan
Keparahan mual dan muntah
Nyeri: respon psikologis tambahan
Nyeri: efek yang mengganggu
Tidur
Control gejala
Keparahan gejala
Tanda-tanda vital
Outcome yang berkaitan dengan factor yang berhubungan atau
outcome menengah
Pemulihan luka bakar
Fungsi gastrointestinal

Fungsi ginjal
Pengetahuan: manajemen penyakit akut
Pengetahuan: manajemen penyakit peradangan usus
Pengetahuan: manajemen nyeri
Respon pengobatan
Status neurologi
Keparahan cedera fisik
Manajemen diri: penyakit akut
Tingkat stress
Pemulihan pembedahan: penyembuhan
Pemulihan pembedahan: segera setelah operasi
Integritas jaringan: kulit dan membrane mukosa
Perfusi jaringan
Perfusi jaringan: organ abdominal
Perfusi jaringan: kardiak
Perfusi jaringan seluler
Perfusi jaringan: perifer
Penyembuhan luka: primer
Peneyembuhan luka: sekunder

Daftar Pustaka
1. Bruner, Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
2. Syafudin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan,. Jakarta :EGC
3. Sylvia A. Price, Dkk. Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit, edisi 4,
EGC, Jakarta, 1995.
4. Doenges Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
5. Guyton, Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC
6. Santoso, Agung. 2009. Asuhan Keperawatan Pasien Struma. Disitasi dari
http://nersgoeng.blogspot.com/2009/05/asuhan-keperawatan-pasien-struma.html.
pada tanggal 19 April 2010
7. http://www.scribd.com/doc/92819549/Goiter
8. http://yudithaadiningsih.blogspot.com/2011/07/askep-goiter.html

Anda mungkin juga menyukai