STRUMA / GOITER
NAMA KELOMPOK:
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
ALQNA MIFTASYAH
ELBA HABIBURRAHMA
ISHMAH AINI RUFAIDAH
MIA FARLENA
REPI KARLINA
AMMIRA FATIMA
EMMY PUJI ASTUTI
NYIMAS MARYAMA
SISCA AYU VAMELA
VIA ANGGRIYANI
YANTI SAPUTRI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Goiter merupakan gangguan yang sangat sering dijumpai dan menyerang 16 %
perempuan dan 4 % laki-laki yang berusia antara 20 sampai 60 tahun seperti yang telah
dibuktikan oleh suatu penyelidikan di Tecumseh, suatu komunitas di Michigan. Biasanya
tidak ada gejala-gejala lain kecuali gangguan kosmetik, tetapi kadang-kadang timbul
komplikasi-komplikasi. Goiter mungkin membesar secara difus dan atau bernodula.
Goiter merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia. Sebab utamanya adalah
efisiensi yodium, disamping factor-faktor lain misalnya bertambahnya kebutuhan yodium
pada masa pertumbuhan, kehamilan dan laktasi atau pengaruh-pengaruh zat-zat
goitrogenik. Goitrogenik sporadic dapat disebabkan factor genetic atau karena obat
(iatrogenic) antara lain metal atau propiltiourasil ( PTU ), tolbutamid, sulfaguanidin, PAS
dan lain-lain.
Penyakit goiter merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh
perawat. Sebagai mahasiswa keperawatan, harus memiliki pemahaman dan penguasaan
dalam menangani penyakit goiter. Makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa
dalam memahami penyakit goiter.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Goiter adalah pembesaran pada kelenjar tiroid disebut juga struma adalah suatu
pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan
glandula tiroid dapat berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan
morfologinya. Dampak struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid
yang dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ di sekitarnya. Di bagian posterior
medial kelenjar tiroid terdapat trakea dan esophagus. Struma dapat mengarah ke dalam
sehingga mendorong trakea, esophagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas
dan disfagia. Hal tersebut akan berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen,
nutrisi serta cairan dan elektrolit. Bila pembesaran keluar maka akan memberi bentuk
leher yang besar dapat asimetris atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan
disfagia Pembesaran ini dapat memiliki fungsi kelenjar yang normal (eutirodisme),
pasien tyroid (hipotiroidisme) atau kelebihan produksi hormon (hipetiroidisme). Terlihat
pembengkakan atau benjolan besar pada leher sebelah depan (pada tenggorokan) dan
terjadi akibat pertumbuhan kelenjar tiroid yang tidak normal. (Rahza, 2010)
Kelenjar tiroid yang membesar disebut goiter. Goiter dapat
menyertai hipo maupun hiperfungsi tiroid. Bila secara klinik tidak ada
tanda-tanda khas, disebut giter non-toksik. (Tambayong, 2000)
Gondok adalah suatu pembengkakan pada kelenjar tiroid yang
abnormal dan penyebabnya bisa bermacam-macam, dimana kelenjar
tiroid diperlukan untuk memproduksi hormon tiroid yang berfungsi
mengontrol
metabolisme
tubuh,
keseimbangan
tubuh
dan
Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus, satu di sebelah kanan dan satu lagi disebelah
kiri. Keduanya dihubungkan oleh suatu struktur ( yang dinamakan isthmus atau ismus).
Setiap lobus berbentuk seperti buah pir. Kelenjar tiroid mempunyai satu lapisan kapsul
yang tipis dan pretracheal fascia. Pada keadaan tertentu kelenjar tiroid aksesoria dapat
ditemui di sepanjang jalur perkembangan embriologi tiroid.
Sel tiroid adalah satu-satunya sel dalam tubuh manusia yang dapat menyerap iodin
atau yodium yang diambil melalui pencernaan makanan. Iodin ini akan bergabung
dengan asam amino tirosin yang kemudian akan diubah menjadi T3 (triiodotironin) dan
oleh
hipotalamus
yang
kemudian
merangsang
kelenjar
pituitari
mengeluarkan TSH. TSH yang dihasilkan akan merangasang tiroid untuk mengeluarkan
T3 dan T4. Oleh kerena itu hal yang mengganggu jalur di atas akan menyebabkan
produksi T3 dan T4.
Adapun struktur tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel-vesikel yang dibatasi oleh
epitelium silinder disatukan oleh jaringan ikat sel-selnya mengeluarkan sera. Adapun
fungsi kelenjar tiroid adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
C. Etiologi
Berbagai faktor diidentifikasikan sebagai penyebab terjadinya
hipertropi kelenjar tiroid termasuk didalamnya defisiensi yodium,
goitrogenik glikosida agent (zat atau bahan ini dapat mensekresi
hormon tiroid) seperti ubi kayu, jagung, lobak, kangkung, kubis bila
dikonsumsi secara berlebihan, obat-obatan anti tiroid, anomali,
peradangan dan tumor/neoplasma.
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT yang
rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan
balik negative oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus. Apabila hipotiroidisme
terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah disebabkan oleh
rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena. tidak adanya umpan balik
negatif baik dari TSH maupun HT. Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi
hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.
imunoglobulin
(TSI).
Seperti
dengan
memperbesar
TSH,
TSI
memproduksi
sebuah gondok.
4. Penyebab tersering adalah pengobatan terhadap hipertiroidisme baik yodium
radioaktif maupun pembedahan cenderung menyebabkan hipotiroidisme. Obatobatan tertentu yang dapat menekan produksi hormon tiroid.
5. Peningkatan Thyroid Stimulating Hormone (TSH) sebagai akibat dari
kecacatan dalam sintesis hormon normal dalam kelenjar tiroid
6. Gondok endemik adalah hipotiroidisme akibat defisiensi iodium dalam makanan.
Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid. Pada defisiensi iodiurn terjadi gondok
karena sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalarn usaha untuk
menyerap sernua iodium yang tersisa dalam darah. Kadar HT yang rendah akan
disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik. Kekurangan
yodium jangka panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid
yang kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa).
7. Multinodular Gondok.
penekan
TSH,
atau
terapi
iodium
radioaktif
untuk
10.
berkurang
dan
menyebabkan
pembengkakan.
Yodium
sendiri
Choroid
b.
Ciliary body
c.
Kelenjar mammae
d.
Plasenta
e.
f.
Mukosa lambung
g.
Intenstinum tenue
h.
Kelenjar gondok
D. Klasifikasi
1. Goiter kongenital
Hampir selalu ada pada bayi hipertiroid kongenital, biasanya tidak
besar dan sering terjadi pada ibu yang memiliki riwayat penyakit
graves.
2. Goiter endemik dan kretinisme
Biasa terjadi pada daerah geografis dimana detistensi yodium
berat, dekompensasi dan hipotiroidisme dapat timbul karenanya,
goiter endemik ini jarang terjadi pada populasi yang tinggal
disepanjang laut.
3. Goiter sporadis
Goiter yang terjadi oleh berbagai sebab diantaranya tiroiditis
fositik yang terjadi lazim pada saudara kandung, dimulai pada
awal
kehidupan
hipertiroidisme
dan
yang
kemungkinan
merupakan
bersama
petunjuk
dengan
penting
untuk
dan
nodulus
yang
dapat
diraba,
mungkin
terjadi
benjolan
besar,
di
bagian
depan
leher
tepat
di
F. Patofisiologi Struma
Aktifitas utama kelenjar tiroid adalah untuk berkonsentrasi
yodium dari darah untuk membuat hormon tiroid. Kelenjar tersebut
tidak dapat membuat hormon tiroid cukup jika tidak memiliki cukup
yodium. Oleh karena itu, dengan defisiensi yodium individu akan
produksi
TSH
hormon
tiroid
meningkat.
atau
asupan
Peningkatan
TSH
maka
kekurangan hormon
akan
tiroid
mengakibatkan
termasuk
gondok.
Penyebab
kesalahan bawaan
sintesis
atau,
dan
tumor
memproduksi
human
chorionic
gonadotropin.
Pemasukan iodium yang kurang, gangguan berbagai enzim dalam
tubuh, hiposekresi TSH, glukosil goitrogenik (bahan yang dapat
menekan sekresi hormone tiroid), gangguan pada kelenjar tiroid
esophagus.
Goiter
dapat
mengarah
ke
dalam
sehingga
WOC Struma/Goiter
Disfagia
Pembedahan
Sulit Menelan
Disfagia
Terdapat Jahitan
Kelemahan
General Anastesi
Estetika
Akumulasi Sputum
Resiko Infeksi
G. Penatalaksanaan
Substansia Gelatinosa
Nyeri
karena
hipertiroidisme,
perawatan
akan
hipertiroidisme,
hilangnya
gondok.
perawatan
Misalnya,
dapat
pengobatan
menyebabkan
penyakit
Graves
hipertiroidisme
adalah
membatasi
b.
c.
30-60
30-60
300-600
5-20
5-20
5-200
pasien
tidak
dapat
garam
daerah
endemik
berat
dan
endemik
sedang.
Sasaran
mengandung
goitrogenik
glikosida
agent
yang
dapat
golongan
penyakit
yang
mematikan.
Namun
dengan
nafas dan jalan masuknya makanan yang bisa menimbulkan efek yang
berbahaya sehingga harus segera dilakukan operasi pengangkatan
kelenjar tiroid
J. Komplikasi
1. Pembesaran kelenjar tiroid
2. Perdarahan Gastro Intestinal
3. Sesak nafas
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
Anamnesa didapat :
a. Identifikasi klien.
Mualai dari nama, alamat, status , dan pekerjaan Klien.
b. Keluhan utama klien
Pada klien hipothyroid keluhan yang dirasakan pada umumnya
adalah adanya benjolan pada leher bagian depan.
c. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher
yang
semakin
membesar
sehingga
mengakibatkan
sulit
goitrogen
(yodium,
tiourasil,
dsb),
post
op
nodul
kelenjar
tiroid
yang
4) Suhu rendah
c. B3 (Bladder) : Poliuri
d. B4 (Brain)
1) Komposmentis
2) Gangguan koordinasi
e. B5 (Bowel)
1) Konstipasi
2) Disphagia
f. B6 (Bone)
1) Kelemahan otot
2) Parasthesia jari jari tangan
3) Kelelahan dan atrofi otot
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan penunjang
1) Human thyrologlobulin( untuk keganasan thyroid)
2) Kadar T3, T4
3) Nilai normal T3=0,6-2,0 , T4= 4,6-11Darah rutin
4) Endo Crinologiie minimal tiga hari berturut turut (BMR) nilai
normal antara 10s/d +15
5) Kadar
calsitoxin
(hanya
pada
pebnderita
tg
dicurigai
carsinoma meduler).
b. Pemeriksaan radiologis
1) Dilakukan foto thorak posterior anterior
2) Foto polos leher antero posterior dan lateral dengan metode
soft tissu technig .
3) Esofagogram bila dicurigai adanya infiltrasi ke esofagus.
B. NIC
1. Pola nafas, ketidakefektifan berhubungan dengan adanya penekanan
kelenjar tiroid terhadap trakea.
Definisi: inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak memberi vemtilasi adekuat
Intervensi keperawatan yang disarankan untuk menyelesaikan masalah:
Manajemen jalan nafas
Penghisapan lender pada jalan nafas
Manajemen alergi
Manajemen anafilaksis
Pengurangan kecemasan
Manajemen jalan nafas buatan
Manajemen asma
Manajemen batuk
tubuh
Terapi nutrisi
Konseling nutrisi
Monitor nutrisi
Bantuan perawatan diri: pemberian makan
Dukungan pemeliharaan kehidupan
Terapi menelan
Monitor tanda-tanda vital
Bantuan peningkatan berat badan
Manajemen berat badan
Pilihan intervensi tambahan:
Manajemen alergi
Pemberian makan dengan botol
Manajemen saluran cerna
Manajemen alat akses vena sentral
Manajemen kemoterapi
Manajemen demensia
Manajemen energi
Pemberian makan dengan tabung enteral
Pemberian makan
Intubasi gastrointestinal
Manajemen hiperglikemi
Manajemen hipoglikemi
Perawatan bayi
Pemasangan infus
Terapi intravena/IV
Interpretasi data laboratorium manajemen pengobatan
Pengaturan tujuan saling menguntungkan phlebotomy: sampel darah vena
Pengaturan posisi
Manajemen terapi radiasi
Rujukan
Pengajaran : individu
Pengajaran: peresepan diet
Pemberian nutrisis total parenteral/TPN
3. Nyeri, akut berhubungan dengan tindakan bedah dan jaringan atau
otot dan jaringan atau otot dan edema pasca operasi
Definisi: pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (international
association for the study of pain); awitanyang tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau di
prediksi dan berlangsung <6 bulan
Intervensi keperawatan yang disarankan untuk menyelesaikan masalah:
Akupressur
Pemberian analgetik
Pemeberian analgetik: intraspinal
Pemberian anastesi
Pengurangan kecemasan
Stimulasi kutaneus
Manajemen lingkungan: kenyaman
Pengurangan perut kembung
Aplikasi panas atau dingin
Pemberian obat
Pemberian obat: intramuskuler
Pemberian obat intravena
Pemberian obat: oral
Manajemen pengobatan
Peresepan obat
Manajemen nyeri
Bantuan pasien untuk mengontrol pemberian analgesik
Manajemen prolaps rectum
Manajemen sedasi
Stimulasi listrik saraf transputaneus (TENS)
Pilihan intervensi tambahan:
Mendengar aktif
Terapi bantuan hewan
Latihan autogenic
Memandikan
Biofeedback
Peningkatan mekanika tubuh
Manajemen saluran cerna
Penngkatan koping
Pengalihan
Dukungan emosional
Manajemen energy
Manajemen lingkungan
Peningkatan latihan
Peningkatan latihan: peregangan
Terapi latihan: ambulasi
Terapi latihan: keseimbangan
Terapi latihan: pergerakan sendi
Terapi latihan: kontrol otot
Fasilitasi proses berduka
Imajinasi terbimbing
Inspirasi harapan
Humor
Hypnosis
Perawatan intrapartum: resiko tinggi melahirkan
Supresi laktasi
Pemijatan
Fasilitasi meditasi
Terapi music
Pemulihan kesehatan mulut
Terapi oksigen
Pengaturan posisi
Perawatan paska anastesi
Persiapan informasi sensorik
Menghadirkan diri
Relaksasi otot progresif
Terapi relaksasi
Peningkatan keamanan
Fasilitasi hypnosis diri
Peningkatan tidur
Bermain terapeutik
Sentuhan terapeutik
Sentuhan
Monitor TTV
C. NOC
1. Pola nafas, ketidakefektifan berhubungan dengan adanya penekanan
kelenjar tiroid terhadap trakea.
Definisi: inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat.
Outcome untuk mengukur penyelesaian dari diagnosis
Respon penyapihan ventilasi mekanik: dewasa
Status pernafasan
Status pernafasan: ventilasi
Outcome tambahan untuk mengukur batasan karakteristik
Respon alergi: sistemik
Status pernafasan: kepatenan jalan nafas
Status pernafasan: pertukaran gas
Keparahan syok: anafilaksis
Outcome yang berkaitan dengan factor yang berhubungan atau
outcome menengah
Keparahan respirasi asidosis akut
tubuh
Fungsi ginjal
Pengetahuan: manajemen penyakit akut
Pengetahuan: manajemen penyakit peradangan usus
Pengetahuan: manajemen nyeri
Respon pengobatan
Status neurologi
Keparahan cedera fisik
Manajemen diri: penyakit akut
Tingkat stress
Pemulihan pembedahan: penyembuhan
Pemulihan pembedahan: segera setelah operasi
Integritas jaringan: kulit dan membrane mukosa
Perfusi jaringan
Perfusi jaringan: organ abdominal
Perfusi jaringan: kardiak
Perfusi jaringan seluler
Perfusi jaringan: perifer
Penyembuhan luka: primer
Peneyembuhan luka: sekunder
Daftar Pustaka
1. Bruner, Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
2. Syafudin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan,. Jakarta :EGC
3. Sylvia A. Price, Dkk. Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit, edisi 4,
EGC, Jakarta, 1995.
4. Doenges Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
5. Guyton, Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC
6. Santoso, Agung. 2009. Asuhan Keperawatan Pasien Struma. Disitasi dari
http://nersgoeng.blogspot.com/2009/05/asuhan-keperawatan-pasien-struma.html.
pada tanggal 19 April 2010
7. http://www.scribd.com/doc/92819549/Goiter
8. http://yudithaadiningsih.blogspot.com/2011/07/askep-goiter.html