20353025-S45665-Uji Aktivitas PDF
20353025-S45665-Uji Aktivitas PDF
SKRIPSI
ERAWATI
0806364504
i
Uji aktivitas..., Erawati, FMIPA UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
EKSTRAK DAUN Garciniadaedalanthera Pierre
DENGAN METODE DPPH (1,1-DIFENIL PIKRILHIDRAZIL)
DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA KIMIA
DARI FRAKSI PALING AKTIF
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi
ERAWATI
0806364504
ii
Uji aktivitas..., Erawati, FMIPA UI, 2012
iii
Uji aktivitas..., Erawati, FMIPA UI, 2012
iv
Uji aktivitas..., Erawati, FMIPA UI, 2012
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur atas nikmat dan kasih sayang yang Allah SWT
limpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi
ini.Penulisan skrips iini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Departemen Farmasi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, sejak awal perkuliahan hingga pada penyusunan skripsi ini amatlah sulit
bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1) Ibu Dr. Berna Elya, M,Si., Apt. selaku pembimbing pertama dan Ibu Dr.
Katrin, MS., selaku pembimbing kedua, yang telah menyediakan waktu,
tenaga, dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan penulisan dalam
penyusunan skripsi ini, semoga segala bantuan dan bimbingan ibu mendapat
imbalan yang luar biasa disisi-Nya.
2) Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., selaku Ketua Departemen Farmasi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
3) IbuDra. Azizahwati, MS., selaku Ketua Program Sarjana Ekstensi Farmasi
yang telah memberikan bimbingan dan bantuan selama penulis menempuh
pendidikan di Departemen Farmasi FMIPA UI.
4) Ibu Dra. Retnosari Andrajati, MS., Ph.D., Apt. selaku pembimbing akademik
yang telah memberikan bimbingan dan bantuan selama penulis menempuh
pendidikan di Departemen Farmasi FMIPA UI.
5) Bapak dan Ibu staf pengajar Departemen Farmasi FMIPA UI atas ilmu
pengetahuan dan bantuan yang telah diberikan selama penulis menempuh
pendidikan di Departemen Farmasi FMIPA UI.
6) Rekan-rekan mahasiswa Program Sarjana Reguler, Ekstensi, dan Paralel
Departemen Farmasi FMIPA UI atas kerjasamanya selama penyusunan skripsi
ini.
v
Uji aktivitas..., Erawati, FMIPA UI, 2012
Dibuat di :Depok
Pada tanggal
:
Yang menyatakan
(Erawati)
vi
Uji aktivitas..., Erawati, FMIPA UI, 2012
ABSTRAK
Nama
Program studi
Judul
: Erawati
: Sarjana Farmasi
: Uji Aktivitas Antioksi dan Ekstrak daun Garcinia
daedalanthera Pierre dengan Metode DPPH (1,1-Difenil
Pikrilhidrazil) dan Identifikasi Golongan Senyawa Kimia
dari Fraksi Paling Aktif
Kata kunci
xiii + 59 halaman
Tinjauan Pustaka
vii
Uji aktivitas..., Erawati, FMIPA UI, 2012
ABSTRACT
Name
Study Program
Title
: Erawati
: Pharmacy
: Antioxidant Activity Test of Garcinia daedalanthera Pierre Leaves
With 1,1-Diphenyl Picrylhydrazyl (DPPH) Method and Chemical
Compounds Identification of The Most Active Fraction
Garcinia is one of the plants in Indonesia that have potential as antioxidants which can be used to
treat various diseases. Some of the active compounds in Garcinia genus which have antioxidant
activity are xanthones, flavonoids and alkaloids. The study was conducted to determine the
antioxidant activity and screening chemical compounds from leaves of Garcinia daedalanthera
Pierre, which is one species of the genus Garcinia. Measurement of antioxidant activity carried
out using the DPPH method. The results showed that the extracts of n-hexane, ethyl acetate, and
methanol have antioxidant activity, with IC 50 values were 56,780; 9,040 and 12,838 g/mL,
respectively. In the ethyl acetate extract fractionation performed using vacuum liquid
chromatography and obtained eight fractions combined based on TLC results of the A, B, C, D,
E, F, G, and H. The fraction G was the most active fraction with IC50 value of 4,673 g/mL. The
screening of chemical compounds in the fraction of G showed flavonoids, alkaloids and
saponins.
Keyword
xiii+ 59 pages
Bibbliography
viii
Uji aktivitas..., Erawati, FMIPA UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
HALAMAN PENGESAHAN .
KATA PENGANTAR .
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .
ABSTRAK
ABSTRACT .
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR ....
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
ii
iii
iv
v
vii
viii
ix
x
xi
xii
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan Penelitian
1.3. Manfaat Penelitian ..
1
1
3
3
BAB 2
4
4
5
6
9
10
BAB 3
METODE PENELITIAN .
3.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian .
3.2.
Bahan .
3.3.
Peralatan .
3.4.
Cara Kerja ..
16
16
16
16
17
BAB 4
24
24
24
25
26
27
27
BAB 5
29
29
29
DAFTAR ACUAN .
ix
Uji aktivitas..., Erawati, FMIPA UI, 2012
30
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1.
Gambar 2.2.
Gambar 4.2.
Gambar 4.3.
Gambar 4.4.
Gambar 4.5.
Gambar 4.6.
Gambar 4.7.
Gambar 4.8.
Gambar 4.9.
Gambar 4.10.
Gambar 4.11.
Gambar 4.12.
Gambar 4.13.
Gambar 4.14.
Gambar 4.15.
Gambar 4.16.
Gambar 4.17.
Gambar 4.18.
Gambar 4.19.
Gambar 4.20.
x
Uji aktivitas..., Erawati, FMIPA UI, 2012
36
36
26
37
38
39
39
40
40
41
42
43
44
45
46
47
47
48
48
49
50
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
xi
Uji aktivitas..., Erawati, FMIPA UI, 2012
51
52
53
54
55
57
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Halaman
Hasil Determinasi Garcinia daedalanthera Pierre .
58
Cara PerhitunganNilai IC50
59
xii
Uji aktivitas..., Erawati, FMIPA UI, 2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penggunaan senyawa antioksidan semakin berkembang baik untuk
(BHT),
butylated
hydroxyanisole
(BHA)
dan
1
Uji aktivitas..., Erawati, FMIPA UI, 2012
mencari pasangan elektron. Jika terbentuk dalam tubuh, akan menjadi reaksi
berantai dan menghasilkan radikal bebas baru yang jumlahnya terus bertambah,
radikal bebas yang berlebihan menyebabkan antioksidan seluler tidak dapat
menetralkannya sehingga berakibat pada kerusakan sel. Radikal bebas dapat
dijumpai pada lingkungan, beberapa logam (misalnya besi, tembaga), asap rokok,
polusi udara, obat, bahan beracun, makanan dalam kemasan, bahan aditif, dan
sinar ultraviolet dari matahari maupun radiasi (Inayah, 2006; Agarwal et al,
2006).
Radikal bebas yang merusak tubuh ini dapat dinetralisir oleh senyawa
antioksidan. Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat oksigen
reaktif dan radikal bebas dalam tubuh. Senyawa antioksidan ini akan
menyerahkan satu atau lebih elektron kepada radikal bebas sehingga menjadi
bentuk molekul yang normal kembali dan menghentikan berbagai kerusakan yang
ditimbulkan (Sashikumar, Maheshu, dan Jayadev, 2009).
Berdasarkan penelitian penelitian Atta-ur-Rahman (2001) senyawasenyawa yang mempunyai potensi sebagai antioksidan umumnya merupakan
senyawa flavonoid, fenolat, dan alkaloid. Senyawa flavonoid dan polifenolat
bersifat antioksidan, antidiabetik, antikanker, antiseptik, dan antiinflamasi,
sedangkan alkaloid mempunyai sifat antineoplastik yang juga ampuh menghambat
pertumbuhan sel-sel kanker.
Salah satu senyawa aktif yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan
adalah xanton. Selain itu, xanton juga berpotensi sebagai antikanker, antibakteri,
antiinflamasi, memelihara kesehatan sistem imun, mendukung kesehatan mental,
keseimbangan mikrobiologi, dan meningkatkan kelenturan sendi. Xanton atau
sering disebut xantenon, biasanya terdapat dalam tanaman keluarga Bonnetiaceae
(tumbuhan
berbunga),
dan
Clusiaceae
(keluarga
manggis-manggisan)
(Paramawati, 2010).
Tumbuhan di Indonesia yang mempunyai potensi sebagai antioksidan
salah satunya adalah genus Garcinia. Berdasarkan penelitian sebelumnya terhadap
daun Garcinia benthami Pierre dari empat ekstrak yakni ekstrak n-heksan, etil
asetat, aseton dan metanol, telah diketahui bahwa ekstrak yang menunjukkan
Universitas Indonesia
aktivitas antioksidan adalah ekstrak aseton dan metanol dengan IC50 berturut-turut
34,69 dan 29,91 g/mL (Amelia, 2011). Beberapa jenis lainnya juga memiliki
aktivitas antioksidan yang telah diteliti diantaranya adalah Garcinia lancilimba
(kulit batang) (Nian-Yun.Y. et al, 2007), Garcinia hombroniana (daun)
(Vatcharin Rukachaisirikul et al, 2005), Garcinia rigida (Elya, B. et al, 2008),
dan Garcinia mangostana (kulit buah) (Sunit S. et al, 2002).
Berdasarkan
penelitian
terdahulu
Garcinia
daedalanthera
Pierre
merupakan salah satu jenis dari marga Garcinia yang belum banyak diteliti dan
diketahui belum ada penelitian tentang aktivitas antioksidan terhadap tumbuhan
ini, sehingga pada penelitian ini akan dilakukan uji aktivitas antioksidan ekstrak
daun Garcinia daedalanthera Pierre dengan menggunakan metode DPPH (1,1
Difenil-2-pikrilhidrazil). Metode DPPH memberikan informasi reaktivitas sampel
yang diuji dengan suatu radikal stabil. DPPH memberikan serapan kuat pada
panjang gelombang 517 nm dengan warna ungu gelap. Penangkap radikal bebas
menyebabkan warna yang sebanding dengan jumlah elektron yang diambil
(Sashikumar, Maheshu, dan Jayadev, 2009).
1.2
Tujuan Penelitian
a.
b.
1.3
Manfaat penelitian
a.
b.
Uji aktivitas antioksidan yang dilakukan dapat dijadikan sebagai salah satu
upaya untuk mengembangkan Garcinia daedalanthera Pierre menjadi salah
satu tanaman yang memiliki khasiat sebagai antioksidan.
c.
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
Uji aktivitas..., Erawati, FMIPA UI, 2012
semu atau hampir tidak ada. Tangkai sarinya bersatu menjadi sebuah cincin
dibagian pangkal, atau menjadi 4-5 berkas pendek, bakal buah beruang 2-12,
biasanya berbentuk papilla. Bijinya besar, biasanya terbungkus oleh arilus yang
berisi banyak sari buah, embrionya berupa massa yang padat, hanyatersusun atas
hipokotil yang besar, sedangkan keping bijinya tidak ada. (Xi-Wen Li et al, 2009;
Sosef, 1998; Veirhejj, 1992).
Sekitar 450 jenis secara tropis terdapat di Afrika, Madagaskar,
Asia,
Australia, Polinesia, dan Amerika. Buah dari kebanyakan jenis dalam marga ini
dapat dimakan. Garcinia mangostana merupakan jenis yang paling dikenal
masyarakat. Buah yang dihasilkan mengandung lebih dari 15% minyak. Resin
kuning beberapa jenis digunakan sebagai obat. Jenis seperti Garcinia hanburyi JD
Hooker merupakan obat dan resin berwarna kuning menjadi pewarna dengan
kualitas terbaik. Dari banyak jenis kayu Garcnia digunakan untuk membangun
rumah atau membuat mebel (Xi-Wen Li et al, 2009).
2.2 Garcinia daedalanthera Pierre
Garcinia daedalanthera Pierre termasuk suku Clusiaceae. Tumbuhan ini
berasal dari Sulawesi dan telah menjadi salah salah satu jenis Garcinia koleksi
Kebun Raya Bogor (Center for Plant Conservation - Bogor Botanical Gardens,
2009). Gambar tanaman dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan 2.2.
2.2.1 Taksonomi
Tumbuhan Garcinia daedalanthera Pierre secara taksonomi mempunyai
klasifikasi sebagai berikut (Xi-Wen Li et al, 2009) :
Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Subdivisi
: Spermatophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas
: Dilleniidae
Suku
: Clusiaceae
Marga
: Garcinia
Jenis
mengandung campuran
Maserasi
Merupakan metode yang sederhana, tetapi masih digunakan secara luas.
pelarut yang sesuai dalam wadah tertutup pada suhu kamar. Metode ini sesuai
baik untuk ekstraksi pendahuluan maupun untuk jumlah besar. Pengadukan
sesekali ataupun secara konstan (dengan menggunakan alat pengocok mekanik
untuk menjamin kehomogenan) dapat meningkatkan kecepatan ekstraksi. Proses
ekstraksi dapat dihentikan ketika tercapai keseimbangan antara konsentrasi
metabolit dalam ekstrak dan dalam bahan tanaman. Setelah ekstraksi, residu
bahan tanaman (maserat), harus dipisahkan dari pelarut. Hal ini melibatkan proses
pemisahan kasar dengan cara dekantasi, biasanya diikuti dengan tahap
penyaringan. Sentrifugasi mungkin diperlukan jika serbuk terlalu halus untuk
disaring.Untuk memastikan ekstraksi yang menyeluruh, umumnya dilakukan
maserasi pendahuluan, yang diikuti pemisahan dan penambahan pelarut baru
(fresh solvent) ke maserat. Hal ini bisa dilakukan secara periodik dengan semua
filtrat dikumpulkan.
Kelemahan utama dari maserasi adalah prosesnya cukup memakan waktu
yang lama, dapat berlangsung beberapa jam sampai beberapa minggu. Ekstraksi
secara menyeluruh juga dapat menghabiskan sejumlah besar volume pelarut dan
dapat berpotensi hilangnya metabolit. Selain itu, beberapa senyawa tidak
terekstraksi secara efisien jika kurang terlarut dalam temperatur kamar.Dilain
pihak, dikarenakan ekstraksi dilakukan pada temperatur kamar, maserasi tidak
menyebabkan degradasi dari metabolit yang tidak tahan panas (Parameter standar,
2000).
b.
Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan
cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Pada perkolasi,
serbuk tanaman direndam dalam pelarut pada sebuah alat perkolator, bentuknya
seperti kerucut terbalik. Perkolasi cukup sesuai baik untuk ekstraksi pendahuluan
maupun dalan jumlah besar. Bahan padat basah dimasukkan dalam jumlah yang
tepat kemudian didiamkan selama sekitar 4 jam dalam keadaan tertutup. Setelah
itu cairan penyari akan menetes melewati serbuk tanaman, mengganti pelarut yang
keluar berupa ekstrak. Seperti pada maserasi, untuk mengekstrak secara
menyeluruh dilakukan dengan penambahan pelarut yang baru (fresh solvent) dan
Universitas Indonesia
Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru
yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi secara
kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik
(parameter standar, 2000). Ekstraksi soxhlet hanya diperlukan bila senyawa yang
diinginkan memiliki kelarutan terbatas dalam suatu pelarut. Keuntungan dari
metode ini adalah banyaknya bagian tanaman akan terlarut dengan kondisi
pemanasan. Kelemahannya adalah tidak dapat digunakan untuk senyawa yang
tidak tahan pemanasan karena
dapat
Refluks
Ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu
tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin
balik. Kekurangan yang utama dari metode ini adalah terdegradasinya komponen
yang tidak tahan panas (Parameter standar, 2000).
c.
Digesti
Adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur
yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan
pada temperatur 400-500C (Parameter standar, 2000).Temperatur yang cukup
tinggi akan meningkatkan efisiensi pelarut (Remington 21th ed).
d.
Infusa
Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih), temperatur terukur (96 0980C) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Parameter standar, 2000).
e.
Dekok
Dekok adalah infusayang dilakukan dengan cara perebusan dengan air
pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik didih air (Parameter
Universitas Indonesia
standar, 2000). Metode ini digunakan untuk ekstraksi bahan tanaman larut air dan
stabil terhadap panas (Remington 21th ed).
f.
Sonikasi
Sonikasi adalah prosedur yang melibatkan penggunaan ultrasonik pada
frekuensi 20 kHz sampai 2000 kHz, hal ini dapat meningkatkan permeabilitas
dinding sel dan menghasilkan kavitasi. Meskipun sangat berguna, namun metode
ini membutuhkan biaya yang banyak terutama untuk penggunaan jumlah besar.
Kelemahan dari metode ini kadang-kadang memberikan efek buruk dari energi
ultrasonik pada frekuensi lebih dari 20 kHz melalui pembentukan radikal bebas
oleh komponen aktif dari tanaman yang tentu tidak diinginkan (Handa et al,
2008).
g.
disebabkan karena dapat digunakan untuk ekstraksi cara basah maupun kering,
dimana bagian tanaman segar diserbukkan dengan blender agar partikel menjadi
halus, selanjutnya ditambahkan pelarut dengan jumlah tertentu dan dikocok
dengan kuat selama 5 sampai 10 menit atau dibiarkan selama 24 jam, setelah itu
dilakukan penyaringan. Filtrat yang diperoleh dikeringkan lalu dilarutkan kembali
dengan pelarut, bila perlu dilakukan sentrifugasi untuk mendapatkan ekstrak
kental (Das et al, 2010).
h.
dengan peningkatan kepolaran mulai dari non polar seperti heksan hingga pelarut
yang lebih polar seperti metanol untuk memastikan bahwa senyawa dengan
berbagai polaritas dapat diekstraksi (Das et al, 2010).
2.3 Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang mampu menghilangkan, membersihkan,
menahan pembentukan oksigen reaktif dan radikal bebas dalam tubuh. Radikal
bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil karena tidak memiliki elektron
yang tidak berpasangan dalam orbital luarnya sehingga sangat reaktif untuk
Universitas Indonesia
10
memperpanjang
masa
pemakaian
dalam
industri
makanan,
hydroxytoluen
(BHT),
butylated
hydroxyanisole
(BHA),
11
Jika semua elektron pada radikal bebas DPPH menjadi berpasangan maka warna
larutan berubah dari ungu tua menjadi kuning terang dan absorbansi pada panjang
gelombang 517 nm akan hilang.
2.4.2 Uji diena terkonjugasi (Shivaprasad, 2005; Pokorny, Yanishlieva, and
Gordon, 2011)
Prinsip uji diena terkonjugasi adalah pembentukan hidroperoksida dari
PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acids) menyebabkan konjugasi struktur pentadin.
Hal ini dapat diukur dengan adanya serapan pada 233-234 nm. Selama oksidasi
asam linoleat, ikatan rangkap diubah menjadi ikatan rangkap terkonjugasi yang
dapat dikarakterisasi oleh serapan UV kuat pada panjang gelombang 234 nm.
Meskipun yang diukur adalah komposisi hiperoksida, namun hasil yang terbentuk
berupa hidroperoksida yang terdekomposisi sebagai 9-hidroksioktadeka-10,12asam dienoat dan 13-hidroksioktadeka-9,11-asam dienoat yang mempertahankan
struktur terkonjugasi ini dan akan berperan dalam penentuan absorbansi. Aktivitas
tersebut dinyatakan dalam konsentrasi inhibisi (IC50).
2.4.3
memberikan hasil serapan pada 350 nm. Bilangan dari para-anisidin di definisikan
sebagai serapan larutan yang dihasilkan dari 1 g lemak dalam larutan isoktan 100
mL dengan para-anisidin. Hasil yang dibentuk oleh reaksi dengan aldehid jenuh
(2-alkana) menyerap lebih kuat pada panjang gelombang tersebut, dan akibatnya
uji ini sangat sensitif terhadap bahan-bahan yang mengalami oksidasi. Meskipun
tes ini tidak dapat membedakan antara bahan yang mudah menguap maupun tidak,
umumnya lebih sensitif terhadap aldehid tak jenuh yang mudah menguap
dibanding aldehid jenuh dengan sifat yang sama, sehingga tes ini merupakan cara
yang cocok untuk menilai adanya oksidasi sekunder. Pengukuran bilangan paraanisidin umumnya digunakan secara bersama dengan pengukuran bilangan
peroksida dalam menggambarkan tingkat oksidasi total.
Universitas Indonesia
12
2.4.4
13
diamonium
ABTS
(2,2-azinobis
(3-etilbenzotiazolin-6-
14
15
mL. Hasil kromogen merah kompleks ferri (III) tiosianat dapat diukur pada 500
nm.
Inhibsi lipid peroksidase (LPI) dalam persen diukur dengan persamaan
berikut :
A0 adalah absorban
Diamankontrol (campuran reaksi tanpa ekstrak), A 1 adalah absorban
sampel, dan A2 adalah absorban tanpa penambahan larutan kalium tiosianat.
Standar yang diguakan adalah -tokoferol.
2.4.11 Metode CUPRAC (Apak et al, 2005)
Prinsip dari uji CUPRAC (Cupric Reducing Antioxidant Capacity)
adalah pembentukan kelat oleh bis (neukuproin) besi (II) menggunakan pereaksi
redoks kromogenik pada pH 7. Absorbansi dari pembentukan kelat Cu (I)
merupakan hasil reaksi redoks dengan mereduksi polifenol yang diukur pada
panjang gelombang 450 nm. Untuk spektrum Cu (I) Ne diperoleh dengan
mereaksikan asam askorbat berbagai konsentrasi dengan reagen CUPRAC.
Kondisi reaksi seperti konsentrasi reagen, pH, dan waktu oksidasi pada suhu
kamar dan peningkatan suhu pada percobaan dapat berasal dari sumber lain.
Kelebihan dari metode CUPRAC adalah pereaksi yang digunakan cukup
cepat bekerja, selekif, lebih stabil, mudah didapatkan dan mudah untuk
diaplikasikan.
2.4.12 Efek pembentukan hexanal (Ulbert and Roubicek, 1993)
Dua jenis aldehid, yakni heksanal dan pentanal biasanya adalah zat
volatil utama pada proses oksidasi lipid sekunder. Jumlah heksanal yang
dihasilkan berkorelasi dengan baik dengan adanya dekomposisi asam lemak tak
jenuh. Sejumlah pentanal yang terbentuk selama oksidasi biasanya secara
signifikan lebih rendah dari heksanal. Heksanal adalah hasil oksidasi sekunder,
karena itu peningkatan secara pesat selama proses oksidasi diamati setelah jeda
waktu tertentu (periode
tanaman dihitung dengan membagi periode induksi sampel (IP) dengan periode
induksi blanko.
Universitas Indonesia
16
BAB 3
METODE PENELITIAN
Universitas Indonesia
16
Uji aktivitas..., Erawati, FMIPA UI, 2012
17
18
19
mL DPPH kemudian
mL DPPH kemudian
melakukan
pemisahan
ekstrak
terlebih
dahulu
dilakukan
20
sampai 1 jam. Setelah eluen mencapai garis depan, lempeng dikeluarkan dan
dikeringkan.
Bercak yang terbentuk diamati secara visual, dengan lampu UV pada
panjang gelombang 254 dan 366 nm, dan menggunakan pereaksi semprot untuk
menampakkan bercak yang tidak berwarna dan tidak berfluoresensi. Pereaksi
semprot yang digunakan adalah asam sulfat 10% yang dilanjutkan dengan
pemanasan.
Ekstrak yang memiliki aktivitas antioksidan paling kuat dilanjutkan
dengan pemisahan menggunakan kolom kromatografi vakum untuk mendapatkan
fraksi-fraksi dari ekstrak yang aktif selanjutnya dilakukan uji aktivitas
antioksidan, sehingga didapatkan fraksi yang memiliki aktivitas antioksidan
paling aktif.
3.4.6 Pemeriksaan Kandungan Kimia Hasil Fraksinasi
Terhadap fraksi paling aktif dilakukan pemeriksaan kandungan kimia
dengan prosedur yang sama pada pemeriksaan kandungan kimia ekstrak.
Pemeriksaan dilakukan menggunakan beberapa pereaksi kimia antara lain untuk
pereaksi alkaloid, flavonoid, glikosida antrakuinon, saponin, tanin, dan terpen.
3.4.6.1 Identifikasi alkaloid
Untuk mengidentifikasi alkaloid, ekstrak dilarutkan dengan etanol 96 %
kemudian ditambahkan asam klorida encer 2 N. Filtrat yang diperoleh disaring
kemudian diidentifikasi menggunakan pereaksi Mayer LP, Bouchardat LP,
Dragendorff LP, dan Solutio Iodii LP.
Pada penambahan Mayer LP, hasil positif ditandai dengan terbentuknya
endapan berwarna putih atau kuning. Hasil positif Dragendorff LP ditunjukkan
dengan terbentuknya endapan berwarna merah bata. Penambahan Bouchardat LP
memberikan hasil positif jika terbentuk endapan coklat sampai hitam dan dengan
penambahan solution iodii LP hasil positif
21
didiamkan selama 1 menit lalu ditambahkan 5 tetes asam klorida pekat P. Jika
dalam waktu 2 sampai 5 menit terbentuk warna merah intensif hal tersebut
menunjukkan adanya flavonoid.
b. Sebanyak 0,5 g ekstrak dilarutkan dalam 1 mL etanol 96 % kemudian
ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium P dan 5 tetes asam klorida pekat P. Jika
terbentuk warna merah jingga sampai merah ungu, menunjukkan adanya
flavonoid. Jika terbentuk warna kuning jingga menunjukkan adanya flavon,
kalkon dan auron.
c. Sebanyak 1 g ekstrak yang diuji diuapkan hingga kering. Sisanya dibasahkan
dengan aseton P kemudian ditambahkan sedikit serbuk halus asam borat P dan
asam oksalat P. Secara hati-hati dipanaskan diatas penangas air dan hindari
pemanasan yang berlebihan. Sisa yang diperoleh dicampur dengan 5 mL eter P.
Perubahan warna diamati dengan sinar UV 366 nm. Adanya flavonoid
ditunjukkan dengan fluoresensi kuning (Depkes RI, 1979).
3.4.6.3 Identifikasi glikosida
Sebanyak 3 g ekstrak yang diuji ditambahkan 15 mL asam klorida 10 % LP,
direfluks selama 30 menit, didinginkan kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh
disari sebanyak tiga kali masing-masing dengan 12 mL eter P. Lapisan eter
dipisahkan dan dikumpulkan. Pada kumpulan sari ditambahkan natrium sulfat
anhidrat P kemudian disaring dan diuapkan pada suhu tidak lebih dari 50 0C. Sisa
dilarutkan dengan 2 mL metanol P. Larutan ini sebagai larutan percobaan (Depkes
RI, 1979).
a. Percobaan umum terhadap glikosida
Sebanyak 1 mL larutan percobaan diuapkan diatas penangas air, sisa
dilarutkan dalam 5 mL asam asetat anhidrat kemudian ditambahkan 10 tetes asam
sulfat pekat P, jika terbentuk warna biru atau hijau menunjukkan adanya terpen
atau sterol (reaksi Liebermann-Buchard). Sebanyak 1 mL larutan percobaan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian diuapkan di atas penangas air. Sisa
ditambahkan 1 mL air dan 5 tetes Molisch LP lalu ditambahkan secara hati-hati 10
tetes asam sulfat P. Jika terbentuk cincin berwarna ungu pada batas cairan
menunjukkan adanya ikatan gula (reaksi Molisch ) (Depkes RI, 1979).
Universitas Indonesia
22
23
Universitas Indonesia
24
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Penyiapan Simplisia
Tanaman yang digunakan adalah Garcinia daedalanthera Pierre yang
diperoleh dari Kebun Raya Bogor dan dideterminasi oleh LIPI Cibinong. Hasil
determinasi dapat dilihat pada Lampiran 1. Pada penelitian ini digunakan daun
sebagai simplisia sebanyak 4 kg selanjutnya dilakukan proses sortasi, pencucian,
pengeringan, penghalusan dan penyaringan sehingga diperoleh 1,5 kg serbuk
kering daun Garcinia daedalanthera Pierre. Proses sortasi dan pencucian
dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya
dari bahan simplisia menggunakan air bersih. Pengeringan dilakukan bertujuan
untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak oleh adanya pertumbuhan
jamur sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan
mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan
mutu atau perusakan simplisia. Penghalusan dan penyaringan ditujukan untuk
memperoleh serbuk yang homogen dan untuk mempermudah proses penarikan zat
aktif pada saat ekstraksi. Serbuk yang telah kering selanjutnya disimpan dalam
wadah bersih, kering dan terlindung dari cahaya untuk mencegah kerusakan dan
mutu simplisia tetap terjaga.
4.2
Ekstraksi
Serbuk kering daun Garcinia daedalanthera Pierre sebanyak 1,5 kg
24
Uji aktivitas..., Erawati, FMIPA UI, 2012
25
Pelarut yang pertama kali digunakan pada awal ekstraksi adalah n-heksan
yang bersifat non-polar dengan tujuan untuk menghilangkan lemak dan
mengekstraksi senyawa-senyawa yang bersifat non-polar seperti asam lemak,
sterol, kumarin, dan beberapa terpenoid. Etil asetat dengan tingkat kepolaran
menengah digunakan untuk mengekstraksi senyawa dengan polaritas menengah
seperti flavonoid, tanin dan beberapa alkaloid. Sedangkan metanol yang lebih
polar dari etil asetat digunakan untuk mengekstraksi senyawa polar seperti
flavonoid, glikosida, tanin, dan beberapa alkaloid (Sarker et al, 2006).
4.3
metode DPPH. Berdasarkan pada penelitian terdahulu metode ini paling umum
digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan sampel secara in vitro dan juga
merupakan metode yang sederhana, cepat serta bahan kimia dan sampel yang
digunakan hanya sedikit. Pengukuran dilakukan secara spektrofotometer UV-Vis.
Penentuan panjang gelombang DPPH dilakukan pada 517 nm dan selanjutnya
pengukuran dengan metode peredaman radikal DPPH dilakukan pada panjang
gelombang tersebut.
Prinsip dari metode DPPH adalah interaksi antioksidan dengan DPPH baik
secara transfer elektron atau radikal hidrogen pada DPPH akan menetralkan
karakter radikal bebas dari DPPH. Jika semua elektron pada radikal bebas DPPH
menjadi berpasangan maka warna larutan berubah dari ungu tua menjadi kuning
terang dan absorbansi yang diukur pada panjang gelombang 517 nm (Green,
2004; Gurav et al, 2007). Pengukuran serapan dilakukan setelah dilakukan
inkubasi selama 30 menit agar terjadi reaksi antara DPPH sebagai radikal bebas
dengan sampel yang diuji.
Universitas Indonesia
26
1,1-Difenil-2-pikrilhidazil
1,1-Difenil-2-pikrilhidrazin
Pemisahan Ekstrak
Pemisahan ekstrak dilakukan pada ekstrak yang memiliki aktivitas
antioksidan terbesar yakni ekstrak etil asetat dengan IC 50 9,040 g/mL. Pemisahan
dilakukan terhadap 15 g ekstrak etil asetat menggunakan kolom kromatografi
vakum dengan cara basah. Cara ini dipilih karena dianggap efisien untuk
menghasilkan pemisahan yang baik dengan proses yang cepat. Sebagai fase gerak
digunakan campuran pelarut n-heksan-etil asetat (200:0, 190:10, 180:20, 170:30,
Universitas Indonesia
27
160:40, 150:50, 140:60, 130:70, 120:80, 110:90, 100:100, 90:110, 80:120, 70:130,
60:140, 50:150, 40:160, 30:170, 20:180, 10:190, 0:200) dan etil asetatmetanol(190:10, 180:20, 170:30, 160:40, 150:50, 140:60, 130:70, 120:80, 110:90,
100:100, 90:110, 80:120, 70:130, 60:140, 50:150, 40:160, 30:170, 20:180, 10:190,
200:0). Setiap 200 mL eluat ditampung sehingga diperoleh 41 fraksi lalu
dilanjutkan dengan kromatografi lapis tipis (KLT). Fraksi yang memiliki pola
kromatogram sama digabung sehingga diperoleh 8 fraksi gabungan yakni fraksi
A, B, C, D, E, F, G, dan H. Data selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.5.
4.5
lempeng kromatografi lapis tipis (KLT) silika gel F254 dengan cara menotolkan
masing-masing fraksi keatas lempeng, setelah kering selanjutnyapada fraksi
disemprotkan larutan DPPH, diketahui bahwa fraksi G menunjukkan diameter
hambatan perubahan warna dari ungu menjadi kuning paling besar diantara fraksi
yang lain. Data selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.11. Selanjutnya dengan
metode yang sama pada pengujian ekstrak yakni metode DPPH menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 517 nm. Selanjutnya masingmasing fraksi tersebut dilakukan uji aktivitas antioksidan dan diperoleh fraksi G
yang memiliki aktivitas antioksidan paling aktif dengan nilai IC50 sebesar 4,673
g/mL.
4.6
Penapisan Fitokimia
Penapisan dilakukan pada masing-masing ekstrakyakni pada ekstrak n-
heksan, etil asetat, dan metanol. Hasil uji penapisan fitokimia ekstrak daun
Garcinia daedalanthera Pierre dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Selanjutnya dilakukan pengujian pada ekstrak etil asetat dengan pereaksi
kimia diketahui bahwa ekstrak etil asetat mengandung alkaloid, flavonoid,
saponin dan terpen. Pada pengujian fraksi paling aktif dengan pereaksi kimia
diketahui bahwa fraksi G mengandung flavonoid, alkaloid dan saponin. Pengujian
dilakukan menggunakan kontrol positif dengan tanaman pembanding yang sudah
Universitas Indonesia
28
Universitas Indonesia
29
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai
berikut :
a. Ekstrak yang memiliki aktivitas antioksidan yang diteliti adalah etil asetat
dengan IC50 9,040 g/mL diikuti oleh metanol dan n-heksan dengan IC50
berturut-turut 12,838 dan 56,780 g/mL
b. Fraksi yang memiliki aktivitas antioksidan terbesar yaitu fraksi G dengan nilai
IC50 sebesar 4,673 g/mL yang mengandung senyawa golongan flavonoid,
alkaloid dan saponin.
5.2
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menemukan senyawa-
29
Universitas Indonesia
30
DAFTAR ACUAN
Agarwal, A., Thompson, A., Kothari, S., Plessis, Stefan S du. (2010). Free
Radicals: Their Beneficial and Detrimental Effects on Sperm
Function. Indian Journal of Experimental Biology,48, 425-435.
Apak. R., Guclu, K., Ozyurek, M., Karademir, S.E. (2004). A Novel Toal
Antioxidant Capacity Index for Dietary Polyphenols, Vtamin C and
E, Using Their Cupric Ion Reducing Capability in the Presence of
Neocuproine: CUPRAC Method. J. Agric. Food Chem., 52, 79707981.
Apak, R., Guclu, K., Ozyurek, M., Karademir, S.E., Altun, M. Total
Antioxidant Capacity Assay of Human Serum Using Copper (II)Neucuproine as Chromogenic Oxidant: The CUPRAC Method.
Free Radic. Res., 39, 949-961.
Amelia, P. (2011). Isolasi, Elusidasi Struktur dan Uji Aktivitas Antioksidan
Senyawa Kimia dari Daun Garcinia benthami Pierre. Depok:
Departemen Farmasi Program Magister Ilmu Kefarmasian UI.
Andarwaulan, N., H. Wijaya, dan D.T. Cahyono. (1996). Aktivitas
Antioksidan dari Daun Sirih (Piper betle L). Teknologi dan
Industri Pangan VII, 29-30.
Atta-ur-Rahman, M.I. Choudhary. (2001). Bioactive Natural Products a
Potential of pharmacophores, A Theory of Memory. Pure Appl.
Chem., 73, 555-560.
Bank, G., Lenoble, R. (2002). Oxygen Radical Absorbency Capacity,
Standardizing the Way We Look at Antioxidants. Nutraceutical
World September, 42-45.
Behera, B.C, Verma, N., Sonone, A., Makhija, U. (2006). Determination of
Antioxidative Potential of Lichen Usnea ghattensis In Vitro.LWTFood Sci Tech., 36, 80-85.
Blois, MS. (1958). Antioxidant Determinations by The Use of A Stable Free
Radical. Nature 181, 1199-1200.
30
Universitas Indonesia
31
Universitas Indonesia
32
Universitas Indonesia
33
34
35
Universitas Indonesia
36
Universitas Indonesia
37
Ampas
Ekstrak metanol
Ekstrak dengan aktivitas
antioksidan terbesar
Pemisahan ekstrak
Fraksi-fraksi
Fraksi Aktif
Penapisan fitokimia
Gambar 4.3. Bagan Alur Ekstraksi dan Uji Aktivitas Antioksidan Daun Garcinia
daedalanthera Pierre
Ekstrak n-heksan
IC50 = 56,780 g/mL
15 gram ekstrak
etil asetat
IC50 = 9,040 g/mL
Ekstrak metanol
IC50 = 12,838 g/mL
Universitas Indonesia
38
Fraksi A
Fraksi B
Fraksi C
Fraksi D
Fraksi E
Fraksi F
Fraksi G
Fraksi H
(1-2)
(3-5)
(6-11)
(12-13)
(14-18)
(19-21)
(22-29)
(30-41)
Uji DPPH
Fraksi A
Fraksi B
Fraksi C
Fraksi D
Fraksi E
Fraksi F
Fraksi G
Fraksi H
IC50 =
53,119
g/mL
IC50 =
24,911
g/mL
IC50 =
9,042
g/mL
IC50 =
19,237
g/mL
IC50 =
7,787
g/mL
IC50 =
9,331
g/mL
IC50 =
4,673
g/mL
IC50 =
20,872
g/mL
Gambar 4.4. Bagan Fraksinasi Ekstrak Etil Asetat Daun Garcinia daedalanthera
Pierre
Universitas Indonesia
39
% Hambatan
25
y = 0.788x + 5.257
R = 0.966
20
15
10
5
0
0
10
15
20
Konsentrasi (g/mL)
% Hambatan
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
y = 3.928x + 14.49
R = 0.981
10
15
20
Konsentrasi (g/mL)
Gambar 4.6. Kurva Persamaan Regresi Penetapan IC50 Ekstrak Etil Asetat
Universitas Indonesia
40
y = 2.565x + 17.07
R = 0.912
70
% Hambatan
60
50
40
30
20
10
0
0
10
15
20
Konsentrasi (g/mL)
60
y = 14.12x + 18.05
R = 0.99
% Hambatan
50
40
30
20
10
0
0
0.5
1.5
2.5
Konsentrasi (g/mL)
Universitas Indonesia
% Hambatan
41
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
y = 3.017x + 35.90
R = 0.992
10
15
Konsentrasi (g/mL)
20
Universitas Indonesia
42
Keterangan :
A = ekstrak n-heksan
B = ekstrak etil asetat
C = ekstrak metanol
Universitas Indonesia
43
Fraksi A
Fraksi B
Fraksi C
Fraksi D
Fraksi E
Fraksi F
Fraksi G
Fraksi H
Gambar 4.11 Uji Kualitatif Fraksinasi Ekstrak Etil Asetat Daun Garcinia
daedalanthera Pierre
Universitas Indonesia
44
Fraksi G
Keterangan : A = Dragendorff, B = Mayer, C = Bouchardat
Universitas Indonesia
45
Keterangan :
A = Reaksi dengan penambahan serbuk seng, B = Reaksi dengan penambahan serbuk
magnesium, 1 = Kontrol positif daun Benalu mangga (Dendrophthoe Pentandra), 2 =
Ekstrak etil asetat, 3 = Fraksi G
Gambar 14.13. Hasil Identifikasi Golongan Flavonoida Pada Ekstrak Etil Asetat
dan Fraksi G
Universitas Indonesia
46
Terjadi
endapan
Tidak terjadi
endapan
Keterangan :
a = kontrol negatif HCl dengan Pb (II) Asetat (tanpa ekstrak); b = reaksi dengan penambahan
HCl + gelatin; c = reaksi dengan penambahan HCl + Na-gelatin; d = reaksi dengan
penambahan HCl + Pb (II) Asetat; A = reaksi dengan penambahan HCl + gelatin; B = reaksi
dengan penambahan HCl + Na-gelatin; C = reaksi dengan penambahan FeCl 3; 1 = kontrol
positif daun Teh (Camellia sinensis); 2 = ekstrak Etil Asetat; 3 = fraksi G
Gambar 14.14. Hasil Identifikasi Tanin Pada Ekstrak Etil Asetat dan Fraksi G
Universitas Indonesia
47
Keterangan :
A = reaksi pengocokan pada kontrol positif menggunakan Liquiritae Radix; B = reaksi
pengocokan pada ekstrak etil asetat; C = reaksi pengocokan pada fraksi G
Gambar 14.15. Hasil Identifikasi Saponin pada Ekstrak Etil Asetat dan Fraksi G
Keterangan :
A = kontrol positif menggunakan Rhei radix; B = Ekstrak etil asetat; C = Fraksi G
Gambar 14.16. Hasil Identifikasi Antrakinon pada Ekstrak Etil Asetat dan Fraksi
G
Universitas Indonesia
48
Tidak
terdapat
cincin
ungu
Terdapat
cincin
ungu
Keterangan : A = kontrol positif menggunakan Nerii Folium; B = ekstrak etil asetat; C = fraksi G
Gambar 14.17. Hasil Identifikasi Glikosida pada Ekstrak Etil Asetat dan Fraksi G
Keterangan : A = kontrol positif menggunakan Hirtae Herba; B = ekstrak etil asetat; C = fraksi
G
Gambar 14.18. Hasil Identifikasi Terpen pada Ekstrak Etil Asetat dan Fraksi G
Universitas Indonesia
49
Gambar 4.19. Hasil Fraksinasi Ekstrak Etil Asetat Daun Garcinia daedalanthera
Pierre
Universitas Indonesia
50
Universitas Indonesia
51
No.
Nama Simplisia
1.
Ekstrak n-heksan
Bobot
Ekstrak
(g)
70
Rendemen
Ekstrak
(%)
4,67
2.
90
3.
Ekstrak metanol
165
11
Universitas Indonesia
52
Kandungan
Ekstrak n-
Ekstrak
Ekstrak
Heksan
Etil asetat
Metanol
Mayer
Dragendorff
Bouchardat
Gelatin 10 %
NaCL-Gelatin
FeCl3
Serbuk Zn + HCl
Pereaksi kimia
kimia
Alkaloid
Tanin
Flavonoida
2N + HCl p
Serbuk Mg + HCl
2N + HCl p
Saponin
Air panas
Glikosida
Molisch LP
Terpen
Asam asetat
anhidrat + H2SO4 p
(2:1)
Antrakuinon
Benzene P +
NaOH 2N
Universitas Indonesia
53
Sampel
Ekstrak nheksan
Ekstrak
Etil asetat
Ekstrak
Metanol
Konsentrasi
(g/mL)
Absorbans
%
Inhibisi
12,5
Sampel
uji
0,595
6,593407
25
0,564
11,45997
0,539
15,38462
75
0,512
19,62323
12,5
0,493
22,60597
25
0,361
43,3281
0,22
65,46311
75
0,048
86,18524
12,5
0,512
19,62323
25
0,399
37,36264
0,291
54,31711
0,247
61,22449
50
50
50
75
Blanko
0,637
0,637
0,637
Persamaan
linier
IC50
(g/mL)
y = 0,788x
+ 5,257
r = 0,966
56,780
y = 3,928x
+ 14,49
r = 0,981
9,040
y = 2,565x
+ 17,07
r = 0,912
12,838
Universitas Indonesia
54
Konsentrasi
Blanko
2
4
10
16
0,6091
Absorbans
0,4808
%
Hambatan
21,0638647
0,4622
0,4001
0,1853
24,1175505
34,3129207
69,578066
Persamaan
regresi
Nilai IC50
(ppm)
y = 14,12x + 2,262
18,05
r = 0,99
Universitas Indonesia
55
Tabel 4.5. Nilai IC50 Hasil Fraksinasi Ekstrak Etil Asetat Daun Garcinia
daedalanthera Pierre
Fraksi Konsentrasi
Absorbans
(g/mL)
Blanko Sampel
%
Inhibisi
Persamaan
IC50
Linier
(g/mL)
Uji
A
12,5
0,374
25
50
0,679
12,5
0,393 42,12077
25
50
0,679
75
C
0,679
75
0,679
75
0,657
75
0,475 30,04418
0,418 38,43888
0,314
52,207
0,216 84,32268
0,103 85,23592
12,5
0,415 36,83409
25
50
55,081
0,473 28,00609
25
0,305
0,349 48,60088
12,5
50
0,364 46,39175
0,543 20,02946
25
0,361 46,83358
0,27 60,23564
12,5
50
43,7408
0,385 43,29897
25
0,382
0,358 47,27541
12,5
50
53,119
0,364 46,39175
75
B
44,919 + 44,21
0,657
0,38 42,16134
0,271
58,7519
y = 0,340x
+ 41,53
r = 0,905
24,911
y = 1,118x
+ 39,89
r = 0,988
9,042
y = 1,732x
+ 16,68
r = 0,975
19,237
y = 3,340x
+ 23,99
r = 0,940
7,787
y = 2,155x
+ 29,89
r = 0,991
9,331
Universitas Indonesia
56
75
0,201 69,40639
12,5
0,359 45,35769
25
G
50
0,657
75
25
50
75
0,156 76,25571
0,058 91,17199
12,5
H
0,306 53,42466
0,657
0,457
30,4414
0,429
34,7032
0,386
41,2481
y = 3,017x
+ 35,90
r = 0,992
4,673
y = 1,077x
+ 27,52
r = 0,996
20,872
0,345 47,48858
Universitas Indonesia
57
Kandungan
Pereaksi kimia
Fraksi G
Alkaloid
Mayer
Dragendorff
Bouchardat
+
+
+
Tanin
Gelatin 10 %
NaCl-Gelatin
FeCl3
Flavonoid
Serbuk Zn + HCl
2N + HCl p
Serbuk Mg + HCl
2N + HCl p
Saponin
Air panas
Glikosida
Molisch LP
Terpen
Asam asetat
anhidrat + H2SO4 p
(2:1)
Antrakuinon
Benzene P +
NaOH 2N
kimia
Universitas Indonesia
58
Universitas Indonesia
59
1.
%
2.
Concentration 50% atau IC50 yaitu konsentrasi sampel yang dapat meredam
radikal DPPH sebanyak 50%. Nilai IC50 didapatkan dari nilai x setelah
mengganti y dengan 50.
Universitas Indonesia