DESKRIPSI LUKA
A. Pengertian
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis kulit normal akibat proses patalogis
yang berasal dari internal dan eksternal dan mengenai organ tertentu (Lazarus,et al., 1994
dalam Potter & Perry, 2006). Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran
dan tulang atau organ tubuh yang lain. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul seperti
hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stress simpatis, perdarahan dan
pembekuan darah, kontaminasi bakteri, dan kematian sel.
B. Macam-macam Luka
Berdasarkan lama waktu penyembuhannya, luka dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Luka Akut
Luka akut adalah luka trauma yang biasanya segera mendapat penanganan dan
biasanya dapat sembuh dengan baik bila tidak terjadi komplikasi. Kriteria luka akut adalah
luka baru, mendadak dan penyembuhannya sesuai dengan waktu yang diperkirakan.
Contohnya adalah luka sayat, luka bakar, luka tusuk.
b. Luka Kronik
Luka kronik adalah luka yang berlangsung lama atau sering timbul kembali (rekuren)
atau terjadi gangguan pada proses penyembuhan yang biasanya disebabkan oleh masalah
multi faktor dari penderita. Pada luka kronik luka gagal sembuh pada waktu yang
diperkirakan, tidak berespon baik terhadap terapi dan punya tendensi untuk timbul kembali.
Contohnya adalah ulkus tungkai, ulkus vena, ulkus arteri (iskemi), penyakit vaskular perifer
ulkus dekubitus, neuropati perifer ulkus dekubitus (Briant, 2007).
C. Jenis Luka Berdasarkan Mekanisme Terjadinya Luka:
1. Kontusi / luka memar
Adalah luka karena kekerasan dengan benda tumpul dimana permukaan kulit dapat rusak
atau tidak, tetapi jaringan dibawah kulit bengkak dan berwarna merah kebiruan yang
disebabkan oleh karena ekstravasasi kapiler yang pecah ke jaringan ikat sekitarnya
2. Abrasi / luka lecet
Adalah luka pada permukaan kulit sedemikian rupa, sehingga permukaan kulit sebelah
luar sebagian atau seluruhnya hilang, dengan meninggalkan bagian kulit dibawahnya yang
bisa berdarah atau tidak berdarah karena goresan, gesekan dan persentuhan dengan benda
(benda tumpul pada umumya)
3. Lacerasi / luka robek
Adalah robeknya kulit dan jaringan dibawahnya yang disebabkan oleh benda tajam atau
benda tumpul dengan arah tegak lurus sehingga terjadi flap dari kulit dan jaringan
dibawahnya
4. Luka iris
Adalah luka yang disebabkan senjata yang tepinya tajam yang menimbulkan luka pada
bagian yang tajam dari senjata yang ditekan dan ditarik (irisan) pada permukaan kulit,
sedang kekuatan yang digunakan relatif ringan.
5. Incisi / luka tusuk
Adalah luka yang disebabkan oleh benda tajam runcing/ tumpul yang menembus kulit dan
jaringan dibawahnya
6. Luka bacok
Adalah luka karena persentuhan benda tajam (bisa agak tumpul) yang agak berat dimana
persentuhannya di ayunkan dengan kekuatan.
D. Klasifikasi luka
1. Luka yang
1. Bucal Swab
Pengambilan swab buccal ditujukan untuk memastikan identitas korban dan bukti
DNA.7Penggunaan bukti DNA adalah teknologi terbaru yang digunakan terutama
dalam sistem peradilan pidana untuk mengidentifikasi pelaku kejahatan seksual.
Prosedur pengumpulan DNAdapat bervariasi. Namun, semua memerlukan sampel
perbandingan yang harus diambil dari korban.
Prosedur pengambilan swab buccal
Kumpulan isi kit
4 kapas tip aplikator steril
1 amplop manila dengan label informasi putih terpasang
1 amplop manila sedikit lebih kecil
1 segel
Satu pasang sarung tangan lateks bebas bubuk
Petunjuk pengambilan sampel
Pakai sepasang sarung tangan lateks bebas bubuk. Buka kertas steril
2. Pengambilan Darah
Pada pemeriksaan spesimen darah, selalu diberi label pada tabung sampel
darah catatan :
-
Jantung
Pengambilan
bahan
untuk
pemeriksaan
laboratorium
untuk
pemeriksaan cairan mani dan sel mani dalam lendir vagina, yaitu dengan mengambil
lendir vagina menggunakan pipet pasteur atau diambil dengan ose batang gelas, atau
swab. Bahan diambil dari forniks posterior, bila mungkin dengan spekulum. Pada
anak-anak atau bila selaput darah masih utuh, pengambilan bahan sebaiknya dibatasi
dari vestibulum saja.
Pengambilan Vaginal Swab
a.
b.
Prosedur Kerja
1. Berkomunikasilah dengan baik dengan pasien terlebih dahulu,
setelah suasana mulai kondusif, mulailah langkah-langkah
pengambilan sample
2. Suruh pasien berbaring pada kursi yang telah disiapkan khusus
untuk pengambilan sample swab vagina dengan menekuk lutut
hingga dekat paha
3. Bersihkan labia mayora dengan garam fisiologis
4. Masukkan spekulum ke lubang vagina, buka spekulum hingga
terlihat serviks
5. Oleskan lidi kapas pada bagian tersebut sebanyak dua kali
pengambilan
6. Kembalikan posisi spekulum pada posisi semula
7. Keluarkan perlahan
8. Rendam pada baskom yang berisi desinkfektan
9. Taruh lidi kapas tadi pada tabung reaksi
10. Tutup rapat dengan kapas berlemak yang terbungkus kertas
perkamen
11. Bawa ke laboratorium untuk diperiksa.
4. Pengambilan Urin
Suatu tindakan mengambil sejumlah urine sebagai sampel untuk pemeriksaan
laboratorium.Mengambil sampel urine yang tidak terkontaminasi untuk menganalisa
urine rutin atau test diagnostik yang meliputi test kultur dan sensitivitas. Mengetahui
adanya mikroorganisme dalam urine.
Proses Pengambilan Urine.
Persiapan alat
Prosedur pelaksanaan
Beritahu klien tujuan prosedur pelaksanaan
Untuk klien yang dapat berjalan
-
e. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding
luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah
tersebut dan kirim segera ke laboratorium.
Cara pengambilan dan penampungan urine porsi tengah pada pria :
a. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah penis dan
muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong
kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan
air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering.
Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut.
Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan
selesai.
b. Tarik prepusium ke belakang dengan satu tangan dan bersihkan daerah ujung
penis dengan kasa yang dibasahi air sabun. Buang kasa yang telah dipakai ke
tempat sampah.
c. Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau salin hangat. Ulangi
sekali lagi, lalu keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang
kering. Buang kasa yang telah dipakai ke dalam tempat sampah.
d. Dengan tetap menahan prepusium ke belakang, mulailah berkemih. Buang
beberapa mililiter urin yang keluar, kemudian tampung urin yang keluar
berikutnya ke dalam wadah steril sampai terisi sepertiga sampai setengahnya.
e. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding
luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah
tersebut dan kirim segera ke laboratorium.
f. Bahan urin harus segera dikirim ke laboratorium, karena penundaan akan
menyebabkan bakteri yang terdapat dalam urin berkembang biak dan
penghitungan koloni yang tumbuh pada biakan menunjukkan jumlah bakteri
sebenarnya yang terdapat dalam urin pada saat pengambilan. Sampel harus
diterima maksimun 1 jam setelah penampungan.2 Sampel harus sudah
diperiksa dalam waktu 2 jam. Setiap sampel yang diterima lebih dari 2 jam
setelah pengambilan tanpa bukti telah disimpan dalam kulkas, seharusnya
tidak dikultur dan sebaiknya dimintakan sampel baru.3 Bila pengiriman
terpaksa ditunda, bahan urin harus disimpan pada suhu 40 C selama tidak
lebih dari 24 jam.
5. Pengambilan muntahan dan isi lambung
Pengambilan sampel untuk pemeriksaan toksikologi pada mayat
Lambung dengan isinya
Lambung diikat pada 2 tempat:
a. yang berbatasan dengan kerongkongan
b. yang berbatasan dengan usus halus
dan
ginjal.
4 buah botol masing-masing 25 ml untuk darah (2 buah) urine dan empedu.
10
Stat. II : Hati + 500 gram, Otak + 500 gram,P aru + 250 gram
Stat. III : Ginjal (sebagian kanan/kiri) , Kandung seni
Bahan-bahan lain :
- Darah (50 - 100 ml )
11
- Urine (100 ml )
Pada korban hidup :
- Sisa makanan/minuman
- Obat-obatan, bahan penyebab keracunan
- Bahan muntahan / hasil kumbah lambung
- Urine, darah & faeses
Kasus-kasus tertentu :
> Keracunan Alkohol :
- darah V.Femoralis
- urine
> Bila darah (-) :
- sum-sum tulang
- jaringan otot
> Keracunan kronis Arsen :
- rambut, kuku & tulang.
Wadah : gelas/plastik (inert), mulut lebar dapat ditutup rapat bersih dari zat
kimia (baru)
Jumlahnya minimal 3 buah :
Wadah I : organ trac. Gastrointestinalis
Wadah II : organ hati, empedu, otak, ginjal dll
Wadah III : organ trac. urogenitalis
Pengawet : Alkohol 96%
Bisa : es batu, dry ice , Na fluorida , merkuri nitrat
Bahan pemeriksaan terendam dlm pengawet
> Seal dgn parafin
> Ikat tali tdk bersambung
> Beri label
12
13
Hisap dgn semprit/pipet masukkan tab atau dengan kapas, keringkan beri
label, kirim
misal celana, bila masih basah, keringkan bila kering potong yang ada
nodanya amplop beri label, kirim ke lab.
14
2.
tiap item dlm wadah sendiri & berlabel lalu kirim ke lab.
diambil dgn semprit, masukkan ke dlm tabung yg ada EDTA +/- 1ml
darah.
2.
Bila benda kecil biarkan kering, tapi pada benda besar hisap bercak
tersebut dengan kain katun dan keringkan.
3.
15
4.
5.
3.
kirim ke lab.
kirim ke lab.
Histopatologi Forensik
A. Definisi
Histologi
Histo = jaringan
Logos = ilmu
Ilmu yang mempelajari struktur anatomi dan jaringan di bawah mikroskop
(tingkat seluler).
Patologi
Ilmu yang mempelajari tentang penyakit, penyebab, mekanisme, dan
perubahan-perubahannya, dilihat dari tingkat selular
Tujuan:
1. Menegakkan diagnosis sebab mati
2. Mengkonfirmasi temuan makroskopis
3. Memberi gambaran histomorfologi perjalanan penyakit
4. Gambaran intravitalitas
5. Menentukan umur secara histomorphologi (infark lama/baru, umur luka, dsb)
6. Memberi gambaran riwayat korban berkaitan dengan investigasi kriminal
(pemakaian narkoba suntik kronis, luka tembak masuk, dsb)
7. Gambaran histologi sel (sel sperma pada kasus kekerasan seksual)
8.Diagnosis berdasarkan gambaran histomorfologi pada penyakit-penyakit
okupasi (asbestosis, dsb)
4.
Fotografi forensik
16
Fotografi forensik adalah foto yang merekam objek, adegan, dan peristiwa
untuk digunakan dalam suatu proses hukum. Fotografi forensik bisa digunakan
secara spesifik untuk dokumentasi, analisis, intelijen, atau untuk presentasi di
pengadilan. Satu hal penting, gambar yang digunakan di pengadilan mesti mengikuti
aturan-aturan pemaparan bukti-bukti sesuai yurisdiksi yang berlaku di tempat tertentu.
Gambar-gambar dalam fotografi forensik juga dapat digunakan untuk mengekstrak
data forensik seperti pengukuran jarak, dimensi, lokasi, atau untuk mengungkap
detail-detail yang tidak kasat mata (melalui sinar x, inframerah, ultraungu).
Sebuah foto forensik harus memiliki data seperti kapan dan di mana gambar
diambil, siapa fotografernya, dan perlengkapan apa (lensa, body, filter, dudukan, dan
lain-lain) saja yang digunakan. Informasi mengenai posisi matahari atau bayangan
mungkin akan diperlukan juga sebagai tambahan informasi tentang tanggal, waktu,
atau musim. Dengan kata lain, fotografi forensik adalah sebuah disiplin ilmiah, yang
penggunaannya mesti mengikuti aturan, prosedur, dan protokol yang ketat.
Fotografi makro adalah fotografi close-up. Lensa dirancang untuk makro
biasanya di paling tajam mereka di jarak fokus makro dan tidak cukup sebagai tajam
pada jarak fokus yang lain. Metode ini sangat berguna dalam pekerjaan forensik, di
mana detail kecil pada adegan kejahatan atau kecelakaan mungkin sering menjadi
signifikan. Trace bukti seperti sidik jari dan tanda selip sangat penting, dan mudah
direkam menggunakan macroscopy.
5. Test getah paru
Caranya :
o paru-paru diletakkan diatas meja permukaan paru-paru dibersihkan satu kali
dengan pisau posisi tegak lurus
o di iris sampai alveoli yang paling dekat dengan pleura (sub pleura) dan di
tutup
o objek glass ditempelkan pada alveoli dan ditutup dengan gelas penutup
o dilihat dibawah mikroskop,akan didapatkan lumpur,pasir,telur cacing,
diatome,alga, dll.
17
Test getah paru (-) : korban meninggal terlebih dahulu baru masuk kedalam air/tidak
sempat bernafas dalam air
Airnya jernih sama dengan air minum
Spasme laring
Vagal refleks
Ambil beberapa botol bersih berkapasitas 1 liter dan kosongkan (ex : botol
bir). Ikat leher dan bagian alas botol masing masing dengan tali cukup panjang
Isi botol tersebut dengan air sampai penuh. Turunkan kedalam sumur yang
mengandung gas CO2 dengan posisi tegak (alas botol dibawah dan leher botol
diatas ). Jaga air dalam botol jangan sampai tumpah.
Dengan keluarnya seluruh air dan botol menjadi kosong maka botol akan
vaccum sehingga gas CO2 masuk kedalam botol.
Setelah botol teriisi gas CO2 maka botol diangkat keatas dengan cara botol
dibalik lagi, seperti posisi semula agar gas CO2 dapat terbawa terus kedalam
botol (gas CO2 lebih berat daripada udara).
Setelah sampai diatas, botol segera ditutup rapat, berikan label dan disegel.
Kualitatif : dengan pemberian larutan Ca(OH)2 yang jernih dan baru dibuat
atau larutan Ba(OH)2 pada botol yang berisis udara yang diambil dari tempat
sempel. Apabila terdapat endapan putih kapur dari CaCO3 atau BaCO3 maka
berarti gas CO2 positif
CaOH2+CO2
CaCO3+H2O
BaOH2+CO2
BaCO3+H2O
Kuantitatif :
Grafimetri (penimbangan terhadap endapan yag terjadi)
Volumetri (dengan menitrasi kelebihan larutan basa CaOH2/BaOH2
dengan konsentrasi tertentu.
Chromatografi gas (kualitatif dan kuantitatif )
18
19
Keluarkan alat-alat dalam rongga mulut, leher dan rongga dada dalam satu
kesatuan, pangkal dari esophagus dan trakea boleh diikat.
Bila terapung lepaskan organ paru-paru, baik yang kiri maupun yang kanan.
Apungkan semua lobus tersebut, catat yang mana yang tenggelam dan mana
yang terapung.
Lobus yang terapung diambil sebagian, yaitu tiap-tiap lobus 5 potong dengan
ukuran 5 mm x 5 mm, dari tempat yang terpisah dan perifer.
Bila terapung berarti tes apung paru positif, paru-paru mengandung udara,
bayi tersebut pernah dilahirkan hidup.
9. Emboli udara
Emboli udara, baik yang sistemik maupun emboli udara pulmoner, tidak jarang
terjadi. Pada emboli sistemik udara masuk melalui pembuluh vena yang ada di paru-paru,
misalnya pada trauma dada dan trauma daerah mediastinum yang merobek paru-paru dan
merobek pembuluh venanya.
Emboli pulmoner adalah emboli yang tersering, udara masuk melalui pembuluhpembuluh vena besar yang terfiksasi, misalnya pada daerah leher bagian bawah, lipat
paha atau daerah sekitar rahim (yang sedang hamil); dapat pula pada daerah lain,
misalnya pembuluh vena pergelangan tangan sewaktu diinfus, dan udara masuk melalui
jarum infus tadi. Fiksasi ini penting, mengingat bahwa tekanan vena lebih kecil dari
20
tekanan udara luar, sehingga jika ada robekan pada vena, vena tersebut akan menguncup,
hal ini ditambah lagi dengan pergerakan pernapasan, yang menyedot.
Cara melakukan test ini adalah sebagai berikut:
buat sayatan I, dimulai dari incisura jugularis, ke arah bawah sampai ke symphisis
pubis,
potong rawan iga mulai dari iga ke-3 kiri dan kanan, pisahkan rawan iga dan tulang
dada keatas sampai ke perbatasan antara iga ke-2 dan iga ke-3,
potong tulang dada setinggi perbatasan antara tulang iga ke-2 dan ke-3,
setelah kandung jantung tampak, buat insisi pada bagian depan kandung jantung
dengan insisi I, sepanjang kira-kira 5-7 sentimeter; kedua ujung sayatan tersebut
dijepit dan diangkat dengan pinset (untuk mencegah air yang keluar),
masukkan air ke dalam kandung jantung, melalui insisi yang telah dibuat tadi, sampai
jantung terbenam; akan tetapi bila jantung tetap terapung, maka hal ini merupakan
pertanda adanya udara dalam bilik jantung,
tusuk dengan pisau organ yang runcing, tepat di daerah bilik jantung kanan, yang
berbatasan dengan pangkal a. Pulmonalis, kemudian putar pisau itu 90 derajat;
gelembung-gelembung udara yang keluar menandakan tes emboli hasilnya positif,
bila tidak jelas atau ragu-ragu, lakukan pengurutan pada a. Pulmonalis, ke arah bilik
jantung, untuk melihat keluarnya gelembung udara,
bila kasus yang dihadapi adalah kasus abortus, maka pemeriksaan dengan prinsip
yang sama, dilakukan mulai dari rahim dan berakhir pada jantung,
semua yang disebut di atas adalah untuk melakukan tes emboli pulmoner, untuk tes
emboli sistemik, pada prinsipnya sama, letak perbedaannya adalah : pada tes emboli
sistemik tidak dilakukan penusukan ventrikel, tetapi sayatan melintang pada a.
Coronaria sinistra ramus desenden, secara serial beberapa tempat, dan diadakan
pengurutan atas nadi tersebut, agar tampak gelembung kecil yang keluar,
dosis fatal untuk emboli udara pulmoner 150-130 ml, sedangkan untuk emboli
sistemik hanya beberapa ml.
atrium kanan
masuk
ventrikel kanan
ke
vena
cava
arteri pulmonale
21
buka kulit dinding dada pada bagian yang tertinggi dari dada, yaitu sekitar iga
ke 4 dan 5 ( udara akan berada pada tempat yang tertinggi )
buat kantung dari kulit dada tersebut mengelilingi separuhnya dari daerah
iga 4 dan 5 ( sekitar 10 x 5 cm )
pada kantung tersebut kemudian diisi air, dan selanjutnya tusuk dengan pisau,
adanya gelembung udara yang keluar berarti ada pneumothorax; dan bila
diperiksa paru-parunya, paru-paru tersebut tampak kollaps,
cara lain; setelah dibuat kantung , kantung ditusuk dengan spuit besar dengan
jarum besar yang berisi air separuhnya pada spuit tersebut; bila ada
pneumothorax, tampak gelembung-gelembung udara pada spuit tadi.
22
FORENSIK KLINIK
1. Pemeriksaan selaput dara
Selaput dara yang utuh dapat dibagi tiga berdasarkan bentuk dan tepi lubangnya :
a. Bentuk teratur dan tepi teratur utuh
23
Hymen biparitus atau hymen septus : terdapat dua lubang dengan sekat
diantaranya
24
2. Pemeriksaan anus
Kemungkinan bila terjadi hubungan seksual secara anal akan menyebabkan luka pada
anal berupa robekan, ireugaritas, keadaan fissura.
Jika kasus yang dihadapi adalah kasus homoseks antara dua pria, maka pembuktian
secara kedokteran forensik adalah: adanya sperma serta air mani baik dalam dubur
maupun mulut korban, dan mendapatkan adanya unsur-unsur yang terdapat dalam anus;
juga perlu diperiksa bentuk dubur, bagi yang telah sering melakukan persetubuhan melalui
dubur, maka bentuk dari dubur akan mengalami perubahan, duburnya terbuka, berbentuk
corong (funnel shape), dan otot sfingternya sudah tidak dapat berfungsi dengan baik.
Untuk menentukan adanya sperma dalam dubur pasangannya sama seperti untuk
menentukan sperma atau air mani pada vagina, untuk melihat unsur-unsur yang ada dalam
dubur yang terbawa atau melekat pada penis, dapat dibuat sediaan langsung dengan atau
tanpa pewarnaan.