Anda di halaman 1dari 24

1

DESKRIPSI LUKA
A. Pengertian
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis kulit normal akibat proses patalogis
yang berasal dari internal dan eksternal dan mengenai organ tertentu (Lazarus,et al., 1994
dalam Potter & Perry, 2006). Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran
dan tulang atau organ tubuh yang lain. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul seperti
hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stress simpatis, perdarahan dan
pembekuan darah, kontaminasi bakteri, dan kematian sel.
B. Macam-macam Luka
Berdasarkan lama waktu penyembuhannya, luka dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Luka Akut
Luka akut adalah luka trauma yang biasanya segera mendapat penanganan dan
biasanya dapat sembuh dengan baik bila tidak terjadi komplikasi. Kriteria luka akut adalah
luka baru, mendadak dan penyembuhannya sesuai dengan waktu yang diperkirakan.
Contohnya adalah luka sayat, luka bakar, luka tusuk.
b. Luka Kronik
Luka kronik adalah luka yang berlangsung lama atau sering timbul kembali (rekuren)
atau terjadi gangguan pada proses penyembuhan yang biasanya disebabkan oleh masalah
multi faktor dari penderita. Pada luka kronik luka gagal sembuh pada waktu yang
diperkirakan, tidak berespon baik terhadap terapi dan punya tendensi untuk timbul kembali.
Contohnya adalah ulkus tungkai, ulkus vena, ulkus arteri (iskemi), penyakit vaskular perifer
ulkus dekubitus, neuropati perifer ulkus dekubitus (Briant, 2007).
C. Jenis Luka Berdasarkan Mekanisme Terjadinya Luka:
1. Kontusi / luka memar
Adalah luka karena kekerasan dengan benda tumpul dimana permukaan kulit dapat rusak
atau tidak, tetapi jaringan dibawah kulit bengkak dan berwarna merah kebiruan yang
disebabkan oleh karena ekstravasasi kapiler yang pecah ke jaringan ikat sekitarnya
2. Abrasi / luka lecet
Adalah luka pada permukaan kulit sedemikian rupa, sehingga permukaan kulit sebelah
luar sebagian atau seluruhnya hilang, dengan meninggalkan bagian kulit dibawahnya yang
bisa berdarah atau tidak berdarah karena goresan, gesekan dan persentuhan dengan benda
(benda tumpul pada umumya)
3. Lacerasi / luka robek
Adalah robeknya kulit dan jaringan dibawahnya yang disebabkan oleh benda tajam atau
benda tumpul dengan arah tegak lurus sehingga terjadi flap dari kulit dan jaringan
dibawahnya

4. Luka iris
Adalah luka yang disebabkan senjata yang tepinya tajam yang menimbulkan luka pada
bagian yang tajam dari senjata yang ditekan dan ditarik (irisan) pada permukaan kulit,
sedang kekuatan yang digunakan relatif ringan.
5. Incisi / luka tusuk
Adalah luka yang disebabkan oleh benda tajam runcing/ tumpul yang menembus kulit dan
jaringan dibawahnya
6. Luka bacok
Adalah luka karena persentuhan benda tajam (bisa agak tumpul) yang agak berat dimana
persentuhannya di ayunkan dengan kekuatan.

D. Klasifikasi luka
1. Luka yang

tidak menimbulkan halangan untuk sementara dalam melakukan

pekerjaan sehari-hari atau luka ringan


2. Luka yang menimbulkan halangan untuk sementara dalam melakukan pekerjaan
sehari-hari atau luka sedang
3. Luka berat ada 7 :
a. Luka yang tidak ada harapan sembuh atau menimbulkan bahaya maut
(misalnya : luka tusuk pada perut)
b. Luka yang menyebabkan tidak mampu melakukan pekerjaan sehari-hari
selama seumur hidup (misalnya : pemain piano yang kehilangan jari-jarinya,
dokter bedah tulang yang kehilangan fungsi tangannya)
c. Luka yang menyebabkan kehilangan salah satu panca indera
d. Cacat berat misalnya kaki atau tangan putus karena amputasi
e. Mengalami kelumpuhan
f. Wanita hamil yang mengalami keguguran
g. Terganggunya daya pikir lebih dari 4 minggu

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

1. Bucal Swab
Pengambilan swab buccal ditujukan untuk memastikan identitas korban dan bukti
DNA.7Penggunaan bukti DNA adalah teknologi terbaru yang digunakan terutama
dalam sistem peradilan pidana untuk mengidentifikasi pelaku kejahatan seksual.
Prosedur pengumpulan DNAdapat bervariasi. Namun, semua memerlukan sampel
perbandingan yang harus diambil dari korban.
Prosedur pengambilan swab buccal
Kumpulan isi kit
4 kapas tip aplikator steril
1 amplop manila dengan label informasi putih terpasang
1 amplop manila sedikit lebih kecil
1 segel
Satu pasang sarung tangan lateks bebas bubuk
Petunjuk pengambilan sampel
Pakai sepasang sarung tangan lateks bebas bubuk. Buka kertas steril

pembungkus salah satu dari empat kapas tip aplikator


Gosok ujung kapas tip pada bagian dalam pipi mulut sambil perlahan

diputar. Lakukan selama sekitar 30 detik.


Tempatkan kapas tip aplikator dalam amplop yang lebih kecil. Kertas
pembungkus kapas swab dapat dibuang. Ulangi proses untuk sisa tiga
kapas lalu masukkan dalam amplop yang lebih kecil. Lepaskan sarung

tangan karet dan buang


Tempatkan amplop yang lebihkecil berisi empat kapas tip aplikator

dalam amplop yang lebih besar dengan label terpasang


Isi semua informasi pada label putih
Tempatkan amplop dengan label putih dalam amplop yang berlabel

Referensi Swab Mulut Collection Kit.


Segel amplop yang berlabel Referensi Mulut Swab Collection Kit

dengan segel bukti dan tandai segel


Tempatkan amplop ke Ruang Properti dan simpan di lemari pendingin

2. Pengambilan Darah

Pada pemeriksaan spesimen darah, selalu diberi label pada tabung sampel
darah catatan :
-

Pembuluh darah femoral

Jantung

Darah yang diperiksa :


a. 20cc dalam tabung dengan permukaan merah ;
b. 20 cc dalam 2 x 10 cc permukaan abu-abu ; (bahan pengawet potassium oxalate dan
sodium fluoride)
c. 10 cc dengan warna permukaan keunguan (Pengawet EDTA). Tabung ini untuk
analisa DNA.
d. Untuk analisa dari bahan-bahan yang mudah menguap, darah harus ditaruh didalam
tabung tes dengan tutup yang dapat diputar sehingga komponennya tidak tercampur
dengan tutup karetnya
Pada kasus mayat yang tidak diotopsi:
1. Darah diambil dari vena femoral. Jika vena ini tidak berisi, dapat diambil dari
subclavia
2. Pengambilan darah dengan cara jarum ditusuk pada trans-thoracic secara acak,
secara umum tidak bisa diterima, karena bila tidak berhati-hati darah bisa
terkontaminasi dengan cairan dari esophagus, kantung perikardial, perut/ cavitas
pleura
Untuk mayat yang diotopsi:
1. Darah diambil dari vena femoral ;
2. Jika darah tidak dapat diambil dari vena femoral, dapat diambil dari :
a. Vena subklavia
b. Aorta
c. Arteri pulmonary
d. Vena cava superior
e. Jantung
3. Darah seharusnya diberi label sesuai dengan tempat pengambilan.
4. Pada kejadian yang jarang terjadi, yang biasanya berhubungan dengan
trauma massive, darah tidak dapat diambil dari pembuluh darah tetapi
terdapat darah bebas pada rongga badan.
3. Vaginal swab
Teknik

Pengambilan

bahan

untuk

pemeriksaan

laboratorium

untuk

pemeriksaan cairan mani dan sel mani dalam lendir vagina, yaitu dengan mengambil
lendir vagina menggunakan pipet pasteur atau diambil dengan ose batang gelas, atau
swab. Bahan diambil dari forniks posterior, bila mungkin dengan spekulum. Pada

anak-anak atau bila selaput darah masih utuh, pengambilan bahan sebaiknya dibatasi
dari vestibulum saja.
Pengambilan Vaginal Swab
a.

Alat dan Bahan


1. Spekulum
2. APD lengkap
3. Senter
4. Lidi kapas seri
5. Tabung reaksi yang telah ditutup kapas berlemak
6. Baskom yang berisi desinkfektan
7. Garam Fisiologis

b.

Prosedur Kerja
1. Berkomunikasilah dengan baik dengan pasien terlebih dahulu,
setelah suasana mulai kondusif, mulailah langkah-langkah
pengambilan sample
2. Suruh pasien berbaring pada kursi yang telah disiapkan khusus
untuk pengambilan sample swab vagina dengan menekuk lutut
hingga dekat paha
3. Bersihkan labia mayora dengan garam fisiologis
4. Masukkan spekulum ke lubang vagina, buka spekulum hingga
terlihat serviks
5. Oleskan lidi kapas pada bagian tersebut sebanyak dua kali
pengambilan
6. Kembalikan posisi spekulum pada posisi semula
7. Keluarkan perlahan
8. Rendam pada baskom yang berisi desinkfektan
9. Taruh lidi kapas tadi pada tabung reaksi
10. Tutup rapat dengan kapas berlemak yang terbungkus kertas
perkamen
11. Bawa ke laboratorium untuk diperiksa.

4. Pengambilan Urin
Suatu tindakan mengambil sejumlah urine sebagai sampel untuk pemeriksaan
laboratorium.Mengambil sampel urine yang tidak terkontaminasi untuk menganalisa
urine rutin atau test diagnostik yang meliputi test kultur dan sensitivitas. Mengetahui
adanya mikroorganisme dalam urine.
Proses Pengambilan Urine.
Persiapan alat

Botol yang telah disterilkan(tempat penampung spesimen)


Label spesimen
Sarung tangan sekali pakai
Larutan anti septik
Kapas sublimat
Formulir Laboratorium
Urinal (Pispot) jika klien tidak dapat berjalan
Baskom air hangat
Waslap
Sabun
Handuk

Prosedur pelaksanaan
Beritahu klien tujuan prosedur pelaksanaan
Untuk klien yang dapat berjalan
-

Antar klien ke kamar kecil

Antar klien untuk membasuh dan mengelap daerah ginetal dan


parineal dengan sabun dan air

Untuk klien wanita


Bersihkan daerah parineal dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas
desinfektan steril hanya sekali pakai
Untuk klien laki laki
Tarik perlahan kulit penis sehingga saluran penis tertarik
Dengan gerakan memutar, bersihkan saluran kencing. Gunakan steril
hanya sekali pakai kemudian buang. Bersihkan area beberapa inci dari
penis
Cara Pengambilan Sampel Urin
Bahan urin untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil
pagi hari. Pengambilan spesimen urine dilakukan oleh penderita sendiri
(kecuali dalam keadaan yang tidak memungkinkan). Sebelum pengambilan
spesimen, penderita harus diberi penjelasan tentang tata cara pengambilan
yang benar. Bahan urin dapat diambil dengan cara punksi suprapubik
(suprapubic puncture=spp), dari kateter dan urin porsi tengah (midstream
urine). Bahan urin yang paling mudah diperoleh adalah urin porsi tengah yang
ditampung dalam wadah bermulut lebar dan steril.
Cara pengambilan dan penampungan urine porsi tengah pada wanita :
a. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah vagina dan
muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong
kasa steril dibasahi air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam
keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan
daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum
pembersihan daerah vagina selesai.
b. Dengan 2 jari pisahkan kedua labia dan bersihkan daerah vagina dengan
potongan kasa steril yang mengandung sabun. Arah pembersihan dari depan
ke belakang. Kemudian buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
c. Bilas daerah tersebut dari arah depan ke belakang dengan potongan kasa yang
dibasahi dengan air atau salin hangat. Selama pembilasan tetap pisahkan
kedua labia dengan 2 jari dan jangan biarkan labia menyentuh muara uretra.
Lakukan pembilasan sekali lagi, kemudian keringkan daerah tersebut dengan
potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat
sampah.
d. Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih. Buang beberapa
mililiter urin yang mula-mula keluar. Kemudian tampung aliran urin
selanjutnya ke dalam wadah steril sampai kurang lebih sepertiga atau setengah
wadah terisi.

e. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding
luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah
tersebut dan kirim segera ke laboratorium.
Cara pengambilan dan penampungan urine porsi tengah pada pria :
a. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah penis dan
muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong
kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan
air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering.
Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut.
Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan
selesai.
b. Tarik prepusium ke belakang dengan satu tangan dan bersihkan daerah ujung
penis dengan kasa yang dibasahi air sabun. Buang kasa yang telah dipakai ke
tempat sampah.
c. Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau salin hangat. Ulangi
sekali lagi, lalu keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang
kering. Buang kasa yang telah dipakai ke dalam tempat sampah.
d. Dengan tetap menahan prepusium ke belakang, mulailah berkemih. Buang
beberapa mililiter urin yang keluar, kemudian tampung urin yang keluar
berikutnya ke dalam wadah steril sampai terisi sepertiga sampai setengahnya.
e. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding
luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah
tersebut dan kirim segera ke laboratorium.
f. Bahan urin harus segera dikirim ke laboratorium, karena penundaan akan
menyebabkan bakteri yang terdapat dalam urin berkembang biak dan
penghitungan koloni yang tumbuh pada biakan menunjukkan jumlah bakteri
sebenarnya yang terdapat dalam urin pada saat pengambilan. Sampel harus
diterima maksimun 1 jam setelah penampungan.2 Sampel harus sudah
diperiksa dalam waktu 2 jam. Setiap sampel yang diterima lebih dari 2 jam
setelah pengambilan tanpa bukti telah disimpan dalam kulkas, seharusnya
tidak dikultur dan sebaiknya dimintakan sampel baru.3 Bila pengiriman
terpaksa ditunda, bahan urin harus disimpan pada suhu 40 C selama tidak
lebih dari 24 jam.
5. Pengambilan muntahan dan isi lambung
Pengambilan sampel untuk pemeriksaan toksikologi pada mayat
Lambung dengan isinya
Lambung diikat pada 2 tempat:
a. yang berbatasan dengan kerongkongan
b. yang berbatasan dengan usus halus

- Cara ini dimaksudkan untuk menghindari hancurnya butir-butir pil atau


tablet yang tertelan korban mempermudah pemeriksaan toksikologik
- Cara yang lain adalah pemeriksaan kelainan pada lambung oleh dokter,
dapat diperkirakan jenis racun yang ditelan korban.

Usus dengan isinya


Pemeriksaan usus dengan isinya sangat berguna terutama jika kematian
korban terjadi setelah beberapa jam disaat ia kemasukan racun
Dari hasil pemeriksaan ini dapat diperkirakan saat kematian, dan dapat
ditemukan tablet yangtidak dapat dihancurkan lambung (enteric coated tablet).
Caranya adalah mengikat usus dengan jarak 60 cm, yaitu pada perbatasan
lambung-usus halus, usus halus, usus halus-usus besar, dan usus besar poros
usus. Ikatan-iakatan tersebut untuk mencegah tercampurnya isi usus bagian
oral dengan isi usus bagian anal
6. Pengambilan jaringan dan sampel tulang
a. Jaringan, organ & tulang segar

- ambil tiap bagian dgn pinset


- tiap item dlm wadah sendiri & berlabel
- simpan dipendingin, kirim
b. Jaringan, organ & tulang tak segar
- ambil tiap bagian, tiap item wadah sendiri & berlabel.
Jaringan otot : min 25 mg o.k DNA sedikit Jaringan Hati ; 15 mg
Wadah :
2 buah toples masing-masing 2 liter untuk hati dan usus.
3 buah toples masing-masing 1 liter untuk lambung beserta isinya, otak

dan

ginjal.
4 buah botol masing-masing 25 ml untuk darah (2 buah) urine dan empedu.

10

7. Pengambilan sampel gigi


- Cabut gigi yg masih utuh
- masukkan dkm kantong plastik, beri label

8. Pengumpulan dan pengemasan barang bukti


a) Mengumpulkan Barang Bukti (Trace Evident)
Dokter tetap berkoordinasi dengan penyidik, terutama bila ada team Labfor.
Dokter membantu mencari barang bukti, misal racun, anak peluru dll.
Segala yang ditemukan diserahkan pada penyidik.
Dokter dapat meminjam barang bukti tersebut.
Selesai pemeriksaan, TKP ditutup misal selama 3 X 24 jam.
Korban dibawa ke RS dengan disertai permohonan visum et repertum.
b) Pengambilan & Pengumpulan bahan
Harus dijaga :
- Syarat medicolegal
- Chain of evidence
Bahan-bahan tersebut :
Stat. I

: Lambung + isi , Usus + isinya

Stat. II : Hati + 500 gram, Otak + 500 gram,P aru + 250 gram
Stat. III : Ginjal (sebagian kanan/kiri) , Kandung seni
Bahan-bahan lain :
- Darah (50 - 100 ml )

11

- Urine (100 ml )
Pada korban hidup :
- Sisa makanan/minuman
- Obat-obatan, bahan penyebab keracunan
- Bahan muntahan / hasil kumbah lambung
- Urine, darah & faeses
Kasus-kasus tertentu :
> Keracunan Alkohol :
- darah V.Femoralis
- urine
> Bila darah (-) :
- sum-sum tulang
- jaringan otot
> Keracunan kronis Arsen :
- rambut, kuku & tulang.
Wadah : gelas/plastik (inert), mulut lebar dapat ditutup rapat bersih dari zat
kimia (baru)
Jumlahnya minimal 3 buah :
Wadah I : organ trac. Gastrointestinalis
Wadah II : organ hati, empedu, otak, ginjal dll
Wadah III : organ trac. urogenitalis
Pengawet : Alkohol 96%
Bisa : es batu, dry ice , Na fluorida , merkuri nitrat
Bahan pemeriksaan terendam dlm pengawet
> Seal dgn parafin
> Ikat tali tdk bersambung
> Beri label

12

> Segel ( lak + cap segel dinas ).


Pengiriman :
> Sertakan contoh bahan pengawet (100 ml) dalam botol bersih, dilabel &
segel.
> Dikirim segera setelah bahan diambil.
> Diantar ( via kurir )
> Via Paket.
Syarat-syarat surat :
> Surat permohonan pemeriksaan toksikologi
> Surat tentang laporan peristiwa atau kejadian (secara singkat).
> Surat tentang laporan otopsi
> Berita acara pembungkusan & penyegelan + cap segel dinas
ISI LABEL :
- Identitas korban
- Jenis & jumlah bahan pemeriksaan
- Bahan pengawet yang dipakai
- Tempat & saat pengambilan bahan, pembungkusan, penyegelan
- Tanda tangan & nama terang penyegel, dokter yang otopsi
- Cap stempel dinas& segel dinas.
Pada penggalian jenazah :
> Bila mungkin bahan seperti tersebut diatas
> Contoh tanah : bagian atas/bawah, kiri/kanan jenazah (peti)
>Pembanding : contoh tanah radius 5 m dengan kedalaman yang sama
dengan jenazah
> Masing-masing dimasukkan dalam wadah tersendiri.

13

PEMERIKSAAN PENUNJANG ATAU LABORATORIUM FORENSIK


1. Pemeriksaan cairan mani dan sperma
1 . Sperma Cair

Hisap dgn semprit/pipet masukkan tab atau dengan kapas, keringkan beri
label, kirim

2 . Bercak Sperma pada benda yg dipindah

misal celana, bila masih basah, keringkan bila kering potong yang ada
nodanya amplop beri label, kirim ke lab.

3. Bercak sperma pd benda besar yang bisa dipotong

misal karpet, potong bagian yang ada noda

masukkan dlm amplop, beri label, dikirim

14

4. Bercak pada benda tidak dpt dipindah & tdk menyerap

misal lantai, kerok bercaknya masukkan kertas lipat

masukkan amplop, label, kirim

5. BB sperma pd korban kejahatan seksual

2.

BB di vagina, mulut/anus korban

tiap item dlm wadah sendiri & berlabel lalu kirim ke lab.

Pemeriksaan bercak darah


1.

Sampel Darah Cair


a. Darah dari seseorang

diambil dgn semprit, masukkan ke dlm tabung yg ada EDTA +/- 1ml
darah.

beri label, simpan di pendingin atau dikirim ke lab.

b. Darah cair di TKP

ambil dgn semprit/pipet/kain masukkan ke tab.dgn EDTA.

bila membeku ambil dengan spaltel

beri label, simpan di pendingin atau dikirim ke lab.

c. Darah cair dalam air/salju/es

2.

sesegera mungkin, ambil secukupnya dalam botol

hindari kontaminasi, beri label, simpan atau kirim ke lab.

Bercak Darah Basah


a. Dipakaian

Pakaian dgn noda ditempatkan pd permukaan bersih dan dikeringkan.

Setelah kering masukkan kantong kertas/amplop

beri label, kirim ke kab.

b. Benda dengan bercak darah basah

Bila benda kecil biarkan kering, tapi pada benda besar hisap bercak
tersebut dengan kain katun dan keringkan.

3.

masukkan amplop, beri label dan kirim

Bercak Darah Kering


a. Pada benda yang dapat dipindahkan

mis; senjata, kain kumpulkan

tiap item masukkan dlm kantong kertas

beri label, kirim ke lab.

b. Pada benda padat dgn permukaan kasar

15

mis; lantai bercak dikerok masukkan amplop

beri label, kirim

c. Pada benda besar yang tidak dapat dipindahkan

4.

bercak digosok dgn kapas basah dgn saline/air steril

kapas dikeringkan masukkan kantong plastik

Bercak darah kering pada karpet/benda yang dapat dipotong

5.

3.

Potong bagian yang ada nodanya

Tiap potongan beri label

sertakan potongan yang tidak ada nodanya sebagai kontrol.

kirim ke lab.

Percikan Darah Kering

Gunakan celotape, tempelkan pada percikan noda

masukkan celotape tersebut dalam kantong plastik

kirim ke lab.

Histopatologi Forensik
A. Definisi

Histologi

Histo = jaringan
Logos = ilmu
Ilmu yang mempelajari struktur anatomi dan jaringan di bawah mikroskop
(tingkat seluler).

Patologi
Ilmu yang mempelajari tentang penyakit, penyebab, mekanisme, dan
perubahan-perubahannya, dilihat dari tingkat selular
Tujuan:
1. Menegakkan diagnosis sebab mati
2. Mengkonfirmasi temuan makroskopis
3. Memberi gambaran histomorfologi perjalanan penyakit
4. Gambaran intravitalitas
5. Menentukan umur secara histomorphologi (infark lama/baru, umur luka, dsb)
6. Memberi gambaran riwayat korban berkaitan dengan investigasi kriminal
(pemakaian narkoba suntik kronis, luka tembak masuk, dsb)
7. Gambaran histologi sel (sel sperma pada kasus kekerasan seksual)
8.Diagnosis berdasarkan gambaran histomorfologi pada penyakit-penyakit
okupasi (asbestosis, dsb)

4.

Fotografi forensik

16

Fotografi forensik adalah foto yang merekam objek, adegan, dan peristiwa
untuk digunakan dalam suatu proses hukum. Fotografi forensik bisa digunakan
secara spesifik untuk dokumentasi, analisis, intelijen, atau untuk presentasi di
pengadilan. Satu hal penting, gambar yang digunakan di pengadilan mesti mengikuti
aturan-aturan pemaparan bukti-bukti sesuai yurisdiksi yang berlaku di tempat tertentu.
Gambar-gambar dalam fotografi forensik juga dapat digunakan untuk mengekstrak
data forensik seperti pengukuran jarak, dimensi, lokasi, atau untuk mengungkap
detail-detail yang tidak kasat mata (melalui sinar x, inframerah, ultraungu).
Sebuah foto forensik harus memiliki data seperti kapan dan di mana gambar
diambil, siapa fotografernya, dan perlengkapan apa (lensa, body, filter, dudukan, dan
lain-lain) saja yang digunakan. Informasi mengenai posisi matahari atau bayangan
mungkin akan diperlukan juga sebagai tambahan informasi tentang tanggal, waktu,
atau musim. Dengan kata lain, fotografi forensik adalah sebuah disiplin ilmiah, yang
penggunaannya mesti mengikuti aturan, prosedur, dan protokol yang ketat.
Fotografi makro adalah fotografi close-up. Lensa dirancang untuk makro
biasanya di paling tajam mereka di jarak fokus makro dan tidak cukup sebagai tajam
pada jarak fokus yang lain. Metode ini sangat berguna dalam pekerjaan forensik, di
mana detail kecil pada adegan kejahatan atau kecelakaan mungkin sering menjadi
signifikan. Trace bukti seperti sidik jari dan tanda selip sangat penting, dan mudah
direkam menggunakan macroscopy.
5. Test getah paru
Caranya :
o paru-paru diletakkan diatas meja permukaan paru-paru dibersihkan satu kali
dengan pisau posisi tegak lurus
o di iris sampai alveoli yang paling dekat dengan pleura (sub pleura) dan di
tutup
o objek glass ditempelkan pada alveoli dan ditutup dengan gelas penutup
o dilihat dibawah mikroskop,akan didapatkan lumpur,pasir,telur cacing,
diatome,alga, dll.

Test getah paru (+) : korban sempat/pernah bernafas dalam air

17

Test getah paru (-) : korban meninggal terlebih dahulu baru masuk kedalam air/tidak
sempat bernafas dalam air
Airnya jernih sama dengan air minum
Spasme laring
Vagal refleks

6. Cara mengambil gas CO2 dari sumur


Cara mengambil gas CO2 dalam sumur :

Ambil beberapa botol bersih berkapasitas 1 liter dan kosongkan (ex : botol
bir). Ikat leher dan bagian alas botol masing masing dengan tali cukup panjang

Isi botol tersebut dengan air sampai penuh. Turunkan kedalam sumur yang
mengandung gas CO2 dengan posisi tegak (alas botol dibawah dan leher botol
diatas ). Jaga air dalam botol jangan sampai tumpah.

Setelah sampai ketempat yang sesuai dengan korban ditemukan meninggal


(kedalamannya),botol tersebut dibalik agar semua air dalam botol tumpah.
Yaitu dengan cara menarik tali yang mengikat alas botol dan mengulur tali
yang mengikat leher botol.

Dengan keluarnya seluruh air dan botol menjadi kosong maka botol akan
vaccum sehingga gas CO2 masuk kedalam botol.

Setelah botol teriisi gas CO2 maka botol diangkat keatas dengan cara botol
dibalik lagi, seperti posisi semula agar gas CO2 dapat terbawa terus kedalam
botol (gas CO2 lebih berat daripada udara).

Setelah sampai diatas, botol segera ditutup rapat, berikan label dan disegel.

Test CO2 ada dua yaitu :

Kualitatif : dengan pemberian larutan Ca(OH)2 yang jernih dan baru dibuat
atau larutan Ba(OH)2 pada botol yang berisis udara yang diambil dari tempat
sempel. Apabila terdapat endapan putih kapur dari CaCO3 atau BaCO3 maka
berarti gas CO2 positif

CaOH2+CO2

CaCO3+H2O

BaOH2+CO2

BaCO3+H2O

Kuantitatif :
Grafimetri (penimbangan terhadap endapan yag terjadi)
Volumetri (dengan menitrasi kelebihan larutan basa CaOH2/BaOH2
dengan konsentrasi tertentu.
Chromatografi gas (kualitatif dan kuantitatif )

18

Keracunan gas CO2 : darah berwarna hitam


Keracunan gas CO dan HCN (kluwek,pete,gaplek) : cherry red
7. Alkali dilution test
Test untuk korban mati gas CO
Contohnya : gas lampu, kebakaran
(sifat gas CO: tidak berbau,tidak berwarna,lebih ringan dari udara )
Gunanya : untuk membedakan korban telah meninggal sebelum terbakar atau
memang meninggal karena terbakar.
Cara kerja :
Ambil dua tabung reaksi yang bersih. Pada tabung reaksi I dimasukkan tigas
tetes darah orang normal (sebagai kontrol ) dan pada tabung reaksi II
dimasukkan tiga tetes darah korban. Kemudian keduanya diencerkan dengan
aquades sampai volume 15ml (hingga berwarna pink jernih). Setelah
tercampur secara homogen,kedua tabung reaksi diberi tiga tetes larutan alkali
(NaOH 10% atau KOH 10%). Amati perubahan yang terjadi. Darah normal
(tabung reaksi I) segera berubah warna dari merah muda menjadi coklat
kehijauan dalam waktu kurang dari 30 ,karena terbentuknya alkali hematin.
Sedangkan darah korban (tabung reaksi II) perubahan warna seperti diatas
membutuhkan waktu lebih dari 30 ,karena sudah terjadi ikatan CO-HB. HB
lebih mudah mengikat CO dari pada CO2 .
(+) : korban keracunan gas CO, korban sebelum/setelah mati dibunuh
menghirup asap,perokok berat
(-) : korban tidak menghirup asap, spasme laring ,vagal refleks

19

8. Test apung paru


Tes apung paru-paru dikerjakan untuk mengetahui apakah bayi yang diperiksa itu
pernah hidup. Untuk melaksanakan test ini, persyaratannya sama dengan test emboli
udara, yakni mayatnya harus segar. Cara melakukan tes apung paru-paru:

Keluarkan alat-alat dalam rongga mulut, leher dan rongga dada dalam satu
kesatuan, pangkal dari esophagus dan trakea boleh diikat.

Apungkan seluruh alat-alat tersebut pada bak yang berisi air.

Bila terapung lepaskan organ paru-paru, baik yang kiri maupun yang kanan.

Apungkan kedua organ paru-paru tadi, bila terapung lanjutkan dengan


pemisahan masing-masing lobus, kanan terdapat lima lobus dan kiri dua lobus.

Apungkan semua lobus tersebut, catat yang mana yang tenggelam dan mana
yang terapung.

Lobus yang terapung diambil sebagian, yaitu tiap-tiap lobus 5 potong dengan
ukuran 5 mm x 5 mm, dari tempat yang terpisah dan perifer.

Apungkan ke 25 potongan kecil-kecil tersebut, bila terapung, letakkan


potongan tersebu pada dua karton, dan lakukan penginjakan dengan
menggunakan berat badan, kemudian dimasukkan kembali ke dalam air.

Bila terapung berarti tes apung paru positif, paru-paru mengandung udara,
bayi tersebut pernah dilahirkan hidup.

Bila hanya sebagian yang terapung, kemungkinan terjadi pernafasan partial,


bayi tetap pernah dilahirkan hidup.

9. Emboli udara
Emboli udara, baik yang sistemik maupun emboli udara pulmoner, tidak jarang
terjadi. Pada emboli sistemik udara masuk melalui pembuluh vena yang ada di paru-paru,
misalnya pada trauma dada dan trauma daerah mediastinum yang merobek paru-paru dan
merobek pembuluh venanya.
Emboli pulmoner adalah emboli yang tersering, udara masuk melalui pembuluhpembuluh vena besar yang terfiksasi, misalnya pada daerah leher bagian bawah, lipat
paha atau daerah sekitar rahim (yang sedang hamil); dapat pula pada daerah lain,
misalnya pembuluh vena pergelangan tangan sewaktu diinfus, dan udara masuk melalui
jarum infus tadi. Fiksasi ini penting, mengingat bahwa tekanan vena lebih kecil dari

20

tekanan udara luar, sehingga jika ada robekan pada vena, vena tersebut akan menguncup,
hal ini ditambah lagi dengan pergerakan pernapasan, yang menyedot.
Cara melakukan test ini adalah sebagai berikut:

buat sayatan I, dimulai dari incisura jugularis, ke arah bawah sampai ke symphisis
pubis,

potong rawan iga mulai dari iga ke-3 kiri dan kanan, pisahkan rawan iga dan tulang
dada keatas sampai ke perbatasan antara iga ke-2 dan iga ke-3,

potong tulang dada setinggi perbatasan antara tulang iga ke-2 dan ke-3,

setelah kandung jantung tampak, buat insisi pada bagian depan kandung jantung
dengan insisi I, sepanjang kira-kira 5-7 sentimeter; kedua ujung sayatan tersebut
dijepit dan diangkat dengan pinset (untuk mencegah air yang keluar),

masukkan air ke dalam kandung jantung, melalui insisi yang telah dibuat tadi, sampai
jantung terbenam; akan tetapi bila jantung tetap terapung, maka hal ini merupakan
pertanda adanya udara dalam bilik jantung,

tusuk dengan pisau organ yang runcing, tepat di daerah bilik jantung kanan, yang
berbatasan dengan pangkal a. Pulmonalis, kemudian putar pisau itu 90 derajat;
gelembung-gelembung udara yang keluar menandakan tes emboli hasilnya positif,

bila tidak jelas atau ragu-ragu, lakukan pengurutan pada a. Pulmonalis, ke arah bilik
jantung, untuk melihat keluarnya gelembung udara,

bila kasus yang dihadapi adalah kasus abortus, maka pemeriksaan dengan prinsip
yang sama, dilakukan mulai dari rahim dan berakhir pada jantung,

semua yang disebut di atas adalah untuk melakukan tes emboli pulmoner, untuk tes
emboli sistemik, pada prinsipnya sama, letak perbedaannya adalah : pada tes emboli
sistemik tidak dilakukan penusukan ventrikel, tetapi sayatan melintang pada a.
Coronaria sinistra ramus desenden, secara serial beberapa tempat, dan diadakan
pengurutan atas nadi tersebut, agar tampak gelembung kecil yang keluar,

dosis fatal untuk emboli udara pulmoner 150-130 ml, sedangkan untuk emboli
sistemik hanya beberapa ml.

10. Emboli lemak


Contoh kasus : seorang anak yang dipukul terus menerus menjadi sesak
akhirnya mati.
Patah tulang paha mau dioperasi akhiranya meninggal karena sesak
Hal ini terjadi karena emboli lemak ( dilakukan pemeriksaan pada paru-paru)
ec. Fraktur tulang panjang
Lemak terpecah dan terlepas karena kena pukulan pada kulit seluruh
punggung dan patahnya tulang panjang. Sehingga cairan lemak masuk ke
dalam pembuluh darah vena yang robek
superior

atrium kanan

Dan membuntu di paru-paru (alveoli)

masuk

ventrikel kanan

ke

vena

cava

arteri pulmonale

21

Korban meninggal karena kapiler paru buntu dan terjadi asphiksia.


Test emboli lemak : organ yang diambil yaitu paru-paru
jaringan paru-paru diambil dan dikeraskan dengan uap zat asam arang cair
(frozzensetion) dan kemudian dengan mikrotom dipotong 20 mikron dan dicat
dengan warna Sudan III kemudian dikirim ke PA.
Pengiriman PA / pengawetan : paru-paru diberi gas CO kemudian difiksasi
menggunakan dry ice supaya tidak membusuk (jangan mengirim PA dengan
alkohol/formalin karena lemak akan larut)
11. Pneumothorax
Pada trauma di daerah dada, ada kemungkinan jaringan paru robek, sedemikian rupa
sehingga terjadi mekanisme ventil di mana udara yang masuk ke paru-paru akan
diteruskan ke dalam rongga dada, dan tidak dapat keluar kembali, sehingga terjadi
kumulasi udara, dengan akibat paru-paru akan kolaps dan korban akan mati.
Diagnosa pneumothorax yang fatal semata-mata atas dasar test ini, bila test ini tidak
dilakukan, diagnosa sifatnya hanya dugaan. Cara melakukan test ini adalah sebagai
berikut:

buka kulit dinding dada pada bagian yang tertinggi dari dada, yaitu sekitar iga
ke 4 dan 5 ( udara akan berada pada tempat yang tertinggi )

buat kantung dari kulit dada tersebut mengelilingi separuhnya dari daerah
iga 4 dan 5 ( sekitar 10 x 5 cm )

pada kantung tersebut kemudian diisi air, dan selanjutnya tusuk dengan pisau,
adanya gelembung udara yang keluar berarti ada pneumothorax; dan bila
diperiksa paru-parunya, paru-paru tersebut tampak kollaps,

cara lain; setelah dibuat kantung , kantung ditusuk dengan spuit besar dengan
jarum besar yang berisi air separuhnya pada spuit tersebut; bila ada
pneumothorax, tampak gelembung-gelembung udara pada spuit tadi.

22

FORENSIK KLINIK
1. Pemeriksaan selaput dara
Selaput dara yang utuh dapat dibagi tiga berdasarkan bentuk dan tepi lubangnya :
a. Bentuk teratur dan tepi teratur utuh

Hymen annularis : lubang bundar ditengah atau eksentris disegmen


anterior

Hymen semilunaris (falciforme) : lubang disegmen posterior dan


berbentuk seperti bulan sabit

Hymen labiiformis : lubang berbentuk celah yang berjalan dari anterior


keposterior dengan bibir-bibir selaput dara dikedua sisinya.

b. Bentuk teratur dan tepi tidak teratur

23

Bentuk lubang bisa annular,semilunar atau labiiformis tetapi tepi lubang


menunjukkan celah-celah (defek konginental) yang dangkal atau dalam, jika
banyak maka tergantung dari sifat celahnya. Selaput dara yang tampak
terbelah-belah disebut hymen lobatus,tampak bergerigi disebut hymen
dentatus,sedangkan yang tampak berumbai-rumbai disebut hymen fimbriatus.

Jika celah-celahnya sampai pada dasar,sehingga selaput dara tampak terbagi


dalam sejumlah jelabir disebut hymen colloriformis.
c. Bentuk teratur dan tepi teratur atau tidak teratur
Yang termasuk dalam golongan ini adalah selaput dara yang atipis (atypical)
karena lubangnya tidak ada,atau lebih dari satu, atau tidak merupakan satu
kesatuan.

Hymen imperforatus : selaput dara tidak berlubang

Hymen biparitus atau hymen septus : terdapat dua lubang dengan sekat
diantaranya

Hymen partim septus : septum diantara kedua lubang tidak merupakan


satu kesatuan, tetapi terdiri dari dua jelabir selaput yang saling
berhadapan.

Hymen multiplex atau hymen colloformis : selaput dara terdiri dari


banyak jelabir.

Hymen cribrosus : selaput dara berlubang banyak.

24

2. Pemeriksaan anus
Kemungkinan bila terjadi hubungan seksual secara anal akan menyebabkan luka pada
anal berupa robekan, ireugaritas, keadaan fissura.
Jika kasus yang dihadapi adalah kasus homoseks antara dua pria, maka pembuktian
secara kedokteran forensik adalah: adanya sperma serta air mani baik dalam dubur
maupun mulut korban, dan mendapatkan adanya unsur-unsur yang terdapat dalam anus;
juga perlu diperiksa bentuk dubur, bagi yang telah sering melakukan persetubuhan melalui
dubur, maka bentuk dari dubur akan mengalami perubahan, duburnya terbuka, berbentuk
corong (funnel shape), dan otot sfingternya sudah tidak dapat berfungsi dengan baik.
Untuk menentukan adanya sperma dalam dubur pasangannya sama seperti untuk
menentukan sperma atau air mani pada vagina, untuk melihat unsur-unsur yang ada dalam
dubur yang terbawa atau melekat pada penis, dapat dibuat sediaan langsung dengan atau
tanpa pewarnaan.

Anda mungkin juga menyukai