Makalah PH Grace
Makalah PH Grace
Oleh:
GRACE ROSELINY PANGARIBUAN
NIM. 110100110
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
Nama
NIM
: 110100110
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Pencegahan Kecacingan pada Anak
sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan
Klinik
Senior
(KKS)
di
Departemen
Ilmu
Kesehatan
Penulis
DAFTAR ISI
iii
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang............................................................................... 1
1.2. Tujuan Penelitian........................................................................... 3
1.3. Manfaat Penelitian.........................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kecacingan.....................................................................................
2.2. Pencegahan Kecacingan pada Anak
2.2.1 Dasar Pencegahan.................................................................
2.2.2 Sasaran Pencegahan.............................................................
2.2.3 Upaya Pencegahan...............................................................
3
4
5
6
7
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sampai saat ini penyakit infeksi masih merupakan masalah kesehatan utama
di dunia, terutama di negara tropis dan sedang berkembang, termasuk di
Indonesia. Diperkirakan 51% kematian akibat penyakit infeksi di dunia
disebabkan oleh tiga penyakit utama yang dikenal sebagai the big three, yaitu
tuberkulosis, HIV/AIDS dan malaria. Ketiga penyakit tersebut menyebabkan lebih
dari 500 juta morbiditas dan lebih dari 5 juta mortalitas di dunia setiap tahun.
Sisanya yaitu masing-masing sebanyak 20% disebabkan oleh sekelompok
penyakit yang disebut neglected tropical diseases (NTD) dan 29% disebabkan
oleh infeksi lain. Di antara penyakit infeksi tersebut, ternyata hingga saat ini
penyakit parasitik terkesan kurang mendapat perhatian dari masyarakat. Hal itu
mungkin karena umumnya penyakit parasitik bersifat kronis dan tidak
mengancam jiwa, sehingga masyarakat umum bahkan tenaga kesehatan, termasuk
dokter juga cenderung mengabaikannya. 1 Infeksi kecacingan yang disebabkan
oleh Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan masalah kesehatan masyarakat
Indonesia. Infeksi kecacingan tergolong penyakit neglected disease yaitu infeksi
yang kurang diperhatikan dan penyakitnya bersifat kronis tanpa menimbulkan
gejala klinis yang jelas dan dampak yang ditimbulkannya baru terlihat dalam
jangka panjang seperti kekurangan gizi, gangguan tumbuh kembang dan
gangguan kognitif pada anak.2 Penyebabnya adalah Ascaris lumbricoides,
Ancylostoma
duodenale,
Necator
americanus,
Trichuris
trichiura
dan
lebih
mengerti
dan
memahami
mengenai
Pencegahan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kecacingan
Penyakit cacing usus (cacingan) adalah penyakit parasitik yang ditularkan
melalui makanan. Cacingan terutama yang disebabkan oleh nematoda juga
termasuk salah satu dari kelompok penyakit tropik yang terabaikan (NTD).
Penyakit tersebut tersebar luas di seluruh dunia. Diperkirakan lebih dari satu
miliar penduduk dunia terinfeksi Ascaris lumbricoides dan sekitar 500 juta
terinfeksi Trichuris trichiura. Bersama cacing lain (cacing tambang) mereka
digolongkan dalam kelompok soil transmitted helminths/STH (cacing yang
ditularkan melalui tanah). Di Indonesia angka infeksi STH masih cukup tinggi,
tetapi intensitas infeksi bervariasi antar daerah. Hasil survei cacingan pada murid
sekolah dasar pada tahun 1986-1991 menunjukkan prevalensi sekitar 60-80%,
sedangkan untuk semua umur berkisar 40-60%. Hasil Survei Subdit Diare tahun
2002 dan 2003 di 40 sekolah dasar di 10 provinsi menunjukkan prevalensi 2,296,3%. Keberadaan cacing di dalam usus manusia dapat mempengaruhi proses
pemasukan (intake), pencernaan (digestive), penyerapan (absorbtion), dan
metabolisme makanan. Pada kasus ringan cacingan memang tidak menimbulkan
gejala nyata, tetapi pada kasus infeksi berat dapat berakibat fatal. Ascaris dapat
bermigrasi ke organ lain, menyebabkan peritonitis akibat perforasi usus dan ileus
obstruksi akibat bolus yang dapat berakhir dengan kematian. Trichuris dapat
menyebabkan prolapsus rekti. Cacing tambang dapat menyebabkan anemia yang
berat, namun penderita tidak merasakan gejala yang berarti karena proses yang
berjalan kronis. Infeksi cacing usus yang berakibat menurunnya status gizi
penderita juga akan menurunkan daya tahan tubuh penderita sehingga
memudahkan infeksi penyakit lain, termasuk HIV/AIDS, tuberkulosis dan
malaria. Secara kumulatif, cacingan dapat menimbulkan kerugian zat gizi berupa
kalori dan protein serta kehilangan darah yang sangat berarti.10
Cacingan yang ditularkan melalui tanah masih menjadi masalah kesehatan di
beberapa daerah di Indonesia karena prevalensi cacingan pada umumnya masih
sangat tinggi, terutama pada golongan penduduk yang kurang mampu, dengan
sanitasi yang buruk. WHO menyatakan lebih dari separuh kesakitan penduduk di
negara berkembang disebabkan oleh infeksi parasitik cacing. 11 Menurut World
Health Organization (WHO), tingkat infeksi kecacingan menunjukkan indeks
sanitasi di masyarakat.12,13 Keadaan kemampuan sosial ekonomi masyarakat yang
rendah menyebabkan kondisi hygiene dan sanitasi yang rendah.14,15 Kecacingan di
negara berkembang seperti Indonesia memang tidak cepat menimbulkan kematian
atau case fatality rate (CFR) rendah, tetapi dapat mengganggu tumbuh kembang
manusia terutama anak-anak karena adanya gangguan saluran pencernaan
sehingga mengganggu nutrisi dan menyebabkan anemia.16 Kondisi anemia
mengakibatkan produktivitas dalam belajar maupun bekerja menjadi menurun.
Kecacingan ditularkan melalui kontaminasi tanah maupun air akibat higiene dan
sanitasi yang buruk. Hal ini dapat diperburuk dengan perilaku yang tidak
sehat.17,18,13
Paseban
Jakarta Pusat yang wilayahnya terdiri dari Paseban Barat dan Timur.
Pemukiman penduduknya cukup padat dan kumuh, di beberapa tempat masih
terlihat beberapa anak kecil yang BAB di sembarang tempat seperti di
selokan (got) dan bila turun hujan airnya dapat meluap ke lingkungan
penduduk. Selain itu di daerah tersebut masih terdapat WC umum yang
terletak di luar rumah penduduk yang aliran airnya menuju saluran air (got)
lingkungan
perumahan.
Kondisi
tersebut
memungkinkan
terjadinya
pencemaran tanah oleh air limbah tersebut.26 Kebiasaan anak defekasi secara
bebas di atas tanah (tidak di WC), menjamin berlangsungnya siklus hidup
cacing ini dengan sempurna. Cacing dewasa yang tinggal di dalam usus
setelah kawin akan memproduksi telur yang dikeluarkan bersama tinja.7
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia11, cara menjaga
kebersihan lingkungan:
1. Buang air besar di jamban.
2. Jangan membuang tinja dan sampah di sungai.
3. Membuat saluran pembuangan air limbah.
4. Membuang sampah pada tempat sampah.
5. Menjaga kebersihan rumah, sekolah, madrasah dan lingkungannya.
Perilaku Buang Air Besar tidak pada jamban menyebabkan terjadinya
pencemaran tanah oleh telur cacing cacing tambang sehingga meningkatkan
resiko terinfeksi terutama pada orang atau anak anak yang tidak memakai
alas kaki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang tinggal pada
lingkungan rumah dengan tanah halaman terkontaminasi telur cacing
tambang memiliki resiko terinfeksi larva cacing tambang sebesar 13,0 kali
lebih besar dibanding anak yang tinggal pada lingkungan rumah tanpa
kontaminasi telur cacing tambang.23 Menurut penelitian yang pernah
dilakukan oleh penulis didapatkan taksiran tingkat prevalensi infeksi cacing
usus yang ditularkan melalui tanah di LPA Lakarsantri Surabaya sebesar
83,3%. Tingginya angka infeksi ini menunjukkan bahwa terdapat faktorfaktor yang sangat menunjang, salah satunya adalah pencemaran tanah oleh
telur atau larva cacing golongan soil-transmitted helminth. Dari hasil
10
11
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam makalah, maka kesimpulan yang diperoleh
bahwa penyakit infeksi masih merupakan masalah kesehatan utama di dunia,
terutama di negara tropis dan sedang berkembang, termasuk di Indonesia. Infeksi
kecacingan tergolong penyakit neglected disease yaitu infeksi yang kurang
diperhatikan dan penyakitnya bersifat kronis tanpa menimbulkan gejala klinis
yang jelas dan dampak yang ditimbulkannya baru terlihat dalam jangka panjang
12
seperti kekurangan gizi, gangguan tumbuh kembang dan gangguan kognitif pada
anak. Anak-anak sangat rentan terhadap kecacingan karena masih rendahnya
kesadaran anak-anak akan perilaku hidup sehat, sehingga penting untuk
mencegahnya sehingga kualitas hidup anak menjadi lebih baik.
3.2 Saran
Sebaiknya
anak-anak
diajarkan
perilaku
hidup
sehat
dengan
cara
13
DAFTAR PUSTAKA
WHO.
2006.
Soil
Transmitted
Helminths.
Available
at
Depkes
RI.
2009.
Profil
Kesehatan
Indonesia,
Jakarta
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/profil-kesehatanindonesia/profil-kesehatan-indonesia-2009.pdf
14
8.
Depkes
RI.
2006.
Profil
Kesehatan
Indonesia.
Jakarta.
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/profil-kesehatanindonesia/profil-kesehatan-indonesia-2006.pdf
9. Endriani, Mifbakhudin, Sayono. 2011. BEBERAPA FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KECACINGAN PADA ANAK USIA
1-4 TAHUN. J Kesehat Masy Indones. Vol 7 No.1 Tahun 2011
10. Depkes RI. Pedoman pengendalian cacingan. Lampiran Keputusan Menteri
Kesehatan. No: 424/MENKES/SK/VI/2006. 19 Juni 2006. Diunduh dari
http://www.depkes.go.id. Diakses tanggal 28 Agustus 2008.
11. Kementrian Kesehatan RI Direktorat Jenderal PP dan PL. 2012. Pedoman
Pengendalian Kecacingan.
12. Achmed B, Bhanti G, Thokar MA, Malla N. Human toxocariasis and
ascariasis: Concomitant parasitism in Srinagar Kashmir India. India J Pathol
Microbiol. 2002; 45; 315-8.
13. Srisasi G, Herry DI, Wita P. Parasitologi kedokteran. 3rd ed. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2000. halm 23-26.
14. Norhayati M, Oothuman P, Fatimah MS. Some risk factors of ascaris and
trichuris infection in Malaysian aborigine children. Med J Mal. 1998: 5; 401-7.
15. Rodrigurez ZR, Lozano CG, Diaz I, Cheng R, Rucson G. Intestinal parasites
in schoolchildren at a public institution in Maracaibo Municipality Venezuela.
Invent Clin. 2000; 41: 37-57.
15
16. Showkat AW, Fayas A, Showkat AZ, Ayesha A, Zubair AD, Pervaiz AD.
Intestinal helminthiasis in children of Gurez Valley and Kasmir State India.
Clinical Epidemiolgy. 2010; 2: 91-4.
17. Albonico M, Allen H, Chitsulo L, Engels D, Gabrielli AF. Controlling soil
transmitted helminthiasis in pre school age children through preventive
chemotherapy. Plos Negl Trop Dis. 2008; 2 (3): e 126.
18. Soedarto. Parasitologi klinik. Surabaya: Airlangga University Press; 2008.
halm 71-91.
19. Winita R, Mulyati, Astuty H. 2012. Hubungan Sanitasi Diri dengan Kejadian
Kecacingan pada Siswa SDN X Paseban, Jakarta Pusat. Majalah Kedokteran FK
UKI 2012 Vol XXVIII No.2
20. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Pedoman pengelolaan dan
penyehatan makanan warung sekolah. Jakarta: 1994.
21. Umar Z. Perilaku cuci tangan sebelum makan dan kecacingan pada murid SD
di Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera. 2008;.2(6):249-254.
22. Fung IC, Caincros S. Hands wahing and ascariasis. Trans R Soc Trop Med
Hyg. 2009;103(3):215-22.
23. Sumanto D. 2010. Faktor Risiko Infeksi Cacing Tambang pada Anak Sekolah
(Studi Kasus Kontrol di Desa Rejosari, Karangawen, Demak. Tesis.Program Studi
Magister Epidemiologi Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
16
24. Palgunadi BU. 1998. Pencemaran Tanah Oleh Telur Cacing Usus Dalam
Hubungannya dengan Kejadian Infeksi Cacing Usus. Tesis. Program Pasca
Sarjana Universitas Airlangga.
25. Lin CM, Wu FM, Kim HK, Doyle MP, Michael BS, Williams LK. A
comparison of hand washing techniques to remove Escherichia coli and
caliciviruses under natural or artificial fingernails. J Food Prot. 2003;66:2296-301.
26. Winita R, Mulyati, Astuty H. 2012. UPAYA PEMBERANTASAN
KECACINGAN DI SEKOLAH DASAR. MAKARA, KESEHATAN, VOL. 16,
NO. 2, DESEMBER 2012: 65-71
27. Widjana DP and Sutisna P. 2000. Prevalence Of Soil-Transmtted Helminth
Infection In The Rural Pupulation Of Bali, Indonesia. Southeast Asian J Trop Med
Public Health vol. 31 No. 3 September 2000.
28. Onggowaluyo JS. 2001. Parasitologi Medik I (Helmintologi) : Pendekatan
Aspek Indentifikasi, Diagnosis dan Klinik. EGC.Hal. 11-31.