Anda di halaman 1dari 5

8 JURUS LINGKARAN DEWA

PAHLAWAN

memiliki tujuhpuluh dua puncak, tigapuluh enam ngarai dari batu-batu, dan
duapuluh empat aliran sungai.
Di salah satu puncaknya terdapat sebuah kelenteng kecil yang dibangun
pada masa dinasti Yuan (Dinasti Boan). Banyak orang berpendapat bahwa itu
adalah sebuah kuil biasa. Sesungguhya kuil kecil itu adalah sebuah makam
pendiri Wudang Pai, Zhang Sanfeng (Tio Sam Hong).
Jika diperhatikan dengan lebih teliti, maka tampak bahwa kuburan itu
seperti singgasana yang terletak persis di bagian tertinggi dan menghadap
Timur laut. Sungai Kuning yang mengaliri kota Shansi sepertinya menjadi
daerah kekuasaannya. Kuburannya terletak di sebelah Barat puncak Tianzhu.
Ada lekukan batu pualam sebesar pintu istana raja terletak di bagian bawah
kuburan itu. Di permukaan batu itu terdapat tulisan yang berbunyi, Beng Pao
Heng Bi Juan dengan huruf-huruf gagah dan nampak mengkilat tertimpah
sinar matahari. Orang-orang Wudangshan menduga bahwa si penulis adalah
Zhang Sanfeng sendiri. Tulisan ini melukiskan element dasar yang menjiwai
ilmu silat Zhang Sanfeng. Sedikit ahli silat yang dapat menyelami element
Beng Pao Heng Bi Juan, termasuk murid-murid Zhang Sanfeng.
Kuburannya menatap matahari terbit, sepertinya ia dibaringkan dengan
posisi menghadap matahari dengan punggung bersandar pada puncak
Wudangshan. Tempat dan posisi ini yang diminta oleh Zhang Sanfeng
kepada murid-muridnya pada saat ia belum meninggal. Sebenarnya tempat
ini adalah tempat pertapaan terakhir Zhang Sanfeng yang diubah menjadi
kuburannya. Di bagian dalam masih tetap sama seperti sebelum ia
meninggal, tetapi bagian luarnya dibangun pusara besar menyerupai
kelenteng kecil untuk menandai makam pendiri Wudangshan tersebut. Ia
memesan agar tubuhnya tidak diangkat dan tidak dipindahkan dari tempat
dimana ia berbaring pada saat meninggal. Oleh sebab itulah, muridmuridnya hanya membangun semacam kuil kecil untuk menguburkannya.

CHAPTER 3C, PENGEMIS SAKTI TANGAN KILAT


Lingkaran |31

8 JURUS LINGKARAN DEWA


PAHLAWAN

Di tempat inilah Yang Jing, bocah berusia sepuluh tahun ini, dipelihara
oleh Lie A Sang, penjaga kuburan tua pendiri Wudangpai.
Sudah lebih dari lima tahun, setiap pagi, sebelum matahari terbit, Lie A
Sang mengharuskan Yang Jing duduk bersila telanjang bulat dengan posisi
seperti Zhang Sanfeng berbaring di makamnya. Tiga jam setelah duduk
bersila seperti itu, Lie A Sang, menyuruh bocah itu mencabuti rumput-rumput
yang tumbuh di sekitar makam. Cara mencabutnya sangat aneh, ini di luar
kebiasaan sebagaimana lazimnya. Yang Jing harus menggunakan dua jari
kakinya untuk mendorong satu demi satu rumput-rumput liar itu tanpa
mengeluarkan akarnya. Apabila ia bergerak ke arah timur laut, ia
menggunakan jari kelingkingnya untuk mencongkel. Apabila ia bergerak ke
arah barat laut, ia mencabut tanpa menyentuh daunnya.
Ada lima unsur yang disatukan dengan 147 gerakan yang memiliki
kecepatan, perubahan dan tenaga yang berbeda-beda. Dilihat sepintas,
gerakan mencabut rumput tanpa menggunakan tangan ini seperti langkahlangkah biasa. Dengan menggunakan mata yang tidak terlatih, orang tidak
akan bisa melihat unsur keindahan dan keistimewaan langkah-langkah yang
dimainkan Yang Jing.
Sebentar-sebentar Lie A Sang berkata, Wu Wei Yeh ming bu sa ching
(tidak bertindak, tidak memiliki seperti Candra prabha bodhisattva), biarkan
kakimu bergerak menurut rahasia ketenangan, kekosongan namun bergerak
seperti angin.
Bocah itu bergerak mengikuti petunjuk itu. Dan lihat, ia seperti tetap di
tempat semula (wu wei).
Kong men quan! Seru si Kakek, arahkan pikiranmu ke pintu gerbang
kekosongan, dan Yu men quan, ikutilah ke dalam inti gerakan di sekitarmu.
Yang jing membuat gerakan seperti seekor belut di pusaran air, tubuhnya
nampak diam, namun terdengar suara, Wussstwus. Dalam waktu

CHAPTER 3C, PENGEMIS SAKTI TANGAN KILAT


Lingkaran |32

8 JURUS LINGKARAN DEWA


PAHLAWAN

kurang dari 4 detik, ia telah melakukan 18 gerakan yang kecepatannya sulit


diungkapkan dengan kata-kata.
Waktu tubuhnya berhenti pada posisi tulang belakang mendongak ke
langit, si Kakek melanjutkan dengan perkataan, taiyi wuxing qinpu, ambil
dan menyatulah dengan lima unsur terbesar yang bergerak di sekitarmu!
Kali ini gerakan Yangjing terlihat lamban, kadang kaki kiri melebar ke
belakang dan kaki kanan ditekuk sejajar dengan dengan tanah, sedangkan
tubuhnya berada pada satu garis lurus dengan badannya, sehingga seperti
seekor naga bertapa. Tiba-tiba ia melesat sejauh tiga tombak, dan bergerak
membentuk bintang. Tubuhnya tetap dalam posisi seperti itu, tetapi kakinya
bergerak ringan seperti kapas tertiup angin.
Lie A Sang menangguk-anggukkan kepalanya, tanda dia puas sekali.
Tiba-tiba si Kakek berseru nyaring, jiu gong shi ba tui, delapan belas
tiang sembilan istana.
Yangjing menatap matahari, kaki kanan diangkat, tiba-tiba tubuhnya
melesat ke sembilan arah membentuk lingkaran-lingkaran kecil sebanyak
sembilan kali.
Jing zhi, berhenti sejenak! Jangan boroskan tenagamu untuk menahan
gerakan kaki kanan, tapi salurkan kearah pinggul. Demikian si Kakek
menjelaskan.
Inilah intisari Beng Pao Heng Bi Juan ciptaan Zhang Sanfeng.
Ilmu langkah ajaib ini menjadi unsur inti ilmu silat Zhang Sanfeng yang
belum pernah muncul didunia persilatan, karena ia baru dapat menjiwai ilmu
ini pada waktu usianya sudah sangat tua. Dengan ilmu ini, walaupun usianya
sudah sangat tua, ia sanggup mendaki puncak Tian Zhu tanpa kesulitan yang
berarti. Seratus empatpuluh tujuh langkah dewa ini disebut Shen De Bu Fu
Tui Dong Yang atau Langkah Dewa Mendorong samudra.
CHAPTER 3C, PENGEMIS SAKTI TANGAN KILAT
Lingkaran |33

8 JURUS LINGKARAN DEWA


PAHLAWAN

Inti pokok ilmu ini terletak pada pemahaman bahwa apabila seseorang
melepaskan diri dari gerakan, ia berada dalam posisi gerakan yang terpusat.
Ia memiliki kemampuan untuk mengambil keuntungan dari segala sesuatu
yang bergerak disekelilingnya. Mengambil perubahan gerakan untuk
mencapai natural harmony. Zheng Yang Jing seolah tidak bergerak, pada saat
menggunakan Shen De Bu Fu Tui Dong Yang, diam di tempat, tetapi
sesungguhnya ia telah bergerak secepat perubahan angin dan menyatu
dengan perubahan lima unsur di sekitarnya. Menyatu dan harmoni dengan
gerakan di sekitarnya.
Jing zhi (anak Jing), demikian suatu pagi Lie A Sang berujar, setiap
engkau melangkah menurut Shen De Bu Fu Tui Dong Yang, ingatlah bahwa
semua gerakan harus harmoni dan menyatu dengan gerakan di sekitarmu.
Yang Jing memandang wajah Lie A Sang, matanya bersinar begitu
terang menandakan ia memiliki otak yang luar-biasa cerdas.
Dengarkanlah apa yang dikatakan Zhang Sanfeng Tai shifu,
Meletakkan tigapuluh jeruji menjadi roda
Ada ruang kosong ditiap-tiap jeruji,
kosong, diam, bersatu dengan gerakan angin yang dihempaskan
roda-roda.
Meletakkan tanah liat, membuat guci;
Ada ruang kosong diantara tangan tukang guci dan guci.
Kosong, diam, bersatu dengan gerakan angin membentuk guci
Shen de bu fu tui dong yang, langkah dewa mendorong samudra
Tidak bergerak, diam, kosong membuka samudra
Membentuk lingkaran, mengejar ombak
Tujuhpuluh tiga memberi, tujuhpuluh empat menghisap
Laksana naga mendekam, menjuluskan lidah, menggoyangkan
ekornya
Demikian juga Shen de bu fu tui dong yang.
CHAPTER 3C, PENGEMIS SAKTI TANGAN KILAT
Lingkaran |34

8 JURUS LINGKARAN DEWA


PAHLAWAN

Jing zhi, mengertikah kamu?


Kongkong, apakah artinya Tidak bergerak, diam, kosong membuka
samudra, membentuk lingkaran, mengejar ombak?"
Seseorang yang ingin mencapai pengertian penuh Shen De Bu Fu Tui
Dong Yang, ia perlu mempelajari sifat-sifat roh! Ia bisa berada di dalam
kobaran api, tetapi ia tidak merasa panas. Sungai-sungai di Tionggoan boleh
membeku, tetapi ia tidak merasa dingin.
Engkau bergerak dalam keharmonisan yang sempurna dengan lawanlawanmu, sehingga menyatu dengan gerakan itu. Pada saat itulah engkau
seolah diam dan kosong. Lawan-lawanmu hanya berada di dalam gerakan.
Segala yang bergerak perlu disatukan dengan keberadaan yang kosong dan
tidak bergerak. Jadi Shen De Bu Fu Tui Dong Yang adalah sebuah diskusi,
diskusi antara dirimu sendiri dengan gerakan yang bergerak di luar dirimu,
antara pikiranmu dan pikiran lawanmu, antara perubahan dan yang tidak
berubah, antara yang disebut ada yang yang tidak ada.Lie A Sang
menjelaskan
Next Chapter, Chapter 4, Pertempuran di Wudangshan

CHAPTER 4, PERTEMPURAN DI WUDANGSHAN


Delapan belas pendekar Tienshan itu telah tiba di Wudangpai. Mereka
semua duduk bersilah di pelataran depan Wudangpai. Keadaan mereka
sangat menyedihkan, tampak darah masih menetes dari lengan-lengan
mereka yang kutung. Sekali-kali mereka menarik nafas panjang, memang
tidak ada keluhan keluar dari mulut mereka. Namun tampak jelas bahwa jiwa
mereka dipenuhi dengan dendam kesumat, sekaligus keputus-asaan yang
dalam.
Long shihing, apakah Chen Sie Cin Ta Shifu, mau menerima kita? Tanya
Xing Lei.
CHAPTER 4, PERTEMPURAN DI WUDANGSHAN
Lingkaran |35

Anda mungkin juga menyukai