relatif
perkembangan
tenang
janin
yang
intrauterin
memungkinkan
sampai
pertumbuhan
dengan
kehamilan
dan
aterm.
kontraksi
miometrium
selama
kehamilan,
persalinan,
dan
mamalia
bergantung
pada
aktivitas
progesteron
untuk
pada
kehamilan
primata
(termasuk
manusia),
perlucutan
intensitas,
dan
durasi
yang
cukup
untuk
menghasilkan
pendataran dan dilatasi serviks yang cukup. Kala satu persalinan selesai
ketika
serviks
sudah
membuka
lengkap
(sekitar
10cm)
sehingga
memungkinkan kepala janin lewat. Oleh karena itu, kala satu persalina
disebut stadium pendataran dan dilatasi serviks. Kala dua persalinan
dimulai ketika dilatasi serviks sudah lengkap dan berakhir ketika janin
sudah lahir. Kala dua persalinan disebut juga sebagai stadium ekspulsi
janin. Kala tiga persalinan dimulai segera setalh janin lahir, dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban janin. Kala tiga juga disebut
sebagai stadium pemisahan dan ekspulsi plasenta.
pembagian
uterus
menjadi
segmena
atsa
yang
aktif
berkontraksi dan segmen bawah yang lebih pasif yang berbeda bukan
hanya secara anatomik melainkan juga secara fisiologik. Segmen atas
berkontraksi mengalami retraksi dan mendorong janin keluar sebagai
respons terhadap daya dodrong kontraksi segmen atas; sedangkan
segmen bawah uterus dan serviks akan semakin lunak berdilatasi; dan
dengan cara
demikian
membentuk
suatu
saluran muskular
dan
di sepanjang kala pertama dan kedua persalinan dan menjadi tebal sekali
tepat setelah pelahiran janin.
Fenomena retraksi segmen atas uterus bergantung pada berkurangnya
volume isi uterus terutama pada awal persalinan ketika seluruh uterus
benar-benar merupakan sebuah kantong tertutup dengan hanya sebuah
lubang kecil pada ostium serviks. Ini memungkinkan semakin banyak isis
intra uterin mengisi segmen bawah, dan segmen atas hanya beretraksi
sejauh mengembangnya segmen bawah dan dilatasi serviks.
Relaksasi segmen bawah uterus bukan merupakan relaksasi sempurna,
tapi lebih merupakan lawan retraksi. Serabut-serabut segmen bawah
menjadi teregang pada setiap kontaksi segmen atas, dan sesudahnya
tidak
kembali
ke
panjang
sebelumnya
tetapi
relatif
tetap
ini
dikenal
sebagai
tekanan
sumbu
janin.
Kedua,
dengan
Setelah serviks berdilatasi penuh, gaya yang paling penting pada proses
ekspulsi janin adalah gaya yang dihasilkan oleh tekanan intraabdominal
ibu yang meninggi. Gaya ini terbentuk oleh kontraksi otot-otot abdomen
secara bersamaan melalui upaya pernapasa paksa dengan glotis tertutup.
Gaya ini disebut mengejan.
Sifat gaya yang ditimbulkan sama dengan gaya yang terjadi pada defikasi,
tapi
intensitasnya
biasanya
lebih
besar.
Pentingnya
tekanan
tekanan
intraabdominal
yang
tinggi
diperlukan
untuk
serviks
tertutup
dan
tak
ada
pembukaan
Tabel 1: perbedaan His sesungguhnya dan His palsu
PERUBAHAN-PERUBAHAN PADA SERVIKS
Tenaga yang efektif pada kala satu persalinan adalah kontraksi uterus,
yang selanjutnya akan menghasilkan tekanan hidrostatik ke seluruh
selaput ketuban terhadap serviks dan segmen bawah uterus. Bila selaput
ketuban sudah pecah, bagian terbawah janin dipaksa langsung mendesak
serviks dan segmen bawah uterus. Sebagai akibat kegiatan daya dorong
ini, terjadi dua perubahan mendasar-pendataran dan dilatasi-pada serviks
yang sudah melunak. Untuk lewatnya rata-rata kepala janin aterem
melalui serviks, saluran serviks harus dilebarkan sampai berdiameter
sekitar 10 cm; pada saat ini serviks dikatakan telah membuka lengkap.
Mungkin tidak terdapat penurunan janin selama pendataran serviks, tapi
paling sering bagian terbawah janin mulai tururn sediki ketika sampai
pada kala dua persalinan. Penurunan bagian terbawah janin terjadi secara
khas agak lambat pada nulipara. Namun pada multipara, khususnya yang
paritasnya tinggi, penurunan biasanya berlangsung sangat cepat.
PENDATARAN SERVIKS
Obliterasi atau pendataran serviks adalah pemendekan saluran serviks
dari sepanjang sekitar 2 cm menjadi hanya berupa muara melingkar
dengan tepi hampir setipis kertas. Proses ini disebut sebagai pendataran
(effacement) dan terjadi dari atas ke bawah. Serabut-serabut otot setinggi
os serviks internum ditarik ke atas, atau dipendekkan, menuju segmen
bawah uterus, sementara kondisi os eksternum untuk sementara tetap
tidak berubah. Pinggir os internum ditaraik ke atas beberapa sentimeter
sampai menjadi bagian (baik secara anatomik maupun fungsional) dari
segmen bawaj uterus. Pemendekan dapat dibandingkan sengan suatu
proses pembentukan terowongan yang mengubah seluruh panjang
sebuah tabung yang sempit menjadi corong yang sangat tumpul dan
DILATASI SERVIKS
Jika dibandingkan dengan korpus uteri, segmen bawah uterus dan serviks
merupakan daerah yang resistensinya lebih kecil. Oleh karena itu, selama
terjadi kontraksi struktur-struktur ini mengalami peregangan yang dalam
prosesnya serviks mengalami tarikan sentrifugal. Ketika kontraksi uterus
menimbulkan tekanan pada selaput ketuban, tekanan hidrostatik kantong
amnion akan melebarkan saluran serviks. Bila selaput ketuban sudah
pecah, tekanan pada bagian bawah janin terhadap serviks dan segmen
bawah uterus juga sama efektifnya. Selaput ketuban yang pecah dini
tidak mengurangi dilatasi serviks selama bagian terbawah janin berada
pada posisi meneruskan tekanan terhadap serviks dan segmen bawah
uterus.
Proses
pendataran
dan
dilatasi
serviks
ini
menyebabkan
persalinan.
Pola
dilatasi
serviks
yang
terjadi
selama
nulipara
dan
multipara
yang
tidak
mempunyai
dispoporsi
fetopelvik, tidak ada kehamilan ganda, dan tidak ada diobati dengan
sedasi berat, analgesia konduksi, oksitosin, atau intervensi operatif.
Semuanya
mempunyai
panggul
normal,
kehamilan
aterm
dengan
dilatasi,
dan
pelvik-
untuk
menemukan
bahwa
bagian
perubahan besar pada matriks ekstraselular (kolagen dan komponenkomponen jaringan ikat lainnya) pada serviks. Bagian dilatasi persalinan,
sewaktu terjadi dilatasi dengan laju yang paling cepat, pada prinsipnya
tidak terpengaruh oleh sedasi atau analgesi konduksi. Bagian pelvik
persalinan mulai bersamaan dengan fase deselarasi serviks. Mekanismemekanisme klasik persalinan, yang melibatkan pergerakan-pergerakan
utama janin, terutama terjadi selama bagian pelvik persalinan ini. Awal
bagian pelik ini jarang dapat dipisahkan secara klinis dari bagian dilatasi
persalinan. Selain itu, kecepatan dilatasi serviks tidak selalu berkurang
ketika telah dicapai dilatasi lengkap; bahkan mungkin malah lebih cepat.
KETUBAN PECAH
Pecah ketuban secara spontan paling sering terjadi sewaktu-waktu pada
persalinan aktif. Pecah ketuban secra khas tampak jelas sebagai
semburan cairan yang normalnya jernih atau sedikit keruh, hampir tidak
berwarna dengan jumlah yang bervariasi. Selaput ketuban yang masih
utuh sampai bayi lahir lebih jarang ditemukan. Jika kebetulan selaput
ketuban masih utuh sampai pelahiran selesai, janin yang lahir dibungkus
oleh selaput ketuban ini, dan bagian yang membungkus kepala bayi baru
lahir kadangkala disebut sebagai caul. Pecah ketuban sebelum persalinan
mulai pada tahapan kehamilan manapun disebut sebagai ketuban pecah.
PERLEPASAN PLASENTA
Kala 3 persalinan dimulai setelah kelahiran janin dan melibatkan
perlepasan dan ekspulsi plasenta. Setelah kelahiran plasenta dan selaput
janin, persalinan aktif selesai. Karena bayi sudah lahir, uterus secara
amat
dipermudah oleh
sifat struktur
desidua
dari
pemisahan
tersebut.
Namun
hematoma
dapat
EKSTRUSI PLASENTA
Setelah plasenta terpisah dari tempat implantasinya, tekanan yang
diberikan
padanya
oleh
dinding
uterus
menyebabkan
organ
ini
MEKANISME PERSALINAN
Berlangsungnya Persalinan Normal
Partus dibagi menjadi 4 kala
1.
2.
3.
4.
Kala
Kala
Kala
Kala
Kala I
Partus dimulai bila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir
bersemu darah (bloody show). Bloody show berasal dari lendir kanalis
Kala II
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2-3 menit
sekali. Dalam hal ini kepala janin sudah masuk di ruang panggul dan pada
his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara
seluruh kepala
melewati perineum.
Setelah istirahat
sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota bayi.
Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1 jam dan pada multipara
berlangsung rata-rata setengah jam.
Gambar 9 (A). Kepala tapak dalam vulva. (B). Kepala dilahirkan lewat
perineum. (C). Kepala sudah lahir seluruhnya. (D). Putaran paksi luar
Kala III
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas
pusat.
Beberapa
menit
kemudian
uterus
berkontraksi
lagi
untuk
Kala IV
Kala IV berlangsung sampai 1 jam setelah plasenta lahir. Pada kala ini
dilakukan pengawasan terhadap perdarahan post partum. Sekalipun
diberikan oksitosin, perdarahan postpartum akibat atonia uterus paling
mungkin terjadi saat ini. Demikian pula daerah perineum harus diperiksa
untuk mendeteksi perdarahan yang banyak.
atas
panggul.
Dapat
pula
kepala
masuk
dalam
keadaan
asinklitismus, yaitu arah sumbu kepala janin miring dengan bidang pintu
atas panggul. Asinklitismus anterior menurut Naegele ialah apabila arah
sumbu kepala membuat sudut lancip ke depan dengan pintu atas pnggul.
Dapat pula asinklitismus posterior menurut Litzman; keadaan adalah
sebaliknya dari asinklitismus anterior.
Keadaan asinklitismus anterior lebih menguntungkan daripada mekanisme
turunnya kepala dengan asinklitismus posterior karena ruang pelvis di
daerah posterior lebih luas dibandingkan dengan ruangan pelvs di daerh
anterior. Hal asinklitismus penting apabila daya akomodasi panggul agak
terbatas.
Akibat sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak simetris dengan
sumbu lebih mendekati subocciput, maka tahanan di jaringan dibawahnya
elastisitas
diafragma
pelvis
dan
tekanan
intrauterine
Putaran paksi luar ini adalah gerakan kembali sebelum putaran paksi
dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung
anak.
Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring. Di dalam
rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul
yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah
dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi depan belakang. Demikian pula
dilahirkan trochanter depan terlebih dahulu, baru kemudian trochanter
belakang. Kemudian bayi lahir seluruhnya.
Gambar 11. Gerakan kepala janin pada defleksi dan putaran paksi luar
Bila mekanisme partus yang fisiologis ini difahami dengan sungguhsungguh, maka pada hal-hal yang menyimpang dapat segera dilakukan
koreksi secara manual jika mungkin, sehingga tindakan-tindakan operasi
tidak perlu dikerjakan.
Apabila bayi telah lahir, segera jalan nafas dibersihkan. Tali pusat dijepit
diantara 2 cunam pada jarak 5 dan 10 cm. kemudian digunting di antara
kedua cunam tersebut, lalu diikat. Tunggul tali pusat diberi antiseptic.
Umumnya bila telah lahir lengkap, bayi segera menarik nafas dan
menangis. Resusitasi dengan jalan membersihkan dan menghisap lender
pada jalan nafas harus segera dikerjakan. Pula cairan di dalam lembung
hendak dihisap untuk mencegah aspirasi ke paru ketika bayi muntah.
Bila bayi telah lahir, uterus mengecil. Partus berada dalam kala III (kala
uri). Walaupun bayi telah lahir, kala uri ini tidak kalah pentingnya daripada
kala I dan kala II. Kematian ibu karena perdarahan pada kala uri tidak
jarang terjadi sebab pimpinan kala III kurang cermat dikerjakan. Seperti
telah dikemukakan, segara setelah bayi lahir, his mempunyai amplitude
yang kira-kira sama tingginya hanya frekuensinya berkurang. Akibat his
ini, uterus akan mengecil sehingga perlekatan plasenta dengan dinding
uterus akan terlepas. Melepasnya plasenta dari dinding uterus ini dapat
dimulai dari 1). Tengah (sentral menurut Schultze); 2). Pinggir (marginal
menurut Mathews-Duncan); 3). Kombinasi 1 dan 2. Yang terbanyak ialah
menurut Schultze. Umunya kala uri berlangsung selama 6-15 menit.
Tinggi fundus uteri setelah kala III kira-kira 2 jari di bawah pusat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Keman K. Fisiologi dan mekanisme persalinan normal dalam buku Ilmu Kebidanan.
Bina Pustaka Sarwono Prawiwohardjo,Jakarta. Cetakan ketiga edisi keempat, hal
296-314, 2010
2. Hanifa W. Tenaga persalinan dan mekanisme persalinan, dalam buku ilmu bedah
kebidanan. Bina Pustaka Sarwono Prawiwohardjo,Jakarta. Cetakan kedelapan edisi
pertama, hal 19-29, 2010
3. Garry Cunningham F, Leveno, K J et all. Persalinan dan pelahiran normal;. Williams
Obstetrics 21st Edition. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal 272-318, 2006