Anda di halaman 1dari 22

BAB I

RESPONSI
ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN
RSU HAJI SURABAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA
Pembimbing

: dr. Dwinanto Ananda, Sp.OG

Penyaji

: Arvin Wiranata Lianto

NIM

: 2015.04.2.0017
STATUS PENDERITA

A.

ANAMNESIS
Tanggal 20 Juni 2016 jam 10.30 WIB
1. Identitas Penderita
Nama

: Ny. R

Umur

: 40 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Pendidikan Terakhir

: SMA

Pekerjaan

: Buruh

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Alamat

: Kedung asem gang 1 Surabaya

Nama Suami

: Tn. J

Umur

: 44 tahun

pendidikan terakhir

: SMA

Pekerjaan

: Swasta

2. Keluhan Utama
Keluar darah dari kemaluan

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari kemaluan
berwarna merah hitam, berbentuk seperti gumpalan sejak tanggal 16 Juni
2016 (4 hari yang lalu). Pasien kemudian memeriksakan diri ke bidan,
diberi obat namun keluhan tidak juga berkurang. Ketika gumpalan darah
keluar pasien juga mengeluhkan ada rasa nyeri di perut bagian bawah.
Pasien mengaku darah keluar ketika pasien sedang beristirahat di rumah.
Pada tanggal 2 Juni (2 minggu yang lalu), karena terlambat datang
bulan, pasien melakukan tes pack dan hasilnya positif, kemudian pasien
juga memeriksakan diri ke bidan dan dinyatakan hamil.
4. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Hipertensi

: Disangkal

Riwayat DM

: Disangkal

Riwayat Asma

: Disangkal

Riwayat Alergi Obat/makanan

: Disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Hipertensi

: Disangkal

Riwayat Penyakit Jantung

: Disangkal

Riwayat DM

: Disangkal

Riwayat Asma

: Disangkal

Riwayat Alergi Obat/makanan

: Disangkal

6. Riwayat Haid
-

Menarche

: 16 tahun

Lama menstruasi

: 7 hari

Siklus menstruasi

: 28 hari dan teratur

Dismenorhea

HPHT

: (-)
: 18 Maret 2016
7

TP (taksiran partus)

Umur kehamilan

: 25 Desember 2017
: 9-10 Minggu

7. Riwayat Perkawinan
Menikah

: 1 kali

Lama menikah

: 12 tahun

8. Riwayat Kehamilan dan persalinan


- Aterm / P / 3100 gram / Spn B / 10 tahun
- Abortus pada tahun 2015
- Hamil ini
9. Riwayat Ante Natal Care (ANC)
(-)
10. Riwayat Keluarga Berencana
Pernah menggunakan KB suntik 3 bulan setelah melahirkan anak
pertama
B.

PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran

: compos mentis

Tanda Vital
Tensi

: 110/80 mmHg

Nadi

: 80 x / menit

Respirasi Rate

: 21 x/menit

Suhu

: 36,70C

BB

: 57 Kg

TB

: 158 cm

Kepala

: A/I/C/ D: -/-/-/ -

Leher

: Pembesaran kelenjar (-)

Thorax

: Simetris, Retraksi (-)

Cor
Inspeksi

: IC tidak tampak

Palpasi

: IC tidak kuat angkat

Perkusi

: Batas jantung kesan tidak melebar

Auskultasi

: S1 S2 tunggal,Gakkop: (-), Murmur: (-)

Pulmo
Inspeksi

: Gerak nafas simetris

Palpasi

: Fremitus raba simetris

Perkusi

: Sonor/Sonor

Auskultasi

: Suara dasar vesikuler (N/N), Ronki (-/-)

Abdomen
Inspeksi

: Dinding perut > dinding dada


Stria gravidarum (+)

Palpasi

: Supel, NT (-), hepar lien tidak membesar

Perkusi

: Timpani pada bawah prosessus xiphoideus,


redup pada daerah uterus

Auskultasi

: Peristaltik (+) normal

Ekstremitas

:
Oedema
-

Akral Hangat
+
+

+
+

2. Status Obstetri
Inspeksi
Abdomen
Inspeksi

: Dinding perut > dinding dada, striae gravidarum


(+)

Palpasi

: Supel, nyeri tekan (-), TFU teraba di belakang


simpisis, massa tak teraba

Genital eksterna : Vulva/uretra tidak ada kelainan, darah (-)

Pemeriksaan Dalam :
VT

C.

: - V/V

: fluxus (+), Fluor albus (-)

- Portio

: Terbuka 1cm, teraba jaringan

- Cu

: AF

- AP D/S

: massa (-), nyeri (-)

- CD

: t.a.k

RESUME
Ny. R 40 tahun, GIII P10011 datang dengan keluhan keluar darah
dari kemaluan berwarna merah hitam, berbentuk seperti gumpalan sejak
tanggal 16 Juni 2016 (4 hari yang lalu). Ketika gumpalan darah keluar
pasien juga mengeluhkan ada rasa nyeri di perut bagian bawah. Pasien
mengaku darah keluar ketika pasien sedang beristirahat di rumah. Pasien
menyangkal ada riwayat trauma. pasien mengaku hamil karena tes pack (+)
dan sudah ke bidan dan dinyatakan hamil.
HPHT : 18 Maret 2016. UK : 9-10 minggu. Status generalis dalam batas
normal. Status obstetri didapatkan pada VT: flx (+), portio terbuka 1cm &
teraba jaringan. Cu: AF ~ agak membesar.

10

D.

DIAGNOSA AWAL
GIII P10011, perdarahan pervaginam e.c. Abortus inkomplit

E.

PROGNOSA
Dubia ad bonam

F.

TERAPI
- Kuretase
- As. Mefenamat 3x1
- Monitoring perdarahan dan fluksus
- SF 3x1

FOLLOW UP
Tanggal 22 Juni 2016 jam 15.00
S

:-

: - Telah dilakukan kuretase


- Sisa kehamilan (+)
- Status ginekologi: v/v flx (-)

: Post Kuretase ai AB Inkomplit

: - Pindah Shofa
- SF 3x1
- As. Mefenamat 3x1
- Monitoring VS, keluhan dan fluxus

Tanggal 23 Juni 2016


S

: masih nyeri bekas kuret, darah sudah tidak keluar

: KU

: baik, CM, GCS: 4-5-6

Vital sign
T

: 110/70 mmHg,

: 82x/m,

11

RR

: 19x/m,

: 36,5oC

Kepala

: A/I/C/D: -/-/-/-

Thorax
Cor

: S1 S2 tunggal, Gallop (-), Murmur (-)

Pulmo : ves/ves, rh:-/-, Wh: -/Abdomen

: BU (+) Normal, supel, timpani

Extremitas:

Oedema
-

+
+

+
+

Akral Hangat

Status Ginekologis:
v/v flx (-)
A

: Post kuretase ai AB Inkomplit

:- SF 3x1
- As. Mefenamat 3x1
- KRS

PENDAHULUAN
12

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin


dapat hidup di luar kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. 1
Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan,
sedangkan abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan disebut abortus
provokatus. Abortus provokatus ini dibagi 2 kelompok yaitu abortus provokatus
medisinalis dan abortus provokatus kriminalis. Disebut medisinalis bila
didasarkan pertimbangan dokter untuk menyelamatkan ibu. Di sini pertimbangan
dilakukan oleh minimal 3 dokter spesialis yaitu spesialis Kebidanan dan
Kandungan, spesialis Penyakit Dalam, dan Spesialis Jiwa. Bila perlu dapat
ditambah pertimbangan oleh tokoh agama terkait. Setelah dilakukan terminasi
kehamilan, harus diperhatikan agar ibu dan suaminya tidak terkena trauma psikis
di kemudian hari. 1
Diperkirakan diseluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta kasus aborsi tidak
aman, 70 ribu perempuan meninggal akibat aborsi tidak aman dan 1 dari 8
kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. 95% (19 dari 20 kasus aborsi
tidak aman) dintaranya bahkan terjadi di negara berkembang. 6
Meskipun begitu sebenarnya angka kejadian abortus sukar ditentukan
karena abortus provokatus banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila sudah
terjadi komplikasi. Abortus spontan dan tidak jelas umur kehamilannya, hanya
sedikit memberikan gejala atau tanda sehingga biasanya ibu tidak melapor atau
berobat. Sementara itu, dari kejadian yang diketahui, 15 20 % merupakan
abortus spontan atau kehamilan ektopik. Sekitar 5 % dari pasangan yang mencoba
hamil akan mengalami 2 keguguran yang berurutan dan sekitar 1 % dari pasangan
mengalami 3 atau lebih keguguran yang berurutan. 6
Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam.Sebagian besar studi
menyatakan kejadian abortus spontan antara 15 20 % dari semua kehamilan. Hal
ini dikarenakan tingginya angka chemical pregnancy loss yang tidak bisa
diketahui pada 2 4 minggu setelah konsepsi. 6

13

Abortus habitualis adalah abortus yang terjadi berulang tiga kali secara
berturut-turut.Kejadiannya sekitar 3 5 %. Data beberapa studi menunjukkan
bahwa setelah 1 kali abortus spontan, pasangan punya risiko 15 % untuk
mengalami keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali, risikonya akan
meningkat 25 %. Beberapa studi meramalkan bahwa risiko abortus berurutan
adalah 30 45 %. 6
Di Indonesia setiap tahunnya terjadi kurang lebih 2 juta kasus aborsi,
artinya 43 kasus/100 kelahiran hidup (sensus 2000).Angka tersebut memberikan
gambaran bahwa masalah aborsi di Indonesia masih cukup besar (Wijono
2000).Suatu hal yang dapat kita tengarai, kematian akibat infeksi aborsi ini justru
banyak terjadi di negara-negara dimana aborsi dilarang keras oleh undangundang. 5

14

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar kemampuan kandungan, dan sebagai batasan
digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat badan anak kurang
dari 500 gram.2
2.2 ETIOLOGI
Secara umum, ada tiga faktor yang bisa menyebabkan abortus spontan
yaitu faktor fetal, faktor maternal, dan faktor paternal.
2.2.1

Faktor Fetal
Pada aborsi spontan dini, sering ditemukan adanya kelainan

perkembangan zigot, embrio, fetus, atau kadang-kadang plasenta, dan


sering terdapat kelainan kromosom.Kelainan kromosom yang sering
terjadi berupa trisomi autosom, monosomi X, dan triploidi.4
2.2.2

Faktor Maternal
a. Infeksi
Beberapa infeksi yang dilaporkan berhubungan dengan aborsi

antara lain adalah herpes simpleks, HIV-1, Mycoplasma hominis dan


Ureaplasma urealyticum.4
b. Kelainan Endokrin
Autoantibodi tiroid dilaporkan memiliki hubungan dengan
peningkatan risiko aborsi. Kejadian aborsi spontan dan malformasi
kongenital mayor meningkat pada wanita diabetes tergantung insulin.
Defek fase luteal diduga berperan dalam abortus.1

15

c. Lingkungan dan Penggunaan Obat


Malformasi janin yang biasanya berakhir dengan abortus, dapat
merupakan akibat dari paparan obat, bahan kimia, atau radiasi.Merokok
dilaporkan berhubungan dengan kejadian aborsi.Rokok mengandung zatzat toksik, salah satunya adalah nikotin.Nikotin memiliki efek vasoaktif
sehingga menghambat sirkulasi uteroplasenta.Konsumsi alkohol juga
dilaporkan berhubungan dengan aborsi.1,4
d.Faktor Imunologi
Penyakit autoimun yang telah dipastikan berkaitan dengan aborsi
adalah sindrom antibodi antifosfolipid. Mekanisme terhentinya kehamilan
pada sindrom tersebut diperkirakan berkaitan dengan trombosis dan infark
plasenta.4
e. Trombofilia Herediter
Abortus spontan dilaporkan berhubungan dengan berbagai
trombofilia herediter, seperti defisiensi protein C, protein S, anti trombin
III, mutasi faktor V, dan hiperhomosisteinemia.4
f. Defek Uterus
Leiomioma uterus yang besar dan multipel, bisa menyebabkan
aborsi.Sinekie uterus (sindrom Asherman), yang diakibatkan oleh
kerusakan endometrium akibat kuretase, dilaporkan berhubungan dengan
aborsi spontan. Defek lain berupa anomali duktus Mulleri, septum uterus,
dan uterus bikornis. 1,4
g. Serviks Inkompeten
Serviks inkompeten ditandai oleh adanya pembukaan serviks tanpa
rasa nyeri pada trimester kedua.Pembukaan tersebut bisa diikuti prolaps
dan penggelembungan membran ke dalam vagina, dan akhirnya ekspulsi

16

janin imatur. Jika tidak diberi tatalaksana yang efektif, maka kejadian
tersebut bisa berulang pada kehamilan berikutnya. 5
2.2.3

Faktor Paternal
Translokasi kromosom dalam sperma dapat menyebabkan zigot

mempunyai terlalu sedikit atau terlalu banyak bahan kromosom


sehingga mengakibatkan abortus. 4
2.3 KLASIFIKASI

2.3.1

Abortus spontan
Keluarnya

hasil

konsepsi

tanpa

intervensi medis maupun

mekanis. Abortus spontan dibagi lagi menjadi abortus iminens, abortus


insipiens, abortus inkompletus, abortus kompletus, dan missed abortus.3,4

2.3.2

Abortus buatan, Abortus provocatus (disengaja, digugurkan)


17

- Abortus buatan menurut kaidah ilmu (Abortus provocatus


artificialis atau abortus therapeuticus) adalah abortus untuk
kepentingan ibu, misalnya : penyakit jantung, hipertensi esential,
dan karsinoma serviks
-Abortus buatan criminal (Abortus provocatus criminalis) adalah
pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau
oleh orang yang tidak berwenang dan dilarang oleh hukum.3
2.4 PATOFISIOLOGI

Pada permulaan terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti


oleh nekrosis jaringan sekitarnya, kemudian sebagian atau seluruh hasil

18

konsepsi terlepas. Karena dianggap benda asing, maka uterus akan


berkontraksi untuk mengeluarkannya. Saat kantung gestasi terbuka,
biasanya ditemukan cairan di sekitar janin yang maserasi atau tidak
ditemukan janin ( disebut Blighted Ovum ). Pada kehamilan di bawah 8
minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena vili korialis belum
menembus desidua terlalu dalam; sedangkan pada kehamilan 8-14
minggu, telah masuk agak dalam, sehingga sebagian keluar dan sebagian
lagi akan tertinggal. Hilangnya kontraksi yang dihasilkan dari aktivitas
kontraksi dan retraksi miometrium menyebabkan

banyak

terjadi

perdarahan. 4
2.5 GAMBARAN KLINIS DAN DIAGNOSIS

2.5.1 Abortus Iminens


Abortus iminens merupakan abortus tingkat permulaan dan merupakan
ancaman abortus. Diagnosis abortus iminens berdasarkan:
a.

Anamnesis

19

Pasien mengeluh adanya perdarahan pervaginam pada umur kehamilan


kurang dari 20 minggu. Selain itu, pasien bisa merasa sedikit mulas sedikit atau
tanpa keluhan lain.
b.

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan didapatkan besar uterus sesuai dengan umur kehamilan,

masih terdapat gerakan dan denyut jantung janin, ostium uteri eksterna masih
tertutup.
c.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan urin kehamilan masih positif. Dapat dilakukan pemeriksaan

USG (transabdominal atau transvaginal) untuk mengetahui pertumbuhan janin


yang ada dan untuk mengetahui apakah plasenta sudah lepas.3
2.5.2 Abortus Insipiens
Abortus

insipiens

merupakan

abortus

yang

sedang

mengancam.Diagnosis abortus insipiens berdasarkan:


a.

Anamnesis
Pasien mengeluh mulas karena adanya kontraksi yang sering dan

kuat.Pasien juga mengeluh terdapat perdarahan pervaginam, perdarahan


tersebut bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan umur
kehamilan.
b.

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan didapatkan besar uterus masih sesuai dengan umur

kehamilan, masih terdapat gerakan dan denyut jantung janin, serviks telah
mendatar, dan ostium uteri eksterna telah membuka.

c.

Pemeriksaan Penunjang

20

Pemeriksaan urin kehamilan masih positif. Dapat dilakukan pemeriksaan


USG untuk mengetahui gerak dan denyut jantung janin, serta untuk mengetahui
apakah plasenta sudah lepas.3
2.5.3 Abortus Inkompletus
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari cavum uteri dan masih ada yang
tertinggal. Diagnosis dapat dibuat berdasarkan:
a.

Anamnesis
Pasien mengeluh adanya perdarahan pervaginam, dengan jumlah

perdarahan tergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian


placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus.
b.

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan didapatkan besar uterus sudah lebih kecil dari umur

kehamilan. Pada pemeriksaan vagina didapatkan kanalis servikalis masih


terbuka dan teraba jaringan dalam cavum uteri atau menonjol pada ostium uteri
eksternum.
c.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan USG hanya dilakukan jika terdapat keraguan pada diagnosis

klinis. Pada pemeriksaan USG terlihat kantong gestasi sudah sulit dikenali, di
cavum uteri tampak massa hiperekoik yang bentuknya tidak beraturan.3
2.5.4 Abortus Kompletus
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari cavum uteri pada umur
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Pada
pemeriksaan didapatkan ostium uteri eksterna telah menutup, uterus sudah
mengecil sehingga perdarahan sedikit. Besar uterus tidak sesuai umur
kehamilan. Pada pemeriksaan tes urin biasanya masih positif sampai 7-10 hari
setelah abortus.3
2.5.5 Missed Abortus

21

Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam
kandungan sebelum umur kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi tertahan
dalam kandungan. Pasien mengeluh bahwa rahim semakin mengecil dengan
tanda-tanda sekunder pada payudara mulai menghilang. Hal tersebut terjadi
pada umur kehamilan 14- 20 minggu. Pemeriksaan urin kehamilan negatif
setalah 1 minggu terhentinya kehamilan. Pada pemeriksaan USG terlihat uterus
yang mengecil, kantong gestasi mengecil dengan bentuk yang tidak beraturan
dan gambaran fetus tanpa tanda-tanda kehidupan.3
2.5.6 Abortus Infeksius, Abortus Septik
Abortus infeksius adalah keadaan abortus yang disertai infeksi pada alat
genetalia.Abortus septik ialah abortus yang disertai penyebaran infeksi secara
hematogen atau peritoneum (septicemia atau peritonitis). Diagnosis ditegakkan
dengan anamnesis cermat tentang upaya tindakan abortus yang tidak
menggunakan peralatan asepsis dan didapatkan gejala dan tanda demam tinggi,
tampak sakit dan lelah, takikardia, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus
membesar dan lembut, dan nyeri tekan. Pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan tanda infeksi dengan leukositosis. Jika sampai terjadi sepsis dan
syok, penderita akan tampak lelah, panas tinggi, menggigil dan tekanan darah
turun.3
2.5.7 Abortus habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturut-turut.Penyebab

paling

sering

dari

abortus

habitualis

adalah

inkompetensi serviks. Pada pemeriksaan dalam didapati selaput ketuban yang


mulai menonjol saat memasuki trimester kedua, dan diameter kanalis servikalis
lebih dari 8mm.3

2.6 PENATALAKSANAAN
2.6.1 Abortus Iminens
22

Tatalaksana pada abortus iminens adalah pasien diminta untuk tirah


baring sampai perdarahan berhenti. Bisa diberi spasmolitik agar uterus berhenti
berkontraksi atau diberi hormon progesteron untuk mencegah abortus.Penderita
boleh pulang setelah tidak terjadi perdarahan dengan pesan khusus untuk tidak
berhubungan seksual selama 2 minggu.3
2.6.2 Abortus Insipiens
Penatalaksanaan pada abortus insipiens adalah perhatikan keadaan umum
dan perubahan hemodinamik yang terjadi dan segera lakukan tindakan
evakuasi / pengeluaran hasil konsepsi, disusul tindakan kuretase bila
perdarahan banyak. Pasca tindakan, diperlukan perbaikan keadaan umum,
pemberian uterotonika, dan antibiotika profilaksis.3
2.6.3 Abortus Inkompletus
Pada abortus inkompletus, pasien bisa jatuh dalam keadaan anemia atau
syok hemoragik sebelum sisa jaringan konsepsi dikeluarkan, sehingga
pengelolaan pasien harus diawali dengan perhatian pada keadaan umum dan
mengatasi gangguan hemodinamik dahulu untuk kemudian dilakukan tindakan
kuretase. Tindakan yang dianjurkan adalah dengan karet vakum menggunakan
kanula dari plastik.Pasca tindakan perlu diberikan uterotonika parentral atau
per oral dan antibiotika.3
2.6.4 Abortus Kompletus
Pengelolaan penderita hanya diberikan roboransia atau hematenik bila
diperlukan.
2.6.5 Missed Abortus
Pengelolaan missed abortion perlu memperhatikan faktor mental pasien,
karena umumnya pasien merasa gelisah setelah mengetahui janinnya mati.
Pada umur kehamilan kurang dari 12 minggu tindakan evakuasi dapat
dilakukan secara langsung dengan dilatasi dan kuretase jika serviks uterus

23

memungkinkan. Bila umur kehamilan di atas 12 minggu atau kurang dari 20


minggu dengan keadaan serviks uterus yang masih kaku dianjurkan untuk
melakukan induksi terlebih dahulu untuk mematangkan kanalis servikalis.
Induksi bisa menggunakan infus oksitosin, atau misoprostol secara sublingual.
Apabila terdapat hipofibrinogenemia perlu disiapkan transfuse darah segar atau
fibrinogen. Pasca tindakan jika perlu diberikan infus intravena cairan oksitosin
dan pemberian antibiotik.3
2.6.6 Abortus Infeksius, Abortus Septik
Pengelolaan pasien ini mempertimbangkan keseimbangan cairan tubuh
dan pemberian antibiotika sesuai hasil kultur dan sensitivitas kuman yang
diambil dari darah dan fluor yang keluar pervaginam. Tindakan kuretase
dilakukan jika keadaan tubuh sudah membaik minimal 6 jam setelah antibiotika
adekuat diberikan. Pada saat tindakan kuretase, uterus dilindungi dngan
uterotonika.Antibiotika dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam, bila dalam 2
hari pemberian antibiotika tidak memberikan respon maka diganti dengan
antibiotik yang leih sesuai.3
2.6.7 Abortus Habitualis
Abortus habitualis paling sering disebabkan oleh inkompetensi
serviks.Pasien dianjurkan untuk periksa kehamilan seawal mungkin dan bila
dicurigai ada inkompetensi serviks maka dilakukan fiksasi pada serviks supaya
bisa menerima beban lehamilan. Operasi dilakukan pada umur kehamilan 1214 minggu dengan cara Shirodkar atau McDonald dengan melingkari kanalis
servikalis dengan benag sutera / Mersilene yang tebal dan simpul baru dibuka
setelah umur kehamilan aterm dan bayi siap dilahirkan.3
2.7 KOMPLIKASI
1. Perdarahan
Perdarahan diatasi dengan mengosongkan isi uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika oerlu pemberian transfuse darah. Kematian karena

24

perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada


waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus posisi
hiperetrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan
teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomy, dan
tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau
perlu histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh
orang awam menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus
biasnaya luas; mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau
usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi,
laparotomy harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera,
untuk selanjutnya mengambil tindakan seperlunya guna mengetasi
komplikasi.
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada setiap abortus,
tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada
abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan
antisepsis. Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada
genitalia, sedangkan abortus septik ialah abortus infeksiosus berat disertai
penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
Umumnya pada abortus infeksiosus infeksi terbatas pada desidua. Pada
bortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke
myometrium, tuba, parametrium, dan peritoneum. Apabila infeksi
mneyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis. Dengan
keumngkinan diikuti oleh syok.
4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
karena infeksi berat (syok endoseptik).4

25

DAFTAR PUSTAKA
1. Hadijanto, B. 2008. Perdarahan pada Kehamilan Muda. Dalam :Ilmu
Kebidanan Sarwono Prawiroharjo. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
2. Sulaiman S, dkk. 2005. Kelainan Lama Kehamilan. Obstetri
Patologi. Penerbit EGC. Jakarta. Hal 1 9

26

3. Martin L. Pernoll. 2001. Early Pregnancy Complication. Benson and


Pernolls Handbook of Obstetri and gynecology. Chapter 10. 10th Ed.
McGraw-Hill Company. New York. Pp 295 307
4. Cuningham, M. G., et al. 2005. Abortion. Williams Obstetrics.
Section 3. 22nd Ed. McGraw Hill Company. New York. Pp: 231 52
5. Kontroversi Seputar Aborsi, available at http :
//www.kesrepro.info.gendervaw/Mei/ 2003/gendervaw 02. htm,
accessed on July 29, 2014
6. Aborsi dan Hak Atas Pelayanan Kesehatan, available at http :
//www.theceli.com/opik/Aborsi.htm,accessed on July 29, 2014

27

Anda mungkin juga menyukai