Anda di halaman 1dari 8

Abstrak

Latar Belakang: Presbiopia merupakan proses alami dari penuaan pada mata ditandai dengan
hilangnya fleksibilitas dari lensa. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan perbedaan dari
onset usia dan progresif dari presbiopia antara pasien yang merokok dan tidak merokok pada
pasien di Qazvin- Iran.
Material dan Metode: Dengan komparasi cross sectional study yang dilakukan di rumah sakit
Boali, Qazvin- Iran tahun 2011-2012. Dalam survey yang dilakukan, 304 partisipan dengan
usia lebih dari 30 tahun dilakukan interview dan dilakukan tes penglihatan. Sebanyak 152
partisipan yang merokok membentuk kelompok yang termasuk case dan sisanya 152
partisipan yang tidak merork sebagai kelompok kontrol. Presbiopia didefiniskan sebagai
kebutuhan sekitar +0.75 dioptri untuk membaca pada jarak 35 cm. Pemeriksaan oftalmologik
dilakukan pada semua partisipan, koreksi presbiopia dihitung dan hasilnya dianalisa dengan
menggunakan SPSS program dengan P< 0.05.
Hasil: Sebanyak 304 partisipan dievaluasi. Dari 152 partisipan yang merokok sebagai sampel
dan 152 partisipan yang tidak merokok sebagai grup kontrol. Sebanyak 85 pasien dengan usia
39-40 diantara yang merorok memerlukan kacamata untuk melakukan tugas, tetapi pada
kelompok tidak merokok tidak ada yang memerlukan kacamata. Terdapat perbedaan yang
signifikan antara onset usia dan progresivitas dari presbiopia antara yang merokok dengan
yang tidak merokok.
Kesimpulan: Penelitian ini adalah yang pertama untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang
presbiopia di Iran dengan tujuan untuk menemukan onset usia dan progresivitas dari
presbiopia antara yang merokok dan yang tidak merokok. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa onset usia terjadinya presbiopia terjadi lebih dini pada grup yang merokok
dibandingkan dengan yang tidak merokok .
Kata Kunci: Presbiopia, Perokok, Prevalensi, Fleksibilitas lensa, Akomodasi
Pendahuluan
Presbiopia merupakan kelainan yang berhubungan dengan bertambahnya usia sehingga
kemampuan akomodasi berkurang dan sering dihubungkan dengan ketidakmampuan untuk
membaca dan menulis. Onset dari presbiopia berlangsung secara perlahan sampai pada
akhirnya pasien merasa mengalami gangguan penglihatan. Seiringnya usia, terdapat

perubahan pada lensa manusia. Lensa manusia mempunyai kemampuan viscoelastis dan
penelitian menunjukkan bahwa hilangnya elastisitas dari lensa adalah selain karena
perubahan dari lensa curvature juga disebabkan karena hilangnya elastisitas badan siliar
sehingga tidak mudah untuk melakukan akomodasi. Hal ini berbeda dengan penelitian dari
Schachar dan Pierscionek yang mendemonstrasikan bahwa kelenturan lensa tidak
berhubungan dengan usia.
Prevalensi presbiopi di berbagai negara dilaporkan melalui berbagai penelitian. Dilaporkan
bahwa terdapat 1.04 juta orang dengan presbiopia pada tahun 2005,dimana setengahnya tidak
memakai kacamata atau kacamata nya tidak adekuat. Dari 400 orang berusia 40-50 tahun di
Zanzibar, Afrika Selatan dengan prevalensi presbiopia sebesar 89.2%. Diantara mereka yang
membutuhkan koreksi, hanya 17.7% memakai kacamata. Pada daerah India Utara terdapat
sebanyak 5587 subjek dengan usia 30 tahun atau lebih tua dengan prevalensi presbiopia
sebanyak 55.3%.
Merokok menjadi faktor resiko terhadap gangguan penglihatan. Banyak penelitian
menunjukkan bahwa ada hubungan antara merokok dengan penyakit mata yang berhubungan
dengan usia. Sebanyak 61.7% dari 179 orang berusia 40 tahun didiagnosis mengalami
presbiopi. Prevalensi presbiopia yang tinggi dihubungkan dengan peningkatan umur, gender
wanita, level pendidikan yang lebih tinggi, dan lingkungan.
Sebuah studi menunjukkan prevalensi presbiopia dari 800 pasien yang tinggal di daerah
pedesaan , adalah

sebanyak 286 pasien ( 35,75 % ) dan mereka mulai menunjukkan

presbiopia sebelum usia 38 tahun . Timbulnya presbiopia dalam laporan ini mungkin akibat
dari kondisi lingkungan termasuk suhu rata-rata tinggi , banyak radiasi ultraviolet , defisiensi
kronis amino esensial asam , dan paparan faktor beracun , terutama pewarna rambut .
Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam usia onset atau perkembangan presbiopia
ditemukan antara pasien kulit hitam dan putih. Hasil ini menunjukkan faktor lain mungkin
memainkan peran dalam laporan sebelumnya mengenai variasi presbiopia pada pasien kulit
hitam dan putih . Pada tahun 2000 , kebutaan atau rabun , terutama disebabkan oleh penyakit
mata yang berhubungan dengan usia ( termasuk katarak , glaukoma , berkaitan dengan usia
degenerasi makula [ AMD ] , dan diabetes retinopati [ DR ] ) , terdapat pada lebih dari 3,3
juta orang Amerika berusia 40 tahun atau lebih ; Jumlah ini diprediksi akan meningkat lebih
dari 50 % pada tahun 2020.

Rokok setiap tahunnya menghasilkan sekitar 443.000 kematian di Amerika Serikat. Banyak
studi telah meneliti asosiasi antara merokok dan penyakit mata yang berhubungan dengan
usia . Laporan tahun 2004 dari Surgeon General menyimpulkan bahwa ada hubungan kausal
antara merokok dan katarak dan juga terdapat bukti yang ditemukan sugestif bahwa ada
hubungan antara merokok dan AMD. Beberapa studi observasional telah menentukan bahwa
merokok merupakan faktor risiko yang kuat untuk timbulnya penyakit age macular
degeneration, katarak , dan penyakit mata berhubungan dengan tiroid. Beberapa penelitian
dilakukan di Iran dimana terdapat prevalensi presbyopia antara populasi yang merokok. Oleh
karena itu kami merancang penelitian ini dengan tujuan untuk menentukan prevalensi
perbedaan usia saat onset dan progresi presbiopia antara merokok dan pasien tidak merokok
di Qazvin - Iran .
Methods
Studi komparatif cross-sectional ini dilakukan di Rumah Sakit Boali, Iran, antara tahun 2011
dan 2012. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara timbulnya
presbiopia dan perokok. Telah dilakukan survey pada 304 responden dengan usia minimal 30
tahun dan diambil secara acak untuk dilakukan wawancara dan dilakukan penilaian visus.
Pasien yang telah memenuhi syarat dibiaskan dan diberi waktu lebih untuk melakukan
koreksi pada kelainan visusnya. Sebuah sampel perwakilan nasional menunjukkan bahwa
dari 304 orang yang berusia 30-70 tahun dengan visus > 6/18 telah dipilih. Pada penelitian ini
dikategorikan pasien normal sebanyak 152 responden dan 152 responden sebagai sampel,
dengan rentang usia 40-70 tahun. Demografis data termasuk usia, jenis kelamin, dan tingkat
pendidikan dari seluruh responden. Tidak ada responden wanita dan seluruh responden adalah
laki-laki. Sebelum melakukan pemeriksaan mata, seluruh responden menjawab semua
pertanyaan yang tertera pada kuesioner.
Penilaian ketajaman visus dilakukan untuk mengidentifikasi kesalahan bias atau penyakit
mata dan berpengaruh pada penilaian kemampuan pasien selama penelitian. Pasien menjalani
pemeriksaan mata dengan menggunakan kartu snellen, visi warna, dan oftalmoskopi. Visus
dekat dinilai dan dikoreksi dengan minimal 0,75 D. Ketajaman visus dekat didefinisikan
sebagai kemampuan membaca pada jarak 35 cm. Refraksi mata diukur menggunakan
retinoskop dan autorefraktometer. Retinoskopi dilakukan menggunakan lensa percobaan
dengan akurasi 0,25 dioptri di horizontal dan meridian vertikal. Kartu snellen digunakan
untuk mengukur ketajaman visus yang menggunakan standar yaitu dengan huruf-huruf hitam

pada latar belakang putih. Penilaian refraksi dilakukan pada mata kanan dan diikuti mata kiri,
baik dikoreksi maupun tanpa koreksi. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan
menggunakan program SPSS dengan Chi square dan tes siswa T dengan P <0,05.
Results
Sebanyak tiga ratus empat partisipan terdaftar pada penelitian ini. Dalam partisipan tersebut,
sejumlah 152 responden dengan kebiasaan merokok dan 152 responden normal (tanpa
kebiasaan merokok) sebagai kelompok kontrol. Responden dengan kebiasaan merokok
dengan rentang usia antara 30-70 tahun memiliki usia rata-rata 42.975.503 dan pada
kelompok bukan perokok 49.677.273. Onset terjadinya presbiopia pada kelompok perokok
terjadi pada usia 30-70 tahun sedangkan pada kelompok normal antara 40-70 tahun.Tabel 1
menunjukkan rata-rata dan standart deviasi pada rentang usia responden kelompok perokok
dan kelompok non perokok.

Diantara kelompok perokok, didapatkan 45 responden (29.61%) pekerja pabrik, 42 responden


(27.63%) tidak bekerja, dan 65 responden (42.76%) bekerja sebagai karyawan. Diantara
kelompok normal, didapatkan 22 responden (14.47%) pekerja, 28 responden (18.42%)
pengurus rumah tangga, 10 responden (6.58%) tidak bekerja, dan 92 responden (60.53%)
bekerja sebagai karyawan.
Timbulnya presbiopia di berbagai usia antara kelompok merokok berbeda dibandingkan
dengan kelompok normal. Seperti yang terlihat pada tabel 2, timbulnya presbiopia terjadi
pada pasien dengan usia 30-35 tahun sebanyak 3 responden (1.97%) pada kelompok perokok,
dan 1 responden (0.66%) pada kelompok normal. Pada usia 36-38 tahun sebanyak 19
responden (12.5%) pada kelompok perokok, dan 0 responden (0%) pada kelompok normal.
Pada usia 39-40 tahun sebanyak 85 responden (55.92%) pada kelompok perokok, dan 0
responden (0%) pada kelompok normal. Pada usia 41-45 tahun sebanyak 20 responden
(13.16%) pada kelompok perokok, dan 115 responden (75.66%) pada kelompok normal.
Sedangkan pada usia dibawah 45 tahun, didapatkan 25 responden (16.45%) pada kelompok
perokok dan 36 responden (23.68%) pada kelompok normal.

Hal ini menunjukkan terjadi perbedaan yang signifikan dalam onset usia pada perkembangan
awal presbiopia antara pasien perokok dengan pasien normal. (p=0.001)
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terjadinya presbiopia lebih muda pada pasien
perokok dibandingkan pada pasien tidak merokok.
Timbulnya kecanduan merokok pada usia 10-15 tahun sebanyak 9 responden (6%), pada usia
16-20 tahun sebanyak 50 responden (34.2%), pada usia 21-30 tahun sebanyak 58 responden
(38.9%), dan usia diatas 30 tahun sebanyak 31 responden (20.8%).

Didapatkan hubungan yang signifikan antara onset usia timbul presbiopia dan onset usia
kecanduan merokok (p0.02)
Penelitian ini melaporkan 30 responden (19.47%) pada kelompok perokok dan 11 responden
(7.24%) pada kelompok normal memiliki riwayat keluarga yang merokok. Didapatkan
hubungan yang signifikan antara onset usia timbul presbiopia dan riwayat keluarga dengan
perokok (p0.01).
Diskusi
Merokok tembakau secara langsung berkaitan dengan banyak efek merugikan bagi
kesehatan, seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kanker, dan juga penyakit mata.
Kesadaran masyarakat terkait risiko penyakit mata yang berhubungan dengan merokok

sangat rendah di antara populasi di banyak negara di seluruh dunia. Sebuah studi terbaru
mengenai para remaja di Inggris menunjukkan bahwa hanya 5% kasus kebutaan terkait
dengan merokok, namun ketakutan akan kebutaan yang dapat terjadi menjadi faktor motivasi
yang kuat untuk berhenti merokok.
Studi ini membandingkan perbedaan onset usia dan pengembangan presbiopia antara
perokok dan bukan perokok. Studi ini menunjukkan bahwa perokok mempunyai onset usia
presbiopia fungsional yang lebih dini dibandingkan dengan yang bukan perokok.
Kebanyakan presbiopia yang terjadi pada kelompok perokok, yaitu sekitar 68% terjadi pada
usia di bawah 40 tahun, sedangkan prevalensi presbiopia (75.66%) pada kelompok yang
normal terjadi pada usia 41-45 tahun. Berdasarkan observasi pada studi ini, diperkirakan
hampir semua pasien yang berusia di atas 40 tahun menderita presbiopia. Studi ini
memperkirakan bahwa negara-negara Asia yang less/least developed mempunyai prevalesi
presbiopia sekitar 43%, dengan rata-rata onset usia sekitar 40 tahun. Pada review lain, dari
negara-negara low- dan middle-income, Patel dan West menunjukkan bahwa lebih dari
setengah populasi dewasa menderita presbiopia pada usia di atas 30 tahun. Duarte et al, di
Brazil memperkirakan bahwa prevalensi presbiopia pada 3000 orang dewasa berusia 30 tahun
ke atas adalah sebesar 54.7%. Di India Selatan, Nirmalan et al., menemukan bahwa
prevalensi presbiopia pada sampel berusia 30 tahun ke atas adalahsebesar 55%.
Meskipun beberapa studi melaporkan bahwa prevalensi terjadinya presbiopia adalah
pada usia di atas 30 tahun, namun tampaknya insiden tertinggi presbiopia adalah pada usia 40
tahun ke atas. Hal ini sesuai dengan hasil dari studi ini yang menunjukkan bahwa prevalensi
presbiopia sebesar 75% terjadi pada kelompok normal. Beberapa studi menunjukkan bahwa
sebesar 85.4% presbiopia terjadi pada populasi yang berusia di atas 50 tahun. Selain itu
merokok dapat meningkatkan risiko untuk beberapa penyakit mata terkait arteriosklerosis,
dan merupakan faktor utama yang berkaitan dengan onset dini terjadinya age-related
macular degeneration (AMD), yang dapat mengakibatkan kebutaan, dan katarak yaitu
kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan penglihatan kabur. Di antara berbagai faktor
risiko katarak, merokok merupakan salah satu yang menonjol. Telaah klinis telah
membuktikan bahwa merokok dan menghisap zat-zat lain dapat menyebabkan peningkatan
stes oksidatif di dalam lensa yang kemudian mempercepat pengembangan katarak. Berhenti
merokok dikaitkan dengan penurunan secara non-linear dari risiko perkembangan AMD dan
menurunkan risiko terkena katarak.
Beberapa studi membuktikan adanya hubungan yang kuat antara merokok dengan
katarak nuklear dibandingkan dengan merokok dengan karatak kortikal maupun katarak

sunkapsular posterior. Kecenderungan untuk terkena katara nuklear setidaknya dua kali lebih
besar pada perokok yang merokok

sebanyak 20 atau lebih batang rokok per hari

dibandingkan dengan yang tidak pernah merokok. Merokok mengurangi pasokan antioksidan
pada mata, yang dapat menyebabkan katarak. Peningkatan kadar Cadmium dalam lensa
perokok dan kemungkinan juga mempengaruhi enzim-enzim pada lensa seperti superoxide
dismutase dan glutathione peroxidase, yang dapat menyebabkan kerusakan oksidatif.
Sejumlah penelitian telah berusaha untuk mengkorelasikan antara merokok dengan
development dan deterioration retionopati diabetik. Merokok kemungkinan dapat
mempercepat pengembangan dan memperburuk retinopati diabetik, karena merokok juga
dapat merusak pembuluh darah. Masalah ini relevan bagi kesehatan individu maupun
masyarakat, karena proporsi perokok pada penderita diabetes mellitus tidak lebih kecil
daripada populasi umum. Telah terbukti bahwa kecepatan aliran darah arteri oftalmika dan
vena-vena retina sentral lebih tinggi pada perokok jangka panjang dibandingkan dengan yang
normal. Asap rokok, bahkan yang dihirup oleh anak-anak secara pasif, dapat mengubah tear
film of eyes, memperburuk dry eye syndrome dan allergic eye conditions.
Studi ini menunjukkan bahwa dari 152 yang mengalami presbiopia pada kelompok
perokok, 85 (55.92%) terkena presbiopia pada usia 39-40 tahun dan 22 (14.47%) pada usia
sebelum 38 tahun, sedangkan onset dan pengembangan presbiopia dilaporkan pada usia 4145 tahun pada kelompok normal (115 pasien). Lebih dari 32% pada kelompok perokok mulai
merokok pada usia 16-20 tahun. Studi ini menunjukkan bahwa presbiopia pada kelompok
perokok terjadi pada onset usia dan pengembangan yang lebih dini dibandingkan dengan
kelompok normal. Mekanisme terjadinya presbiopia sebagai akibat dari merokok masih
belum dapat dipahami. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara dua kelompok dalam
timbulya presbiopia antara pasien di bawah usia 45 tahun. Pada studi yang dilakukan oleh
Jain IS, et al., dilaporkan bahwa dari 800 orang dengan presbiopia, 286 (35.75%) menderita
presbiopia sebelum usia 38 tahun. Beberapa faktor seperti kondisi lingkungan termasuk suhu
rata-rata yang tinggi, radiasi ultraviolet yang tinggi secara signifikan, defisiensi kronis asam
amino esensial, dan paparan terhadap zat toksik terutama pewarna rambut, mungkin berperan
secara signifikan dalam mempercepat timbulnya presbiopia.
Kesimpulan
Stres oksidatif diduga berperan dalam pengembangan AMD karena tingginya stres
oksidatif pada daerah fundus. Perubahan ini menunjukkan bahwa kerusakan oksidatif
merupakan faktor yang penting di dalam mekanisme pengembangan penyakit. Sebagai

kesimpulan, studi ini menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara merokok dengan
pengembangan presbiopia. Perokok mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk menderita
advanced presbyopia dan risiko meningkat pada kelompok perokok berat. Pada studi ini,
pada kelompok perokok menunjukkan onset usia dari presbiopia yang lebih dini
dibandingkan pada kelompok bukan perokok. Akan tetapi, mekanisme terjadinya presbiopia
yang lebih dini disebabkan oleh merokok masih belum dapat dimengerti secara jelas, tetapi
mungkin karena terjadi destruksi dari nutrisi antioksidan oleh rokok dan perubahan
akomodasi mungkin menyebabkan perubahan pada ciliary muscles, lensa, kapsul dari lensa
tetapi terkait usia dan khususnya merokok.

Anda mungkin juga menyukai