Anda di halaman 1dari 7

GEOLOGI UMUM

Fisiografi
Formasi Ngimbang tidak tersingkap di permukaan. Secara fisiografi, Formasi
Ngimbang termasuk anggota Zona Rembang di Cekungan Jawa Timur Utara yang terdiri dari
pegunungan lipatan berbentuk Antiklinorium yang memanjang ke arah barat–timur, dari Kota
Purwodadi melalui Blora, Jatirogo, Tuban sampai Pulau Madura. Morfologi di daerah
tersebut dapat dibagi menjadi tiga satuan, yaitu satuan morfologi dataran rendah, perbukitan
bergelombang dan satuan morfologi perbukitan terjal, dengan punggung perbukitan tersebut
umumnya memanjang berarah barat–timur, sehingga pola aliran sungai umumnya hampir
sejajar (sub-parallel) dan sebagian berpola mencabang (dendritic). Sungai utama yang
melewati daerah penyelidikan yaitu S. Lusi, yang mengalir ke arah baratdaya, melalui Kota
Blora dan bermuara di Bengawan Solo.
Cekungan Jawa Timur diperkirakan merupakan sebuah back-arc basin (Lehner et al.,
1983 di dalam Manur dan Barraclough, 1994), yang terletak pada tepi benua Sunda yang
stabil. Daerah pantai selatan Jawa Timur merupakan rangkaian pegunungan vulkanik yaitu
sebuah cekungan busur depan dan daerah prisma akresi luar.
Pembentukan rifting Cekungan Jawa Timur diperkirakan berhubungan dengan
subduksi ke arah baratlaut dari kerak benua di sepanjang tepi baratdaya Kalimantan selama
Kapur Bawah. Zona subduksi ini diperkirakan berubah sesuai dengan waktunya dan arahnya
ke bagian selatan dan timur antara Kapur Bawah dan Eosen (Hamilton, 1979). Sekarang ini,
trench subduction sejajar dengan zona arah timur-barat yang aktif pada Neogen.

Gambar fisiografi Pulau Jawa dan Madura


Sumber: http://hotmudflow.files.wordpress.com/2006/07/physiographic-java.jpg
Stratigrafi
De Genevraye, Samuel (1972) dan Pringgoprawiro (1983) membagi stratigrafi
Cekungan Jawa Timur Utara atas dua mandala, yaitu Mandala Rembang mencakup daerah
dalam zona tektono-fisiografi Rembang dan zona tektonofisiografi Randublatung, sedangkan
Mandala Kendeng meliputi daerah dalam zona tektonofisiografi Kendeng. Mandala
Rembang, menurut Pringgoprawiro (1983), umumnya merupakan lingkungan paparan sampai
daratan dengan pengendapan batupasir kuarsa, batulempung karbonan, batugamping pasiran,
batugamping terumbu, napal pasiran, batupasir gampingan, dan batubara. Ketebalan formasi
ini mencapai 5.000 meter. Mandala ini berumur Eosen hingga Pleistosen Awal. Mandala
Kendeng, menurut Pringgoprawiro (1983), de Genevraye & Samuel (1972) terdiri dari
litologi napal pasiran, batulempung, batupasir gampingan, batulanau, batugamping pasiran
dan batupasir konglomeratan. Umur mandala ini Oligosen-Akhir sampai Pleistosen.
Stratigrafi di Cekungan Jawa Timur Utara terdiri dari: batuan dasar (basalt), Formasi
Ngimbang, Kujung, Prupuh, Tuban, Tawun, Ngrayong, Bulu, Wonocolo, Ledok, Mundu,
Selorejo dan Lidah.
Formasi Ngimbang tersusun di atas ketidakselarasan dengan batuan dasar berupa
basalt. Satuan batuan tertua yang berada pada Formasi Ngimbang adalah serpih yang
berumur Eosen Tengah (Soeparyono 1989). Diikuti perselingan serpih batubara kemudian
ada karbonatan (batugamping) dan bagian paling atas adalah serpih yang berumur Oligosen
Awal.
Struktur
Pola struktur utama pada Zona Rembang adalah sesuai dengan arah zona subduksi
yang masih aktif di selatan Pulau Jawa, yaitu arah barat-timur yang disebut thrust -fold belts.
PaparanCekungan Jawa Timur Utara terutama bagian barat didominasi oleh endapan laut
dangkal dengan dominasi sesar naik.
Menurut Katili (1973) Zona Rembang merupakan back arc basin dari sistem subduksi
Miosen awal hingga sekarang. Pada Zona Rembang terjadi tektonik renggangan mulai Eosen-
Oligosen akibat dari perubahan kecepatan gerak lempeng Indo-Australia terhadap lempeng
Eurasia yang menghasilkan rollback dari palung. Pada waktu inilah diendapkan Formasi
Ngimbang dan Formasi Kujung.
FORMASI NGIMBANG
Penyebaran
Formasi Ngimbang diendapkan di Cekungan Jawa Timur Utara dan merupakan
angggota Zona Rembang. Bagian bawah Formasi Ngimbang diendapkan tidak selaras di atas
batuan dasar berupa batuan beku basalt. Sedangkan di atas lapisan paling muda dari Formasi
Ngimbang diendapkan secara selaras Formasi Kujung.
Formasi Ngimbang diperkirakan tersebar dari selatan Demak hingga Pulau Kangean.
Formasi Ngimbang sendiri tidak ditemukan di permukaan. Atau dengan kata lain tidak
tersingkap di permukaan. Data hanya diperoleh dari analisa core.
Ciri Litologi
Formasi Ngimbang terdiri dari berbagai macam litologi. Soeparyono (1989) membagi
litologi menjadi serpih, batubara, napal, batugamping. Pengendapan pertama berupa serpih
yang diendapkan di atas basalt. Kemudian ditemukan pula batubara. Di atas batubara
diendapkan serpih lagi, dan di atas serpih diendapkan pula lapisan batubara. Di atas batubara
diendapkan napal. Setelah napal ditemukan batugamping dan diatasnya ditemukan serpih.
Sedangkan dari penampang stratigrafi yang di dapat dari sumur Pagerungan-5, secara
umum Formasi Ngimbang dibagi menjadi tiga kelompok litologi. Kelompok pertama adalah
kelompok klastik yang terdiri dari batupasir bawah, lapisan batubara bawah, batupasir atas,
dan perselingan batubara atas dengan serpih. Kelompok kedua adalah batugamping
(karbonat). Sedangkan kelompok terakhir adalah serpih diatasnya diendapkan Formasi
Kujung. Perbedaan ini mungkin terjadi karena perbedaan tempat pengambilan core.
Umur
Menurut Soeparyono (1989) umur Formasi Ngimbang adalah Eosen Tengah hingga
Oligosen Awal. Sedangkan menurut beberapa sumber lain, dari pengeboran sumur
Pagerungan-5 misalnya, umur Formasi Ngimbang Eosen Tengah hingga Eosen Akhir.
Gambar penampang stratigrafi (Soeparyono, 1989)
Gambar penampang stratigrafi sumur Pagerungan-5 (Ebanks et al.)
Mekanisme dan Lingkungan Pengendapan
Dari dua penampang stratigrafi di ataas menunjukkan suatu kesamaan. Yaitu pada
awalnya Formasi Ngimbang terbentuk pada daerah pengendapan darat dengan ditemukannya
lapisan batubara. Pada Eosen tengah-akhir terjadi kenaikan muka air laut dengan ditandai
adanya batugamping. Hal itu berlangsung hingga akhir dari Formasi Ngimbang. Mungkin di
saat terakhir dari Formasi Ngimbang (sekitar Eosen Akhir-Oligosen Awal), setelah terjadi
transgresi juga pada saat itu, muka air laut turun karena pada Formasi Kujung yang
berbatasan dengan Formasi Ngimbang secara selaras ditemukan lapisan batugamping.
KESIMPULAN
Formasi Ngimbang merupakan Bagian dari Cekungan Jawa Timur utara dan
merupakan anggota Zona Rembang. Formasi ini tidak tersingkap di permukaan dan memiliki
kisaran umur antara Eosen Tengah hingga Oligosen Awal. Pada awalnya Formasi Ngimbang
diendapkan pada lingkungan darat, tapi pada akhirnya, seiring kenaikan muka air laut terjadi
perubahan lingkungan pengendapan menjadi marin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ngoc, Nguyen Thi bich. Features of The Depositional Environtment of
Ngrayong Formation and Its Sandstone Reservoir Characteristics at Ngampel
Village, Northeast Java Basin, Indonesia. 2003.

2. Prakasa, Yudha. Integrasi dan Optimalisasi Data Sebagai Dasar Penyusunan


Model Geologi dan Karakteristik Reservoir Serta Implikasinya Pada Formasi
Ngrayong Struktur Kawengan..

3. Triwibowo, Bambang dan Santoso, Kuwat. Potensi dan Kualitas Batuan


Formasi Kujung Sebagai Batuan Induk, Pada Lintasan Kali Wungkal, Tuban Jawa
Timur. Jogjakarta : s.n., 2007.

Anda mungkin juga menyukai