Anda di halaman 1dari 2

TUGAS EVOLUSI #3

Safira Zata Yumni


11/316729/BI/8770
RED QUEEN EFFECT/HYPOTHESIS
Red Queen Hypothesis adalah suatu hipotesis yang menyatakan bahwa organisme
harus selalu beradaptasi, berevolusi, dan berproliferasi untuk dapat bertahan hidup dan
bersaing dengan organisme pesaingnya dalam kondisi lingkungan yang selalu berubah.
Hipotesis ini diajukan oleh Leigh Van Valen pada tahun 1973. Van Halen mengajukan
hipotesis Red Queen berdasarkan buku karangan Lewis Caroll berjudul Through the
Looking-Glass yang merupakan sekuel dari buku Alice in Wonderland. Hipotesisi ini
didasarkan pada pernyataan Red Queen pada Alice mengenai sifat Looking-Glass Land ;
Now, here, you see, it takes all the running you can do, to keep in the same place..
Pernyataan ini adalah penjelasan Red Queen kepada Alice yang kebingungan karena
meskipun kecepatan berlarinya sama antara di Looking-Glass Land dengan saat Ia masih di
Wonderland, namun Alice tidak beranjak kemana pun. Situasi Alice ini analog dengan
tekanan evolusioner yang tetap konstan meskipun diberikan oleh lingkungan yang terus
berubah. Kondisi ini diamati dari rekaman-rekaman paleontologis yang menunjukkan bahwa
tingkat laju kepunahanan dari masa ke masa tidak meningkat namun cenderung konstan.
Van Valen menciptakan hipotesis ini untuk menjelaskan Hukum Kepunahan (Law of
Extinction). Hipotesis ini menunjukkan bahwa pada banyak populasi kemungkinan
kepunahan tidak tergantung pada umur populasi namun konstan dan sudah terjadi sejak
jutaan tahun sejak populasi itu ada. Hal ini disebabkan karena hubungan koevolusi yang
terjadi antar organisme. Ketika suatu populasi organisme mengalami evolusi yang mengarah
pada fitness (Evolusi Progresif), maka kemampuannya bertahan di alam semakin tinggi.
Demikian pula kemampuannya untuk memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. Hal ini
menyebabkan populasin tersebut makin survive dan fit. Populasi tersebut semakin besar dan
mendesak populasi spesies lain yang berhungan langsung dengan populasi yang berevolusi.
Evolusi suatu populasi akan merubah tekanan seleksi alam pada populasi spesies lain. Misal
adaptasi menguntungkan terjadi pada predator dan/atau parasit, maka populasi mangsa dan
inang akan tertekan oleh seleksi alam. Akibatnya akan meningkatkan proses koevolusi
antagonis. Populasi mangsa dan inang selanjutnya akan ikut beradaptasi untuk dapat bertahan
dari bertambahnya tekanan predator dan parasit yang berevolusi. Feedback positif ini akan

terjadi secara resiprokal sehingga dihasilkan potensi koevolusi yang dinamins. Hal ini
menyebabkan laju kepunahan menjadi konstan dari masa ke masa karena meskipun evolusi
suatu organisme dapat mendesak populasi organisme lain namun organisme yang terdesak ini
akan meresponnya dengan adaptasi juga. Sehingga kepunahan dapat terhindarkan dan lajunya
tetap konstan.
Model populasi genetik yang dijelaskan oleh hipotesis Red Queen berdasar pada
premis bahwa seks dapat menguntungkan saat berhadapan dengan lingkungan yang terus
berubah karena rekombinasi gen dapat mengganggu asosiasi non-random antar alel.
Contohnya adalah Linkage Disequilibrium (LD) yang menurun dengan adanya rekombinasi
gen. Rekombinasi gen berperan dalam mengacak genotip dengan memisahkan genotip orang
tua dan membentuk susunan genotip baru pada keturunannya. Susunan genotip baru ini akan
membentuk karakter-karakter yang sesuai dengan perubahan lingkungan sehingga seleksi
alam bisa terjadi untuk menghilangkan karakter yang tidak menguntungkan.
Hipotesis

Red

Queen

juga

menjelaskan

bahwa

reproduksi

seksual

lebih

menguntungkan dibandingkan dengan reproduksi aseksual dalam menghadapi infeksi parasit.


Dasarnya adalah asumsi bahwa banyak model inang-parasit yang infeksinya spesifik secara
genetik sehingga inang dengan genotip tertentu hanya dapat diinfeksi oleh parasit dengan
genotip tertentu pula. Sehingga genotip inang yang tidak spesifik dengan genotip parasit tidak
dapat diinfeksi oleh parasit tersebut. Kaitannya dengan rekombinasi gen saat reproduksi
seksual yang mengacak dan menyusun genotip baru yang memiliki potensi tahan infeksi
parasit. Asumsi ini dibuktikan dengan penelitian yang mengkaji hubungan antara cacing
gelang Caenorhabditis elegans dan bakteri patogen Serratia marcescens. Hasil penelitian ini
menunjukkan reproduksi seksual membantu menghasilkan keturunan yang lebih tahan parasit
dibandingkan reproduksi aseksual.

Anda mungkin juga menyukai