Luka Akibat Benda Tajam
Luka Akibat Benda Tajam
TINJAUAN PUSTAKA
terhadap arti aturan yang berlaku ataupun tidak melihat ketentuan yang
diberlakukan atau pura-pura tidak tahu.
2. Faktor kendaraan
Faktor kendaraan yang paling sering terjadi adalah ban pecah, rem tidak
berfungsi sebagaimana seharusnya, kelelahan logam yang mengakibatkan bagian
kendaraan patah, peralatan yang sudah aus tidak diganti dan berbagai penyebab
lainnya. Keseluruhan faktor kendaraan sangat terkait dengan teknologi yang
digunakan, perawatan yang dilakukan terhadap kendaraan.
Untuk mengurangi faktor kendaraan perawatan dan perbaikan kendaraan
diperlukan, di samping itu adanya kewajiban untuk melakukan pengujian
kendaraan bermotor secara teratur.
3. Faktor jalan
Faktor jalan terkait dengan perencanaan jalan, geometrik jalan, pagar
pengaman di daerah pegunungan, ada tidaknya median jalan, jarak pandang dan
kondisi permukaan jalan. Jalan yang bagus, rata lebih sering terjadi kecelakaan
lalu lintas dibandingkan jalan yang rusak/berlubang.
4. Faktor cuaca
Hari hujan juga mempengaruhi unjuk kerja kendaraan seperti jarak
pengereman menjadi lebih jauh, jalan menjadi lebih licin, jarak pandang juga
terpengaruh karena penghapus kaca tidak bisa bekerja secara sempurna atau
lebatnya hujan mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih pendek. Asap dan
kabut juga bisa mengganggu jarak pandang, terutama di daerah pegunungan
(WHO, 2007).
Trauma pada pengendara sepeda motor atau sepeda juga khas. Sekitar 6070% korban menderita cedera pada daerah tibia karena bemper mobil tingginya
sama dengan tungkai bawah. Selain itu, korban akan terlempar ke jalan atau ke
atas dan kepala membentur bingkai atas kaca mobil sehingga terjadi
hiperekstensi kepala dengan cedera otak dan cedera tulang leher. Harus juga
diingat kemungkinan terjadinya cedera perut pada pengemudi motor; dalam hal
ini usus terjepit di antara setang setir dan tulang belakang, namun pada
pemeriksaan fisik hanya ada jejas pada baju atau kulit perut. Pembonceng akan
mengalami hal yang sama kecuali cedera kemudi sepeda motor (Wim de Jong,
2005).
2.2. Perlukaan
2.2.1 Definisi
Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta
hubungannya dengan berbagai kekerasan (ruda paksa), sedangkan yang
dimaksudkan dengan luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan
tubuh akibat kecelakaan.
Trauma atau perlukaan secara medis adalah hilangnya kontinuitas jaringan
yang disebabkan karena adanya kekuatan dari luar/kekerasan (WHO, 2007).
Berdasarkan sifat serta penyebabnya, trauma dapat dibedakan atas trauma
yang bersifat:
A. Mekanik:
1. Trauma tumpul:
a. Memar
b. Luka lecet
c. Luka robek
2. Trauma tajam:
a. Luka iris/sayat
b. Luka tusuk
c. Luka bacok
3. Trauma tembakan senjata api
B. Fisika:
1. Suhu
2. Listrik dan petir
3. Perubahan tekanan udara
4. Akustik
5. Radiasi
C. Kimia:
1. Asam kuat
2. Basa kuat
(Budiyanto A., 1997)
Memar
Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit/kutis
akibat pecahnya kapiler dan vena, yang disebabkan oleh kekerasan benda
tumpul. Luka memar kadangkala memberikan petunjuk tentang bentuk
benda penyebabnya, misalnya jejas ban yang sebenarnya adalah suatu
perdarahan tepi (Budiyanto A., 1997).
Letak, ukuran, dan luas luka memar dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti besarnya kekerasan, jenis benda penyebab (karet, kayu, besi),
kondisi dan jenis jaringan ( jaringan ikat longgar, jaringan lemak), usia,
jenis kelamin, corak dan warna kulit, kerapuhan pembuluh darah, penyakit
(hipertensi, penyakit kardiovaskular, diathesis hemoragik) (Budiyanto A.,
1997).
Umur luka memar dapat secara kasar diperkirakan melalui perubahan
warnanya. Pada saat timbul, memar berwarna merah, kemudian berubah
menjadi ungu atau hitam, setelah 4 sampai 5 hari akan berwarna hijau
yang kemudian akan berubah menjadi kuning dalam 7 sampai 10 hari, dan
akhirnya menghilang dalam 14 sampai 15 hari (Budiyanto A., 1997).
Hematom ante-mortem yang timbul beberapa saat sebelum kematian
biasanya akan menunjukkan pembengkakan dan infiltrasi darah dalam
jaringan sehingga dapat dibedakan dari lembam mayat dengan cara
melakukan penyayatan kulit. Pada lebam mayat (hipostasis pasca mati)
darah akan mengalir keluar dari pembuluh darah yang tersayat sehingga
bila dialiri air, penampang sayatan akan tampak bersih, sedangkan pada
hematom penampang sayatan tetap berwarna merah kehitaman. Tetapi
harus diingat bahwa pada pembusukan juga terjadi ekstravasasi darah yang
dapat mengacaukan pemeriksaan ini (Budiyanto A., 1997).
Luka Lecet
Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan
dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing, misalnya
pada kejadian kecelakaan lalu lintas, tubuh terbentur aspal jalan, atau
sebaliknya benda tersebut yang bergerak dan bersentuhan dengan kulit
(Budiyanto A., 1997).
Berdasarkan mekanisme terjadinya, luka lecet dapat diklasifikasikan
sebagai:
a. Luka lecet gores
Diakibatkan oleh benda runcing
yang
menggeser
lapisan
Luka Robek
Merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul, yang
menyebabkan kulit teregang ke satu arah dan bila batas elastisitas kulit
terlampaui, maka akan terjadi robekan pada kulit. Luka ini mempunyai ciri
bentuk luka yang umumnya tidak beraturan, tepi atau dinding tidak rata,
tampak jembatan jaringan antara kedua tepi luka, bentuk dasar luka tidak
beraturan, sering tampak luka lecet atau luka memar di sisi luka
(Budiyanto A., 1997).
Cedera kepala
Pada cedera kepala, tulang tengkorak yang tidak terlindung oleh kulit
hanya mampu menahan benturan sampai 40 pound/inch2, tetapi bila
Tabel 2.1.
Klasifikasi cedera otak
Mekanisme
Tumpul
Kecepatan tinggi
Tembus
(tabrakan mobil)
Kecepatan rendah
(jatuh, dipukul)
Luka tembak
Cedera tembus lain
Beratnya
Morfologi
Ringan
GCS 14-15
Sedang
GCS 9-13
Berat
GCS 3-8
Fraktur tengkorak
Garis vs bintang
(kalvaria, dasar
Depresi/non depresi
tengkorak)
Terbuka/tertutup
Dengan/tanpa
kebocoran CSS
Dengan/tanpa paresis
N.VII
Epidural
difus)
Subdural
Intraserebra
Konkusi
Konkusi multiple
Hipoksia/iskemik
(ATLS, 2004)
Terhadap para penumpang kendaraan roda tiga atau lebih, yang penting
adalah menentukan posisi korban dalam kendaraan pada saat terjadinya
kecelakaan dan kalau mungkin menentukan siapa pengemudinya (Budiyanto
A., 1997).
Pengemudi biasanya mengalami luka pada pergelangan tangan karena
menahan kemudi, sedangkan tulang femur dan pelvis mungkin patah akibat
menginjak pedal dengan kuat. Bergesernya tempat duduk ke depan dan
kemudi ke belakang dapat menyebabkan patahnya sternum dan iga-iga.
Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya hal tersebut, dianjurkan
pemakaian sabuk pengaman dan kemudi yang dapat patah sendiri.
Penumpang akan luka pada tungkai seperti pada pengemudi (Budiyanto A.,
1997).
Pengendara sepeda motor bila ditabrak kendaraan lain, maka dijumpai
luka benturan pertama, benturan kedua, dan luka-luka sekunder. Pemakaian
Helm dimaksudkan untuk meredam benturan pada kepala sehingga
memperkecil kemungkinan cedera (Budiyanto A., 1997)
Luka Tusuk
Pada luka tusuk, sudut luka dapat menunjukkan perikiraan benda
penyebabnya, apakah berupa pisau bermata satu atau bermata dua. Bila satu
sudut lancip dan yang lain tumpul, berarti benda penyebabnya adalah benda
tajam bermata satu. Bila kedua sudut lancip, luka tersebut dapat diakibatkan
oleh benda tajam bermata dua. Benda tajam bermata satu dapat menimbulkan
luka tusuk dengan kedua sudut luka lancip apabila hanya bagian ujung benda
saja yang menyentuh kulit, sehingga sudut luka dibentuk oleh ujung dan sisi
tajamnya (Budiyanto A., 1997).
Luka Bacok
Luka bacok memiliki gambaran mirip luka iris, yaitu kedua sudut lancip
dan dalam luka tidak melebihi panjang luka (Budiyanto A., 1997).
Tabel 2.2.
Karakteristik luka pada kejadian pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan
Pembunuhan
Bunuh diri
Kecelakaan
Lokasi luka
Sembarang
Terpilih
Terpapar
Jumlah luka
Banyak
Banyak
Tunggal/banyak
Pakaian
Terkena
Tidak terkena
Terkena
Luka tangkis
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Luka percobaan
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Cedera sekunder
Mungkin ada
Tidak ada
Mungkin ada
3. Terguling
Keadaan ini lebih mematikan (lethal) dibandingkan tabrakan dari samping,
terutama bila tidak memakai pelindung kepala (helm), terguling di jalan, sabuk
4. Arah belakang
Pada benturan dari arah belakang, benturan dikurangi atau terserap oleh
bagian bagasi dan kompartemen penumpang belakang (pada pengguna mobil),
yang dengan demikian memproteksi penumpang bagian depan dari perlukaan
yang parah dan mengancam jiwa (Fintan, 2006).
b. Benturan lateral
Merupakan benturan pada bagian samping kendaraan yang mengakselerasi
penumpang menjauhi titik benturan. Pengemudi yang ditabrak pada sisi
pengemudi, mempunyai kemungkinan lebih besar untuk trauma pada sisi
kanan tubuhnya, termasuk fraktur iga kanan, trauma paru kanan, trauma hati,
dan fraktur skeletal sebelah kanan, termasuk fraktur kompresi pelvis. Pada
sepeda motor, benturan dari samping dapat terjadi fraktur terbuka atau
tertutup tungkai bawah.
e. Terbalik
Pada kendaraan yang terbalik, penumpangnya dapat mengenai/terbentur pada
semua bagian dari kompartemen penumpang.
f. Ejeksi
Trauma yang diderita penumpang dapat lebih berat waktu terjadi ejeksi
daripada waktu penderita membentur tanah. Kemungkinan trauma meningkat
300% kalau penumpang diejeksi keluar dari kendaraan.
Laying the bike down merupakan usaha yang dilakukan untuk menghindari
terjepit antara kendaraan dan objek yang akan ditabraknya, pengendara mungkin
akan menjatuhkan kendaraanya ke samping, membiarkan kendaraan bergeser dan
ia sendiri bergeser dibelakangnya. Bila jatuh dengan cara ini akan dapat terjadi
trauma jaringan lunak yang parah (ATLS, 2004).