Anda di halaman 1dari 7

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................1

1.1 PENDAHULUAN...............................................................................................................2
1.2

DEFINISI....................................................................................................................2

1.3

EPIDEMIOLOGI........................................................................................................2

1.4

ETIOLOGI..................................................................................................................3

1.5

FAKTOR RISIKO.......................................................................................................5

1.6

ANATOMI...................................................................................................................6

1.7

PATOFISIOLOGI........................................................................................................7

1.8

DIAGNOSIS..............................................................................................................11

1.8

DIAGNOSIS BANDING..........................................................................................24

1.9

TATALAKSANA ......................................................................................................26

1.10

KOMPLIKASI .........................................................................................................27

1.11

RED FLAG ...............................................................................................................42

1.12

KRITERIA RUJUK...................................................................................................43

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................44

Dissociative Identity Disorder


(Formerly Multiple Personality Disorder)
Definisi
Disosiasi adalah proses psikopatologi yang memengaruhi pikiran, perasaan, dan
tindakan sehingga pada suatu waktu, informasi tertentu tidak berhubungan atau terintegrasi
dengan informasi lainnya sebagaimana layaknya.
Gangguan Disosiasi Identitas didefinisikan sebagai suatu anomali yang melibatkan
kepribadian majemuk dalam satu individu, dipicu oleh keadaan trauma hebat semasa kecil
yang mendorong terjadinya suatu aksi proteksi diri terhadap stimulus berlebihan yang tidak
dapat lagi ditanggung dan disertai amnesia. Gangguan ini mencerminkan kegagalan untuk
mengintegrasikan berbagai aspek identitas, memori, dan kesadaran.
Epidemiologi
Sebagian besar kasus pelecehan seksual terjadi ketika masa prasekolah dimana pada
masa tersebut anak paling rentan untuk mengalami disosiasi. Pada tahun 2014, the National
Child Abuse and Neglect Data System (NCANDS) melaporkan bahwa dari 702,000 kasus,
17% nya merupakan kasus pelecehan fisik dan 27.4% diantaranya berusia dibawah 3 tahun.
[9]

Jumlah pelaporan berkurang seiring bertambahnya usia anak. Usia anak yang semakin

kecil berkorelasi dengan derajat terjadinya disosiasi.


Insidensi pelecehan fisik dan atau seksual pada anak yang berkembang menjadi DID
paling banyak terjadi di Amerika dibandingkan negara lainnya di seluruh dunia. Sedangkan
untuk datanya di Indonesia masih belum ada. Tidak semua anak dengan pelecehan
mengalami gangguan disosiasi, walaupun demikian penelitian menunjukkan bahwa anakanak tersebut lebih berisiko dibandingkan anak yang tidak mengalami pelecehan.. [3, 4] Pada
tahun 1984, Carmen dkk menemukan hubungan antara riwayat pelecehan dengan derajat
keparahan dari gejala psikiatri. .[7, 8]
Studi melaporkan bahwa perempuan lebih beresiko sekitar tiga hingga sembilan kali
lebih tinggi daripada laki-laki. Pada anak-anak, rasio perempuan dan laki-laki lebih
seimbang, namun datanya terbatas. Perempuan juga lebih cenderung memiliki lebih banyak
identitas yaitu sekitar 15 atau lebih dibandingkan dengan laki-laki yang hanya memiliki
sekitar 8 identitas. Jumlah identitas yang pernah dilaporkan berkisa antara 2 hingga lebih dari
100. Sebagian besar kasus melaporkan individu dengan 10 atau kurang identitas.
2

Rata-rata periode waktu yang dibutuhkan dari munculnya gejala awal sampai
diagnosis sekitar 6 sampai 7 tahun. Diatas 40 tahhun, gejala yang timbul semakin berkurang.
Namun dapat muncul kembali ketika stress atau trauma atau penyalahgunaan obat-obatan.
Jika memiliki anggota keluarga inti penderita, maka lebih besar kemungkinan untuk
mengidap kelainan ini.
Etiologi
Trauma pelecehan seksual dan fisik genetic
Psikodinamika
Sehubungan dengan DID, Kluft (1984) memandang kondisi ini sebagai disosiasi PTSD
yang kronik yang bermula saat masa kecil.[5, 6] Beliau mengemukakan teori 4 faktor untuk
menjelaskan terbentuknya gangguan kepribadian ganda, sebagai berikut:

Individu memiliki potensi innate untuk berdisosiasi yang terefleksikan pada


hypnotizability ratings.

Pengalaman traumatic pada awal masa kecil dapat mengganggu perkembangan


kepribadian, menyebabakan potensi yang lebih besar untuk dapat terjadinya
pembagian psikodinamik.

Terdapat kemungkinan seorang individu menolak kesempatan untuk dapat semuh


secara spontan karena emosi yang berkelanjutan dan atau deprivasi sosial.

Presentasi akhir adalah pembentukan oleh psikodinamik dan faktor eksterinsik,


termasuk pengaruh psikososial.

Manifestasi Klinis
Setiap identitas yang lain memiliki nama dan karakteristik yang kontras dengan
pribadi utama. Masing-masing kepribadian memiliki identitas dan karakteristik yang berbeda
seperti umur dan jenis kelamin, kebangsaan, perbendaharaan kata, pengetahuan umum, atau
afek yang berlainan.
Identitas alternatif seringkali dapat mengambil kendali secara berurutan,
mengorbankan yang lain, dan mungkin saling tidak mengetahui atau menyangkal keberadaan
pribadi satu dengan lainnya, bersikap kritis terhadap satu sama lain, atau tampak berada
dalam konflik terbuka. Terkadang satu atau lebih identitas yang dominan dapat mengontrol
3

alokasi waktu untuk identitas yang lain. Identitas yang agresif atau bermusuhan terkadang
mengganggu kegiatan atau menempatkan identitias yang lain dalam situasi yang tidak
nyaman.
Individu dengan kelainan ini sering mengalami kehilangan beberapa episode ingatan
hidupnya baik pada ingatan yang sudah lama atau yang baru. Amnesia yang terjadi sering
'tidak simetris'. Identitas yang pasif biasanya memiliki ingatan yang terbatas, sebaliknya,
pribadi yang lebih dominan bersikap agresif, mengontrol, dan "melindungi" memiliki ingatan
yang lebih lengkap. Identitas yang tidak sedang mengontrol individu, memperoleh akses ke
kesadaran dengan memproduksi halusinasi visual atau auditori (suara yang memberi
perintah).
Bukti mengalami amnesia mungkin saja tidak bisa dideteksi baik dari laporan orang
lain yang menjadi saksi namun menyanggah diri mereka sendiri, atau bukti yang ditemukan
sendiri oleh individu (contohnya ;individu tidak bisa mengingat kapan pernah membeli baju
yang ia temukan di rumah). individu tidak hanya akan kehilangan memori secara berkala dan
terus-menerus, tetapi juga seluruh memori biographical pada masa anak-anak, remaja, atau
bahkan dewasa. Transisi antara identitas biasanya dipicu oleh stres psikososial, dimana waktu
yang diperlukan dapat terjadi dalam hitungan detik, namun beberapa kasus terjadi secara
berangsung-angsur. Perilaku yang biasanya diasosiasikan dengan perubahan identitas adalah
kedipan mata yang cepat, perubahan wajah, suara, tingkah laku, atau gangguan ketika
individu mengingat sesuatu.
Gangguan Mental Lain yang berkorelasi dengan DID
Individu dengan dissociative identity disorder terus menerus melaporkan pengalaman
pelecehan secara fisik dan seksual, khususnya selama masa kanak-kanak. Kontroversi
disekitar keakuratan laporan tersebut, karena ingatan masa kanak-kanak kemungkinan
distorsi subjek dan individu dengan disorder cenderung dapat dihipnotis dan khususnya
mudah mendapatkan pengaruh sugestif. Disamping itu, pelaku pelecehan seringkali
menyangkali tindakan mereka. Individu dengan dissociative identity disorder mungkin
memuat simptom posttraumatic (seperti mimpi buruk, kilas balik, dan respon yang
mengejutkan) atau Posttraumatic Stress Disorder. Self-mutilation dan kecenderungan bunuh
diri dan perilaku agresi mungkin muncul.

Beberapa individu mungkin memiliki pola yang berulang dari hubungan yang
melibatkan perilaku kejam secara fisik dan seksual. Identitas tertentu dapat mengalami gejala
konversi (pseudoseizures) atau memiliki kemampuan yang tidak biasa untuk mengatasi nyeri
atau gejala fisik lainnya. Selain itu, gejala yang timbul juga dapat memenuhi kriteria untuk
kelainan gangguan suasana perasaan, terkait substansi, seksual, makan, atau gangguan tidur.
Perilaku memutilasi diri, impulsif, dan perubahan yang tiba-tiba dan sering dalam berelasi
dapat mengindikasikan diagnosis berupa Borderline Personality Disorder.
Diagnosis
Anamnesa

Pemeriksaan fisik
Dapat ditemukan luka-luka dan memar yang disebabkan oleh tindakan perlukaan diri
atau penyiksaan fisik. Gejala yang dialami dapat berupa migrain atau jenis sakit kepala
lainnya, irritable bowel syndrome, dan asma.
Pemeriksaan Penunjang
5

Pemeriksaan Laboratorium
Penderita kelainan ini mudah dihipnotis. Terdapat laporan bervariasi dalam fungsi
fisiologis: perbedaan ketajaman visual, toleransi nyeri, gejala asma, sensitivitas terhadap
alergen, dan respon gula darah terhadap insulin.
Pemeriksaan Radiologi
Dapat ditemukan fraktur atau edema pada jaringan lunak akibat tindakan kekerasan
fisik pada foto polos maupun CT scan atau MRI.

Kriteria Diagnosis
Berikut merupakan kriteria diagnosis yang harus dipenuhi menurut DSM V:
A. Keberadaan dua atau lebih identitas atau status keperibadian (dimana masing-masing
memiliki pola penerimaan, berelasi, dan pemikiran yang berbeda terhadap lingkungan
dan diri sendiri)
B. Setidaknya dua dari identitas/status kepribadian tersebut secara berulang mengambil
kendali dari perilaku pasien.
C. Ketidakmampuan untuk mengingat kembali informasi personal yang penting dimana
informasi tersebut terlalu ekstensif untuk dapat dijelaskan oleh kelupaan yang lazim.
D. Gangguan ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari penggunaan sebuah
substansi (seperti: tidak sadarkan diri atau kekacauan perilaku pada intoksifikasi
alkohol) atau pada kondisi medis umum (seperti kejang parsial kompleks)
Catatan: Pada anak-anak, gejala tidak dapat dikaitkan dengan teman bermain
khayalan atau fantasi bermain lainnya.

Diagnosis banding
DID harus dibedakan dari gejala-gejala yang diakibatkan oleh kondisi medis umum
(kejang). Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang.
Selain itu, DID dapat dibedakan dari gejala disosiatif akibat kejang kompleks parsial
walaupun kedua kelainan ini dapat bersamaan dimiliki pasien. Selain itu, riwayat dari
kekerasan fisik dan seksual lebih banyak didapatkan pada DID. Episode kejang berkisar
antara 30 detik sampai 5 menit dan tidak melibatkan struktur identitas dan perilaku yang
kompleks dan menetap yang secara tipikal dapat ditemukan pada DID. Pemeriksaan dengan
EEG, khususnya kurang tidur dan dengan pengantar nasopharyngeal, mungkin membantu
menegakkan diagnosis.

Gejala yang disebabkan oleh pengaruh fisiologis secara langsung dari suatu zat dapat
dibedakan dari dissociative identity disorder dari keadaan bahwa zat tersebut dikatakan
secara etiologi berhubungan dengan gangguan yang muncul.
Diagnosis dari dissociative identity disorder (DID) lebih diutamakan dibandingkan
dissociative amnesia, dissociative fugue, dan depersonalization disorder. Individu dengan
DID dapat dibedakan dari ketidaksadaran diri yang disebabkan oleh kerasukan ( dissociative
disorder not otherwise specified ) dimana terdapat roh atau entitas eksternal yang memasuki
tubuh mereka dan mengambil alih.
Terdapat kontroversi mengenai perbedaan diagnosis antara Dissociative Identity Disorder dan
berbagai gangguan mental lainnya, termasuk Skizofrenia dan Gangguan Psikotik lainnya,
Bipolar Disorder, With Rapid Cycling, Gangguan Kecemasan, Gangguan Somatisasi, dan
Gangguan Kepribadian. Beberapa klinisi berpendapat bahwa diagnosis DID tidak ditegakkan
secara tepat, baik underdiagnosis maupun overdiagnosis. Sebagai contoh : keberadaan
identitas lain disalahartikan sebagai delusi atau komunikasi antara satu identitas dengan
identitas lainnya disalahartikan sebagai halusinasi auditorik, yang menyebabkan kebingungan
dengan gangguan psikotik. Pergeseran antar identitas dapat disalahartikan pula sebagai siklus
suasana perasaan yang berfluktuasi menyebabkan kebingungan dengan Gangguan Bipolar.
Secara kontras, kelainan mental lainnya tidak jarang didiagnosis secara berlebihan sebagai
DID.
Faktor-faktor yang dapat mendukung diagnosis dari DID adalah gejala disosiasi yang
memiliki batasan yang jelas dengan adanya pergantian mendadak pada status identitas,
amnesia yang reversibel, nilai yang tinggi pada pengukuran disosiasi dan mudah terhipnotis
pada individu yang tidak menunjukkan karakteristik dari kelainan mental lainnya.
Dissociative Identity Disorder harus dibedakan dengan orang yang berpura-pura sakit
dalam situasi di mana mungkin ada keuntungan finansial atau forensik dan dari gangguan
tiruan di mana mungkin ada pola perilaku mencari bantuan.

Anda mungkin juga menyukai