Anda di halaman 1dari 4

Nama

: Khiqmah Yuliani

NIM

: 1408010018

Kelas

: IV A Farmasi

Senyawa-senyawa yang tergolong kedalam metal merupakan bahan


esensial dan sebagian terdapat di semua organisme, tetapi tidak memiliki fungsi
biologik. Namun pada logam-logam berat banyak yang menyebabkan keracunan
meskipun saat ini bahaya yang ditimbulkan oleh logam berat telah diketahui ,
intoksikasi tetap signifikan dan kebutuhan akan strategi-strategi pencegahan dan
terapi efektif tetap tinggi. Contoh-contoh zat yang tergolong ke dalam logam berat
diantaranya timbal, arsen, cadmium, merkuri.
Timbal
Timbal inorganik diserap secara lambat, tetapi konsisten melalui saluran
cerna (pajanan non-industri) dan napas (penyebab tersering pada industri). Timbal
kurang diserap di kulit. Setelahterserap dari saluran napas atau cerna, timbal
masuk ke aliran darah, sekitar 99%-nya terikat ke eritrosit dan 1% terdapat di
dalam plasma kemudian didistribusikan ke jaringan lunak seperti sumsum
tulang,ginjal , gonad, dan otot kemudian ke permukaan subperiosterm tulang dan
selanjutnya ke matriks tulang. Timbal juga menembus palsenta dan berpotensi
membahayakan janin. Kinetika bersiham timbal dari tubuh mengikuti suatu model
multikompartemen, terutama terdiri dari darah dan jaringan lunak, dengan waktu
paruh tahunan hingga puluhan tahun. Sekitar 70% timbal yang dieliminasi akan
diekskresikan melalui urin, dengan jumlah yang lebih sedikit di ekskresikan
melalui empedu, kulit, rambut, kuku, keringat, dan air susu. Fraksi yang tidak
mengalami ekskresi segera, sekitar separuh dari timbal yang terserap dapat masuk
ke dalam tulang melalui migrasi kepingan sehingga akibat dari akumulasi ini akan
menyebabkan intoksikasi timbal secara nyata sebagai timbalfosfat.
Arsenik
Arsen (As) adalah metalloid beracun dan karsinogenik. Kata arsenikm
adalah dari Persia kata Zarnikh, seperti yang diterjemahkan ke Yunani arsenikon,
yang berarti "yelloworpiment." Arsenik telah knownand digunakan sejak zaman
kuno sebagai Poison Raja dan Raja Racun. Unsur pertama kali diisolasi pada
sekitar 1250. Arsenicals memiliki telah digunakan sejak zaman kuno sebagai obat
dan bahkan saat ini sangat efektif melawan leukemia promyelocytic akut (Soignet
et al., 2001). Arsenik ada dalam bentuk trivalen dan pentavalent dan luas
didistribusikan di alam. Yang paling umum trivalen arsenik anorganik senyawa
arsenik trioksida dan natrium arsenit, sementara umum senyawa anorganik
pentavalent adalah natrium arsenat, arsenik pentoksida, dan asam arsenik.

Masuknya Arsen dalam tubuh manusia umumnya melalui oral, yaitu melalui
makanan/minuman. Gambar berikut memperlihatkan kandungan arsen dalam
beberapa jenis makanan dan minuman yang sering dikonsumsi manusia.Target
utama arsen dalam tubuh adalah hati, meski arsen juga dapat mempengaruhi
mekanisme kerja paru-paru dan ginjal melalui peredaran darah. Arsen yang
tertelan secara cepat akan diserap lambung dan usus halus kemudian masuk ke
peredaran darah. Itulah sebabnya pemeriksaan kandungan arsen juga dilakukan
melalui darah. Pada keracunan akut maupun kronis dapat terjadinya
anemia,leukopenia,hiperbilirubinemia.Arsenik yang terabsorbsi akan terakumulasi
di kuku, rambut dan kulit. Kadar As dalam rambut merupakan indikator yang
cukup baik untuk menilai terjadinya karacunan arsen. Normal kadar As dalam
rambut kurang dari 1mug/kg. Namun, kandungan arsen dalam rambut belum
dapat dipastikan akibat paparan langsung atau melalui metobolisme dan akhirnya
terakumulasi di rambut seperti penyimpanan arsen pada kuku. Arsenik yang
terakumulasi sampai pada kuku dan rambut ini tersimpan dalam bentuk arsenic
trioksid. Biotransformasi atau metabolisme didefinisikan sebagai perubahan
xenobiotik/toksin yang dikatalisa oleh suatu enzim tertentu dalam makhluk hidup.
Tujuannya yaitu dengan merubah toksin bersifat non polar menjadi bersifat polar
dan kemudian dirubah menjadi bersifat hidrofil sehingga dapat dieksresikan
keluar dari tubuh.
Mekanisme biotransformasi meliputi 2 reaksi :
Reaksi fasa 1 atau reaksi fungsionalisasi/memasukkan gugus fungsional yg
sesuai (a.l : OH, COOH, NH2 dan SH) ke dalam toksin sehingga
mengubah toksin non polar menjadi bentuk yang lebih polar secara
langsung dan memodifikasi gugus fungsional yang ada dalam struktur
molekul melalui reaksi oksidasi, reduksi maupun hidrolisis.
Reaksi fasa 2 (reaksi konjugasi) reaksi ini melibatkan beberapa jenis
metabolit endogen (berupa enzim yang ada dalam tubuh ) di retikulum
endoplasma.
Biotransformasi arsen di dalam tubuh terjadi di hati, melewati dua fasa. Hati akan
mengubahnya menjadibentuk yang tidak merusak dan dibuang lewat urin dalam
waktu 4-5 hari dengan persentase 62,7% (dari total arsenik pada tubuh). Pada fasa
1 melalui reaksi oksidasi aromatik membentuk alkohol (-OH) khususnya oksidasi
benzoapirin karena terdapat epoksid yang dapat menyebabkan bioaktivasi.
Pada fasa 2 arsen akan mengalami reaksi konjugas glutation yang melibatkan
enzim glutation transferase di mana gugus fungsionalnya adalah epoksid hasil
metabolism fasa 1 tadi. Glutation/asam merkapturat (GSH) berperan penting pada
proses detoktifikasi senyawa arsn yang merupakan elektrofilik reaktif penyebab
kerusakan jaringan, karsinogenik, mutagenik dan teratogenik karena membentuk
ikatan kovalen dengan gugus-gugus neofilik yang terdapat pada protein dan asam
nukleat sel. GSH terdapat pada usus, ginjal, jaringan lain, terutama hati,
mengandung gugus nukleofil sulfihidril (-SH) yang dapat bereaksi dengan

senyawa elektrofilik reaktif sehingga dapat melindungi jaringan sel yang


penting.Hasil metabolisme dari arsenik bervalensi 3 adalah asam dimetil arsenik
dan asam monometil arsenik yang keduanya dapat diekskresi melalui urine. Gas
arsin terbentuk dari reaksi antara hidrogen dan arsen yang merupakan hasil
samping dari proses refining (pemurnian logam) non besi (non ferrous metal).
Keracunan gas arsin biasanya bersifat akut dengan gejala mual, muntah, nafas
pendek dan sakit kepala. Jika paparan terus berlanjut dapat menimbulkan gejala
hemoglobinuria dan anemia, gagal ginjal dan ikterus (gangguan hati).
Cadmium
Cadmium (Cd) adalah logam transisi beracun yang ditemukan di 1817
sebagai pengotor dari "calamine" (seng karbonat) yang merupakan bernama (dari
cadmia Latin). Penyerapan Toxicokinetics Gastrointestinal kadmium terbatas
5-10% dari dosis yang diberikan. penyerapan kadmium dapat ditingkatkan
oleh kekurangan makanan kalsium atau zat besi dan dengan diet rendah protein..
Penyerapan kadmium setelah terhirup umumnya lebih besar, mulai dari 5 sampai
35%, tergantung pada spesifik majemuk, situs deposisi, dan ukuran partikel.
Contohnya, 50% dari asap kadmium, seperti yang dihasilkan dalam asap rokok,
mungkin terserap. Diperkirakan bahwa sebanyak 100% kadmium akhirnya
mencapai alveoli dapat ditransfer ke darah. Setelah diserap, kadmium sangat
buruk diekskresikan dan hanya sekitar 0,001% dari beban tubuh diekskresikan per
hari. kedua kemih dan rute ekskresi tinja operasi. Kadmium transportasi ke sel
dimediasi melalui saluran kalsium dan melalui molekul mimikri. Ekskresi
pencernaan terjadi melalui empedu sebagai kompleks glutathione. ekskresi
kadmium dalam urin meningkat relatif terhadap beban tubuh.Ekskresi kadmium
meningkat akibat penurunanpenyerapan ginjal disaring kadmium.
Strategi untuk menghambat absorpsi dan meningkatkan ekskresi dari
logam berat yang masuk didalam tubuh diantaranya dengan pemberian bahan
chelating yang akan membentuk ikatan kompleks dengan logam sehingga logam
tidak dapat melakukan interaksi toksik di dalam tubuh. Pada timbal, arsen dan
cadmium dengan pemberian kalsium dinatrium edetat (CaNa2EDTA) intravena
diberikan dalam dosis 1000-1500 mg/m2/hari (sekitar 30-50 mg/kg/hari) melalui
infus kontinu selama hingga 5 hari. EDTA relatif kurang dapat menembus
membran sel dan karenanyajauh lebih efektif mengikat ion logam ekstra sel
daripada ion intra sel. Karakter ionik EDTA yang sangat polar membatasi
penyerapan oralnya. Selain itu pemberian oral dapat meningkatkan penyerapan
timbal dari usus sehingga diberikan melalui infus intravena. EDTA cepat
diekskresikan oleh filtrasi glomeruluus, dengan 50% dosis yang disuntikkan
muncul di urin dalam waktu 1 jam. EDTA memobilisasi timbal dari jaringan
lunak, menyebabkan peningkatan mencolok ekskresi logam di urin sehingga
konsentrasi logam dalam darah menurun. Pada keracunan gas arsin tindakan
untuk meningkatkan ekskresi yaitu dengan hemodialisis. Tindakan untuk
menghambat absorpsi gas arsin yaitu dengan segera menghindar dari ruangan
yang tercemar gas arsin. Pada keracunan arsenik dapat dilakukan dengan
pemberian unitol dosis 3-5 mg/kg setiap 4 jam melalui infus intravena
lambatselama 20 menit. Pemberian Dimerkaprol dengan disuntikkan
intramuskulus sehingga cepat diserap dan di metabolisme sehingga diekskresikan

oleh ginjal dalam 4-8 jam. Pada Kadmium juga sama seperti gas arsin yaitu
dengan menjauhi tempat yang tercemar kadmium. Pencegahan toksisitas Cd
biasanya hanya bersifat suportif saja seperti pemberian vitamin D untuk
pengobatan nyeri tulang. Pengobatan dengan menggunakan bahan kelat tidak
dianjurkan, walaupun dapat meningkatkan ekskresi Cd melalui ginjal, tetapi hal
tersebut juga dapat menyebabkan toksik pada ginjal. Kondisi tersebut terjadi
karena ikatan kompleks dari kelasi dapat menyebabkan reaksi disosiasi ginjal
pada waktu terjadi pembebasan Cd.

Referensi :
Casarett & Doull's Toxicology: The Basic Science of Poisons, Eighth Edition
(Casarett & Doull's Toxicology)
Katzung B.G. 2014. Farmakologi Dasar dan Klinis. Ed 12.Jakarta : EGC
Saha dan Roy. Metabolism And Toxicity of Arsenic: A human carcinogen.Current
Science, Vol. 82, No. 1,

Anda mungkin juga menyukai