Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Keputusan Direktur
Nomor : 020/RZ/DIR/SKPPI/VI/2015
Tanggal : 16 Juni 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
PPI di RS merupakan suatu upaya kegiatan untuk meminimalkan atau
mencegah terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat
sekitar RS.Ditinjau dari asal didapatnya infeksi dapat berasal dari komunitas
(community acquired infection) atau berasal dari lingkungan RS (hospital acquired
infection) yang sebelumnya lebih dikenal dengan istilah infeksi nosokomial.
Karena seringkali tidak bisa secara pasti ditentukan asal infeksi maka
sekarang istilah Infeksi Nosokomial (hospital acquired infection) diganti dengan
istilah baru yaitu Healthcare Associated Infections (HAIs), dengan pengertian yang
lebih luas tidak hanya di RS tetapi juga infeksi di fasilitas pelayankesehatan
lainnya. Khusus untuk infeksi di RS selanjutnya disebut : Infeksi RS (IRS)
B.
Tujuan Pedoman
Tujuan
pengorganisasian
program
PPI
adalah
mengidentifikasi
dan
menurunkan risiko infeksi yang didapat dan ditularkan diantara pasien, staf, tenaga
profesional kesehatan, tenaga kontrak, tenaga sukarela, mahasiswa dan pengunjung.
C.
D.
Batasan Operasional
Pedoman Pelayanan PPI
1. Komite PPI adalah komite adalah wadah bagi panitia khusus yang
bertanggungjawab terhadap upaya pencegahan dan pengendalain infeksi di
rumah sakit.
2. IPCO adalah seorang dokter yang bertindak sebagai ketua komite PPI
sekaligus penanggungjawab terhadap upaya pencegahan dan pengendalian
infeksi di rumah sakit
3. IPCN adalah adalah seorang perawat senior yang bertindak sebagai
koordinator dalam pelaksanaan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi.
4. IPCLN adalah seorang perawat penghubung/ perawat pelaksana harian yang
bertanggungjawab terhadap pelaksanaan upaya pencegahan dan pengendalian
infeksi di unit kerja.
E.
Landasan Hukum
1. Kepmenkes
1204/Menkes/SK/X/2004
tentang
Persyaratan
Kesehatan
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A.
1.
-
IPCN:
Pendidikan D3/ SI Keperawatan
Memiliki sertifikasipelatihan PPI
Memiliki komitmen di bidang PPI
Memiliki kemampuan leadership, inovatif dan confident
Bekerja purna waktu
IPCLN
Pendidikan D3/ SI Keperawatan
Telah mengikuti pelatihan PPI
Memiliki komitmen dibidang PPI
Memiliki kemampuan leadership, inovatif dan confident
ANGGOTA:
Memiliki komitmen dibidang PPI
Telah mengikuti pelatihan PPI
Memiliki kemampuan leadership, inovatif dan confident
2.
3.
4.
B.
NO.
1.
2.
3.
4.
Distribusi Ketenagaan
JABATAN
KOMPOSISI
Ketua Panitia PPI/ IPCO
1 orang
IPCN
1 orang
IPCLN
1 orang/ Unit Kerja
Anggota
-
NO.
1.
2.
3.
4.
Pengaturan Jaga
JABATAN
Ketua Panitia PPI/ IPCO
IPCN
IPCL
Anggota
C.
JUMLAH
1 orang
1 orang
9 orang
-
JADWAL JAGA
Sesuai jadwal praktek
Sesuai jadwal dinas
Sesuai jadwal dinas
Sesuai jadwal dinas
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
Utara
UGD
LOBI
FARMASI
Ruang
Ruang
Ka Sub Sie Pemasaran dan SDM
Direktur
RS
Ruang
Rapat
Ruang
Sekretariat PPI
Ruang
Ruang
Ka Subbag Keuangan
Ka Subbag Umum
B. Standar Fasilitas
Berikut ini adalah standar fasilitas pelayanan Panitia PPI di RS Rizani Paiton :
1.
Ruang sekertariat
2.
3.
Telepon
4.
BAB IV
Pedoman Pelayanan PPI
Surveilance
3. Bila ditemukan outbreak maka harus segera dibahas dalam rapat koordinasi
yang melibatkan ketua komite PPI, IPCN dan IPCLink. Hasil pembahasan
dan tindak lanjut dilaporkan kepada Direktur.
4. Setiap ditemukan kondisi infeksi yang memenuhi kriteria infeksi nosokomial,
maka segera dilaporkan kepada IPCN atau kepala unit kerja bila IPCN sedang
tidak ada ditempat, untuk segera dilakukan investigasi dan tindak lanjut.
4.2.2
4.2.3
Observasi
kepatuhan
petugas
terhadap
penggunaan
APD
d. Pengendalian Lingkungan
-
f. Kesehatan karyawan
-
g. Penempatan pasien
-
2. Panduan Isolasi dilakukan review setiap satu tahun sekali oleh Tim Komite PPI
untuk disesuaikan dengan kelimuan terkini.
3. Panduan isolasi pasien disosialisasikan kepada seluruh karyawan termasuk
karyawan baru pada masa orientasi.
4. Setiap ada pasien infeksi yang termasuk dalam kriteria pasien yang dapat dirawat
di RSOS harus dilaporkan kepada IPCN.
5. IPCN akan melakukan monitoring terhadap penanganan isolasi pada pasien
tersebut antara laian meliputi: penempatan pasien, pengelolaan linen dan
peralatan makan pasien, pengelolaan limbah, pembersihan ruangan dan
lingkungan pasien serta APD yang digunakan oleh pasien maupun oleh petugas
saat melakukan perawatan.
6. Hasil monitoring yang memerlukan tindaklanjut ditulis dalam laporan harian
IPCN dan disampaikan kepada IPCLink atau kepala unit kerja terkait.
4.4 Prosedur pengamanan dan hand hygiene
4.4.1
Penggunaan APD
1. Komite PPI berkoordinasi dengan K3RS dalam penyusunan Panduan
Penggunaan Alat pelindung Diri (APD).
2. Panduan Penggunaan APD disosialisasikan dan didistribusikan kepada
seluruh staf unit kerja terkait.
3. Panduan Penggunaan APD dilakukan review setiap satu tahun sekali oleh
Tim Komite PPI untuk disesuaikan dengan kelimuan terkini.
4. Monitoring terhadap pelaksanaan Panduan Penggunaan APD dilakukan
oleh IPCN setiap hari dengan menggunakan formulir yang telah
ditetapkan. Berikut ini adalah area Unit kerja yang di monitor oleh IPCN:
a. Unit Rawat Jalan
b. Unit Gawat Darurat
c. Unit Rawat Inap Departemen Bedah, Dalam, Syaraf, Jantung, Paru
dan Ortho
d. Unit Rawat Inap Departemen Anak, Bersalin dan Ginekologi
e. Laboratorium
f. Laundry
g. Pantry
h. Cleaning Servise
i. Radiologi
Pedoman Pelayanan PPI
j. Fisioterapi
k. Farmasi
5. Hasil monitoring dilakukan rekap setiap 1 bulan sekali dan dilaporkan
secara tertulis kepada ketua Komite PPI, untuk dilaporkan kepada Komite
Mutu dan Direktur.
4.4.2
Hand Hygiene
1
Panduan Hand Hygiene dilakukan review setiap satu tahun sekali oleh
Tim Komite PPI untuk disesuaikan dengan kelimuan terkini.
10
11
BAB V
LOGISTIK
Penyediaan logistik operasional internal Komite PPI mengikuti ketentuan
pengadaan, penyimpanan dan penggunaan yang telah dibuat.
Penyediaan logistik yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan upaya
pencegahan dan pengendalian infeksi pelayanandikelola oleh unit kerjamengikuti
ketentuan pengadaan logistik unit kerja masing-masing.
Peran dari Komite PPI adalah melakukan monitoring dan memberikan
rekomendasi terhadap fasilitas peralatan dan bahan yang harus disiapkan oleh setiap
unit kerja terkait upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah skait.
12
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit adalah salah satu
aktifitas yang sangat penting dalam menjaga keselamatan pasien. Oleh karena itu
peran Komite PPI sangat besar dalam mewujudkan suatu mekanisme pencegahan
dan pengendalian infeksi nosokomial yang dapat mengancam keselamatan pasien di
rumah sakit. Berikut ini adalah upaya keselamatan pasien yang diwujudkan dalam
mekanisme pencegahan dan pengendalian infeksi:
a. Hand hygiene
Hand hygiene adalah tahap yang sangat penting untuk mencegah infeksi
nosokomial. Hand hygiene adalah aktivitas wajib bagi pasien, pengunjung dan
staf yang berpotensi menularkan kuman. Dalam melaksanakan cuci tangan
mengacu pada 7 langkah cuci tangan dan 5 moments for hand hygiene yang
telah ditetapkan oleh WHO.Hand hygiene harus dipahami dan dilaksanakan
sesuai panduan yang telah ditetapkan oleh Tim KKPRS.
b. Penggunaan APD
Setiap aktivitas yang berpotensi terjadi infeksi nosokomial wajib menggunakan
alat pelindung diri (APD) yang sesuai dengan kebutuhan. Setiap Unit kerja
harus melakukan identifikasi alat pelindung diri apa saja yang diperlukan. Unit
kerja bertanggungjawab terhadap penyediaan dan pelaksanaan alat pelindung
diri. Pelaksanaan APD diatur dalam panduan yang telah ditetapkan.
c. Sterilisasi
Lingkup sterilisasi meliputi metode pembersihan dan penggunaan desinfektan
untuk alat yang telah digunakan kepada pasien. Selain itu juga termasuk
metode sterilisasi alat instrument untuk tindakan invasive atau surgical
prosedur. Pelaksanaan sterilisasi mengacu pada panduan sterilisasi di rumah
sakit yang telah ditetapkan.
d. Penempatan pasien / isolasi
Kewaspadaan isolasi adalah suatu strategi yang dilakukan oleh Rumah Sakit
untuk mencegah infeksi. Kewaspadaan isolasi terdiri darikewaspadaan
standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi.Kewaspadaan standar
harus di terapkan di setiap saat tanpa memandang pasien terinfeksi atau tidak
terinfeksi di semua fasilitas kesehatan.
13
e. Pengendalian lingkungan
Lingkungan pasien harus dijaga kebersihannya. Metode pembersihan harus
mengacu pada panduan yang telah ditetapkan. Metode pembersihan yang tidak
mengindahkan prinsip pengamanan (barrier) akan memperbesar peluang
terjadinya infeksi nososkomial yang akan mengancam keselamatan pasien.
f. Pengelolaan linen
Pengelolaan linen pasien harus dilakukan secara spesifik. Linen yang
terkontaminasi darah, jaringan atau keluaran pasien harus diperlakukan sebagai
bahan infeksius. Sehingga penting bagi petugas laundry dan petugas lainnya
memahami prosedur yang ditetapkan dalam panduanpengelolaan linen.
g. Penggunaan alat dan bahan habis pakai disposable.
Dalam melaksanakan tindakan invasive, penggunaan alat disposible harus
digunakan sekali pakai dan tidak dipergunakan pada pasien lain. Pasien harus
mendapat penjelasan bahwa prosedur tersebut berkaitan dengan keamanan
pasien. Untuk alat disposable yang dapat digubakan lagi (re-use) maka alat
tersebut harus dilakukan pengelolaan sesuai panduan pengelolaan alat
disposable yang di re-use.
h. Penggunaan desinfektan.
Dalam melaksanakan tindakan keperawatan perawat harus berpedoman
terhadap tehnik septik dan aseptik. Untuk tindakan yang memerlukan prosedur
aseptik maka seluruh peralatan, obat dan tehnik harus mengacu pada panduan
sterilisasi. Penggunaan desinfektan yang meliputi jenis dan pengenceran
disesuaikan dengan panduan yang telah ditetapkan. Petugas harus memastikan
bahwa peralatan dan prosedur yang dilakukan telah memenuhi persyaratan
yang ditentukan.
14
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Keselamatan kerja menjadi salah satu focus penting dalam upaya
pencegahan dan pengendalian infeksi. Komite PPI bekerjasama dengan Komite
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) serta Departemen SDM.
Kerjasama dan koordinasi tersebut diatur dalam panduan keselamatan kerja yang
telah ditetapkan. Lingkup keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
1. Setiap petugas yang bekerja pada area yang berpotensial terjadi infeksi
nosokomial wajib menggunakan alat pelindung diri sesuai kebutuhan.
2. Setiap petugas yang berkerja harus memahami prosedur kerja yang aman
sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.
3. Setiap petugas yang terpapar bahan infeksius dan bahan beracun dan
berbahaya harus dilaporkan dan ditangani sesuai dengan alur paparan pajanan
yang telah ditetapkan.
4. Rumah sakit memberikan fasilitas kesehatan berupa nutrisi tambahan, klaim
kesehatan dan general check up sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.
5. Seluruh kepala unit bekerjasama dengan IPCN dan IPCLink untuk melakukan
pembinaan, monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan upaya pencegahan
dan pengendalian infeksi yang berujung pada keselamatan kerja.
15
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu Komite PPI RS Surabaya dilaksanakan sebagai berikut:
1. Komite PPI menetapkan indikator mutu sebagai berikut:
No.
Indikator Mutu
Standar Pelayanan
Minimal (SPM)
1. ILO
1.5%
2. ISK
1.5%
3. IADP
1.5%
4. HAP
1.5%
5. Phlebitis
1.5%
Berikut ini adalah uraian standar indikator mutu Komite PPI:
a. ILO
Judul
Dimensi Mutu
Tujuan
Definisi
Operasional
16
atau radiologis.
4. Dinyatakan infeksi oleh ahli bedah atau dokter
yang merawat
III.ILO Organ (Organ/ Space SSI)
Merupakan infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30
hari paska operasi jika tidak menggunakan implan atau
dalam kurun waktu 1 tahun jika terdapat implan dan
infeksi tersebut memang tampak berhubungan dengan
operasi dan melibatkan suatu bagian anotomi tertentu
(contoh, organ atau ruang) pada tempat insisi yang
dibuka atau dimanipulasi pada saat operasi dengan
setidaknya terdapat salah satu tanda :
1. Keluar cairan purulen dari drain organ dalam
2. Didapat isolasi bakteri dari organ dalam
3. Ditemukan abses
4. Dinyatakan infeksi oleh ahli bedah atau dokter.
Frekuensi
Pengumpulan Data
Periode Analisa
Numerator
Denominator
Sumber Data
Standar
Penanggung jawab
Pengumpul Data
Sensus harian
Setiap 1 bulan
Jumlah kejadian infeksi pada luka operasi dalam 1 bulan.
Jumlah seluruh pasien yang menjalani operasi di RS
Surabaya dalam 1 bulan.
Dokumen Rekam Medik Pasien
1.5%
IPCN
b. ISK
Judul
Dimensi Mutu
Tujuan
Definisi
Operasional
Frekuensi
Pengumpulan Data
Periode Analisa
Numerator
Denominator
Sumber Data
Standar
Penanggung jawab
Pengumpul Data
17
c. IADP
Judul
Dimensi Mutu
Tujuan
Definisi
Operasional
Frekuensi
Pengumpulan Data
Periode Analisa
Numerator
Denominator
Sumber Data
Standar
Penanggung jawab
Pengumpul Data
d. HAP
Judul
Dimensi Mutu
Tujuan
Definisi
Operasional
Frekuensi
Pengumpulan Data
Periode Analisa
Numerator
Denominator
Sumber Data
Standar
Penanggung jawab
Pengumpul Data
e. Phlebitis
18
Judul
Dimensi Mutu
Tujuan
Definisi
Operasional
Frekuensi
Pengumpulan Data
Periode Analisa
Numerator
Denominator
Sumber Data
Standar
Penanggung jawab
Pengumpul Data
Phlebitis
Keselamatan dan kesinambungan pelayanan
Tercapainya keselamatan pasien dari kejadian phlebitis pada
area pemasangan infus.
Phlebitis adalah munculnya tanda peradangan pada daerah
local tusukan infuse. Tanda peradangan meliputi: demam
(>38C), eritema, atau panas pada vaskuler yang terlibat.
Sensus harian
Setiap 1 bulan
Jumlah kejadian phlebitis pada area pemasangan infus.
Jumlah lama hari pemasangan seluruh pasien yang dilakukan
pemasangan infus dalam 1 bulan.
Dokumen Rekam Medik Pasien
1.5%
IPCN
BAB IX
19
PENUTUP
Komite PPI rumah sakit adalah ujung tombak dalam upaya pencegahan dan
pengendalian infeksi di rumah sakit. Program kerja yang dicanangkan memerlukan
support dari top level dan dukungan penuh dari unit kerja terkait melalui koordinasi
dan komunikasi yang efektif.Pencegahan dan pengendalain infeksi di rumah sakit
bukan hanya tanggung jawab Komite PPI tetapi juga tanggung jawab semua pihak
yang secara langsung maupun yang tidak langsung dalam pelayanan kepada pasien.
Direktur RS Rizani
20