UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
a.
b.
c.
d.
b.
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), dan Pasal 23
ayat (2) Undang--Undang Dasar 1945 ;
2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3262);
Mengingat :
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (2), dan Pasal 23 ayat
(2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 sebagaimana telah diubah dengan
Perubahan Pertama Tahun 1999;
2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3262) sebagaimana telah diubah dengan Undangundang Nomor 9 Tahun 1994 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3566)
Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 23A UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3984);
Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA,
MEMUTUSKAN :
Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA,
MEMUTUSKAN :
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Dengan mencabut:
1. Ordonansi Pajak Perseroan 1925 (Staatsblad Tahun
1925 Nomor 319) sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan Undang-undang Nomor 8
Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan
Ordonansi Pajak Perseroan 1925 (Lembaran Negara
Tahun 1970 Nomor 43, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 2940);
2. Ordonansi Pajak Pendapatan, 1944 (Staatsblad
Tahun 1944 Nomor 17) sebagaimana telah beberapa
kali diubah, terakhir dengan Undang-undang Nomor
9 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan
Ordonansi Pajak Pendapatan 1944 (Lembaran
Negara Tahun 1970 Nomor 44, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2941);
3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1967 tentang
Perubahan dan Penyempurnaan, Tata Cara
Pemungutan Pajak Pendapatan 1944, Pajak
Kekayaan 1932, dan Pajak Perseroan 1925
(Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 18,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2827); kecuali
ketentuan-ketentuan
mengenai
tata
cara
pemungutan Pajak Kekayaan;
4. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1970 tentang
Pajak atas Bunga, Dividen dan Royalti 1970
(Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 45,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2942);
Menetapkan :
UNDANG-UNDANG TENTANG KETENTUAN UMUM DAN
TATA CARA PERPAJAKAN.
Bab I
Ketentuan Umum
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS
UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN.
Pasal I
Mengubah beberapa ketentuan dalam Undang-undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan, sebagai berikut :
1. Ketentuan Pasal 1 huruf a sampai dengan huruf d,
huruf g sampai dengan huruf n, huruf q dan huruf s
Menetapkan :
UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN KEDUA
ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983
TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA
PERPAJAKAN.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Undang-undang Nomor 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3262) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
Menetapkan:
UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN KETIGA
ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983
TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA
PERPAJAKAN.
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Pasal 1
Yang dimaksud dalam undang-undang ini dengan:
a. Wajib Pajak adalah orang atau badan yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan;
b. Badan adalah perseroan terbatas, perseroan
komanditer, badan usaha milik Negara atau Daerah
dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan,
perseroan atau perkumpulan lainnya, firma, kongsi,
perkumpulan koperasi, yayasan atau lembaga, dan
bentuk usaha tetap;
1. tetap.
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
6. tetap.
7. tetap.
e. tetap.
9. tetap.
f. tetap.
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
11.
Surat
12. tetap.
13. tetap.
16. tetap.
17. tetap.
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
19. tetap.
18. tetap.
18. tetap.
o. Pajak yang terhutang adalah pajak yang harus dibayar o. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar
pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun
pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak
Pajak atau dalam Bagian Tahun Pajak menurut
atau dalam Bagian Tahun Pajak menurut ketentuan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;
peraturan perundang-undangan perpajakan;
9. tetap.
21. tetap.
23. tetap.
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
22. tetap.
23. tetap.
24. tetap.
25.
Penjelasan Pasal 1:
Dalam pasal ini memuat perumusan mengenai
pengertian istilah perpajakan yang dipergunakan dalam
undang-undang ini.
Dengan adanya pengertian tentang istilah-istilah
tersebut dapat dicegah adanya salah pengertian atau
salah penafsiran dalam melaksanakan pasal-pasal yang
bersangkutan, sehingga dapat mencapai kelancaran
dan kemudahan baik bagi Wajib Pajak maupun bagi
aparatur dalam melaksanakan kewajibannya dan pada
akhirnya dicapai tertibnya administrasi perpajakan.
Pengertian ini diperlukan, karena mengandung hal yang
bersifat teknis dan baku, khususnya dalam bidang
perpajakan.
Sie-Infokum Ditama BinBangKum
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
27.
25. tetap.
27. tetap.
30. tetap.
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
28. tetap.
31. tetap.
30. tetap.
34. tetap.
31. tetap.
35. tetap.
Penjelasan Pasal 1 :
Dalam pasal ini memuat perumusan mengenai
pengertian istilah perpajakan yang dipergunakan dalam
Sie-Infokum Ditama BinBangKum
10
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
32.
Penjelasan Pasal 1 :
Cukup jelas.
11
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Bab II
Nomor Pokok Wajib Pajak,
Surat Pemberitahuan, Dan Tata Cara Pembayaran Pajak
Pasal 2
Setiap Wajib Pajak wajib mendaftarkan dirinya pada
Direktorat Jenderal Pajak dan kepadanya diberikan Nomor
Pokok Wajib Pajak.
Penjelasan :
Semua Wajib Pajak berdasarkan sistem self
assessment harus mendaftarkan dirinya pada
Direktorat Jenderal Pajak untuk dicatat sebagai Wajib
Pajak dan sekaligus untuk mendapatkan Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP).
Nomor Pokok Wajib Pajak tersebut adalah suatu
sarana dalam administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau
identitas Wajib Pajak.Dengan diperolehnya Nomor
Pokok Wajib Pajak, berarti Wajib Pajak telah terdaftar
di Direktorat Jenderal Pajak.
Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak tersebut selain
dipergunakan untuk mengetahui identitas Wajib Pajak
yang sebenarnya, juga berguna untuk menjaga
ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam
pengawasan administrasi perpajakan.Setiap Wajib
Pajak dalam hal yang berhubungan dengan dokumen
perpajakan diharuskan mencantumkan Nomor Pokok
Wajib Pajak yang dimilikinya. Terhadap Wajib Pajak
BAB II
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK, NOMOR PENGUKUHAN
PENGUSAHA KENA PAJAK, SURAT PEMBERITAHUAN,
DAN TATA CARA PEMBAYARAN PAJAK
Pasal 2
(1) tetap.
BAB II
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK, PENGUKUHAN
PENGUSAHA KENA PAJAK, SURAT PEMBERITAHUAN,
DAN TATA CARA PEMBAYARAN PAJAK
Pasal 2
(1) Setiap Wajib Pajak wajib mendaftarkan diri pada
kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat
kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan
Nomor Pokok Wajib Pajak.
Penjelasan :
Semua Wajib Pajak berdasarkan sistem "self
assessment" wajib mendaftarkan diri pada kantor
Direktorat Jenderal Pajak untuk dicatat sebagai Wajib
Pajak dan sekaligus untuk mendapatkan Nomor Pokok
Wajib Pajak.
Kewajiban mendaftarkan diri tersebut berlaku pula
terhadap wanita kawin yang dikenakan pajak secara
terpisah karena hidup terpisah berdasarkan keputusan
hakim atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan
perjanjian pemisahan penghasilan dan harta.
Nomor Pokok Wajib Pajak tersebut adalah suatu
sarana dalam administrasi perpajakan
yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau
identitas Wajib Pajak, oleh karena itu kepada setiap
Wajib Pajak hanya diberikan satu Nomor Pokok Wajib
Pajak. Selain daripada itu, Nomor Pokok Wajib Pajak
juga dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam
Pasal 2
(1) tetap.
Penjelasan :
Semua Wajib Pajak yang telah memenuhi
persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan
perpajakan berdasarkan sistem self assessment,
wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat
Jenderal Pajak untuk dicatat sebagai Wajib Pajak
dan sekaligus untuk mendapatkan Nomor Pokok
Wajib Pajak. Persyaratan subjektif adalah
persyaratan yang sesuai dengan ketentuan
mengenai subjek pajak dalam Undang-Undang Pajak
Penghasilan 1984 dan perubahannya. Persyaratan
objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak yang
menerima atau memperoleh penghasilan atau
diwajibkan
untuk
melakukan
pemotongan/pemungutan sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan
perubahannya.
Kewajiban mendaftarkan diri tersebut berlaku pula
terhadap wanita kawin yang dikenai pajak secara
terpisah karena hidup terpisah berdasarkan
keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis
12
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
(2) tetap.
Penjelasan :
Setiap Pengusaha yang dikenakan Pajak Pertambahan
Nilai berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan, wajib melaporkan usahanya
Sie-Infokum Ditama BinBangKum
13
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
14
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Terhadap Wajib Pajak maupun Pengusaha Kena Pajak
tertentu, Direktur Jenderal Pajak dapat menentukan
kantor Direktorat Jenderal Pajak selain yang
ditentukan dalam ayat (1) dan ayat (2), sebagai
tempat pendaftaran untuk memperoleh Nomor Pokok
Wajib Pajak dan atau Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak.
Selain itu bagi Wajib Pajak orang pribadi pengusaha
tertentu yaitu Wajib Pajak orang pribadi yang
mempunyai tempat usaha tersebar di beberapa
tempat, misalnya pedagang elektronik yang
mempunyai toko di beberapa pusat perbelanjaan, di
samping wajib mendaftarkan diri pada kantor
Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal Wajib Pajak, juga diwajibkan
mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan
usaha Wajib Pajak dilakukan.
Penjelasan :
Terhadap Wajib Pajak maupun Pengusaha Kena Pajak
tertentu, Direktur Jenderal Pajak dapat menentukan
kantor Direktorat Jenderal Pajak selain yang
ditentukan pada ayat (1) dan ayat (2), sebagai tempat
pendaftaran untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib
Pajak dan/atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
Selain itu, bagi Wajib Pajak orang pribadi pengusaha
tertentu, yaitu Wajib Pajak orang pribadi yang
mempunyai tempat usaha tersebar di beberapa tempat,
misalnya pedagang elektronik yang mempunyai toko di
beberapa pusat perbelanjaan, di samping wajib
mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal
Wajib Pajak, juga diwajibkan mendaftarkan diri pada
kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha Wajib Pajak
dilakukan.
(4) tetap.
Penjelasan :
Terhadap Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak
yang tidak memenuhi kewajiban untuk mendaftarkan
diri dan/atau melaporkan usahanya, dapat diterbitkan
Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau Nomor
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan.
Hal ini dapat dilakukan apabila berdasarkan data yang
Sie-Infokum Ditama BinBangKum
Penjelasan :
tetap.
15
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
16
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh
Nomor Pokok Wajib Pajak dan kewajiban melaporkan
usaha untuk memperoleh pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak dibatasi jangka waktunya, karena hal ini
berkaitan dengan saat pajak terutang dan kewajiban
mengenakan
pajak
terutang.
Permohonan
penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau
pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak harus
diselesaikan dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan
sejak tanggal diterimanya permohonan secara
lengkap.
Pengaturan tentang jangka waktu pendaftaran dan
pelaporan tersebut, tata cara pemberian dan
pencabutan Nomor Pokok Wajib Pajak serta
pengukuhan dan pencabutan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak ditetapkan dengan Keputusan Direktur
Jenderal Pajak.
Penjelasan:
Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh
Nomor Pokok Wajib Pajak dan kewajiban
melaporkan usaha untuk memperoleh pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak dibatasi jangka waktunya
karena hal ini berkaitan dengan saat pajak terutang
dan kewajiban mengenakan pajak terutang.
Pengaturan tentang jangka waktu pendaftaran dan
pelaporan tersebut, tata cara pemberian dan
penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak serta
pengukuhan dan pencabutan
Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Penjelasan :
Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh
Nomor Pokok Wajib Pajak dan kewajiban melaporkan
usaha untuk memperoleh Nomor Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak dibatasi jangka waktunya,
karena hal ini berkaitan dengan saat pajak terutang
dan kewajiban mengenakan pajak terutang.
Pengaturan tentang jangka waktu pendaftaran dan
pelaporan tersebut serta tata cara pemberian Nomor
Pokok Wajib Pajak dan Nomor Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
17
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Cukup Jelas.
(7)
Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan
pemeriksaan harus memberikan keputusan atas
permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak
dalam jangka waktu 6 (enam) bulan untuk Wajib
Pajak orang pribadi atau 12 (dua belas) bulan untuk
Wajib Pajak badan, sejak tanggal permohonan
diterima secara lengkap.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
(8) Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas
permohonan Wajib Pajak dapat melakukan
pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
(9)
Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan
pemeriksaan harus memberikan keputusan atas
permohonan pencabutan pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak
tanggal permohonan diterima secara lengkap.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
Pasal 2A
Masa Pajak sama dengan 1 (satu) bulan kalender atau
jangka waktu lain yang diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan paling lama 3 (tiga) bulan kalender.
Sie-Infokum Ditama BinBangKum
18
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Pasal 3
Pasal 3
Pasal 3
Penjelasan :
Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak Pajak
Penghasilan adalah sebagai sarana untuk melaporkan
dan mempertanggung-jawabkan penghitungan jumlah
pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan
tentang :
- pembayaran atau pelunasan pajak yang telah
dilaksanakan sendiri dan/atau melalui pemotongan
atau pemungutan pihak lain dalam satu Tahun Pajak
atau Bagian Tahun Pajak ;
- pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang
pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi
atau badan lain dalam satu Masa Pajak, yang
ditentukan
peraturan
perundang-undangan
perpajakan yang berlaku.
Bagi Pengusaha Kena Pajak fungsi Surat
Pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk
melaporkan
dan
mempertanggungjawabkan
penghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang sebenarnya
terutang dan untuk melaporkan tentang :
- pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak
Keluaran;
- pembayaran atau pelunasan pajak yang telah
dilaksanakan sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak
Penjelasan :
Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak Pajak
Penghasilan adalah sebagai sarana untuk melaporkan
dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah
pajak yang sebenarnya terutang dan untuk
melaporkan tentang:
- pembayaran atau pelunasan pajak yang telah
dilaksanakan sendiri dan atau melalui pemotongan
atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) Tahun
Pajak atau Bagian Tahun Pajak;
- penghasilan yang merupakan obje k pajak dan atau
bukan objek pajak;
- harta dan kewajiban;
- pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang
pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi
atau badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak, yang
ditentukan
peraturan
perundang-undangan
perpajakan yang berlaku.
Bagi Pengusaha Kena Pajak fungsi Surat
Pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk
melaporkan
dan
mempertanggungjawabkan
penghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang
sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:
- pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak
Pasal 3
(1) Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat
Pemberitahuan,
menandatangani,
dan
menyampaikannya ke Direktorat Jenderal Pajak
dalam wilayah Wajib Pajak bertempat tinggal atau
berkedudukan.
Penjelasan :
Fungsi Surat Pemberitahuan (untuk selanjutnya disebut
SPT) adalah sebagai sarana Wajib Pajak untuk
melaporkan
dan
mempertanggungjawabkan
penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terhutang
dan laporan tentang pemenuhan pembayaran pajak
yang telah dilaksanakan sendiri dalam satu Tahun
Pajak atau Bagian Tahun Pajak dan laporan
pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang
pemotongan/pemungutan pajak orang atau badan lain
dalam satu Masa Pajak yang ditentukan oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Setiap Wajib Pajak wajib mengambil sendiri SPT yang
telah disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak,
mengisi, menghitung dan memperhitungkan sendiri
pajak yang terhutang untuk satu Masa Pajak dalam
SPT, dan menyampaikan SPT yang telah diisi dan
ditandatanganinya ke Direktorat Jenderal Pajak dalam
batas waktu yang ditentukan. Yang dimaksud dengan
mengisi SPT adalah, mengisi formulir SPT secara
benar, jelas, lengkap sesuai dengan petunjuk yang
diberikan mengenai penghitungan jumlah pajak yang
terhutang berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan. Pengisian SPT yang tidak benar
yang berakibat timbulnya kerugian bagi negara akan
dikenakan sanksi pidana berdasarkan Pasal 38 dan
(1)
Penjelasan :
Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak Pajak
Penghasilan adalah sebagai sarana untuk melaporkan
dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah
pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan
tentang:
a. pembayaran atau pelunasan pajak yang telah
dilaksanakan sendiri dan/atau melalui pemotongan
atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) Tahun
Pajak atau Bagian Tahun Pajak;
b. penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau
bukan objek pajak;
c. harta dan kewajiban; dan/atau
d.pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang
pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi
atau badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Bagi Pengusaha Kena Pajak, fungsi Surat
Pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk
melaporkan
dan
mempertanggungjawabkan
penghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang sebenarnya
19
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Keluaran;
- pembayaran atau pelunasan pajak yang telah
dilaksanakan sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak
dan atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak,
yang ditentukan oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku;
- bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi Surat
Pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk
melaporkan dan mempertanggung-jawabkan pajak
yang dipotong atau dipungut dan disetorkannya.
Yang dimaksud dengan mengisi Surat Pemberitahuan
adalah mengisi formulir Surat Pemberitahuan dengan
benar, jelas, dan lengkap sesuai dengan petunjuk yang
diberikan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Pengisian Surat Pemberitahuan yang tidak benar yang
mengakibatkan pajak yang terutang kurang dibayar,
akan dikenakan sanksi sesuai peraturan perundangundangan Perpajakan.
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Cukup Jelas.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
(1b) Penandatanganan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat dilakukan secara biasa, dengan tanda
tangan stempel, atau tanda tangan elektronik atau
digital, yang semuanya mempunyai kekuatan hukum
yang sama, yang tata cara pelaksanaannya diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
Penjelasan :
Dalam rangka pelayanan dan kemudahan bagi Wajib
Pajak formulir SPT disediakan pada Kantor-kantor di
ilingkungan Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pos dan
Giro, Kantor Pos Pembantu, dan tempat-tempat lain
yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak dan yang
diperkirakan mudah terjangkau ole h Wajib Pajak.
Penjelasan :
Dalam rangka pelayanan dan kemudahan bagi Wajib
Pajak, formulir Surat Pemberitahuan disediakan pada
kantor-kantor di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak,
Kantor Pos dan Giro, Kantor Pos Pembantu, dan
tempat-tempat lain yang ditentukan oleh Direktur
Jenderal pajak dan yang diperkirakan mudah
terjangkau oleh Wajib Pajak.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
(2) Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (1a) mengambil sendiri Surat Pemberitahuan di
tempat yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak
atau mengambil dengan cara lain yang tata cara
pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.
Penjelasan :
Dalam rangka memberikan pelayanan dan
kemudahan kepada Wajib Pajak, formulir Surat
Pemberitahuan disediakan pada kantor-kantor
Direktorat Jenderal Pajak dan tempat-tempat lain
yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak yang
diperkirakan mudah terjangkau oleh Wajib Pajak. Di
samping itu, Wajib Pajak juga dapat mengambil
Surat Pemberitahuan dengan cara lain, misalnya
dengan mengakses situs Direktorat Jenderal Pajak
21
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Ayat ini mengatur tentang batas waktu pemasukan
SPT. SPT dapat dibedakan menjadi dua, yaitu SPT
Masa untuk melaporkan pembayaran masa yang
dilakukan oleh Wajib Pajak, dan SPT Tahunan untuk
memberitahukan besarnya pajak yang terhutang dari
penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak dalam satu
Tahun Pajak.
Batas waktu tersebut dalam Pasal 3 ayat (3) huruf a
dan b adalah batas waktu terakhir. Batas waktu
tersebut dianggap cukup memadai bagi Wajib Pajak
untuk mempersiapkan segala sesuatu yang
berhubungan dengan pembayaran pajak maupun
penyelesaian pembukuannya.
Penjelasan :
Ayat ini mengatur tentang batas waktu penyampaian
Surat Pemberitahuan yang dianggap cukup memadai
bagi Wajib Pajak untuk mempersiapkan segala sesuatu
yang berhubungan dengan pembayaran pajak maupun
penyelesaian pembukuannya.
22
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Apabila Wajib Pajak baik orang atau Badan ternyata
tidak dapat menyelesaikan/ menyiapkan laporan
keuangan tahunan atau neraca perusahaan beserta
daftar rugi laba dalam jangka waktu tiga bulan benarbenar mengalami kesulitan, karena luasnya kegiatan
usaha dan masalah-masalah teknis pembuatan neraca
atau laporan keuangan sulit untuk memenuhi batas
waktu penyelesaian dan memerlukan kelonggaran dari
Penjelasan :
Apabila Wajib Pajak baik orang pribadi atau badan
ternyata tidak dapat menyampaikan atau menyiapkan
laporan keuangan tahunan atau neraca perusahaan
beserta daftar rugi laba dalam jangka waktu yang
telah ditetapkan pada ayat (3) huruf b karena luasnya
kegiatan usaha dan masalah-masalah teknis
penyusunan neraca atau laporan keuangan, sulit untuk
memenuhi batas waktu penyelesaian dan memerlukan
Penjelasan :
Cukup Jelas.
(4) Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu
penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
untuk paling lama 2 (dua) bulan dengan cara
menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau
dengan cara lain kepada Direktur Jenderal Pajak yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.
Penjelasan :
Apabila Wajib Pajak baik orang pribadi maupun badan
ternyata tidak dapat menyampaikan Surat
Pemberitahuan dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan pada ayat (3) huruf b, atau huruf c karena
23
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
(5) tetap.
(5) tetap.
Penjelasan :
Untuk mencegah usaha penghindaran diri dan/atau
perpanjangan waktu pembayaran pajak yang terutang
dalam satu Tahun Pajak yang harus dibayar sebelum
batas waktu pemasukan Surat Pemberitahuan
Tahunan, perlu ditetapkan persyaratan yang berakibat
pengenaan sanksi administrasi berupa bunga bagi
Wajib Pajak yang ingin memperpanjang waktu
penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan.
Persyaratan tersebut berupa keharusan memberikan
pernyataan tertulis tentang besarnya pajak yang harus
dibayar berdasarkan penghitungan sementara dalam
satu Tahun Pajak, sebagai lampiran surat permohonan
penundaan
kewajiban
penyampaian
Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.
24
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Dalam rangka pembinaan terhadap Wajib Pajak yang
sampai dengan batas waktu yang telah ditentukan
ternyata tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan,
maka terhadap Wajib Pajak yang bersangkutan
diberikan Surat Teguran.
Penjelasan :
Dalam rangka pembinaan terhadap Wajib Pajak yang
sampai dengan batas waktu yang telah ditentukan
ternyata tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan,
terhadap Wajib Pajak yang bersangkutan dapat
diberikan Surat Teguran.
Penjelasan :
Mengingat fungsi Surat Pemberitahuan merupakan
sarana Wajib Pajak untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak
yang terutang dan pembayarannya, maka dalam
rangka keseragaman dan mempermudah pengisian
serta pengadministrasiannya, bentuk dan isi Surat
Pemberitahuan ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pajak. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan sekurang-kurangnya memuat jumlah
peredaran, jumlah penghasilan, jumlah penghasilan
kena pajak, jumlah pajak yang terutang, jumlah kredit
pajak, dan jumlah kekurangan atau kelebihan pajak.
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai
sekurang-kurangnya memuat jumlah Dasar Pengenaan
Pajak, jumlah Pajak Keluaran, jumlah Pajak Masukan
yang dapat dikreditkan, dan jumlah kekurangan atau
kelebihan pajak.
Surat Pemberitahuan harus dilampiri dengan
keterangan dan dokumen yang dapat berupa antara
Penjelasan :
Mengingat fungsi Surat Pemberitahuan merupakan
sarana Wajib Pajak antara lain untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak
dan pembayarannya, maka dalam rangka
keseragaman dan mempermudah pengisian serta
pengadministrasiannya, bentuk dan isi Surat
Pemberitahuan ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan.
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
sekurang-kurangnya memuat jumlah peredaran,
jumlah penghasilan, jumlah Penghasilan Kena Pajak,
jumlah pajak yang terutang, jumlah kredit pajak,
jumlah kekurangan atau kelebihan pajak, serta harta
dan kewajiban di luar kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas bagi Wajib Pajak orang pribadi.
Untuk Wajib Pajak yang wajib melakukan pembukuan
harus dilengkapi dengan laporan keuangan berupa
neraca dan laporan laba rugi serta keteranganketerangan lain yang diperlukan untuk menghitung
Penjelasan :
Mengingat fungsi Surat Pemberitahuan merupakan
sarana Wajib Pajak, antara lain untuk melaporkan dan
mempertanggung-jawabkan penghitungan jumlah pajak
dan pembayarannya, dalam rangka keseragaman dan
mempermudah pengisian serta pengadministrasiannya,
bentuk dan isi Surat Pemberitahuan, keterangan,
dokumen yang harus dilampirkan dan cara yang
digunakan untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
sekurang-kurangnya memuat jumlah peredaran, jumlah
penghasilan, jumlah Penghasilan Kena Pajak, jumlah
pajak yang terutang, jumlah kredit pajak, jumlah
kekurangan atau kelebihan pajak, serta harta dan
kewajiban di luar kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
bagi Wajib Pajak orang pribadi.
25
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Surat Pemberitahuan beserta lampirannya merupakan
satu kesatuan, oleh karena itu apabila Surat
Pemberitahuan disampaikan tidak atau tidak
sepenuhnya dilampiri dengan keterangan dan dokumen
yang diharuskan, maka Surat Pemberitahuan tersebut
dianggap tidak disampaikan.
Penjelasan :
Surat Pemberitahuan yang ditandatangani beserta
lampirannya adalah satu kesatuan yang merupakan
unsur keabsahan Surat Pemberitahuan. Dengan
demikian apabila Surat Pemberitahuan disampaikan
tetapi tidak atau tidak sepenuhnya memenuhi
ketentuan yang diharuskan, maka Surat
Pemberitahuan tersebut dianggap tidak disampaikan.
(7)
Penjelasan :
Surat Pemberitahuan yang ditandatangani beserta
lampirannya adalah satu kesatuan yang merupakan
unsur keabsahan Surat Pemberitahuan. Oleh karena
itu, Surat Pemberitahuan dari Wajib Pajak yang
disampaikan, tetapi tidak dilengkapi dengan lampiran
yang dipersyaratkan, tidak dianggap sebagai Surat
Pemberitahuan dalam administrasi Direktorat Jenderal
Pajak. Dalam hal demikian, Surat Pemberitahuan
tersebut dianggap sebagai data perpajakan.
Sie-Infokum Ditama BinBangKum
26
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
(8) tetap.
Penjelasan :
Pada prinsipnya setiap Wajib Pajak Pajak Penghasilan
diwajibkan menyampaikan Surat Pemberitahuan.
Dengan pertimbangan efisiensi atau pertimbangan
lainnya, Menteri Keuangan dapat menetapkan Wajib
Pajak Pajak Penghasilan yang dikecualikan dari
kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan,
misalnya Wajib Pajak orang pribadi yang menerima
atau memperoleh penghasilan di bawah Penghasilan
Tidak Kena Pajak namun karena kepentingan tertentu
diwajibkan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.
27
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Pasal 4
Pasal 4
Pasal 4
(1) Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan Surat
Pemberitahuan dengan benar, lengkap, jelas, dan
menandatanganinya.
(1) tetap.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
(2) Dalam hal Wajib Pajak adalah Badan, Surat
Pemberitahuan harus ditandatangani oleh pengurus
atau direksi.
(2) tetap.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
(3) Dalam hal Surat Pemberitahuan diisi dan
ditandatangani oleh orang lain bukan Wajib Pajak,
harus dilampiri surat kuasa khusus.
(3) tetap.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
(4) tetap.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
28
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Tata cara penerimaan dan pengolahan Surat
Pemberitahuan memuat hal-hal mengenai antara lain
penelitian kelengkapan, pemberian tanda terima,
pengelompokan Surat Pemberitahuan Lebih Bayar,
Kurang Bayar dan Nihil, prosedur perekaman dan
tindak lanjut pengelolaannya, yang diatur dengan
Keputusan Menteri Keuangan.
Penjelasan :
Tata cara penerimaan dan pengolahan Surat
Pemberitahuan memuat hal-hal mengenai, antara lain,
penelitian kelengkapan, pemberian tanda terima,
pengelompokan Surat Pemberitahuan Lebih Bayar,
Kurang Bayar, dan Nihil, prosedur perekaman dan
tindak lanjut pengelolaannya, yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
29
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Pasal 5
tetap
tetap
tetap
Pasal 6
Pasal 6
(1) tetap.
(1) tetap.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
Pasal 6
(1) Surat Pemberitahuan yang disampaikan langsung oleh
Wajib Pajak ke kantor Direktorat Jenderal Pajak
harus diberi tanggal penerimaan oleh pejabat yang
ditunjuk dan kepada Wajib Pajak diberikan bukti
penerimaan.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
Penjelasan :
Dalam rangka peningkatan pelayanan kepada Wajib
Pajak dan sejalan dengan perkembangan teknologi
informasi, maka perlu cara lain bagi Wajib Pajak untuk
memenuhi
kewajiban
menyampaikan
Surat
Pemberitahuannya selain melalui Kantor Pos dan Giro
secara tercatat. Oleh karena itu, cara lain perlu
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Penjelasan :
Dalam rangka peningkatan pelayanan kepada Wajib
Pajak dan sejalan dengan perkembangan teknologi
informasi, maka perlu cara lain bagi Wajib Pajak
untuk memenuhi kewajiban menyampaikan Surat
Pemberitahuannya selain melalui Kantor Pos secara
tercatat. Oleh karena itu, cara lain perlu diatur
dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
Penjelasan :
Dalam rangka peningkatan pelayanan kepada Wajib
Pajak dan sejalan dengan perkembangan teknologi
informasi, perlu cara lain bagi Wajib Pajak untuk
memenuhi
kewajiban
menyampaikan
Surat
Pemberitahuannya, misalnya disampaikan secara
elektronik.
30
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Cukup Jelas.
Pasal 7
Pasal 7
Penjelasan :
Untuk kepentingan tertib administrasi perpajakan dan
untuk menjaga disiplin Wajib Pajak, bagi Wajib Pajak
yang tidak mematuhi kewajiban formal menyampaikan
SPT sesuai dengan batas waktu yang ditentukan,
dikenakan sanksi berupa denda administrasi yang
ditetapkan sebesar Rp 10.000,-(sepuluh ribu rupiah).
Penjelasan :
Untuk kepentingan tertib administrasi perpajakan dan
untuk menjaga disiplin Wajib Pajak, bagi Wajib Pajak
yang tidak mematuhi kewajiban formal menyampaikan
Surat Pemberitahuan sesuai dengan batas waktu yang
ditentukan, dikenakan sanksi administrasi berupa
denda untuk Surat Pemberitahuan Masa sebesar Rp
25.000,00 (dua puluh lima ribu rupiah) dan untuk
Surat Pemberitahuan Tahunan sebesar Rp 50.000,00
(lima puluh ribu rupiah).
Surat
Penjelasan :
Tanda bukti dan tanggal pengiriman penyampaian
Surat Pemberitahuan melalui Kantor Pos merupakan
bukti penerimaan, sepanjang Surat Pemberitahuan
dimaksud telah lengkap yaitu memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), ayat
(1a), dan ayat (6).
Pasal 7
Penjelasan :
Tanda bukti dan tanggal pengiriman surat untuk
penyampaian Surat Pemberitahuan melalui pos atau
dengan cara lain merupakan bukti penerimaan, apabila
Surat Pemberitahuan dimaksud telah lengkap, yaitu
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (1), ayat (1a), dan ayat (6).
Pasal 7
(1)
Penjelasan :
Untuk kepentingan tertib administrasi perpajakan dan
untuk menjaga disiplin Wajib Pajak, bagi Wajib Pajak
yang dalam batas waktu yang ditentukan tidak
menyampaikan Surat Pemberitahuan, maka dikenakan
sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp
50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) untuk Surat
Pemberitahuan Masa dan sebesar Rp 100.000,00
(seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan
Tahunan.
Penjelasan :
Maksud pengenaan sanksi administrasi berupa denda
sebagaimana diatur pada ayat ini adalah untuk
kepentingan tertib administrasi perpajakan dan
meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi
kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan.
(2) Pengenaan sanksi administrasi berupa denda
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
dilakukan terhadap:
31
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Pasal 8
Pasal 8
(1)
Penjelasan :
Terhadap kekeliruan dalam pengisian Surat
Pemberitahuan yang dibuat oleh Wajib Pajak, masih
terbuka baginya hak untuk melakukan pembetulan
Penjelasan :
Terhadap kekeliruan dalam pengisian Surat
Pemberitahuan yang dibuat oleh Wajib Pajak, masih
terbuka baginya hak untuk melakukan pembetulan
Penjelasan :
Terhadap kekeliruan dalam pengisian SPT yang dibuat
oleh Wajib Pajak, masih terbuka baginya hak untuk
melakukan pembetulan sendiri, dengan syarat Direktur
Jenderal Pajak belum mengetahui tentang adanya
ketidakbenaran dalam SPT yang telah disampaikan
atau belum menugaskan petugasnya untuk memulai
Pasal 8
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
tindakan pemeriksaan.
(1a)
Penjelasan :
Yang dimaksud dengan daluwarsa penetapan adalah
jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya
pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun
Pajak, atau Tahun Pajak, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (1).
(2) Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat
Pemberitahuan yang mengakibatkan hutang pajak
menjadi lebih besar, maka kepadanya dikenakan
sanksi berupa bunga sebesar 2% (dua per-sen)
sebulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar,
(2) tetap.
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Dengan adanya pembetulan sendiri SPT tersebut
membawa akibat penghitungan jumlah pajak yang
terhutang dan jumlah perhitungan pembayaran pajak
menjadi berubah dari jumlah semula. Atas kekurangan
pembayaran pajak sebagai akibat pembetulan tersebut
dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar
2% (dua persen) per bulan.
Bunga yang terhutang atas kekurangan pembayaran
pajak tersebut, dihitung mulai dari berakhirnya batas
waktu penyampaian SPT sampai dengan tanggal
pembayaran karena adanya pembetulan SPT tersebut.
Apabila terdapat kelebihan pembayaran pajak dalam
melakukan pembetulan tersebut, Wajib Pajak dapat
mengajukan permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11.
Penjelasan :
Dengan adanya pembetulan Surat Pemberitahuan atas
kemauan sendiri membawa akibat penghitungan
jumlah pajak yang terutang dan jumlah penghitungan
pembayaran pajak menjadi berubah dari jumlah
semula. Atas kekurangan pembayaran pajak sebagai
akibat pembetulan tersebut dikenakan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen)
perbulan.
Bunga yang terutang atas kekurangan pembayaran
pajak tersebut, dihitung mulai dari berakhirnya batas
waktu penyampaian Surat Pemberitahuan sampai
dengan tanggal pembayaran karena adanya
pembetulan Surat Pemberitahuan tersebut.
Penjelasan :
Dengan adanya pembetulan Surat Pemberitahuan
Tahunan atas kemauan sendiri membawa akibat
penghitungan jumlah pajak yang terutang dan jumlah
penghitungan pembayaran pajak menjadi berubah dari
jumlah semula.
Atas kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat
pembetulan tersebut dikenai sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan.
Bunga yang terutang atas kekurangan pembayaran
pajak tersebut, dihitung mulai dari berakhirnya batas
waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari
bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. Yang dimaksud
dengan 1 (satu) bulan adalah jumlah hari dalam bulan
kalender yang bersangkutan, misalnya mulai dari
tanggal 22 Juni sampai dengan 21 Juli, sedangkan
yang dimaksud dengan bagian dari bulan adalah
jumlah hari yang tidak mencapai 1 (satu) bulan penuh,
misalnya 22 Juni sampai dengan 5 Juli.
(2a) Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat
Pemberitahuan Masa yang mengakibatkan utang
pajak menjadi lebih besar, kepadanya dikenai
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua
persen) per bulan atas jumlah pajak yang kurang
dibayar, dihitung sejak jatuh tempo pembayaran
sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian
dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
34
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
(3) tetap.
(3) tetap.
Penjelasan :
Wajib Pajak yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38 selama belum dilakukan
penyidikan, sekalipun telah dilakukan pemeriksaan
terhadapnya dan Wajib Pajak telah mengungkapkan
kesalahannya dan sekaligus melunasi jumlah pajak
yang sebenarnya terutang beserta sanksi administrasi
berupa denda sebesar dua kali dari jumlah pajak yang
kurang dibayar, maka terhadapnya tidak akan
dilakukan penyidikan.
Namun bilamana telah dilakukan tindakan penyidikan
dan mulainya penyidikan tersebut diberitahukan
kepada Penuntut Umum, maka kesempatan untuk
membetulkan sendiri sudah tertutup bagi Wajib Pajak
yang bersangkutan.
(4) tetap.
(3)
Penjelasan :
Wajib Pajak yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38 selama belum dilakukan
penyidikan, sekalipun telah dilakukan pemeriksaan dan
Wajib Pajak telah mengungkapkan kesalahannya dan
sekaligus melunasi jumlah pajak yang sebenarnya
terutang beserta sanksi administrasi berupa denda
sebesar 150% (seratus lima puluh persen) dari jumlah
pajak yang kurang dibayar, terhadapnya tidak akan
dilakukan penyidikan.
Namun, apabila telah dilakukan tindakan penyidikan
dan mulainya penyidikan tersebut diberitahukan
kepada Penuntut Umum, kesempatan untuk
membetulkan sendiri sudah tertutup bagi Wajib Pajak
yang bersangkutan.
(4) Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah melakukan
pemeriksaan, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak
belum menerbitkan surat ketetapan pajak, Wajib
Pajak
dengan
kesadaran
sendiri
dapat
mengungkapkan dalam laporan tersendiri tentang
ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan yang
telah disampaikan sesuai keadaan yang sebenarnya,
yang dapat mengakibatkan:
a.pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi
35
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
besar; atau
b.rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih
kecil; atau
c.jumlah harta menjadi lebih besar; atau
d.jumlah modal menjadi lebih besar.
Penjelasan :
Walaupun jangka waktu dua tahun sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) telah berakhir dan Direktur
Jenderal Pajak belum menerbitkan surat ketetapan
pajak, kepada Wajib Pajak baik yang telah maupun
yang belum membetulkan Surat Pemberitahuan masih
diberikan kesempatan untuk mengungkapkan
ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan yang
telah disampaikan, yang dapat berupa Surat
Pemberitahuan Tahunan atau Surat Pemberitahuan
Masa untuk tahun-tahun atau masa-masa sebelumnya.
Pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat
Pemberitahuan tersebut terbatas pada hal-hal sebagai
berikut:
a. pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih
besar; atau
b. rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi
lebih kecil; atau
c. jumlah harta menjadi lebih besar; atau
d. jumlah modal menjadi lebih besar.
(5) Pajak yang kurang dibayar yang timbul sebagai akibat
dari pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat
Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar
50 % (lima puluh persen) dari pajak yang kurang
dibayar, harus dilunasi sendiri oleh Wajib Pajak
sebelum laporan tersendiri dimaksud disampaikan.
Penjelasan :
Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah melakukan
pemeriksaan tetapi belum menerbitkan surat ketetapan
pajak, kepada Wajib Pajak baik yang telah maupun
yang belum membetulkan Surat Pemberitahuan masih
diberikan kesempatan untuk mengungkapkan
ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan yang
telah disampaikan, yang dapat berupa Surat
Pemberitahuan Tahunan atau Surat Pemberitahuan
Masa untuk tahun atau masa yang diperiksa.
Pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat
Pemberitahuan tersebut dilakukan dalam laporan
tersendiri dan harus mencerminkan keadaan yang
sebenarnya sehingga dapat diketahui jumlah pajak
yang sesungguhnya terutang. Namun, untuk
membuktikan kebenaran laporan Wajib Pajak tersebut,
proses pemeriksaan tetap dilanjutkan sampai selesai.
(5 ) tetap.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
36
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Pasal 9
(1)
Penjelasan :
Batas waktu pembayaran masa ditentukan oleh
Menteri Keuangan dengan batas waktu tidak boleh
melebihi lima belas hari setelah saat terhutangnya atau
berakhirnya Masa Pajak. Keterlambatan dalam
pembayaran masa tersebut berakibat dikenakannya
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua
persen) per bulan.
Pasal 9
Pasal 9
Pasal 9
Penjelasan :
Batas waktu pembayaran masa ditetapkan oleh
Menteri Keuangan dengan batas waktu tidak boleh
melebihi lima belas hari sejak saat terutangnya atau
berakhirnya Masa Pajak Keterlambatan dalam
pembayaran masa tersebut berakibat dikenakannya
sanksi administrasi sesuai ketentuan yang berlaku.
Penjelasan :
tetap.
Penjelasan :
Batas waktu pembayaran dan penyetoran pajak yang
terutang untuk suatu saat atau Masa Pajak ditetapkan
oleh Menteri Keuangan dengan batas waktu tidak
melampaui 15 (lima belas) hari setelah saat
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak.
Keterlambatan dalam pembayaran dan penyetoran
tersebut berakibat dikenai sanksi administrasi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
38
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf b
Wajib
Pajak
wajib
menyampaikan
Surat
Pemberitahuan Tahunan selambat-lambatnya tiga
bulan setelah akhir Tahun Pajak. Jika pada waktu
pengisian Surat Pemberitahuan tersebut ternyata
masih terdapat kekurangan pembayaran pajak yang
terutang, maka kekurangan pembayaran pajak
tersebut harus dibayar lunas selambat-lambatnya
tanggal dua puluh lima bulan ketiga setelah Tahun
Pajak atau Bagian Tahun Pajak berakhir sebelum Surat
Perr beritahuan Tahunan itu disampaikan.
Misalnya Surat Pemberitahuan harus disampaikan
pada tanggal 31 Maret, kekurangan pembayaran pajak
yang terutang atau setoran akhir harus sudah dilunasi
selambat-lambatnya tanggal 25 Maret, sebelum Surat
Pemberitahuan disampaikan.
Penjelasan :
tetap.
Penjelasan :
Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat(3)huruf b
Wajib Pajak wajib menyampaikan SPT Tahunan dalam
waktu tiga bulan setelah akhir Tahun Pajak.Jika pada
waktu pengisian SPT tersebut ternyata masih terdapat
kekurangan pembayaran pajak yang terhutang, maka
kekurangan pembayaran pajak tersebut harus dibayar
lunas sebelum SPT Tahunan itu disampaikan, misalnya
SPT harus disampaikan pada tanggal 31 Maret,
kekurangan pembayaran pajak yang terhutang atau
setoran terakhir harus sudah dilunasi sebelum SPT
disampaikan.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
Penjelasan :
Ayat ini mengatur pengenaan bunga atas
keterlambatan pembayaran atau penyetoran pajak.
Untuk jelasnya cara penghitungan bunga tersebut
diberikan contoh sebagai berikut:
Penjelasan :
Ayat ini mengatur pengenaan bunga atas
keterlambatan pembayaran atau penyetoran pajak.
Untuk jelasnya cara penghitungan bunga tersebut
diberikan contoh sebagai berikut:
39
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Cukup Jelas.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
(3) Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan, dan Surat Keputusan Keberatan, Surat
Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, serta
Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan
jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus
dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak
tanggal diterbitkan.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
(3a) Bagi Wajib Pajak usaha kecil dan Wajib Pajak di
daerah tertentu, jangka waktu pelunasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
diperpanjang paling lama menjadi 2 (dua) bulan yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
40
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Direktur Jenderal Pajak dapat memperkenankan
penundaan pembayaran pajak yang terhutang,
meskipun tanggal jatuh tempo pembayaran telah
ditentukan. Kelonggaran tersebut diberikan dengan
hati-hati dan terbatas kepada Wajib Pajak yang benarbenar sedang mengalami kesulitan likwiditas
.Dipersyaratkan untuk mendapatkan kelonggaran
tersebut, Wajib Pajak harus mengajukan permohonan
tertulis disertai alasan-alasan yang dapat
dipertanggung-jawabkan dan meyakinkan.
Penjelasan :
Direktur Jenderal Pajak dapat memperkenankan
pengangsuran atau penundaan pembayaran pajak yang
terutang, meskipun tanggal jatuh tempo pembayaran
telah ditentukan. Kelonggaran tersebut diberikan
dengan hati-hati dan terbatas kepada Wajib Pajak
yang benar-benar sedang mengalami kesulitan
likuiditas.
Untuk mendapatkan kelonggaran tersebut, Wajib Pajak
harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
Penjelasan :
Atas permohonan Wajib Pajak, Direktur Jenderal
Pajak dapat memberikan persetujuan untuk
mengangsur atau menunda pembayaran pajak yang
terutang termasuk kekurangan pembayaran Pajak
Penghasilan yang masih harus dibayar dalam Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan, meskipun
tanggal jatuh tempo pembayaran telah ditentukan.
Kelonggaran tersebut diberikan dengan hati-hati
untuk paling lama 12 (dua belas) bulan
dan terbatas kepada Wajib Pajak yang benar-benar
sedang mengalami kesulitan likuiditas.
Penjelasan :
tetap.
(1)
Penjelasan :
Direktorat Jenderal Pajak tidak diperbolehkan
menerima setoran pajak dari Wajib Pajak. Semua
penyetoran pajak-pajak negara, harus disetorkan di Kas
Negara atau tempat-tempat pembayaran lainnya yang
Pasal 10
Pasal 10
Pasal 10
(1)
41
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Dengan adanya penentuan tata cara pembayaran
pajak, penyetoran pajak dan pelaporannya yang akan
ditentukan dengan Peraturan Menteri Keuangan,
demikian juga mengenai tata cara mengangsur dan
menunda pembayaran pajak, diharapkan akan dapat
mempermudah pelaksanaan pembayaran pajak dan
mempermudah penampungan administrasinya.
Penjelasan :
Dengan adanya penentuan tata cara pembayaran
pajak, penyetoran pajak, dan pelaporannya yang
diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan demikian
juga mengenai tata cara mengangsur dan menunda
pembayaran pajak, diharapkan akan dapat
mempermudah pelaksanaan pembayaran pajak dan
administrasinya.
Penjelasan :
Adanya tata cara pembayaran pajak, penyetoran
pajak, dan pelaporannya, serta tata cara mengangsur
dan menunda pembayaran pajak yang diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
diharapkan dapat mempermudah pelaksanaan
pembayaran pajak dan administrasinya.
(2)
42
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Pasal 11
Pasal 11
Pasal 11
Pasal 11
Penjelasan :
Jika setelah diadakan perhitungan jumlah pajak yang
sebenarnya terhutang dengan jumlah pajak yang telah
dibayar menunjukkan jumlah selisih lebih (jumlah pajak
yang telah dibayar lebih besar dari jumlah pajak yang
terhutang), Wajib Pajak berhak untuk meminta
kembali kelebihan pembayaran pajak, dengan catatan
Wajib Pajak tersebut tidak mempunyai hutang pajak
lain.
Dalam hal Wajib Pajak masih mempunyai hutang pajak
lainnya yang belum dilunasi, kelebihan pembayaran
tersebut harus diperhitungkan lebih dahulu dengan
hutang pajak tersebut dan bilamana masih terdapat
sisa lebih, baru dapat dikembalikan kepada Wajib
Pajak. Untuk memperoleh kembali kelebihan
pembayaran tersebut, Wajib Pajak harus mengajukan
permohonan tertentu kepada Direktur Jenderal Pajak
atau pejabat yang ditunjuknya.
Penjelasan :
Jika setelah diadakan penghitungan jumlah pajak yang
sebenarnya terutang dengan jumlah kredit pajak
menunjukkan jumlah selisih lebih (jumlah kredit pajak
lebih besar dari jumlah pajak yang terutang), Wajib
Pajak berhak untuk meminta kembali kelebihan
pembayaran pajak, dengan catatan Wajib Pajak
tersebut tidak mempunyai utang pajak. Dalam hal
Wajib Pajak masih mempunyai utang pajak yang belum
dilunasi, kelebihan pembayaran tersebut harus
diperhitungkan lebih dahulu dengan utang pajak
tersebut dan bilamana masih terdapat sisa lebih, baru
dapat dikembalikan kepada Wajib Pajak.
Yang dimaksud dengan utang pajak adalah utang pajak
untuk semua jenis pajak yang terutang oleh Wajib
Pajak baik pusat maupun cabang--cabangnya.
Untuk memperoleh kembali kelebihan pembayaran
tersebut, Wajib Pajak harus mengajukan permohonan
tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak atau pejabat
yang ditunjuknya.
Penjelasan :
Jika setelah diadakan penghitungan jumlah pajak
yang sebenarnya terutang dengan jumlah kredit pajak
menunjukkan jumlah selisih lebih (jumlah kredit pajak
lebih besar dari jumlah pajak yang terutang) atau
telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak
seharusnya terutang, Wajib Pajak berhak untuk
meminta kembali kelebihan pembayaran pajak,
dengan catatan Wajib Pajak tersebut tidak
mempunyai utang pajak.
Dalam hal Wajib Pajak masih mempunyai utang pajak
yang meliputi semua jenis pajak baik di pusat maupun
cabang-cabangnya, kelebihan pembayaran tersebut
harus diperhitungkan lebih dahulu dengan utang pajak
tersebut dan bilamana masih terdapat sisa lebih, baru
dapat dikembalikan kepada Wajib Pajak.
Penjelasan :
Jika setelah diadakan penghitungan jumlah pajak yang
sebenarnya terutang dengan jumlah kredit pajak
menunjukkan jumlah selisih lebih (jumlah kredit pajak
lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang) atau
telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya
tidak terutang, Wajib Pajak berhak untuk meminta
kembali kelebihan pembayaran pajak, dengan catatan
Wajib Pajak tersebut tidak mempunyai utang pajak.
Dalam hal Wajib Pajak masih mempunyai utang pajak
yang meliputi semua jenis pajak baik di pusat maupun
cabang-cabangnya, kelebihan pembayaran tersebut
harus diperhitungkan lebih dahulu dengan utang pajak
tersebut dan jika masih terdapat sisa lebih,
dikembalikan kepada Wajib Pajak.
43
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
(2)Pengembalian
kelebihan
pembayaran
pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam
jangka waktu satu bulan sejak diterimanya
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak sehubungan diterbitkannya Surat Ketetapan
Pajak Lebih Bayar sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 atau sejak diterbitkannya Surat Ketetapan
Pajak Lebih Bayar sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 B.
Penjelasan :
Untuk menjamin adanya kepastian hukum bagi Wajib
Pajak dan menjamin ketertiban administrasi, batas
waktu pengembalian oleh Direktur Jenderal Pajak
ditetapkan dalam waktu selama-lamanya satu bulan :
a. untuk Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 B, dihitung
sejak tanggal penerbitan;
b. untuk Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, dihitung
sejak tanggal diterimanya permohonan tertulis
tentang pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
(2)
Penjelasan :
Untuk menjamin adanya kepastian hukum bagi Wajib
Pajak dan menjamin ketertiban administrasi, batas
waktu pengembalian oleh Direktur Jenderal Pajak
ditetapkan paling lama 1 (satu) bulan:
a. untuk Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, dihitung
sejak tanggal diterimanya permohonan tertulis
tentang pengembalian kelebihan pembayaran pajak;
b. untuk Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B, dihitung
sejak tanggal penerbitan;
c. untuk Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan
Kelebihan Pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17C, dihitung sejak tanggal penerbitan;
sampai dengan saat Surat Perintah Membayar
Kelebihan Pajak diterbitkan.
(2)
Penjelasan :
Untuk menjamin kepastian hukum bagi Wajib Pajak dan
ketertiban administrasi, batas waktu pengembalian
kelebihan pembayaran pajak ditetapkan paling lama 1
(satu) bulan:
a. untuk Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1),
44
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
b.
c.
d.
e.
f.
(3) tetap.
(3) tetap.
45
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Untuk terciptanya keseimbangan hak dan kewajiban
bagi Wajib Pajak dengan kecepatan
pelayanan oleh Direktorat Jenderal Pajak, ayat ini
menentukan, bahwa atas setiap kelambatan dalam
pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari jangka
waktu tersebut pada ayat(2), kepada Wajib Pajak yang
bersangkutan diberikan imbalan oleh Pemerintah
berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan,
dihitung sejak saat berlakunya batas waktu satu bulan
sampai saat dilakukan pembayaran. Yang dimaksud
dengan saat dilakukan pembayaran kelebihan
pembayaran pajak adalah saat Surat Perintah
Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP) diterbitkan.
(4) Tata cara perhitungan dan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak diatur lebih lanjut oleh Menteri
Keuangan.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
Bab III
Penetapan Dan Ketetapan Pajak
Pasal 12
Pasal 12
Penjelasan :
Pada prinsipnya pajak terhutang pada saat timbulnya
obyek pajak yang dapat dikenakan, pajak.Saat
terhutangnya pajak tersebut adalah :
a. Pada Suatu Saat, untuk Pajak Penghasilan yang
dipotong oleh pihak ketiga;
Penjelasan :
Pada prinsipnya pajak terutang pada saat timbulnya
objek pajak yang dapat dikenakan pajak, namun untuk
kepentingan administrasi perpajakan saat terutangnya
pajak tersebut adalah:
a. pada suatu saat, untuk Pajak Penghasilan yang
Sie-Infokum Ditama BinBangKum
Pasal 12
(1) tetap.
46
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
b.
(2)
Penjelasan :
Dengan ketentuan ini dimaksudkan, bahwa Wajib
Pajak yang telah menghitung dan membayar besarnya
pajak yang terutang secara benar berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,
Penjelasan :
Ketentuan ini mengatur bahwa kepada Wajib Pajak
yang telah menghitung dan membayar besarnya pajak
yang terutang secara benar sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan, serta
47
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Apabila diketahui kemudian, berdasarkan hasil
pemeriksaan atau berdasarkan keterangan lain,
bahwa pajak yang dihitung dan dilaporkan dalam
Surat Pemberitahuan yang bersangkutan tidak benar,
misalnya pembebanan biaya ternyata melebihi yang
sebenarnya, maka Direktur Jenderal Pajak
menetapkan besarnya pajak yang terutang
sebagaimana mestinya menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Pasal 13
Pasal 13
Pasal 13
(1)
NO.
c.
d.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Teguran;
apabila berdasarkan hasil pemeriksaan
mengenai Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
ternyata tidak seharusnya dikompensasikan
selisih lebih pajak, tidak seharusnya dikenakan
tarif 0% (nol persen), atau tidak seharusnya
diberikan pengembalian pajak;
apabila kewajiban tidak dipenuhi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 dan Pasal 29,
sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak
yang terhutang.
Penjelasan :
Ketentuan ayat ini memberi wewenang kepada
Direktur Jenderal Pajak untuk dapat menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak, yang pada hakekatnya hanya
terhadap kasus-kasus tertentu seperti tersebut dalam
ayat ini, atau tegasnya hanya terhadap Wajib Pajak
tertentu yang nyata-nyata atau berdasarkan hasil
penelitian dan pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban
formal dan kewajiban material.
Wewenang yang diberikan oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan kepada Direktur
Jenderal Pajak untuk melakukan koreksi fiskal
tersebut, dibatasi sampai dengan kurun waktu lima
tahun saja.
Menurut ketentuan ayat (1) huruf a, Surat Ketetapan
Pajak baru diterbitkan bilamana Wajib Pajak tidak
membayar pajak sebagaimana mestinya menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Diketahuinya bahwa Wajib Pajak tidak atau kurang
membayar pajak, adalah karena dilakukan pemeriksaan
terhadap Wajib Pajak yang bersangkutan dan dari hasil
pemeriksaan itu diketahui bahwa Wajib Pajak kurang
membayar dari jumlah yang seharusnya terhutang.
Pemeriksaan dapat dilakukan di tempat Wajib Pajak
dengan sifat pemeriksaan buku lengkap atau melalui
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
51
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Ayat ini mengatur sanksi administrasi perpajakan yang
dikenakan kepada Wajib Pajak,karena melanggar
kewajiban perpajakan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf a. Sanksi administrasi perpajakan dalam
ayat ini berupa sanksi bunga yang dituangkan dalam
Surat Ketetapan Pajak.
Penjelasan :
Ayat ini mengatur sanksi administrasi perpajakan yang
dikenakan kepada Wajib Pajak karena melanggar
kewajiban perpajakan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a. Sanksi administrasi perpajakan
tersebut berupa bunga sebesar 2% (dua persen)
dituangkan dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar.
Sanksi administrasi berupa bunga, dihitung dari jumlah
pajak yang tidak atau kurang dibayar dan bagian dari
bulan dihitung satu bulan.
(3) tetap.
52
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Ayat ini mengatur sanksi administrasi dari suatu
Ketetapan Pajak, karena melanggar kewajiban
perpajakan, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf b, huruf c, dan huruf d. Sanksi administrasi
demikian berupa "kenaikan", yaitu suatu jumlah
proporsional yang harus ditambahkan pada jumlah
pajak yang harus ditagih.
Besarnya sanksi administrasi berupa kenaikan berbedabeda menurut jenis pajaknya yaitu
untuk jenis Pajak Penghasilan yang dibayar sendiri oleh
Wajib Pajak sanksi kenaikan sebesar 50%(lima puluh
persen), untuk jenis Pajak Penghasilan yang dipotong
oleh orang/badan lain sanksi kenaikan sebesar 100%
(seratus persen), sedangkan untuk jenis Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah sanksi kenaikan sebesar
100%(seratuspersen).
(4) Jumlah Pajak Penghasilan yang dipotong dan
dipungut oleh pihak ketiga untuk satu Tahun Pajak,
jumlah Pajak Penghasilan yang dibayar sendiri, pajak
yang ditagih dalam Surat Tagihan Pajak untuk
Tahun Pajak tersebut, sera pajak atas penghasilan
yang dibayar atau terhutang di luar negeri untuk
Tahun Pajak yang bersangkutan, dikreditkan dari
jumlah Pajak Penghasilan yang terhutang dalam
Surat Ketetapan Pajak.
dihapus
Penjelasan :
Yang dimaksud dengan pajak yang "dikreditkan" ialah
jumlah pengurangan pajak yang terdiri dari:
1. pajak yang dipotong oleh pihak ketiga;
2. pajak yang dipungut oleh pihak ketiga;
3. pajak yang dibayar sendiri;
4. pajak yang ditagih dalam Surat Tagihan Pajak (STP);
5.pajak yang terhutang di luar negeri.Jumlah
pengurangan tersebut dikurangkan dari pajak yang
Sie-Infokum Ditama BinBangKum
53
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
terhutang.
(5) Sanksi administrasi berupa bunga, denda
administrasi, dan kenaikan, tidak dapat dikreditkan
dari jumlah pajak yang terhutang.
dihapus
Penjelasan :
Sanksi administrasi berupa bunga, denda administrasi,
dan kenaikan, tidak dapat diperhitungkan atau
dikreditkan terhadap jumlah pajak terhutang. Dengan
demikian, 1 dalam hal akan dilakukan perhitungan atau
pengembalian kelebihan pembayaran pajak, jumlah
sanksi administrasi perpajakan yang telah dibayar
harus dikeluarkan lebih dahulu dari jumlah kelebihan
pembayaran yang akan diterima oleh Wajib Pajak.
(6) Besarnya pajak yang terhutang dalam suatu Tahun
Pajak yang diberitahukan oleh Wajib Pajak dalam
Surat Pemberitahuan Tahunan, menjadi pasti
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, apabila dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak
diterbitkan Surat Ketetapan Pajak.
Penjelasan :
Untuk memberikan kepastian dan jaminan hukum bagi
para Wajib Pajak, berkenaan dengan pelaksanaan
pemungutan pajak dengan sistem "self assessment",
maka apabila dalam waktu lima tahun sejak saat
terhutangnya pajak, berakhirnya Masa Pajak, Bagian
Tahun Pajak atau berakhirnya Tahun Pajak, Direktorat
Jenderal Pajak tidak juga menerbitkan Surat Ketetapan
Pajak, maka jumlah pembayaran pajak yang
diberitahukan dalam SPT Masa atau SPT Tahunan
pada hakekatnya telah menjadi tetap dengan
sendirinya atau telah menjadi pasti karena hukum
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Dalam hal Wajib Pajak, dipidana karena melakukan
tindak pidana di bidang perpajakan
mengenai pajak yang penagihannya telah lewat waktu,
berdasarkan putusan Pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap Surat Ketetapan
Pajak masih dibenarkan untuk diterbitkan, meskipun
jangka waktu lima tahun sebagaimana ditentukan
dalam ayat (1) telah dilampaui. Dengan adanya putusan
Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap tersebut, terungkap adanya data fiskal yang
selama itu sengaja tidak dilaporkan oleh Wajib Pajak.
Penjelasan :
Dalam hal Wajib Pajak dipidana karena melakukan
tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan
putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
masih dibenarkan untuk diterbitkan, ditambah sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 48% (empat puluh
delapan persen) dari jumlah pajak yang tidak atau
kurang dibayar meskipun jangka waktu sepuluh tahun
sebagaimana ditentukan pada ayat (1) dilampaui.
Dengan adanya putusan Pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap tersebut,
terungkap adanya data fiskal yang selama itu sengaja
tidak dilaporkan oleh Wajib Pajak.
Penjelasan :
Apabila terhadap Wajib Pajak dilakukan penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan, untuk menentukan
kerugian pada pendapatan negara, atas jumlah pajak
yang terutang belum dikeluarkan surat ketetapan
pajak.
Untuk mengetahui bahwa Wajib Pajak memang benarbenar melakukan tindak pidana di bidang perpajakan,
harus dibuktikan melalui proses pengadilan yang dapat
membutuhkan waktu lebih dari 5 (lima) tahun.
Kemungkinan dapat terjadi bahwa Wajib Pajak yang
disidik oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil, tetapi oleh
penuntut umum tidak dituntut berdasarkan sanksi
pidana perpajakan, misalnya Wajib Pajak yang dijatuhi
pidana oleh pengadilan karena melakukan
penyelundupan yang dalam putusan pengadilan
tersebut menunjukkan adanya suatu jumlah objek
pajak yang belum dikenai pajak.
Oleh karena itu, dalam rangka memperoleh kembali
pajak yang terutang tersebut, dalam hal Wajib Pajak
dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
55
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
56
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Pasal 14
Pasal 14
Pasal 14
Pasal 14
Penjelasan :
Cukup Jelas.
57
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Cukup Jelas.
(2) tetap.
(2) tetap.
(2) tetap.
Penjelasan :
Surat Tagihan Pajak menurut ayat ini dipersamakan
kekuatan hukumnya dengan Surat Ketetapan Pajak,
sehingga dalam hal penagihannya dapat juga dilakukan
dengan Surat Paksa.
58
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Ayat ini mengatur pengenaan sanksi administrasi
berupa bunga atas Surat Tagihan Pajak yang
diterbitkan karena :
- penelitian Surat Pemberitahuan yang menghasilkan
pajak kurang dibayar karena terdapat salah tulis
dan/atau salah hitung;
- Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau
kurang dibayar.
Penjelasan :
Ayat ini mengatur pengenaan sanksi administrasi
berupa bunga atas Surat Tagihan Pajak yang
diterbitkan karena:
- penelitian Surat Pemberitahuan yang menghasilkan
pajak kurang dibayar karena terdapat salah tulis
dan atau salah hitung;
- Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau
kurang dibayar.
Penjelasan :
Apabila Pengusaha Kena Pajak tidak melaporkan
kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak, maka ia telah melanggar
kewajibannya dengan itikad tidak baik dan melalaikan
kepercayaan yang telah diberikan kepadanya. Oleh
karena itu selain harus menyetor pajak terutang
dengan tidak diperkenankan memperhitungkan Pajak
Masukan, Pengusaha Kena Pajak juga dikenakan
sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua
persen) dari Dasar Pengenaan Pajak yang timbul
sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak. Di samping itu berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan ditetapkan
bahwa Faktur Pajak hanya boleh dibuat oleh
Pengusaha Kena Pajak. Larangan membuat Faktur
Pajak oleh bukan Pengusaha Kena Pajak dimaksudkan
Penjelasan :
Apabila Pengusaha Kena Pajak tidak melaporkan
kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak, maka ia telah melanggar
kewajibannya dengan itikad tidak baik dan melalaikan
kepercayaan yang telah diberikan kepadanya. Oleh
karena itu selain harus menyetor pajak terutang
dengan tidak diperkenankan memperhitungkan Pajak
Masukan, Pengusaha Kena Pajak juga dikenakan
sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua
persen) dari Dasar Pengenaan Pajak yang timbul
sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak. Di samping itu berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan ditetapkan
bahwa Faktur Pajak hanya boleh dibuat oleh
Pengusaha Kena Pajak. Larangan membuat Faktur
Pajak oleh bukan Pengusaha Kena Pajak dimaksudkan
59
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Pasal 15
Pasal 15
Pasal 15
60
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Untuk menampung kemungkinan terjadinya suatu Surat
Ketetapan Pajak yang ternyata telah ditetapkan lebih
rendah, atau telah dilakukan pengembalian pajak yang
tidak seharusnya,atau pada waktu dilakukan
penetapan dalam bentuk Keputusan Kelebihan
Pembayaran Pajak, atau penerbitan Surat
Pemberitaan, undang-undang ini masih memberikan
wewenang kepada Direktur Jenderal Pajak untuk
menerbitkan Ketetapan Pajak Tambahan dalam jangka
waktu lima tahun sesudah saat terhutang pajak,
berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau
Tahun Pajak. Surat Ketetapan Pajak Tambahan
merupakan koreksi atas Surat Ketetapan Pajak
sebelumnya. Surat Ketetapan Pajak Tambahan baru
diterbitkan apabila sebelumnya telah pernah
diterbitkan Surat Ketetapan Pajak.Dengan perkataan
lain Surat Ketetapan Pajak Tambahan tidak akan
mungkin diterbitkan sebelum didahului dengan
penerbitan Surat Ketetapan Pajak. Ayat ini tidak hanya
mensyaratkan harus adanya data baru (novum) dalam
penerbitan Surat Ketetapan Pajak Tambahan.
Dalam hal masih ditemukan lagi data yang belum
terungkap pada saat diterbitkannya Surat Ketetapan
Pajak Tambahan, atau baru diketahui, kemudian oleh
Direktur Jenderal Pajak,Surat Ketetapan Pajak
Tambahan masih dapat diterbitkan lagi.
Penjelasan:
Untuk menampung kemungkinan terjadinya suatu
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar yang ternyata
telah ditetapkan lebih rendah atau telah dilakukan
pengembalian pajak yang tidak seharusnya
sebagaimana telah ditetapkan dalam Surat Ketetapan
Pajak Lebih Bayar, atau pajak yang terutang dalam
suatu Surat Ketetapan Pajak Nihil ditetapkan lebih
rendah, Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan dalam jangka waktu sepuluh tahun sesudah
saat terutangnya pajak, berakhirnya Masa Pajak,
Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
merupakan koreksi atas ketetapan pajak sebelumnya.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan baru
diterbitkan apabila telah pernah diterbitkan ketetapan
pajak. Dengan perkataan lain Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan tidak akan mungkin
diterbitkan sebelum didahului dengan penerbitan
ketetapan pajak. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan dilakukan dengan syarat
adanya data baru (novum) dan/atau data yang semula
belum terungkap yang menyebabkan penambahan
pajak yang terutang dalam surat ketetapan pajak
sebelumnya. Sejalan dengan itu maka setelah Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar diterbitkan sebagai
akibat telah lewat waktu dua belas bulan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan diterbitkan
hanya dalam hal ditemukan data baru dan/atau data
yang semula belum terungkap. Dalam hal masih
ditemukan lagi data yang semula belum terungkap
pada saat diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan, dan/atau data baru yang
diketahui kemudian oleh Direktur Jenderal Pajak, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan masih dapat
Penjelasan :
Untuk menampung kemungkinan terjadinya suatu
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar yang ternyata
telah ditetapkan lebih rendah atau telah dilakukan
pengembalian pajak yang tidak seharusnya
sebagaimana telah ditetapkan dalam Surat Ketetapan
Pajak Lebih Bayar, atau pajak yang terutang dalam
suatu Surat Ketetapan Pajak Nihil ditetapkan lebih
rendah, Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun
sesudah saat terutangnya pajak, berakhirnya Masa
Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
merupakan koreksi atas ketetapan pajak sebelumnya.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan baru
diterbitkan apabila telah pernah diterbitkan ketetapan
pajak. Dengan perkataan lain Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan tidak akan mungkin
diterbitkan sebelum didahului dengan penerbitan
ketetapan pajak.
Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan dilakukan dengan syarat adanya data baru
(novum) dan atau data yang semula belum terungkap
yang menyebabkan penambahan pajak yang terutang
dalam surat ketetapan pajak sebelumnya. Sejalan
dengan itu maka setelah Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar diterbitkan sebagai akibat telah lewat waktu
12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17B, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan diterbitkan hanya dalam hal ditemukan
data baru dan atau data yang semula belum
terungkap.
Dalam hal masih ditemukan lagi data yang semula
belum terungkap pada saat diterbitkannya Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan atau
data baru yang diketahui kemudian oleh Direktur
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
diterbitkan lagi.
Yang dimaksud dengan data baru adalah data yang
belum dilaporkan oleh Wajib Pajak dalam Surat
Pemberitahuan, sedangkan data yang semula belum
terungkap adalah data yang sudah dilaporkan oleh
Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan namun tidak
diungkapkan secara jelas.
Sebagai contoh dari data yang semula belum
terungkap antara lain adalah sumbangan yang
diperhitungkan sebagai biaya umum dengan tidak
disertai rinciannya, sehingga tidak dapat diketahui
bahwa sumbangan tersebut sebenarnya tidak dapat
dikurangkan sebagai biaya berdasarkan ketentuan
yang berlaku.
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Cukup Jelas.
Penjelasan :
Dalam hal setelah diterbitkan ketetapan pajak
ternyata masih ditemukan data baru dan/atau data
yang belum terungkap yang belum diperhitungkan
sebagai dasar penetapan tersebut, maka atas pajak
yang kurang dibayar ditagih dengan Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan ditambah sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus
persen) dari pajak yang kurang dibayar.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
(2) tetap.
(3) tetap.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
(4) tetap.
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Dalam hal Wajib Pajak dipidana karena melakukan
tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan
putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan masih dibenarkan untuk diterbitkan,
ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar
48% (empat puluh delapan persen) dari jumlah pajak
yang tidak atau kurang dibayar, meskipun jangka
waktu sepuluh tahun sebagaimana ditentukan pada
ayat (1) dilampaui.
Penjelasan :
Dalam hal Wajib Pajak dipidana karena melakukan
tindak pidana yang dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara berupa pajak berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
tetap dapat diterbitkan, ditambah sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 48% (empat puluh delapan
persen) dari jumlah pajak yang tidak atau kurang
dibayar meskipun jangka waktu 5 (lima) tahun
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampaui.
-
Pasal 16
Pasal 16
Pasal 16
Pasal 16
(1)
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Apabila terjadi kesalahan tulis, kesalahan hitung atau
kekeliruan dalam surat ketetapan pajak seperti salah
ketik, salah dalam jumlah, salah penerapan tarif,
Direktur Jenderal Pajak
secara jabatan atau atas permintaan Wajib Pajak,
dapat
membetulkan
Surat
Ketetapan
Pajak/SuratKetetapan Pajak Tambahan yang salah
atau keliru tersebut.
Pengertian membetulkan dalam ayat ini bisa berarti
menambah, atau mengurangkan atau menghapuskan,
tergantung pada sifat kesalahan atau kekeliruannya.
Penjelasan :
Pembetulan ketetapan pajak menurut pasal ini
dilaksanakan dalam rangka menjalankan tugas
pemerintahan yang baik, sehingga apabila terdapat
kesalahan atau kekeliruan yang bersifat manusiawi
dalam suatu ketetapan pajak perlu dibetulkan
sebagaimana mestinya. Sifat kesalahan atau
kekeliruan tersebut tidak mengandung persengketaan
antara fiskus dan Wajib Pajak.
Apabila kesalahan atau kekeliruan ditemukan baik oleh
fiskus atau berdasarkan permohonan Wajib Pajak
maka kesalahan atau kekeliruan tersebut harus
dibetulkan. Surat ketetapan pajak yang salah atau
keliru yang dapat dibetulkan tersebut adalah Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar, dan Surat Ketetapan Pajak Nihil selain itu
dapat juga dibetulkan Surat Tagihan Pajak yang salah
atau keliru. Ruang lingkup pembetulan yang diatur
dalam pasal ini terbatas pada surat ketetapan pajak
atau Surat Tagihan Pajak yang salah sebagai akibat
dari :
a. Kesalahan tulis, yaitu antara lain kesalahan yang
dapat berupa nama, alamat, Nomor Pokok Wajib
Pajak, Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak,
Nomor Surat Ketetapan Pajak, Jenis Pajak, Masa
atau Tahun Pajak, dan tanggal jatuh tempo;
b. Kesalahan hitung, yaitu kesalahan yang berasal
dari penjumlahan dan/atau pengurangan dan/atau
perkalian dan/atau pembagian suatu bilangan ;
c. Kekeliruan dalam penerapan ketentuan
peraturanperundang-undangan, perpajakan, yaitu
kekeliruan dalam penerapan tarif, kekeliruan
penerapan persentase Norma Penghitungan,
kekeliruanpenerapan
sanksi
administrasi,
kekeliruan Penghasilan Tidak Kena Pajak, dan
kekeliruan dalam pengkreditan.
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
i.
66
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Dalam hal batas waktu 12 (dua belas) bulan terlewati
dan Direktur Jenderal Pajak belum
memberikan keputusannya, permohonan Wajib Pajak
dianggap dikabulkan untuk hal-hal yang
dimohonkannya.
Dengan dianggap dikabulkannya permohonan Wajib
Pajak, Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat
Keputusan Pembetulan sesuai dengan permohonan
Wajib Pajak. Atas hal-hal yang dianggap dikabulkan
tidak dapat lagi dimohonkan pembetulan.
Penjelasan :
Dalam hal batas waktu 6 (enam) bulan terlampaui,
tetapi Direktur Jenderal Pajak belum memberikan
keputusan, permohonan Wajib Pajak dianggap
dikabulkan.
Dengan dianggap dikabulkannya permohonan Wajib
Pajak, Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat
Keputusan Pembetulan sesuai dengan permohonan
Wajib Pajak.
67
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Pasal 17
Pasal 17
Pasal 17
Pasal 17
NO.
Penjelasan :
Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak
(SKKPP) dapat diterbitkan, setelah oleh Direktur
Jenderal Pajak diadakan penelitian atau
pemeriksaan dengan maksud untuk memastikan
dan memberikan keyakinan, bahwa memang
benar-benar terdapat kelebihan pembayaran atas
jumlah pajak yang terhutang.
Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak
tersebut harus diterbitkan dalam jangka waktu
paling lama dua belas bulan setelah surat
permohonan diterima. Dengan batas waktu
tersebut, selain memperhatikan kepentingan
kepastian hukum bagi Wajib Pajak, juga
dimaksudkan pula untuk kepentingan tertib
administrasi perpajakan.
b.
Penjelasan :
Surat Pemberitaan dapat diterbitkan setelah
oleh Direktur Jenderal Pajak diadakan
tetap.
Penjelasan :
Menurut ketentuan pasal ini Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar diterbitkan, apabila :
a. untuk Pajak Penghasilan, jumlah kredit pajak lebih
besar dari jumlah pajak yang terutang, atau telah
dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak
terutang;
b. untuk Pajak Pertambahan Nilai, jumlah kredit pajak
lebih besar dari jumlah pajak yang terutang, atau
telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya
tidak terutang. Apabila terdapat pajak terutang
yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan
Nilai, maka yang dimaksud dengan jumlah yang
terutang adalah jumlah Pajak Keluaran setelah
dikurangi pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak
Pertambahan Nilai tersebut ;
c. untuk Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, jumlah
pajak yang dibayar lebih besar dari jumlah pajak
yang terutang atau telah dilakukan pembayaran
pajak yang tidak seharusnya terutang.
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar tersebut
diterbitkan setelah dilakukan pemeriksaan atas Surat
Pemberitahuan yang disampaikan Wajib Pajak yang
menyatakan kurang bayar, nihil, atau lebih bayar yang
tidak disertai dengan permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak (permohonan restitusi).
Apabila Wajib Pajak setelah menerima Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar dan menghendaki
pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi),
Sie-Infokum Ditama BinBangKum
(1)
Penjelasan :
Menurut ketentuan ayat ini Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar diterbitkan untuk:
a. Pajak Penghasilan apabila jumlah kredit pajak lebih
besar daripada jumlah pajak yang terutang;
b. Pajak Pertambahan Nilai apabila jumlah kredit pajak
lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang.
Jika terdapat pajak yang dipungut oleh Pemungut
Pajak Pertambahan Nilai, jumlah pajak yang
terutang dihitung dengan cara jumlah Pajak
Keluaran dikurangi dengan pajak yang dipungut oleh
Pemungut Pajak Pertambahan Nilai tersebut; atau
c. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah apabila jumlah
pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah
pajak yang terutang.
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar tersebut
diterbitkan setelah dilakukan pemeriksaan atas Surat
Pemberitahuan yang disampaikan Wajib Pajak yang
menyatakan kurang bayar, nihil, atau lebih bayar yang
tidak disertai dengan permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak.
Apabila Wajib Pajak setelah menerima Surat Ketetapan
Pajak Lebih Bayar dan menghendaki pengembalian
kelebihan pembayaran pajak, wajib mengajukan
permohonan tertulis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (2).
68
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Pasal 17A
Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan,
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Nihil apabila jumlah
kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar sama dengan
jumlah pajak yang terutang,atau pajak tidak terutang dan
tidak ada kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak.
tetap.
Pasal 17A
(1) tetap.
Penjelasan :
Menurut ketentuan pasal ini Surat Ketetapan Pajak
Nihil diterbitkan apabila :
Sie-Infokum Ditama BinBangKum
69
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Pasal 17B
(1)Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan
pemeriksaan atas permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak harus menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak selambat-lambatnya dua belas bulan
sejak surat permohonan diterima, kecuali untuk
kegiatan tertentu ditetapkan lain oleh Direktur
Jenderal Pajak.
Penjelasan :
Terhadap permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak harus diterbitkan surat ketetapan
pajak selambat-lambatnya dua belas bulan sejak surat
permohonan diterima secara lengkap, dalam arti
(1)
Penjelasan :
Pasal 17B
(1)
Penjelasan :
Yang dimaksud dengan surat permohonan telah
diterima secara lengkap adalah Surat Pemberitahuan
70
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
(2) tetap.
(2) tetap.
71
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
(3) tetap.
(3) tetap.
Penjelasan :
Dalam hal Direktur Jenderal Pajak terlambat
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar maka
oleh Pemerintah diberikan imbalan bunga sebesar 2%
(dua persen) per bulan kepada Wajib Pajak, dihitung
sejak berakhirnya jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) sampai dengan saat Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar diterbitkan, bagian dari
bulan dihitung satu bulan.
(4) Apabila pemeriksaan bukti permulaan tindak pidana di
bidang perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1a) tidak dilanjutkan dengan penyidikan; dilanjutkan
dengan penyidikan, tetapi tidak dilanjutkan dengan
penuntutan tindak pidana di bidang perpajakan; atau
dilanjutkan dengan penyidikan dan penuntutan tindak
Sie-Infokum Ditama BinBangKum
72
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Pasal 17C
Pasal 17C
Penjelasan :
Terhadap permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak untuk Wajib Pajak dengan kriteria
tertentu setelah dilakukan penelitian harus diterbitkan
Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan
Kelebihan Pajak paling lambat:
a. 3 (tiga) bulan untuk Pajak Penghasilan;
b. 1 (satu) bulan untuk Pajak Pertambahan Nilai;
sejak permohonan diterima secara lengkap, dalam
arti bahwa Surat Pemberitahuan telah diisi lengkap
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), ayat
Sie-Infokum Ditama BinBangKum
Penjelasan :
Terhadap permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak untuk Wajib Pajak dengan kriteria
tertentu setelah dilakukan penelitian harus diterbitkan
Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan
Pajak paling lama:
a.3 (tiga) bulan untuk Pajak Penghasilan
b.1 (satu) bulan untuk Pajak Pertambahan Nilai.
sejak permohonan diterima secara lengkap, dalam arti
bahwa Surat Pemberitahuan telah diisi lengkap
73
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Yang dimaksud dengan kriteria tertentu antara lain:
1. Kepatuhan Wajib Pajak yang meliputi penyampaian
Surat Pemberitahuan, tidak mempunyai
tunggakan pajak;
2. Laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik
dengan pendapat wajar tanpa pengecualian;
3. Penghitungan jumlah peredaran usaha dan
pajaknya mudah diketahui karena berkaitan
dengan aturan Pemerintah lainnya, seperti
peredaran usaha dan Pajak Pertambahan Nilai
atas produsen rokok diketahui dari pelaksanaan
cukai.
(3) Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan dengan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
(3) tetap.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
(4) Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan pemeriksaan
terhadap Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), dan menerbitkan surat ketetapan pajak,
setelah melakukan pengembalian pendahuluan
kelebihan pajak.
(4) tetap.
74
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Direktur Jenderal Pajak menerbitkan surat ketetapan
pajak dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun setelah
melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang
telah memperoleh pengembalian pendahuluan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Surat
ketetapan pajak tersebutdapat berupa Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, atau Surat Ketetapan
Pajak Lebih Bayar, atau Surat Ketetapan Pajak Nihil.
(5) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (4), Direktur Jenderal Pajak
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar,
jumlah kekurangan pajak ditambah dengan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus
persen) dari jumlah kekurangan pembayaran pajak.
(5) tetap.
Penjelasan :
Untuk mendorong Wajib Pajak dalam melaporkan
jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku, maka apabila dari hasil pemeriksaan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) diterbitkan
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ditambah
dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar
100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan
pembayaran pajak.
Untuk jelasnya cara penghitungan Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar dan pengenaan sanksi
administrasi berupa kenaikan tersebut diberikan
contoh sebagai berikut:
1) Pajak Penghasilan
Wajib Pajak telah memperoleh pengembalian
pendahuluan kelebihan pajak sebesar
Rp80.000.000,00.
Dari pemeriksaan diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Pajak Penghasilan yang terutang sebesar
Rp100.000.000,00
Sie-Infokum Ditama BinBangKum
75
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Pajak
Penghasilan
Pasal
22
Rp20.000.000,00
Pajak
Penghasilan
Pasal
23
Rp40.000.000,00
Pajak
Penghasilan
Pasal
25
Rp90.000.000,00
Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut
diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
dengan penghitungan sebagai berikut:
Pajak Penghasilan yang terutang sebesar
Rp100.000.000,00
Kredit Pajak:
Pajak Penghasilan Pasal 22 Rp20.000.000,00
Pajak Penghasilan Pasal 23 Rp40.000.000,00
Pajak Penghasilan Pasal 25 Rp90.000.000,00
(+) Rp150.000.000,00
Jumlah Pengembalian Pendahuluan Kelebihan
Pajak Rp80.000.000,00 (-)
Jumlah pajak yang dapat dikreditkan
Rp70.000.000,00
Pajak yang tidak/kurang dibayar Rp30.000.000,00
Sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar
100% Rp30.000.000,00 (+) Jumlah yang masih
harus dibayar Rp60.000.000,00.
2) Pajak Pertambahan Nilai
Pengusaha Kena Pajak telah memperoleh
pengembalian pendahuluan kelebihan pajak
sebesar Rp60.000.000,00.
Dari pemeriksaan diperoleh hasil sebagai berikut:
a.Pajak Keluaran Rp 100.000.000,00
b. Kredit pajak, yaitu:
Pajak Masukan Rp 150.000.000,00
Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut
diterbitkan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar dengan penghitungan
sebagai berikut:
Pajak Keluaran Rp 100.000.000,00
Sie-Infokum Ditama BinBangKum
76
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Kredit Pajak:
Pajak Masukan Rp 150.000.000,00
Jumlah Pengembalian - Pendahuluan
Kelebihan Pajak Rp 60.000.000,00(-) Jumlah pajak yang dapat dikreditkan
Rp90.000.000,00 (-)
- Pajak yang tidak/kurang dibayar
Rp10.000.000,00 - Sanksi administrasi
kenaikan 100% Rp10.000.000,00 (+)
Jumlah yang masih harus dibayar
Rp20.000.000,00
-
77
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
78
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
79
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Bab IV
Penagihan Pajak
Pasal 18
Pasal 18
Penjelasan :
Pada dasarnya besarnya hutang pajak dihitung sendiri
oleh Wajib Pajak. Baru apabila kemudian ternyata
terdapat kekeliruan atau kesalahan Wajib Pajak dalam
melakukan penghitungan pajak yang terhutang atau
Wajib Pajak melanggar ketentuan yang diatur dalam
undang-undang perpajakan, Direktur Jenderal Pajak
dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak,
Surat Ketetapan Pajak atau Surat Ketetapan Pajak
Tambahan. Ketiga surat ini merupakan sarana
administrasi bagi Direktur Jenderal Pajak untuk
melakukan penagihan pajak. Dalam hal tagihan pajak
tersebut tidak dibayar pada tanggal jatuh tempo yang
telah ditetapkan, penagihannya dapat dilakukan
dengan Surat Paksa.
(2) Tata cara pelaksanaan penagihan pajak diatur lebih
lanjut oleh Menteri Keuangan.
Penjelasan :
Untuk tertibnya dan keseragaman tindakan dalam
melaksanakan penagihan pajak,
Menteri Keuangan akan mengatur tata caranya
termasuk aspek administrasi baik mengenai tindakan
Pasal 18
(1) tetap.
Penjelasan :
Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan (SKPKBT), dan Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan
Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus
dibayar bertambah, merupakan sarana administrasi
bagi Direktur Jenderal Pajak untuk melakukan
penagihan pajak.
Pasal 18
(1) Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta
Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan
jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah,
merupakan dasar penagihan pajak.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
dihapus
dihapus
Penjelasan :
Cukup Jelas.
80
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Pasal 19
Pasal 19
Pasal 19
Penjelasan :
Ayat ini mengatur pengenaan bunga atas pajak yang
tidak dibayar atau kurang dibayar pada saat jatuh
tempo pembayaran atau terlambat dibayar. Untuk
jelasnya cara penghitungan bunga tersebut diberikan
contoh sebagai berikut :
1. Atas jumlah pajak yang kurang dibayar. Surat
Ketetapan Pajak Penghasilan (SKP PPh) Pajak
terhutang atau ditagih (dianggap tidak ada jumlah
pajak yang dikreditkan) : Rp. 100.000,- SKP
diterbitkan tanggal 10 Oktober 1985.
Harus dilunasi paling lambat tanggal 10
Nopember 1985, tetapi baru dibayar Sejumlah
Rp.60.000,- pada tanggal 1 Nopember 1985.
Sampai pada tanggal batas waktu pembayaran
(1O Nopember 1985) terakhir sisa tagihan tidak
dibayar lagi oleh Wajib Pajak.
Pada tanggal 18 Nopember 1985 diterbitkan
Surat Tagihan Pajak oleh Direktur Jenderal Pajak
dengan perhitungan sebagai berikut :
Pajak terhutang = Rp. 100.000,Dibayar pada waktunya = Rp. 60.000,Kurang dibayar Rp. 40.000,Bunga
Tetap
Penjelasan :
Ayat ini mengatur pengenaan bunga penagihan atas
jumlah yang masih harus dibayar menurut Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan tambahan jumlah
pajak yang harus dibayar berdasarkan Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan,
atau Putusan Banding, yang tidak atau kurang
dibayar pada saat jatuh tempo pembayaran atau
terlambat dibayar. Untuk jelasnya cara penghitungan
bunga tersebut diberikan contoh sebagai berikut:
1. Atas jumlah pajak yang kurang dibayar.
Surat Ketetapan Pajak Pajak Penghasilan.
Pajak terutang atau ditagih (dianggap tidak ada
jumlah pajak yang dikreditkan) Rp100.000,00.
Surat ketetapan pajak diterbitkan tanggal 10
Oktober 2002. Harus dilunasi paling lambat
tanggal 9 November 2002, tetapi baru dibayar
Sie-Infokum Ditama BinBangKum
81
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Kurang dibayar
=Rp 4.000.000,00
Bunga 1 (satu) bulan (1 x 2% x Rp4.000.000,00)
=Rp
80.000,00
b. Dalam hal terhadap Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar sebagaimana tersebut pada huruf a, Wajib
Pajak membayar Rp10.000.000,00 pada tanggal 3
Desember 2008 dan pada tanggal 5 Desember
2008 diterbitkan Surat Tagihan Pajak, sanksi
administrasi berupa bunga dihitung sebagai
berikut:
Pajak
yang
masih
harus
dibayar
=Rp10.000.000,00
Dibayar setelah jatuh tempo pelunasan
=Rp10.000.000,00
Kurang dibayar =Rp 0,00
Bunga 1 (satu) bulan (1 x 2% x Rp10.000.000,00)
=Rp 200.000,00
2.
3.
82
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Cukup Jelas.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
Penjelasan :
Ayat ini mengatur pengenaan sanksi administrasi
berupa bunga dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan
mengangsur atau menunda pembayaran pajak.
Contoh:
a. Wajib Pajak menerima Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar sebesar Rp1.120.000,00 yang
diterbitkan pada tanggal 2 Januari 2009 dengan
batas akhir pelunasan tanggal 1 Februari 2009.
Wajib Pajak tersebut diperbolehkan untuk
mengangsur pembayaran pajak dalam jangka
waktu 5 (lima) bulan dengan jumlah yang tetap
sebesar Rp224.000,00. Sanksi administrasi berupa
bunga untuk setiap angsuran dihitung sebagai
berikut:
angsuran ke-1 : 2% x Rp1.120.000,00
= Rp22.400,00.
angsuran ke-2 : 2% x Rp896.000,00
= Rp17.920,00.
angsuran ke-3 : 2% x Rp672.000,00
= Rp13.440,00.
angsuran ke-4 : 2% x Rp448.000,00
= Rp8.960,00.
angsuran ke-5 : 2% x Rp224.000,00
= Rp4.480,00.
b. Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam huruf a
diperbolehkan untuk menunda pembayaran pajak
sampai dengan tanggal 30 Juni 2009.
Sanksi administrasi berupa bunga atas penundaan
pembayaran Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
tersebut sebesar 5 x 2% x Rp1.120.000,00 =
Rp112.000,00.
83
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Cukup Jelas.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
Pasal 20
Pasal 20
Pasal 20
Pasal 20
Penjelasan :
Dalam hal terjadi suatu peristiwa atau keadaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini, maka untuk
Penjelasan :
Dalam hal jumlah tagihan pajak tersebut tidak atau
kurang dibayar sampai dengan tanggal jatuh tempo
pembayaran, atau sampai dengan tanggal jatuh tempo
penundaan pembayaran atau tidak memenuhi
angsuran pembayaran pajak, penagihannya dilakukan
dengan Surat Paksa. Penagihan pajak dengan Surat
Paksa tersebut dilaksanakan terhadap Penanggung
Pajak.
Penjelasan :
Yang dimaksud dengan penagihan "seketika" adalah
penagihan yang dilakukan segera tanpa menunggu
tanggal jatuh tempo pembayaran, sedangkan
Sie-Infokum Ditama BinBangKum
Penjelasan :
Apabila jumlah utang pajak tidak atau kurang dibayar
sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran atau
sampai dengan tanggal jatuh tempo penundaan
pembayaran, atau Wajib Pajak tidak memenuhi
angsuran
pembayaran
pajak,
penagihannya
dilaksanakan dengan Surat Paksa sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Penagihan pajak dengan Surat Paksa tersebut
dilaksanakan terhadap Penanggung Pajak.
84
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
(2) tetap.
85
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Cukup Jelas.
Pasal 21
Pasal 21
Pasal 21
Penjelasan :
Ayat ini menetapkan kedudukan Negara sebagai
kreditur preferen yang dinyatakan mempunyai hak
mendahulu atas barang-barang milik Wajib Pajak, dan
barang-barang milik wakilnya akan dilelang di muka
umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2).
Dalam hal telah dilakukan tindakan penagihan sampai
kepada tindakan penagihan aktif, seterusnya
pelelangan di muka umum atas barang-barang milik
Wajib Pajak, tetapi hasil dari pelelangan di muka umum
barang-barang milik Wajib Pajak tersebut belum cukup
untuk melunasi hutang pajaknya, maka barang-barang
milik wakilnya, sepanjang dalam kedudukannya
bertanggung jawab untuk itu, akan disita dan dilelang
di muka umum untuk melunasi hutang pajak Wajib
Pajak.
Setelah hutang pajak dilunasi baru diselesaikan
pembayaran kepada kreditur lainnya. Maksud dari ayat
ini adalah untuk memberi kesempatan pada Pemerintah
untuk mendapatkan pembagian lebih dahulu dari
kreditur lain atas hasil pelelangan barang-barang milik
Wajib Pajak atau wakilnya di muka umum guna
menutupi atau melunasi tunggakan pajaknya.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
(1) tetap.
Penjelasan :
Ayat ini menetapkan kedudukan negara sebagai
kreditur preferen yang dinyatakan mempunyai hak
mendahulu atas barang-barang milik Penanggung Pajak
yang akan dilelang di muka umum. Setelah utang pajak
dilunasi baru diselesaikan pembayaran kepada kreditur
lainnya.
Maksud dari ayat ini adalah untuk memberi
kesempatan kepada Pemerintah untuk mendapatkan
bagian lebih dahulu dari kreditur lain atas hasil
pelelangan barang-barang milik Penanggung Pajak
dimuka umum guna menutupi atau melunasi utang
pajaknya.
Pasal 21
(1) Negara mempunyai hak mendahulu untuk utang pajak
atas barang-barang milik Penanggung Pajak.
Penjelasan :
Ayat ini menetapkan kedudukan negara sebagai
kreditur preferen yang dinyatakan mempunyai hak
mendahulu atas barang-barang milik Penanggung Pajak
yang akan dilelang di muka umum.
Pembayaran kepada kreditur lain diselesaikan setelah
utang pajak dilunasi.
86
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
(2) tetap.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
(3) Hak mendahulu untuk tagihan pajak melebihi segala
hak mendahulu lainnya, kecuali terhadap hak
mendahulu dari pihak-pihak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1139 angka 1 dan angka 4, Pasal 1149
angka 1 Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan
dalam Pasal 80 dan Pasal 81 Kitab Undang-undang
Hukum Dagang.
Penjelasan :
Pada ayat ini ditegaskan bahwa hak mendahulu ini
melebihi segala hak lainnya, artinya lebih kuat dari hak
lainnya kecuali terhadap pihak-pihak sebagaimana
dimaksud dalam :
1. Pasal 1139 angka 1 Kitab Undang-undang Hukum
Perdata yang berbunyi :"biaya perkara yang
semata-mata
disebabkan
karena
suatu
penghukuman untuk melelang suatu barang
bergerak maupun tak bergerak. Biaya ini dibayar
dari hasil penjualan benda-benda tersebut terlebih
dahulu daripada semua piutang lainnya yang
diistimewakan, bahkan lebih dahulu pula daripada
gadai dan hipotik".
2. Pasal 1139 angka 4 Kitab Undang-undang Hukum
Perdata yang berbunyi :"biaya yang telah
dikeluarkan untuk menyelamatkan suatu barang".
3. Pasal 1149 angka 1 Kitab Undang-undang Hukum
Perdata yang berbunyi :"biaya perkara, yang
semata-mata disebabkan karena pelelangan dan
penyelesaian suatu warisan; biaya ini didahulukan
daripada gadai dan hipotik".
(2) tetap.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
(3) Hak mendahulu untuk tagihan pajak melebihi segala
hak mendahulu lainnya, kecuali terhadap :
a. biaya perkara yang semata-mata disebabkan suatu
penghukuman untuk melelang suatu barang
bergerak maupun tidak bergerak;
b. biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan
suatu barang;
c. biaya perkara, yang semata-mata disebabkan
pelelangan dan penyelesaian suatu warisan.
(3) tetap.
(3) tetap.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
87
NO.
4.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
(4) tetap.
(5) tetap.
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Cukup Jelas.
Pasal 22
Penjelasan :
Pada dasarnya pelaksanaan penagihan pajak
daluwarsa dalam waktu lima tahun, tetapi
dapat saja melebihi lima tahun apabila :
1. telah dikeluarkan Surat Tegoran dan Surat Paksa;
2. adanya pengakuan Wajib Pajak secara langsung
atau tidak langsung antara lain :
a. dilakukan pembayaran hutang pajak itu;
b. diajukan
permohonan
penundaan
pembayaran;atau
c. diadakannya pengangsuran pembayaran.
Dalam hal demikian kedaluwarsaan penagihan piutang
pajak dihitung dari saat terjadinya peristiwa-peristiwa
tersebut di atas.
Pasal 22
(1) tetap.
Penjelasan :
Saat daluwarsa penagihan pajak ini perlu ditetapkan
untuk memberi kepastian hukum kapan utang pajak
tersebut tidak dapat ditagih lagi.
Pasal 22
(1) Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk
bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan pajak,
daluwarsa setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun
terhitung sejak penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan,
Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali.
Penjelasan :
Saat daluwarsa penagihan pajak ini perlu ditetapkan
untuk memberi kepastian hukum kapan utang pajak
tersebut tidak dapat ditagih lagi.
Daluwarsa penagihan pajak 5 (lima) tahun dihitung
sejak Surat Tagihan Pajak dan surat ketetapan pajak
diterbitkan.
Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan
pembetulan, keberatan, banding atau Peninjauan
Kembali, daluwarsa penagihan pajak 5 (lima) tahun
dihitung sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan
Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali.
(2) tetap.
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Pasal 23
Pasal 23
Pasal 23
Pasal 23
NO.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
dihapus.
dihapus.
(2)
(2)
Penjelasan :
Dalam hal jumlah tagihan pajak tersebut tidak dibayar
sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran,
penagihannya dapat dilakukan dengan Surat Paksa.
Pengertian kata dapat pada ayat ini adalah bahwa
penagihan pajak dengan Surat Paksa baru
dilaksanakan apabila Penanggung Pajak tidak melunasi
utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo
pembayaran atau sampai dengan tanggal jatuh tempo
penundaan pembayaran atau tidak memenuhi angsuran
pembayaran pajak.
(2) Sanggahan dan/atau gugatan Penanggung Pajak
terhadap pelaksanaan Surat Paksa, sita atau lelang
hanya dapat diajukan kepada badan peradilan pajak.
Penjelasan :
Sebelum badan peradilan pajak dibentuk, sanggahan
dan/atau gugatan Penanggung Pajak terhadap
pelaksanaan Surat Paksa, sita atau lelang diajukan
kepada Pengadilan Negeri setempat.
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Cukup Jelas.
(3) Pelaksanaan penagihan pajak dengan Surat Paksa
berpedoman pada peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
dihapus.
dihapus.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
Pasal 24
Pasal 24
Pasal 24
Penjelasan :
Menteri Keuangan akan mengatur tata cara
penghapusan dan menentukan besarnya jumlah
piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi antara lain
karena Wajib Pajak telah meninggal dunia dan tidak
mempunyai harta warisan atau kekayaan, Wajib
Pajak badan yang telah selesai proses pailitnya, Wajib
Pajak yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai subjek
pajak dan hak untuk melakukan penagihan telah
daluwarsa. Melalui cara ini akan dapat diperkirakan
secara efektif besarnya saldo piutang pajak yang
akan dapat ditagih atau dicairkan.
Penjelasan :
Menteri Keuangan mengatur tata cara penghapusan
dan menentukan besarnya jumlah piutang pajak yang
tidak dapat ditagih lagi, antara lain karena Wajib Pajak
telah meninggal dunia dan tidak mempunyai harta
warisan atau kekayaan, Wajib Pajak badan yang telah
selesai proses pailitnya, atau Wajib Pajak yang tidak
memenuhi syarat lagi sebagai subjek pajak dan hak
untuk melakukan penagihan pajak telah daluwarsa.
Melalui cara ini dapat diperkirakan secara efektif
besarnya saldo piutang pajak yang akan dapat ditagih
atau dicairkan.
Pasal 25
Pasal 25
tetap.
Bab V
Keberatan Dan Banding
Pasal 25
Pasal 25
(1) tetap.
(1) tetap.
92
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Perkataan "suatu" dalam ayat ini, dimaksudkan bahwa
satu keberatan harus diajukan untuk satu jenis pajak
dan satu tahun pajak, misalnya: Pajak Penghasilan
Tahun Pajak 1985 dan Tahun Pajak 1986. Keberatan
terhadap Surat Ketetapan Pajak Penghasilan Tahun
1985 danTahun 1986 tersebut, harus diajukan masingmasing dalam satu Surat Keberatan tersendiri. Untuk
dua tahun pajak tersebut harus diajukan dua buah
Surat Keberatan.
Penjelasan :
Apabila Wajib Pajak berpendapat bahwa jumlah rugi,
jumlah pajak, dan pemotongan atau pemungutan pajak
tidak sebagaimana mestinya, maka Wajib Pajak dapat
mengajukan keberatan hanya kepada Direktur Jenderal
Pajak.
Keberatan yang diajukan adalah terhadap materi atau
isi dari ketetapan pajak yaitu jumlah rugi berdasarkan
ketentuan undang-undang perpajakan, jumlah besarnya
pajak, dan pemotongan atau pemungutan pajak.
Perkataan "suatu" pada ayat ini dimaksudkan bahwa
satu keberatan harus diajukan terhadap satu jenis
pajak dan satu tahun pajak, misalnya:
Pajak Penghasilan Tahun Pajak 1995 dan Tahun Pajak
1996 keberatannya harus diajukan masing-masing
dalam satu surat keberatan tersendiri. Untuk dua
tahun pajak tersebut harus diajukan dua buah surat
keberatan.
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia dengan mengemukakan jumlah pajak
terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau
dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan
Wajib Pajak dengan disertai alasan-alasan yang jelas.
c.
d.
e.
(2) tetap.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
93
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
(3) tetap.
(3) tetap.
(3) tetap.
Penjelasan :
Batas waktu pengajuan Surat Keberatan ditentukan
dalam waktu tiga bulan sejak diterbitkannya Surat
Ketetapan Pajak atau SKP sebagaimana ditentukan
dalam ayat(1), dengan maksud agar supaya Wajib
Pajak mempunyai waktu yang cukup memadai untuk
mempersiapkan Surat Keberatan beserta alasannya.
Apabila ternyata bahwa batas waktu tiga bulan
tersebut tidak dapat dipenuhi oleh Wajib Pajak, karena
keadaan di luar kekuasaan Wajib Pajak (force mayeur),
maka tenggang waktu selama tiga bulan tersebut
masih dapat dipertimbangkan untuk diperpanjang oleh
Direktur Jenderal Pajak.
(3a) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas
surat ketetapan pajak, Wajib Pajak wajib melunasi
pajak yang masih harus dibayar paling sedikit
sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak dalam
pembahasan akhir hasil pemeriksaan, sebelum surat
keberatan disampaikan.
Penjelasan:
Ketentuan ini mengatur bahwa persyaratan pengajuan
keberatan bagi Wajib Pajak adalah harus melunasi
terlebih dahulu sejumlah kewajiban perpajakannya
yang telah disetujui Wajib Pajak pada saat
pembahasan akhir hasil pemeriksaan. Pelunasan
tersebut harus dilakukan sebelum Wajib Pajak
mengajukan keberatan.
(4) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat
(3), atau ayat (3a) bukan merupakan surat keberatan
94
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
tidak dipertimbangkan.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
Penjelasan :
Permohonan keberatan yang tidak memenuhi salah
satu syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal ini
bukan merupakan surat keberatan, sehingga tidak
dapat dipertimbangkan dan tidak diterbitkan Surat
Keputusan Keberatan.
(5) tetap.
Penjelasan :
Tanda penerimaan surat yang telah diberikan oleh
pejabat Direktorat Jenderal Pajak atau oleh Kantor
Pos berfungsi sebagai tanda terima surat keberatan
apabila surat tersebut memenuhi syarat sebagai surat
keberatan. Dengan demikian batas waktu
penyelesaian keberatan dihitung sejak tanggal
penerimaan surat dimaksud.
Apabila surat Wajib Pajak tidak memenuhi syarat
sebagai surat keberatan dan Wajib Pajak
memperbaikinya, maka batas waktu penyelesaian
keberatan dihitung sejak diterimanya surat berikutnya
yang memenuhi syarat sebagai surat keberatan.
Penjelasan :
Tanda penerimaan surat yang telah diberikan oleh
pegawai Direktorat Jenderal Pajak atau oleh pos
berfungsi sebagai tanda terima surat keberatan apabila
surat tersebut memenuhi syarat sebagai surat
keberatan. Dengan demikian, batas waktu
penyelesaian keberatan dihitung sejak tanggal
penerimaan surat dimaksud.
Apabila surat Wajib Pajak tidak memenuhi syarat
sebagai surat keberatan dan Wajib Pajak
memperbaikinya dalam batas waktu penyampaian
surat keberatan, batas waktu penyelesaian keberatan
dihitung sejak diterima surat berikutnya yang
memenuhi syarat sebagai surat keberatan.
95
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
(6) tetap.
Penjelasan :
Agar Wajib Pajak dapat menyusun keberatan dengan
alasan- alasan yang kuat, Wajib Pajak diberi hak untuk
meminta dasar- dasar pengenaan, pemotongan atau
pemungutan pajak yang telah ditetapkan, sebaliknya
Direktur Jenderal Pajak berkewajiban untuk memenuhi
permintaan tersebut di atas.
(6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban
membayar pajak.
Penjelasan :
Untuk mencegah usaha penghindaran atau penundaan
pajak melalui pengajuan Surat Keberatan, maka
pengajuan keberatan itu tidak menghalangi tindakan
penagihan. Ketentuan ini perlu dicantumkan dengan
maksud agar Wajib Pajak dengan dalih mengajukan
keberatan, untuk tidak melakukan kewajiban untuk
membayar pajak yang telah ditetapkan, sehingga dapat
dicegah terganggunya penerimaan negara.
(6) tetap.
Penjelasan :
Agar Wajib Pajak dapat menyusun keberatan dengan
alasan-alasan yang kuat, Wajib Pajak diberi hak untuk
meminta dasar-dasar pengenaan, pemotongan atau
pemungutan pajak yang telah ditetapkan, sebaliknya
Direktur Jenderal Pajak berkewajiban untuk
memenuhi permintaan tersebut di atas.
Penjelasan :
Agar Wajib Pajak dapat menyusun keberatan dengan
alasan yang kuat, Wajib Pajak diberi hak untuk
meminta dasar pengenaan pajak, penghitungan rugi,
atau pemotongan atau pemungutan pajak yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu, Direktur Jenderal Pajak
berkewajiban untuk memenuhi permintaan tersebut.
(7) tetap.
Penjelasan :
Untuk mencegah usaha penghindaran atau penundaan
pembayaran pajak melalui pengajuan surat keberatan,
maka pengajuan keberatan tidak menghalangi tindakan
penagihan sampai dengan pelaksanaan lelang.
Ketentuan ini perlu dicantumkan dengan maksud agar
Wajib Pajak dengan dalih mengajukan keberatan,
untuk tidak melakukan kewajiban membayar pajak
yang telah ditetapkan, sehingga dapat dicegah
terganggunya penerimaan negara.
Penjelasan :
Ayat ini mengatur bahwa jatuh tempo pembayaran
yang tertera dalam surat ketetapan pajak tertangguh
sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan
Surat Keputusan Keberatan. Penangguhan jangka
waktu pelunasan pajak menyebabkan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan
sebagaimana diatur dalam Pasal 19 tidak diberlakukan
atas jumlah pajak yang belum dibayar pada saat
pengajuan keberatan.
(8) Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan
permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (7) tidak termasuk sebagai utang pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dan
ayat (1a).
96
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
97
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Pasal 26
Pasal 26
(1)Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling
lama dua belas bulan sejak tanggal Surat Keberatan
diterima, harus memberi keputusan atas keberatan yang
diajukan.
Pasal 26
Pasal 26
tetap
tetap
tetap
tetap
tetap
tetap
Penjelasan :
Terhadap Surat Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak
kewenangan penyelesaian dalam tingkat pertama
diberikan kepada Direktur Jenderal Pajak dengan
ketentuan batasan waktu penyelesaian keputusan atas
keberatan Wajib Pajak ditetapkan paling lama dua belas
bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima.
Dengan ditentukannya batas waktu penyelesaian
keputusan atas keberatan tersebut, berarti akan diperoleh
suatu kepastian hukum bagi Wajib Pajak di samping
terlaksananya administrasi perpajakan.
(2)Sebelum surat keputusan diterbitkan, Wajib Pajak
dapat menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan
tertulis.
Penjelasan :
Cukup jelas.
98
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
tetap
tetap
tetap
tetap
Penjelasan :
Cukup jelas.
(4)Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas
ketetapan pajak yang ditentukan dalam Pasal 13 ayat (1)
huruf b dan huruf d, Wajib Pajak yang bersangkutan harus
dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan pajak
tersebut.
Penjelasan :
Ayat ini mengharuskan Wajib Pajak membuktikan
ketidakbenaran ketetapan pajak dalam hal Wajib Pajak
mengajukan keberatan terhadap pajak-pajak yang
ditetapkan secara jabatan. Surat ketetapan pajak secara
jabatan tersebut diterbitkan karena Wajib Pajak tidak
menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan meskipun
telah ditegur secara tertulis, tidak memenuhi kewajiban
menyelenggarakan pembukuan, atau menolak untuk
memberikan kesempatan kepada pemeriksa memasuki
tempat-tempat tertentu yang dipandang perlu, dalam
rangka pemeriksaan guna menetapkan besarnya jumlah
pajak yang terutang. Apabila Wajib Pajak tidak dapat
membuktikan ketidakbenaran surat ketetapan pajak
secara jabatan, pengajuan keberatannya ditolak.
Penjelasan :
Ayat ini mengharuskan Wajib Pajak membuktikan ketidak
benaran ketetapan pajak, dalam hal Wajib Pajak
mengajukan keberatan terhadap pajak-pajak yang
ditetapkan secara jabatan, Surat Ketetapan Pajak secara
jabatan, tersebut diterbitkan karena Wajib Pajak tidak
menyampaikan SPT Tahunan, meskipun telah ditegor
secara tertulis, atau tidak memenuhi kewajiban
menyelenggarakan pembukuan, atau menolak untuk
memberikan kesempatan kepada pejabat pemeriksa
memasuki tempat-tempat tertentu yang dipandang perlu,
dalam rangka pemeriksaan guna menetapkan besarnya
jumlah pajak yang terhutang. Apabila Wajib Pajak tidak
membuktikan ketidakbenaran Surat Ketetapan Pajak
secara jabatan itu, maka surat keberatannya ditolak.
(5)Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak
memberi suatu keputusan maka keberatan yang diajukan
tersebut dianggap diterima.
tetap
tetap
Penjelasan :
Cukup jelas.
99
NO.
-
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Pasal 26A
(1)Tata cara pengajuan dan penyelesaian keberatan diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Penjelasan :
Cukup jelas.
100
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Pasal 27
Pasal 27
Pasal 27
Pasal 27
Penjelasan :
Dalam hal Wajib Pajak masih merasa kurang puas
terhadap keputusan Direktur Jenderal Pajak atas
keberatan yang diajukan, Wajib Pajak masih diberi
kesempatan untuk mengajukan banding ke badan
peradilan pajak, dalam hal ini seperti yang ada sekarang
Majelis Pertimbangan Pajak, dalam jangka waktu tiga
bulan sejak tanggal keputusan keberatan tersebut.
Dengan demikian bagi Wajib Pajak telah diberikan cukup
waktu untuk menyiapkan Surat Banding beserta alasanalasan dan bukti-bukti yang diperlukan bagi badan
peradilan pajak tersebut.
(2) Permohonan banding diajukan secara tertulis dalam
bahasa Indonesia.
Penjelasan :
Lihat penjelasan Pasal 25 ayat (2).
(3) Pengajuan permohonan banding tidak menunda
kewajiban membayar pajak.
Penjelasan :
Lihat penjelasan Pasal 25 ayat (6).
tetap
Penjelasan :
Cukup jelas
Penjelasan
Cukup jelas.
Penjelasan :
Cukup jelas
Penjelasan :
Cukup jelas
101
NO.
-
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
dihapus
dihapus
Penjelasan :
Cukup jelas
(4a)Apabila diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan
pengajuan permohonan banding, Direktur Jenderal Pajak
wajib memberikan keterangan secara tertulis hal-hal yang
menjadi dasar Surat Keputusan Keberatan yang
diterbitkan.
tetap
Penjelasan:
Cukup jelas
dihapus
Penjelasan :
Cukup jelas
(5a)Dalam hal Wajib Pajak mengajukan banding, jangka
waktu pelunasan pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (3), ayat (3a), atau Pasal 25 ayat (7), atas
jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan
keberatan, tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan sejak
tanggal penerbitan Putusan Banding.
Penjelasan :
Ayat ini mengatur bahwa bagi Wajib Pajak yang
mengajukan banding, jangka waktu pelunasan pajak yang
diajukan banding tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan
sejak tanggal penerbitan Putusan Banding. Penangguhan
jangka waktu pelunasan pajak menyebabkan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per
bulan sebagaimana diatur dalam Pasal 19 tidak
diberlakukan atas jumlah pajak yang belum dibayar pada
saat pengajuan keberatan.
102
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
103
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Rp200.000.000,00) =Rp250.000.000,00.
(6)Badan peradilan pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan dalam Pasal 23 ayat (2) diatur dengan
undang-undang.
Penjelasan:
Cukup jelas
Penjelasan:
Cukup jelas
Penjelasan :
Cukup jelas
Pasal 27A
Pasal 27A
Pasal 27A
Penjelasan:
Cukup jelas
104
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Banding.
Penjelasan :
Imbalan bunga hanya diberikan berkenaan dengan
Keputusan Keberatan atau Putusan Banding yang
menyangkut Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan. Imbalan
bunga hanya diberikan berkenaan dengan Keputusan
Keberatan atau Putusan Banding yang menyangkut Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan.Imbalan bunga hanya
diberikan berkenaan dengan Keputusan Keberatan atau
Putusan Banding yang menyangkut Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.
sebagai berikut:
a. untuk Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan dihitung
sejak tanggal pembayaran yang menyebabkan
kelebihan pembayaran pajak sampai dengan
diterbitkannya Surat Keputusan Keberatan, Putusan
Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali; atau
b. untuk Surat Ketetapan Pajak Nihil dan Surat Ketetapan
Pajak Lebih Bayar dihitung sejak tanggal penerbitan
surat ketetapan pajak sampai dengan diterbitkannya
Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau
Putusan Peninjauan Kembali.
Penjelasan :
Imbalan bunga diberikan berkenaan dengan Surat
Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan
Peninjauan Kembali dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan,
Surat Ketetapan Pajak Nihil atau Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar yang telah dibayar menyebabkan kelebihan
pembayaran pajak.
(1a)Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
juga diberikan atas Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, atau Surat
Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak yang dikabulkan
sebagian atau seluruhnya menyebabkan kelebihan
pembayaran pajak dengan ketentuan sebagai berikut:
a. untuk Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan dihitung
sejak tanggal pembayaran yang menyebabkan
kelebihan pembayaran pajak sampai dengan
diterbitkannya Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, atau Surat
Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak;
b. untuk Surat Ketetapan Pajak Nihil dan Surat Ketetapan
Pajak Lebih Bayar dihitung sejak tanggal penerbitan
surat ketetapan pajak sampai dengan diterbitkannya
105
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Cukup jelas
Penjelasan :
Cukup jelas.
Bab VI
Pembukuan Dan Pemeriksaan
Bab VI
Pembukuan Dan Pemeriksaan
Bab VI
Pembukuan Dan Pemeriksaan
Bab VI
Pembukuan Dan Pemeriksaan
Pasal 28
Pasal 28
Pasal 28
Pasal 28
(1) tetap.
(1)tetap.
Penjelasan :
Cukup jelas.
Penjelasan :
Cukup jelas.
107
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
NO.
Penjelasan :
Pada dasarnya setiap orang/Badan yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas diharuskan
mengadakan pembukuan. Tetapi bagi Wajib Pajak yang
karena kemampuannya belum memadai, dimungkinkan
untuk dibebaskan dari kewajiban mengadakan
pembukuan.Yang dimaksud dengan "dibebaskan" dari
kewajiban mengadakan pembukuan dalam ayat ini,tidak
diartikan bahwa Wajib Pajak untuk seterusnya tidak
berusaha
untuk
meningkatkan
kemampuannya
menyelenggarakan pembukuan secara lengkap dan baik,
sehingga sama sekali tidak memiliki pembukuan dalam
menyelenggarakan usahanya. Sepanjang kemampuan
tersebut belum dimiliki, Wajib Pajak dibenarkan untuk
hanya membuat catatan-catatan yang merupakan
pembukuan sederhana yang memuat data-data pokok
yang dapat dipakai untuk melakukan penghitungan pajak
yang terhutang bagi Wajib Pajak yang bersangkutan.
(3)Pembukuan atau pencatatan tersebut harus
diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan
mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang
sebenarnya.
(2)tetap.
Penjelasan :
Cukup jelas.
(3) tetap.
(3)tetap.
(3)tetap.
Penjelasan :
Cukup jelas
(4)Pembukuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
sekurang--kurangnya terdiri dari catatan yang dikerjakan
secara teratur tentang keadaan kas dan bank, daftar
hutang-piutang dari daftar persediaan barang, dan pada
108
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Pengertian pembukuan telah diatur dalam Pasal 1 huruf v.
Pengaturan pada ayat ini dimaksudkan agar dari
pembukuan tersebut dapat dihitung besarnya pajak yang
terutang. Selain dapat dihitung besarnya Pajak
Penghasilan, pajak-pajak lainnya juga harus dapat dihitung
dari pembukuan tersebut. Agar Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dapat dihitung
dengan benar maka pembukuan harus mencatat juga
jumlah harga perolehan atau nilai impor, jumlah harga jual
atau nilai ekspor, jumlah harga jual dari barang yang
dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, jumlah
pembayaran atas pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak
berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar
Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean, jumlah Pajak
Masukan yang dapat dikreditkan dan yang tidak dapat
dikreditkan. Dengan demikian pembukuan harus
diselenggarakan dengan cara atau sistem yang lazim
dipakai di Indonesia misalnya berdasarkan Prinsip
Akuntansi Indonesia, kecuali peraturan perundangundangan perpajakan menentukan lain.
(5)tetap.
Menteri Keuangan.
Menteri Keuangan.
Penjelasan :
Cukup jelas
Penjelasan :
Cukup jelas
(5)tetap.
Penjelasan :
Prinsip taat asas adalah prinsip yang sama digunakan
dalam metode pembukuan dengan tahun-tahun
sebelumnya, untuk mencegah penggeseran laba atau rugi.
Prinsip taat asas dalam metode pembukuan misalnya
dalam penerapan :
a.Stelsel pengakuan penghasilan;
b.Tahun buku;
c.Metode penilaian persediaan;
d.Metode penyusutan dan amortisasi
Stelsel akrual adalah suatu metode penghitungan
Sie-Infokum Ditama BinBangKum
109
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
110
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Pada dasarnya metode-metode pembukuan yang dianut
harus taat asas, yaitu harus sama dengan tahun-tahun
sebelumnya, misalnya dalam hal penggunaan metode
pengakuan penghasilan dan biaya (metode kas atau
akrual), metode penyusutan aktiva tetap, metode
penilaian persediaan dan sebagainya. Namun demikian,
perubahan metode pembukuan masih dimungkinkan
dengan syarat telah mendapat persetujuan dari Direktur
Jenderal Pajak. Perubahan metode pembukuan harus
diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak sebelum
dimulainya tahun buku yang bersangkutan dengan
menyampaikan alasan-alasan yang logis dan dapat
diterima serta akibat-akibat yang mungkin timbul dari
perubahan tersebut. Perubahan metode pembukuan akan
mengakibatkan perubahan dalam prinsip taat asas yang
dapat meliputi perubahan metode dari kas ke akrual atau
sebaliknya atau perubahan penggunaan metode
pengakuan penghasilan atau pengakuan biaya itu sendiri.
Misalnya dalam metode pengakuan biaya yang berkenaan
dengan penyusutan aktiva tetap dengan menggunakan
metode penyusutan tertentu.
Contoh:
Wajib Pajak dalam tahun 2002 menggunakan metode
penyusutan garis lurus atau straight line method. Dalam
tahun 2003 Wajib Pajak bermaksud mengubah metode
Penjelasan :
Pada dasarnya metode pembukuan yang dianut harus taat
asas, yaitu harus sama dengan tahun-tahun sebelumnya,
misalnya dalam hal penggunaan metode pengakuan
penghasilan dan biaya (metode kas atau akrual), metode
penyusutan aktiva tetap, dan metode penilaian
persediaan. Namun, perubahan metode pembukuan masih
dimungkinkan dengan syarat telah mendapat persetujuan
dari Direktur Jenderal Pajak. Perubahan metode
pembukuan harus diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak
sebelum dimulainya tahun buku yang bersangkutan
dengan menyampaikan alasan yang logis dan dapat
diterima serta akibat yang mungkin timbul dari perubahan
tersebut.
Perubahan metode pembukuan akan mengakibatkan
perubahan dalam prinsip taat asas yang dapat meliputi
perubahan metode dari kas ke akrual atau sebaliknya atau
perubahan penggunaan metode pengakuan penghasilan
atau pengakuan biaya itu sendiri, misalnya dalam metode
pengakuan biaya yang berkenaan dengan penyusutan
aktiva tetap dengan menggunakan metode penyusutan
tertentu.
Contoh:
Wajib Pajak dalam tahun 2008 menggunakan metode
penyusutan garis lurus atau straight line method. Jika
dalam tahun 2009 Wajib Pajak bermaksud mengubah
111
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Pengertian pembukuan telah diatur dalam Pasal 1 angka
26. Pengaturan dalam ayat ini dimaksudkan agar dari
pembukuan tersebut dapat dihitung besarnya pajak yang
terutang.Selain dapat dihitung besarnya Pajak
Penghasilan, pajak-pajak lainnya juga harus dapat dihitung
dari pembukuan tersebut. Agar Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dapat dihitung
Penjelasan :
Pengertian pembukuan telah diatur dalam Pasal 1 angka
29. Pengaturan dalam ayat ini dimaksudkan agar
berdasarkan pembukuan tersebut dapat dihitung besarnya
pajak yang terutang. Selain dapat dihitung besarnya Pajak
Penghasilan, pajak lainnya juga harus dapat dihitung dari
pembukuan tersebut. Agar Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dapat dihitung
112
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
113
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
(8)tetap.
Penjelasan :
Cukup jelas
114
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Pencatatan oleh Wajib Pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha dan pekerjaan bebas meliputi
peredaran atau penerimaan bruto dan penerimaan
penghasilan lainnya, sedangkan bagi mereka yang sematamata menerima penghasilan dari luar usaha dan pekerjaan
Penjelasan :
Pencatatan oleh Wajib Pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha dan pekerjaan bebas meliputi
peredaran atau penerimaan bruto dan penerimaan
penghasilan lainnya, sedangkan bagi mereka yang sematamata menerima penghasilan dari luar usaha dan pekerjaan
115
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Dihapus.
Penjelasan :
Pencatatan oleh Wajib Pajak yang melakukan kegiatan
usaha dan pekerjaan bebas meliputi peredaran bruto dan
penerimaan penghasilan lainnya, sedangkan bagi mereka
yang semata-mata menerima penghasilan dari luar usaha
dan pekerjaan bebas pencatatannya hanya mengenai
penerimaan penghasilan.
Penjelasan :
Cukup jelas
Penjelasan :
Buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen
termasuk hasil pengolahan data elektronik yang menjadi
dasar pembukuan atau pencatatan harus disimpan selama
10 (sepuluh) tahun di Indonesia, dengan maksud agar
apabila Direktur Jenderal Pajak akan mengeluarkan surat
ketetapan pajak, bahan pembukuan atau pencatatan yang
diperlukan masih tetap ada dan dapat segera disediakan.
Kurun waktu 10 (sepuluh) tahun penyimpanan buku-buku,
catatan-catatan, dan dokumen-dokumen yang menjadi
Penjelasan :
Buku, catatan, dan dokumen termasuk yang
diselenggarakan secara program aplikasi on-line dan hasil
pengolahan data elektronik yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan harus disimpan selama 10
(sepuluh) tahun di Indonesia. Hal itu dimaksudkan agar
apabila Direktur Jenderal Pajak akan mengeluarkan surat
ketetapan pajak, bahan pembukuan atau pencatatan yang
diperlukan masih tetap ada dan dapat segera disediakan.
Kurun waktu 10 (sepuluh) tahun penyimpanan buku,
Penjelasan :
Cukup jelas
116
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Cukup jelas
Penjelasan :
Cukup jelas
Pasal 29
Pasal 29
Pasal 29
Penjelasan :
Direktur Jenderal Pajak, dalam rangka melaksanakan
tugas pemungutan pajak, diberikan wewenang untuk
melaksanakan pemeriksaan, guna keperluan penetapan
pajak yang terhutang dan keperluan-keperluan lain dalam
rangka melaksanakan ketentuan peraturan-perundangundangan perpajakan.
Tujuan pemeriksaan, terutama adalah untuk
memperoleh/mengumpulkan bahan-bahan yang dijadikan
dasar untuk :
a.menerbitkan Surat Ketetapan Pajak/Surat Ketetapan
Pajak Tambahan;
b.menerbitkan Surat Pemberitaan;
Penjelasan :
Direktur Jenderal Pajak dalam rangka pengawasan
berwenang melakukan pemeriksaan untuk :
a.menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan;
b.tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pemeriksaan dapat dilakukan di Kantor (Pemeriksaan
Kantor) atau ditempat Wajib Pajak (Pemeriksaan
Lapangan ) yang ruang lingkup pemeriksaannya dapat
meliputi tahun-tahun yang lalu maupun tahun berjalan.
Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap Wajib Pajak,
termasuk terhadap instansi pemerintah dan badan lain
sebagai pemungut pajak atau pemotong pajak.
(1) tetap.
Pasal 29
(1)Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain
dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Penjelasan :
Direktur Jenderal Pajak dalam rangka pengawasan
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan berwenang
melakukan pemeriksaan untuk:
a. menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
Wajib Pajak; dan/atau
b. tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan. Pemeriksaan
dapat dilakukan di kantor (Pemeriksaan Kantor) atau di
tempat Wajib Pajak (Pemeriksaan Lapangan) yang ruang
lingkup pemeriksaannya dapat meliputi satu jenis pajak,
beberapa jenis pajak, atau seluruh jenis pajak, baik untuk
tahun-tahun yang lalu maupun untuk tahun berjalan.
117
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
(2) tetap.
NO.
Penjelasan :
Cukup jelas
(2)tetap.
Penjelasan :
Pemeriksaan dilaksanakan oleh petugas pemeriksa yang
jelas identitasnya, oleh karena itu harus memiliki tanda
pengenal pemeriksa dan dilengkapi dengan Surat Perintah
Pemeriksaan, serta memperlihatkannya kepada Wajib
Sie-Infokum Ditama BinBangKum
118
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Wajib Pajak yang diperiksa dalam rangka pengujian
tingkat kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakannya
atau untuk tujuan lain sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) wajib memperlihatkan dan meminjamkan buku-buku,
catatan-catatan, dokumen-dokumen dan keteranganketerangan lain yang diperlukan yang berkaitan dengan
perolehan penghasilan atau kegiatan usaha. Bilamana
buku-buku, catatan-catatan, dokumen-dokumen yang
diperlukan tidak dapat diberikan oleh Wajib Pajak dengan
Penjelasan :
tetap
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
120
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
(4)Apabila
dalam
mengungkapkan
pembukuan,
pencatatan, atau dokumen serta keterangan yang diminta,
Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk
merahasiakan, maka kewajiban untuk merahasiakan itu
ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
tetap.
tetap
Penjelasan :
Untuk mencegah adanya dalih terikat pada kerahasiaan,
sehingga
pembukuan, catatan, dokumen serta
keterangan-keterangan lain yang diperlukan tidak dapat
diberikan oleh Wajib Pajak, maka ayat ini menegaskan
bahwa kewajiban merahasiakan itu ditiadakan.
Pasal 29A
Terhadap Wajib Pajak badan yang pernyataan
pendaftaran emisi sahamnya telah dinyatakan efektif oleh
badan pengawas pasar modal dan menyampaikan Surat
Pemberitahuan dengan dilampiri Laporan Keuangan yang
telah diaudit oleh Akuntan Publik dengan pendapat Wajar
Tanpa Pengecualian yang:
a.Surat Pemberitahuan Tahunan Wajib Pajak menyatakan
lebih bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B;
atau
b.terpilih untuk diperiksa berdasarkan analisis risiko dapat
dilakukan pemeriksaan melalui Pemeriksaan Kantor.
Sie-Infokum Ditama BinBangKum
121
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Pasal 30
Penjelasan :
Dalam pemeriksaan dapat ditemukan adanya Wajib Pajak
yang tidak memenuhi ketentuan yang diatur dalam Pasal
29 ayat (3) huruf b, yakni tidak memberikan kesempatan
kepada pemeriksa untuk memasuki tempat atau ruang
yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna
kelancaran pemeriksaan. Keadaan tersebut dapat
disebabkan oleh berbagai hal, misalnya, Wajib Pajak tidak
berada di tempat atau sengaja tidak memberikan
kesempatan kepada pemeriksa untuk memasuki tempat
atau ruang yang dipandang perlu dan tidak memberi
bantuan guna kelancaran pemeriksaan.
Wajib Pajak yang pada saat dilakukan pemeriksaan tidak
memberi kesempatan kepada pemeriksa untuk memasuki
Sie-Infokum Ditama BinBangKum
122
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Pasal 31
Pasal 31
Pasal 31
Pasal 31
123
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Untuk terlaksananya keseragaman, ketertiban, dan
kesatuan tindakan pelaksanaan pemeriksaan, perlu diatur
ketentuan dan tata caranya dengan Peraturan
Pemerintah.
Penjelasan :
Cukup Jelas
Penjelasan :
Cukup Jelas
Penjelasan :
Cukup Jelas
124
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Bab VII
Ketentuan Khusus
Bab VII
Ketentuan Khusus
Bab VII
Ketentuan Khusus
Bab VII
Ketentuan Khusus
Pasal 32
Pasal 32
Pasal 32
Pasal 32
(1)Dalam menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,
Wajib Pajak diwakili dalam hal:
a.badan oleh pengurus;
b.badan yang dinyatakan pailit oleh kurator;
c.badan dalam pembubaran oleh orang atau badan yang
ditugasi untuk melakukan pemberesan;
d.badan dalam likuidasi oleh likuidator;
e.suatu warisan yang belum terbagi oleh salah seorang
ahli warisnya, pelaksana wasiatnya atau yang mengurus
harta peninggalannya; atau
f.anak yang belum dewasa atau orang yang berada dalam
pengampuan oleh wali atau pengampunya.
(1) tetap
Penjelasan :
Dalam Undang-undang ini ditentukan siapa yang menjadi
wakil untuk melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan
Wajib Pajak terhadap Badan, Badan dalam pembubaran,
warisan yang belum dibagi dan anak yang belum dewasa
atau orang yang berada dalam pengampuan. Bagi Wajib
Pajak tersebut perlu ditentukan siapa yang menjadi wakil
atau kuasanya, guna melakukan tindakan hukum,
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan, oleh karena
mereka tidak dapat atau tidak mungkin melakukan sendiri
tindakan hukum tersebut.
Penjelasan :
Dalam Undang-undang ini ditentukan siapa yang menjadi
wakil untuk melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan
Wajib Pajak terhadap badan, badan dalam pembubaran,
warisan yang belum dibagi, dan anak yang belum dewasa
atau orang yang berada dalam pengampuan. Bagi Wajib
Pajak tersebut perlu ditentukan siapa yang menjadi wakil
atau kuasanya, oleh karena mereka tidak dapat atau tidak
mungkin melakukan sendiri tindakan hukum tersebut.
Penjelasan :
tetap
(2) tetap.
Penjelasan :
Dalam Undang-Undang ini ditentukan siapa yang menjadi
wakil untuk melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan
Wajib Pajak terhadap badan, badan yang dinyatakan
pailit, badan dalam pembubaran, badan dalam likuidasi,
warisan yang belum dibagi, dan anak yang belum dewasa
atau orang yang berada dalam pengampuan. Bagi Wajib
Pajak tersebut perlu ditentukan siapa yang menjadi wakil
atau kuasanya karena mereka tidak dapat atau tidak
mungkin melakukan sendiri tindakan hukum tersebut.
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Ayat ini menegaskan bahwa wakil dari Wajib Pajak yang
diatur dalam Undang-undang ini bertanggung jawab
secara pribadi atau secara renteng atas pembayaran pajak
yang terutang. Pengecualian dapat dipertimbangkan oleh
Direktur Jenderal Pajak apabila wakil Wajib Pajak dapat
membuktikan dan meyakinkan bahwa dalam
kedudukannya menurut kewajaran dan kepatutan tidak
mungkin dimintakan pertanggungjawaban secara pribadi
atau secara renteng.
Penjelasan :
tetap
Penjelasan :
Ayat ini menegaskan bahwa wakil Wajib Pajak yang
diatur dalam Undang-Undang ini bertanggung jawab
secara pribadi atau secara renteng atas pembayaran pajak
yang terutang. Pengecualian dapat dipertimbangkan oleh
Direktur Jenderal Pajak apabila wakil Wajib Pajak dapat
membuktikan dan meyakinkan bahwa dalam
kedudukannya, menurut kewajaran dan kepatutan, tidak
mungkin dimintai pertanggungjawaban.
(3) tetap
Penjelasan :
Ayat ini memberikan kelonggaran dan kesempatan bagi
Wajib Pajak untuk minta bantuan orang lain yang
memahami masalah perpajakan sebagai kuasanya, untuk
dan atas namanya membantu melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakan Wajib Pajak. Bantuan tersebut
meliputi pelaksanaan kewajiban formal dan material serta
pemenuhan hak Wajib Pajak yang ditentukan dalam
undang-undang perpajakan.
Penjelasan :
Ayat ini memberikan kelonggaran dan kesempatan bagi
Wajib Pajak untuk minta bantuan pihak lain yang
memahami masalah perpajakan sebagai kuasanya, untuk
dan atas namanya membantu melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakan Wajib Pajak. Bantuan tersebut
meliputi pelaksanaan kewajiban formal dan materiil serta
pemenuhan hak Wajib Pajak yang ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Penjelasan :
Tetap
Penjelasan :
Ayat ini memberikan kelonggaran dan kesempatan bagi
Wajib Pajak untuk meminta bantuan pihak lain yang
memahami masalah perpajakan sebagai kuasanya, untuk
dan atas namanya, membantu melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakan Wajib Pajak.
Bantuan tersebut meliputi pelaksanaan kewajiban formal
dan material serta pemenuhan hak Wajib Pajak yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Yang dimaksud dengan kuasa adalah orang yang
menerima kuasa khusus dari Wajib Pajak untuk
menjalankan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan
tertentu dari Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
126
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Cukup Jelas
Penjelasan :
Cukup jelas.
Penjelasan :
Orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang dalam
menentukan kebijaksanaan dan/atau mengambil
keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan
perusahaan, misalnya berwenang menandatangani
kontrak dengan pihak ketiga, menandatangani cheque,
dan sebagainya, walaupun orang tersebut tidak tercantum
namanya dalam susunan pengurus yang tertera dalam
akte pendirian maupun akte perubahan, termasuk dalam
pengertian pengurus.
Penjelasan :
Orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang dalam
menentukan kebijaksanaan dan atau mengambil
keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan
perusahaan, misalnya berwenang menandatangani
kontrak dengan pihak ketiga, menandatangani cek, dan
sebagainya, walaupun orang tersebut tidak tercantum
namanya dalam susunan pengurus yang tertera dalam
akte pendirian maupun akte perubahan, termasuk dalam
pengertian pengurus. Ketentuan dalam ayat ini berlaku
pula bagi Komisaris dan pemegang saham mayoritas atau
pengendali.
Penjelasan :
Orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang dalam
menentukan kebijaksanaan dan/atau mengambil
keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan
perusahaan, misalnya berwenang menandatangani
kontrak dengan pihak ketiga, menandatangani cek, dan
sebagainya walaupun orang tersebut tidak tercantum
namanya dalam susunan pengurus yang tertera dalam
akte pendirian maupun akte perubahan, termasuk dalam
pengertian pengurus. Ketentuan dalam ayat ini berlaku
pula bagi komisaris dan pemegang saham mayoritas atau
pengendali.
Pasal 33
Pasal 33
Pasal 33
Pasal 33
Pembeli atau penerima jasa sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah bertanggung
jawab secara renteng atas pembayaran pajak, sepanjang
tidak dapat menunjukkan bukti pembayaran pajak.
Tetap
Penjelasan :
Sesuai dengan prinsip beban pembayaran pajak untuk
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah adalah pembeli atau
konsumen barang atau penerima jasa, karena itu sudah
seharusnya apabila pembeli atau konsumen barang dan
penerima jasa bertanggung jawab renteng atas
pembayaran pajak yang terhutang apabila ternyata bahwa
Penjelasan :
Tetap
dihapus
Penjelasan :
Sesuai dengan prinsip beban pembayaran pajak untuk
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah adalah pada pembeli atau
konsumen barang atau penerima jasa. Oleh karena itu
sudah seharusnya apabila pembeli atau konsumen barang
dan penerima jasa bertanggung jawab renteng atas
Sie-Infokum Ditama BinBangKum
127
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Pasal 34
Pasal 34
Pasal 34
(1) tetap
Penjelasan :
Setiap pejabat baik petugas pajak maupun mereka yang
melakukan tugas di bidang perpajakan, dilarang
mengungkapkan kerahasiaan Wajib Pajak yang
menyangkut masalah perpajakan. Masalah kerahasiaan
tersebut perlu mendapatkan perlindungan, untuk
mencegah isalahgunakannya bahan keterangan Wajib
Pajak, dalam usaha persaingan dagang atau
mengungkapkan keadaan asal usul kekayaan atau
penghasilan yang diperoleh, yang pada hakekatnya
merupakan rahasia pribadi, sesuai dengan asas hukum
pajak.
Penjelasan :
Cukup jelas
Penjelasan :
Setiap pejabat baik petugas pajak maupun mereka yang
melakukan tugas di bidang perpajakan, dilarang
mengungkapkan kerahasiaan Wajib Pajak yang
menyangkut masalah perpajakan, antara lain :
a. Surat Pemberitahuan, laporan keuangan, dan lain-lain
yang dilaporkan oleh Wajib Pajak;
b. data yang diperoleh dalam rangka pelaksanaan
pemeriksaan;
c. dokumen dan atau data yang diperoleh dari pihak
ketiga yang bersifat rahasia;
d. dokumen dan atau rahasia Wajib Pajak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berkenaan.
Penjelasan :
Setiap pejabat, baik petugas pajak maupun mereka yang
melakukan tugas di bidang perpajakan dilarang
mengungkapkan kerahasiaan Wajib Pajak yang
menyangkut masalah perpajakan, antara lain:
a. Surat Pemberitahuan, laporan keuangan, dan lainlain yang dilaporkan oleh Wajib Pajak;
b. data yang diperoleh dalam rangka pelaksanaan
pemeriksaan;
c. dokumen dan/atau data yang diperoleh dari pihak
ketiga yang bersifat rahasia;
d. dokumen dan/atau rahasia Wajib Pajak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berkenaan.
(2) tetap
Penjelasan :
tetap.
Penjelasan :
Para ahli, seperti ahli bahasa, akuntan, dan pengacara
yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak untuk
Penjelasan :
Para ahli, seperti ahli/ juru bahasa, akuntan, pengacara
dan sebagainya yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak
untuk membantu pelaksanaan undang-undang perpajakan,
Penjelasan :
Para ahli, seperti ahli bahasa, akuntan, pengacara dan
128
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
(3) tetap.
(3)tetap.
Penjelasan :
Untuk kepentingan pengamanan keuangan negara yang
dilakukan oleh pejabat pemeriksa yang ditugaskan untuk
itu, baik oleh pejabat pemeriksa Badan Pemeriksa
Keuangan, Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan,
Menteri Keuangan dapat memberikan izin kepada Badanbadan tersebut, untuk melihat bukti-bukti perpajakan yang
terikat dengan kerahasiaan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dan ayat (2), dalam rangka melaksanakan tugas
pemeriksaan dan pengawasan keuangan negara yang ada
hubungannya dengan masalah perpajakan.
Penjelasan :
Untuk kepentingan negara, misalnya dalam rangka
mengadakan kerja sama dengan instansi pemerintah
lainnya, keterangan atau bukti tertulis dari atau tentang
Wajib Pajak dapat diberikan atau diperlihatkan kepada
pihak tertentu yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
Dalam surat izin yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan
harus dicantumkan nama Wajib Pajak, nama pihak yang
ditunjuk dan nama pejabat atau ahli atau tenaga ahli yang
diijinkan untuk memberikan keterangan atau
memperlihatkan bukti tertulis dari atau tentang Wajib
Pajak. Pemberian ijin tersebut dilakukan secara terbatas
dalam hal-hal yang dipandang perlu oleh Menteri
Keuangan.
Penjelasan :
Untuk kepentingan negara, misalnya dalam rangka
penyidikan, penuntutan atau dalam rangka mengadakan
kerja sama dengan instansi pemerintah lainnya,
keterangan atau bukti tertulis dari atau tentang Wajib
Pajak dapat diberikan atau diperlihatkan kepada pihak
tertentu yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
Dalam surat izin yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan
harus dicantumkan nama Wajib Pajak, nama pihak yang
ditunjuk dan nama pejabat atau ahli atau tenaga ahli yang
diizinkan untuk memberikan keterangan atau
memperlihatkan bukti tertulis dari atau tentang Wajib
Pajak. Pemberian izin tersebut dilakukan secara terbatas
dalam hal-hal yang dipandang perlu oleh Menteri
Keuangan.
Penjelasan :
Untuk kepentingan negara, misalnya dalam rangka
penyidikan, penuntutan, atau dalam rangka mengadakan
kerja sama dengan instansi pemerintah lain, keterangan
atau bukti tertulis dari atau tentang Wajib Pajak dapat
diberikan atau diperlihatkan kepada pihak tertentu yang
ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
Dalam surat izin yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan
harus dicantumkan nama Wajib Pajak, nama pihak yang
ditunjuk, dan nama pejabat, ahli, atau tenaga ahli yang
diizinkan untuk memberikan keterangan atau
memperlihatkan bukti tertulis dari atau tentang Wajib
Pajak. Pemberian izin tersebut dilakukan secara terbatas
dalam hal-hal yang dipandang perlu oleh Menteri
Keuangan.
(4) tetap.
Penjelasan :
Untuk melaksanakan pemeriksaan di sidang pengadilan
dalam perkara pidana yang berhubungan dengan masalah
perpajakan, demi kepentingan peradilan, Menteri
Penjelasan :
Untuk melaksanakan pemeriksaan di sidang pengadilan
dalam perkara pidana atau perdata yang berhubungan
dengan masalah perpajakan, demi kepentingan peradilan
Penjelasan :
Untuk melaksanakan pemeriksaan di sidang pengadilan
dalam perkara pidana atau perdata yang berhubungan
dengan masalah perpajakan, demi kepentingan peradilan
Penjelasan :
Untuk melaksanakan pemeriksaan pada sidang pengadilan
dalam perkara pidana atau perdata yang berhubungan
dengan masalah perpajakan, demi kepentingan peradilan,
130
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
(5) tetap.
Penjelasan :
Maksud dari ayat ini adalah merupakan pembatasan dan
penegasan, bahwa keterangan perpajakan yang diminta
tersebut adalah hanya mengenai perkara pidana tentang
perbuatan atau peristiwa yang menyangkut bidang
perpajakan dan hanya terbatas pada tersangka yang
bersangkutan.
Penjelasan :
Maksud dari ayat ini adalah merupakan pembatasan dan
penegasan, bahwa keterangan perpajakan yang diminta
tersebut adalah hanya mengenai perkara pidana atau
perdata tentang perbuatan atau peristiwa yang
menyangkut bidang perpajakan dan hanya terbatas pada
tersangka yang bersangkutan.
Pasal 35
Pasal 35
Penjelasan :
Untuk menjalankan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan, pihak ketiga yang mempunyai
hubungan dengan Wajib Pajak yang diperiksa, seperti
Konsulen Pajak, Akuntan Publik, Notaris dan pihak atau
orang lainnya yang ada hubungannya dengan tindakan
atau kegiatan usaha Wajib Pajak harus memberikan
keterangan dan bukti-bukti yang diminta petugas
Penjelasan :
Ayat ini merupakan pembatasan dan penegasan bahwa
keterangan perpajakan yang diminta hanya mengenai
perkara pidana atau perdata tentang perbuatan atau
peristiwa yang menyangkut bidang perpajakan dan hanya
terbatas pada tersangka yang bersangkutan.
Pasal 35
(1) tetap
Penjelasan :
Untuk menjalankan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan, atas permintaan tertulis Direktur
Jenderal Pajak, pihak ketiga yaitu bank,akuntan publik,
notaris, konsultan pajak, kantor administrasi, dan pihak
ketiga lainnya yang mempunyai hubungan dengan
Sie-Infokum Ditama BinBangKum
Pasal 35
1)Apabila dalam menjalankan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan diperlukan keterangan
atau bukti dari bank, akuntan publik, notaris, konsultan
pajak, kantor administrasi, dan/atau pihak ketiga lainnya,
yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang
dilakukan pemeriksaan pajak, penagihan pajak, atau
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, atas
permintaan tertulis dari Direktur Jenderal Pajak, pihakpihak tersebut wajib memberikan keterangan atau bukti
yang diminta.
Penjelasan :
Untuk menjalankan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan, atas permintaan tertulis Direktur
Jenderal Pajak, pihak ketiga yaitu bank, akuntan publik,
131
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
NO.
Penjelasan :
Cukup jelas
Penjelasan :
Cukup jelas
(3)Tata cara permintaan keterangan atau bukti dari pihakpihak yang terikat oleh kewajiban merahasiakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Penjelasan :
Cukup jelas.
132
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
133
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Pasal 36
Pasal 36
(1) Direktur Jenderal Pajak dapat :
a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi
berupa bunga, denda, dan kenaikan yang terhutang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena
kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya;
b. mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak yang
tidak benar.
Penjelasan :
Dapat saja terjadi dalam praktek, bahwa sanksi
administrasi yang dikenakan kepada Wajib Pajak, karena
ketidaktelitian petugas pajak dapat membebani Wajib
Pajak yang tidak bersalah atau tidak memahami peraturan
perpajakan. Dalam hal yang demikian, sanksi administrasi
berupa bunga, denda, dan kenaikan yang telah ditetapkan
dapat dihapuskan atau dikurangkan oleh Direktur Jenderal
Pajak.
Demikian juga Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya,
dan berlandaskan unsur keadilan dapat mengurangkan
atau membatalkan Ketetapan Pajak yang tidak benar,
misalnya Wajib Pajak yang ditolak pengajuan
keberatannya karena tidak memenuhi persyaratan
formal(memasukkan Surat Keberatan tidak pada
(1) tetap
Pasal 36
(1) tetap
Penjelasan :
Dapat saja terjadi dalam praktek, bahwa sanksi
administrasi yang dikenakan kepada Wajib Pajak, karena
ketidaktelitian petugas pajak dapat membebani Wajib
Pajak yang tidak bersalah atau tidak memahami peraturan
perpajakan. Dalam hal yang demikian, sanksi administrasi
berupa bunga, denda, dan kenaikan yang telah ditetapkan
dapat dihapuskan atau dikurangkan oleh Direktur Jenderal
Pajak. Demikian juga Direktur Jenderal Pajak karena
jabatannya, dan berlandaskan unsur keadilan dapat
mengurangkan atau membatalkan Ketetapan Pajak yang
tidak benar, misalnya Wajib Pajak yang ditolak pengajuan
keberatannya karena tidak memenuhi persyaratan formal
memasukkan Surat Keberatan tidak pada waktunya)
meskipun persyaratan material terpenuhi. Dapat saja
Sie-Infokum Ditama BinBangKum
Pasal 36
(1)Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas
permohonan Wajib Pajak dapat:
a.mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi
berupa bunga, denda, dan kenaikan yang terutang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena
kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya;
b.mengurangkan atau membatalkan surat ketetapan pajak
yang tidak benar;
c.mengurangkan atau membatalkan Surat Tagihan Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 yang tidak benar;
atau
d.membatalkan hasil pemeriksaan pajak atau surat
ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan
tanpa:
1.penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan;
atau
2.pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan Wajib
Pajak.
Penjelasan :
Dalam praktik dapat ditemukan sanksi administrasi yang
dikenakan kepada Wajib Pajak tidak tepat karena
ketidaktelitian petugas pajak yang dapat membebani
134
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
135
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
(2) tetap
136
NO.
Penjelasan :
Cukup jelas.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Cukup jelas
Penjelasan :
Cukup jelas.
Pasal 36A
Pasal 36A
Penjelasan :
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada Wajib
Pajak dan meningkatkan kemampuan petugas pajak maka
terhadap petugas pajak yang
menghitung atau
menetapkan pajak yang tidak sesuai dengan Undangundang perpajakan yang berlaku sehingga menimbulkan
kerugian negara, dikenakan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penjelasan :
Dalam rangka mengamankan penerimaan negara dan
meningkatkan profesionalisme pegawai pajak dalam
melaksanakan ketentuan undang-undang perpajakan,
terhadap pegawai pajak yang dengan sengaja menghitung
atau menetapkan pajak yang tidak sesuai dengan undangundang sehingga mengakibatkan kerugian pada
pendapatan negara dikenai sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2)Pegawai pajak yang dalam melakukan tugasnya dengan
sengaja bertindak di luar kewenangannya yang diatur
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, dapat diadukan ke unit internal Departemen
Keuangan yang berwenang melakukan pemeriksaan dan
investigasi dan apabila terbukti melakukannya dikenai
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Penjelasan :
Ayat ini mengatur pelanggaran yang dilakukan pegawai
pajak, misalnya apabila pegawai pajak melakukan
pelanggaran di bidang kepegawaian, pegawai pajak dapat
diadukan karena telah melanggar peraturan perundangundangan di bidang kepegawaian. Apabila pegawai pajak
dianggap melakukan tindak pidana, pegawai pajak dapat
137
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
138
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
139
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Pasal 37
Perubahan besarnya sanksi administrasi berupa bunga,
denda administrasi, dan kenaikan diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Penjelasan :
Sesuai dengan keadaan ekonomi keuangan, nilai uang
akan dapat berubah-ubah. Karena itu undang-undang
Pasal 37
tetap
Pasal 37
Pasal 37
Perubahan besarnya imbalan bunga dan sanksi
administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan, diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
tetap
Penjelasan :
Sesuai dengan keadaan ekonomi keuangan, nilai uang
akan dapat berubah-ubah. Karena itu undang-undang
Sie-Infokum Ditama BinBangKum
140
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Pasal 37A
(1)Wajib Pajak yang menyampaikan pembetulan Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sebelum
Tahun Pajak 2007, yang mengakibatkan pajak yang masih
harus dibayar menjadi lebih besar dan dilakukan paling
lama dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah
berlakunya Undang-Undang ini, dapat diberikan
pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi
berupa bunga atas keterlambatan pelunasan kekurangan
pembayaran pajak yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Penjelasan :
Cukup Jelas
(2)Wajib Pajak orang pribadi yang secara sukarela
mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib
Pajak paling lama 1 (satu) tahun setelah berlakunya
Undang-Undang ini diberikan penghapusan sanksi
administrasi atas pajak yang tidak atau kurang dibayar
untuk Tahun Pajak sebelum diperoleh Nomor Pokok Wajib
Pajak dan tidak dilakukan pemeriksaan pajak, kecuali
terdapat data atau keterangan yang menyatakan bahwa
Surat Pemberitahuan yang disampaikan Wajib Pajak tidak
benar atau menyatakan lebih bayar.
Penjelasan :
Cukup Jelas
Sie-Infokum Ditama BinBangKum
141
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Pasal 38
Pasal 38
Pasal 38
Pasal 38
Penjelasan :
Pelanggaran terhadap kewajiban perpajakan yang
dilakukan oleh Wajib Pajak, sepanjang menyangkut
tindakan administrasi perpajakan dikenakan sanksi
administrasi, sedangkan yang menyangkut tindak pidana
di bidang perpajakan, dikenakan sanksi pidana. Dengan
adanya sanksi pidana tersebut, diharapkan tumbuhnya
kesadaran bagi Wajib Pajak untuk mematuhi atau
melakukan kewajiban perpajakannya seperti yang
ditentukan dalam undang-undang perpajakan. Kealpaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini berarti tidak
sengaja, lalai, tidak hati-hati dan tidak memperdulikan
kewajibannya, sehingga perbuatannya tersebut
mengakibatkan kerugian bagi negara.
Penjelasan :
Pelanggaran terhadap kewajiban perpajakan yang
dilakukan oleh Wajib Pajak, sepanjang menyangkut
tindakan administrasi perpajakan dikenakan sanksi
administrasi, sedangkan yang menyangkut tindak pidana
di bidang perpajakan, dikenakan sanksi pidana. Perbuatan
atau tindakan sebagaimana dimaksud dalam pasal ini
bukan merupakan pelanggaran administrasi tetapi
merupakan tindak pidana.
Dengan adanya sanksi pidana tersebut, diharapkan
tumbuhnya kesadaran Wajib Pajak untuk mematuhi
kewajiban perpajakan seperti yang ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan perpajakan. Kealpaan yang
dimaksud dalam pasal ini berarti tidak sengaja, lalai, tidak
hati-hati, atau kurang mengindahkan tidak memperdulikan
kewajibannya, sehingga perbuatan tersebut menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara.
Penjelasan :
Pelanggaran terhadap kewajiban perpajakan yang
dilakukan oleh Wajib Pajak, sepanjang menyangkut
tindakan administrasi perpajakan dikenakan sanksi
administrasi, sedangkan yang menyangkut tindak pidana
di bidang perpajakan, dikenakan sanksi pidana. Perbuatan
atau tindakan sebagaimana dimaksud dalam pasal ini
bukan merupakan pelanggaran administrasi tetapi
merupakan tindak pidana.
Dengan adanya sanksi pidana tersebut, diharapkan
tumbuhnya kesadaran Wajib Pajak untuk mematuhi
kewajiban perpajakan seperti yang ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Kealpaan yang dimaksud dalam Pasal ini berarti tidak
sengaja, lalai, tidak hati-hati, atau kurang mengindahkan
kewajibannya, sehingga perbuatan tersebut menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara.
Penjelasan :
Pelanggaran terhadap kewajiban perpajakan yang
dilakukan oleh Wajib Pajak, sepanjang menyangkut
tindakan administrasi perpajakan, dikenai sanksi
administrasi dengan menerbitkan surat ketetapan pajak
atau Surat Tagihan Pajak, sedangkan yang menyangkut
tindak pidana di bidang perpajakan dikenai sanksi pidana.
Perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud dalam
pasal ini bukan merupakan pelanggaran administrasi
melainkan merupakan tindak pidana di bidang perpajakan.
Dengan adanya sanksi pidana tersebut, diharapkan
tumbuhnya kesadaran Wajib Pajak untuk mematuhi
kewajiban perpajakan seperti yang ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Kealpaan yang dimaksud dalam pasal ini berarti tidak
sengaja, lalai, tidak hati-hati, atau kurang mengindahkan
kewajibannya sehingga perbuatan tersebut dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.
142
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Pasal 39
Pasal 39
Pasal 39
Pasal 39
Penjelasan :
Perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud dalam
ayat ini yang dilakukan dengan sengaja bukan lagi
merupakan pelanggaran administrasi tetapi merupakan
tindak pidana kejahatan, karena itu diancam dengan
pidana yang lebih berat daripada perbuatan karena
kealpaan yang sifatnya adalah pelanggaran.
Penjelasan :
Perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud pada
ayat ini yang dilakukan dengan sengaja dikenakan sanksi
yang berat mengingat pentingnya peranan penerimaan
pajak dalam penerimaan negara.
Penjelasan :
tetap
143
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
(2) tetap
Penjelasan :
Ayat (2)
Untuk mencegah terjadinya pengulangan tindak pidana di
bidang perpajakan, maka bagi mereka yang melakukan
lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat
satu tahun sejak selesai menjalani sebagian atau seluruh
pidana penjara yang dijatuhkan, dikenakan pidana lebih
berat, ialah dua kali lipat dari ancaman pidana yang diatur
dalam ayat (1).
Penjelasan :
Ayat (2)
Untuk mencegah terjadinya pengulangan tindak pidana di
bidang perpajakan, maka bagi mereka yang melakukan
lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat
satu tahun sejak selesainya menjalani sebagian atau
seluruh pidana penjara yang dijatuhkan, dikenakan pidana
lebih berat, ialah dilipatkan dua dari ancaman pidana yang
diatur pada ayat (1).
Penjelasan :
Ayat (2)
Untuk mencegah terjadinya pengulangan tindak pidana di
bidang perpajakan, maka bagi mereka yang melakukan
lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1
(satu) tahun sejak selesainya menjalani sebagian atau
seluruh pidana penjara yang dijatuhkan, dikenakan pidana
lebih berat, ialah dilipatkan 2 (dua) dari ancaman pidana
yang diatur dalam ayat (1).
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Penyalahgunaan atau penggunaan tanpa hak Nomor
Pokok Wajib Pajak atau Nomor Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, atau penyampaian Surat Pemberitahuan yang
isinya tidak benar atau tidak lengkap dalam rangka
mengajukan permohonan restitusi pajak dan/atau
kompensasi pajak yang tidak benar, sangat merugikan
negara. Oleh karena itu percobaan melakukan tindak
pidana tersebut merupakan delik tersendiri.
Wajib Pajak.
Penjelasan :
Penyalahgunaan atau penggunaan tanpa hak Nomor
Pokok Wajib Pajak atau Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak, atau penyampaian Surat Pemberitahuan yang
isinya tidak benar atau tidak lengkap dalam rangka
mengajukan permohonan restitusi pajak dan atau
kompensasi pajak yang tidak benar, sangat merugikan
negara. Oleh karena itu percobaan melakukan tindak
pidana tersebut merupakan delik tersendiri.
145
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Pasal 40
Pasal 40
Tindak pidana di bidang perpajakan tidak dapat dituntut
setelah lampau waktu sepuluh tahun sejak saat
terhutangnya pajak, berakhirnya Masa Pajak, berakhirnya
Bagian Tahun Pajak, atau berakhirnya Tahun Pajak yang
bersangkutan.
Pasal 40
tetap
tetap
Pasal 40
tetap
Penjelasan :
Tindak pidana di bidang perpajakan daluwarsa sepuluh
tahun, dari sejak saat terhutangnya pajak, berakhirnya
Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak yang
bersangkutan. Hal tersebut dimaksudkan guna
memberikan suatu kepastian hukum bagi Wajib Pajak,
Penuntut Umum dan Hakim. Jangka waktu sepuluh tahun
tersebut adalah untuk menyesuaikan dengan daluwarsa
penyimpanan dokumen-dokumen perpajakan yang
dijadikan dasar penghitungan jumlah pajak yang
terhutang, selama sepuluh tahun.
Pasal 41
Pasal 41
Pasal 41
Pasal 41
146
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Untuk menjamin bahwa kerahasiaan mengenai perpajakan
tidak akan diberitahukan pada pihak lain, dan supaya
Wajib Pajak dalam memberikan data-data dan keterangan
tidak ragu-ragu, dalam rangka pelaksanaan Undangundang Perpajakan, maka perlu adanya sanksi pidana bagi
pejabat yang bersangkutan yang menyebabkan terjadinya
pelanggaran pengungkapan kerahasiaan tersebut.
Pelanggaran kerahasiaan yang dilakukan menurut ayat ini,
adalah dilakukan karena kealpaannya dalam arti lalai,
tidak hati-hati atau tidak memperdulikan sehingga
kewajiban untuk merahasiakan keadaan, keterangan atau
bukti-bukti yang ada pada Wajib Pajak yang dilindungi oleh
undang-undang perpajakan, dilanggar. Atas pelanggaran
karena kealpaannya tersebut dihukum dengan hukuman
yang setimpal dengan kealpaannya tersebut.
Penjelasan :
Untuk menjamin bahwa kerahasiaan mengenai perpajakan
tidak akan diberitahukan kepada pihak lain dan supaya
Wajib Pajak dalam memberikan data dan keterangan tidak
ragu-ragu, dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang
Perpajakan, maka perlu adanya sanksi pidana bagi pejabat
yang bersangkutan yang menyebabkan terjadinya
pengungkapan kerahasiaan tersebut.
Pengungkapan kerahasiaan menurut ayat ini adalah
dilakukan karena kealpaan dalam arti lalai, tidak hati-hati,
atau kurang mengindahkan, sehingga kewajiban untuk
merahasiakan, keterangan, atau bukti-bukti yang ada
pada wajib pajak yang dilindungi oleh Undang-Undang
Perpajakan, dilanggar. Atas kealpaan tersebut dihukum
dengan hukuman yang setimpal.
Penjelasan :
Untuk menjamin bahwa kerahasiaan mengenai perpajakan
tidak akan diberitahukan kepada pihak lain dan supaya
Wajib Pajak dalam memberikan data dan keterangan tidak
ragu-ragu, dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang
Perpajakan, perlu adanya sanksi pidana bagi pejabat yang
bersangkutan
yang
menyebabkan
terjadinya
pengungkapan kerahasiaan tersebut.
Pengungkapan kerahasiaan sebagaimana dimaksud pada
ayat ini dilakukan karena kealpaan dalam arti lalai, tidak
hati-hati, atau kurang mengindahkan sehingga kewajiban
untuk merahasiakan keterangan atau bukti-bukti yang ada
pada Wajib Pajak yang dilindungi oleh Undang-Undang
Perpajakan dilanggar. Atas kealpaan tersebut, pelaku
dihukum dengan hukuman yang setimpal.
Penjelasan :
Untuk menjamin bahwa kerahasiaan mengenai perpajakan
tidak akan diberitahukan kepada pihak lain dan supaya
Wajib Pajak dalam memberikan data dan keterangan tidak
ragu-ragu, dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang
Perpajakan, perlu adanya sanksi pidana bagi pejabat yang
bersangkutan
yang
menyebabkan
terjadinya
pengungkapan kerahasiaan tersebut.
Pengungkapan kerahasiaan sebagaimana dimaksud pada
ayat ini dilakukan karena kealpaan dalam arti lalai, tidak
hati-hati, atau kurang mengindahkan sehingga kewajiban
untuk merahasiakan keterangan atau bukti-bukti yang ada
pada Wajib Pajak yang dilindungi oleh Undang-Undang
Perpajakan dilanggar. Atas kealpaan tersebut, pelaku
dihukum dengan hukuman yang setimpal.
Penjelasan :
Ketentuan yang diatur dalam ayat ini adalah berunsur
kesengajaan sehingga mengakibatkan pembocoran
kerahasiaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34.
Karena itu hukumannya lebih berat dibanding dengan
sanksi pidana yang ditentukan dalam ayat (1). Unsur
kesengajaan tersebut menjurus pada kejahatan, karena itu
hukumannya sesuai dengan perbuatan kejahatan tersebut.
Penjelasan :
Perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud pada
ayat ini yang dilakukan dengan sengaja dikenakan sanksi
yang lebih berat dibanding dengan perbuatan atau
tindakan yang dilakukan karena kealpaan, agar pejabat
yang bersangkutan lebih berhati-hati untuk tidak
melakukan perbuatan membocorkan rahasia Wajib Pajak.
(3) tetap.
Penjelasan :
Perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud pada
ayat ini yang dilakukan dengan sengaja dikenai sanksi
yang lebih berat dibandingkan dengan perbuatan atau
tindakan yang dilakukan karena kealpaan agar pejabat
yang bersangkutan lebih berhati-hati untuk tidak
melakukan perbuatan membocorkan rahasia Wajib Pajak.
(3) tetap.
Penjelasan :
tetap.
(3)tetap.
147
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Tuntutan pidana terhadap pelanggaran kerahasiaan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) sesuai
dengan sifatnya, adalah menyangkut kepentingan pribadi
seseorang atau Badan selaku Wajib Pajak, karena itu
dijadikan tindak pidana pengaduan.
Penjelasan :
Tuntutan pidana terhadap pelanggaran kerahasiaan
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dan ayat (2) sesuai
dengan sifatnya, adalah menyangkut kepentingan pribadi
seseorang atau badan selaku Wajib Pajak, karena itu
dijadikan tindak pidana pengaduan.
Penjelasan :
Tuntutan pidana terhadap pelanggaran kerahasiaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sesuai
dengan sifatnya adalah menyangkut kepentingan pribadi
seseorang atau badan selaku Wajib Pajak.
Pasal 41A
Pasal 41A
Pasal 41A
Penjelasan :
Agar pihak ketiga memenuhi permintaan Direktorat
Jenderal Pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 35 maka
perlu adanya sanksi pidana bagi pihak ketiga yang
melakukan perbuatan atau tindakan sebagaimana
dimaksud dalam pasal ini.
Penjelasan :
Tetap.
Penjelasan :
tetap
Penjelasan :
tetap.
Pasal 41B
Pasal 41B
Pasal 41B
Penjelasan :
Seseorang yang melakukan perbuatan menghalangi atau
mempersulit penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan misalnya menghalangi Penyidik melakukan
penggeledahan, menyembunyikan bahan bukti dan
sebagainya sebagaimana dimaksud dalam pasal ini,
Penjelasan :
Seseorang yang melakukan perbuatan menghalangi atau
mempersulit penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan misalnya menghalangi Penyidik melakukan
penggeledahan, menyembunyikan bahan bukti dan
sebagainya sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini,
Penjelasan :
Seseorang yang melakukan perbuatan menghalangi atau
mempersulit penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan, misalnya menghalangi penyidik melakukan
penggeledahan dan/atau menyembunyikan bahan bukti
sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini dikenai sanksi
148
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
pidana.
Pasal 41C
(1)Setiap orang yang dengan sengaja tidak memenuhi
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A ayat
(1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu)
tahun atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
Penjelasan :
Cukup Jelas.
(2)Setiap orang yang dengan sengaja menyebabkan tidak
terpenuhinya kewajiban pejabat dan pihak lain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A ayat (1) dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 10 (sepuluh) bulan
atau denda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan
ratus juta rupiah).
Penjelasan :
Cukup Jelas.
(3)Setiap orang yang dengan sengaja tidak memberikan
data dan informasi yang diminta oleh Direktur Jenderal
Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A ayat (2)
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 10 (sepuluh)
bulan atau denda paling banyak Rp800.000.000,00
(delapan ratus juta rupiah).
Penjelasan :
Cukup Jelas.
(4)Setiap orang yang dengan sengaja menyalahgunakan
data dan informasi perpajakan sehingga menimbulkan
kerugian kepada negara dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak
149
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Pasal 42
dihapus
dihapus
Penjelasan :
Cukup Jelas
dihapus
dihapus
dihapus
dihapus
Pasal 43
Pasal 43
tetap
Penjelasan :
Ayat (1)
Yang dipidana karena melakukan perbuatan tindak pidana
di bidang perpajakan tidak terbatas pada Wajib Pajak,
wakil Wajib Pajak, kuasa Wajib Pajak, atau pegawai Wajib
Pajak, namun juga terhadap mereka yang menyuruh
melakukan, yang turut serta melakukan, yang
menganjurkan, atau
yang membantu melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan.
Pasal 43
(1)Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 dan
Pasal 39A, berlaku juga bagi wakil, kuasa, pegawai dari
Wajib Pajak, atau pihak lain yang menyuruh melakukan,
yang turut serta melakukan, yang menganjurkan, atau
yang membantu melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan.
Penjelasan :
Ayat (1)
Yang dipidana karena melakukan perbuatan tindak pidana
di bidang perpajakan tidak terbatas pada Wajib Pajak,
wakil Wajib Pajak, kuasa Wajib Pajak, pegawai Wajib
Pajak, Akuntan Publik, Konsultan Pajak, atau pihak lain,
tetapi juga terhadap mereka yang menyuruh melakukan,
yang turut serta melakukan, yang menganjurkan, atau
yang membantu melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan.
150
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
tetap
Penjelasan :
Cukup Jelas
151
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Bab IX
Penyidikan
Bab IX
Penyidikan
Bab IX
Penyidikan
Bab IX
Penyidikan
Pasal 44
Pasal 44
Pasal 44
Pasal 44
1)Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan hanya
dapat dilakukan oleh Pejabat Pegawai Negeri Sipil
tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang
diberi wewenang khusus sebagai penyidik tindak pidana di
bidang perpajakan.
(1) tetap
Penjelasan :
Penyidikan di bidang perpajakan adalah serangkaian
tindakan penyidik untuk mencari serta mengumpulkan
bukti yang diperlukan, sehingga dapat membuat terang
tentang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi,
dan guna menemukan tersangka serta mengetahui
besarnya pajak terhutang yang diduga digelapkan.
Penyidik di bidang perpajakan adalah pejabat pegawai
negeri tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak
yang diangkat oleh Menteri Kehakiman sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penyidikan tindak pidana dalam bidang perpajakan
dilaksanakan menurut ketentuan yang diatur dalam
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana dan peraturan pelaksanaannya.
Penjelasan :
Penyidik di bidang perpajakan adalah pejabat pegawai
negeri tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak
yang diangkat oleh Menteri Kehakiman sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan
dilaksanakan menurut ketentuan yang diatur dalam
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana dan peraturan pelaksanaannya.
Penjelasan :
Penyidik di bidang perpajakan adalah pejabat pegawai
negeri tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak
yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan
dilaksanakan menurut ketentuan yang diatur dalam
Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.
Penjelasan :
Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak yang diangkat sebagai penyidik
tindak pidana di bidang perpajakan oleh pejabat yang
berwenang adalah penyidik tindak pidana di bidang
perpajakan. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan
dilaksanakan menurut ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.
152
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Cukup Jelas
Penjelasan :
Cukup Jelas
Penjelasan :
Pada ayat ini diatur wewenang Pejabat Pegawai Negeri
NO.
Penjelasan :
Cukup Jelas
153
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Cukup Jelas
Penjelasan :
Cukup Jelas
Penjelasan :
Cukup Jelas
Penjelasan :
Cukup Jelas
(4)Dalam rangka pelaksanaan kewenangan penyidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyidik dapat
meminta bantuan aparat penegak hukum lain.
Penjelasan :
Cukup Jelas
Pasal 44 A
Pasal 44 A
Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1)
menghentikan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 44 ayat (2) huruf j dalam hal tidak terdapat cukup
bukti, atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak
pidana di bidang perpajakan, atau penyidikan dihentikan
karena peristiwanya telah daluwarsa, atau tersangka
meninggal dunia.
tetap
Pasal 44 A
tetap
Penjelasan :
Dalam hal penyidikan pidana di bidang perpajakan
Sie-Infokum Ditama BinBangKum
154
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Pasal 44B
Pasal 44B
tetap
Penjelasan :
Cukup Jelas
Bab X
Ketentuan Peralihan
Penjelasan :
Untuk kepentingan penerimaan negara, atas permintaan
Menteri Keuangan, Jaksa Agung dapat menghentikan
penyidikan tindak pidana perpajakan sepanjang perkara
pidana tersebut belum dilimpahkan ke pengadilan.
Penjelasan :
Cukup Jelas.
Penjelasan :
Cukup Jelas
Bab X
Ketentuan Peralihan
Bab X
Ketentuan Peralihan
Bab X
Ketentuan Peralihan
Pasal 45
Terhadap pajak-pajak yang terhutang pada suatu saat,
untuk Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
yang berakhir sebelum saat berlakunya undang-undang ini,
tetap berlaku ketentuan peraturan perundang-undangan
Sie-Infokum Ditama BinBangKum
155
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
dihapus
156
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Penjelasan :
Ordonansi pajak Perseroan 1925 dan Undang-undang
Pajak atas Bunga, Dividen dan Royalty 1970 beserta
semua peraturan pelaksanaannya tetap berlaku terhadap
penghasilan kena pajak yang diterima atau diperoleh
dalam bidang penambangan minyak dan gas bumi dan
dalam bidang penambangan lainnya yang dilakukan dalam
rangka perjanjian Kontrak Karya dan Kontrak Bagi Hasil,
sepanjang perjanjian Kontrak Karya dan Kontrak Bagi
Hasil tersebut masih berlaku pada saat berlakunya
undang-undang ini. Ketentuan undang-undang ini baru
berlaku terhadap penghasilan kena pajak yang diterima
atau diperoleh dalam bidang penambangan minyak dan
gas bumi yang dilakukan dalam bentuk perjanjian Kontrak
Karya dan Kontrak Bagi Hasil, apabila perjanjian Kontrak
karya dan Kontrak Bagi Hasil tersebut dibuat setelah
berlakunya undang-undang ini.
Pasal 47A
Terhadap semua hak dan kewajiban perpajakan yang
belum diselesaikan, diberlakukan ketentuan Undangundang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994.
Penjelasan :
Dalam rangka memberikan kepastian kepada Wajib Pajak
maka mengenai hak dan kewajiban perpajakan yang
belum diselesaikan untuk tahun pajak 2000 dan
sebelumnya tetap diberlakukan Undang-undang Nomor 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undangundang Nomor 9 Tahun 1994.
Bab XI
Ketentuan Penutup
157
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Pasal II
Pasal II
Pasal II
Pasal 48
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam undang-undang ini,
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Penjelasan :
Untuk menampung hal-hal yang belum cukup diatur
mengenai tata cara atau kelengkapan yang materinya
sudah dicantumkan dalam Undang-undang ini, diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Dengan demikian
akan lebih mudah mengadakan penyesuaian pelaksanaan
Undang-undang ini dan tata cara yang diperlukan.
Pasal 49
Ketentuan dalam undang-undang ini berlaku pula bagi
undang- undang perpajakan lainnya, kecuali apabila
ditentukan lain.
Penjelasan :
Cukup Jelas
Pasal 50
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari
1984. Agar supaya setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan undang-undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Penjelasan :
Cukup Jelas
Penjelasan :
158
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
Cukup Jelas
Penjelasan :
Cukup Jelas
Pasal III
Undang-undang ini dapat disebut Undang-undang
Perubahan Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan
Penjelasan :
Cukup Jelas
Pasal IV
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari
1995.
Penjelasan :
Cukup Jelas
Sie-Infokum Ditama BinBangKum
159
NO.
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
UNDANG UNDANG
160