Anda di halaman 1dari 10

TINJAUAN KEBUDAYAAN TRADISIONAL DAN

MODERN DARI ASPEK GLOBALISASI


ANNISA LISTYANA
FKIP BK
09.0301.0122
Dosen : Drs. Subiyanto, M.Pd
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya makalah ini dilakukan untuk memenuhi tugas yang sudah diberikan dalam
mata kuliah Ilmu Budaya Dasar yang wajib disusun oleh mahasiswa FKIP/BK semester 1
tahun 2009/2010. Ini dimaksudkan agar para mahasiswa/mahasiswi tidak hanya belajar
secara teori di dalam kelas tetapi dapat meninjau sendiri tentang materi yang berkaitan.
Sehingga secara tidak langsung makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
para mahasiswa. Melalui makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat pembaca.
Sekarang ini masyarakat dunia, termasuk Indonesia, sedang masuk dalam era globaliasi.
Meruntut waktu, dalam lima tahun belakangan ini kita, terutama saya sering sekali
mendengar kata Globalisasi baik itu dalam media massa ataupun melalui percakapan
sehari-hari, entah percakapan itu dilakukan oleh para ahli atau oleh para ibu-ibu tetangga
di sekitar tempat tinggal saya. Singkatnya kata Globalisasi sepertinya sudah menjadi
milik umum meski entah berapa persen dari masyarakat yang betul-betul memahami
pengertian dari globalisasi itu sendiri.
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus
dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu.
Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses
globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi
menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan
dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan.
Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang
lalu, dan mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun

terakhir. Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat
seluruh dunia. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia
secara mendasar.
Globalisasi sering diperbincangkan oleh banyak orang, mulai dari para pakar ekonomi,
sampai penjual iklan. Dalam kata globalisasi tersebut mengandung suatu pengetian akan
hilangnya satu situasi dimana berbagai pergerakan barang dan jasa antar negara diseluruh
dunia dapat bergerak bebas dan terbuka dalam perdagangan. Dan dengan terbukanya satu
negara terhadap negara lain, yang masuk bukan hanya barang dan jasa, tetapi juga
teknologi, pola konsumsi, pendidikan, nilai budaya dan lain-lain.
Konsep akan globalisasi menurut Robertson (1992), mengacu pada penyempitan dunia
secara insentif dan peningkatan kesadaran kita akan dunia, yaitu semakin meningkatnya
koneksi global dan pemahaman kita akan koneksi tersebut. Di sini penyempitan dunia
dapat dipahami dalam konteks institusi modernitas dan intensifikasi kesadaran dunia
dapat dipersepsikan refleksif dengan lebih baik secara budaya.
Globalisasi memiliki banyak penafsiran dari berbagai sudut pandang. Sebagian orang
menafsirkan globalisasi sebagai proses pengecilan dunia atau menjadikan dunia
sebagaimana layaknya sebuah perkampungan kecil. Sebagian lainnya menyebutkan
bahwa globalisasi adalah upaya penyatuan masyarakat dunia dari sisi gaya hidup,
orientasi, dan budaya.
Pengertian lain dari globalisasi seperti yang dikatakan oleh Barker (2004) adalah bahwa
globalisasi merupakan koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik yang semakin
mengarah ke berbagai arah di seluruh penjuru dunia dan merasuk ke dalam kesadaran
kita. Produksi global atas produk lokal dan lokalisasi produk global.
Gaung globalisasi, yang sudah mulai terasa sejak akhir abad ke-20, telah membuat
masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia harus bersiap-siap menerima kenyataan
masuknya pengaruh luar terhadap seluruh aspek kehidupan bangsa. Salah satu aspek
yang terpengaruh adalah kebudayaan. Bagi bangsa Indonesia aspek kebudayaan
merupakan salah satu kekuatan bangsa yang memiliki kekayaan nilai yang beragam,
termasuk keseniannya. Kesenian rakyat, salah satu bagian dari kebudayaan bangsa
Indonesia tidak luput dari pengaruh globalisasi.
Globalisasi dalam kebudayaan dapat berkembang dengan cepat, hal ini tentunya
dipengaruhi oleh adanya kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh akses komunikasi
dan berita namun hal ini justru menjadi bumerang tersendiri dan menjadi suatu masalah
yang paling krusial atau penting dalam globalisasi, yaitu kenyataan bahwa perkembangan
ilmu pengertahuan dikuasai oleh negara-negara maju, bukan negara-negara berkembang
seperti Indonesia. Mereka yang memiliki dan mampu menggerakkan komunikasi
internasional justru negara-negara maju. Akibatnya, negara-negara berkembang, seperti
Indonesia selalu khawatir akan tertinggal dalam arus globalisai dalam berbagai bidang
seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, termasuk kesenian kita.

Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar Ilmu
pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan
transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa.
Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi
peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Simon Kemoni,
sosiolog asal Kenya mengatakan bahwa globalisasi dalam bentuk yang alami akan
meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Dalam proses alami ini, setiap
bangsa akan berusaha menyesuaikan budaya mereka dengan perkembangan baru
sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan dan menghindari kehancuran. Tetapi,
menurut Simon Kimoni, dalam proses ini, negara-negara Dunia Ketiga harus
memperkokoh dimensi budaya mereka dan memelihara struktur nilai-nilainya agar tidak
dieliminasi oleh budaya asing. Dalam rangka ini, berbagai bangsa Dunia Ketiga haruslah
mendapatkan informasi ilmiah yang bermanfaat dan menambah pengalaman mereka.
Terkait dengan seni dan budaya, Seorang penulis asal Kenya bernama Ngugi Wa
Thiongo menyebutkan bahwa perilaku dunia Barat, khususnya Amerika seolah-olah
sedang melemparkan bom budaya terhadap rakyat dunia. Mereka berusaha untuk
menghancurkan tradisi dan bahasa pribumi sehingga bangsa-bangsa tersebut kebingungan
dalam upaya mencari indentitas budaya nasionalnya. Penulis Kenya ini meyakini bahwa
budaya asing yang berkuasa di berbagai bangsa, yang dahulu dipaksakan lewat
imperialisme, kini dilakukan dalam bentuk yang lebih luas dengan nama globalisasi.
1.2 Tujuan
Pada dasarnya suatu makalah dan pembuatan makalah memiliki tujuan tersendiri. Adapun
tujuan dari makalah dan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
A. Tujuan Makalah
1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan para mahasiswa.
2. Agar mahasiswa dapat mengamati dan menganalisis tentang Tinjauan
Kebudayaan Tradisional dan Modern dari Aspek Globalisasi.
B. Tujuan Pembuatan Makalah
1. Sebagai sarana latihan membuat makalah bagi para mahasiswa.
2. Penulis berharap makalah ini dapat menjadikan tambahan pengetahuan
dan informasi bagi para pembaca.

1.3 Rumusan Masalah


Laporan makalah ini akan menuliskan tentang:
1. Apa itu Globalisasi
2. Bagaimana Globalisasi dan budaya.
3. Perubahan Budaya
1.4 Manfaat
Dalam penyusunan makalah ini pasti memiliki manfaat, yaitu menambah pengetahuan
mahasiswa dan pembaca tentang Tinjauan Kebudayaan Tradisional dan Modern dari Aspek
Globalisasi.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Melville J. Herkovits & Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa Cultural
Determinism berarti segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukan
adanya oleh kebudayaan yang dimiliki masyarakat itu. Herkovits turun temurun dari
generasi ke generasi hidup terus.Walaupun orang-orang yang menjadi anggota
masyarakat senantiasa silih berganti disebabkan kematian & kelahiran.
Kebudayaan dikaji asal kata bahasa sansekerta berasal dari kata budhayah yang berarti
budi atau akal. Dalam bahasa latin, kebudayaan berasal dari kata Colere, yang berartti
mengolah tanah. Jadi kebudayaan secara umum dapat diartikan sebagai segala sesuatu
yang dihasilkan oleh akal budi (pikiran) manusia dengan tujuan untuk mengolah tanah
atau tempat tinggalnya, atau dapat pula diartikan segala usaha manusia untuk dapat
melangsungkan & mempertahankan hidupnya didalam lingkungannya. Budaya dapat
pula diartikan sebagai himpunan pengalaman yang dipelajar, mengacu pada pola-pola
perilaku yang ditularkan secara sosial tertentu.
Seorang Antropolog yaitu E.B.TAYLOR (1871) menurutnya,Kebudayaan adalah
kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat & kemampuan lain serta kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai
anggota masyarakat.
Selo Sumarjan & Soelaeman Soemardi,Kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa,
dan cipta karya.

Koentjaraningrat, Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan & karya manusia yang harus
dibiasakannya dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi pekertinya.
Jenis-Jenis Kebudayaan :
Hidup-kebatinan manusia, yaitu yang menimbulkan tertib damainya hidup masyarakat
dengan adat-istiadatnya yang halus dan indah; tertib damainya pemerintahan negeri;
tertib damainya agama atau ilmu kebatinan dan kesusilaan.
Angan-angan manusia, yaitu yang dapat menimbulkan keluhuran bahasa, kesusasteraan
dan kesusilaan.
Kepandaian manusia, yaitu yang menimbulkan macam-macam kepandaian tentang
perusahaan tanah, perniagaan, kerajinan, pelayaran, hubungan lalu-lintas, kesenian yang
berjenis-jenis; semuanya bersifat indah.
2. Tinjauan Kebudayaan Tradisional dari Aspek Global
Globalisasi menjadi tantangan untuk semua aspek kehidupan juga yang terkait dengan
kebudayaan. Budaya tradisional yang mencerminkan etos kerja yang kurang baik tidak
akan mampu bertahan dalam era global. Era global menuntut kesiapan kita untuk siap
berubah menyesuaikan perubahan zaman dan mampu mengambil setiap kesempatan.
Budaya tradisional di Indonesia sebenarnya lebih kreatif dan tidak bersifat meniru, yang
menjadi masalah adalah mempertahankan jati diri bangsa. Sebagai contoh sederhana,
budaya gotong royong di Indonesia saat ini hampir terkikis habis, individual dan tidak
mau tahu dengan orang lain adalah cerminan yang tampak saat ini. Perlu dipikirkan agar
kebudayaan kita tetap dapat mencerminkan kepribadian \bangsa. Kebudayaan
tradisional adalah sebuah warisan luhur.
Dalam era globalisasi, kebudayaan tradisional mulai mengalami erosi. Orang, anak
muda utamanya lebih senang menghabiskan waktunya untuk mengakses internet dari
pada mempelajari tarian dari kebudayaan sendiri. Orang akan merasa bangga ketika
dapat menuru gaya berpakaian orang barat dan menganggap budayanya kuno dan
ketinggalan. Globalisasi akan selalu memberikan perubahan, kita lah yang harus
meneliti apakah budaya-budaya tersebut bersifat positif ataupun negatife.
B. PEMBAHASAN MASALAH
1. PERUBAHAN BUDAYA DALAM GLOBALISASI
Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari
masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat
homogen menuju pluralisme nilai dan norma social merupakan salh satu dampak dari
adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara
mendasar. Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan batasbatas budaya setiap bangsa.

Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi


peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Misalnya saja khusus
dalam bidang hiburan massa atau hiburan yang bersifat masal, makna globalisasi itu
sudah sedemikian terasa. Sekarang ini setiap hari kita bisa menyimak tayangan film di tv
yang bermuara dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, dll
melalui stasiun televisi di tanah air. Belum lagi siaran tv internasional yang bisa
ditangkap melalui parabola yang kini makin banyak dimiliki masyarakat Indonesia.
Sementara itu, kesenian-kesenian populer lain yang tersaji melalui kaset, vcd, dan dvd
yang berasal dari manca negara pun makin marak kehadirannya di tengah-tengah kita.
Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa negara-negara penguasa
teknologi mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam globalisasi budaya
khususnya di negara ke tiga.
Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap keberadaan
kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah
kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya. Di saat yang lain dengan
teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak
alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih
menarik jika dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan parabola
masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang
berasal dari berbagai belahan bumi.
Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian
tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan pemaknaan
dalam masyarakat Indonesia. Misalnya saja bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis
Indonesia, baik yang rakyat maupun istana, selalu berkaitan erat dengan perilaku ritual
masyarakat pertanian. Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai akibat
proses industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan globalisasi informasi, maka
kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang berdimensi komersial. Keseniankesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya. Sekalipun
demikian, bukan berarti semua kesenian tradisional kita lenyap begitu saja. Ada berbagai
kesenian yang masih menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif terus
berkembang tanpa harus tertindas proses modernisasi.
Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi
budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi
masyarakat luas. Akibatnya masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni
pertunjukan tradisional yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka. Misalnya saja
kesenian tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang
Bharata Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal ini sangat
disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional
Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan merupakan salah satu agen
penanaman nilai-nilai moral yang baik, menurut saya. Contoh lainnya adalah kesenian
Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur sekarang ini
tengah mengalami mati suri. Wayang orang dan ludruk merupakan contoh kecil dari
mulai terdepaknya kesenian tradisional akibat globalisasi. Bisa jadi fenomena demikian

tidak hanya dialami oleh kesenian Jawa tradisional, melainkan juga dalam berbagai
ekspresi kesenian tradisional di berbagai tempat di Indonesia. Sekalipun demikian bukan
berarti semua kesenian tradisional mati begitu saja dengan merebaknya globalisasi.
Di sisi lain, ada beberapa seni pertunjukan yang tetap eksis tetapi telah mengalami
perubahan fungsi. Ada pula kesenian yang mampu beradaptasi dan mentransformasikan
diri dengan teknologi komunikasi yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat,
misalnya saja kesenian tradisional Ketoprak yang dipopulerkan ke layar kaca oleh
kelompok Srimulat. Kenyataan di atas menunjukkan kesenian ketoprak sesungguhnya
memiliki penggemar tersendiri, terutama ketoprak yang disajikan dalam bentuk siaran
televisi, bukan ketoprak panggung. Dari segi bentuk pementasan atau penyajian,
ketoprak termasuk kesenian tradisional yang telah terbukti mampu beradaptasi dengan
perubahan zaman.
Selain ketoprak masih ada kesenian lain yang tetap bertahan dan mampu beradaptasi
dengan teknologi mutakhir yaitu wayang kulit. Beberapa dalang wayang kulit terkenal
seperti Ki Manteb Sudarsono dan Ki Anom Suroto tetap diminati masyarakat, baik itu
kaset rekaman pementasannya, maupun pertunjukan secara langsung. Keberanian stasiun
televisi Indosiar yang sejak beberapa tahun lalu menayangkan wayang kulit setiap
malam minggu cukup sebagai bukti akan besarnya minat masyarakat terhadap salah satu
khasanah kebudayaan nasional kita. Bahkan Museum Nasional pun tetap
mempertahankan eksistensi dari kesenian tradisonal seperti wayang kulit dengan
mengadakan pagelaran wayang kulit tiap beberapa bulan sekali dan pagelaran musik
gamelan tiap satu minggu atau satu bulan sekali yang diadakan di aula Kertarajasa,
Museum Nasional.
C. KEBUDAYAAN TRADISIONAL
Kebudayaan tradisional dapat didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan lokal yang berasal
sebelum terbentuknya nasional Indonesia pada tahun 1945. Seluruh kebudayaan lokal berasal
dari seluruh kebudayaan yang beraneka ragam di Indonesia merupakan integral daripada
kebudayaan Indonesia. Ada beraneka ragam kebudayaan Indonesia seperti misalnya tarian.
Berbagai macam tarian di Indonesia. Contoh : Kuda lumping (Jawa), Kecak (Bali), Saman
(Aceh), Jaipong (Sunda), dll.
Dalam kebudayaan terjadi pula proses saling mempengaruhi maksudnya merupakan suatu
gejala wajar dalam interaksi dengan masyarakat lain / kelompok lain yang mendiami
Indonesia. Bahkan sebelum Indonesia terbentuk telah mengalami proses mempengaruhi dan
dipengaruhi. Kemampuan berubah merupakan sifat penting dalam kebudayaan. Tanpa itu
kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang senantiasa berubah.
Kebudayaan tradisional memiliki nilai budaya yang banyak bersumber dari agama-agama
yang lahir di dunia timur. Di dunia timur dicari keharmonisan dengan alam, sebab alam
memberi kehidupan, memberi makan, tempat ibadah, bahan untuk seni dan sains.

D. KEBUDAYAAN MODERN
Kebudayaan modern yang disebut juga kebudayaan barat ini bermula dari jaman
Reneisance. Ketika itu Vasco da Gama sebagai wakil kebudayaan barat mengelilingi Afrika
dan mendarat di Kalikut, maka terbentanglah bagi seluruh Asia sejarah baru, termasuk di
Indonesia. Sejak saat itulah banyak negara maju dan modern berbondong-bondong ke Asia
mengelilingi Afrika dan mendarat di Kalikut, maka terbentanglah bagi seluruh Asia sejarah
baru, termasuk di Indonesia. Sejak saat itulah banyak negara maju dan modern berbondongbondong ke Asia temasuk Indonesia dan membuat sengsara karena berawal untuk
perdagangan namun berubah menjadi penjajahan. Dan karena kedatangan bangsa modern
itulah akhirnya di Indonesia sejumlah pemudanya menghirup ilmu modern termasuk
pendidikan sehingga melahirkan kebudayaan modern.
Selain itu, pertemuan dengan negara-negara modern memperkenalkan unsur-unsur budaya
seperti ilmu pengetahuan, sistem ekonomi, peralatan, bahasa, kesenian dan agama.
Disamping itu mereka (bangsa modern) juga memperkenalkan huruf dan tulisan latin yang
merupakan unsur penting bagi terbukanya komunikasi internasional. Memang tidak dapat
dipungkiri bahwa kebudayaan barat atau kebudayaan modern besar sekali sumbangannya
bagi masyarakat Indonesia. pengaruh kebudayaan modern sangat nyata dengan adanya proses
modernisasi.
Pada perkembangan kebudayaan modern cenderung lebih mengutamakan dunia objektif
daripada pada rasa, sehingga hasil pola pemikiran mampu membuahkan sains & teknologi.
Bahkan hingga saat ini terbukti bahwa kebudayaan modern lebih unggul daripada
kebudayaan tradisional yang cenderung mundur. Pada kebudayaan modern cara berfikir dan
hidupnya lebih terpikat oleh kemajuan material dan hidup sehingga tidak cocok dengan cara
berpikir untuk meninjau makna hidup dan pikiran masyarakat kita makin berkurang karena
pada kebudayaan modern mengunggulkan cara pikir analitis rasional.
Menurut To Thi Anh ada 3 nilai penting yang mendasari kebudayaan modern, antara lain :
1. Martabat Manusia
2. Kebebasan, dan
3. Teknologi
3 (tiga) macam kebudayaan modern yaitu :
1. Kebudayaan Teknologi Modern
Kebudayaan teknologi modern merupakan anak kebudayaan modern. Akan tetapi,
meskipun kebudayaan teknologi modern jelas menentukan wujud barat, kebudayaan
teknologi modern sudah menjadi dewasa dan sekarang memperoleh semakin banyak
masalah non barat seperti misalnya pada bangsa Jepang. Kebudayaan modern merupakan
sesuatu yang kompleks. Penyatuan simplistik, begitu pula penilaian hitam putih hanya

akan menunjukkan kecanggihan pikiran. Kebudayaan itu kelihatan bukan hanya


menunjukkan kecanggihan pikiran. Kebudayaan itu kelihatan bukan hanya dalam
keadaan dominan yang diambil oleh sains dan teknologi dalam hidup masyarakat.
Misalnya media komunikasi sarana mobilitas fisik dan angkutan, segala macam alat-alat
rumah tangga serta persenjataan modern. Kebudayaan teknologi modern sendiri secara
mencolok bersifat instrumental.
2. Kebudayaan Modern Tiruan
Kebudayaan modern itu terwujud dalam lingkungan yang tampaknya mencerminkan
kegemerlapan teknologi tinggi dan teknologi modern. Akan tetapi hanya mencakup
kepemilikan simbol-simbol lahiriah saja. Misalnya kebudayaan lapangan terbang
internasional, supermarket (mall), dan Kentucky Fried Chicken (KFC). Di lapangan
terbang orang dikelilingi hasil teknologi tinggi yang bergerak dalam dunia buatan.
Contohnya : duty freeshot, tangga berjalan, pesawat terbang. Semua teknologi tersebut
merupakan artificial dimana di seluruh dunia tidak ada yang sama. Tidak ada hubungan
batin.
Kebudayaan tiruan hidup dari ilusi bahwa asal orang bersentuhan dengan hasil teknologi
modern maka menjadi manusia modern. Padahal dunia artifisial tidak mengembangkan
sesuatu apapun terhadap identitas kita. Identitas kita malah semakin kosong karena kita
semakin menjauh dari diri sendiri. Kita semakin memberikan diri kita untuk dikemudikan
budaya lain seperti pada selera kita, kelakuan, pakaian, penilaian, rasa kagum yang semua
itu telah dimanipulasikan. Itulah sebabnya pada kebudayaan ini tidak nyata melainkan
tiruan / blasteran. Anak kebudayaan tiruan / blasteran ini adalah konsumerisme.
3. Kebudayaan Barat
Kebudayaan blasteran. Kebudayaan blasteran itu memang vitalitas. Budaya ini
mengancam negara Jerman, Prancis, dan sebagian eropa. Dalam kebudayaan ini orang
yang tersenggol sedikit dengan budaya barat belum tentu menjadi orang modern, dengan
kata lain budaya barat tidak wajib dijadikan tolok ukur kebudayaan modern.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dunia sekarang ini sedang menuju ke sebuah dunia yang sangat modern dengan segala ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih dan pada akhirnya manusia akan hidup dengan
lebih simpel karena semua peralatan manusia yang canggih tersebut. Manusia akan hidup tanpa
bersusah payah seperti jaman dahulu. Kehidupan Modern yang berawal dari barat akan terus
mengakar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Sehingga terjadi kebudayaan baru seperti
asimilasi dan akulturasi.

Kemudian kebudayaan yang telah ada seperti kebudayaan tradisional akan tergeser bahkan akan
hilang terganti oleh kebudayaan baru/ modern. Orang-orang akan lebih mengandalkan
kebudayaan baru dan meninggalkan kebudayaan tradisional karena dianggap kebudayaan itu
adalah kebudayaan yang kuno dan pantas di tinggalkan.
Jadi keberadaan kebudayaan tradisional saat ini sangat mengkhawirkan. Kita sebagai penerus
bangsa harus dapat melestarikan budaya sendiri, budaya tradisional. Jangan sampai budaya itu
punah tertelan waktu yang ke era globalisasi.
B. Saran
Untuk dapat tetap melestarikan budaya peninggalan nenek moyang kita harus dapat
memilah dan memilih budaya yang baru yang positif. Kita harus tetap mengikuti
perkembangan budaya modern tapi jangan sampai kita meninggalkan budaya sendiri.
Jangan sampai kejadian kemarin seperti pengklaiman budaya terjadi kembali. Hal
tersebut terjadi juga karena kita kurang menjaga dan melestarikan budaya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Kamal Pasha, Musthafa, dkk. 2000. Ilmu Budaya Dasar. Yogyakarta : Cipta Karsa Mandiri

http://rendhi.wordpress.com/makalah-pengaruh-globalisasi-terhadap-eksistensikebudayaan-daerah/
Ranjabar, Jacobus, 2006, Sistem Sosial Budaya Indonesia (suatu pengantar), Ghalia
Indonesia, Bogor

http://cabiklunik.blogspot.com/2008/08/kbi-selamatkan-budaya-dari-mekanisme.html
Widhagdo, Djoko. 2001. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : PT Bumi Aksara
Sarjono. Agus R (Editor). 1999. Pembebasan Budaya-Budaya Kita. Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama; Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai